Algoritma Scheduling

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Algoritma Scheduling"

Transkripsi

1 BAB III Algoritma Scheduling III.1 Pendahuluan Generasi internet ke depan mendukung 2 tipe aplikasi: best-effort dan aplikasi guaranted-service. Aplikasi berbasis best-effort, yang sekarang ini umum pada jaringan internet, adaptif terhadap kondisi jaringan seperti apa pun. Sebagai contoh, aplikasi FTP idealnya mempunyai delay end-to-end nol dan mendapatkan bandwidth link tak terbatas, tetapi tetap dapat berjalan pada sumberdaya jaringan yang terbatas. Suatu layanan disebut best-effort karena jaringan tetap berjanji untuk melakukan yang terbaik demi terkirimnya paket-paket data walaupun tanpa menjamin QoS Disamping aplikasi best-effort, di masa depan jaringan internet diharapkan dapat membawa trafik dari aplikasi yang membutuhkan jaminan QoS. Oleh karena itu, untuk menjamin QoS, dimasa depan tidak akan lagi digunakan jaringan dengan bandwidth kurang dari 64 kbps untuk membawa trafik voice. Jaminan QoS yang dirasakan oleh sebuah koneksi bergantung pada algoritma scheduling yang digunakan. Scheduling dijalankan pada node-node switching sepanjang jalur antara sumber dan tujuan. Algoritma scheduling memilih paket mana yang akan dikirimkan pada link berikutnya. Scheduler dapat memberikan delay antrian dan bandwidth yang berbeda-beda untuk setiap koneksi dengan cara menentukan urutan pelayanan dan jumlah paket yang akan ditransmisikan untuk setiap koneksi. Jadi, internet masa depan membutuhkan aturan scheduling untuk mewujudkan: a. Delay, bandwidth, dan loss per koneksi yang dapat menjamin aplikasi guaranteedservice. b. Alokasi resource secara adil pada aplikasi best-effort. 22

2 Dibawah ini gambar sebuah model algoritma scheduling: Gambar III.1. Model Algoritma Scheduling Jadi setiap ada dua komponen utama yang terlibat dalam proses scheduling: classifier dan scheduler. Fungsi classifier adalah menempatkan paket-paket kedalam antrianantrian menurut aturan tertentu. Sedangkan fungsi scheduler adalah memilih dari antrian-antrian, paket-paket mana yang akan dikirimkan. III.2 Persyaratan sebuah scheduling Dalam perancangan sebuah algoritma scheduling, ada 5 persyaratan yang harus dipertimbangkan: kompleksitas, fairness, isolasi/proteksi, efisiensi, dan performansi. Bergantung pada situasinya, sebagian dari persyaratan tersebut menjadi lebih penting dari yang lainnya, sehingga keputusan terbaik tergantung pada situasi dan masalahnya. Berikut ini uraian dari 5 persyaratan tersebut: a. Kompleksitas: setiap skema scheduling mempunyai tingkat kompleksitas yang berlainan dipandang dari segi pengontrolan dan hardware. Kompleksitas algoritma merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan karena router harus mengambil paket untuk diberikan pada output link setiap kali sebuah paket akan diberangkatkan. Frekuensi keberangkatan paket-paket tergantung pada 23

3 kecepatan output link. Keberangkatan dapat terjadi sekali setiap beberapa mikro detik, atau sekali setiap beberapa nano detik. Jadi, demi mudah dan murahnya implementasi, sebaiknya algoritma scheduling dibuat ringkas dengan beberapa operasi yang sederhana. b. Fairness: sebuah skema scheduling bertugas membagikan sumberdaya jaringan berupa link bandwidth dan kapasitas buffer kepada antrian-antrian, maka pembagian sumber daya tersebut harus adil. Fairness merupakan properti yang dibutuhkan untuk layanan best-effort. c. Isolasi dan proteksi: algoritma scheduling yang baik melakukan perlindungan dan isolasi terhadap user. Perlindungan yang dimaksud adalah dengan membuat miss-behaving user tidak mempengaruhi well-behaving user. Miss-behaving user adalah para pengguna jaringan yang mengirimkan paket-paket data pada bit rate yang lebih tinggi dari yang seharusnya sehingga dapat mengakibatkan unfairness/hilangnya fairness. d. Efisiensi: Sebuah algoritma dikatakan lebih efisien dari pada algoritma yang lain apabila pada beban yang lebih berat dapat menjamin kinerja yang sama. Atau pada beban yang sama dapat memberikan kinerja yang lebih baik. Dan juga, agar jaminan QoS terpenuhi, koneksi yang guaranteed-service jumlahnya harus dibatasi dengan menggunakan mekanisme Admission Control. e. Performance: merupakan tujuan utama dibuatnya algoritma scheduling, yaitu menjamin throughput, delay, dan loss sesuai dengan yang diinginkan. Jaringan menjamin tersedianya koneksi sesuai dengan kebutuhan setiap layanan dan para pengguna jaringan pun tidak menggunakan jaringan melebihi batas yang telah ditetapkan. Menjamin kinerja sistem di level yang baik merupakan permasalahan yang sulit, karena semua scheduler yang dilalui paket data sepanjang koneksi harus berpartisipasi dalam memenuhinya. 24

4 III.3 Klasifikasi Algoritma Scheduling Mekanisme packet scheduling terbagi kedalam 2 kategori: work-conserving dan nonwork-conserving. Algoritma scheduling yang work-conserving akan melewati antrian yang tidak memiliki paket, sedang non-work-conserving selalu memberikan waktu untuk setiap antrian walaupun dalam antrian tersebut tidak dalam keadaan akan mengirimkan paket. Salah satu sifat algoritma yang bersifat work-conserving adalah mempunyai total delay antrian rata-rata yang minimum. Total delay antrian rata-rata dihitung berdasar semua flow yang harus dilayani. Semua algoritma work-conserving mempunyai total delay antrian rata-rata yang sama. Dengan kata lain, meskipun setiap scheduler menggunakan algoritma yang berbeda, delay antrian rata-rata secara keseluruhan selalu sama. Ini menunjukkan bahwa algoritma work-conserving melayani flow-flow tertentu dengan lebih cepat tetapi mengorbankan flow yang lain. Timbul sejumlah pertanyaan, mengapa kita tetap menggunakan algoritma non-work conserving dan membuang bandwidth dengan meninggalkan link dalam keadaan menganggur sampai ada paket yang harus dikirimkan? Jawabannya adalah, algoritma non-work conserving membuat aliran trafik lebih dapat diprediksi. Algoritma nonwork conserving biasanya pilihan terbaik untuk jaringan yang melayani trafik real time karena dapat menjamin delay dan delay jitter pada nilai tertentu. III.4 Beberapa Jenis Scheduling Semua algoritma scheduling merupakan varian dari dua disiplin scheduling berikut: Generalized Processor Sharing (GPS) dan Earliest-Deadline-First (EDF). GPS membagi sumberdaya diantara antrian-antrian berdasarkan kebutuhannya, sedang EDF melayani paket berdasarkan urutan deadline. EDF berusaha mencapai level QoS tertentu dengan melayani paket-paket berdasar urutan deadlinenya. Paket-paket yang 25

