PENGELOLAAN PENYADAPAN TANAMAN KARET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN PENYADAPAN TANAMAN KARET"

Transkripsi

1 i PENGELOLAAN PENYADAPAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell-Arg) DI PERKEBUNAN KARET GURACH BATU ESTATE PT BAKRIE SUMATERA PLANTATION Tbk, ASAHAN, SUMATERA UTARA AWLIYA RAHMI ARJA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Asahan, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2016 Awliya Rahmi Arja A

3 iii ABSTRAK AWLIYA RAHMI ARJA. Pengelolaan Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Asahan, Sumatera Utara. Dibimbing oleh SUPIJATNO. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Divisi IV Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Sumatera Utara sejak Februari 2016 sampai Juni Tujuan pelaksanaan magang adalah mempelajari dan melakukan kegiatan penyadapan karet untuk meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial secara langsung di lapangan. Penyadapan adalah kegiatan utama pada perkebunan karet, maka harus dilakukan dengan manajemen yang baik. Penyadapan di GBE belum sesuai dengan standar perusahaan namun masih dalam rentang yang dapat ditoleransi. Rata-rata ketebalan pemakaian kulit sadap ada frekuensi sadap d/4 dan d/3 adalah 1,3 mm dan 1,6 mm. Rata rata kedalaman irisan sadap pada sadapan d/4 adalah 2,5 mm dan pada sadapan d/3 0,9 mm. Produksi latek oleh penyadap kelas A lebih banyak dibanding kelas B, dan pemakaian kulit oleh kelas A lebih sedikit dibanding kelas B. Kecepatan menyadap kelas A dan kelas B tidak berbeda nyata yaitu sekitar 16,17 detik pohon -1 dan 17,97 detik pohon -1. Aplikasi zat stimulan yang dilakukan di Divisi IV GBE telah sesuai dengan aturan dan standar perusahaan. Persentase serangan KAS pada klon RRIM 921, PB 260 dan IRR 118 adalah 6,6%, 7,5%, dan 5,75%. Sebaiknya dilakukan penanganan yang lebih serius terhadap serangan KAS di GBE karena tingkat serangan tergolong tinggi. Pengawasan sadapan pada panel B sebaiknya lebih diperhatikan. Kata kunci: karet, penyadapan, stimulan ABSTRACT AWLIYA RAHMI ARJA. Rubber tapping system (Hevea brasiliensis Muell- Arg.) at Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Asahan, Sumatera Utara. Supervised by SUPIJATNO. The internship program was conducted at Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, North Sumatera began from Februari 2016 until June This internship was aimed to analyze rubber tapping system directly at the field so could improve the technical and management skill. Tapping was a main aspect in rubber plantation so it must be well managed and controlled. Tapping in GBE was not complify to company standard but still in tolerate range. Bark consumption of d/3 and d/4 tapping frequency were 1,3 mm and 1,6 mm and its tapping depth were 2,5 mm and 0,9 mm, both are out of company standard range. Latex production by A class tapper was higher than B class tapper and monthly bark consumption by A class tapper was lower than B class tapper. Tapping speed between A class tapper and B class tapper was not significantly different, it s around 16,17 second tree -1 and 17,97 second tree -1. Stimulant application in GBE is complify to company standard. Tapping Panel Dryness (TPD) disease in clone RRIM 921, PB 260 and IRR 118 are 6,6%, 7,5%, and 5,75%. There should be a serious effort to handle TPD because the precentage of disease was high. Tapping supervision in Panel B should be done better. Keywords: rubber,stimulant,tapping,

4 PENGELOLAAN PENYADAPAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell-Arg) DI PERKEBUNAN KARET GURACH BATU ESTATE PT BAKRIE SUMATERA PLANTATION Tbk, ASAHAN, SUMATERA UTARA AWLIYA RAHMI ARJA A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

5

6 PRAKATA Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul Pengelolaan Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Asahan, Sumatera Utara berdasarkan penelitian dan kegiatan magang yang telah dilakukan sejak Februari sampai Juni Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Supijatno, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Dr.Ir. Sudradjat, MS. dan Ibu Dr. Ir. Faiza C. Suwarno MS. selaku dosen penguji. Terima kasih kepada seluruh Bapak Ibu dosen Agronomi dan Hortikultura yang telah mengajarkan dan membagi ilmunya kepada saya. Terima kasih kepada manajer Gurach Batu Estate bapak Ir. Adni Said, asisten Divisi IV GBE bapak Hari Pramono S.P., dan karyawan GBE yang telah membantu kelancaran kegiatan magang dan pegambilan data untuk skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ama, adik-adik, seluruh keluarga, serta sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih. Bogor, November 2016 Awliya Rahmi Arja

7 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani Karet 2 Penyadapan 3 Konsumsi Kulit Sadapan 3 Tenaga Kerja Penyadapan 4 Aplikasi Zat Stimulansia 4 Kering Alur Sadap 5 METODE MAGANG 5 Tempat dan Waktu Penelitian 5 Metode Pelaksanaan 5 Pengamatan dan Pengumpulan Data 6 Analisis Data 7 KEADAAN UMUM 7 Letak Geografis dan Wilayah Administratif 7 Keadaan Iklim dan Tanah 8 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 8 Keadaan Tanaman dan Produksi 9 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Aspek Teknis 12 Aspek Manajerial 22 Pembahasan 24 KESIMPULAN DAN SARAN 26 Kesimpulan 26 Saran 27 DAFTAR PUSTAKA 27 LAMPIRAN 31 RIWAYAT HIDUP 40

8 DAFTAR TABEL 1 Luas areal konsesi dan tata guna lahan Gurach Batu Estate 8 2 Luas areal TBM dan TM karet Divisi IV GBE berdasarkan tahun tanam 9 3 Produksi dan produktivitas karet GBE tahun Rincian jumlah tenaga kerja aktif di kebun Gurach Batu Estate 11 5 Jumlah borongan penyadap pada setiap panel 16 6 Pengelolaan dan perencanaan bidang sadapan PT BSP 17 7 Kondisi kulit sadapan berdasarkan frekuensi penyadapan 17 8 Kondisi kulit sadapan berdasarkan panel sadap 18 9 Kecepatan sadap, pemakaian kulit, dan hasil sadapan penyadap 19 berdasarkan kelas 10 Warna kapur inspeksi Tanda inspeksi penyadapan yang digunakan di PT BSP 22 DAFTAR GAMBAR 1 Produksi karet kering bulanan Gurach Batu Estate tahun Bibit APM yang sudah diberi kapur 13 3 Penandaan tanaman yang terserang JAP dan gejalanya 14 4 Garis penuntun bukaan sadap tanaman karet 15 5 Penandaan batas hanca, tapping area, dan blok 16 6 Respon produksi lateks setelah aplikasi stimulan 19 7 Persentase tanaman terserang KAS pada beberapa klon tahun Tanaman yang terserang Kering Alur Sadap (KAS) dan bark nekrosis 20 9 Alat dan pelaksanaan inspeksi sadapan 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas 31 2 Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor dan krani 33 3 Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten 35 4 Peta kebun Gurach Batu Estate 37 5 Tabel curah hujan di GBE tahun Struktur organisasi kebun Gurach Batu Estate 39

9 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam adalah salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia yang diproduksi tanaman karet (Hevea brasiliesis Muell-Arg). Ekspor karet merupakan salah satu sektor yang selama ini menopang perekonomian Indonesia pasca krisis Data BPS (2014) menyebutkan bahwa pada tahun 2013 volume ekspor karet alam Indonesia mencapai ton dengan total nilai ekspor sebesar US$6,6 milyar. Ekspor karet Indonesia masih dalam bentuk karet remah. Sekitar 85,96% produksi karet alam Indonesia diekspor ke mancanegara dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi dalam negeri. Pemenuhan kebutuhan karet dunia sebagian telah tergantikan oleh karet sintetik. Adanya karet sintetik tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran karet alam. Beberapa kelebihan karet alam yang tidak dapat dipenuhi oleh karet sintetik adalah elastisitas yang tinggi dan daya lenting sempurna, daya aus yang tinggi, tidak mudah panas dan tahan terhadap keretakan. Tahun 2012 Indonesia memiliki perkebunan karet seluas ha dengan produksi mencapai ton dan produktivitas kg karet kering ha -1 (Ditjenbun, 2014). Perkebunan karet ini sebagian besar adalah perkebunan rakyat yaitu 85,06%, perkebunan besar milik swasta 7,9% dan perkebunan milik negara sebesar 6,95%. Perkebunan karet Indonesia masih jauh lebih luas dibandingkan lahan karet Malaysia dan Thailand namun produksi karet Indonesia masih di bawah negara-negara tersebut. Luas perkebuan karet Malaysia adalah ha dengan produktivitas kg ha -1 dan luas perkebunan karet Thailand sebesar ha dengan produktivitas kg ha -1 (ANRPC, 2011). Kuantitas dan kualitas sadapan di perkebunan karet Indonesia masih rendah, kebun tidak terawat, dan petani karet memiliki pendapatan yang kecil (Kemenperin, 2014). Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya produksi karet Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain: teknik budidaya yang kurang tepat, sistem eksploitasi atau manajemen teknis penyadapan yang belum efisien, penyakit akar dan kering alur sadap yang belum dapat teratasi, dan masih kurangnya pengembangan klon unggul yang tahan penyakit. Pelaksanaan teknis penyadapan karet akan berkaitan dengan produktivitas tanaman, umur ekonomis tanaman dan perencanaan produksi untuk periode mendatang. Manajemen penyadapan dapat dilakukan dengan memperhatikan konsumsi kulit sadap, keterampilan tenaga kerja penyadap, dan penggunaan aplikasi zat stimulansia. Konsumsi kulit akan dipengaruhi oleh frekuensi atau intensitas penyadapan, kedalaman irisan, ketebalan irisan dan waktu penyadapan. Bila faktor-faktor tersebut dikombinasikan dengan baik dan dirumuskan dalam bentuk notasi atau sistem eksploitasi yang benar maka akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman karet. Tenaga kerja penyadapan pada kelas berbeda memiliki tingkat keterampilan yang berbeda, sehingga jumlah produksi lateks yang dihasilkan juga berbeda (Robianto, 2013). Perkebunan karet Dolok Ulu PT BSRE menempatkan kelas penyadap pada sistem sadap yang berbeda karena akan mempengaruhi produksi dan pemakaian kulit sadapan. Penyadap Kelas A ditempatkan pada sadap tarik ½ S d/3 dan penyadap junior pada sistem sadap

10 2 sorong ¼ S d/3. Hal ini ditetapkan berdasarkan produksi cuplump yang dihasilkan (Wiguna, 2014) Harga karet di pasaran dunia (SIR 20) selama 2015 hanya USD 1,2 kg -1 sedangkan harga di tingkat petani adalah Rp4.000,00-Rp5.500,00 kg -1 karet kering. Harga ini adalah harga paling rendah selama satu dekade terakhir (Gapkindo, 2015). Harga karet 2016 mulai sedikit meningkat yaitu sekitar Rp7.000,00 kg -1 karet kering di tingkat petani (Gapkindo, 2016). Melihat harga karet yang merosot belakangan ini memang tidak dapat dihindari namun harus dihadapi dengan pengaturan manajemen penyadapan yang lebih efisien agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih banyak. Apabila kondisi ini dihadapi dengan gegabah tanpa perencanaan yang jelas maka hanya akan menambah kerugian. Penyadapan yang dilakukan sistem eksploitasi tinggi dan aplikasi zat stimulansia akan menyebabkan tingginya penyakit kering alur sadap. Penyadapan yang dilakukan sembarangan akan menghambat peremajaan kulit sadap (Obuayeba et al., 2009). Menjalankan manajemen penyadapan yang baik akan menjaga kontinuitas produksi karet dan meningkatkan produksi karet pada periode puncaknya. Selain itu, tanaman karet adalah tanaman perkebunan yang umur ekonomisnya cukup panjang mencapai 20 tahun. Harga yang merosot selama dua tahun terakhir seharusnya tidak lantas menyurutkan semangat karena masih akan tertutupi dengan masa produksi yang panjang. Seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi masih ada kemungkinan dan peluang bahwa dalam setahun atau dua tahun ke depan harga karet akan kembali membaik. Tujuan Pelaksanaan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan teknis dan manajerial tentang penyadapan karet secara langsung di lapangan. Tujuan magang secara khusus adalah mempelajari dan mengetahui sistem penyadapan tanaman karet di perkebunan karet Gurach Batu Esatate PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Asahan, Sumatera Utara. Setelah mengikuti pekerjaan sesuai dengan prosedur, dapat meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial secara langsung di lapangan. TINJAUAN PUSTAKA Botani Karet Karet adalah tanaman yang berasal dari wilayah Amerika yang beriklim tropis, karet bisa tumbuh di Indonesia yang juga beriklim tropis. Karet merupakan tanaman dataran rendah dengan ketinggian m dpl. Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai meter. Kulit batang karet mengandung getah yang disebut lateks. Getah inilah yang dipanen dari tanaman karet dangan cara penyadapan (Siregar dan Suhendry, 2013). Tanaman karet dapat disadap mulai umur 5-6 tahun. Produktivitas lateks umumnya akan semakin meningkat sesuai dengan pertambahan umur tanaman. Tahun-tahun awal sejak mulai disadap produksi karet biasanya hanya

11 3 kg karet kering ha -1 tahun -1. Produksi tersebut akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada tahun ke-8 sebesar kg karet kering ha -1 tahun- 1. Setelah itu, produksi akan terus menurun sampai diremajakan (Setiawan dan Andoko, 2005). Penyadapan Produksi lateks dari tanaman karet selain ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm dan 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut maka areal pertanaman sudah siap dipanen. Menurut Balitsembawa (2006), beberapa hal yang perlu diperhatikan saat awal membuka bidang sadap adalah: Peralihan tanaman dari TMB ke TM, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik maka tanaman karet akan memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 6 tahun. Tinggi bukaan sadap,tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Downward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system,uts) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah. Waktu bukaan sadap, Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu pada permulaan musim hujan (Juni) dan permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak semua tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap. Kemiringan irisan sadap, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan sebesar 40 dari garis horizontal. Besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 30 bila mendekati pertautan bekas okulasi. Jika menggunakan sistem sadapan ke atas maka sudut irisan akan semakin membesar. Prinsip penyadapan adalah mengeluarkan getah karet (lateks) dengan melukai kulit batang tanaman karet secara terukur dan terbatas. Penyadapan pada batang utama bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks di kulit pohon. Pembuluh lateks yang dilukai akan pulih kembali dalam rentang waktu tertentu sehingga dapat dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya Keluarnya lateks karena adanya tekanan pada pembuluh lateks dari tekanan turgor sel. Semakin banyak isi sel semakin besar tekanan tugor pada dinding sel. Tekanan turgor paling besar pada tanaman karet terjadi sekitar pukul pagi (Rodrigo, 2010). Penyadapan dianjurkan untuk dilaksanakan pada rentang waktu tersebut. Penyadapan memberikan pengaruh besar terhadap konsentrasi karbohidrat pada batang tanaman. Konsentrasinya lebih tinggi dibanding pada pohon karet yang tidak disadap. Regenerasi dan biosintesis lateks memerlukan karbohidrat sebagai substrat dan sumber energi metabolik mengingat bahwa penyadapan adalah sebagai sink tambahan yang mengalihkan atau membelokkan karbohidrat dari fungsi normalnya (Silpi et al., 2007). Konsumsi Kulit Sadapan Konsumsi kulit sadapan akan menentukan umur produksi tanaman. Selain frekuensi sadap yang digunakan, standar pemakaian kulit juga mempengaruhi

12 4 konsumsi kulit sadap. Kedalaman sadap yang tidak sesuai (lebih dalam) dari yang dianjurkan menyebabkan semakin tipisnya kulit yang tersisa dan semakin besar resiko luka kayu yang akan mengakibatkan semakin tipisnya kulit pulihan yang terbentuk sehingga menyulitkan dalam kegiatan penyadapan selanjutnya (Kiswara, 2007). Sekitar awal tahun 2000-an ditemukan stimulan untuk meningkatkan produksi lateks. Aplikasi stimulan ini dapat meningkatkan produktivitas lateks dan mengurangi tenaga kerja penyadapan namun tidak semua klon karet dapat diaplikasikan stimulan (Soumahin et al., 2009). Konsumsi kulit per bulan atau per tahun ditentukan oleh rumus sadap atau notasi sadap yang digunakan. Contoh rumus sadap untuk sistem eksploitasi konvensional yaitu ½ S, d/2, 100%. Maksudnya adalah penyadapan pada setengah lingkaran batang dua hari sekali dengan intensitas 100%. Rumus tersebut berarti setiap bulan kulit yang tersadap adalah 2,5 cm, 10 cm/4 bulan, atau 30 cm/tahun (Siregar dan Suhendry, 2013). Contoh rumus sadap sistem sadap menggunakan stimulan yaitu ½ S d/3+et 2,5%. Ga 0,5 (-) 9/y (3w). Artinya sadap setengah spiral sekali dalam tiga hari menggunakan stimulan etefon 2,5%, dengan sistem groove application yang dilakukan sembilan kali dalam setahun dan interval pemberian setiap tiga minggu sekali (Priwanto, 2009) Double Cut Alternative (DCA) adalah sistem penyadapan yang dilakukan dengan membuka sadapan di kedua sisi bersamaan, sadap atas dan sadap bawah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa DCA tidak memberikan dampak yang nyata terhadap pertumbuhan dan lingkar batang namun memingkatkan konsumsi kulit sadapan sebesar 13-19%. DCA juga meningkatkan produktivitas tenaga penyadap dan efisien tanpa zat stimulansia (Sdoodee et al., 2012). Tenaga Kerja Penyadapan Selain tanaman sebagai modal dalam produksi, tenaga kerja juga merupakan faktor yang tidak bisa lepas dari kegiatan produksi. Kelas sadap seorang penyadap dipengaruhi oleh pengalaman menyadap. Penentuan kelas biasanya dilakukan oleh mandor sadap berdasarkan kualitas sadapan sesuai dengan petunjuk dari perusahaan. Hal-hal yang dinilai dalam penentuan kelas sadap antara lain kedalaman sadap, tebal kulit sadapan, sudut sadapan, kelengkapan alat sadap, serta ada dan tidaknya tanaman yang tidak disadap atau lateks yang tidak dikutip. Secara umum, semakin lama pengalaman menyadap maka kemampuan manyadap (kelas sadap) semakin baik (Robianto, 2013). Menurut Asim (2012) faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap produksi lateks yang dihasilkan dari penyadapan. Penyadapan dengan intensitas rendah dengan aplikasi zat stimulansia dapat menurunkan kebutuhan jumlah tenaga kerja sadap sampai 33% (Soumahin, 2009). Hal ini diukur dengan margin keuntungan yang masih positif setelah diperhitungkan dengan jumlah produksi, harga karet, upah tenaga kerja dan dosis zat stimulansianya. Aplikasi Zat Stimulansia Stimulansia adalah zat yang digunakan untuk memacu gas etilen pada tanaman karet sehingga lateks mengalir lebih banyak. Bahan aktif yang digunakan biasanya adalah etefon yang dioleskan pada bidang sadap. Stimulasi penyadapan

13 5 menggunakan etilen meningkatkan produksi lateks beberapa gram per penyadapan pada tanaman karet tidak ada perbedaan produksi lateks kumulatif dibandingkan dengan penyadapan konvensional. Kadar karet kering (KKK) lateks pada pohon yang beri zat stimulansia secara terus menerus akan lebih rendah 4-5% dibandingkan dengan yang tidak diberi zat stimulansia (Sainoi dan Sdoodee, 2012). Kering Alur Sadap Kering alur sadap (KAS) atau dikenal dengan istilah kulit dalam cokelat (bruine binnenbast atau brown bark atau bark dryness atau brown bast) yang sering disingkat menjadi BB merupakan penyakit yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab utamanya. Penyakit ini telah diketahui sejak awal budidaya karet dilakukan dan akhir-akhir ini mulai menimbulkan masalah serius di beberapa negara penghasil karet alam (Fairuzah, 2011). KAS mulai dilaporkan pertama kali di Brazil tahun 1990, terdapat 35 artikel mengenai KAS sampai tahun 1930 dan 327 artikel sejak tahun (Jacob dan Krishakumar, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa serangan KAS sudah terjadi sejak lama dan tersebar luas pada budidaya karet dunia. Menurut Sumarmadji (2005), KAS disebabkan karena tanaman disadap dengan intensitas tinggi (over eksploitasi) ataupun pemberian stimulansia yang berlebihan tanpa disertai pemupukan. Tanaman yang berumur lebih tua sering dilaporkan mengalami KAS lebih tinggi dikarenakan adanya interaksi dengan tingkat eksploitasi yang lebih tinggi. METODE MAGANG Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan magang ini dilaksanakan di perkebunan karet Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Asahan, Sumatera Utara. Magang dilakukan selama empat bulan dimulai dari Februari 2016 sampai dengan Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan dengan mengikuti serangkaian kegiatan teknis dan manajerial secara umum di perkebunan karet Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Asahan, Sumatera Utara. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan teknis sebagai karyawan harian lepas selama 1,5 bulan dan kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor selama 1,5 bulan serta sebagai pendamping asisten sub-divisi selama satu bulan. Kegiatan teknis yang dilaksanakan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) adalah kegiatan persiapan penyadapan, pemeliharaan TBM dan TM, pengendalian gulma dan penyakit, aplikasi zat stimulansia, penyadapan, pengumpulan lateks dan penimbangan hasil. Kegiatan persiapan penyadapan meliputi sensus pokok, penggambaran bidang sadap, pemasangan alat sadapan, pembagian hanca, dan pembukaan sadapan awal. Rincian kegiatan sebagai KHL dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan manajerial yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor sadap dan perawatan adalah mengawasi kegiatan kerja, mengecek kehadiran

14 6 karyawan, dan membuat laporan realisasi pekerjaan harian. Kegiatan sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan sebagai pendamping asisten meliputi kegiatan rutin briefing pag membahas permasalahan teknis dikebun, rapat bersama staf, kontrol dan pengawasan penyadapan. Rincian kegiatan sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengamatan dan Pengumpulan Data Data Primer 1. Kondisi Kulit Sadapan Data diperoleh dengan mengamati tiga orang tenaga kerja penyadap pada 20 tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada frekuensi penyadapan tiga hari sekali (d/3) dan empat hari sekali (d/4), sadapan Panel A dan Panel B. Pengamatan diulang tiga kali (tiga hari berturut-turut). Parameter kondisi sadapan yang diamati adalah : a. Tinggi alur sadap. Diperoleh dengan mengukur tinggi bukaan alur sadap dari permukaan menggunakan meteran diukur dari tautan okulasi. b. Lingkar batang. Diperoleh dengan mengukur lilit batang yang diukur 100 cm dari tautan okulasi. c. Konsumsi kulit sadapan. Diperoleh dengan mengukur tebal kulit yang disadap pada hari itu (tatal) menggunakan penggaris. d. Kedalaman irisan sadapan dari lapisan kambium. Diperoleh dengan mengukur dalamnya sadapan dengan menusuk kulit sisa sadapan menggunakan alat tusuk berupa jarum inspeksi dengan skala. Pengamatan tebal irisan sadap dan kedalaman sadap diukur pada tiga titik yaitu : bagian atas, tengah, dan bawah pada bidang sadapan. 2. Tenaga Kerja Sadap Pengamatan dilakukan pada masing-masing kelas penyadap(kelas A dan Kelas B) yang telah ditentukan oleh perusahaan. Ada lima orang penyadap yang diamati pada masing masing kelas. Hal yang diamati mengenai tenaga kerja penyadapan adalah: a. Jumlah pohon yang dapat disadap: menghitung jumlah pohon yang dapat disadap per hanca sadap oleh penyadap dalam satu hari. b. Pemakaian kulit sadapan: pengamatan dilakukan pada 10 pohon yang disadap oleh masing-masing penyadap pada gilir sadap tertentu. Data hasil pemakaian kulit sadap diukur menggunakan penggaris setelah pohon tersebut disadap 10 kali. c. Kecepatan menyadap: data kecepatan menyadap diukur dari waktu yang diperlukan oleh masing-masing penyadap menyelesaikan penyadapan 30 pohon. d. Hasil sadapan: menghitung jumlah lateks yang dapat dihasilkan oleh masing-masing penyadap dalam satu hari. 3. Aplikasi zat stimulansia Beberapa hal yang diamati mengenai aplikasi zat stimulansia adalah waktu aplikasi, dosis, konsentrasi (pengenceran), cara aplikasi, frekuensi aplikasi, zat stimulansia yang dipakai (bahan aktif dan merek dagang). Data akan dibandingkan apakah data yang diperoleh di lapangan sesuai dengan aturan dan

15 7 standar yang telah ditetapkan perusahaan. Pengamatan juga dilakukan terhadap respon hasil produksi lateks setelah aplikasi stimulan pada klon yang ada di Divisi IV GBE. 4. Persentase tanaman yang terserang Kering Alur Sadap (KAS) Tanaman yang terserang Kering Alur Sadap (KAS) di kebun diamati secara visual. Pengamatan dilakukan pada tanaman yang bidang sadapannya Panel A, Panel B dan Panel H. Tanaman sampel yang akan diamati adalah 200 tanaman dari tiap blok yang ditentukan secara acak. Pengamatan dilakukan pada tanaman dengan klon PB 260, RRIM 921, dan IRR 118. Jumlah tanaman yang terserang KAS dipresentasekan lalu dikalikan dengan jumlah tanaman pada blok tersebut. Data Sekunder a. Produktivitas tanaman Data diperoleh dari laporan tahunan perusahaan tentang produksi dan produktivitas tanaman selama tahun b. Keadaan tanaman dan produksi Menganalisis arsip blok tanaman, tahun penanaman, dan klon yang ditanam di perkebunan karet Gurach Batu Estate PT BSP. c. Kelas penyadap di kebun Data ini diperoleh dari arsip perusahaan mengenai syarat penentuan kelas penyadap berdasarkan mutu sadapan sesuai prosedur operasional standar penyadapan perusahaan. d. Letak geografis dan administratif, keadaan iklim dan tanah Mengenali batas-batas kebun secara administratif, menentukan letak geografis kebun Gurach Batu Estate PT BSP dengan cara mempelajari peta kebun. Mencari data laporan catatan curah hujan kebun dilanjutkan dengan studi pustaka mengenai tipe iklim di PT BSP berdasarkan klasifikasi Schmidth- Ferguson. e. Struktur organisasi dan ketenagakerjaan Data ini diperoleh dari arsip perusahaan mengenai struktur organisasi kebun di Gurach Batu Estate PT BSP dan laporan jumlah tenaga kerja efektif tahun Analisis Data Data yang diperoleh dinalisis secara kuantitatif dan kualitatif, mencari ratarata, mempersentasekan, dan menggunakan uji t-student taraf 5%. Data yang diolah diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan nilai rataan yang didapat dengan standar perusahaan. KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Wilayah Administratif PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk merupakan perusahaan swasta dibawah naungan Bakrie group. Wilayah Sumut I PT BSP terdiri dari 7 estate, 1 pabrik karet dan 1 pabrik kelapa sawit. Lokasi magang berada di Divisi IV Gurach Batu Estate yang secara administratif adalah bagian dari Kecamatan Pulo Bandring, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Letak kebun GBE geografis ada di

16 8 3 2 LU dan BT. Batas-batas wilayah kebun Gurach Batu Estate adalah sebelah barat dengan Kec. Sungai Puleh, sebelah selatan dengan Kec.Silau Maraja dan Kec.Sukadamai, sebelah timur dengan Kec. Sidodadi, dan sebelah utara dengan Kec. Pulo Bandring serta perkebunan PTPN V. Lokasi perkebunan hanya berjarak ±10 km dari pusat kota Asahan dan 162 km dari kota Medan. Batas wilayah dan letak geografis Gurach Batu Estate dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Tanah Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson iklim di GBE termasuk tipe B yang bersifat basah. Curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir adalah 1.620,75 mm tahun -1, hari hujan 98,5 hh tahun -1, 2,4 bulan kering, dan 7,8 bulan basah. Data curah hujan GBE selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan data yang diperoleh dari arsip perusahaan wilayah kebun Gurach Batu Estate berada diketinggian m dpl dan kemiringan 0-8%. Jenis tanah di wilayah kebun GBE adalah tanah podsolik merah kuning, tekstur tanah liat berpasir dengan ph 4-6. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Berdasarkan HGU No.66/HGU/DA/85/B/51PT BSP diizinkan mengelola ha untuk budidaya karet dan kelapa sawit di 7 Estate. Gurach Batu Estate berada pada areal seluas ha yang dibagi menjadi 4 divisi. Luas areal untuk budidaya sawit adalah 987 ha dan untuk karet seluas ha. Areal yang digunakan selain untuk tanaman produksi adalah seluas 101 ha meliputi kantor, gudang, pondok pekerja, jalan, sungai dan rel. Tata guna lahan dan luas areal GBE dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas areal konsesi dan tata guna lahan Gurach Batu Estate Penggunaan lahan Luas per divisi (ha) Total GB1 GB2 GB3 GB4 (ha) Kelapa Sawit 987 TM TBM Karet 2474 TM TBM Nursery Penggunaan lain 101 building sites jalan, sungai, rel Tanah yang dipinjamkan untuk jalan umum Total Sumber: Laporan luas ha GBE per maret 2016 Kegiatan magang dan pengambilan data dilakukan di Divisi IV GBE seluas 903 ha. Komoditas yang ada di Divisi 4 seluruhnya adalah tanaman karet saja.

17 9 Keadaan Tanaman dan Produksi Sebelum ditanami karet, GBE adalah areal perkebunan tembakau di bawah perusahaan Belanda. Areal tanaman karet yang ada di GBE sekarang adalah tanaman karet yang sudah diremajakan berkali-kali sejak tahun Sejak tahun 1993 mulai dilakukan konversi sebagian lahan ke kelapa sawit. Sekarang ini areal yang masih digunakan untuk tanaman karet adalah 71,5% dari total areal budidaya GBE. Blok tanaman di Divisi IV GBE dibagi berdasarkan tahun tanam dan klon. Lokasi dan posisi blok dalam kebun tidak tersusun atau berurut. Luas tiap blok juga tidak semuanya sama. Tahun 2016 ini ada 24 blok yang terdiri dari berbagai jenis klon yaitu 5 klon prang besar (PB 330, PB340, PB 260, PB 366, PB 314), 1 klon prang merah (PM 10), 2 klon IRR (IRR 118 dan IRR series), GT1, dan T3601B. Jarak tanam yang digunakan sampai tahun 2005 adalah 5,5 m 3,8 m dengan populasi 478 tanaman ha -1. Sejak 2006 sampai sekarang jarak tanam yang digunakan adalah 6,5 m 3 m dengan populasi 512 tanaman ha -1. Luas areal tanaman belum menghasilkan(tbm) dan tanaman menghasilkan (TM) yang ada di Divisi IV GBE dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas areal TBM dan TM karet Divisi IV GBE berdasarkan tahun tanam Tahun tanam Divisi Total GB1 GB2 GB3 GB4 (ha) Tanaman Menghasilkan Total TM Tanaman belum menghasilkan Total TBM Sumber: Laporan Luas Areal produksi GBE per maret 2016 Sebagian besar tanaman karet yang ada di Divisi IV GBE adalah tanaman menghasilkan yaitu seluas 876 ha. Sedangkan tanaman belum menghasilkan hanya seluas 1 ha. Sejak 2010 belum ada program peremajaan tanaman karet di divisi IV GBE. Tanaman belum menghasilkan yang ada saat ini merupakan lahan bekas pondok yang diolah dan tanami kembali. Produksi tanaman karet di Gurach Batu Estate dari tahun mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya luas areal TM

18 10 selama tahun 2015 sebanyak 87 ha dan tidak ada TM yang diremajakan (replanting). Namun produktivitasnya tidak selalu mengalami peningkatan. Produktivitas tanaman karet per tahun pada tahun 2014 adalah 1.653,3 kg ha -1 dan pada tahun 2015 turun menjadi 1.602,34 kg ha -1. Angka produksi dan produktivitas tanaman karet Gurach Batu Estate selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi dan produktivitas karet GBE tahun Tahun Luas lahan TM Produksi Produktivitas per tahun (ha) (kg) (kg ha -1 ) , , , , ,34 Sumber: Laporan statistik karet GBE dan review produksi GBE Produktivitas karet di GBE lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas perkebunan karet nasional. Produktivitas karet nasional tahun 2014 adalah 1036 kg ha -1 dan produktivitas perkebunan swasta adalah 2014 adalah 1514 kg ha -1 (Ditjenbun, 2014). Bila dibandingkann dengan perusahaan swata lain seperti PT BSRE dan tulung gelam estate PT PP London Sumatera Indonesia, produktivitas karet di GBE relatif setara. Produktivitas PT BSRE tahun 2012 adalah kg ha -1 (Wiguna, 2014). Produktvitas tanaman karet di TGE PT PP London Sumatera adalah sebesar kg ha -1 (Robianto, 2013). Produksi rata-rata per bulan selama tahun 2014 adalah kg, sedangkan pada 2015 adalah kg. Grafik produksi bulanan tanaman karet di GBE dapat dilihat pada Gambar 1. produksi (kg karet kering) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Gambar 1. Produksi karet kering bulanan Gurach Batu Estate tahun Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa produksi karet selalu menurun pada bulan Februari-Maret-April dan akan mulai naik lagi pada bulan Mei. Hal ini disebabkan oleh gugurnya daun selama bulan-bulan tersebut. Absisi/ pengguguran daun tanaman karet dilakukan untuk penyesuaian fisiologis tanaman karet dengan lingkungan terutama air dan nutrisi. Bila dilihat curah hujan selama bulan Februari sampai April 2015 di bawah 60 mm/bulan dan termasuk bulan kering.

19 11 Kekurangan air dan pengguguran daun ini menyebabkan produksi lateks tidak maksimal. Selama gugur daun ini aplikasi stimulan dihentikan dan frekuensi sadapan beberapa klon dijadikan d/4. Semua hasil produksi lateks, cuplump, dan treelace di GBE diolah di Bunut Rubber Factory (BFR) milik PT BSP. Pengolahan utama di Pabrik Bunut adalah lateks konsentrat atau Cenex, SIR 3, dan SIR 10. Pengangkutan lateks dari gudang pengumpulan ke pabrik menggunakan truk bertangki dan lori berkapasitas 2 ton tangki -1. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Wilayah sumut I PT BSP dipimpin oleh manajer area, sedangkan estate di pimpin oleh seorang manajer. Empat divisi yang ada di GBE dipimpin oleh asisten yang mengelola sekitar ha. Urusan administrasi dan distribusi dilakukan oleh krani yang dipimpin oleh kepala krani (Chief clerk) dan dibantu oleh 3-5 krani di tiap divisi. Tugas krani dibagi beberapa bagian yaitu krani produksi, krani timbang, krani panen dan krani distribusi. Jumlah total tenaga kerja di GBE adalah 790 orang, dengan demikian indeks tenaga kerjanya (ITK) adalah sebesar 0,22 orang ha -1. Angka ITK ini lebih kecil dibandingkan dengan perkebunan karet yang lain karena di GBE tidak seluruhnya tanaman karet jadi kebutuhan tenaga kerjanya juga lebih sedikit. ITK di GBE lebih rendah dibandingkan perkebunan karet TGE PT PP London Sumatera sebesar 0,38 orang ha -1 (Robianto, 2013). Sedangkan bila dibandingkan dengan ITK di PT BSRE relatif sama yaitu sebesar 0,28 orang ha -1 (Wiguna, 2014). Rincian jumlah tenaga kerja GBE dapat pada Tabel 4. Tabel 4. Rincian jumlah tenaga kerja aktif di kebun Gurach Batu Estate Jabatan Jumlah Staf 5 Karyawan tetap (SKUdan HIP) 686 Karyawan tidak tetap (PKWT dan Casual Labour) 36 Tenaga Musiman Fungsional 63 Total 790 Sumber:Buku laporan tenaga kerja Aktif Status ketenagakerjaan di GBE dibagi menjadi Staf, karyawan tetap (SKU dan HIP), karyawan tidak tetap (pekerja kontrak waktu tertentu, casual labour), dan tenaga musiman fungsional (TMF). Karyawan tetap diberi gaji bulanan dengan premi, layanan kesehatan, jatah beras bulanan atau catu, dan rumah pondok. Karyawan tidak tetap juga dibayar dengan gaji bulanan dengan premi namun tidak mendapatkan fasilitas lainnya. Sedangkan TMF dibayar berdasarkan hasil sadapannya yang dikonversi ke harga karet kering saat itu tanpa premi. Jam kerja harian di GBE adalah 7 jam dengan standar kerja yang berbeda beda sesuai yang telah ditetapkan di buku budget perusahaan. Sistem kerja harian penyadap adalah menyelesaikan hanca sadapnya berdasarkan pembagian hanca yang dilakukan oleh mandor. Sistem kerja untuk tenaga kerja perawatan seperti pengendalian gulma, pemasangan alat sadap, perbaikan jalan, dan pembongkaran tanaman dilakukan selam 7 jam untuk 1 HK dan harus menyelesaikan pekerjaan sesuai standar kerja perusahaan.

