BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
|
|
- Doddy Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT Pertamina (Persero) berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 dan disahkan secara hukum pada tanggal 24 April 1958 oleh Menteri Kehakiman. Tujuan utama dari didirikannya perusahan adalah untuk memenuhi aspirasi yang ada pada saat itu yang sedang berkembang di masyarakat pasca berakhirnya pemerintah kolonialisme, yaitu perlindungan terhadap asset Negara Republik Indonesia yaitu kekayaan sumber daya alam yang ditambang dan intervensi luar yang merugikan. Pada tanggal 15 Oktober 1957 didirikanlah PT Ekploitasi Tambang Minyak Sumatera (PT EMSU) yang pemegang sahamnya adalah pemerintah Republik Indonesia untuk tujuan yang telah disebutkan. Namun, untuk memberikan keleluasaan manajemen maka PT EMSU diubah pada tanggal 10 Desember 1957 menjadi PT Permina (Perusahan Minyak Nasional) untuk menunjukan bahwa segala jenis sumber daya alam yang berada pada kepulauan Indonesia adalah milik dan masalah negara, dan bukan hanya masalah propinsi yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan Bahwa cabang-cabang yang menguasai hajat hidup orang banyak dan segala 25
2 jenis sumber daya alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diperuntukan untuk kemakmuran rakyat. Setelah bekerja selama 3 (tiga) tahun dan menyusul dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang No. 19 Tahun 1960, terhitung 1 Juli 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 198 Tahun 1921 PT Permina dilebur menjadi PN Pertamina (Perusahan Negara Pertambangan Minyak Nasional). Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1968 PN Permina dilebur dan dibentuk Perusahan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PN Pertamina). Hal ini terutama karena minyak dan gas bumi memiliki peranan penting dalam usaha menyukseskan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Berhasilnya dalam usahanya merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam kesuksesan Repelita. Perkembangan dan kemajuan pesat oleh PN Pertamina mendorong diperlukannya dengan segala landasan kerja baru guna meningkatkan kemampuan dan menjamin usaha. Pada tanggal 15 September 1971 Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No. 8 tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (UU Pertamina). Dan sejak itu, PN Pertamina berubah menjadi Pertamina. Memasuki era globalisasi, diterbitkanlah ketentuan baru pada tanggal 23 November 2001 mengenai perminyakan, Undang Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Negara (UU Migas). Dengan keluarnya UU tersebut maka Pertamina dialihkan bentuknya menjadi PT. Pertamina (Persero) tanggal 18 Juni 2003 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan 26
3 Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang pengalihan bentuk Perusahan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara menjadi Perusahan Terbatas (Persero). Tabel 4.1 Refinery Unit PT Pertamina REFINERY UNIT PT PERTAMINA RU I Pangkalan Brandan KAPASITAS Tidak beroperasi RU II Dumai dan Sungai Pakning Riau BPSD RU III Plaju dan Sungai Gerong BPSD RU IV Cilacap Jawa Tengah BPSD RU V Balikpapan Kalimantan BPSD RU VI Balongan Jawa Barat BPSD RU VII Kasim Sorong BPSD TOTAL BPSD * BPSD = Barrel Per Streem Day Sumber: Pertamina, 2005 Gambar mbar 4.1 Letak Refinery Unit PT Pertamina (Persero) 27
4 Peranan PT Pertamina (Persero) dalam pembangunan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan BBM 2. Sebagai sumber devisa negara 3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksanaan alih teknologi dan ilmu pengetahuan. Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang pembangunan nasional adalah tersedianya BBM dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi spesifikasi, supply yang berkesinambungan, terjamin, dan ekonomis. Pemenuhan kebutuhan BBM merupakan tugas yang cukup berat karena peningkatan kapasitas pengolahan minyak yang dimiliki PT Pertamina (Persero) tidak berjalan seiring dengan lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan masyarakat. Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kapasitas pengolahan minyak dalam negeri adalah konsumsi minyak yang meningkat sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini sebagai dampak pesatnya kegiatan pembangunan. Disamping itu, kilang kilang minyak yang dioperasikan masih menggunakan teknologi yang cukup tertinggal dan tidak efisien. Oleh karena itu, dalam pembangunan kilang kilang baru dengan memperluas kilang-kilang yang lama diterapkan teknologi baru yang berwawasan lingkungan. Dalam pengoperasian kilang-kilang dalam negeri, tiga kebijakan utama selalu mendasari langkah PT Pertamina (Persero), yaitu kepastian dalam pengadaan, pertimbangan ekonomi, pengadaan dan keluwesan pengadaan. 28
5 Sejarah Singkat Refinery Unit VI Balongan Pertamina RU VI Balongan merupakan salah satu unit Pertamina yang beroperasi untuk mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi produk yang lebih tinggi nilai ekonomisnya. Unit ini berfungsi sebagai penyuplai kebutuhan bahan bakar dan penghasil produk olahan minyak lainnya terutama ibu kota dan bagian utara Provinsi Jawa Barat maupun untuk produk ekspor sebagai devisa untuk negara serta Pertamina. Setelah melalui studi kelayakan yang panjang, sasaran pembangunan kilang minyak Balongan adalah sebagai berikut: 1. Pemenuhan kebutuhan BBM dan LPG dalam negeri, terutama untuk ibu kota dan bagian utara Provinsi Jawa Barat. 2. Peningkatan nilai tambah dengan memanfaatkan peluang ekspor di Asia Pasifik. 3. Sebagai jalan keluar masalah kesulitan pemasaran minyak mentah berat jenis crude Duri. 4. Pengembangan daerah serta pertimbangan politis dan ekomoni. Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan memiliki visi untuk menjadi kilang unggulan yang berperan dalam : Meningkatkan nilai ekonomi crude oil Duri Tidak memproduksi residu (Low Shuphur Waxy Residue / LSWR) Menghasilkan produk produk unggulan, antara lain propylene dengan kualitas diatas komersial grade, unleaded gasoline dan solar dengan kandungan sulfur dan titik tuang yang rendah. 29
6 Pemilihan daerah Balongan sebagai lokasi kilang dengan proyek yang dinamakan proyek EXOR (Export Oriented Refinery) I didasarkan pada : 1. Lokasi yang cukup strategis, relatif dengan konsumen terbesar, yaitu ibu kota dan Provinsi Jawa Barat. 2. Telah tersedianya sarana penunjang, yaitu: Depot Unit Produksi Pemasaran Dalam Negeri (UPPDN) III, terminal unit eksplorasi dan Singel Point Mooring (SPM). 3. Dekat dengan sumber gas alam, yaitu Terminal Balongan Unit Eksplorasi PT Pertamina EP Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat (DOH JBB). 4. Selaras dengan proyek pipanisasi BBM di pulau Jawa. 5. Tersedianya lahan dengan luas yang memenuhi syarat teknis (450 ha) dan merupakan lahan yang tidak produktif, yaitu terdiri dari 250 ha untuk area pabrik dan 200 ha untuk daerah penyangga. Telah tersedianya infrastruktur yang memadai. Pembangunan awal kilang minyak RU VI Balongan dimulai pada tahun 1990 (masa konstruksi ), mulai start-up pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan secara operasional pada tanggal 24 Mei Pembiayaan proyek yang pada masa pembangunannya bernama EXOR I ini diperoleh dari dana pinjaman luar negeri, yaitu dari JAPIC (Java Petroleum Investment CO.Ltd), suatu konsorsium yag dibentuk oleh beberapa penyandang dana dari Jepang dan diatur dalam Advance Payment Agreement. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk proyek ini sebesar juta US dollar, belum termasuk Interest During Construction (IDC). 30
7 Kilang RU VI Balongan ini merupakan unit pengolahan yang memiliki teknologi modern. Seluruh teknologi prosesnya saling terintegrasi unit satu dengan lainnya, teknologi instrumen-nya didukung komputerisasi pada sistem pengontrolan dan pemantau serta memiliki unit pemecahan katalis (Residue Catalytic Cracker) terbesar di Asia sehingga mampu mengolah berbagai jenis minyak mentah. Kilang RU VI memiliki beberapa keunikan dan keunggulan, antara lain adalah sebagai: berikut : Dirancang dengan engineering adecuancy yang memenuhi kebutuhan operasional dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Hal ini menunjukan bahwa umumnya parameter operasional telah dicapai rata-rata berada diatas untuk kerja yang dirancang. Merupakan the biggest RCC in the world ever design. Fitur dari unit proses RCC baik berupa kemampuan peralatan untuk mendukung pola operasi beyond design ataupun field product yang dihasilkan merupakan produk konsep rekayasa dan rancang bangunan optimal. Fleksibilitas fees yang tinggi terutama unit CDU yaitu rata-rata rasio feed crude yaitu pada saat ini Duri : Minas = 50:50 dibanding desain awal adalah 80:20, sedangkan unit RCC yang menyesuaikan kapasitas rasio feed dapat dioperasikan yaitu AR : DMAR = 45:45 dibandingkan dengan desain awal 35:65. Peralatan utama unit RCC yaitu main air blower dan wet gas compressor yang dioperasikan untuk menunjang operasi unit RCC kapasitas 115%. Rancangan, konsep CO Boiler merupakan pertama didunia yang memiliki 31
8 triple function yaitu sebagai CO boiler, auxiliaries boiler, and waste heat boiler. Pada saat ini merupakan satu satunya kilang dalam negeri yang memproduksi premium (bensin) tanpa timbal Logo, Slogan, Visi, dan Misi PT Pertamina Logo, Slogan, Visi dan Misi PT Pertamina Kerja keras adalah energi kita merupakan semboyan atau slogan yang menancap di hati kreasi dari PT Pertamina. Kerja keras atau inovasi serta kontribusi PT Pertamina memang sudah tidak diragukan lagi kapabilitasnya di Indonesia, dalam segala bidang ruang lingkup masyarakat Indonesia, BUMN paling besar di Indonesia yang bergerak di bidang energi minyak, gas dan panas bumi. Gambar 4.2. Logo Pertamina Elemen logo perusahan merupakan representasi huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif. Warna warna yang berani menunjukan langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi Perusahan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna warna tersebut memiliki arti dan cerminan sebagai berikut: Biru Mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab Hijau Mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. 32
9 Merah Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam keadaan. Visi : Menjadi Perusahan Energi Nasional Kelas Dunia. Misi : Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip prinsip komersial yang kuat Logo, Slogan, Visi dan Misi RU VI Balongan Gambar 4.3. Logo Pertamina RU VI Balongan Logo RU VI Balongan merupakan hasil dan design original oleh Sdr. H.M. Thamrin, SA. Nomor Pekerja , Pekerja Bagian Fasilitas Engineering RU VI Balongan. Penjelasan dan arti logo RU VI Balongan adalah berikut ini: 1. Lingkaran : Fokus ke bisnis inti dan sinergi. 2. Gambar : Konstrusi generator dan reaktor di unit RCC (Residual Catalytic Cracking) yang menjadi ciri khas dalam proses pengolahan minyak bumi di RU VI Balongan. 33
10 3. Warna : a. Hijau, menunjukan warna asli regenerator yang berarti selalu menjaga kelestarian hidup. b. Putih, menunjukan warna asli reaktor yang berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif, dan dinamis dalam setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran. c. Biru, warna logo Pertamina yang berarti loyal kepada Pertamina. d. Kuning, Diambil dari warna logo Pertamina yang berarti keagungan RU VI Balongan. Visi : Menjadi kilang terunggul di Asia Pasifik Tahun Kilang terunggul : terunggul menunjukan RU VI Balongan sebagai kilang yang memimpin pada pilar-pilar performansi visi dan unggul dalam berkompetensi. 2. Asia Pasifik : Menjadi kilang terunggul di Asia Pasifik adalah langkah awal yang sangat baik sebelum menjadi world class refinery. Saat ini RU VI memiliki tingkat kompleksitas yang bersaing dengan rata rata kilang kelas dunia, sehingga bukanlah menjadi hal yang mustahil bagi kita untuk menjadi yang terunggul di Asia Pasifik. 3. Tahun 2015 dipilih sebagai target pencapaian tujuan karena periode 5 (lima) tahun dianggap sesuai menantang namun realistis. 34
11 Misi : 1. Mengolah minyak bumi, untuk memproduksi BBM dan Non BBM secara tetap dalam jumlah, mutu, waktu, dan berorientasi pada laba, serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar. 2. Mengoperasikan kilang, yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, andalan, efisien, serta berwawasan lingkungan. 3. Mengelola asset Pertamina RU VI Balongan, secara profesional yang didukung oleh sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan, dan prinsip saling menguntungkan Unit Unit Produksi dan Produk RU VI Balongan Dalam spesifikasi produk diperlukan pencampuran minyak mentah antara Duri dan Minas dengan rasio pencampuran 80% minyak mentah duri, 20% minyak mentah minas, dari hasil pencampuran masuk kedalam unit CDU yang nantinya akan menghasilkan gas, naptha, solar, gasoil, dan AR. AR yang dihasilkan dari unit CDU akan menjadi input pada unit ARDHM, yield AR adalah sebesar 60% dari jumlah input minyak mentah duri dan minyak mentah minas. Yield adalah presentase dari jumlah produk yang dihasilkan. Tetapi hasil AR dari unit CDU tidak semua akan diolah pada unit ARDHM, karena pada unit ARDHM mempunyai kapasitas maksimum sebesar 58 MB (Million Barrels), maka jika hasil AR > Kap. ARDHM akan dimasuk kedalam tangki penampunan AR, jika hasil AR < Kap. ARDHM maka akan ada penurunan produksi pada unit ARDHM. 35
12 Pada unit ARDHM akan a menghasilkan produk berupa gas, as, naptha, solar, gasoil, asoil, dan DMAR, yield DMAR dari unit ARDHM sebesar 60%. Sedangkan pada unit RCC mempunyai kapasitas sebesar 83 MB (Million (Million Barrels) Barrels), DMAR yang dikeluarkan dari unit ARDHM dan AR keluaran dari unit CDU menjadi input untuk RCC dengan kapasitas pada RCC 83 MB. Adapun proses Produksi pada PT Pertamina RU VI Balongan sebagai berikut : Gambar Gambaran Besar Proses Produksi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan CDU (Crude Crude Destilation Unit) Unit ini mengolah minyak mentah Duri dan Minas dengan perbandingan 80% : 20%. Total alir minyak mentah Duri dan Minas sama dengan masuk ke unit 11 (CDU) sebesar BSPD. Feed pada CDU masih mengandung kontaminan logam serta komponen lain yang tidak dikehendaki pada proses. Pada unit CDU, bahan baku diolah dengan proses fraksinasi biasa (atmospheric pressure). Gasoil dari CDU masih bersifat tidak stabil sehingga 36
13 perlu diolah di unit GHT (Gasoil Hydrotreting). Sedangkan residu dari CDU akan di olah di unit atmospheric Hydrodemetalization Unit (AHU) dan RCC ARDHM (Athmospheric Residue Hydro Demetalizer) Residue yang dihasilkan dari CDU yang mengandung Metal (Ni, V) serta karbon (MCR) dalam jumlah yang tinggi diolah dalam unit ARDHM dengan kapasitas BPSD. Pada unit ini terjadi pengurangan kadar logam (V dan Ni) serta Conradson Carbon Residue (CRR) untuk menyiapkan feed pada unit RCC. Residu yang keluar dari unit ARDHM merupakan umpan untuk unit RCC RCC (Residue Catalitic Cracking) Dalam RCC terjadi pengolahan residu dari unit CDU dan unit ARDHM dengan cara perengkahan memakai katalis menjadi berbagai macam produk, seperti : a. C2 dan Lighter : Nm3/h b. Propylene : BPSD c. Propane : BPSD d. Mixed C4 : e. Polygasoline : BPSD f. Naptha : BPSD g. Light Cycle Oil (LCO) : BPSD h. Decant Oil : 400 BPSD BPSD 37
14 LPG Product RCC Offgas Untreated LPG Overhead Vapour AR DMAR Unit 16 Unsaturated Gas Plant RCC Naphta Unit 17 LPG Treatment Unit 18 Gasoline Treatment Unit 15 RCU Mix LPG Unit 19 Propylene Recovery Unit Mix Butane Unit 20 Catalytic Condensati on Unit Gasoline Product LCO dan DCO Gambar 4.5. Deskripsi Proses Unit RCC Kilang Langit Biru Balongan (KLBB) Kilang ini dibangun untuk mengelola naptha yang beroktan rendah (LOMC) menjadi naptha beroktan tinggi (HOMC) tanpa mengunakan timbal. Kilang ini memulai beroperasi tahun 2005, dengan kaasitas produksi BPSD. Kilang ini terdiri dari tiga unit proses yaitu, naptha hydroteater, platforming, penex ROPP (RCC Offgas to Propylene Project) ROPP atau yang nantinya bernama OCU (Olefins Conversion Unit) adalah unit yang mengolah RCC Offgas yang saat ini hanya digunakan untuk fuel gas 38 Propylene Polygasolin
15 internal kilang saja dan sebagiannya dibakar di flare menjadi produk yang jauh lebih bernilai yaitu propylene, dengan cara memisahkan ethylene yang terkandung dalam RCC Offgas yang kemudian direaksikan dengan butene menjadi propylene. Penandatanganan kontrak ROPP terjadi pada tanggal 22 Januari 2008 dengan konsorsium PT Rekayasa Industri dan Toyo Enggineering Coorporation (TEC). Dan pada tanggal 27 Agustus 2010 dilakukan Mechanical Complacent (MC) yang berarti pembangunan kilang telah selesai dan diisyaratkan untuk start- up. Namun karena berbagai kendala teknis non proses, start-up ROPP baru dilangsungkan pada bulan Desember Secara garis besar proses yang terjadi di OCU adalah sebagai berikut ini: Gambar 4.6 Gambar Proses Unit ROPP 39
16 OCU terdiri dari 6 unit, yaitu : 1. Unit 34 Low Pressure Recovery Unit (LPR) LPR adalah unit yang menerima langsung RCC Offgas sebagai feed-nya, di unit LPR ini dilakukan proses treater, yaitu menghilangkan acid gas (H 2 S dan CO 2 ), oksigen (O 2 ), Air (H 2 O), dan mercury (Hg). Selanjutnya RCC Offgas dipisahkan melalui kolom destilasi menjadi methane, ethane, ethylene, propane dan ethane dikembalikan ke Unit 050 Utilitis sebagai fuel gas, propane ditransfer ke tangki sebagai produk LPG dan ethylene dialirkan ke Unit Unit 35 Selective C 4 Hydrogenation Unit (SHU) SHU menerima feed dari unit 20 CCU berupa mixed C4. Di sini dilakukan treater, yaitu menghilangkan caustic, oxygenates, sulfur, alcohols, carbonyls, mercaptans, water, arsine dan fosfin yang merupakan racun bagi katalis di SHU Reaktor. Selanjutnya mix C4 akan direaksikan bersama hidrogen di SHU Reaktor sehingga merubah butadiene menjadi 1-butene dan isomerisasi 1-butene menjadi N-butene. N-butene akan dialirkan ke Unit Unit 36 Catalytic Distillation Deisobutenizer Unit (CD HydroDeIB) Unit 36 ini hanya terdiri dari satu kolom saja yaitu kolom CDDeib yang merupakan kolom tertinggi dan terbesar di RU VI saat ini. Di dalam kolom ini terdapat reaktor yang fungsinya sama dengan SHU Reaktor yaitu melanjutkan reaksi hidrogenasi dan isomerisasi pada butadiene dan 1-butene yang masih terikut dari Unit 35. Selanjutnya di kolom ini dilakukan pemisahan antara isobutene/isobutene dengan N-butene. Isobutene/isobutene 40
17 ditransfer ke tangki sebagai produk LPG, sedangkan N-butene dialirkan ke Unit Unit 37 Olefins Conversion Unit (OCU) Unit 37 merupakan unit proses terakhir dimana propylene dihasilkan. Unit ini menerima feed dari Unit 34 berupa ethylene dan dari Unit 36 berupa N- butene. Di Unit 37 ini ethylene dan N-butene bersatu, kemudian dilakukan treater yaitu menghilangkan oxygenates, sulfur, alcohols, carbonyls dan water dengan target point yang lebih kecil. Selanjutnya ethylene dan N-butene direaksikan di dalam OCT Reaktor sehingga berubah menjadi Propylene, rumus kimianya : C 2 H 4 + C 4 H 8 2C 3 H 6. Proses selanjutnya adalah memisahkan Propylene dengan senyawa-senyawa yang masih terikut yaitu ehylene, propylene, N-butene, butane, C5, ethylene dan N-butene dikembalikan ke stream awal unit 37 sebagai recycle, propylene ditransfer ke tangki sebagai produk, Butane ditransfer ke tangki sebagai produk LPG dan C5 ditransfer ke tangki sebagai peroduk gasoline. 5. Unit 38 Regeneration System Unit 38 ini merupakan supporting unit atau unit pendukung. Unit 38 ini berfungsi untuk meregenerasi absorber di 34-V-104, 35-V-101, 37-V-108 ini merupakan treater-treater di unit masing-masing dan katalis di 34-R-101, 35- R-101, 37-R-101 ini merupakan reactor dari unit masing-masing. 6. Unit 39 Binary Refrigation System Sama halnya dengan Unit 38, Unit 39 ini merupakan unit pendukung yang berfungsi sebagai pendingin atau refrigerant di Unit 34, 36 dan 37. Unit OCU atau ROPP ini menjadi unik dan belum ada teknologi seperti ini di kilang- 41
18 kilang Pertamina lainnya yaitu karena untuk meliquidkan hidrokarbon ringan seperti ethylene dan propylene ini tidak menggunakan press yang tinggi tapi menggunakan temperatur yang sangat rendah (cryogenic) Produk RU VI Balongan Produk olahan yang dihasilkan oleh PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan sebagai berikut : a. Produk Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium (88) : BPSD Kerosene : BPSD Automotive Diesel Oil (ADO) : BPSD Decant Oil dan Fuel Oil : BPSD b. Produk Bahan Bakar Khusus (BBK) Pertamax Plus RON 95 : 580 BPSD Pertamax RON 92 : BPSD c. Produk Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) Liquid Petroleum Gas (LPG) : 580 BPSD Propylene : 600 ton/hari Ref. Fuel Gas : 125 ton/hari Sulfur : 30 ton/hari 42
19 Organisasi Perusahaan Gambar 4.7. Struktur Organisasi PT Pertamina RU VI Balongan 43
20 Perencanaan Produksi PT Pertamina (Persero) Salah satu aktivitas Refinery Planning and Optimazation yaitu merencanakan kebutuhan crude yang akan diolah. Kebutuhan tersebut dituangkan dalam rencana kerja tahunan, kemudian dijabarkan lebih lanjut menjadi rencana kerja bulanan (STS). Rencana kerja tahunan dibuat satu tahun sebelum periode tahun yang direncanakan akan berjalan. Sebelumnya, diadakan rapat internal RU VI Balongan terlebih dahulu yang menjelaskan tentang keadaan kilang pada tahun yang akan datang, serta menjelaskan juga jika akan terjadi perbaikan pada peralatan peralatan kilang. Berdasarkan kondisi kilang pada tiap bulannya, maka akan ditetapkan target utility factor (UF) untuk tiap tiap unit produksi. Hasil UF yang telah direncanakan akan dibawa dan diserahkan ke Pertamina pusat untuk diperiksa dan ditinjau bersama sama dengan rencana UF dari RU yang lain. Pertamina pusat dalam hal ini bertugas mencarikan Crude Oil ke supplier supplier dan membuat alokasi pasokan crude oil ke semua RU secara merata sesuai kebutuhan dan rencana UF masing masing RU. Setelah RK disetujui kemudian dibuatlah Short Term Survey (STS). Pola penyusunan rencana kerja tahunan dan rencana kerja bulanan seperti pada gambar dibawah ini. 44
21 Sumber : Refinery Planning and Optimization Gambar 4.8. Pola Penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RK) Sumber : Refinery Planning and Optimization Gambar 4.9 Pola Penyusunan Rencana Kerja Bulanan 45
22 4.2. Pengumpulan Data Short Term Survey (STS) Pada proses perencanaan produksi, perlu adanya integrasi dari semua aspek yang dapat mempengeruhi perencanaan. Perencanaan produksi dalam 1 tahun dibuat berdasarkan hasil dari pengoptimalisasian jumlah material yang harus dipesan maupun jumlah produk yang harus diproduksi yang nanti akan di Break Down menjadi perencanaan produksi bulanan/short Term Survey (STS). STS tersebut berupa perintah dari bagian Supply Chain & Distribution untuk melakukan Break down kembali untuk selanjutnya dijadikan Rencana Pengolahan Harian (RPH). STS yang digunakan dalam penyusunan laporan ini menggunakan STS Bulan Mei Data-data yang terdapat dalam STS mencakup total volume feed yang harus diproses dan produk yang harus dihasilkan dalam sebulan. Karena proses yang terjadi merupakan proses kontinu dan produk yang diolah pun adalah produk kontinu, maka kapabilitas proses yang terjadi cenderung stabil dari hari ke hari. Jumlah feed yang diproses per hari merupakan pembagian antara total feed dalam sebulan dengan jumlah hari dalam sebulan, begitu pula dengan perhitungan jumlah produk yang dihasilkan dalam sebulan. Angka yang menunjukkan volume feed dan produk ini nantinya akan dijadikan target produksi bagi unit pengolahan yang bersangkutan. Selain mencakup informasi mengenai target volume feed dan produk, STS juga menyediakan data mengenai target utilitas dari masing-masing unit. Semakin tinggi utilitas unit tentu semakin baik karena hal ini berkaitan dengan keberlangsungan proses produksi. Namun tentu saja bagian Refinery Planning 46
23 harus menyesuaikan dengan perhitungan optimasi yang telah dilakukan dengan software. STS juga melingkupi data-data lain yang berhubungan dengan rencana produksi bulanan seperti harga BPP, target nilai oktan, dan lain-lain. Dalam melakukan proses produksi harian, STS tidak mutlak menjadi satusatunya pertimbangan. Kita harus ingat bahwa perhitungan yang dilakukan sehingga menghasilkan STS ini merupakan perhitungan dalam kondisi yang diasumsikan ideal. Namun pada kenyataannya kondisi di lapangan tidak selalu sesuai dengan harapan, misalnya masalah ketersediaan minyak mentah. Oleh karena itu, sebelum melakukan pembuatan rencana harian, maka karyawankaryawan yang bersangkutan melakukan rapat yang disebut rapat RCC untuk mengintegrasikan informasi-informasi dari keenam unit pengolahan Pertamina sehingga alokasi minyak mentah dan bahan baku lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit pengolahan dan tidak ada pihak yang dirugikan Produksi dan Material Balance Unit ROPP Sebuah unit produksi merupakan unit yang mengolah feed menjadi produk jadi dan siap dipasarkan. Oleh karena itu tentunya jumlah feed yang diolah harus sama dengan jumlah produk yang dikeluarkan ditambah dengan loses selama produksi berlangsung. Inilah yang dinamakan material balance. Dimana : Input = Output + Loses ROPP adalah unit yang menerima feed dari unit RCC berupa RCC Offgas dan Mix C4 (butane) yang nantinya selama proses produksi diolah menjadi 47
24 banyak produk, sebagiannya kembali ke unit produksi lain di RU VI, sebagian lainnya langsung dikirim ke tangki dan siap dipasarkan Data Level Tangki Salah satu fokus utama dari aliran rantai pasok RU VI Pertamina adalah bagaimana caranya agar stok yang ada mampu memenuhi demand pasar. Selain itu constraint lainnya adalah agar stok tersebut tidak melebihi kapasitas tangki yang tersedia (over production). Berbeda dengan produk manufaktur, produk jadi berupa BBM dan NBBM dari RU VI Pertamina ini memerlukan tempat penyimpanan khusus berupa tangki yang berbeda untuk masing-masing jenis produk. Perbedaan jenis produk ini berpengaruh pada treatment yang harus diberikan dalam masing-masing tangki penyimpanan misalnya berupa pemanasan pada minyak yang disimpan. Selain memiliki kapasitas maksimal, masing-masing tangki juga memiliki kapasitas minimal. Kapasitas minimal tersebut menunjukkan level volume terkecil dimana isi tangki dapat dipompakan. Stok masing-masing tangki tentu harus melebihi kapasitas minimal tersebut. Masing-masing tangki menyimpan satu jenis produk karena produk tidak boleh dicampur. Namun terdapat pula beberapa tangki yang dikhususkan untuk melakukan pencampuran (blending) untuk menghasilkan premium, pertamax, solar, dan lain-lain. 48
25 Aliran tangki telah diatur sedemikian rupa oleh bagian Oil Movement. Dengan berkoordinasi dengan divisi Refinery Planning and Optimization, bagian ini mengoperasikan pergerakan minyak dalam tangki. Pergerakan tersebut dilakukan untuk memproses intake, pendistribusian, maupun pencampuran. Instruksi akan diterima bagian Oil Movement saat pencampuran harus dilakukan Tangki Propylene RU VI Balongan memiliki 8 tangki propylene yang masing-masing memiliki kapasitas design tangki yang sama yaitu m3 atau ton. Tabel 4.2. Tabel Kapasitas Tangki Propylene No. Tank Number T-404A Operation Capacity (Ton) T-404B T-404C T-404D T-404E T-404F T-404G T-404H JUMLAH
26 Gambar Tangki Propylene Data Permintaan Pasar Target Penjualan Propylene RU VI Balongan saat ini yang paling utama adalah PT. Candra Asri di Cilegon, Banten. Selain itu secara intermitten, artinya tidak selalu ada tiap bulannya, dijual ke PT PON Gresik dan yang lainnya untuk ekspor ke luar negeri, yaitu Kaohsiung-Taiwan, Batangas-Filipina, Zhapu-China, Maphtaput-Thailand. Tabel 4.3. Permintaan Pasar pada tahun 2012 Tujuan Pemasaran Jumlah (Ton) PT. Candra Asri-Cilegon PT. PON-Gresik Kaohsiung-Taiwan Batangas-Filipina Zhapu-China Maphtaput-Thailand
27 4.3. Pengolahan Data Produk yang direncanakan Perencanaan pengolahan produk yang telah ditentukan sesuai dengan STS bulan Mei 2013 sebagai acuan dalam memproduksi produk berikut jumlah volume produk yang harus diproduksi. Rencana Produksi Propylene ROPP target sebesar 294 Ton/day. Tabel 4.4 Tabel STS Propylene Mei 2013 Jumlah Produksi Feed / Product Ton/day Propylene Total 498 (RCC dan ROPP) Propylene RCC 204 Propylene ROPP 294 Sumber : STS bulan Mei 2013 PT Pertamina RU VI Balongan Hasil Proses Pengolahan ROPP Dalam melakukan proses produksi harian, STS tidak mutlak menjadi satusatunya pertimbangan. Kita harus ingat bahwa perhitungan yang dilakukan sehingga menghasilkan STS ini merupakan perhitungan dalam kondisi yang diasumsikan ideal. Namun pada kenyataannya kondisi di lapangan tidak selalu sesuai dengan harapan, misalnya masalah ketersediaan minyak mentah. Hasil dari pengolahan minyak mentah dari unit CDU, unit ARDHM, dan unit RCC menghasilkan komponen komponen, diantaranya dari Unit CDU menghasilkan komponen Offgas, Naptha CDU, Kerosene, Gasoil, dan AR, untuk unit ARDHM menghasilkan komponen berupa Offgas, Naptha AHU, Kerosene, 51
28 Gasoil, dan DMAR, dan untuk unit RCC menghasilkan komponen berupa offgas, propylene, LPG, RCCC Naptha, LCO, decant dan coke. Nilai nila tersebut sudah terbagi berdasarkan yield, yield adalah persentase komponen yang dapat digunakan untuk membuat suatu produk. Minyak mentah adalah feed utama sebuah Unit Pengolahan. Perubahan kondisi minyak mentah mempengaruhi kapasitas yang dijalankan oleh unit-unit di RU VI termasuk ROPP. Gambar Proses Produksi RU VI Balongan Perubahan kondisi minyak mentah baik itu komposisi atau kapasitasnya akan mempengaruhi kapasitas di CDU ARHDM RCC ROPP. Perubahan kondisi tersebut akan merubah kondisi operasinya, jika kapasitasnya rendah maka disebut kilang dalam kondisi minimum case, sebaliknya jika kapasitas melebihi 52
29 kondisi normal disebut maximum case, dan jika kilang dalam kondisi normal disebut normal case. Begitu juga dengan ROPP, perubahan di upstream akan mengubah kondisi operasi dan material balance ROPP. Tabel 4.5 Material Balance ROPP Jumlah (T/jam) Feed Min. Normal Case case , ,4 Jumlah (T/jam) Produk Min. Normal case case Propylene ,4 Fuel Gas LPG Gasoline ,9 Jumlah RCC Offgas Mix C4 Jumlah Dari tabel di atas, produksi propylene ROPP saat kondisi normal (normal case) adalah 20,40 T/jam atau 489,60 T/hari. Namun karena pada saat ini unit RCC tidak dapat beroperasi dalam kondisi normal case maka dampaknya unit ROPP juga hanya akan beroperasi pada minimum case yaitu produk propylene yang dihasilkan 14,28 T/jam atau 342,72 T/hari. Inilah data yang akan kita olah untuk menyusun schedulling pengkapalan ditambah dengan produksi propylene dari RCC sebesar 377 T/hari (data ini 53
30 diambil berdasarkan data real produksi propylene RCC di bulan September 2012 dengan asumsi pada bulan tersebut kondisi operasi RCC stabil). Sehingga produksi total propylene adalah 719,42 T/hari Data Tangki Propylene Tangki propylene digunakan untuk menampung produk propylene hasil produksi untuk disimpan (storage) sebelum dikapalkan.setiap tangki dilengkapi dengan satu main pump dan satu spare pump yang digunakan untuk mentransfer dari tangki ke kapal, dan memiliki Pressure Safety Valve (PSV) yang akan membuang tekanan media di dalam tangki ke flare jika tekanan melebihi diatas settingannya. Tangki memiliki batasan minimum level, sehingga media di dalam tangki dalam hal ini propylene masih bisa dipompakan dan tangki juga memiliki batasan maksimum level sehingga PSV tidak popping (terjadi pembuangan tekanan ke flare). Batasan minimal sebuah tangki propylene bisa dilihat dari data sheet pompanya, berapa NPSH (Net Pressure Suction Head), NPSH adalah batasan press suction, dimana pompa masih bisa bekerja dengan baik. Sesuai dengan data sheet Tangki 42-T-404 dan pompa 42-P-404 pada Lampiran 4 dan 5, maka diperoleh data sebagai berikut: NPSH : 1,5 meter (media air) SG propylene : 0.49 Press Operasi Tangki : 15 kg/cm2 54
31 Berdasarkan data di atas dan data yang telah diolah dan diperhitungkan, maka batasan minimum level propylene dalam tangki adalah 250 ton. Dari data ini maka didapatkan batasan minimum berat propylene yang diperbolehkan secara keseluruhan dalam 8 tangki yang ada adalah ton. Sedangkan batasan maksimum level propylene dalam 1 tangki dilihat dari kemampuan tangki dalam menyimpan propylene, dalam hal ini yang menjadi data bahan pertimbangan adalah settingan press operasi tangki, setelah diolah sedemikian rupa. Maka batasan maksimum level propylene dalam tangki adalah 1000 ton. Yang berarti untuk 8 tangki adalah ton. Data ini menjadi acuan juga dalam menyusun penjadwalan pengkapalan propylene Data Pendukung Penjadwalan Produk Propylene Data Input Sebelum melakukan penjadwalan kebutuhan material untuk produk PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan, dibutuhkan beberapa input sebagai pendukung dalam proses penjadwalan, berikut data input: a. Persediaan Dalam melakukan penjadwalan material diperlukan hasil persediaan dari bulan sebelumnya, yang paling akurat yang kami ambil adalah persediaan atau stock propylene pada tanggal 31 Mei
32 Tabel 4.6 Stock Tangki Propylene Akhir Mei 2013 No. Tank Number Stock Akhir Mei 2013 (Ton) 42-T-404A T-404B T-404C T-404D T-404E T-404F T-404G T-404H JUMLAH b. Kebutuhan yang harus dipenuhi Kebutuhan propylene ini telah disesuaikan dengan STS (Short Term Survey) bulan Mei 2013, yaitu: Tabel 4.7. Jumlah Produksi Propylene Jumlah Produksi Feed / Product Ton/day Propylene Total (RCC dan ROPP) 498 Propylene RCC 204 Propylene ROPP
33 c. Permintaan Pasar Permintaan Propylene yang rutin setiap bulannya selalu ada adalah dari PT Chandra Asri Petrochemical sebesar ton per bulan. d. Lifting Lifting adalah transfer dari tangki ke kapal. Hal yang menjadi pertimbangan dalam lifting ini adalah daya muat kapal dan tingginya permukaan air dari dasar laut di labuhan yang hanya 7 meter (data diperoleh dari hasil wawancara), berikut data daya muat kapal. Tabel 4.8. Daya Muat Kapal No Nama Kapal Daya Muat (Ton) 1. MT.Gas Natuna MT. Gas Aria MT. Gas Indonesia MT. Buena Estela MT. Buena Suerte MT. Langkawi MT. Cefalu MT. Bente Kosan MT. Lizzie Kosan MT. Cheltenham MT. Charlotte Kosan
34 e. Leadtime Leadtime adalah waktu yang dibutuhkan kapal untuk bongkar muat dan perjalanan. Dari data yang didapatkan dari hasil wawancara untuk melakukan perjalanan dari PT Pertamina RU VI Balongan ke PT Chandra Asri, Anyer membutuhkan 1 hari, dan bongkar muat 1 hari Schedulling Pengkapalan Setelah mengetahui data-data input yang dibutuhkan, maka kami sudah dapat menyusun jadwal pengkapalan dengan metoda simulasi sederhana pada bulan Januari-Desember 2013 dengan melakukan perbaikan pada Produksi Real bulan Januari-Mei 2013 dilanjutkan dengan Simulasi Perbaikan untuk bulan Juni- Desember 2013 dengan data-data yang telah dikumpulkan dan diolah. Berikut adalah Data-data Input yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal pengkapalan propylene mulai bulan Juni 2013: Stock : Persediaan terakhir 1 Juni 2013 (3202 Ton) Input Produksi : Produksi aktual propylene per hari (asumsi stabil di Ton) Produksi Real STS Lifting Buyer Ullage : Pembulatan dari nilai input produksi : Target produksi : Jumlah propylene yang dikapalkan : Nama dan alamat pembeli : Total Daya Muat Tangki dikurangi Lifting 58
35 Produksi Real Bulan Januari - Mei 2013 Dibawah ini merupakan stock produksi dan lifting aktual yang terjadi pada PT Pertamina RU VI Balongan yang dituangkan dalam format simulasi yang akan kami susun. Tabel 4.8. Data Produksi Real Januari-Mei
36 Lanjutan Tabel 4.8. Data Produksi Real Januari-Mei
37 Gambar 4.12 Grafik Produksi Real Pertamina Januari-Mei 2013 Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa dari Bulan Januari, Februari, April dan Mei terjadi over ullage atau kekurangan stock. Hal ini bukan merupakan kondisi ideal karena akan mempengaruhi operasional pompa seperti dikatakan pada Bagian Data Level tangki yang menyebutkan bahwa level tangki minimum adalah ton atau ullage maksimum adalah ton. Hal ini disebabkan karena tidak ada keseimbangan antara jumlah produksi dan jumlah lifting/penjadwalannya. 61
LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden
LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. pengkapalan propylene termasuk dalam kategori sebagai berikut:
BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Jenis Simulasi Metode simulasi sederhana yang akan kami pergunakan dalam penjadwalan propylene unit ROPP, berdasarkan teori simulasi yang telah dibahas
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN - INDRAMAYU Julianto 021 060 021 PRODI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :
BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase
Lebih terperinciBAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak
BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli Juli 2016
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN INDRAMAYU PERIODE 1 Juli 2016 31 Juli 2016 Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 22-E-103 pada Hydrogen Plant DISUSUN OLEH : Nurkhatimah Utami (14
Lebih terperinciBAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC)
BAB VII INTRODUCTION TO FLUID CATALYTIC CRACKING (FCC) Ringkasan Terjemahan dari Materi Presentasi Quak Foo, Lee Chemical and Biological Engineering, the University of British Columbia I. Apakah FCC itu?
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semakin berkembangnya teknologi dewasa ini, maka kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin banyak karena lebih ekonomis, tersedia dalam jumlah banyak, mudah dibawa
Lebih terperinciKondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional
PT PERTAMINA (PERSERO) Direktorat Pengolahan Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional Rachmad Hardadi Direktur Pengolahan 23 Januari 2015
Lebih terperinciBAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)
BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) I. Pendahuluan Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN Disusun oleh: Brigitta Molina NPM : 14 06 07656 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Lebih terperinciTeknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper
Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN. Disusun oleh: Clara Pinasthika NPM :
LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN Disusun oleh: Clara Pinasthika NPM : 14 06 07945 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN Energi merupakan penggerak utama roda perekonomian nasional. Konsumsi energi terus meningkat mengikuti permintaan berbagai sektor pembangunan
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas
Evaluasi Kinerja Unit Sekunder pada Kilang Minyak dengan Integrasi Panas Veni Indah Christiana 2308100167 Syennie Puspitasari 2308100168 Dosen Pembimbing: Ir. Musfil Ahmad Syukur, M.Eng.Sc Outline Pembahasan
Lebih terperinciTUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN
EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang menangani kebutuhan bahan bakar dan gas bumi di Indonesia. PT. Pertamina (Persero) saat
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM PERTAMINA. Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN PERTAMINA Januari 2015
PROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN Januari 2015 AGENDA PRESENTASI 1. Minyak Bumi yang diolah di Kilang 2. Proses-Proses di Kilang 3. Kualitas
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi
Lebih terperinciPrarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri
Lebih terperinciPengolahan Minyak Bumi
Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi adalah isu global yang terus menjadi topik perbincangan publik sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Lebih terperinciMENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA
MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA Risdiyanta, ST., MT *) Abstrak Pengolahan adalah kegiatan utama dalam kegiatan usaha industri hilir minyak dan gas bumi, pengolahan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami. kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan
Lebih terperinciPROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
Contoh Proposal PKL (Praktek Kerja Lapangan) PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PT PERTAMINA (PERSERO) UNIT VI BALONGAN Oleh : Nama : NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM
Lebih terperinciPLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL
PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.
Lebih terperinciRetrofit And Evaluation The Heat Exchanger Network In Main Column Fractionator Section Rccu Using Pinch Technology
Retrofit And Evaluation The Heat Exchanger Network In Main Column Fractionator Section Rccu Using Pinch Technology Affandry Taufik, Sri Herlianty Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) 1.1.2 Lokasi Perusahaan Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta 10110
Lebih terperinciBAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULLUAN I.1 Latar Belakang BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :
EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Oleh : JD Ryan Christy S Louis Adi Wiguno L2C008065 L2C008070 JURUSAN TEKNIK KIMIA
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Indragiri hulu Berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1948 dibentuk Kabupaten Indragiri hulu yang termasuk didalam provinsi Sumatra Tengah dan Diralisi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak
Lebih terperinciBAB 5 Simpulan dan Saran. Gambar 5.1 Pola Operasional Kapal (proposed)
BAB 5 Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan 5.1.1 Simpulan Hasil Penelitian Mengacu kepada rumusan masalah, maka pola operasional yang dihasilkan dari pengolahan data (proposed) dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Lebih terperinci9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah
9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Visi dan Misi Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V memiliki visi dan misi sebagai berikut: 2.1.1. Visi Menjadi partner lini bisnis Direktorat Pemasaran
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2015 KEMENDAG. Minyak Bumi. Gas Bumi. Bahan Bakar Lain. Ekspor. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TENTANG KETENTUAN
Lebih terperinciEVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi EVALUASI RENDAHNYA MAINTENANCE BETWEEN FAILURE (MTBF) PADA POMPA VERTIKAL Norman Iskandar a, *Restu Bagas Pangestu b a Dosen Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan masalah yang terlibat dalam penelitian ini. Latar
Lebih terperinciSISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PADA SUPPLY MINYAK
ISSN : 2338-4018 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PADA SUPPLY MINYAK Muhamad yanun as at (muh.yanun@gmail.com) Bebas Widada (bbswdd@yahoo.com) Wawan laksito YS (wlaksito@yahoo.com) ABSTRAK Kemajuan teknologi
Lebih terperinciLAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35
LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir manusia mulai berpikir untuk memperoleh sumber energi baru sebagai pengganti sumber energi yang banyak dikenal dan digunakan,
Lebih terperinciOPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA
OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang, pangan, dan papan. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada ketersediaan energi. Selama
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN
EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 70.000 TON / TAHUN JESSICA DIMA F. M. Oleh: RISA DEVINA MANAO L2C008066 L2C008095 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III PROSES PEMBAKARAN
37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki performance operasionalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil Perusahaan Sebagai sebuah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang usaha minyak dan gas bumi beserta kegiatan usaha terkait lainnya
Lebih terperinciBAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.
BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dan banyak negara di dunia masih sangat bergantung dengan kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan akan minyak bumi terus
Lebih terperinciDENGAN CONTROL CASCADE PADA 15-C-101 di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI
Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS SISTEM PROSES HCO DENGAN CONTROL CASCADE PADA 15-C-101 di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Ayuta Anindyaningrum (L2F607012) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciREFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT
MUSI REFINERY OVERVIEW REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY AGENDA ORGANISATION STRUCTURE PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT REFINERY LOCATION
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen
Lebih terperinciDisampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005
Disampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005 Direktorat Pengolahan dan Niaga Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Jakarta
Lebih terperincikimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran
K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi
Lebih terperinciNATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS
NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS Gas alam merupakan sumber energi yang andal dan efisien, mampu terbakar lebih bersih dibandingkan dengan sumber energi fosil lainnya. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi yang membutuhkan proses hingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu bahan bakar fosil yaitu minyak.
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN
EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015
REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal
Lebih terperinciRUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE
PRODUCT KNOWLEDGE RUBBER CRUDE OIL Kantor: Jl. Lawu Tegalarum 418 RT 02/13, Cangakan Karanganyar, Jawa Tengah, 57722 Telepon: 0271 494253 Pabrik: Ngamban RT 01/06 Buran, Tasikmadu Karanganyar, Jawa Tengah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan harapan. Peluang yang cukup baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan
Lebih terperinciTUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN
XECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS 100.000 TON / TAHUN Oleh: Dewi Riana Sari 21030110151042 Anggun Pangesti P. P. 21030110151114
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan jumlah penduduknya, dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini berbanding lurus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Premium merupakan jenis bahan bakar minyak yang digunakan pada sektor transportasi, khususnya transportasi darat baik itu digunakan pada kendaraan pribadi maupun kendaraan
Lebih terperinciOptimisasi Keuntungan Menggunakan Linear Programming di PT Pertamina Refinery Unit (RU) VI Balongan*
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Optimisasi Keuntungan Menggunakan Linear Programming di PT Pertamina Refinery
Lebih terperinciPT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT ARHDM LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN PROSES PENGOLAHAN ATMOSPHERIC RESIDUE PADA UNIT ARHDM LAPORAN KERJA PRAKTEK Oleh Hilmi Dian Saputra NIM 111203053 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA AKADEMI MINYAK DAN GAS
Lebih terperinciPengertian Cracking Perkembangan Catalytic Cracking Reaksi Perengkahan Katalis untuk Cracking Variabel Proses estimasi
Pengertian Cracking Perkembangan Catalytic Cracking Reaksi Perengkahan Katalis untuk Cracking Variabel Proses estimasi Pengertian Cracking Cracking merupakan proses perengkahan atau dekomposisi, penyusunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan
Lebih terperinciOleh: Sofyan Hadi, ST PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012
Oleh: Sofyan Hadi, ST PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012 Pengertian Metode Optimasi Ruang Lingkup Optimasi Prosedur Umum untuk Penyelesaian Masalah
Lebih terperinciPra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil
F127 Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh, Wisnu Kusuma Atmaja, Juwari dan Renanto Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN. Mulai. Penentuan jalur pipa
BAB III METODOLOGI DAN DATA PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Perancangan Dalam analisis perancangan ini, dapat diketahui diagram alir utama yang digunakan sebagai acuan langkah-langkah pengerjaan pada gambar
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 11 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ATAU KEGIATAN
Lebih terperinciPT PERTAMINA (PERSERO) DIREKTORAT PENGOLAHAN. Kegiatan Operasi Kilang Pengolahan. Workshop Wartawan ESDM. Jakarta, 21 Januari 2011
PT PERTAMINA (PERSERO) DIREKTORAT PENGOLAHAN Kegiatan Operasi Kilang Pengolahan Workshop Wartawan ESDM Jakarta, 21 Januari 2011 Agenda Overview Kilang Geografi & Overview RU s Distribusi Produk Kilang
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Pembangunan di bidang industri kimia di Indonesia semakin pesat perkembangannya. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya beberapa pabrik kimia di Indonesia. Kegiatan pengembangan
Lebih terperinciLAMPIRAN I Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 129Tahun 2003 Tanggal : 28 Juli 2003 BAKU MUTU EMISI KEGIATAN INDUSTRI MINYAK DAN GAS
LAMPIRAN I Keputusan mor : 129Tahun 2003 I. KEGIATAN EKSPLORASI DAN PRODUKSI Bakar Parameter Baku Mutu Emisi satuan : mg/nm 3 1 Flare Stack 2 Boiler dan Steam Generator Minyak Partikulat 300 Nitrogen Oksida
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat digambarkan pada diagram alir berikut. Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki peran yang penting dan strategis. Peran penting ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10Desember 1957 dengan nama PT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, aktivitas industri, PLTD, aktivitas
Lebih terperinciPENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo
PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
V. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Penyediaan Energi Dalam Perekonomian Indonesia Penyediaan energi (Energy Supply) sangat diperlukan dalam menjalankan aktivitas
Lebih terperinciANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL
FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Asam Suksinat Dari Maleat Anhydride Dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun A.
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Perkembangan ekonomi Indonesia belakangan ini memang bisa dikatakan sangat lambat. Hal ini bisa di identifikasi dari nilai mata uang rupiah yang terus menurun dibanding
Lebih terperinciPratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS
Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN
EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN Oleh: ROIKHATUS SOLIKHAH L2C 008 099 TRI NUGROHO L2C
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia, sektor transportasi khususnya kendaraan bermotor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diciptakan dan disampaikan kepada user dari sudut struktural. Sebuah supply chain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kalakota dalam Hardiyanto (2010) definisi manajemen rantai suplai (supply chain management) adalah sebuah proses payung di mana produk diciptakan dan disampaikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chevron Corporation merupakan salah satu perusahaan dunia yang bergerak dalam bidang minyak bumi dan gas yang berpusat di California, Amerika Serikat. Di Indonesia
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016
Lebih terperinciTujuan Pembelajaran. Saat kuselesaikan bab ini, kuingin dapat melakukan hal-hal berikut.
Tujuan Pembelajaran Saat kuselesaikan bab ini, kuingin dapat melakukan hal-hal berikut. Mengenal contoh-contoh dari tujuh (7) obyektif pengendalian pada proses-proses kimia Menghitung indikator dari variabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber
Lebih terperinci