5 lebih mendekati deadline lebih dahulu dilayani. Deadline sebuah paket berkaitan dengan maximum tolerable delay dan dihitung dengan menambahkan maximum tolerable delay terhadap waktu kedatangan paket. Contoh algoritma EDF adalah: delay earliest due date dan jitter earliest due date. Subbab ini akan berkonsentrasi pada 2 jenis scheduling: Weighted Round Robin (WRR) dan Deficit Round Robin (DRR), karena 2 algoritma inilah yang akan dianalisa performansinya dalam jaringan WIMAX. Namun demikian algoritma scheduling yang lain pun akan dibahas secara sekilas. III.4.1 Generalized Processor Sharing (GPS) GPS merupakan algoritma scheduling yang ideal. Dalam algoritma ini, paket-paket dari setiap flow dimasukkan kedalam antrian-antrian. Setiap antrian yang tidak kosong akan dilayani sedang antrian yang kosong akan dilewati. Dari antrian-antrian tersebut secara round robin GPS scheduling mengirimkan data dalam jumlah yang sangat kecil sekali (infinitesimal). Setiap antrian dapat diberikan bobot, dan layanan akan diterima sesuai dengan bobot tersebut. Gambar III.2. GPS scheduling 26

6 Berikut ini contoh-contoh yang menunjukkan bagaimana cara kerja algoritma GPS: Contoh 1 Ukuran paket A, B, dan C masing-masing: 10, 20, dan 30 Paket A, B, dan C tiba di waktu 0 Semua antrian mempunyai bobot yang sama Gambar III.3. Contoh 1, Scheduling GPS Contoh 1 Ukuran paket A, B, dan C masing-masing: 15, 20, dan 10 Paket A, B, dan C masing-maing tiba di waktu: 0, 5, 15 Semua antrian mempunyai bobot yang sama Gambar III.4. Contoh 2, Scheduling GPS 27

7 Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam algoritma GPS adalah: - φ i, merupakan bagian bandwidth yang disediakan untuk setiap flow - sent i (t 1, t 2 ) : jumlah data flow i yang dapat dilayani selama rentang waktu (t 1, t 2 ). Sebuah flow didefinisikan sebagai backlogged jika flow tersebut mempunyai paket yang sedang menerima layanan atau sedang menunggu pelayanan. Pada GPS, untuk pasangan flow i dan j selama interval waktu t 1 dan t 2 mengikuti rumusan sebagai berikut: senti( t1, t2) φ i = sent ( t, t ) φ j 1 2 j senti ( t1, t2 ) atau = konstanta φ i Meskipun GPS scheduling menyediakan fairness yang ideal dan isolasi flow yang sempurna, tetapi algoritma ini tidak dapat dibuat. Sampai saat ini, mengirimkan data dari antrian-antrian dalam besaran yang sangat kecil adalah suatu hal yang mustahil. Oleh karena itu, secara praktis tidak ada satu pun algoritma scheduling yang dapat menyamai keidealan GSP dalam hal fairness dan isolasi. Pada saat scheduler melayani sebuah paket, maka pada saat itu sedang terjadi ketidakadilan terhadap paket yang lain. Sampai saat ini telah banyak diusulkan berbagai macam algoritma scheduling yang berusaha mendekati keidealan karakteristik GPS. III.4.2 First In First Out (FIFO) FIFO merupakan skema scheduling yang paling sederhana. Dalam FIFO semua paket diperlakukan sama. Paket-paket ditempatkan dalam antrian hanya berdasarkan urutan kedatangan, tidak memandang seberapa penting paket tersebut. Algoritma FIFO juga sering disebut First Come First Served (FCFS). 28

8 Gambar III.5. FIFOScheduling FIFO merupakan algoritma yang bersifat work-conserving dan mempunyai kompleksitas yang sangat rendah, sebab itu FIFO menjadi algoritma yang paling umum dipakai dalam jaringan. Ada beberapa keterbatasan FIFO, misalnya: Tidak dapat memberikan fairness dalam alokasi sumberdaya kepada flowflow yang sedang dilayani. Namun demikian, hal ini tidak terlalu menjadi masalah untuk aplikasi berbasis best-effort. Tidak dapat menjamin kinerja sistem dalam hal: delay, delay jitter, atau throughput paket-paket pada aplikasi-aplikasi yang real time. Oleh karena itu, aplikasi multimedia tidak dapat bekerja dengan baik apabila digunakan scheduler FIFO. Satu cara untuk menjamin batasan delay adalah dengan membatasi ukuran buffer. Setiap paket dijamin akan dikirimkan dalam waktu kurang dari waktu yang diperlukan untuk melayani antrian yang penuh. Kerugian cara ini adalah, akan meningkatkan packet loss probability, sebagai sebuah konsekuensi dari high buffer overflow probability. 29

9 III.4.3 Priority Queueing (PQ) Algoritma scheduling ini merupakan versi sederhana dari queue scheduling yang bertujuan untuk mendukung differentiated service class. Dalam PQ, pertama-tama sistem mengklasifikasi paket-paket berdasar tipe layanannya dan setelah itu ditempatkan pada antrian-antrian yang memiliki prioritas berlainan. Paket-paket dalam sebuah antrian akan dilayani apabila semua paket yang berprioritas tinggi sudah dilayani. Dalam masing-masing antrian paket-paket dilayani secara FIFO. Gambar III.6. Priority Queueing (PQ) III.4.4 Fair Queueing (FQ) Skema ini diusulkan oleh John Nagle pada tahun FQ merupakan dasar dari kelas scheduling yang menjamin setiap aliran paket dapat mengakses sumberdaya jaringan secara adil dan mencegah bursty flow mengakses jaringan secara berlebihan. Dalam FQ, paket-paket pertama-tama diklasifikasi dan setelah itu dimasukkan ke dalam antrian. Setelah itu setiap antrian dilayani dengan mengirimkan 1 paket per antrian, antrian yang kosong akan dilewati. 30

10 Gambar III.7. Fair Queueing (FQ) Keuntungan utama FQ adalah bahwa bursty yang melewati batas maksimum tidak akan mengganggu QoS flow yang lain, karena setiap flow mempunyai antrian yang berbeda. Jika flow berusaha mengonsumsi melebihi bandwidth yang telah dibagi secara adil, maka hanya antrian tersebut yang kena dampaknya, sehingga tidak berpengaruh kepada performansi antrian yang lain. Meskipun demikian, FQ juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya: FQ diimplementasikan di tingkat software bukan hardware. Hal ini menjadikan FQ menjadi interface kecepatan rendah yang hanya dapat digunakan pada edge jaringan. Tujuan FQ adalah untuk mengalokasikan bandwidth dalam jumlah yang sama kepada setiap flow. FQ tidak dirancang untuk mendukung sejumlah flow yang mempunyai kebutuhan bandwidth yang berbeda. FQ memberikan jumlah bandwidth yang sama kepada setiap flow hanya jika semua paket di dalam antrian-antrian berukuran sama. Flow-flow dengan paket 31

11 yang besar-besar akan mendapatkan bagian bandwidth yang lebih besar daripada flow dengan ukuran paket yang kecil. FQ sangat sensitif terhadap permintaan kedatangan paket. Jika paket datang di dalam antrian kosong segera setelah antrian tersebut didatangi oleh scheduler round-robin, maka paket tersebut harus menunggu di dalam antrian sampai semua antrian terlayani sebelum dapat ditransmisikan. FQ tidak memberikan mekanisme yang mendukung layanan real-time seperti VoIP FQ mengasumsikan bahwa klasifikasi trafik jaringan dapat dilakukan dengan mudah. Pada jaringan IP, hal ini tidak semudah seperti yang diperkirakan. Flowbased dapat diklasifikasikan pada alamat sumber paket, akan tetapi kemudian setiap workstation diberi resource jaringan dalam jumlah yang sama atau mainframe. Jika akan mengklasifikasikan flow-based pada koneksi TCP, maka harus dilihat lebih dalam header paketnya, dan itupun masih harus berurusan dengan masalah lain seperti enkripsi, fragmentasi dan flow-flow UDP. FQ pada umumnya tidak dapat dikonfigurasi pada router inti karena router inti sangat dibutuhkan untuk mendukung ribuan atau bahkan puluhan ribu antrian diskrit pada setiap port-nya. Hal ini dapat menambah kompleksitas dan overhead manajemen yang akan berdampak pada skalabilitas FQ itu sendiri dalam jaringan IP yang luas. FQ biasanya diaplikasikan di edge jaringan di mana banyak subscriber terkoneksi ke penyedia layanannya. Vendor biasanya mengimplementasikan FQ untuk mengklasifikasikan paket ke 256, 512, atau 1024 antrian menggunakan fungsi hash yang dihitung melalui pasangan alamat sumber/tujuan. FQ memberikan isolasi yang sempurna bagi flow trafik individu karena pada edge jaringan, subscriber memiliki jumlah flow terbatas, sehingga setiap flow dapat diberikan pada suatu antrian. Di 32

12 dalam FQ class-based, port output dibagi ke dalam klas layanan yang berbeda. Setiap kelas layanan dialokasikan prosentase bandwidth tertentu. III.4.5 Weighted Fair Queueing (WFQ) WFQ dikembangkan secara independen pada tahun 1989 oleh Lixia Zhang dan Alan Demers, Srinivasan Keshav dan Scott Shenke. WFQ mendasari algoritma scheduling untuk mengatasi kelemahan FQ. Algoritma ini memberikan bobot antrian yang berbeda berdasarkan kebutuhan bandwidth setiap aliran paket. WFQ dapat memberikan distribusi bandwidth yang fair untuk variable-length packet dengan cara meniru cara kerja GPS. Gambar III.8. Weighted Fair Queueing (WFQ) III.4.6 Weighted Round Robin (WRR) WRR merupakan emulasi sederhana dari GPS. Perbedaan antara GPS dengan WRR adalah WRR melayani sejumlah tertentu data. Tidak seperti GPS yang mengirimkan data dalam besaran yang amat sangat kecil. Besaran data yang dilayani oleh WRR dapat berupa paket atau byte. WRR scheduling akan lebih mendekati GPS jika semua flow mempunyai bobot yang sama dan setiap paket mempunyai ukuran yang sama. Algoritma scheduling ini merupakan dasar dari kelas scheduling yang dibuat untuk mengatasi kelemahan FQ dan PQ. WRR mengatasi kelemahan FQ dengan cara 33

13 memberikan bobot yang berbeda untuk setiap antrian. Bobot ini menentukan besarnya bagian setiap antrian terhadap bandwidth sistem. WRR mengatasi kelemahan PQ dengan cara, antrian berprioritas rendah tetap diberi kesempatan mengirimkan paket sesuai dengan bobotnya, jadi tidak diabaikan sama sekali. Dalam antrian WRR, pertama-tama paket diklasifikasi kedalam kelas-kelas (misalnya, real-time, interaktif, transfer file, dsb), kemudian paket-paket tersebut dimasukkan ke dalam antrian-antrian yang khusus melayani kelas-kelas tersebut. Tiap-tiap antrian dilayani secara round-robin. Sama seperti PQ dan FQ, antrian yang kosong akan dilewati. WRR juga disebut sebagai Class-Based Queueing (CBQ) atau Custom Queueing. Algoritma WRR mendukung alokasi bandwidth yang berbeda untuk setiap kelas dengan cara: Mengijinkan antrian ber-bandwidth tinggi untuk mengirimkan lebih dari satu paket pada setiap putaran. Pada setiap putaran masing-masing antrian hanya boleh mengirimkan satu paket setiap diberi kesempatan, tetapi antrian berbandwidth tinggi akan diberi kesempatan transmit beberapa kali. Pada gambar dibawah ini antrian trafik real-time diberi 25% BW, antrian trafik interaktif diberi 25% BW, dan antrian trafik file transfer diberi 50% BW. Dengan demikian pada setiap putarannya antrian file transfer akan diberi kesempatan 2 kali transmit, masing-masing satu paket, atau setiap kali diberi kesempatan akan mengirimkan langsung 2 paket. 34

14 Gambar III.9. Weighted Round Robin (WRR) Algoritma scheduling WRR mempunyai keuntungan dan kerugian/keterbatasan. Adapun keuntungannya adalah: Karena sederhana, WRR dapat dibuat secara hardware, sehingga dapat dipakai pada interface berkecepatan tinggi. Dengan WRR secara kasar dapat dikontrol berapa besar presentase bandwidth yang dialokasikan untuk masing-masing kelas WRR menjamin setiap kelas layanan mempunyai akses terhadap bandwidth sistem sehingga terhindar dari kelaparan bandwidth. Daripada menggunakan prioritas (seperti pada PQ), klasifikasi berdasar kelas menghasilkan manajemen yang lebih adil dan lebih stabil bagi aplikasi-aplikasi. Sebagai contoh, jika kita memberikan prioritas lebih kepada trafik real-time daripada trafik file transfer, maka jumlah trafik real-time yang berlebihan akan menghambat semua trafik file transfer dari jaringan. WRR didasarkan pada sebuah kepercayaan, bahwa, untuk mengontrol kongesti mekanisme resource reduction lebih baik daripada resource denial. 35

15 Kekurangan yang utama dari WRR adalah, algoritma ini hanya akan memberikan persentase bandwidth yang tepat kepada setiap kelas layanan jika semua paket dalam semua antrian mempunyai ukuran yang sama atau ketika ukuran paket rata-rata dapat diketahui dari awal. Berikut ini diberikan sebuah gambar dan contoh kasus untuk menjelaskan cara kerja WRR: Gambar III.10. Contoh untuk WRR Diasumsikan untuk antrian 1 sampai 4 masing-masing diberi bagian bandwidth sebesar: 40%, 30%, 20%, dan 10%. Anggap ukuran semua paket sebesar 100 byte. Pada setiap putaran antrian 1 mengirimkan 4 paket (400 byte), antrian 2 mengirimkan 3 paket (300 byte), antrian 3 mengirimkan 2 paket (200 byte),dan antrian 4 mengirimkan 1 paket (100 byte). Jadi total paket yang dikirim untuk satu putaran sebesar 1000 byte, dan setiap antrian mendapat bagian yang sesuai dengan bobotnya. Dalam contoh ini WRR secara sempurna mendistribusikan bandwidth sistem kepada semua antrian. 36

16 III.4.7 Deficit Round Robin (DRR) DRR scheduling diusulkan oleh M. Shreedhar dan G. Varghesee pada tahun DRR dibuat untuk mengatasi kelemahan yang ada pada WRR dan WFQ. DRR mengatasi kelemahan pada WRR dengan memberikan akses bandwidth sistem secara fair kepada antrian-antrian yang memiliki panjang paket yang berbeda. DRR mengatasi kelemahan WFQ karena algoritma ini mempunyai kerumitan komputasi yang lebih rendah. Oleh karena itu, algoritma ini dapat secara langsung diterapkan pada hardware. Dalam DRR, setiap antrian dikonfigurasi dengan sejumlah parameter: Bobot, menentukan persentasi dari bandwidth sistem untuk masing-masing antrian Deficit Counter (DC), menentukan jumlah byte yang dapat ditransmisikan oleh sebuah antrian pada saat diberikan kesempatan. Dengan adanya deficit counter, sebuah antrian yang tidak dapat transmit (karena ukuran paketnya lebih besar dari nilai deficit counter) dapat memiliki simpanan transmisi. Simpanan transmisi ini akan digunakan pada putaran selanjutnya sehingga antrian tersebut dapat mengirimkan paket lebih besar/banyak dari jatah yang telah ditentukan. Quantum of Service (Q), nilai yang proporsional dengan bobot sebuah antrian dan quantum ini dinyatakan dalam byte. Deficit Counter sebuah antrian nilainya meningkat sebesar Quantum antrian tersebut setiap kali dikunjungi oleh scheduler. Jika quantum [i] = 2 * quantum [k], maka antrian i akan menerima jatah bandwidth sebanyak dua kali yang diterima antrian k. III Algoritma DRR Scheduler mengunjungi setiap antrian yang tidak kosong dan mendeteksi ukuran paket yang akan dikirimkan pada antrian tersebut, kemudian DC ditingkatkan sebesar nilai quantum. Jika ukuran paket dalam sebuah antrian lebih besar dari DC, maka 37

17 scheduler akan berpindah ke antrian berikutnya. Dan sebaliknya, jika ukuran paket lebih kecil atau sama dengan DC maka paket tersebut akan dilayani dan nilai DC akan dikurangi sejumlah byte ukuran paket tersebut. Pada putaran-putaran selanjutnya scheduler akan terus menerus mengunjungi setiap antrian yang tidak kosong, melakukan dequeue terhadap paket-paketnya, dan menurunkan nilai DC sebesar paket yang dilayani sampai ukuran paket lebih besar dari DC atau antrian tersebut kosong. Jika antrian kosong nilai DC diset ke nol. Gambar III.11. Deficit Round Robin (DRR) III DRR pseudocode Pada bagian ini akan dipaparkan pseudocode DRR, dengan mengamati pseudocodenya scheduling ini lebih mudah dipahami. Larik DC diinisialisasi dengan nol. Dalam contoh berikut, antrian diberi nomor 1 sampai n, dimana n adalah jumlah antrian maksimum pada port output: 38

18 Fungsi Enqueue(i) menempatkan paket-paket yang baru sampai kedalam antrianantrian yang sesuai dan memasukkan antrian tersebut kedalam ActiveList. ActiveList merupakan daftar antrian-antrian yang tidak kosong, paling sedikit berisi satu paket. Isi ActiveList selalu diperbaharui agar scheduler tidak membuang waktunya dengan mendatangi antrian yang kosong. Ketika sebuah paket mendatangi suatu antrian yang sebelumnya diketahui kosong, maka index antrian tersebut ditambahkan pada bagian akhir ActiveList oleh fungsi InsertActiveList(i). Begitu juga, kapan saja sebuah antrian menjadi kosong, index antrian tersebut dikeluarkan dari ActiveList oleh fungsi RemoveActiveList(i); Kapan saja sebuah index antrian berada pada bagian awal ActiveList, fungsi Dequeue(i) akan mengeluarkan dari Queue(i) paket sebesar : DeficitCounter(i)+Quantum(i) 39

19 Gambar dibawah ini menjelaskan satu contoh kasus bagaimana scheduling DRR melayani paket-paket dalam sebuah antrian: Gambar III.12. Cara Kerja DRR Dari gambar diatas terlihat keunggulan scheduling DRR dalam melayani antrian dengan ukuran paket yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa definisi yang berkaitan dengan algoritma scheduling DRR: Definisi 1: work didefinisikan sebagai maksimum kompleksitas waktu yang dibutuhkan untuk melakukan enqueue atau dequeu terhadap sebuah paket. Jika sebuah sebuah algoritma membutuhkan waktu selama O(log(n)) untuk menenqueue dan O(1) untuk men-dequeue sebuah paket, maka akan ditetapkan work untuk algoritma tersebut adalah O(log(n)). 40

20 Definisi 2: sebuah flow disebut backlogged selama interval I pada sebuah eksekusi jika antrian untuk flow i tidak pernah kosong selama interval I tersebut. Definisi 3: FM(t 1, t 2 ) didefinisikan sebagai nilai maksimum, dari semua pasangan flow i, j yang di-backlog selama interval (t 1, t 2 ), untuk rumusan berikut: sent i ( t t sent j ( t, t ) 1, 2 ) 1 2 f f i jika FM bernilai kecil dan konstan. j. Sebuah algoritma scheduling disebut fair Selanjutnya, berikut ini beberapa rumusan untuk DRR: Rumusan 1 Pada semua Queue(i) berlaku rumusan: 0 < DC(i) < Max. Max adalah ukuran paket maksimum pada setiap antrian Rumusan 2 Pada interval waktu (t 1, t 2 ), Queue(i) menerima pelayanan dari scheduler sebanyak m kali. Maka berlaku rumusan sebagai berikut: m.q(i) Max sent(i)(t 1, t 2 ) m.q(i) + Max Rumusan 3 Pada semua interval waktu (t 1, t 2 ) berlaku: FM(t 1, t 2 ) 2 Max + Q, dimana Q = Min[ Q(i) ] Rumusan 4 DRR mempunyai beban kerja O(1) jika untuk semua i, Q(i) Max 41

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN (QOS) QoS merupakan terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan tingkat jaminan layanan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Sistem broadband wireless access (BWA) sepertinya akan menjadi metoda akses yang paling fleksibel dimasa depan. Dibandingkan dengan teknologi eksisting, fiber optik

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Berikut penelitian-penelitian yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab I telah dijelaskan mengenai empat tujuan pengerjaan tugas akhir ini, yaitu memahami berbagai algoritma penjadwalan, memahami metrik QoS sebagai pengukur kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat khususnya dalam komunikasi data via internet dan juga meningkatnya kebutuhan pengguna akan internet baik dalam

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX

Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX BAB V Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX Pada bagian ini akan dilakukan simulasi jaringan WIMAX menggunakan simulator NS-2. Lingkungan simulasi, terlihat pada gambar V.1, berupa satu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pengendalian kepadatan (congestion control) antrian di jaringan sampai saat ini tetap menjadi issue prioritas tinggi dan sangat penting. Pertumbuhan internet

Lebih terperinci

Algoritma Schedulling

Algoritma Schedulling Algoritma Schedulling Konsep Scheduling Karena media komunikasi pada jaringan digunakan secara bersama, maka pada sebuah perangkat jaringan, operating system, disk drive, dll dapat terjadi antrian paket.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan transfer di mana informasi dari berbagai jenis layanan seperti suara, video, dan data di ubah ke dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari sering kali terjadi kemacetan dalam beberapa bentuk, seperti kemacetan lalu lintas, antrian yang panjang di bank, memesan tiket dan bentuk

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN STUDI PENGENDALIAN KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN Rizal Sengkey Abstrak Dalam proses pengiriman paket suara pada jaringan data (Internet) akan banyak menghadapi beberapa masalah yang

Lebih terperinci

5. QoS (Quality of Service)

5. QoS (Quality of Service) PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 5. QoS (Quality of Service) Latar Belakang QoS Karakteristik Jaringan IP Alokasi Sumber Daya Definisi QoS QoS adalah suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 6 7 Troughput Throughput Rate rata rata suatu message atau paket sukses diterima pada kanal komunikasi: T = Jumlah message sukses selama pengamatan Lama pengamatan 8 9 10 11 12 13 Jitter Jitter

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE

PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE 82.16-24 Winnu Ayi Satria Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro NIM 132 3 5 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Email : winnuayi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknologi Next Generation Network (NGN) merupakan terobosan dalam bidang telekomunikasi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan layanan komunikasi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah congestion sering ditemukan dalam proses jalur data pada internet, yang pada umumnya diartikan sebagai proses terjadinya perlambatan atau kemacetan. Perlambatan

Lebih terperinci

Quality of Service. Network Layer. IP Networking. IP Header. Susmini Indriani Lestariningati, M.T

Quality of Service. Network Layer. IP Networking. IP Header. Susmini Indriani Lestariningati, M.T TK36401 Internet Network Layer The network layer is responsible for host to host delivery and for routing the packets through the routers. Quality of Service Susmini Indriani Lestariningati, M.T Routers

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SKEMA SCHEDULING WFQ (WEIGHTED FAIR QUEUEING) DAN PQ (PRIORITY QUEUEING) PADA JARINGAN IP (INTERNET PROTOCOL)

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SKEMA SCHEDULING WFQ (WEIGHTED FAIR QUEUEING) DAN PQ (PRIORITY QUEUEING) PADA JARINGAN IP (INTERNET PROTOCOL) ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SKEMA SCHEDULING WFQ (WEIGHTED FAIR QUEUEING) DAN PQ (PRIORITY QUEUEING) PADA JARINGAN IP (INTERNET PROTOCOL) R. Rumani M 1, Arif Rudiana 2, Agung Dewantara 3 1,3 Fakultas

Lebih terperinci

7.1 Karakterisasi Trafik IP

7.1 Karakterisasi Trafik IP BAB VIII TRAFIK IP Trafik IP (Internet Protocol), secara fundamental sangat berbeda dibanding dengan trafik telepon suara (klasik). Karenanya, untuk melakukan desain dan perencanaan suatu jaringan IP mobile,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input BAB IV PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan video dan simulasi jaringan, diperoleh berbagai data output simulasi yang dapat merepresentasikan parameter QoS yang diberikan pada masing-masing simulasi.

Lebih terperinci

telah diaplikasikan oleh vendor router pada produkproduknya

telah diaplikasikan oleh vendor router pada produkproduknya 1 Analisis Penggunaan Algoritma Useless Packet Transmission Avoidance (UPTA) Untuk Menghindari Transmisi Paket Tidak Berguna pada Multimedia di Jaringan Dengan Tingkat Best-Effort Yazid Herdianto, Wahyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang cepat dari teknologi jaringan telah membuat aplikasi multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game online sudah menjamur

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian BAB IV PENGUJIAN Pengujian algoritma dilakukan pada algoritma penjadwalan Weighted Round Robin yang telah diimplementasikan pada modul 802.16 pada NS2. Untuk melakukan pengujian, ditetapkan 10 skenario

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN MAKALAH. Oleh. Ferry Prianto ( ) Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen. Hari / Jam Kuliah : Rabu 17:00 19:30

TEORI ANTRIAN MAKALAH. Oleh. Ferry Prianto ( ) Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen. Hari / Jam Kuliah : Rabu 17:00 19:30 TEORI ANTRIAN MAKALAH Oleh Ferry Prianto ( 1014290131 ) Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen Hari / Jam Kuliah : Rabu 17:00 19:30 FE UPI YAI 2012 Jakarta KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko,

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan terhadap kebutuhan informasi semakin meningkat, dimana tidak hanya informasi berupa text dan gambar saja tetapi juga melibatkan semua aspek multimedia

Lebih terperinci

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan. 8 diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan. header 20 bytes lebih besar daripada paket IPv4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario BAB 4 PERANCANGAN 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario Pada BAB ini akan dibahas analisis tentang performan jaringan IP pada switch cisco 2950 Untuk aplikasi video call dengan protocol UDP, analisis yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 38 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dibahas mengenai pengujian dan analisis hasil implementasi yang telah dilakukan. Pengujian dan analisis ini bertujuan untuk mengetahui performansi pada jaringan

Lebih terperinci

Operasi pada Sistem Operasi. Avida Endriani Reza Gusty Erlangga D3 TEKNIK INFORMATIKA A

Operasi pada Sistem Operasi. Avida Endriani Reza Gusty Erlangga D3 TEKNIK INFORMATIKA A Operasi pada Sistem Operasi Avida Endriani 2103141003 Reza Gusty Erlangga 2103141020 D3 TEKNIK INFORMATIKA A Definisi dan Bagian dari Sistem Operasi Apa itu sistem operasi? Sistem operasi adalah software

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya menggunakan media komputer. Sehingga banyak data yang disebar

BAB I PENDAHULUAN. harinya menggunakan media komputer. Sehingga banyak data yang disebar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Data mempunyai peranan yang sangat penting bagi orang yang setiap harinya menggunakan media komputer. Sehingga banyak data yang disebar melalui media jaringan

Lebih terperinci

Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX

Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX Rahmat Mulyawan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Insitut Teknologi Bandung Labtek VIII Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia 40132

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Jaringan IP

Lebih terperinci

Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS)

Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Sigit Haryadi *, Hardi Nusantara Dan Ahsanul Hadi Priyo

Lebih terperinci

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down Menurut Setiabudi (2009) untuk membangun sebuah sistem, diperlukan tahap-tahap agar pembangunan itu dapat diketahui perkembangannya serta memudahkan dalam

Lebih terperinci

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu:

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu: 1. Definisi QoS ( Quality Of Service ) Dari segi networking, QoS mengacu kepada kemampuan memberikan pelayanan berbeda kepada lalulintas jaringan dengan kelas-kelas yang berbeda. Tujuan akhir dari QoS

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP antara Asterisk dan FreePBX berbasis Parallel Processing JOANA SIBORO 2206100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA NIP: 196510141990021001 PERANCANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun ini, jaringan telepon yang membawa sinyal-sinyal suara sudah mulai banyak menjangkau masyarakat.dengan infrastruktur yang semakin murah pembangunannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada Next Generation Network (NGN) yang kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada Next Generation Network (NGN) yang kemungkinan besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi jaringan komputer dan internet saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan yang penting dalam aktifitas kehidupan. Setiap hari terus berkembang, perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA METODE ANTRIAN PADA JARINGAN WAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET PERFORMANCE ANALYSIS of QUEUING METHODS in WAN using OPNET SIMULATOR

ANALISIS UNJUK KERJA METODE ANTRIAN PADA JARINGAN WAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET PERFORMANCE ANALYSIS of QUEUING METHODS in WAN using OPNET SIMULATOR ANALISIS UNJUK KERJA METODE ANTRIAN PADA JARINGAN WAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET PERFORMANCE ANALYSIS of QUEUING METHODS in WAN using OPNET SIMULATOR Tresna Soaduon Mulatua, Yan Maraden Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riset dan inovasi dalam teknologi telekomunikasi menyediakan layanan yang beraneka ragam, memiliki kapasitas tinggi sesuai kebutuhan yang berkembang, mudah diakses

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah Penelitian dengan judul Analisis dan Perancangan Security Voice Over Internet

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA 39 BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA Pada bab pengujian dan analisa akan menjelaskan tentang hasil dan berbandingan terhadap quality of service pada jaringan ASTInet yang digunakan di Head Office PT. Trans

Lebih terperinci

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management Jenis Koneksi Congestion Control QoS (Quality of Service) Metode Pengendalian Trafik (QoS) Simulasi Traffic Management

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client

Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client Yoga Saniya, Wahyu Adi Priyono, Rusmi Ambarwati Abstract Bandwidth management system using HTB (Hierarchical Tocken Bucket) with queuing technique

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah. 62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital

Lebih terperinci

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Quality of Service Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto QoS (Quality of Service) mengukur tingkat kepuasan pelanggan (user) terhadap pelayanan jaringan berdasarkan efek yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mikrotik (2005), Mangle adalah sebuah fasilitas yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mikrotik (2005), Mangle adalah sebuah fasilitas yang dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mangle Menurut Mikrotik (2005), Mangle adalah sebuah fasilitas yang dapat melakukan marking terhadap paket data. Paket data yang sudah diberi mark digunakan untuk manajemen bandwidth

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pasundan Bandung

TUGAS AKHIR. Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pasundan Bandung PENGATURAN QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA JARINGAN UNTUK MENDUKUNG LAYANAN VOICE OVER INTERNET PROTOKOL (VoIP) (Studi Kasus: Lab.Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan) TUGAS AKHIR Disusun sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG ) ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG ) Ferry Wahyu S Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Penjadwalan Proses. Penjadwalan: pemilihan proses selanjutnya yg akan dieksekusi Melakukan multiplexing CPU Kapan dilakukan penjadwalan?

Penjadwalan Proses. Penjadwalan: pemilihan proses selanjutnya yg akan dieksekusi Melakukan multiplexing CPU Kapan dilakukan penjadwalan? Penjadwalan Proses Penjadwalan: pemilihan proses selanjutnya yg akan dieksekusi Melakukan multiplexing CPU Kapan dilakukan penjadwalan? Proses baru dibuat Proses selesai dieksekusi Proses yg sdg dieksekusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini internet sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat di dunia, hal ini menyebabkan semakin meningkatnya permintaan akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja protokol dan DCCP dengan menggunakan data multimedia, dibutuhkan perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

PENJADWALAN PROSES. Pendahuluan

PENJADWALAN PROSES. Pendahuluan PENJADWALAN PROSES Pendahuluan Penjadwalan berkaitan dengan permasalahan memutuskan proses mana yang akan dilaksanakan dalam suatu sistem. Proses yang belum mendapat jatah alokasi dari CPU akan mengantri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Layer pada OSI dapat digolongkan menjadi 2 jenis layanan (Type of Service) yaitu Connection-Oriented dan Connection-Less (Tanenbaum, Computer Network Fifth Editon, 2011). Layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

P & S JARINGAN ANTRIAN (UAS)

P & S JARINGAN ANTRIAN (UAS) P & S JARINGAN ANTRIAN (UAS) ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW Materi Pra-UTS: 1. Hub, Bridge, & Switch 2. Ethernet 3. VLAN 4. Firewall 5. Disiplin Antrian FIFO Queuing Fair Queuing Priority Queuing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multi Protocol Label Switching (MPLS) Multi Protocol Label Switching (MPLS) menurut Internet Engineering Task Force (IETF), didefinisikan sebagai arsitektur jaringan yang berfungsi

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI 2206100535 MPLS (Multi Protocol Label Switching) Penggabungan antara IP dan ATM Mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia yang menginginkan kemudahan, kecepatan, dan keakuratan dalam memperoleh informasi.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN Pada penelitian ini dilakukan simulasi yang terdiri dari terdiri dari SS, BS dan Public Network sebagai Sink Node. Terdapat 19 node yang akan dibangun, yaitu 5 node

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk

Lebih terperinci

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan hingga tiga puluh tahun perkembangannya, teknologi seluler telah melakukan banyak perubahan besar. Sejarah mencatat perkembangan

Lebih terperinci

ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI CBQ DAN HTB PADA JARINGAN KOMPUTER UNTUK PEMBATASAN BANDWIDTH BERBASIS IPv6

ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI CBQ DAN HTB PADA JARINGAN KOMPUTER UNTUK PEMBATASAN BANDWIDTH BERBASIS IPv6 ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI CBQ DAN HTB PADA JARINGAN KOMPUTER UNTUK PEMBATASAN BANDWIDTH BERBASIS IPv6 Akhmad Lukman Al-Hakim 1, M. Zen Samsono Hadi, ST. M.Sc 2, Ir. Nanang Syahroni, M.Kom 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada BAB 4 PENGUJIAN SISTEM DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Skenario Pengujian Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada layanan VoIP, maka langkah selanjutnya adalah penulis mensimulasikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini membahas cara pengujian dari pengaturan bandwidth pada setiap teknik antrian sistem operasi, dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah GNU/linux dan FreeBSD,

Lebih terperinci

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server Performance Analysis of VoIP-SIP using on a Proxy Server Sigit Haryadi dan Indra Gunawan Teknik Telekomunikasi - Institut Teknologi Bandung sigit@telecom.ee.itb.ac.id Ringkasan Pada penelitian ini, dilakukan

Lebih terperinci

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN Jaringan Komputer I Materi 9 Protokol WAN Wide Area Network Jaringan data penghubung jaringan-jaringan akses/lokal Karakteristik Menuju berbasis paket Dari connectionless menuju connection oriented (virtual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pertama ini merupakan pendahuluan dari seluruh isi buku laporan tugas akhir. Adapun pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metode penyelesaian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam QoS terdapat salah satu mekanisme yang dapat menjamin kualitas layanan dalam jaringan yang disebut dengan Differentiated Service. DiffServ tidak memperhatikan

Lebih terperinci

FLOW CONTROL & A VARIABLE. Budhi Irawan, S.Si, M.T

FLOW CONTROL & A VARIABLE. Budhi Irawan, S.Si, M.T FLOW CONTROL & A VARIABLE Budhi Irawan, S.Si, M.T Kendali Aliran (Flow Control) Fungsi lain yang diperlukan dalam mentransmisikan data di suatu link adalah Kendali Aliran Dibutuhkan terutama jika aliran

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL

ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL ANALISIS KINERJA PACKET SCHEDULING MAX THROUGHPUT DAN PROPORTIONAL FAIR PADA JARINGAN LTE ARAH DOWNLINK DENGAN SKENARIO MULTICELL PERFORMANCE ANALYSIS OF PACKET SCHEDULING ALGORITHMS MAX THROUGHPUT AND

Lebih terperinci

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR 73 A. JUDUL TUGAS AKHIR Analisa Performansi Jaringan Multi Protocol Label Switching Pada Aplikasi Videoconference. B. RUANG LINGKUP 1. Jaringan Komputer 2. Aplikasi Videoconference

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam kegiatannya. Peranan teknologi informasi akan semakin vital bagi perusahaan besar dan perusahaan

Lebih terperinci

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS 55 HASIL SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Jaringan IEEE 802.16d Jaringan IEEE 802.16d dalam simulasi ini dibuat berdasarkan pemodelan sistem sehingga akan menghasilkan dua buah model jaringan yaitu

Lebih terperinci

Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching

Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching 1 Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching Timotius Witono Dosen S1 Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Maranatha Jl. Surya Sumantri 65, Bandung

Lebih terperinci

IF3191- Penjadwalan Proses. Henny Y. Zubir. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung. IF-ITB/HY/24-Aug-03 IF3191 Penjadwalan Proses

IF3191- Penjadwalan Proses. Henny Y. Zubir. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung. IF-ITB/HY/24-Aug-03 IF3191 Penjadwalan Proses IF191- Penjadwalan Proses Henny Y. Zubir Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Page 1 Penjadwalan Proses Penjadwalan: pemilihan proses selanjutnya yg akan dieksekusi Melakukan multiplexing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah menjadi teknologi informasi yang berkembang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi yang cepat dan akurat. Internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semakin tinggi penggunaan internet dalam masyarakat saat ini, harus didukung dengan infrastruktur jaringan yang baik, sehingga penggunaan aplikasi yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kebutuhan Sistem Saat melakukan pengujian jaringan VPN PPTP dan L2TP, dibutuhkan perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis unjuk kerja jaringan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMETASI DAN ANALISIS QOS

BAB IV IMPLEMETASI DAN ANALISIS QOS BAB IV IMPLEMETASI DAN ANALISIS QOS Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3, mengenai beberapa parameter yang akan diamati telah diilustrasikan dengan jelas. Adapun jaringan yang diamati pada tugas akhir

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN

EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN Mas Nurul Hamidah ), Gamantyo H ), Endroyono ) ) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya,

Lebih terperinci

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS Dwi Ayu Rahmadita 1,M.Zen Samsono Hadi 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

B A B IV A N A L I S A

B A B IV A N A L I S A 76 B A B IV A N A L I S A 4.1 Analisa Utilisasi Pada sisi akses, parameter yang berkaitan dengan transfer data selain bandwidth juga dikenal dengan parameter throughput. Throughput adalah jumlah bit-bit

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL TESTBED DAN EVALUASI KINERJA PROGRAM FTS

BAB 4 HASIL TESTBED DAN EVALUASI KINERJA PROGRAM FTS BAB 4 HASIL TESTBED DAN EVALUASI KINERJA PROGRAM FTS Pada bab 3 telah dijelaskan model skenario testbed yang digunakan untuk menganalisa kinerja program FTS. Model testbed tersebut meliputi routing statik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin tingginya pertumbuhan pengguna telepon seluler/smartphone dewasa ini menyebabkan pertumbuhan pengguna layanan data menjadi semakin tinggi, pertumbuhan

Lebih terperinci

Analisa Karakteristik Teori Antrian pada Jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS) Menggunakan OPNET Modeler 14.5

Analisa Karakteristik Teori Antrian pada Jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS) Menggunakan OPNET Modeler 14.5 Analisa Karakteristik Teori Antrian pada Jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS) Menggunakan OPNET Modeler 14.5 Eko Fajar Cahyadi 1, Refinda Dwi Cahyani 2, Alfin Hikmaturokhman 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

P & S JARINGAN ANTRIAN (UAS)

P & S JARINGAN ANTRIAN (UAS) P & S JARINGAN ANTRIAN (UAS) ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW Materi Pra-UTS: 1. Hub, Bridge, & Switch 2. Ethernet 3. VLAN 4. Firewall 5. Disiplin Antrian FIFO Queuing Fair Queuing Priority Queuing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

SIMULASI KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN PAKET CBQ DENGAN MEKANISME LINK SHARING

SIMULASI KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN PAKET CBQ DENGAN MEKANISME LINK SHARING SIMULASI KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN PAKET CBQ DENGAN MEKANISME LINK SHARING Suhartati Agoes & Adi Putranto* Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract Main problem

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana   Abstrak ANALISIS PENGARUH SOFT HANDOVER PADA MOBILE STATION TERHADAP KUALITAS LAYANAN VOIP DI JARINGAN UMTS Putu Fadly Nugraha Putu Fadly Nugraha1, IGAK Diafari Djuni H2, Pande Ketut Sudiarta3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet saat ini begitu pesat seiring dengan banyaknya user dan aplikasi-aplikasi yang berjalan diatasnya. Secara Administratif, Internet terbagi atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia sehingga dapat berkomunikasi dan bertukar informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia sehingga dapat berkomunikasi dan bertukar informasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi jaringan komputer dan Internet telah mengalami perkembangan yang pesat, sehingga mampu menyambungkan hampir semua komputer yang ada di dunia sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB IV. Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS

BAB IV. Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS BAB IV Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS 4.1 Hasil Simulasi Dampak scheduler layer MAChs pada TCP Sesuai dengan penjelasan scenario yang telah kami berikan pada 3.5.1, maka dari simulasi ini kami

Lebih terperinci

QUALITY OF SERVICE DENGAN METODE DIFFERENTIATED SERVICE UNTUK LAYANAN VIDEO STREAMING JARINGAN UMTS

QUALITY OF SERVICE DENGAN METODE DIFFERENTIATED SERVICE UNTUK LAYANAN VIDEO STREAMING JARINGAN UMTS QUALITY OF SERVICE DENGAN METODE DIFFERENTIATED SERVICE UNTUK LAYANAN VIDEO STREAMING JARINGAN UMTS Putra Adi Wibowo SW, Linawati, Dewi Wirastuti Jurusan Teknik Elektro, Universitas Udayana Kampus Bukit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

Deskripsi Penjadwalan Proses

Deskripsi Penjadwalan Proses PENJADWALAN PROSES Deskripsi Penjadwalan Proses Penjadwalan Proses merupakan basis sistem informasi multiprograming. Multiprogramming bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan CPU dengan cara mengatur alokasi

Lebih terperinci