20 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pembibitan dan Okulasi Pembibitan di Gurach Batu Estate untuk sementara tidak dilakukan karena belum ada program replanting dalam waktu dekat. Oleh karena itu, dilakukan kunjungan ke pembibitan yang ada di Aek Selabat Estate. Pembibitan di Aek Selabat Estate ada seluas 2 ha. Klon yang tanam dipembibitan saat ini adalah PM10 dan PB 330, untuk batang atas GT1, AVROS dan PB260 untuk batang bawah. Asal benih yang ada dari seed garden (legitim) dan ada yang berasal dari benih sapuan (illegitim). Ada dua jenis pembibitan yang ada di ASE yaitu pembibitan langsung ditanah dan pembibitan polybag. Okulasi yang dilakukan di GBE ada 2 yaitu okulasi hijau (green budding) dan okulasi coklat (brown budding). Okulasi hijau dilakukan saat bibit karet berumur 4-6 bulan dengan diamater batang 0,8-1,2 cm. Sedangkan okulasi coklat dilakukkan saat bibit karet berumur lebih dari 6 bulan dengan diameter batang 1,3-2,0 cm. Mata tunas yang akan ditempel diambil dari kebun entres. Kebun entres GBE ada di Divisi II seluas 6 ha. Klon yang ditanam adalah PB 260, PB 330, PB 340, PB 217, RRIC 100, RRIM 921, T3601B, T3401B, dan PM 10. Standar kerja untuk okulasi adalah 175 okulasi hk -1 dan okulasi yang dapat dilakukan saat kegiatan magang adalah 50 okulasi hk -1. Penyisipan TBM Penyisipan tanaman dilakukan saat bibit berumut 1-2 tahun. Bibit untuk penyisipan juga ditanam bersamaan dengan penanaman awal. Bahan tanam untuk penyisipan yang dilakukan ketika magang menggunakan APM (advance planting material) yang ditanam di kebun APM. Bibit APM dipersiapkan 3 minggu sebelum dilakukan penyisipan. Sebelum dipindahkan dilakukan topping dan chopping. Chopping adalah pemotongan akar tunggang pada tanaman yang akan dipindahkan. Tanah disekeliling tanaman digali ±20 cm dari pangkal batang lalu dipotong pada kedalaman 60 cm. Sekitar 2 minggu setelah itu dilakukan topping atau pemotongan daun dan cabang tanaman. Pemotongan dilakukan pada ketinggian 2,75 m atau tepat dibawah mata cincin dengan kemiringan potongan 45. Setelah dipotong ujung batang diolesi coaltar untuk menutup luka pemotongan. Seminggu setelah pemotongan barulah tanaman dipindahkan ke lokasi yang akan disisip. Setelah tanaman disisip, 3 minggu kemudian dilakukan pengapuran pada batang tanaman. Kapur pertanian (kaptan) yang dicampur dengan air hingga menjadi pasta dioleskan pada batang tanaman hingga ketinggian 2,5 m. Contoh tanaman sisipan yang telah diolesi kapur dapat dilihat pada Gambar 2. Tujuan pengapuran batang ini adalah untuk mencegah tumbuhnya tunas-tunas baru disisi batang sehingga batang tetap lurus tegak, dan bidang sadap akan lebih datar tanpa benjolan bekas tunas.

21 13 Gambar 2. Bibit APM yang sudah diberi kapur. Standar kerja untuk chopping dan topping APM adalah 60 bibit hk -1. Prestasi kerja yang dapat dilakukan saat magang adalah 54 bibit hk -1 dan yang dapat dilakukan oleh karyawan harian adalah 60 bibit hk -1. Standar kerja pemberian Kapur pada APM adalah 100 bibit hk -1 sedangkan yang dapat dilakukan adalah 36 bibit hk -1. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma yang dilakukan terhadap TBM adalah secara strip spraying dan babat manual. Strip spraying dilakukan pada barisan tanaman dengan lebar 0,75 m ke kiri dan kanan tanaman. Tujuan dilakukan strip spraying adalah untuk mengendalikan gulma di sekitar jalur penyadapan dan memudahkan jalan penyadap. Sedangkan babat manual dilakukan untuk gulma yang sudah tinggi di gawangan atau di pinggiran blok. Umumnya gulma yang dikendalikan pada pembabatan manual adalah gulma berkayu dan gulma paku yang tumbuh tinggi. Herbisida yang digunakan adalah BioUp yang bahan aktif IPA glifosat dengan dosis 0,35 L ha -1. Selain itu digunakan juga herbisida Cyro yang berbahan aktif metil metsulfuron dengan dosis 0,001 L ha -1. Herbisida yang dipakai tersebut adalah herbisida sistemik untuk mengendalikan gulma jenis daun lebar. Gulma yang ada di divisi IV GBE umumnya adalah jenis paku pakuan dan daun lebar seperti Nephrolevis bisserata, Mikania micrantha,dan Melastoma affine. Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah micron herby kapasitas 10 L dan knapsack sprayer dengan kapasitas 15 L. Menurut standar kerja perusahaan yang tercantum dalam BME-WI-15 flowrate nozel yang normal adalah 170 ml menit -1, rentang flowrate yang masih layak dipakai adalah ml menit -1. Hasil kalibrasi ulang flowrate nozel yang dilakukan dilapangan saat pelaksanaan kegiatan adalah 183,3 ml menit -1 sehingga masih layak digunakan. Lebar semprot nozel yang dipakai adalah 1,2 m. Standar kerja untuk tenaga harian strip spraying adalah 4 ha hk -1, sedangkan prestasi kerja yang dapat dilakukan penulis adalah 1,5 ha hk -1. Standar kerja untuk pengendalian gulma manual adalah 1,4 ha hk -1 dan yang dapat dilakukan oleh karyawan adalah 1 ha hk -1 sedangkan yang dapat dilakukan penulis adalah 0,2 ha hk -1.

22 14 Identifikasi dan Pengobatan Jamur Akar Putih (JAP) Jamur akar putih adalah salah satu penyakit berbahaya yang banyak menyerang tanaman karet. Kehilangan hasil karena jamur akar putih mencapai 3-5% pada perkebunan besar dan 5-25% pada perkebunan rakyat (Litbangtan, 2014). Penyakit ini disebabkan oleh Rigidoporus micropus yang menyerang pangkal batang dan akar. Pengendalian serangan JAP dapat dilakukan dengan pengandalian kimia, pengendalian hayati, dan pengendalian secara teknis. Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan menggunakan agen hayati trichoderma sedangkan secara teknis dapat dilakukan dengan membongkar tanaman yang terserang dan membuat lubang/parit di sekeliling tunggul agar jamur tidak menyebar. Pengendalian yang dilakukan di GBE adalah secara kimia menggunakan fungisida. Pemeriksaan JAP dilakukan 4 kali setahun dengan pengobatan 2 kali setahun. Pengobatan menggunakan fungisida Bayleton 250 EC yang berbahan aktif triadimefon dan bersifat sistemik. Dosis unntuk pengobatan TBM adalah 10 cc per tanaman dan untuk TM sebanyak 20 cc per tanaman. Larutan fungisida 20 cc tersebut dicampurkan ke 10 L air dan disiramkan ke pangkal batang tanaman. Standar kerja perusahaan untuk identifikasi dan pengobatan JAP ini adalah 5 ha hk -1. Identifikasi dan pengobatan yang dapat dilakukan saat magang adalah 3 ha hk -1. Cara melakukan identifikasi tanaman dapat dilakukan dengan melihat fisik tanaman dan mengorek pangkal akarnya. Ciri fisik tanaman yang terserang adalah daun tampak kusam dan beberapa bagian mengerut, berbuah sebelum waktunya, dan bila dikorek bagian akarnya tampak ada miselium putih. Setelah identifikasi dilakukan tanaman yang terserang diberi tanda seperti yang ada pada Gambar 3. (b) (a) (c) (a) Penanda tanaman terserang JAP memuat bulan dan tahun identifikasi. (bulan 5 tahun 2015) (b) Miselium Jamur akar putih di pangkal batang tanaman (c) Daun tanaman yang terserang kusam dan mengkerut Gambar 3. Penandaan tanaman terserang JAP dan gejalanya.

23 15 Penyadapan Penyadapan tanaman karet dilakukan bila pohon telah mencapai kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap yang dipakai oleh BSP adalah berdasarkan lilit batang yaitu bila sudah >48 cm. Umumnya ukuran itu dapat dicapai saat tanaman sudah berumur 5 tahun. Apabila lilit batang tanaman yang sudah mencapai 48 cm berjumlah 60% dari total populasi maka pembukaan sadapan bisa mulai dilakukan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan pembukaan sadapan bila tanaman yaitu sensus pokok, penggambaran bidang sadap, pemasangan alat sadapan, pembagian hanca dan pembukaan sadapan awal (pembedelan). Sensus pokok. Saat tanaman telah berumur 5 tahun maka mulai diadakan sensus pokok dengan pengukuran lilit batang dan dotting. Dotting pemberian tanda titik dilakukan untuk menandai tanaman yang sudah siap sadap. Tanda titik satu ( ) untuk tanaman yang lilit batang nya cm dan tanda titik dua (:) bila lilit batang sudah >48 cm dan siap untuk dibuka sadapan. Penggambaran bidang sadap. Batang tanaman yang sudah diberi doting 2 di gambar garis penuntun sadapan untuk setahun (Panel A1). Garis penuntun dibuat 130 cm dari permukaan tanah yang menghadap ke timur. Setelah garis pertama dibuat garis sejajar 2,5 cm di bagian bawahnya untuk pembukaan sadap sehingga penyadapan panel A1 dimulai dari 127,5 cm dari permukaan tanah. Sketsa penggambaran garis penuntun bidang sadap dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Garis penuntun bukaan sadap tanaman karet. Pemasangan alat sadapan. Alat sadap yang dipasang sebelum pembukaan sadapan adalah talang, mangkuk dan kawat. Talang adalah kepingan logam yang berfungsi mengalirkan lateks dari alur sadap ke mangkuk. Berdasarkan BME-WI- BSP No.14 tentang persiapan penyadapan, talang dipasang 7-9 cm di bawah alur sadap. Mangkuk ditahan dengan kawat yang dililitkan ke batang cm di bawah talang. Pembagian hanca. Hanca sadap pada tanaman karet adalah hanca tetap. Pembagian hanca dilakukan berdasarkan hasil sensus pokok. Jumlah pohon yang dapat disadap dibagi menjadi 4 bagian (half A,B,C,D) karena pada panel A frekuensi penyadapan adalah sekali 4 hari. Setiap half dibagi berdasarkan jumlah borongan penyadap, untuk panel A1 jumlah pohon yang harus disadap oleh

24 16 penyadap adalah pohon. Jumlah pohon yang harus disadap pada setiap panel dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah borongan penyadap pada setiap panel. Jumlah pohon yang harus disadap Panel Sistem sadap (Tanaman penyadap -1 ) Areal datar Areal berbukit A 1-2 ½ S d/ A 3-6 ½ S d/ B ½ S d/ C ½ S d/ D ½ S d/ H0 ¼ S d/3 dan ¼S + ½S D/ Sumber: BME-WI-14 Jumlah borongan penyadap pada tiap panel berbeda karena saat perpindahan panel umur tanaman bertambah, lilit batang bertambah, maka alur sadapnya pun semakin panjang. Jumlah borongan untuk areal datar dan areal yang berbukit juga berbeda karena pada areal yang berbukit jalur deresan akan lebih sulit. Selain itu pada areal berbukit penyadap melewati tangga deresan untuk pindah dari teras ke teras berikutnya. Batas hanca yang sudah dibagi ditandai dengan polet pada batang tanaman dan diberi pelat berukuran 15 cm x 20 cm yang memuat nomor hanca, nomor penyadap dan tanda buang amek. Tanda buang amek adalah tanda jumlah pohon yang menjadi bagian penyadap 1 dan penyadap berikutnya pada barisan batas hanca. Gambar batas hanca dan pelat hanca sadap dapat dilihat pada Gambar 5. (b) (a) Keterangan (a). Batas blok (b). Batas tapping area (c) (d) (c) Batas hanca (d). Pelat tanda hanca dan buang amek Gambar 5. Penandaan batas hanca, tapping area, dan blok Setelah pembagian hanca selesai maka dapat dilakukan pembukaan sadapan. Pembukaan sadapan awal dilakukan dengan pelukaan kulit karet selebar 2,5 cm sesuai garis penuntun yang telah digambar. Lateks yang keluar saat pembukaan

25 17 sadapan awal yang biasanya berwarna kekuningan tidak diambil atau dikumpulkan. Penulis melakukan semua kegiatan persiapan penyadapan. Standar kerja perusahaan untuk penggambaran dan pembukaan bidang sadap adalah adalah 300 tanaman hk -1. Penggambaran dan pembedelan bidang sadap biasanya dilakukan oleh mandor-mandor yang telah berpengalaman. Premi untuk penggambaran dan pembukaan sadapan adalah Rp2.250 per hanca. Gambaran garis sadapan dan pembukaan sadap yang dapat dilakukan oleh penulis adalah 50 tanaman hk -1. Pengelolaan Bidang Sadapan Penyadapan pada setiap pohon rata-rata dapat dilakukan selama 20 tahun. Selama itu pula kulit tanaman karet dijaga dan dikelola agar tetap mengeluarkan lateks. PT BSP hanya menggunakan kulit perawan dan tidak menggunakan kulit pulihan karena sebagian besar klon yang dipakai adalah klon quick starter sehingga produksi dari kulit pullihan dianggap tidak efisien. Pengelolaan bidang sadap yang dilakukan pada PT BSP dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6. Pengelolaaan dan perencanaan bidang sadapan PT BSP Panel Waktu Sistem sadap A 1 - A 2 2 tahun ½ S d/4 A 3 - A 6 4 tahun ½ S d/3 B 1 - B 4 4 tahun ½ S d/3 H0 1 H0 4 4 tahun ¼ S d/3 B 5 1 tahun ½ S d/3 HO 5 H0 8 4 tahun ¼ S d/3 B 6 1 tahun ½ S d/3 Sadap bebas 2 tahun Bebas Sumber: BE-SP-02 Selama 20 tahun tersebut kulit tanaman karet dijaga, dihemat dan disadap sesuai aturan yang telah ditetapkan perusahaan. Pemakaian kulit saat penyadapan tanaman setiap harinya adalah 1,3-1,5 mm kedalaman kulit sadapan diukur dari kulit kayu adalah 1-1,5 m. Kondisi kulit sadapan berdasarkan frekuensi penyadapan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kondisi kulit sadapan berdasarkan frekuensi penyadapan Ketebalan Frekuensi Tinggi alur Lilit batang Penyadap sadapan/tatal sadap sadap (cm) (cm) (mm) Kedalaman irisan (mm) d/ ,0 51,9 1,3 2, ,6 52,3 1,2 2, ,4 52,0 1,5 2,6 116,4a 52,1b 1,3b 2,5a d/3 1 87,1 65,5 1,7 0,8 2 84,4 66,1 1,5 0,8 3 86,0 65,3 1,8 1,0 85,8b 65,6a 1,6a 0,9b *Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5%

26 18 Ketebalan pemakaian kulit sadap di Divisi IV GBE pada sadapan d/3 dan d/4 adalah 1,3 mm dan 1,6 mm. Kedalaman irisan sadap pada sadapan d/3 dan d/4 adalah 2,5 mm dan 0,9 mm. Rata-rata tinggi lilit batang sadapan d/4 adalah 116,4 cm dan sadapan d/3 85,8 mm. Lilit batang d/4 adalah 52,1 cm dan d/3 65,6 cm. Tanaman karet yang disadap dengan frekuensi d/4 adalah tanaman muda yang baru disadap (TM1-TM2), sedangkan frekuensi sadap d/3 adalah TM 3 sampai selanjutnya. Selain kondisi kulit sadapan berdasarkan frekuensi penyadapan juga dilakukan pengamatan terhadap kondisi kulit sadapan berdasarkan panel sadap. Kedalaman irisan sadapan dan ketebalan pemakaian kulit sadapan pada panel A dan panel B tidak berbeda nyata. Tinggi alur sadapan dan lilit batang menunjukkan perbedaan yang nyata. Kondisi kulit sadapan berdasarkan panel sadap dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kondisi kulit sadapan berdasarkan panel sadap Frekuensi sadap (tahun tanam) Penyadap Tinggi alur sadap (cm) Lilit batang (cm) Ketebalan sadapan/tatal (mm) Kedalaman irisan (mm) Panel A 1 87,1 65,5 1,7 0,8 (2008) 2 84,4 66,1 1,5 0,8 3 86,0 65,3 1,8 1,0 Rata-rata 85,8a 65,6b 1,6a 0,9a Panel B 1 71,7 73,2 1,6 0,7 (2003) 2 69,5 71,6 1,5 0,8 3 68,5 68,8 1,6 0,9 Rata-rata 69,9b 71,2a 1,6a 0,8a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student taraf 5% Tenaga Kerja Penyadapan Penyadap tanaman karet seluruhnya adalah jenis kelamin laki-laki. Penyadap diberi tanggung jawab di hanca yang harus diselesaikannya tiap hari. Keterampilan penyadap dan hasil sadapan penyadap dievaluasi setiap bulannya untuk menentukan kelas penyadap. Kelas penyadap ditentukan berdasarkan hasil poin tapping inspection dan hasil sadapan. Penetapan kelas dilakukan pada tanggal 20 setiap bulannya. Kelas penyadap sangat perlu dilakukan untuk menjaga mutu dan kualitas sadapan. Penyadapan yang baik akan menjaga kulit dan bidang sadap sehingga dapat dipakai selama 20 tahun sesuai yang direncanakan perusahaan. Rata-rata kecepatan menyadap kelas A adalah 16,17 detik per pohon dan kelas B 17,97 detik per pohon. Hasil uji t-student taraf 5% kecepatan menyadap penyadap kelas A dan kelas B tidak berbeda nyata. Pemakaian kulit dan hasil sadapan penyadap kelas A dan kelas B menunjukkan perbedaan yang nyata. Basis sadapan untuk hanca penyadap yang diamati adalah 40 kg lateks. Penyadap kelas A menghasilkan lateks melebihi basis sadapan sedangkan kelas B di bawah basis sadap. Kecepatan menyadap, pemakaian kulit per bulan dan hasil sadapan penyadap berdasarkan kelas dapat dilihat pada Tabel 9.

27 19 Tabel 9. Kecepatan sadap, pemakaian kulit, dan hasil sadapan penyadap berdasarkan kelas Kecepatan Pemakaian Kelas Hasil sadapan N menyadap kulit 1 bulan penyadap (detik pohon -1 (kg) ) (cm) A 15 16,17 ±1,35 1,6±0,2 45,00±5,33 B 15 17,97±1,69 1,8±0,2 37,80±4,65 p-value 0,003 tn 0,000 ** 0,001 * Keterangan : * berbeda nyata,** sangat nyata, tn tidak berbeda nyata Aplikasi Stimulansia Stimulasi peningkatan produksi lateks selain dengan sistem eksploitasi yang tepat dapat dilakukan dengan pemberian zat stimulansia. Zat stimulan pada dasarnya mempengaruhi turgor sel dan membuat aliran lateks menjadi lebih lama sehingga volume lateks yang dihasilkan juga meningkat. Stimulan yang dipakai di GBE adalah merek dagang Newtex 10 PA yang berbentuk pasta dengan bahan aktif etefon 10%. Stimulan yang diaplikasikan ke tanaman adalah yang telah diberi pewarna merah dan diencerkan. Stimulan dicampur dengan pewarna agar memberikan bekas setelah aplikasi, selain sebagai penanda untuk pekerja juga untuk memudahkan pengawasan. Zat stimulan diencerkan sampai 2,5% untuk tanaman muda dan 5% untuk tanaman tua. Cara aplikasi stimulan ke tanaman adalah dengan cara mengoleskan pada aliran sadap (groove application). Alat yang digunakan untuk mengoleskan stimulan adalah kuas dan mangkok. Kuas yang digunakan dibuat dari ijuk yang diikat dan diberi tangkai. Ukuran kuas yang tidak seragam membuat jumlah stimulan yang teroleskan tidak dapat dianggap sama sehingga tidak dapat dipastikan sesuai dengan dosis yang ditetapkan oleh perusahaan. Respon yang diharapkan dari aplikasi stimulan ini adalah peningkatan produksi sebanyak 20% pada penyadapan pertama, 15% pada penyadapan kedua, dan 5% pada penyadapan ketiga dan keempat. Setelah itu, dapat dilakukan aplikasi kembali. Grafik respon peningkatan produksi setelah aplikasi stimulan dapat dilihat pada Gambar 6. Persentase kenaikan produksi (%) Penyadapan ke- PB RRIM IRR GT 1 RRIC 100 Gambar 6. Respon produksi lateks setelah aplikasi stimulan Peningkatan produksi lateks klon PB, GT 1 dan IRR meningkat lebih tinggi pada penyadapan kedua (6 hari setelah aplikasi). Klon RRIC 100 menunjukkan

28 20 peningkatan hanya pada penyadapan pertama setelah aplikasi dan menurun pada penyadapan berikutnya. Produksi klon RRIM setelah aplikasi stimulan masih meningkat sampai penyadapan ketiga (9 hari setelah aplikasi). Tanaman yang Terserang Kering Alur Sadap. Kering alur sadapan atau yanag sering disebut brown bast atau tapping panel dryness bukanlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Kering alur sadapan merupakan gejala kerusakan fisiologis tanaman karet akibat sistem eksploitasi yang tinggi dan aplikasi stimulan yang terlalu sering. Gejala awal hanya sebagian alur sadap yang tidak mengalirkan latek dan mengeluarkan cairan berwarna coklat yang menggumpal. Beberapa minggu kemudian sepanjang aliran sadap akan mengering. Tanaman yang terserang KAS di GBE ditandai dengan kapur berwarna hitam pada pohon karet dengan simbol BB lalu dituliskan juga bulan dan tahun identifikasi. Gambar 7 berikut menunjukkan tingkat serangan KAS pada panel A dan Panel B. Persentase KAS (%) 12% 10% 8% 6% 4% 2% 3% 6,5% 10,5% 7% 6,5% 9% 5% 6.5% panel A panel B panel H 0% RRIM 921 PB 260 IRR 118 Gambar 7. Persentase tanaman terserang KAS pada beberapa klon tahun 2016 Pengendalian KAS di GBE hanya dilakukan dengan pemberhentian penyadapan dan tidak ada pengendalian kimia. Pohon karet yang terserang KAS diistirahatkan selama 6 bulan. Setelah 6 bulan dilakukan pengecekan kembali pada tanaman tersebut dan mulai disadap kembali. Selain KAS juga ditemukan penyakit kulit lain pada tanaman karet di GBE yaitu bark necrosis. Gejalanya adalah kulit tanaman karet mengering kemudian retak dan mengelupas. Penyebab bark necrosis adalah jamur Fusarium solani dan Boitrydiplodia sp. yang menyebabkan bercak coklat dan kematian kulit. Serangan jamur ini biasanya diikuti oleh serangan kumbang penggerek Xyloborus sp. hingga menyebabkan pengelupasan kulit yang parah. Tanaman yang sudah terserang bark necrosis tidak dapat disadap lagi. Pengendalian penyakit bark necrosis dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida bila masih pada gejala awal. Namun di GBE masih jarang ditemui serangan penyakit ini. Tanaman yang teridentifikasi biasanya yang sudah serangan lanjut dan tidak dapat lagi dilakukan pengendalian. Gejala KAS dan bark necrosis dapat dilihat pada Gambar 8.

29 21 (a) Brown bast/ Kering alur sadap (b) Bark nekrosis Gambar 8. Tanaman yang terserang Kering alur sadap (KAS) dan Bark necrosis Evaluasi dan Pengawasan Penyadapan. Pengawasan penyadapan dilakukan untuk menjaga dan kualitas penyadapan dan menjaga ketahanan pohon dan kulit tanaman karet. Kulit pohon adalah aset utama dalam budidaya tanaman karet sehingga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Evalusi penyadapan dilakukan dengan melakukan inspeksi sadapan dan pengkelasan penyadap sehingga mempengaruhi preminya. Inspeksi sadap dilakukan oleh mandor, asisten, manajer, inspektur dan general manager plantation. Setiap jabatan menggunakan warna kapur berbeda untuk penandaan. Warna kapur yang digunakan sesuai jabatan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Warna kapur inspeksi Warna Pemberi tanda Putih Mandor Kuning Mandor besar Merah Asisten Hijau Manajer Biru Inspektur penyadapan Hitam General manajer planting Sumber: Hasil wawancara dengan mandor Alat yang digunakan untuk melakukan tapping inspeksi adalah kapur dan jarum inspeksi. Jarum inspeksi berupa besi runcing yang diberi skala milimeter, bila ditancapkan ke alur sadap sampai ke kambium akan terlihat berapa sisa ketebalan kulitnya/kedalam irisan sadap. Setiap mandor, mandor besar dan asisten diberi alat untuk inspeksi sadap setiap setahun sekali. Alat inspeksi sadapan dapat lihat pada Gambar 9. (a) Jarum ispeksi dan kapur (b)pengukuran kedalaman irisan sadap Gambar 9. Alat dan pelaksanaan inspeksi sadapan

30 22 Hasil inspeksi sadapan yang dilakukan tiap bulan oleh mandor akan menentukan kelas penyadapan. Hal yang diperhatikan untuk penentuan kelas penyadap adalah jumlah poin hasil inspeksi sadap, produksi, kebersihan dan kelengkapan alat sadap. Penyadap termasuk kelas A bila poin berjumlah , termasuk kelas B bila poin berjumlah 70-89, dan termasuk kelas B bila jumlah poin Tanda yang biasa digunakan pada inspeksi sadapan di PT BSP adalah seperti yang tercantum pada Tabel 11. Tabel 11.Tanda inspeksi penyadapan yang digunakan di PT BSP Tanda Arti tanda kapur / Sadapan terlalu dalam/ hampir luka kayu H Luka kayu O Sadapan kurang dalam Pemakaian kulit terlalu boros = Pemakaian kulit terlalu hemat Alur Sadapan terlalu miring, tahan. Alur Sadapan terlalu landai Sumber: Hasil wawancara dengan mandor Fungsi tanda kapur bagi penyadap adalah untuk teguran atau arahan agar penyadap memperbaiki sadapannya. Bagi tim audit lapang tanda ini untuk melihat kinerja mandor ataupun asisten. Bila tanda kapur ini dapat dijumpai di seluruh blok menandakan mandor, asisten dan manajer rajin turun ke lapangan untuk melihat kondisi dan pengawasan kebun. Aspek Manajerial Pelaksanaan aspek manajerial selama kegiatan magang dilakukan pada bulan kedua, 5 minggu menjadi pendamping mandor dan mandor besar, dan 1 bulan menjadi pendamping asisten. Beberapa kali juga dilakukan kegiatan sebagai pendamping krani untuk mempelajari administrasi kebun. Mandor Tanggung jawab dan tugas mandor secara umum adalah mengawasi, mengarahkan, memotivasi dan mengevaluasi pekerjaan penyadap secara langsung setiap harinya. Selama kegiatan sebagai pendamping mandor penulis ikut malaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dilakukan oleh mandor. Setiap hari mandor sadapan dan mandor harian mengikuti briefing bersama asisten dan mandor besar pada pukul 5.30 pagi. Setelah briefing semua mandor akan menuju ke hanca penyadap yang untuk melakukan absensi dan pengawasan. Bila ada anggota yang tidak hadir maka mandor harus berkoordinasi dengan mandor besar untuk mencari pengganti yang akan menyadap hanca tersebut. Mandor harus mengecek kelengkapan dan kebersihan alat sadap, kebersihan patok tengah, dan kerapihan meja lump setiap penyadap. Mandor juga mengawasi pengumpulan hasil (lateks, cuplump, treelace) di TPH untuk mencegah terjadinya kecurangan. Semua tugas ini bertujuan untuk memaksimalkan produksi, mengurangi kecelakaan kerja, serta menjaga mutu dan hasil sadapan. Mandor diwajibkan memeriksa sadapan setiap penyadap dengan melakukan tapping inspection dan memberikan tanda dengan kapur putih. Tanda di pohon tersebut akan memberi peringatan kepada penyadap saat menyadap di hari

31 23 berikutnya. Setiap tanggal 20 mandor harus melaporkan hasil inspeksi sadapan dan kelas penyadap. Mandor biasanya ikut istirahat dan makan siang bersama para penyadap di kebun, pada waktu itulah mandor mendengar aspirasi pekerja dan memberikan motivasi kerja. Mandor harian melakukan pengawasan terhadap kegiatan perawatan dan pemeliharaan kebun secara umum. Kegiatan yang dilakukan sebagai mandor harian adalah: mengawasi pengendalian gulma di barisan sadap (strip spraying), mengawasi kegiatan identifikasi dan pengobatan tanaman karet yang terserang jamur akar putih, perbaikan jalan dan parit, pembabatan manual, dan dongkel anak kayu. Mandor Besar Tugas dan tanggung jawab mandor besar adalah menjadi perpanjangan tangan asisiten untuk hal-hal teknis yang terjadi dilapangan. Mandor besar mengkoordinasi pengganti penyadap yang berhalangan hadir, dan menindak serta menyelesaikan karyawan yang berkasus. Mandor besar mengatur dan mengawasi pembagian gaji penyadap. Bila cuaca kurang baik maka mandor besar juga harus jeli memperkirakan dan menentukan waktu pemungutan lateks dan segera menginstruksikan kepada semua mandoran agar produksi hari itu bisa diselamatkan. Krani Krani mengurus dan menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi dan pencatatan di divisi. Kraniyang ada di divisi meliputi krani timbang dan krani distribusi. Krani timbang bertugas melakukan penimbangan dan pencatatan hasil lateks, cup lump dan treelace penyadap tiap harinya. Krani bertanggung jawab melakukan pengawetan lateks sebelum dibawa ke pabrik sesuai produksi lateks hari itu. Krani juga harus melakukan rekapitulasi produksi bulanan untuk diserahkan ke krani estate. Krani distribusi melakukan pencatatan material yang keluar masuk gudang divisi. Melaporkan kebutuhan seperti pupuk, pestisida, alat sadap, dan stimulan yang telah dibuat asisten dan membagikan ke setiap mandoran. Krani distribusi juga mencatat dan mengawasi pembagian jatah beras bulanan (catu) ke setiap karyawan serta mengurus pembuatan surat izin dan rujukan ke dokter bagi karyawan yang sakit. Asisten Divisi Asisten divisi memimpin luasan areal ha dan semua orang yang berada di dalamnya. Asisten bertanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pengelolaan dan pengawasan terhadap kegiatan budidaya di divisi. Asisten dituntut untuk memperoleh target produksi yang telah ditetapkan direksi dan mengendalikan operational cost-nya. Selain itu, Asisten memonitor penjagaan mutu sadapan dan hasil sadapan. Setiap pagi asisten yang didampingi mandor besar memimpin briefing pagi untuk semua mandor. Briefing membahas permasalahan teknis yang terjadi dikebun dan mencari solusinya, asisten juga memberikan informasi tambahan yang perlu disampaikan dari hasil rapat staf bersama manajer.

32 24 Pembahasan Kondisi Kulit Sadapan Tinggi alur sadap, kedalaman irisan sadap, ketebalan sadapan, dan lilit batang adalah beberapa hal yang mempengaruhi produksi dan umur ekonomis tanaman karet. Irisan sadap yang terlalu dalam dan pemakaian kulit yang terlalu tebal merupakan suatu pemborosan dan dianggap sebagai losses, bila irisan sadap terlalu dangkal bisa menyebabkan luka kayu dan akan berdampak pada produksi berikutnya. Menurut standar perusahaan PT BSP, kedalaman irisan sadap untuk sadap bawah adalah 1-1,5 mm sedangkan ketebalan sadapan untuk sekali sadap adalah 1,3-1,5 mm. Kondisi kulit sadapan yang tercantum pada Tabel 7 menunjukkan bahwa sadapan dengan frekuensi sadap d/4 dan d/3 berbeda nyata berdasarkan uji t- student 5%. Tinggi alur sadap dan lilit batang berbeda nyata, karena sistem sadap d/4 diterapkan pada tanaman TM 1- TM 2 dan sistem sadap d/3 adalah pada TM 3-TM 15. Tinggi alur sadap akan berkurang seiring bertambahnya umur tanaman sehingga tinggi alur sadap d/3 lebih rendah dibanding alur sadap d/4. Rata-rata ketebalan pemakaian kulit pada sadapan d/4 adalah 1,3 mm dan pada sadapan d/4 1,6 mm. Rata rata kedalaman irisan sadap pada sadapan d/4 adalah 2,5 mm dan pada sadapan d/3 0,9 mm. Ketebalan pemakaian kulit sadapan d/4 masih sesuai dengan aturan sadapan perusahaan sedangkan pada sadapan d/3 sedikit melebihi standar. Irisan sadap pada sadapan d/4 terlalu dalam bila dibandingkan dengan aturan perusahaan dan menyisakan setengah bagian kulit yang tidak tersayat. Ketebalan kulit karet saat matang sadap biasanya adalah 6-7 mm (Pusari dan Haryanti, 2014). Penyadap yang ditaruh pada sadapan d/4 seluruhnya adalah penyadap kelas A dan cenderung agak berhati-hati saat penyadapan karena masih TM 1 dan TM 2, sehingga kedalaman irisannya terlalu tebal dan sangat jarang ditemui luka kayu. Kondisi kulit sadapan di Panel A dan Panel B menunjukkan bahwa lilit batang dan tinggi alur sadapnya berbeda nyata namun ketebalan sadapan dan kedalaman irisan tidak berbeda nyata. Rata-rata ketebalan sadapan pada Panel A adalah 1,6 mm dan pada Panel B 1,5 mm, angka ini sedikit melebihi standar perusahaan. Rata-rata kedalam irisan sadap pada panel A adalah 0,9 mm dan panel B 0,8 mm. Kedalaman irisan sadapan kurang dari standar perusahaan yaitu 1 mm-1,5 mm. Kondisi kulit sadapan dan kualitas penyadapan harus dijaga dengan baik agar kulit karet dapat tetap berproduksi dan memperpanjang umur ekonomisnya. Mathurin et al. (2016) menyatakan bahwa, konsumsi kulit yang terlalu tinggi, penyadapan yang terlalu dalam, banyak kelukaan pada kulit, dan frekuensi penyadapan yang tinggi menyebabkan stres pada tanaman karet secara fisiologis. Tenaga Kerja Penyadapan Kelas penyadap dibedakan berdasarkan keterampilan menyadap yang benar dan sesuai aturan perusahaan. Keterampilan ini mempengaruhi hasil sadapan. Salah satu hal yang mempengaruhi adalah kedalaman sadapan dan pemakaian kulit. Kedalaman sadapan yang terlalu tebal dari kambium membuat hasil sadapan tidak maksimal karena hanya sebagian pembuluh yang tersayat sehingga lateks

33 25 yang dikeluarkan tidak maksimal. Tabel 9 menunjukkan bahwa penyadap kelas A dan kelas B memperoleh rata-rata hasil sadapan yang berbeda nyata. Rata-rata hasil lateks per hari penyadap kelas A adalah 45 kg dan penyadap kelas B adalah 38,8 kg. Hasil pengamatan dan pengujian t-student 5% pada kecepatan menyadap kelas A dan kelas B tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Rata-rata kecepatan menyadap pada kelas A adalah 16,17 detik per pohon dan kelas B adalah 17,97 detik per pohon. Pengamatan terhadap kecepatan menyadap dilakukan karena akan mempengaruhi waktu tunggu mengalirnya lateks sebelum dipungut. Jam kerja penyadapan di GBE hanya dilakukan jam dengan hitungan 7 jam. Lain halnya di PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang penyadapannya dilakukan sampai jam 5 sore dengan hitungan lembur sehingga memungkinkan lateks mengalir lebih lama sampai akhirnya berhenti karena penggumpalan (Wiguna, 2013). Bila penyadap lebih cepat menyelesaikan hancanya diharapkan waktu tunggu sebelum pengumpulan lateks lebih lama. Walaupun lateks setelah pemungutan masih akan diambil besok harinya dalam bentuk cuplump, namun produksi utama di GBE adalah lateks karena akan diolah menjadi lateks konsentrat dan SIR. Peningkatan produksi tanaman karet di perusahaan swasta selain di pengaruhi aspek teknis penyadapan juga dipengaruhi oleh aspek non teknis seperti manajemen penyadapan. Manajemen penyadapan dengan pengekelasan penyadap dan sistem premi adalah cara untuk memacu produksi penyadap. Premi yang berlaku di GBE adalah premi dasar, premi progresif, premi bonus dan premi sadap hari libur. Aplikasi Zat Stimulansia Aplikasi zat stimulansia yang dilakukan di GBE telah disesuaikan dengan aturan dan standar perusahaan. Respon dari aplikasi zat stimulan pada tiap klon menunjukkan hasil yang berbeda. Persentase peningkatan hasil pada klon PB, IRR dan GT-1 akan lebih melonjak pada penyadapan kedua setelah aplikasi yaitu sebesar 57,8% pada klon PB, 55,5% pada klon IRR, dan 65,5% pada klon GT-1. Sedangkan pada klon RRIC peningkatan hasil paling tinggi adalah saat penyadapan pertama setelah aplikasi sebesar 36% lalu menurun pada penyadapan kedua dan ketiga. Klon RRIM menunjukkan peningkatan hasil sebesar 47,2% dan cenderung stabil pada penyadapan berikutnya. Perbedaan respon peningkatan hasil ini dapat menjadi pertimbangan dalam jadwal aplikasi stimulan berikutnya sehingga dapat menekan biaya produksi dan menghindari over eksploitasi. Untuk klon RRIC setelah penyadapan ke-4 mungkin bisa segera dilakukan aplikasi ulang karena produksi sudah menurun sejak penyadapan ke-2, sedangkan untuk klon RRIM, PB, IRR dan GT-1 aplikasi berikutnya dilakukan setelah produksinya sudah mulai turun, pada sadapan ke-5 atau sadapan ke-6. Zat stimulan dapat meningkatkan produksi lateks melalui beberapa cara yaitu meningkatkan permeabilitas membran, mengakselerasi metabolisme sukrosa, memperpanjang waktu pengaliran lateks, memodulasi aktivitas enzim seperti glutamine synthase dan HGMS (Zhu dan Zhang, 2009). Aplikasi stimulan harus disesuaikan dengan karakter klon dan intensitas aplikasinya. Menurut Boerhendy (2013) aplikasi stimulan pada klon karet IRR 39 dapat meningkatkan

34 26 produksi hingga 123% bila diaplikasikan sejak awal penyadapan dengan notasi sadap ½ S d/3+ ET 2%. Tanaman yang Terserang Kering Alur Sadapan Keringnya alur sadapan adalah penyakit fisiologis yang terjadi karena eksploitasi yang tinggi dan tidak seimbang dengan metabolisme karet untuk menghasilkan lateks. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman yang terserang kering alur sadap lebih banyak pada penel sadap B. Tanaman dengan panel sadap B umurnya tentu lebih tua dibandingkan panel A dan telah berulangkali diberi stimulan. Persentase serangan KAS pada klon RRIM 921 adalah 3% pada panel A, 6,5% pada panel B dan 10,5% pada panel H. Persentase tanaman yang terserang KAS pada klon PB 260 adalah 6,5% pada panel A, 7% pada panel B dan 9% pada panel H. Jumlah tanaman klon IRR 118 yang terserang KAS adalah 5% pada panel A dan 6,5% pada panel B. Persentase KAS pada panel H Klon IRR 118 tidak dapat diamati karena di Divisi IV GBE tidak ada blok tanaman IRR dengan panel sadap H. Tingkat serangan KAS yang ada di Divisi IV GBE dapat digolongkan tinggi karena menurut Andriyanto dan Tistama (2014), tingkat serangan KAS tinggi pada klon quick starter adalah 9,2% dan 7,3% untuk klon slow starter. Hasil pengamatan serangan KAS ada yang mencapai 10,5%. Bila dibandingkan dengan serangan yang ada di perkebunan swasta lainnya tingkat serangan di BSP tergolong lebih tinggi karena tingkat serangan KAS di Tulung Gelam Estate pada tanaman tahun 2006 (Panel A4) adalah sebesar 5,62% (Robianto, 2013). Wiguna (2014) melaporkan bahwa di PT Bridgeston Sumatera Rubber Estate tingkat serangan pada klon quick starter hanya sebesar 4,09% dan pada klon slow starter 1,97%. Tanaman yang terserang KAS di GBE diistirahatkan penyadapannya selama 6 bulan. Tanaman yang terserang diberi tanda BB dengan kapur hitam. Untuk mencegah terjadinya KAS tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah menetapkan sistem sadap yang baik dan benar, pemakaian stimulansia yang sesuai aturan dan menghindari terjadinya luka kayu. Pemakaian stimulan seperti etefon dapat mendorong terjadinya KAS karena etefon mengeluarkan etilen untuk meninginduksi fungsi sel lateks termasuk produksi senyawa reactive oxygen species (ROS), akumulasi ROS akan menyebabkan penggumpalan pertikel karet dalam sel lateks (Putranto et al., 2015). Menurut Andriyanto dan Tistama (2014), luka kayu merupakan salah satu penyebab terjadinya KAS karena merusak dan memutus pembuluh lateks sehingga aliran lateks menjadi terganggu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan teknis budidaya karet yang dilakukan di lapangan, kegiatan sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten divisi dapat meningkatkan kemampuang teknis dan manajerial mengenai perkebunan karet. Penyadapan yang dilakukan di Divisi IV GBE kurang sesuai dengan standar perusahan namun masih dalam rentang yang bisa ditoleransi. Rata-rata ketebalan pemakaian kulit

35 27 pada sadapan d/4 dan d/3 adalah 1,3 mm dan 1,6 mm. Rata-rata kedalaman irisan sadap pada sadapan d/4 adalah 2,5 mm dan pada sadapan d/3 0,9 mm. Rata-rata ketebalan pemakaian kulit dan kedalaman irisan pada sadapan Panel A dan Panel B tidak berbeda nyata. Produksi latek yang didapatkan oleh penyadap kelas A lebih banyak dibanding kelas B, dan pemakaian kulit oleh kelas A lebih sedikit dibanding kelas B. Kecepatan menyadap kelas A dan kelas B tidak berbeda nyata yaitu sekitar 16,1 detik pohon -1 dan 17,9 detik pohon -1. Aplikasi zat stimulan yang dilakukan di divisi IV GBE telah sesuai dengan aturan dan standar perusahaan. Respon produksi zat stimulan pada klon IRR, RRIM, dan PB menunjukkan persentase peningkatan produksi yang lebih tinggi pada penyadapan kedua setelah aplikasi. Sedangkan pada klon RRIC peningkatan produksi hanya pada penyadapan pertama setelah aplikasi. Persentase serangan KAS pada klon RRIM 921, PB 260 dan IRR 118 adalah 6,6%, 7,5%, dan 5,75%. Saran Pengawasan sadapan pada panel B sebaiknya lebih diperhatikan. Perlu diadakan retraining secara berkala untuk penyadap yang belum memenuhi kriteria dan pelatihan kesadaran APD untuk penyadap. Sebaiknya dilakukan penanganan yang lebih serius terhadap serangan KAS di GBE karena tingkat serangan tergolong tinggi. DAFTAR PUSTAKA Andriyanto M. dan R. Tistama.2014.Perkembangan dan upaya pengendalian kering alur sadap (KAS) pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta Perkaretan 33(2): [ANRPC] Association of Natural Rubber Producing Countries Member country info [20 Januari 2016]. Asim M Penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell.-Arg.) di PT Air Muring, Bengkulu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Balitsembawa] Balai Penelitian Sembawa Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Balitsembawa. Sembawa. Boerhendy I Penggunaan stimulan sejak awal penyadapan untuk meningkatkan produksi klon IRR 39. Jurnal Penelitian Karet 31(2): [BPS] Badan Pusat Statistik Statistik Karet Indonesia [08 Maret 2015]. [BPS] Badan Pusat Statistik Ekspor Karet dalam Bentuk Remah Menurut Negara Tujuan Utama [01 November 2016]. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan Statistik Perkebunan Karet Indonesia Kementrian Pertanian. Jakarta. Fairuzah Z Manajemen Pengendalian KAS dan Penyakit Bidang Sadap. Balai Penelitian Sungei Putih. Pusat Penelitian Karet. Medan. [Gapkindo] Gabungan Petani Karet Indonesia Analisis pasar Desember Info Karet 12:1-7. [Gapkindo] Gabungan Petani Karet Indonesia Analisis pasar Juni Info Karet 6: 1-8.

36 28 Jacob J. and Krishnakumar R Tapping panel syndrome:what we know and what we do not know. Dalam Jacob J., R. Krishnakumar, N.M. Mathew (Ed). Tapping panel dryness of rubber. Rubber Research Institute of India. [Kemenperin] Kementrian Perindustrian Produktivitas Karet Nasional Kalah dari Malaysia dan Thailand. [07 Maret 2015]. Kiswara A.P Sistem produksi tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) berdasarkan komposisi umur tanaman di PT Sentosa Mulia Bahagia, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Litbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pengendalian penyakit jamur akar putih (JAP) pada pembibitan karet dengan Trichoderma sp.info Tek. Perkebunan 6(1):2. Mathurin O.K., Kuadiou D., Francis S.E, Angeline E.A, Sekou D., Obuayeba S., and Jules K.Z Agricultural practices in Cote D Ivoire andappariton and development of tapping panel dryness in (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). International Journal of Current Agricultural Sciences 6(7): Obuayeba S., Coulibay L.F., Gohet E., Yao T.N., and Ake S Effect of tapping system and height of tapping opening on clone PB 235 agronomic parameters and its susceptibility to tapping panel dryness in south east of Cote d Ivoire`.J. Appl. Biosci. 24: Priwanto Penyadapan karet [Hevea brasilliensis Muell Arg.] di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pusari D. dan Haryanti S Pemanenan getah karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) dan penentuan kadar karet kering (KKK) dengan variasi temperatur pengovenan di PT. Djambi Waras Jujuhan Kabupaten Bungo, Jambi. Buletin anatomi dan fisiologi 22(2):64-74 Putranto R.A., Herlinawati E., Rio M., Leclercq J., Piyatrakul P., Gohet E., Sanier C., Oktavia F., Pirello J., Kuswanhadi, and Muntoro P Involvement of ethylene in latex metabolism and tapping panel dryness on Hevea brasiliensis.int. J. Mol. Sci. 16: Robianto Sistem penyadapan karet [Hevea brasilliensis Muell Arg.] di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rodrigo, V.H.L.2010.Rubber tree: Ecophysiology dan Land Productivity. Hal Dalam Fabio D.M. (Ed.). Ecophysiology of Tropical Tree Crops. Nova Science Publishers Inc. New York,USA. Sainoi T., and Sdoodee S Impact of ethylene gas application on young tree rubber tree. Journal of Agricultural Technology 8(4): Sdoodee S., Laconte A., Ragsawat S, Rukkun J., Huaynu T., and Chinatiam H First test of double cut alternative rubber tapping system in Southern Thailand.. J. Kasetsart (Nat Sci.) 46: Setiawan H.D. dan Andoko A Petunjuk Lengkap Budidaya Karet(edisi revisi). Agromedia Pustaka. Jakarta. Silpi U., Laconte A., Kasempsap P., Thanysanyawangkurat S., Chantuma P., Musigamart N., Clement A., and Ameglio T Carbohydrat reserves as

37 competing sink: evidence from tapping rubber trees. Three Physiology 27: Siregar T.H.S., dan Suhendry I Budidaya dan Teknologi Karet. Penebar Swadaya.Jakarta. Soumahin, E.F.,Obuayeba S., and Pierre A.A Low tapping frequency with hormonal stimulaion on Hevea brasiliensis clune PB 217 reduce tapping manpower requirement. Journal of Animal & Plant Sciences: 2(3): Sumarmadji Optimasi produktivitas klon karet melalui berbagai sistem eksplotasi. Hal Dalam. Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet. Wiguna H Manajemen penyadapan karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Zhu, J., and Zhang Z Ethylene stimulation of latex productiom in Hevea brasiliensis. Plant Signaling & behaviour 4(11):

38 30

39 LAMPIRAN 31

40 32

41 Lampiran 1. Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas Prestasi kerja (HK -1 ) Tanggal Uraian kegiatan Standard Lokasi Penulis Karyawan perusahaan Tiba di lokasi magang dan mengurus akomodasi Kantor manajer estate Perkenalan dengan staf dan asisten pembimbing. Kantor Divisi Menguti brondolan dan mencabut tukulan Field P09303 Divisi III dipiringan sawit Diskusi lapang bersama asisten dan keliling kebun Divisi III Sanitasi pokok sawit 242 tanaman Field P08301 Divisi III Libur Minggu Mengambil sampel dan perhitungan AKP &BB sawit Field P09301 Divisi III Penyadapan tanaman karet panel A3 650 pohon Field R08301 Divisi III Perawatan dan pengisian rorak 10 ha Field P09302 Divisi III Pembuatan TPH panen sawit 150 TPH Field P09303 Divisi III Penyadapan cekung panel H pohon Field R97301 Divisi III Seminar anti kanker dari YKSI Kantor estate Libur-Minggu Belajar menggambar bidang sadap panel A1 3 hanca Field R10402 Divisi IV Menggambar bidang sadap 3 hanca Field R10402 Divisi IV Pemasangan talang (perlengkapan sadap) 100 pcs 600 pcs 600 pcs Field R10403 Divisi IV Pemberian kapur APM 36 bibit 60 bibit 100 bibit Field R13401 Divisi IV Pemasangan talang 250 pcs 600 pcs 600 pcs Field R10404 Divisi IV Pengendalian gulma Strip spraying 1,5 ha 4ha 4 ha Field R02403 Divisi IV Libur-Minggu Pemasangan kawat 150 pcs 600 pcs 600 pcs Field R10404 Divisi IV Belajar melakukan okulasi 15 okulasi okulasi Kebun entres Divisi II 31

42 2 32 Lampiran 1 (lanjutan) Prestasi kerja (HK -1 ) Tanggal Uraian kegiatan Standar Lokasi Penulis Karyawan perusahaan Pemasangan talang 250 pcs 600 pcs 600 pcs Field R10404 Divisi IV Pemasangan talang 250 pcs 600 pcs 600 pcs Field R10402 Divisi IV Diskusi Kantor Divisi IV Keliling kebun GBE Libur-Minggu Kunjungan ke pembibitan Aek Selabat Estate Identifikasi dan pengobatan JAP 3 ha 3ha 5 ha Field R07403 Divisi IV Libur-Nyepi Pengendalian gulma strip spraying 0,5 ha 4ha 4 ha Field R02403 Divisi IV Pembabatan gulma manual 0,2 ha 1 ha 1.4 ha Field R02402 Divisi IV Buka sadapan panel B pohon 500 pohon Field R98401 Divisi IV Libur-Minggu Buka sadapan panel B5 100 pohon 500 pohon 500 pohon Field R98401 Divisi IV Buka sadapan panel B5 200 pohon 500 pohon 500 pohon Field R98401 Divisi IV Topping APM Kebun APM Divisi I Buka sadapan B5 100 pohon 500 pohon 500 pohon Field R98401 Divisi IV Diskusi Kantor Divisi IV Libur-Minggu Menurunkan mukuna 76 pohon 160 pohon 160 pohon Field P14102 Divisi I Pengendalian oryctes 2 liringan 10 liringan 10 liringan Field P14103 Divisi I Penentuan AKP dan black bunch I blok I blok I blok Field P12101 Divisi I Penentuan ANP Kantor Divisi I Libur-Paskah Libur minggu

43 3 Lampiran 2. Jurnal kegiatan sebagaipendamping mandor dan krani Prestasi kerja penulis Tanggal Uraian kegiatan Jumlah KHL yg diawasi Luas areal yg diawasi Lama kegiatan Keterangan Pengawasan aplikasi stimulan 15 orang 31 ha 7 jam R Pelaksanaa identifikasi JAP 3 orang 3 ha 7 jam R Pelaksanaan identifikasi JAP 3 orang 4 ha 7 jam R Pengawasan penyadapan 22 orang 32 ha 7 jam Mandoran VIII Pengawasan penyadapan 22 orang 32 ha 7 jam Mandoran VIII Pengamatan KAS jam R08403, R Minggu Pengawasan penyadapan 14 orang 23 ha 7 jam Mandoran X Pengawasan penyadapan 14 orang 23 ha Mandoran X Pembukaan sadapan 2 orang 2 ha 7 jam R Pengendalian gulma bersama mandor harian 3 orang ±7 ha 4 jam R Pengamatan 4 jam Pengamatan 4 jam Minggu Diskusi dan pembagian gaji 3 jam Kantor Divisi IV Pengawasan penyadapan ±15 orang 25 ha 4 jam Mandoran V Pegawasan penyadapan ±15 orang 25 ha 7 jam Mandoran V Pengawasan penyadapan 29 orang 43 ha 7 jam Mandoran IX Pengawasan penyadapan dan pengecekan cuci 29 orang 43 ha 7 jam Mandoran IX mangkok Administrasi kantor dan penimbangan lateks jam Kantor Divisi IV Minggu Pengawasan pengendalian gulma 3 orang 15 ha 4 jam Hari bebas 33

44 4 34 Lampiran 2 (lanjutan) Prestasi kerja penulis Tanggal Uraian kegiatan Jumlah KHL yg diawasi Luas areal yg diawasi Lama kegiatan Keterangan Pengawasan penyadapan 21orang 29 ha 7 jam Mandoran VI Pengawasan penyadapan 21 orang 29 ha 7 jam Mandoran VI Pengamatan 4 jam Pengawasan penyadapan 9 orang 13 ha 7 jam Mandoran IV Minggu Pengamatan Pengumpulan data sekunder 4 jam Kantor Estate Diskusi di kantor 4 jam Kantor divisi IV

45 5 Lampiran 3. Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja penulis Jumlah mandor Luas areal yg diawasi yg diawasi Lama Keterangan kegiatan 3 R05401, R02404, R Melakukan ispeksi bersama tapping inspector, manajer, asisten dan mandor besar Pengawasan penyadapan 1 44 ha 7 jam Mandoran IX Persiapan bahan untuk review bersama manajer Kantor divisi IV Rapat bersama asisten dan manajer Kantor divisi III Minggu Pengawasan penyadapan 1 56 ha Mandoran V Pengawasan pengendalian gulma 2 63 ha 7 jam Field R Pengawasan pengendalian gulma 1 31 ha 7 jam Field R Libur (kenaikan Isa almasih) Libur (Isra mi raj) Libur bonus Minggu Kontrol lapangan 3 7 jam Mandoran X,II, dan VII Pengawasan penyadapan dan pembagian gaji 7 jam Mandoran V Melakukan tapping inspeksi bersama mandor 5 ±101 ha 5 jam Divisi IV besar Melakukan tapping inspeksi bersama mandor 5 ±200 ha 5 jam Divisi IV besar Persiapan audit internal untuk ISO dan RSPO Kantor Divisi III Izin Minggu Pengurusan kasus ke kantor polisi Pengamatan ulang jam R10401, R

46 6 Lampiran 3 (lanjutan) Prestasi kerja penulis Tanggal Uraian kegiatan Jumlah mandor yg diawasi Luas areal yg diawasi Lama kegiatan Keterangan Pengamatan ulang jam R Pengamatan ulang jam R08401, R04402, R98401, R08403, Pengamatan ulang jam R05402, R Sakit Minggu Sakit Sakit Kunjungan ke pabrik karet bunut Bunur Rubber Factory BSP Rapat Kantor Estate Rapat dan konsultasi bersama asisten Kantor Divisi IV Review kegiatan magang bersama asisten Kantor Divisi IV Minggu Pengurusan berkas, pengembalian kondite Kantor Estate penilaian dan administrasi lainnya Pamitan Kantor Divisi IV dan kantor Estate Persiapan pulang Pulang 36

47 7 Lampiran 4. Peta kebun Gurach Batu Estate 37

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) di Perkebunan Karet Gurach Batu Estate, Asahan, Sumatera Utara Rubber Tapping System (Hevea brasiliensis Mull-Arg.) at Gurach Batu Estate, Asahan,

Lebih terperinci

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET DI SUSUN OLEH: ROBIANTO, SP Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Karet

Lebih terperinci

Sistem Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, Sumatera Selatan. Robianto, Supijatno *

Sistem Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, Sumatera Selatan. Robianto, Supijatno * Sistem Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Tulung Gelam Estate, Sumatera Selatan Tapping Sistem of Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) at Tulung Gelam Estate, South Sumatera Robianto,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN Kriteria matang sadap Tanaman karet dapat disadap apabila telah memenuhi kriteria matang sadap pohon dan matang sadap kebun, yaitu: a. Matang sadap pohon - Umur tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara

Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Perkebunan Karet di Simalungun, Sumatera, Utara Tapping Management of Rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) on Rubber Plant in Simalungun, North

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA

MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA MANAJEMEN PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI DOLOK MERANGIR ESTATE, PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA HENDRA WIGUNA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat,

Lebih terperinci

PENYAKIT BIDANG SADAP

PENYAKIT BIDANG SADAP PENYAKIT BIDANG SADAP KERING ALUR SADAP (KAS) Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang relative terselubung, karena secara morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dapat memberikan kontribusi dalam devisa negara dari sektor non migas. Karet juga merupakan sumber penghasilan

Lebih terperinci

PENYADAPAN TANAMAN KARET

PENYADAPAN TANAMAN KARET PENYADAPAN TANAMAN KARET OLEH SYUKUR, SP, MP WIDYAISWARA MUDA BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2015 ABSTRAK Syukur, SP, MP. 2014. Penyadapan tanaman karet. Penyadapan adalah pelukaan buatan yang diberikan

Lebih terperinci

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil lateks

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

SISTEM PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk. SUMATERA SELATAN ROBIANTO

SISTEM PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk. SUMATERA SELATAN ROBIANTO SISTEM PENYADAPAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk. SUMATERA SELATAN ROBIANTO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama PENDAHULUAN Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya

Lebih terperinci

SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET

SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET Potensi produksi lateks beberapa klon anjuran yang sudah dilepas disajikan pada Gambar di bawah ini Produksi lateks beberapa Klon anjuran (***,**

Lebih terperinci

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN MENGETAHUI PENGARUH KUALITAS KULIT PULIHAN KLON GT1, PR 300, DAN PR 303 TEHADAP PRODUKSI KARET (Hevea brasiliensis.l) DI KEBUN GETAS SALATIGA Galuh Banowati Pengajar PS Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

TAP INSPEKSI PENDAHULUAN

TAP INSPEKSI PENDAHULUAN TAP INSPEKSI PENDAHULUAN Dimana Lateks tersimpan ; Didalam kulit, getah karet (lateks) tersimpan pada jaringan pembuluh lateks. Penyadapan ; Adalah tehnik menyayat kulit untuk memotong pembuluh pembuluh

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet) Karet memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu penghasil devisa utama dari sektor perkebunan dengan nilai ekspor sekitar US$ 11.8 milyar pada tahun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Kebun Pada awalnya PT Rumpun Sari Antan I adalah milik perusahaan asing asal Inggris yaitu NV Handel Mij Ja Wattie & Co. Ltd. yang berkantor di Tanah Abang, Jakarta. Tanaman

Lebih terperinci

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur

Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur Penyadapan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur Tapping of Rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) at Sumber Tengah Resources, Jember, East Java Muhamad

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN

PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN PENGELOLAAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DI PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE SUMATERA UTARA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN RADHIYA NUR ANWAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN TEORITIS. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman asli dari

II. TINJAUAN TEORITIS. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman asli dari II. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Manajemen Panen Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300

STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300 STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300 SKRIPSI Oleh: FAUZI KURNIA 050307023/PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan

Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan Bul. Agrohorti 4(1) : 94-103 (2016) Pengelolaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di Sumatera Utara dengan Aspek Khusus Pembibitan Crop Management Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg) in

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : 0901618 JURUSAN : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. Sembiring STIP-AP Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuan

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM

VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM Hasil dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet alam PT Socfindo kebun Aek Pamienke, Kabupaten Labuhan Batu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

Keywords: Cost analysis, control, dry tapping grooves.

Keywords: Cost analysis, control, dry tapping grooves. ANALISIS BIAYA PENGENDALIAN PENYAKIT KERING ALUR SADAP (KAS) DI AFDELING II PT PERKEBUNAN ABC LAMPUNG Astria Wulandari¹, Fitriani², Sri Handayani³ ¹Mahasiswa Program Studi Agribisnis, ²Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus 2.1.2 Morfologi Spesies : Plantae

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan 13 KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan PT Socfin Indonesia (disingkat PT. Socfindo) berdiri sejak tahun 1926 dengan nama Socfin Medan SA (Societe Financiere Des Caunthous Medan Societe Anoyme). Didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11). II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman karet Pohon karet pertama kali tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara,dimana

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

Charloq 1) Hot Setiado 2)

Charloq 1) Hot Setiado 2) ANALISIS STRES AIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET UNGGUL (Hevea brasiliensis Muell. Arg) (Water Stress Analysis on the Growth of the Excellent Rubber Varieties) Charloq 1) 2) 1) Staf pengajar PS Agronomi,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Metode Pelaksanaan Metode yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT KERING ALUR SADAP (KAS) PADA TANAMAN KARET DI PROPINSI SUMATERA SELATAN

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT KERING ALUR SADAP (KAS) PADA TANAMAN KARET DI PROPINSI SUMATERA SELATAN PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT KERING ALUR SADAP (KAS) PADA TANAMAN KARET DI PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh Desianty Dona Normalisa Sirait dan Syahnen Laboratorium Lapangan Balai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet Berdasarkan (Budiman, 2012), sistematika tanaman karet, diuraikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : Dicotyledoneae; Ordo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

Karya Ilmiah tentang Penanaman Pohon Karet

Karya Ilmiah tentang Penanaman Pohon Karet Karya Ilmiah tentang Penanaman Pohon Karet Disusun oleh : Nama : Sutopo NIM : 11-12-5885 Tugas : Peluang Bisnis Jurusan : SISTEM INFORMASI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Abstraksi Peluang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci