BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Benny Teguh Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Bagian ini adalah pengantar yang memaparkan tentang latar belakang masalah, yang di dalamnya membahas keberagaman dan keunikan budaya di Indonesia khususnya Toraja tentang tradisi di sekitar pemakaman sebagai cara untuk mengekpresikan dan memaknai dukacita serta kehilangan akibat kematian orang-orang yang mereka kasihi. Masyarakat Toraja memiliki budaya unik yang disebut ma nenek, sebuah ritual yang mungkin aneh bagi orang lain, namun oleh mereka yang memelihara tradisi ini diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, yang tanpa disadari sebenarnya justru merupakan kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan dukacita yang tertunda sehingga menolong mereka untuk memutuskan hubungan psikososial dengan keluarga yang telah meninggal. Bertolak dari hal tersebut maka penulis merumuskan masalah yang diteliti berkaitan dengan cara mengekspresikan dukacita serta apa makna ma nenek bagi orang Toraja. Dalam bagian ini dipaparkan juga tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah ini tepat untuk menggambarkan keberagaman dan keunikan berbagai kebudayaan di dunia secara khusus suku-suku di Indonesia dalam mengekspresikan dukacita dan kehilangan yang mereka alami akibat kematian orang-orang yang mereka kasihi. Di Indonesia ada beberapa ritual yang dilakukan di sekitar pemakaman, antara lain ritual Tiwah pada suku Dayak di Kalimantan Tengah (Narang, 2010). Ritual tiwah tersebut merupakan prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama sandung. Di 1
2 Batak ada upacara adat mangongkal holi (Pasaribu, 2010) yaitu upacara adat penggalian tulang belulang orang tua yang telah meninggal untuk dimasukkan ke dalam tugu yakni monumen untuk menghormati orang yang meninggal. Tradisi yang lain adalah ritual mangaro (membongkar) di Mamasa (Rambe, 2014) yakni mengeluarkan kembali tulang-tulang jenazah dari kuburan untuk diratapi, dijemur kemudian dibungkus dengan kain baru lalu disimpan kembali. Orang Toraja juga memiliki ritual ma nenek yakni suatu upacara yang dilaksanakan di sekitar kuburan. Secara turun temurun orang Toraja meyakini ritual itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan kasih sayang terhadap leluhur. Ma nenek disebut juga upacara mantanan bunga (menanam bunga) atau masseroi banuanna nenek (membersihkan rumah nenek/leluhur) yaitu upacara dalam rangka membersihkan kuburan, menanam bunga, mengeluarkan dan menjemur jenazah, tulang-tulang serta mengganti pakaian/bungkusannya lalu menyimpannya kembali (Sarira,1998). Ritual ini berlangsung setiap tahun namun ada juga daerah yang melaksanakan hanya sekali dalam 3 tahun di bulan Agustus bersamaan dengan selesainya masa panen. Hal tersebut dihubungkan dengan keyakinan bahwa panen dapat berhasil berkat kasih sayang dari para leluhur (nenek). Oleh karena itu, patutlah juga keluarga yang ditinggalkan menyatakan cinta kasih kepada mereka setelah memperoleh hasil panen. Agustus oleh masyarakat setempat dianggap juga sebagai bulan nenek yakni bulan yang dikhususkan untuk menyatakan kasih sayang kepada keluarga yang telah dikuburkan, juga disebut lo bang padang/alla padang (tanah sedang kosong/masa antara). Menurut Pong Lamba (1989) juga beberapa partisipan dalam penelitian ini sepanjang Agustus tidak boleh menabur atau menanam padi, tidak diperkenankan juga untuk membeli 2
3 hewan piaraan seperti babi, kerbau kecuali untuk kebutuhan upacara kematian di luar kampung di mana ritual ma nenek sedang berlangsung. Berdasarkan observasi penulis selama beberapa kali mengikuti ritual ini, maka sesungguhnya ma nenek adalah kesempatan bagi keluarga terdekat maupun orang lain yang memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan almarhum/almarhumah untuk mengekspresikan dukacita dan kehilangan yang sempat tertunda oleh karena kesibukan mempersiapkan segala macam kebutuhan pesta pemakaman. Pada kesempatan inilah keluarga inti (anak,cucu,suami/istri) mengekspresikan kehilangannya lewat tangisan, ratapan maupun kasih sayang lewat perilaku menjemur, mengganti pakaian dan membungkus kembali dengan kain baru orang yang mereka sangat kasihi. Lingkungan di sekitar rumah orang yang dikasihinya juga dibersihkan. Ma nenek juga sesungguhnya merupakan ritual yang mampu menolong sang penduka memulai kesadaran baru untuk bangkit dan tidak lagi larut dalam duka yang berkepanjangan.hal tersebut nampak antara lain dari ungkapan salah seorang keluarga setelah ritual: Memang selalu sedih, selalu diingat...tapi semakin sering kami ma nenek semakin mampu kami menerima kenyataan bahwa ooo ternyata memang dia sudah tidak ada mi lagi di tengah-tengah keluarga. Lama-kelamaan ternyata kami bisa sembuh dan akhirnya merasa tidak perlu lagi ma nenek kecuali kalau ada lagi keluarga terdekat yang baru dikuburkan ( ). Sebelum ritual ma nenek masih ada upacara Rambu Solo yakni upacara pemakaman yang berlangsung selama beberapa hari bahkan beberapa minggu. Semakin beratnya tuntutan tradisi saat sekarang ini sehubungan dengan jumlah hewan yang harus dipotong pada pelaksanaan upacara pemakaman menyebabkan keluarga tidak mempunyai kesempatan mengekspresikan dukacitanya. 3
4 Sulitnya memiliki kesempatan tersebut nampak antara lain dari ungkapan Saroengallo (2010.h.87) Begitu banyak wajah-wajah tidak terduga hadir menunggu kedatangan jenazah ayah saya pagi itu. Begitu banyak kata-kata belasungkawa dan penghargaan terhadap ayah saya. Tidak semua terekam dengan baik dalam ingatan. Saya merasa gamang berada di tengah itu semua. Ada kegembiraan bertemu sanak keluarga. Ada keharuan, ada kesedihan. Tapi ada juga kekuatiran. Apakah reaksi mereka ketika mendengar keputusan rapat di Jakarta bahwa dari lima orang anak hanya akan ada seekor kerbau? Setujukah mereka bila upacara dipaksakan pelaksanaannya pada akhir Februari 2004? Semua bercampur aduk. Selanjutnya Saroengallo (2010) mengatakan bahwa dalam masyarakat Toraja, seseorang yang meninggal sampai pada upacara pemakamannya akan menjadi milik keluarga besar dan masyarakat. Sehubungan dengan itu, maka keluarga harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama upacara pemakaman berlangsung sesuai dengan tuntutan adat yang berlaku. Keluarga juga harus memikirkan dan menyediakan berapa jumlah kerbau dan babi. Di daerah Toraja harga kerbau bisa mencapai ratusan juta, sementara harga babi jutaan rupiah. Faktanya logistik dan berbagai kebutuhan tidak terduga lainnya seringkali biayanya jauh lebih besar dari pada yang dianggarkan. Namun, sebelum memulai pesta pemakaman keluarga harus mempersiapkan lantang. Lantang adalah pondok-pondok sementara yang dibangun khusus mengelilingi arena upacara dan menjadi tempat tinggal sementara bagi handai taulan dan sanak keluarga yang datang dari wilayah lain. Siang hari lantang berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu, bersantap, duduk sambil ngobrol dan menyaksikan jalannya upacara. Namun pada malam hari 4
5 tempat tersebut berfungsi sebagai penginapan selama upacara berlangsung. Biaya yang dikeluarkan untuk membangun lantang ini cukup besar sekalipun hanya dimanfaatkan beberapa hari saja. Besarnya biaya dan hiruk-pikuknya upacara pemakaman tidak memberi kesempatan kepada keluarga terdekat untuk merasakan dan mengekspresikan dukacita dan rasa kehilangan yang mereka sedang alami. Semua perhatian tertuju pada persiapan segala macam kebutuhan selama upacara berlangsung, tamu-tamu dan juga membayangkan betapa besar dan beratnya utang yang harus ditanggung setelah upacara selesai. Setiap rombongan datang dengan babi atau juga kerbau dan itu berarti utang bagi keluarga yang harus dikembalikan pada saat sang pembawa melaksanakan upacara pemakaman juga. Secara tertulis tidak ada aturan yang mengikat untuk mengembalikan kerbau maupun babi tersebut namun tradisi pengembalian secara turun temurun telah mengikat seluruh masyarakat Toraja (Saroengallo, 2010). Para pemuda Toraja di perantauan sering memposting dan menulis status di jejaring sosial seperti facebook yang menunjukkan betapa beratnya beban upacara rambu solo antara lain: sangat bangga menjadi orang Toraja namun berat untuk menjalaninya. Betapa berduka dan kehilangannya kami ditinggal ibu tercinta, namun kami harus segera melupakan itu dan bangkit untuk mencari uang guna memenuhi kewajiban kami untuk memotong kerbau. Sangat berat tapi itulah tanggungjawab yang harus kami terima (12:2-2013). 5
6 Firman Tuhan yang disampaikan lewat khotbah-khotbah penghiburan menjadi sumber kekuatan supaya mereka tidak berdukacita seperti orang yang kehilangan pengharapan (band. I Tes. 4: 13). Namun berpisah selamanya dengan orang yang terkasih merupakan sesuatu yang amat berat sehingga dibutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang untuk membantu mereka beradaptasi dengan kehidupan tanpa orang yang dikasihinya lagi. terhitung sebanyak 24 kali ibadah penghiburan dilakukan sejak ayah saya meninggal di Jakarta, di bandara Makassar sampai tiba, diupacarakan dan di makamkan di Toraja. Tetapi beban dukacita sepertinya tak berkurang. Setelah upacara pemakaman selesai dan semua sanak keluarga dan masyarakat tidak lagi nampak di area upacara barulah kehilangan itu benar-benar terasa, Saroengallo (2010.h.58). Stanley (1978) mengatakan bahwa walaupun semua kehilangan yang relevan dengan kebutuhan manusia merupakan penyebab berduka namun kehilangan yang paling menghancurkan adalah kehilangan seseorang yang sangat dicintai yakni pasangan, anak, orang tua atau orang terdekat lainnya. Dengan demikian, maka proses berduka perlu diekpresikan guna memutuskan ikatan psikososial terhadap orang yang dicintai untuk mengintegrasikan kehilangan ke dalam kehidupan. Hal ini tidak berarti bahwa akhir proses berduka telah tercapai namun akomodasi terjadi saat realitas kehilangan diintegrasikan ke dalam kehidupan. Demikian juga masyarakat Toraja mendefenisikan proses berduka dan kehilangan melalui ritual ma nenek dengan cara yang konsisten dengan keyakinan mereka tentang kehidupan, kematian dan dunia akhirat yang disebut puya (Salombe, 1981). Pada dasarnya kematian merupakan fakta biologis, tetapi kematian juga memiliki aspek psikologis, sosial, budaya dan agama. Meskipun rasa 6
7 kehilangan akibat kematian merupakan pengalaman yang universal, namun kematian memiliki konteks budaya. Sikap-sikap budaya dan agama terhadap peristiwa kematian mempengaruhi aspek psikologis dan perkembangan dari kematian, misalnya bagaimana orang dari berbagai usia dan budaya menghadapi kematian mereka sendiri dan kematian orang-orang terdekat mereka (Papalia, Olds & Feldman, 2005). Kematian menyisakan kehilangan dan dukacita bagi orang-orang terdekatnya bukan saja karena kematian itu telah memisahkannya dari orang yang dikasihinya melainkan dalam kondisi itu juga mereka yang ditinggal kehilangan makna hidupnya secara mendalam (Brennan, 2008). Namun disisi lain kematian juga menyadarkan manusia untuk mengevaluasi nilai-nilai pribadi untuk mendapatkan nilai pespektif tentang hidup yakni kemampuan untuk melihat berbagi kenyataan dan pengalaman yang saling berkaitan agar hidup ini lebih bermakna. Membuat perspektif ini dapat menjadi salah satu pengalaman paling konstruktif yang memperkaya dan memenangkan hidup (Hunt, 1987). Dukacita akibat kematian merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk meringankan kehidupannya menghadapi kesedihan mendalam. Dukacita adalah nafas manusia yang merupakan gerakan yang simultan seperti ketika mengeluarkan udara yang kotor, lalu kemudian menghirup udara yang bersih. Ada nafas dalam, sebagaimana ada duka yang dalam dan ringan (Hofstede, 1991). Dalam menghadapi ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh tragedi kematian berbagai cara untuk mengekspresikan dukacita memberikan makna konstruktif. Hal tersebut merupakan sebuah upaya untuk mengubah makna kematian dalam cara-cara dimana kesedihan dapat tertahankan sehingga memungkinkan mereka yang ditinggalkan melanjutkan hidup setelah kematian orang terpenting /terkasih mereka (Chan & Chow 2006). 7
8 Berbagai tradisi turun temurun menyangkut pengaturan. Cara mengenang kematian, dan mengekspresikan kehilangan sangat bervariasi dari satu budaya ke budaya lain. Cara-cara tersebut diatur oleh tradisi, perintah agama atau hukum yang mencerminkan pandangan masyarakat mengenai apa yang dimaksud dengan kematian dan apa yang terjadi setelahnya (Doka, 2003). Menurut Wiryasaputra (2003) setiap budaya telah memiliki perangkat untuk menolong warganya menghadapi dan melewati dukacitanya. Sekalipun mungkin ada tradisi-tradisi yang nampaknya aneh dan mengherankan bagi orang di luar budaya itu. Berdasarkan observasi penulis, maka sesungguhnya ma nenek bagi orang Toraja adalah sebuah perangkat yang unik untuk menolong mereka melewati proses berduka akibat ditinggal oleh orang-orang yang dicintai dan mencintainya. Setelah melewati waktu dan proses berduka yang cukup lama, sang penduka diharapkan akan tiba pada kesadaran bahwa kematian adalah sebuah fakta yang tidak mungkin diratapi secara terus-menerus karena kematian adalah bagian dari hidup ini. Sebagaimana kelahiran yang berarti ada yang datang dalam kehidupan ini maka kematianlah yang memberi makna bahwa ada juga yang pergi dari kehidupan ini. Oleh karena itu yang terpenting menurut Kagitcibasi, (1994) adalah bangkit dari kesedihan berkepanjangan, mempertahankan dan melanjutkan perbuatan-perbuatan baik yang telah ditunjukkan oleh yang meninggal semasa hidupnya. Menurut Ambaa dalam Bigalke (1982) orang Toraja meyakini secara turun temurun bahwa kematian hanyalah peralihan dari kehidupan ini ke kehidupan yang lain. Peralihan ini merupakan fase yang sangat menentukan bagi seluruh siklus kehidupan manusia yaitu lahir, dewasa, kawin dan mati. Keyakinan inilah yang membuat sebagian orang Toraja tetap memperlakukan jenazah maupun tulang-tulang layaknya orang yang 8
9 masih hidup. Ma nenek juga akan menolong mereka untuk hidup sesuai dengan falsafah orang Toraja yang berpandangan bahwa sesungguhnya kematian itu adalah sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan ini. Tidak mungkin ada orang tuo balo (hidup selamanya). Tetapi ada saat untuk kembali ke To Tumampana (Sang Pencipta). Proses dukacita dan kehilangan dialami oleh para partisipan. Hal tersebut nampak pada aspek fisik sperti menangis, tidak tenang, tubuh lemah, dada sesak, pusing tidak dapat tidur dengan pulas, nafsu makan menurun. Selain itu melalui aspek mental mereka tidak dapat menerima kenyataan (menyangkal, menolak) terkejut, sedih, bingung, gelisah, pikiran kacau tidak teratur, kehilangan konsentrasi, selalu berpikir dan merindukan yang hilang, marah, kecewa, putus asa, batin tertekan, perasaan menyesal yang berlebihan, rasa bersalah, merasa berdosa, merasa tidak berarti lagi, merasa sendiri atau kesepian. Berdasarkan aspek spiritual para partisipan mengalami perasaan berdosa, mempersalahkan bahkan marah pada Tuhan. Namun pada sisi lain mereka meyakini bahwa perilaku menjemur, mengganti pakaian pada saat ma nenek merupakan wujud nyata dari tindakan kasih seseorang yang akan mendatangkan dalle (rezeki) bagi kehidupan anak cucu di mana pun mereka berada. Hal itu dihubungkan dengan perintah Firman Tuhan untuk menghormati ayah dan ibu (sanak keluarga) supaya lanjut umur di tanah yang Tuhan berikan (band.keluaran 20:12). Aspek terakhir dari proses dukacita yang dialami para partisipan yaitu aspek sosial. Gejala dukacita dan kehilangan yang muncul melalui aspek ini, antara lain suka menyendiri, suka mengunjungi makam atau tempat-tempat yang berhubungan dengan orang atau sesuatu yang hilang, mempersalahkan, marah bahkan membenci diri sendiri karena merasa tak mampu mempertahankan nyawa orang yang dikasihinya. 9
10 Selain berbagai aspek tersebut di atas ritual ma nenek terbukti membawa dampak yang positif bagi keluarga yang ditinggalkan sehingga mereka mampu menerima kenyataan terpisah dari orang-orang yang dikasihi, bangkit menata kehidupan yang lebih optimis serta membangun harapanharapan tentang masa depan yang lebih baik, juga memperkokoh semangat kebersamaan, kesatuan dan empati dalam komunitas. Melalui ritual ma nenek, selain sebagai ungkapan hormat dan kasih sayang kepada leluhur, kesempatan untuk mengekspresikan dukacita dan kehilangan yang dirasakannya secara unik, di dalamnya juga terdapat litani ratapan, kesempatan untuk curhat, reuni dengan keluarga dari berbagai tempat, menyampaikan harapan-harapan bahkan menjadi kesempatan untuk merayakan bersama kehidupan setelah kematian orang yang terkasih. Selama proses membungkus dan mengikat jasad dan tulang-tulang jenazah mereka menceritakan kembali kenangan-kenangan selama orang yang dicintainya masih hidup sambil tertawa dan meoli (pekikan khas orang Toraja). Mereka gembira, bangga dan saling mengingatkan untuk mengikuti keteladanan hidup yang telah ditunjukkan almarhum/almarhumah selama hidupnya termasuk kasih sayangnya terhadap hewan piaraan seperti kerbau dan babi serta perhatiannya terhadap tanaman baik di sawah maupun di kebun. Dengan demikian maka sesungguhnya ma nenek adalah sebuah ritual yang menandai berakhirnya seluruh proses dukacita. Penelitian tentang ma nenek menjadi penting sebagai salah satu perangkat budaya yang dapat menolong orang Toraja untuk melewati proses dukacitanya. Disamping itu dapat dikatakan bahwa orang Toraja adalah masyarakat yang hidup untuk mati. Bahkan sesungguhnya masyarakat Toraja tidak mengenal birth day yang ada hanyalah dead day. Upacara kedukaan yakni Rambu Solo menjadi upacara yang paling membutuhkan banyak perhatian dan dana dalam sepanjang kehidupan orang Toraja hingga 10
11 hari ini. Bahkan menurut Kobong (2009), demi Rambu Solo kalau perlu orang berutang sia umpaden tae na (apa yang tidak ada harus dibuat menjadi ada). B. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana ekspresi dukacita dan kehilangan pada orang Toraja. 2. Apa makna ritual ma nenek bagi orang Toraja C. Tujuan Penelitian Tujuan utama peneliti dalam hal ini adalah untuk mengetahui: 1. Ekspresi dukacita dan kehilangan pada orang Toraja. 2. Makna ritual ma nenek bagi orang Toraja D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi sumbangan pengetahuan untuk bidang Psikologi, terutama mengenai dukacita dan kehilangan serta makna ma nenek bagi orang Toraja. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi lembaga keagamaan, adat dan pemerintah dalam upaya mereinterpretasi dan reaktualisasi budaya Toraja. Selanjutnya bagi masyarakat Toraja diharapkan dapat memberi informasi yang positif mengenai makna ritual Ma nenek. 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ini penulis akan menguraikan tentang metode penelitian kualitatif, partisipan, lokasi penelitian, instrumen dan metode pengumpulan data sera teknik analisis data.
Lebih terperinciBAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.
BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :
BAB V PENUTUP Pada bagian V ini, penulis akan memaparkan tentang kesimpulan dan saran. 5. 1. Kesimpulan Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal penting yang menjadi pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Usia Lanjut merupakan bagian dari anggota keluarga dananggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.
Lebih terperincidengan keyakinan dalam mengarahkan takdirnya sendiri (Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D., 2005). Salah satu ritual berkabung/pemakaman yang
PENDAHULUAN Tidak ada kehilangan yang lebih besar selain kematian dari seseorang yang kita cintai dan kita sayangi seperti, orang tua, saudara kandung, dan pasangan hidup (Santrock, J.W., 2002). Kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota
Lebih terperinci46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang
Lebih terperinciMAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI
MAKNA SIMBOL UPACARA MANGONGKAL HOLI (PENGGALIAN TULANG BELULANG) PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BEKASI Nama : Ruth Stella Novianty Marbun NPM : 18813140 Dosen Pembimbing : Moch. Ravii Marwan, S.T., M.I.Kom
Lebih terperinciKONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja
KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciFilled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.
LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika putri saya meninggal dunia, saya merasa kehilangan bagian dari diri saya. Saya merasa tidak utuh dan segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi. Beberapa hari
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Dalam bab ini saya akan membahas dan menganalisa temuan-temuan yang
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Dalam bab ini saya akan membahas dan menganalisa temuan-temuan yang diperoleh oleh saya di lapangan terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.
Lebih terperinciSurat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika
1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Etnis yang ada di Indonesia mempunyai kebudayaan maupun kepercayaan, sehingga Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan kebudayaan yang bermacam-macam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap temuan-temuan di lapangan pada bab IV,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap temuan-temuan di lapangan pada bab IV, pada bab ini saya akan menyimpulkan seluruh temuan yang diperoleh dari hasil penelitian studi kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus
BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematian 1. Definisi Kematian Kematian merupakan fakta biologis, akan tetapi kematian juga memiliki dimensi sosial dan psikologis. Secara biologis kematian merupakan berhentinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami proses dimana seseorang mulai lahir, menjadi dewasa, tua dan akhirnya meninggal. Dalam perjalanan hidupnya, manusia sebagai makhluk
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya
BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan
Lebih terperinciBuku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24
Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciHidup Dan Mati : Kebenaran Alkitab
Hidup Dan Mati : Kebenaran Alkitab Banyak orang Kristen polos hari ini yang disesatkan oleh ajaran bahwa jiwa tidak pernah bisa mati, dan bahwa orang mati tetap memiliki kesadaran setelah mereka meninggal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan
Lebih terperinciMempunyai Pendirian Dalam Masyarakat
Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat
Lebih terperinciPdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M
RAMBU SOLO SEBAGAI TINDAKAN PASTORAL TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) OLEH: Yekhonya F.T. Timbang 75 2011 033 Pembimbing:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Kematian
BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan
Lebih terperinciPerjuangan Meraih Cita-cita
Perjuangan Meraih Cita-cita Matahari terik membakar ubun-ubun kepala. Senin pagi ini di SMA Negeri 1 Batangan telah berjejer rapi menghadap tiang bendera sekaligus pembina upacara hari ini. Pukul 08.00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap agama percaya terhadap Ketuhan Yang Maha Esa dan menolak terhadap kepercayaan-kepercayaan roh-roh halus yang berbau mistis. Semua ini tercetus
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. masyarakat Minagkabau. Tradisi mandoa merupakan bentuk akulturasi
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Masyarakat Pauh Duo Nan Batigo merupakan bagian dari suku bangsa Minangkabau yang masih menjalankan tradisi yang ada, yaitu upacara adat yang berkaitan dengan siklus hidup (life
Lebih terperinciPengetahuan Baik & Jahat. "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan."
Pengetahuan Baik & Jahat "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan." Manusia bukan boneka ALLAH Walaupun diciptakan tak bersalah dan suci, nenek moyang kita yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun
Lebih terperinci1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.
1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai
Lebih terperinciLAMPIRAN A LEMBAR DATA PARTISIPAN
LAMPIRAN A LEMBAR DATA PARTISIPAN Identitas Partisipan Nama (Inisial) : Tempat, Tanggal Lahir : Anak Ke : Agama : Status : Suku Bangsa : Pendidikan Terakhir : Profesi/ Pekerjaan : Alamat/ No Telepon :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang
Lebih terperinciDan jangan biarkan kuburan yang ditinggikan, kecuali engkau ratakan. (HR. Ahmad dan selainnya).
Saat di Pemakaman Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????
Lebih terperinciHari Raya Korban? (Idul Adha)
Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.
Lebih terperinciMinggu, 11 FEBRUARI 2018
GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT JEMAAT SYALOOM di Balikpapan Sekretariat : Jl. Marsma R. Iswahyudi RT 15 No. 17 Kel. Sepinggan HP. 081250278444, Telp / Fax : ( 0542 ) 761277 Email : gpibsyaloombpn@yahoo.com
Lebih terperincics maulana Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com
cs maulana Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com CINTA HITAM Oleh: cs maulana Copyright 2016 by cs maulana Penerbit CSM SUKSES PUBLISHER ucesma@gmail,com Desain Sampul: Cepi Sapta Editor: Irfan
Lebih terperinciDari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi
Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang
BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Adanya kebudayaan pada kehidupan manusia ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11
SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11 1. Kemarin, Hana menerima undangan dari Ibu guru Santi. Bu Santi akan merayakan pesta ulang tahun ke-26 pada sabtu ini. Sekarang baru
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah
Lebih terperinciE. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran
E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran Seperti pada kebanyakan suku bangsa lain di dunia, suku Dayak di Kalimantan juga memiliki siklus hidup yang kesemuanya terangkai dalam ritual-ritual adat
Lebih terperinciKepatuhan Seorang Hamba
Kepatuhan Seorang Hamba Allah Swt telah menciptakan lebih kurang 18.000 jenis makhluk banyaknya, baik itu makhluk hidup maupun makhluk mati. Makhluk hidup, seperti ikan, burung, manusia, dan lain-lain.
Lebih terperinciAdakah ada yang Akan Mendoakan Kita?
Adakah ada yang Akan Mendoakan Kita? Oleh, FizRahman.com Seorang pengarah yang berjaya, jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU.. Di saat orang-orang terlelap
Lebih terperincia l m eri a a ta a t S N l H!
a r i Na t a Selamat H l! Jutaan orang di dunia merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember. Orang-orang melihat adanya pesta, pohon Natal, lampu-lampu yang gemerlap, hadiah, hiasan, bayi dalam palungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,
Lebih terperinciSINOPSIS FILM PREMONITION
ANALISA FILM SINOPSIS FILM PREMONITION Sandra Bullock berperan sebagai Linda Hanson istri dari Jim Hanson (Jullian McMahon) seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua orang anak perempuan yang bernama
Lebih terperinci1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa
301 1 Tesalonika 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius untuk jemaat yang tinggal di Tesalonika, yang ada dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah memberikan berkat dan damai sejahtera kepada
Lebih terperinciPendekatan Umum Menuju Pemulihan
Pendekatan Umum Menuju Pemulihan P roses terjadinya gangguan jiwa berlangsung secara pelan pelan dan bertahap. Prosesnya bisa berlangsung berminggu-minggu hingga bertahun-tahun. Sering gejala awal dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
Lebih terperinciLAMPIRAN C SKALA STRES DAN AGRESIFITAS
LAMPIRAN C SKALA STRES DAN AGRESIFITAS Lampiran 1 Selamat pagi/siang/sore Saya mahasiswa dari fakultas psikologi yang sedang mengadakan penelitian mengenai stres dan agresifitas pada ibu rumah tangga yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk menghadapi siklus kehidupan, salah satunya kematian. Didalamnya terdapat nilai-nilai
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Elemen-eleman sosial budaya masyarakat Desa Gamtala yang berpotensi sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat
Lebih terperinciPengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d
KEHILANGAN & BERDUKA Oleh Mfm Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat diartikan juga sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciRingkasan Khotbah 27 April Manusia yang Pertama Kali Menyaksikan Kebangkitan Yesus. Markus 16:9-11. Oleh: Pdt. Elyakin Phang
Ringkasan Khotbah 27 April 2013 Manusia yang Pertama Kali Menyaksikan Kebangkitan Yesus Markus 16:9-11 Oleh: Pdt. Elyakin Phang Markus 16:9 dengan jelas memberitahukan kita bahwa setelah Yesus bangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Kelompok-kelompok tersebut akan tergabung pada suatu lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peringatan Maulid Nabi Muhammad, merupakan peristiwa bersejarah bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peringatan Maulid Nabi Muhammad, merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Peringatan ini diperingati sebagai hari lahirnya nabi Muhammad yang merupakan nabi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung
IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung 1. Punguan Pomparan Raja Silahisabungan Punguan Pomparan Raja Silahisabungan
Lebih terperinciWorkshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur
Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur Latar Belakang Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan.
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia karena di dalam keluarga manusia lahir dan dibesarkan. Sebuah keluarga yang ideal adalah keluarga
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Misi ini berkaitan dengan program-program lain untuk meningkatkan
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Dengan latar belakang kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang masih miskin dan tertinggal oleh pembangunan, maka upaya kesehatan ibu dan anak perlu ditingkatkan dalam konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya bekerja sebagai petani atau disebut juga dengan agraris. Dari segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jorong Petok adalah sebuah Jorong yang terletak di Kenagarian Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Masyarakat Jorong Petok pada umumnya bekerja sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. utara Kabupaten Pasaman Barat, yang terdiri dari 1. dengan luas wilayah sekitar 340,78 km atau 8,77%. Daerah ini memiliki
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecamatan Koto Balingka merupakan salah satu daerah di sebelah utara Kabupaten Pasaman Barat, yang terdiri dari 1 nagari dan 28 jorong dengan luas wilayah sekitar 340,78
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinci