Nanang Sodikin, Sri Rahayu dan Prayitno Universitas Negeri Malang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nanang Sodikin, Sri Rahayu dan Prayitno Universitas Negeri Malang"

Transkripsi

1 REPRESENTASI MAKROSKOPIK, SUBMIKROSKOPIK DAN SIMBOLIK SISWA KELAS XII DI SEBUAH SMA NEGERI KOTA MALANG TERHADAP SISTEM DAN PRINSIP KERJA SEL ELEKTROKIMIA Nanang Sodikin, Sri Rahayu dan Prayitno Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik, (2) pola hubungan di antara ketiga tingkat representasi, dan (3) pola pikir siswa terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis fenomenologi. Subyek penelitian adalah 12 siswa di sebuah SMA Negeri Kota Malang yang dipilih secara purposive sampling. Temuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut (1) Hanya siswa golongan atas dan sebagian besar siswa golongan tengah yang mampu merepresentasikan sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia secara makroskopik, submikroskopik, dan simbolik dengan benar, (2) Pola hubungan antar tingkat representasi yang sering ditunjukkan oleh siswa adalah hubungan representasi makroskopik-simbolik dan submikroskopiksimbolik, (3) Peneliti juga menemukan tujuh pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta serta tiga pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrolisis. Kata-kata Kunci: representasi makroskopik, submikroskopik dan simbolik, elektrokimia, kualitatif Ilmu kimia sangat bermanfaat dan berhubungan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Litell (2007: 7) menyatakan bahwa hampir semua fenomena yang terjadi di dunia ini melibatkan perubahan kimia. Oleh sebab itu, setiap siswa harus mampu memahami semua konsep yang terkandung dalam ilmu kimia. Akan tetapi, mayoritas topik yang dikaji dalam ilmu kimia cenderung bersifat abstrak dan kompleks, seperti proses terjadinya reaksi kimia dan arah pergerakan partikel. Taber (dalam Sirhan, 2007: 3) menyatakan bahwa untuk memahami konsep abstrak dalam ilmu kimia diperlukan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi. Siswa harus mampu menggunakan daya imaginasi dan kreatifitasnya untuk memahami konsep kimia secara utuh. Antar konsep kimia memiliki keterkaitan satu sama lain. Jika satu konsep tidak dapat dipahami dengan baik dan benar, maka akan menghambat pemahaman konsep berikutnya. Hal ini membuat siswa beranggapan bahwa ilmu kimia adalah ilmu yang sulit dipelajari dan dipahami. Carter & Brickhouse (dalam Nahum, dkk, 2004: 301) menyatakan bahwa banyak siswa yang mendapat kesulitan dalam mempelajari konsep kimia. Nakhleh (1992: 7) menyatakan bahwa kebanyakan siswa tidak berhasil mempelajari kimia karena mereka tidak mampu mengkonstruk pemahaman yang mendasari konsep tersebut. Siswa hanya cenderung mengamati dan memahami sebuah sistem serta menghafal simbolsimbol yang terlibat tanpa mengetahui bagaimana prinsip kerja sistem tersebut. Johnstone (dalam Rahayu, 2011: 669) menyatakan bahwa pemahaman konsep dalam ilmu kimia melibatkan kemampuan merepresentasikan konsep tersebut menggunakan tiga tingkat representasi, yaitu representasi makroskopik, 1

2 submikroskopik, dan simbolik. Tingkat representasi makroskopik berkaitan dengan fenomena yang dapat diamati termasuk pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, contohnya fenomena perkaratan besi. Siswa telah mengetahui bahwa jika besi dibiarkan di udara bebas, maka lama-kelamaan permuakaannya akan berubah warna menjadi coklat kemerahan. Tingkat representasi submikroskopik berkaitan dengan proses yang terjadi pada atom, ion ataupun molekul selama fenomena tersebut terjadi. Fenomena perkaratan besi terjadi karena atom besi bereaksi dengan molekul oksigen yang ada di udara membentuk oksida besi yang berwarna coklat kemerahan. Tingkat representasi simbolik berkaitan dengan penggunaan simbol-simbol seperti persamaan reaksi dan notasi untuk menggambarkan fenomena tersebut. Proses perkaratan besi disimbolkan dengan persamaan reaksi 4Fe(s) + 3O 2 (g) 2Fe 2 O 3 (s). Berdasarkan penjelasan tersebut, kemampuan siswa dalam memahami dan menghubungkan ketiga representasi tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep kimia dengan benar. Berkaitan dengan materi elektrokimia, hasil penelitian Rahayu (2011) menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa SMA di Indonesia dan di Jepang terhadap materi elektrokimia hanya sebesar 40%. Siswa dapat memahami materi elektrokimia hanya pada tingkat makroskopis saja. Mereka mampu memahami bahwa pada sel volta terjadi reaksi kimia yang dapat menghasilkan arus listrik. Akan tetapi, mereka tidak bisa menjelaskan secara detail bagaimana listrik itu dihasilkan berdasarkan aliran elektron maupun aliran ion. Selain itu, siswa masih bingung dalam menentukan polaritas kedua elektroda, baik pada sel volta maupun sel elektrolisis. Ceyhun (2005) melaporkan bahwa siswa kesulitan dalam menggunakan standar potensial reduksi untuk memprediksikan reaksi yang terjadi dan sebanyak 12% siswa menyatakan bahwa jembatan garam berfungsi sebagai tempat aliran elektron. Ogude (dalam Ceyhun, 2005) melaporkan bahwa siswa dapat mengerjakan soal perhitungan elektrokimia dengan baik tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan konsep elektrokimia dengan baik dan benar. Garnett dan Treagust (1992) menyatakan bahwa miskonsepsi terbesar dalam elektrokimia adalah mengenai aliran listrik yang terjadi, yaitu: elektron dapat mengalir melalui elektrolit dan jembatan garam bersama anion dan kation, perpindahan ion tidak mempengaruhi arus listrik. Berdasarkan hasil beberapa penelitian tentang pemahaman siswa terhadap konsep elektrokimia menunjukkan bahwa secara umum siswa hanya mampu berada pada tingkat representasi makroskopik, sedangkan tingkat representasi submikroskopik dan simbolik masih lemah. Peneliti bermaksud untuk mengkaji representasi siswa pada tingkat makroskopis, mikroskopis, dan simbolik terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah (1) representasi siswa terhadap konsep elektrokimia pada tingkat (a) makroskopik berkenaan dengan cara perangkaian beserta komponen sel volta dan sel elektrolisis, muatan elektrode dan prinsip kerja sel volta dan sel elektrolisis, (b) submikroskopik berkenaan dengan aliran elektron dan ion selama proses sel volta dan elektrolisis berlangsung serta reaksi yang terjadi pada anode dan katode, (c) simbolik berkenaan dengan penulisan persamaan reaksi yang terjadi pada anode dan katode selama proses sel volta dan elektrolisis berlangsung, notasi sel dan perhitungan potensial sel, (2) pola hubungan antara ketiga tingkat representasi, (3) 2

3 3 pola berpikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrokimia. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis fenomenologi. Peneliti berkeinginan untuk menggali pemahaman siswa terhadap konsep elektrokimia yaitu mengenai sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia yang telah dipelajari. Peneliti tidak hanya meninjau hasil representasi atau jawaban akhir siswa, melainkan juga berusaha mengetahui bagaimana cara siswa mengungkapkan pemahaman dan pola berfikirnya dalam merepresentasikan fenomena sel elektrokimia. Peneliti mewawancarai setiap partisipan dengan menggunakan protokol wawancara sebagai acuan pertanyaan-pertanyaan induk yang akan ditanyakan kepada siswa. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat bantu berupa recorder untuk merekam proses wawancara dan kertas sebagai lembar kerja siswa. Penelitian dilakukan di sebuah SMA Negeri Kota Malang yang dianggap mewakili sekolah negeri pada umumnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember Sumber data penelitian atau partisipan adalah siswa kelas XII di sebuah SMA Negeri Kota Malang tahun ajaran 2012/2013 yang telah menerima materi elektrokimia yang dipilih secara purposive sampling. Partisipan dipilih berdasarkan tingkat pemahamannya, yaitu tingkat A (golongan siswa atas/pintar), B (golongan siswa tengah/sedang), dan C (golongan siswa bawah/kurang pintar). Pengklasifikasian tersebut diperoleh berdasarkan hasil ujian mereka pada materi elektrokimia yang diberikan oleh guru yaitu tingkat A (86100), B (71-85) dan C (< 70). Berdasarkan hasil wawancara diperoleh tingkat A sebanyak 3 siswa,tingkat B sebanyak 4 siswa dan tingkat C sebanyak 5 siswa. Setelah wawancara dilakukan, peneliti mentranskrip hasil rekaman wawancara. Transkrip tersebut diidentifikasi dan dianalisis tiap jawaban siswa terkait dengan fenomena dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Transkrip wawancara akan diverifikasi oleh teman sejawat dan partisipan. Kemudian peneliti akan mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan siswa ke dalam 3 tingkat representasi, yaitu tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik serta menganalisis pola hubungan antar tingkat dan pola pikir siswa dalam merepresentasikan siste dan prisnip kerja sel elektrokimia. Setelah dilakukan pengkajian, peneliti akan melakukan triangulasi data dengan penelitian terdahulu yang relevan dan penarikan kesimpulan. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui pemahaman siswa terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia. Temuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. Representasi Makroskopik, Submikroskopik dan Simbolik Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Setiap siswa memiliki pemahaman yang bervariasi dalam merepresentasikan sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan 2 kategori pemahaman siswa, yaitu: pemahaman komperehensif dan pemahaman parsial. Pemahaman komprehensif artinya siswa mampu merepresen-

4 4 tasikan sistem dan prinsip kerja sel volta dan sel elektrolisis secara makroskopik, submikroskopik dan simbolik dengan benar. Siswa yang memiliki pemahaman komprehensif terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia yaitu siswa dari golongan A (S3, S7 dan S11). Pemahaman parsial artinya siswa mampu merepresentasikan sistem dan prinsip kerja sel elektrolisis secara makroskopik, submikroskopik dan simbolik, tetapi mereka memiliki beberapa pemahaman yang salah seperti fungsi jembatan garam, penyebab muatan elektrode, aliran ion atau aliran elektron. Siswa yang memiliki pemahaman parsial terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia sebanyak 9 siswa, yaitu siswa dari golongan B (S1, S2, S4 dan S12) dan C (S5, S6, S8, S9 dan S10). Kesalahan pemahaman ini menyebabkan adanya miskonsepsi. Pola Hubungan antar Tingkat Representasi Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Pola hubungan antara ketiga tingkat representasi tersebut, diperoleh berdasarkan 2 indikator berikut, yaitu (1) siswa menjelaskan pemahamannya menggunakan lebih dari satu tingkat representasi; (2) siswa menjelaskan pengaruh representasi terhadap representasi lainnnya. Pola hubungan yang sering ditunjukkan oleh siswa adalah hubungan representasi tingkat submikroskopiksimbolik dan makroskopik-simbolik. Siswa dapat merepresentasikan secara submikroskopik reaksi yang terjadi pada anode dan katode, partikel yang ada dalam larutan serta arah aliran partikel dengan menggunakan gambaran submikroskopik walaupun beberapa siswa memberikan representasi submikroskopik yang salah. Siswa juga mampu menghitung potensial sel volta dan sel elektrolisis dengan benar dan menghubungkannya dengan prinsip kerja sel. Hubungan antar tingkat representasi yang jarang ditunjukkan oleh siswa adalah hubungan representasi tingkat makroskopik-submikroskopik dan hubungan antara ketiga tingkat representasi. Secara umum siswa dapat menghubungkan antar tingkat representasinya, tetapi setiap siswa memiliki pemahaman yang bervariasi sehingga mengakibatkan muncul representasi yang bervariasi pula. Terdapat 4 pernyataan yang menunjukkan hubungan antar tingkat representasi yang dinyatakan oleh seluruh siswa, yaitu: Seluruh siswa menggunakan gambaran submikroskopik untuk merepresentasikan arah aliran partikel pada sel volta secara submikroskopik. Namun, masing-masing siswa memiliki pemahaman yang bervariasi sehingga gambaran submikroskopiknya pun juga bervariasi. Seluruh siswa menuliskan persamaan reaksi untuk merepresentasikan reaksi yang terjadi. Namun satu siswa (S6) memiliki pemahaman bahwa ion Zn 2+ akan teroksidasi menjadi Zn, sedangkan logam Cu akan mengalami reduksi menjadi ion Cu 2+ yang menempel pada logam Cu. Seluruh siswa menuliskan notasi sel berdasarkan reaksi yang terjadi. Namun satu siswa (S6) memiliki pemahaman bahwa ion Zn 2+ akan teroksidasi menjadi Zn, sedangkan logam Cu akan mengalami reduksi menjadi ion Cu 2+ yang menempel pada logam Cu sehingga notasi sel yang ia tuliskan juga salah. Seluruh siswa dapat menghitung potensial sel volta dengan benar. Potensial sel volta bernilai positif karena sel volta dapat menghasilkan energi listrik.

5 5 Pola Berpikir Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Antar siswa memiliki pola pikir yang bervariasi dalam merepresentasikan sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia. Pola pikir siswa dapat diidentifikasi ketika siswa merepresentasikan sistem dan prinsip kerja sel volta dan sel elektrolisis secara submikroskopik, khususnya mengenai aliran elektron. Berikut hasil temuan peneliti mengenai pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrokimia. Pola Pikir Siswa dalam Merepresentasikan Aliran Elektron pada Sel Volta Pola 1 (Satu) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 1 (satu) adalah semua siswa golongan A (S3, S7, S11), 25% siswa golongan B (S4) dan 40% siswa golongan C (S6, S8). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta seperti pola 1 (satu) dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut. Gambar 1.1 Pola 1: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Volta Pola 2 (Dua) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola berpikir seperti pola 2 (dua) adalah 25% siswa golongan B (S1). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta seperti pola 2 (dua) dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut. Anion jembatan garam Gambar 1.2 Pola 2: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Volta Pola 3 (Tiga) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 3 (tiga) adalah 25% siswa golongan B (S2) memiliki pola pikir seperti ini. Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta seperti pola 3 (tiga) dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut. Katode Anion jembatan garam Jembatan Garam Katode Gambar 1.3 Pola 3: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Volta Pola 4 (Empat) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 4 (empat) adalah 20% siswa golongan C (S9). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan Partikel reduksi (katode)

6 6 aliran elektron pada sel volta seperti pola 4 (empat) dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut. Jembatan Garam Kation Jembatan Garam (katode) Gambar 1.4 Pola 4: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Volta Pola 5 (Lima) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 5 (lima) adalah 20% siswa golongan C (S5). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta pola 5 (lima) dapat dilihat pada Gambar 1.5 berikut. Katode Kation jembatan garam Gambar 1.5 Pola 5: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Volta Pola 6 (Enam) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 6 (enam) adalah 20% siswa golongan C (S10). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta seperti pola 6 (enam) dapat dilihat pada Gambar 1.6 berikut. Kation jembatan garam Kation Gambar 3.8 Pola 6: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Volta Pola 7 (Tujuh) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 7 (tujuh) adalah 25% siswa golongan B (S12). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta seperti pola 7 (tujuh) dapat dilihat pada Gambar 1.7 berikut. Jembatan Garam Katode jembatan garam Gambar 1.7 Pola 7: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Volta (katode)

7 7 Pola Pikir Siswa dalam Merepresentasikan Aliran Elektron pada Sel Elektrolisis Pola 1 (Satu) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 1 (satu) adalah semua siswa golongan A (S3, S7, S11) dan 40% siswa golongan C (S6, S8). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrolisis seperti pola 1 (satu) dapat dilihat pada Gambar 1.8 berikut. Baterai Gambar 1.8 Pola 1: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Elektrolisis Katode Pola 2 (Dua) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 2 (dua) adalah 50% siswa golongan B (S1,S12). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrolisis seperti pola 2(dua) dapat dilihat pada Gambar 1.9 berikut. Baterai Katode Gambar 1.9 Pola 2: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Elektrolisis Pola 3 (Tiga) Siswa yang memiliki pola berpikir seperti pola 3 (tiga) adalah 50% siswa golongan B (S2, S4) dan 60% siswa golongan C (S5, S9, S10). Gambaran pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrolisis seperti pola 3(tiga) dapat dilihat pada Gambar 1.10 berikut. (Katode) Gambar 1.10 Pola 3: Pola Pikir Siswa mengenai Aliran Elektron pada Sel Elektrolisis PEMBAHASAN Representasi Makroskopik, Submikroskopik dan Simbolik Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Berdasarkan hasil penelitian, setiap siswa memiliki pemahaman yang bervariasi dalam merepresentasikan sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia. Berikut akan dibahas mengenai representasi makroskopik, submikroskopik dan simbolik siswa terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia. Representasi Makroskopik Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Berdasarkan hasil penelitian tentang representasi makroskopik siswa terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa dapat merepresentasikan sel elektrokimia pada tingkat makroskopik dengan benar ditinjau dari cara perangkaian beserta komponen dalam sel volta dan sel elektrolisis, kutub elektrode, fungsi jembatan garam,

8 8 fungsi baterai serta prinsip kerja sel elektrokimia. Semua siswa mampu mereprentasikan prinsip kerja dan perangkaian sel elektrokimia dengan benar. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Winarko (2011) yang menyatakan bahwa hanya sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami prinsip dasar sel elektrokimia (12,2%) dan fungsi komponen (14,6%). Semua siswa mampu merepresentasikan bahwa jembatan garam berfungsi untuk menetralkan muatan listrik. Namun, setiap siswa memberikan representasi yang bervariasi dalam memahami prinsip kerja jembatan garam. Hal ini timbul karena siswa tidak memahami prinsip kerja sel elektrokimia secara submikroskopik dengan benar. Sebagian besar siswa dapat merepresentasikan kutub elektrode pada sel volta dan sel elektrolisis dengan benar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2011) yang menyatakan bahwa 87,7% siswa Indonesia dapat menjawab dengan benar tentang kutub elektrode. Namun, sebanyak 50% siswa golongan B dan 20% siswa golongan C memiliki pemahaman yang salah terhadap penyebab kutub pada elektrode, sedangkan 60% siswa golongan C tidak mampu menjelaskan penyebab kutub pada elektrode. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak memahami proses submikroskopik yang terjadi pada sel volta dengan benar. Selain itu, semua siswa mampu merepresentasikan kutub elektrode pada sel elektrolisis. Namun, semua siswa tidak mampu merepresentasikan penyebab kutub pada elektrode. Hal ini karena mereka tidak memahami fungsi baterai sebagai sumber elektron. Representasi Submikroskopik Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Berdasarkan hasil penelitian tentang representasi submikroskopik siswa terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa dapat membuat gambaran submikroskopik sel volta dan sel elektrolisis mendekati keadaan sebenarnya. Namun, sebanyak 60% siswa golongan C memberikan representasi yang salah terhadap ionisasi larutan. Semua siswa memberikan representasi yang bervariasi dalam merepresentasikan aliran ion dan elektron pada sel elektrokimia. Selain itu, hanya siswa golongan A (S3, S7, S11) yang mampu menjelaskan adanya kompetisi antar partikel dalam sel elektrolisis untuk tereduksi dan teroksidasi. Secara umum, siswa mendapat kesulitan dalam merepresentasikan aliran ion dan elektron secara submikroskopik, sehingga timbul berbagai kesalahan pemahaman. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Winarko (2011) yang menyatakan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami proses aliran elektron dan ion pada sel volta (58,5%%) serta proses aliran elektron dan ion pada sel elektrolisis (45,13%), sedangkan hasil penelitian Rahayu (2011) menyatakan bahwa hanya sekitar 40% siswa Indonesia memahami konsep sel elektrokimia dengan benar. Representasi Simbolik Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Berdasarkan hasil penelitian tentang representasi simbolik siswa terhadap konsep sel elektrokimia dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh siswa dapat menuliskan persamaan reaksi dengan benar disertai dengan gambaran submikroskopik untuk menjelaskan representasi submikroskopiknya. Hanya ada satu siswa dari golongan C (S6) yang salah menuliskan persamaan reaksi karena

9 9 ia memiliki kesalahan pemahaman tentang representasi submikroskopiknya. Semua siswa dapat menuliskan notasi sel dengan benar. Semua siswa juga mampu menghitung potensial sel dengan benar walaupun pada awalnya 40% siswa golongan C (S5, S6) menganggap bahwa potensial sel pada sel volta dan sel elektrolisis bernilai positif. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Winarko (2011) yang menyatakan bahwa sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam menuliskan reaksi pada sel elektrokimia (19,5%) serta menghitung potensial sel (9,8%). Pola Hubungan antar Tingkat Representasi Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Pola hubungan yang sering ditunjukkan oleh siswa adalah hubungan representasi tingkat submikroskopik-simbolik dan makroskopik-simbolik. Siswa dapat merepresentasikan secara submikroskopik reaksi yang terjadi pada anode dan katode, partikel yang ada dalam larutan serta arah aliran partikel dengan menggunakan gambaran submikroskopik. Setiap siswa merasa lebih mudah menjelaskan representasi submikroskopik dengan cara menggambar, sehingga siswa tidak berpikir abstrak. Bahkan, ada beberapa siswa yang meralat jawabannya ketika mereka membuat gambaran submikroskopik, khususnya dalam merepresentasikan kutub elektrode dan aliran elektron. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menghubungkan antara representasi submikroskopik dengan simboliknya. Namun, ada beberapa siswa, khususnya siswa golongan B (tengah/sedang) dan C (bawah/kurang pintar) memiliki pemahaman yang salah dalam merepresentasikan sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia secara submikroskopik, sehingga representasi simboliknya pun juga salah. Selain itu, seluruh siswa mampu menghitung potensial sel volta dan sel elektrolisis dengan benar dan menghubungkannya dengan prinsip kerja sel. Seluruh siswa mampu merepresentasikan bahwa potensial sel volta bernilai positif karena sel volta dapat menghasilkan energi listrik. Seluruh siswa juga mampu menghitung potensial sel pada sel elektrolisis dan mendapatkan nilai negatif karena sel elektrolisis membutuhkan listrik. Namun, ada 2 siswa (S5, S6) mengangap bahwa potensial sel selalu bernilai positif. Mereka merasa bingung ketika potensial sel elektrolisis yang telah dihitung bernilai negatif. Mereka menganggap bahwa sel volta dan sel elektrolisis selalu berkebalikan, sehingga potensial sel volta bernilai positif, sedangkan potensial sel elektrolisis bernilai negatif. Hubungan antar tingkat representasi yang jarang ditunjukkan oleh siswa adalah hubungan representasi tingkat makroskopik-submikroskopik dan hubungan antara ketiga tingkat representasi. Siswa merasa kesulitan untuk menghubungkan antara representasi makroskopik dengan submikroskopiknya. Seluruh siswa mampu memahami sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia secara makroskopik. Namun, setiap siswa merasa kesulitan ketika merepresentasikan sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia secara submikroskopik. Bahkan, ada beberapa siswa meralat jawabannya karena representasi makroskopik yang telah dimiliki tidak sejalan dengan representasi submikroskopiknya, sehingga menimbulkan konsepsi yang bervariasi. Hal ini disebabkan siswa hanya mampu memahami sel elektrokimia secara makroskopik tanpa mengetahui bagaimana sel elektrokimia bekerja secara submikroskopik. Hanya siswa golongan A (atas/pintar) yang mampu menghubungkan ketiga tingkat representasi ketika menjelaskan prinsip

10 10 kerja sel volta dan sel elektrolisis. Namun, seluruh siswa tidak memahami fungsi baterai sebagai sumber elektron. Miskonsepsi Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Berdasarkan hasil penelitian, peneliti juga menemukan beberapa miskonsepsi yang ditunjukkan oleh siswa. Miskonsepsi ini terjadi karena siswa tidak memahami sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia dengan benar, sehingga menimbulkan berbagai alternatif konsepsi. Miskonsepsi yang ditemukan peneliti akan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang relevan. Tujuan pembandingan hasil penelitian ini untuk mengetahui apakah temuan yang diperoleh peneliti juga pernah ditemukan oleh peneliti lain. Hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan pembanding adalah hasil penelitian Garnet dan Treagust (1992) dan Sanger dan Greenbowe (1997). Kedua penelitian tersebut mengkaji tentang pemahaman siswa terhadap sel volta dan sel elektrolisis. Hasil temuan peneliti yang juga ditemukan oleh kedua peneliti tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Miskonsepsi Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elekrokimia Hasil Temuan Peneliti yang juga Ditemukan oleh Garnet, Treagust, Sanger dan Greenbowe No. Pernyataan Sistem dan Prinsip Kerja Sel Volta Elektron dapat mengalir ke larutan karena tertarik oleh ion positif larutan. (Garnet & 1b. Treagust) Elektron dapat mengalir melalui larutan. (Garnet & Treagust) 2e. Reaksi oksidasi dan reduksi pada sel volta dapat terjadi secara sendiri-sendiri. (Garnet 7. & Treagust) 10a. Elektron mengalir dari katode ke anode melalui jembatan garam. 10b. Anion jembatan garam akan menerima elektron dan bersama-sama mengalir ke anode (Sanger & Grenbowe) 10e. Elektron dapat mengalir melalui larutan dan jembatan garam tanpa tarikan dari ion. (Sanger & Grenbowe) 10f. Hanya anion jembatan garam yang berperan dalam menetralkan muatan listrik pada kedua larutan. (Sanger & Grenbowe) Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrolisis 12b. Tidak terjadi reaksi pada permukaan elektrode inert. (Garnet & Treagust) 13c. Potensial sel elektrolisis bernilai positif. (Garnet & Treagust) Miskonsepsi siswa hasil temuan peneliti yang tidak ditemukan oleh kedua peneliti tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 1.2 Miskonsepsi Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elekrokimia Hasil Temuan Peneliti yang Tidak Ditemukan oleh Garnet, Treagust, Sanger dan Greenbowe No. Pernyataan Sistem dan Prinsip Kerja Sel Volta Pada sel volta, elektrode dan larutan harus mengandung unsur yang sama, sehingga 1. bisa bereaksi dan menghasilkan listrik. Pada sel volta, anode menjadi kutub negatif karena kelebihan elektron, sedangkan 2. katode menjadi kutub positif karena menarik kation larutan. Pada sel volta, anode menjadi kutub negatif karena menangkap elektron dari anion 3.

11 11 Lanjutan Tabel 1.2 Miskonsepsi Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elekrokimia Hasil Temuan Peneliti yang Tidak Ditemukan oleh Garnet, Treagust, Sanger dan Greenbowe larutan, sedangkan katode menjadi kutub negatif karena memberikan elektron ke kation larutan. Pada sel volta, anode menjadi kutub negatif karena menangkap elektron dari katode, sedangkan katode menjadi kutub positif karena melepas elektron ke anode. Pada sel volta, anode menjadi kutub negatif karena menerima kation dari katode dan katode menjadi kutub negatif karena memberikan kation ke anode. Pada sel volta, kelebihan kation di anode akan mengalir ke katode dan kelebihan anion di katode akan mengalir ke anode melalui jembatan garam. Pada sel volta, kelebihan kation di anode akan dinetralkan oleh ion negatif jembatan garam sedangkan kelebihan elektron di katode akan dinetralkan oleh kation jembatan garam. Di wadah katode akan kelebihan ion negatif, sehingga ion negatif tersebut akan mendesak dan menggantikan ion negatif jembatan garam. Ion negatif jembatan garam akan mengalir ke anode menetralkan kelebihan ion positif di anode. Pada notasi sel, vertikal dua menandakan jembatan garam, sedangkan vertikal satu menandakan perubahan reaksi. Pada notasi sel, vertikal dua itu menandakan jembatan garam, sedangkan vertikal satu menandakan pemisah antara elektrode dan larutannya. Yang perlu ditulis pada notasi sel hanya zat yang terlibat dalam reaksi. Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrolisis 12. Pada sel elektrolisis, anode menjadi kutub positif karena dihubungkan dengan kutub positif baterai sedangkan katode menjadi kutub negatif karena dihubungkan dengan kutub negatifnya baterai. Pada sel elektrolisis, elektron akan mengalir dari anode ke katode melalui larutan. 13. Kutub elektrode pada sel elektrolisis merupakan kebalikan dari kutub elektrode pada 14. sel volta. Pada sel volta anode menjadi kutub negatif, katode menjadi kutub positif, sedangkan pada sel elektrolisis anode menjadi kutub positif sedangkan katode menjadi kutub negatif. Pada sel elektrolisis, jenis elektrode tidak mempengaruhi reaksi yang terjadi. 15. Kutub positif baterai berfungsi memberi muatan positif pada anode sedangkan kutub 16. negatif baterai berfungsi untuk memberikan muatan negatif pada katode. Kutub positif baterai berfungsi menarik elektron dari anode ke katode sedangkan kutub 17. negatif baterai berfungsi untuk mendorong elektron dari anode ke katode. Pola Berpikir Siswa terhadap Sistem dan Prinsip Kerja Sel Elektrokimia Berdasarkan hasil penelitian, setiap siswa memiliki pola pikir yang bervariasi dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrokimia. Peneliti menemukan 7 pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta dan 3 pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrolisis. Pola pikir siswa yang benar mengenai aliran elektron pada sel volta ditunjukkan oleh pola 1 yang dapat dilihat pada Gambar 1.1, sedangkan pada sel elektrolisis ditunjukkan oleh pola 1 yang dapat dilihat pada Gambar 1.8. Pola 1 pada sel volta menunjukkan bahwa elektron yang berasal dari hasil oksidasi di anode kemudian mengalir melalui kabel menuju katode dan langsung ditangkap oleh partikel yang tereduksi di elektrode katode. Pola 1 ditunjukkan oleh semua siswa golongan A (S3, S7, S11), 25% siswa golongan B (S4) dan 40% siswa golongan C (S6, S8). Hal ini menunjukkan bahwa hanya 50% siswa yang mampu memahami aliran elektron pada sel volta dengan benar bahwa elektron tidak dapat mengalir ke larutan, sedangkan 50% siswa yang lain memiliki

12 12 pemahaman yang salah mengenai aliran elektron pada sel volta. Kesalahan pemahaman tersebut dapat menimbulkan miskonsepsi. Pola 1 pada sel elektrolisis menggambarkan bahwa elektron yang berasal dari hasil oksidasi di anode mengalir akan mengalir melalui kabel menuju katode dan langsung ditangkap oleh partikel yang tereduksi di elektrode katode. Pola 1 ditunjukkan oleh semua siswa golongan A (S3, S7, S11) dan 40% siswa golongan C (S6, S8). Hal ini menunjukkan bahwa hanya 40% siswa yang mampu memahami aliran elektron pada sel elektrolisis dengan benar bahwa elektron tidak dapat mengalir ke larutan, sedangkan 60% siswa yang lain memiliki pemahaman yang salah mengenai aliran elektron pada sel elekrolisis. Namun, semua siswa tidak memahami fungsi baterai sebagai sumber elektron. Semua siswa hanya memahami secara makroskopik bahwa baterai memberikan muatan kepada elektrode, sehingga reaksi dapat berlangsung. Berdasarkan pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrokimia, dapat disimpulkan bahwa hanya 50% siswa mampu memahami aliran elektron pada sel elektrokimia dengan benar. Hal ini disebabkan siswa tidak mampu memahami sel elektrokimia secara submikroskopik dengan benar, sehingga timbul berbagai pola pikir dan konsepsi. Sebanyak 50% siswa menganggap bahwa elektron dapat mengalir melalui larutan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Garnet dan Treagust (1992) yang menyatakan bahwa miskonsepsi terbesar dalam konsep elektrokimia adalah siswa tidak memahami aliran elektron pada sel elektrokimia. PENUTUP Kesimpulan Representasi makroskopik, submikroskopik dan simbolik siswa terhadap sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia, yaitu: (1) sebagian besar siswa dapat merepresentasikan sel elektrokimia pada tingkat makroskopik ditinjau dari cara perangkaian beserta komponen dan kutub elektrode pada sel volta dan sel elektrolisis dengan benar, (2) semua siswa memberikan representasi yang bervariasi dalam merepresentasikan aliran ion dan elektron pada sel volta dan sel elektrolisis, sehingga ditemukan beberapa miskonsepsi yang ditunjukkan oleh siswa, (3) seluruh siswa mampu menuliskan persamaan reaksi dengan benar disertai dengan gambaran submikroskopik untuk menjelaskan representasi submikroskopiknya. Semua siswa golongan A (S3, S7, S11) memiliki pemahaman komprehensif mengenai sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia, sedangkan siswa golongan B dan C memiliki pemahaman parsial mengenai sistem dan prinsip kerja sel elektrokimia. Mereka tidak paham dalam hal fungsi jembatan garam, muatan elektrode, aliran ion atau aliran elektron. Pola hubungan yang sering ditunjukkan oleh siswa adalah hubungan representasi tingkat submikroskopik-simbolik dan makroskopik-simbolik. Hubungan yang jarang ditunjukkkan oleh siswa adalah hubungan representasi makroskopik-submikroskopik dan hubungan ketiga tingkat representasi. Selain itu, seluruh siswa memiliki pola pikir yang bervariasi. Hasil penelitian menemukan 7 pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel volta serta 3 pola pikir siswa dalam merepresentasikan aliran elektron pada sel elektrolisis.

13 13 Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka akan dipaparkan beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan. Saran-saran tersebut yaitu (1) siswa kesulitan merepresentasikan sel elektrokimia pada tingkat submikroskopik sehingga guru perlu mengajak siswa untuk melakukan percobaan secara makroskopik kemudian memberikan video animasi yang dapat menjelaskan konsep sel elektrokimia secara submikroskopik serta menunjukkan representasi simbolik dari fenomena tersebut (2) guru disarankan dalam proses pembelajaran menekankan pembahasan tentang aliran ion dan elektron secara mendalam untuk menghindari kesalahan konsep tersebut, (3) hasil penelitian ini masih terbatas pada 12 orang sehingga diperlukan penelitian lebih luas untuk memperkaya hasil temuan dengan masalah yang sama (4) penelitian yang telah dilakukan masih memiliki banyak kelemahan, khususnya dalam proses wawancara dan protokol wawancara yang digunakan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan mempersiapkan secara matang wawancara yang akan dilakukan dan memperinci protokol wawancara yang akan digunakan agar proses wawancara dan hasil yang diperoleh lebih maksimal. DAFTAR RUJUKAN Ceyhun, I. & Karagolge, Z Chemistry Student s Misconception in Electrochemistry. Australian Journal of Education Chemistry, 65 (4): Garnett, P.J & Treagust, D,F Conceptual Difficulties Experienced by Senior High School of Electrochemistry: Electrochemical (Galvanic) and Electrolytic Cells. Journal of Research In Science Teaching, 29 (10): Little, M.D World of Chemistry. Boston: Houghton Mifflin Company. Nahum. T.L., Hofstein, A., Naaman, R.M., & Bardov, Z Can Final Examination Amplify Students Misconception in Chemistry? Chemistry Education: Research and Practice, 5 (3): Nakhleh, M.B Why Some Students Don t Learn Chemistry: Chemical Misconceptions. Journal of Chemical Education, 69 (3): Rahayu, S., Treagust, D.F., Chandrasegaran, A.L., Kita, M., dan Ibnu, S Assesment of Electrochemical Concept: A Comparative Study Involving Senior High-School Student in Indonesia and Japan. Research in Science & Technological Education, 29 (2): Rahayu, S & Kita, M An Analysis of Indonesia and Japanese Students Understandings of Macroscopic and Submicroscopic Levels of Representing Matter and Its Changes. International Journal of Science and Mathematics Education, 32 (8): Sanger, M.J & Greeenbowe, T,J Common Student Misconceptions in Electrochemistry: Galvanic, Elctrolytic, and Concentration Cells. Journal of Research In Science Teaching, 34 (4): Sirhan, G Learning Difficulties in Chemistry: An Overview. Journal of Turkish Science Education, 4 (2): Winarko, S.H Analisis Pemahaman Siswa Kelas XII IPA di SMAN 1 Talun Kabupaten Blitar Terhadap Materi Elektrokimia.Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Kata kunci : pemahaman konsep, reaksi redoks, sel Volta, sel elektrolisis, tes diagnostik two tier.

Kata kunci : pemahaman konsep, reaksi redoks, sel Volta, sel elektrolisis, tes diagnostik two tier. MENGGALI PEMAHAMAN MAHASISWA KIMIA ANGKATAN TAHUN PERTAMA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG DALAM POKOK BAHASAN ELEKTROKIMIA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER Evi Yulistia Heriyana, Sri Rahayu,

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini mata pelajaran sains (IPA) merupakan mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini mata pelajaran sains (IPA) merupakan mata pelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini mata pelajaran sains (IPA) merupakan mata pelajaran yang kurang disukai oleh siswa. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh bahan ajar IPA yang disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat

BAB I PENDAHULUAN. dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasannya pada

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROLISIS

MODUL SEL ELEKTROLISIS MODUL SEL ELEKTROLISIS Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi

Lebih terperinci

MODIFIED CHEMISTRY DEMONSTRATION TO OVERCOME STUDENT S MISCONCEPTION IN TOPIC OF ELECTROCHEMICAL CELL

MODIFIED CHEMISTRY DEMONSTRATION TO OVERCOME STUDENT S MISCONCEPTION IN TOPIC OF ELECTROCHEMICAL CELL MEDIA DEMONSTRASI KIMIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI MAHASISWA PADA TOPIK SEL ELEKTROKIMIA MODIFIED CHEMISTRY DEMONSTRATION TO OVERCOME STUDENT S MISCONCEPTION IN TOPIC OF ELECTROCHEMICAL

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KECIL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KECIL Lampiran 1 SILABUS Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KECIL Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X-TSM/2 Pertemuan ke- : I Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. Standar Kompetensi Memahami

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR ILMIAH SISWA DAN MISKONSEPSI PADA MATERI ELEKTROKIMIA

KEMAMPUAN BERPIKIR ILMIAH SISWA DAN MISKONSEPSI PADA MATERI ELEKTROKIMIA KEMAMPUAN BERPIKIR ILMIAH SISWA DAN MISKONSEPSI PADA MATERI ELEKTROKIMIA Risa Asnawi 1, Effendy 2, dan Yahmin 2 1 SMA Ar-Risalah Kota Kediri, Jl. Aula Muktamar 2 Kediri 64117 2 Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I Soal No.1 Diketahui potensial elektrode perak dan tembaga sebagai berikut Ag + + e Ag E o = +0.80 V a. Tulislah diagram sel volta yang dapat disusun dari kedua

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI Tanggal : 06 April 2014 Oleh : Kelompok 3 Kloter 1 1. Mirrah Aghnia N. (1113016200055) 2. Fitria Kusuma Wardani (1113016200060) 3. Intan Muthiah Afifah (1113016200061)

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA Disusun oleh : Faiz Afnan N 07 / XII IPA 4 SMA NEGERI 1 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I. Praktikum ke : II ( Kedua ) II. Judul Praktikum : Beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Fenomena perubahan ini

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan

Lebih terperinci

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER Tri Yunita Maharani, Prayitno, Yahmin Universitas Negeri Malang E-mail: menik.chant@yahoo.com

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain) Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain) Neng Tresna Umi Culsum*, Ida Farida dan Imelda Helsy Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PREDIKSI, OBSERVASI, DAN EKSPLANASI (POE) PADA PEMBELAJARAN KONSEP SEL VOLTA

MODEL PEMBELAJARAN PREDIKSI, OBSERVASI, DAN EKSPLANASI (POE) PADA PEMBELAJARAN KONSEP SEL VOLTA MODEL PEMBELAJARAN PREDIKSI, OBSERVASI, DAN EKSPLANASI (POE) PADA PEMBELAJARAN KONSEP SEL VOLTA Yunita Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Bandung ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian ilmu kimia mengkhususkan pembahasan pada perubahan materi dan energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan komposisi zat menggambarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA 17 September 2016 1. TUJUAN Membuat baterai sederhana yang menghasilkan arus listrik 2. LANDASAN TEORI Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak

Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang Abstrak IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA ASPEK MAKROSKOPIK, SUBMIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 MALANG TAHUN AJARAN 2013/ 2014 Yusria Izzatul Ulva, Santosa, Parlan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh:

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh: JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh: 1. Rahma Tia (1113016200044) 2. Diana Rafita. S (1113016200051) 3. Agus Sulistiono (1113016200052) 4. Siti Fazriah (1113016200062) Kelompok 4

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Prof.Dr. Nana Syaodih (2008:18) Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA BARU JURUSAN KIMIA FMIPA UM ANGKATAN 2016 TENTANG FENOMENA PERUBAHAN MATERI

PERSEPSI MAHASISWA BARU JURUSAN KIMIA FMIPA UM ANGKATAN 2016 TENTANG FENOMENA PERUBAHAN MATERI PERSEPSI MAHASISWA BARU JURUSAN KIMIA FMIPA UM ANGKATAN 2016 TENTANG FENOMENA PERUBAHAN MATERI M. Muchson*, Yunilia Nur Pratiwi**, Oktavia Sulistina*, Darsono Sigit* * Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia 1. Reaksi redoks : MnO 4 (aq) + C 2 O 4 2- (aq) Mn 2+ (aq) + CO 2 (g), berlangsung dalam suasana asam. Setiap mol MnO 4 memerlukan H + sebanyak A. 4 mol B. 6 mol D. 10 mol C. 8 mol E. 12 mol 2. Reaksi

Lebih terperinci

Handout. Bahan Ajar Korosi

Handout. Bahan Ajar Korosi Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus mempelajari materi dan energi yang ditinjau dari segi sifat-sifat, reaksi, struktur, komposisi,

Lebih terperinci

Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim.

Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. SE L EL EK TR O LI SI S Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. Email enni_p3gipa@yahoo.co.id A. Pendahuluan 1. Pengantar Beberapa reaksi kimia dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi reduksi-oksidasi

Lebih terperinci

Analisis Bahan Ajar Sel Volta pada Buku Teks Kimia SMA/MA Berdasarkan Kriteria Keterhubungan

Analisis Bahan Ajar Sel Volta pada Buku Teks Kimia SMA/MA Berdasarkan Kriteria Keterhubungan Analisis Bahan Ajar Sel pada Buku Teks Kimia SMA/MA Berdasarkan Kriteria Keterhubungan Representasi Kimia Devi Pratiwi Sudrajat 1,a), Ida Farida Ch. 2,b), Ratih Pitasari 3,c) Mahasiswa Pasca Sarjana UPI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. A. Latar Belakang 1. B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. A. Latar Belakang 1. B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah. DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK. KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii v vii x xiv BAB I PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Batasan Masalah.

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH X TENTANG KEPERIODIKAN UNSUR MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER

MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH X TENTANG KEPERIODIKAN UNSUR MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER MENGGALI PEMAHAMAN KONSEP SISWA MADRASAH ALIYAH X TENTANG KEPERIODIKAN UNSUR MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO- TIER Ria Rahmaningsih, Prayitno, Yahmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER Muhammad Ali Kurniawan, Prayitno, Yahmin Universitas Negeri Malang Email: muhammadalikurniawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP REAKSI REDOKS IDENTIFICATION OF DIFFICULT CONCEPTS AND MISCONCEPTIONS OF REDOX REACTION

IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP REAKSI REDOKS IDENTIFICATION OF DIFFICULT CONCEPTS AND MISCONCEPTIONS OF REDOX REACTION Jurnal Zarah, Vol. 5 No. 1 (2017), Hal. 22-28 IDENTIFIKASI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP REAKSI REDOKS IDENTIFICATION OF DIFFICULT CONCEPTS AND MISCONCEPTIONS OF REDOX REACTION Trining Puji Astutik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERSEPSI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP MOL DAN TETAPAN AVOGADRO PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 MALANG TAHUN AJARAN

IDENTIFIKASI PERSEPSI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP MOL DAN TETAPAN AVOGADRO PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 MALANG TAHUN AJARAN IDENTIFIKASI PERSEPSI KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP MOL DAN TETAPAN AVOGADRO PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 MALANG TAHUN AJARAN 2012-2013 Reni Roikah, Fariati, dan Munzil Arief Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengalaman. Definisi lain mengenai belajar adalah proses aktif siswa untuk

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 205/206 MATA PELAJARAN KELAS : KIMIA : XII IPA No Stansar Materi Jumlah Bentuk No Kompetensi Dasar Inikator Silabus Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. KIMIA DASAR I PERTEMUAN 1 Tujuan Perkuliahan: Setelah proses pembelajaran ini selesai, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian dari larutan beserta contohnya. 2. Menjelaskan perbedaan larutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Rika Novi Marantika, 2014 Profil Model Mental Siswa Pada Penentuan H Reaksi Penetralan Dengan Tdm-Iae

BAB I PENDAHULUAN Rika Novi Marantika, 2014 Profil Model Mental Siswa Pada Penentuan H Reaksi Penetralan Dengan Tdm-Iae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan subjek yang secara umum terkait atau didasarkan pada struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut (Sirhan,

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan materi subyek yang menjelaskan mengenai struktur, komposisi, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Menurut Johnstone

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, buku teks pelajaran yang dianalisis adalah buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA kelas XII penulis A, penerbit B. Buku ini merupakan buku teks yang digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS Oleh : Anna Kristina Halim (02) Ardi Herdiana (04) Emma Ayu Lirani (11) Lina Widyastiti (14) Trisna Dewi (23) KELAS XII IA6 SMA NEGERI 1 SINGARAJA 2011/2012 BAB

Lebih terperinci

Wita Loka Rizki Siregar* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan * ABSTRACT

Wita Loka Rizki Siregar* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan *  ABSTRACT KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-DISCUSS- EXPLAIN-OBSERVE- DISCUSS-EXPLAIN (PDEODE) UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI BUFFER EFFECTIVENESS OF PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Whitten dkk., 2004). Johnstone (dalam

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN Dari Asam Buah Menjadi Listrik Hasil teknologi ini merupakan pengembangan hasil penelitian dari Alexander Volta. Dari penelitian volta disebutkan bahwa jika suatu deretan

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Indikator. Sifat Koligatif Larutan

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Indikator. Sifat Koligatif Larutan Model Pengintegrasian Nilai Pendidikan Karakter Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Indikator 1. Menjelaskan sifat-sifat koligatif larutan nonelektrolit dan elektrolit. 1.1 Menjelaskan penurunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menjelaskan tentang susunan, komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan materi,

Lebih terperinci

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER

MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER MENGGALI PEMAHAMAN SISWA SMA PADA KONSEP LAJU REAKSI DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK TWO-TIER Oscar Prananda Pajaindo, Prayitno, Fauziatul Fajaroh Universitas Negeri Malang E-mail: o5c4r.prananda@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Soliha Oktianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Soliha Oktianti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa sering menganggap bahwa kimia merupakan ilmu yang abstrak, dikemas dalam bahasa yang kompleks dan tidak menarik untuk dipelajari (Gilbert, 2004), sehingga siswa

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan subjek yang didasarkan pada konsep yang abstrak sehingga sulit dipahami, terutama ketika siswa ditempatkan pada posisi untuk mempercayai sesuatu

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL MENTAL MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA DENGAN KEMAMPUAN AWAL BERBEDA DALAM MEMAHAMI TOPIK SEL VOLTA

ANALISIS MODEL MENTAL MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA DENGAN KEMAMPUAN AWAL BERBEDA DALAM MEMAHAMI TOPIK SEL VOLTA MAKALAH PARALEL PARALEL B ISBN :978-602-73159-8 ANALISIS MODEL MENTAL MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA DENGAN KEMAMPUAN AWAL BERBEDA DALAM MEMAHAMI TOPIK SEL VOLTA Sunniarti Ariani 1*, Effendy 1, dan Suharti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang membawa dunia ke arah globalisasi dimana persaingan antar negara semakin ketat di berbagai bidang

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN ELEKTROKIMIA DI KELAS XII SMAN 1 PANTI

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN ELEKTROKIMIA DI KELAS XII SMAN 1 PANTI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN ELEKTROKIMIA DI KELAS XII SMAN 1 PANTI Indang Dewata 1 dan Nike Okmi Melyanti 2 Jurusan Kimia Universitas Negeri Padang Korespondensi:. Jl. Lettu Didik Nomor

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROKIMIA

MODUL SEL ELEKTROKIMIA MODUL SEL ELEKTROKIMIA ( Sel Volta dan Sel Galvani ) Standar Kompetensi: 2.Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.1.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Praktikum Skala-Kecil Seperti kita ketahui bahwa tidak mungkin mengukur potensial elektroda mutlak tanpa membandingkannya terhadap elektroda pembanding. Idealnya elektroda

Lebih terperinci

Elektron maksimal: 2(3 2 ) = Elektron maksimal: 2(4 2 ) = 32 elektron = elektron terakhir: 2 golongan II A 10 sisa 10

Elektron maksimal: 2(3 2 ) = Elektron maksimal: 2(4 2 ) = 32 elektron = elektron terakhir: 2 golongan II A 10 sisa 10 Struktur Atom Isotop: atom/ion yang memiliki jumlah proton (no atom) yang sama. Contoh: 17 Cl dan 17 Cl Isoton: atom/ion yang memiliki jumlah neutron (no massa-no atom) yang sama. Contoh: 14 6C dan 16

Lebih terperinci

Hubungan Kuat Arus Listrik dengan Keasaman Buah Jeruk dan Mangga

Hubungan Kuat Arus Listrik dengan Keasaman Buah Jeruk dan Mangga Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 42 Hubungan Kuat Arus Listrik dengan Keasaman Buah Jeruk dan Mangga Hana Kholida 1, Pujayanto 2 1,2 Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan

Lebih terperinci

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim.

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. e-mail enni_p3gipa@yahoo.co.id Di sekitar kita terdapat berbagai proses kimia yang dapat dijelaskan dengan konsep

Lebih terperinci

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice Zulfadli

Lebih terperinci

LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN LOGAM

LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN LOGAM LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN LOGAM Nama Anggota : 1. Christover Tony Manurung (08) 2. Ganda Fikri (15) 3. Muhammad Rizal Adamy (23) 4. Nukris Ariyo Cokro (24) 5. Ratna Dwi Hapsari (25) 6. Vita Oktanti

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL KONKRET DAN MODEL KOMPUTER DALAM MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA MATERI STRUKTUR SENYAWA ORGANIK (ISOMER)

KEEFEKTIFAN MODEL KONKRET DAN MODEL KOMPUTER DALAM MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA MATERI STRUKTUR SENYAWA ORGANIK (ISOMER) KEEFEKTIFAN MODEL KONKRET DAN MODEL KOMPUTER DALAM MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA MATERI STRUKTUR SENYAWA ORGANIK (ISOMER) Rika Septina Ratih Universitas Negeri Malang Email: rikaseptinaratih@gmail.com

Lebih terperinci

Bab 2. Reaksi Redoks dan Elektrokimia. A. Penyetaraan Reaksi Redoks B. Sel Elektrokimia C. Sel Elektrolisis D. Korosi dan Pengendaliannya

Bab 2. Reaksi Redoks dan Elektrokimia. A. Penyetaraan Reaksi Redoks B. Sel Elektrokimia C. Sel Elektrolisis D. Korosi dan Pengendaliannya Bab 2 Sumber: www.mpbdp.org Kalkulator bekerja karena terjadinya proses reaksi redoks. Reaksi Redoks dan Elektrokimia Hasil yang harus Anda capai: menerapkan konsep reaksi oksidasi reduksi dan elektrokimia

Lebih terperinci

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Hukum Faraday : The amount of a substance produced or consumed in an electrolysis reaction is directly proportional to the quantity of electricity that flows through the circuit.

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL MULTI LEVEL REPRESENTASI MAHASISWA TINGKAT I PADA KONSEP REAKSI REDOKS

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL MULTI LEVEL REPRESENTASI MAHASISWA TINGKAT I PADA KONSEP REAKSI REDOKS EduChemia Vol.1, No.1, Januari 2016 (Jurnal Kimia dan Pendidikan) eissn 25024787 ANALISIS KEMAMPUAN AWAL MULTI LEVEL REPRESENTASI MAHASISWA TINGKAT I PADA KONSEP REAKSI REDOKS Indah Langitasari Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA mengalami kesulitan dalam memahami konsep-kosep kimia. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na.

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na. 20 Soal + pembahasan. 1. Unsur-unsur golongan alkali disusun dengan meningkatnya nomor atom, yaitu : Li, Na, K, Rb dan Cs. Sifat-sifat golongan alkali yang betul adalah. A. sifat reduktor Na lebih kuat

Lebih terperinci

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan: KIMIA KELAS XII IPA KURIKULUM GABUNGAN 06 Sesi NGAN Review I Kita telah mempelajari sifat koligatif, reaksi redoks, dan sel volta pada sesi 5. Pada sesi keenam ini, kita akan mereview kelima sesi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi (yang tersusun oleh senyawa-senyawa) serta perubahannya, bagaimana senyawasenyawa itu bereaksi/

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp September 2014

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp September 2014 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF ELECTROLYSIS MULTIMEDIA PADA POKOK BAHASAN SEL ELEKTROLISIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI KELAS XII SMA Devi Ardiana Puspitasari dan Sukarmin Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Whitten, 2008, hlm. 3). Sebagian besar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN MATERI PERHITUNGAN KIMIA (STOIKIOMETRI) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 2012/2013

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN MATERI PERHITUNGAN KIMIA (STOIKIOMETRI) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 2012/2013 IDENTIFIKASI PEMAHAMAN MATERI PERHITUNGAN KIMIA (STOIKIOMETRI) PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG SEMESTER II TAHUN AJARAN 2012/2013 Dwi Fajar Yanti, Dermawan Afandy, Muhammad Su aidy Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya proses belajar-mengajar adalah berkomunikasi, guru berperan sebagai pemberi informasi, peserta didik berperan sebagai penerima informasi dan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM

PENGARUH CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) TERHADAP PERUBAHAN KONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI STRUKTUR ATOM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang penting; kimia membelajarkan mengenai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007). Belajar

Lebih terperinci

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Pembuatan Larutan CuSO 4 Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah salah satu cabang ilmu dalam pengetahuan alam (sains). Banyak siswa menganggap kimia sebagai pelajaran yang sulit. Pelajaran kimia sering dirasa

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA LEMBAR AKTIVITAS SISWA No SOAL & PENYELESAIAN 1 Pada elektrolisis leburan kalsium klorida dengan elektroda karbon, digunakan muatan listrik sebanyak 0,02 F. Volume gas klorin yg dihasilkan di anode, jika

Lebih terperinci

SILABUS. Kognitif: 1. Menjelaskan pengertian sifat koligatif. larutan. 2. Menentukan macam-macam sifat

SILABUS. Kognitif: 1. Menjelaskan pengertian sifat koligatif. larutan. 2. Menentukan macam-macam sifat Sekolah : SMA Negeri 5 Surabaya Mata Pelajaran : Kimia Kelas/semester : /1 Refernsi : BSNP / CIE Standar Kompetensi SILABUS : 1. Menjelaskan sifat- sifat koligatif larutan non-elektrolit dan elektrolit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Gabel (Chittleborough et al., 2002) yang menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Elektrolisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan

Lebih terperinci