HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL SIMULASI DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 55 HASIL SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Jaringan IEEE d Jaringan IEEE d dalam simulasi ini dibuat berdasarkan pemodelan sistem sehingga akan menghasilkan dua buah model jaringan yaitu jaringan IEEE d tanpa pengguna IEEE e (tanpa QSTA) dan jaringan IEEE d dengan QSTA. Kedua model jaringan dapat di tunjukkan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 di bawah ini. Gambar 4.1 Jaringan IEEE d tanpa QSTA

2 56 Gambar 4.2 Jaringan IEEE d dengan QSTA Analisis Hasil Simulasi Jaringan IEEE d tanpa QSTA Pada jaringan IEEE d, terdapat 20 pengguna (subscriber station) IEEE d di dalam cakupan BSHC dimana masing-masing SS diatur agar dapat memperoleh dua dari tiga macam tipe layanan (class of service) pada jaringan IEEE d untuk kebutuhan uplink maupun downlink yaitu: 1. Gold Tipe layanan untuk Gold disetarakan dengan layanan UGS (Unsolicited Grant Service). UGS digunakan untuk layanan yang membutuhkan jaminan transfer data dengan prioritas paling utama karena membutuhkan jaminan real time[2]. Layanan ini seperti halnya CBR (Constant Bit Rate), pada simulasi jaringan IEEE d ini layanan UGS dibuat interactive voice.

3 57 2. Silver Tipe layanan Silver digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan layanan real time, namun dengan toleransi delay yang lebih longgar jika dibandingkan dengan UGS. Pada layanan ini digunakan untuk aplikasi video streaming. 3. Bronze Tipe layanan Bronze tidak membutuhkan jaminan kecepatan data atau pun delay. Layanan ini disetarakan dengan BE (Best Effort) yang dapat berupa web browsing, ftp dan . Setiap SS akan melakukan aplikasi untuk BE, sedangkan aplikasi untuk Silver dan Gold merupakan pilihan bagi setiap SS yang dapat dilakukan atau pun tidak. Ketiga layanan di atas dapat di tunjukkan oleh Table 4.1 Tabel 4.1 Kelas layanan SS untuk Downlink dan Uplink No Kelas layanan Tipe layanan Class of service type of service 1 Gold interactive voice 2 Silver Video streaming 3 Bronze ftp, http Analisis Hasil Simulasi Jaringan IEEE d dengan QSTA Pada jaringan IEEE d dengan QSTA (pengguna IEEE e) terdapat 10 QSTA di dalam cakupan BSHC. BSHC berfungsi sebagai QAP. Setiap QSTA akan menerima beban yang sama dalam jaringan, dimana masing-masing QSTA dapat melakukan aplikasi best effort dan video. Proses interworking akan terjadi antara pengguna IEEE e dengan jaringan IEEE d ketika QSTA mendapat layanan dari BSHC. Tipe layanan yang akan diberikan oleh BSHC kepada QSTA hanya meliputi best effort dan video. Kategori akses bagi QSTA di dalam jaringan IEEE d diatur berdasarkan nilai contention window. Contention window merupakan parameter yang menentukan kategori akses bagi tipe layanan yang akan

4 58 diberikan kepada pengguna IEEE e. Pada simulasi ini standar CWmin yang digunakan berdasarkan nilai CWmin bagi IEEE a karena layer fisik yang digunakan adalah PHY IEEE a yaitu OFDM (orthogonal frequency division multiplex). Nilai CWmin adalah 15 dan CWmax adalah Semakin kecil nilai CWmin maka akan semakin tinggi prioritas layanan tersebut bagi QSTA. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa bagi QSTA, voice mendapatkan kategori akses pertama, selanjutnya video, kemudian best effort. Tabel 4.2 Kategori akses bagi QSTA [2] No Kategori akses Cwmin Cwmax AIFSN 1 voice {(PHY CWmin+1)/4}-1= 3 {(PHY CWmin+1)/2}-1= video {(PHY CWmin+1)/2}-1= 7 PHY CWmin = best effort PHY CWmin = 15 PHY CWmax = Hasil Simulasi Admission Control pada BSHC Simulasi jaringan IEEE d ini terdapat 20 SS untuk cakupan BSHC dan 10 SS untuk cakupan Base Station_B. Komunikasi yang dibangun dalam simulasi ini adalah antara SS di BSHC dengan SS di Base Station_B untuk uplink maupun downlink. Simulasi pada proses interworking IEEE d dan IEEE e, node yang paling utama berperan adalah BSHC karena BSHC akan berperan sebagai QAP bagi QSTA sehingga hasil simulasi berdasarkan kemampuan admission control dari kedua Base Station (BSHC dan Base Station_B) yang akan ditampilkan adalah kemampuan dari BSHC. Adapun kemampuan admission control dari BSHC untuk memberikan layanan bagi SS dapat di tunjukkan pada Tabel 4.3 dan 4.4 di bawah ini. Tabel 4.3 Kemampuan admission control dari BSHC tanpa QSTA

5 59 Apabila di dalam cakupan BSHC terdapat 10 SS menggunakan dua kelas layanan yang sama untuk uplink dan downlink maka akan terdapat 4 permintaaan kelas layanan untuk masing-masing SS pada proses uplink dan downlink sehingga total permintaan kelas layanan yang dibangun untuk komunikasi dari atau ke SS di BSHC dan ke atau dari Base Station_B adalah 40 permintaaan. Sementara 10 SS yang lain hanya melakukan layanan best effort untuk uplink maupun downlink sehingga total kebutuhan layanan di BSHC adalah 60 layanan. Berdasarkan tabel 4.3 di atas maka dari 60 permintaan layanan tersebut yang dapat dilayani oleh sistem BSHC adalah 52 layanan. Ada 8 permintaaan dari SS di BSHC yang tidak dapat ditangani. Adapun detil dari hal ini di tunjukkan oleh Tabel 4.4 dan 4.5 di bawah ini. Tabel 4.4 Permintaan SS yang dapat dilayani oleh BSHC pada jaringan IEEE d tanpa QSTA

6 60

7 61

8 62 Tabel 4.5 Permintaan SS yang tidak dapat dilayani oleh BSHC di dalam jaringan IEEE d tanpa QSTA Tabel 4.6 Kemampuan admission control dari BSHC dengan QSTA (QPSK: modulasi SS)

9 63 Tabel 4.7 Permintaan SS yang tidak dapat dilayani oleh BSHC di dalam jaringan IEEE d dengan QSTA Tabel 4.8 Kemampuan admission control dari BSHC dengan QSTA (16QAM: modulasi SS)

10 64 Tabel 4.9 Kemampuan admission control dari BSHC dengan QSTA (64 QAM : modulasi SS) Analisis Admission Control BSHC pada Jaringan IEEE d tanpa QSTA Berdasarkan Tabel 4.4 dan 4.5 maka dapat dianalisis bahwa kemampuan sistem dari admission control BSHC untuk melayani SS akan dipengaruhi oleh : 1. Penjadwalan pengiriman (scheduling) dari tipe kelas layanan yang ada di dalam jaringan IEEE d. Pada simulasi ini dibuat prioritas utama

11 65 layanan adalah BE, video, selanjutnya voice. Pemilihan prioritas ini dilakukan karena jumlah SS yang melakukan BE adalah yang paling banyak yaitu 20 SS, dan layanan BE tidak bersifat real time. 2. Semua SS yang berada dalam cakupan BSHC menggunakan modulasi QPSK. Modulasi yang di pilih adalah QPSK agar BSHC dapat memberikan cakupan yang lebih luas bagi SS karena modulasi QPSK lebih efisien dalam penggunaan daya dibandingkan 16 QAM. Modulasi QPSk menggunakan 2 buah bit untuk dikodekan dengan 1 buah simbol. Penggunaan jenis modulasi akan menentukan kemampuan admission control dari BSHC. Kapasitas sistem BSHC secara admission control dengan menggunakan modulasi QPSK diperoleh sps dengan alokasi uplink sps dan downlink sps. Kemampuan BSHC untuk memberikan layanan bagi SS di dalam cakupannya sebesar sps yang dipengaruhi oleh modulasi, dan tipe kelas layanan. Apabila pada modulasi QPSK berlaku Persamaan 4.1 [16] yaitu: 2..(4.1) dengan..(4.2) dan simbol..(4.3) = durasi = durasi bit = kecepatan symbol = kecepatan bit maka Persamaan 4.1 akan menjadi 4.4 :.(4.4) Jika kemampuan BSHC Msps adalah berdasarkan persamaan (4.4) maka 2 = 2 x = bps yaitu kecepatan bit yang dikirim oleh BSHC.

12 66 3. Ada 12 SS di BSHC yang melakukan kelas layanan Gold yaitu UGS, namun hanya 7 SS yang mendapatkan kebutuhan akan layanan UGS. Hal ini disebabkan UGS merupakan layanan yang bersifat real time sehingga membutuhkan jaminan alokasi pita frekuensi yang lebih besar dibandingkan rtps (silver) dan BE (bronze). Sementara layanan BE tidak memerlukan resource reservation terhadap pita frekuensi yang tersedia karena BE merupakan layanan yang tidak menetapkan QoS (quality of service) secara spesifik. 4. Kebutuhan layanan lebih diutamakan untuk komunikasi Downlink karena sudah terjalin komunikasi dari SS ke BSHC, alokasi pita frekuensi bagi SS sudah tersedia. 5. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan admission control BSHC adalah modulasi yang digunakanoleh SS. Tabel 4.6, 4.7, dan 4.8 menunjukkan perbedaan kemampuan admission control dari BSHC jika menggunakan modulasi QPSK, 16 QAM, dan 64 QAM. Tabel 4.10 Total layanan yang dapat ditangani oleh BSHC No Jenis Modulasi SS Total permintaan layanan SS Total layanan SS yang dapat ditangani % Kemampuan BSHC 1 QPSK QAM QAM Semakin banyak simbol yang digunakan dalam modulasi maka semakin baik kemampuan admission control BSHC. Kemampuan BSHC akan lebih dapat dioptimalkan jika jaringan IEEE d menerapkan adaptive modulation bagi SS. 6. Kemampuan admission control dari BSHC untuk memberikan kelas layanan bagi pengguna SS, berdasarkan kebutuhan SS maka rata-rata kebutuhan layanan yang dapat ditangani adalah 77,78 %. Hal ini di tunjukkan oleh Tabel Tabel 4.11 Kebutuhan SS yang dapat ditangani oleh BSHC No Kelas layanan SS Jumlah layanan yang dibutuhkan Jumlah layanan yang dapat ditangani % 1 Gold (UGS) 12 (6 uplink dan 6 downlink) 7( 2 uplink + 5 downlink) 58.33

13 67 2 Silver (rtps) 8 (4 uplink dan 4 downlink) 6 (2 uplink + 4 downlink) BE 40 (20 uplink dan 20 downlink) 40 (20 uplink + 20 downlink) Rata-rata layanan yang dapat diberikan oleh BSHC Analisis Admission Control BSHC pada Jaringan IEEE d dengan QSTA Berdasarkan perbandingan Tabel 4.3 dan Tabel 4.6 maka dapat dilihat bahwa keberadaan QSTA dalam jaringan IEEE d tidak mempengaruhi kapasitas BSHC untuk memberi layanan bagi SS. Ada ataupun tidak ada QSTA dalam cakupan BSHC maka kapasitas BSHC yang diberikan kepada SS tetap sebesar sps. Proses interworking antara IEEE d dengan IEEE e terjadi ketika pengguna IEEE e (QSTA) berada di dalam jaringan IEEE d dan mendapat layanan dari BSHC. Interworking adalah kerja yang dilakukan oleh dua buah sistem yang berbeda dalam suatu hal tertentu. Interworking is the combination of different systems to enable them to perform a certain task. It may imply a technical or business relationship between different operators with either homogenous or heterogeneous network establishments [18]. Pada simulasi ini dapat dikatakan interworking karena jaringan IEEE d dapat memberikan layanan bagi IEEE e. Perbedaan dan persamaan dari kedua sistem tersebut dapat di tunjukkan oleh Tabel 4.8. Kemampuan dari BSHC untuk melayani SS dalam proses interworking kedua sistem tidak dipengaruhi oleh jumlah QSTA di dalam cakupan BSHC karena BSHC memiliki dua buah MAC (medium access control) di dalam data link layer. Kedua MAC tersebut adalah MAC IEEE d dan MAC IEEE e. BSHC akan bekerja secara hybrid yaitu berfungsi memberikan layanan sebagai base station bagi SS yang bekerja menggunakan MAC IEEE d dan sebagai QAP yang berfungsi sebagai access point bagi QSTA yang bekerja menggunakan MAC IEEE e. Kedua MAC dari BSHC dapat ditunjukkan pada proses yang terdapat di dalam BSHC seperti terlihat pada Gambar 4.3 di bawah ini. Tabel 4.12 Persamaan dan Perbedaaan IEEE d dan IEEE e No IEEE e IEEE d 1 Daerah cakupan Local Area Network Metropolitan Area Network 2 Frekuensi kerja 5,8 GHz 5,8 GHz

14 68 3 Lebar pita frekuensi 20 MHz 20 MHz 4 Layer fisik OFDM (802.11a) OFDM 5 Akses Protokol CSMA/CA request 6 QoS supported supported 7 Prioritas trafik Berdasarkan parameter EDCA Schedulling MAC IEEE d MAC IEEE e Gambar 4.3 MAC IEE d dan IEEE e Simulasi interworking IEEE d dengan IEEE e menggunakan pengaturan waktu sebesar 1200 detik untuk menjalankan proses simulasi sehingga hasil keluaran untuk delay, load, dan throughput merupakan sebagian dari proses interworking kedua sistem selama 20 menit. 4.3 Hasil Simulasi Delay pada Jaringan IEEE d Delay pada hasil simulasi ini merupakan end-to-end delay dari semua paket yang diterima dari SS ke SS yang berbeda.

15 69 Delay dengan QSTA Gambar 4.4 End to end delay sebelum interworking Gambar 4.5 End to end delay pada saat interworking Simulasi untuk mendapatkan delay jaringan dilakukan selama 1200 detik sehingga tampilan hasil simulasi merupakan sebagian proses delay yang terjadi selama 1200 detik atau 20 menit. Gambar 4.4 dan 4.5 menunjukkan bahwa sumbu x adalah waktu untuk menjalankan simulasi yaitu 20 menit dan sumbu y adalah delay yang terjadi di dalam jaringan IEEE d. Tabel 4.13 End to end delay sebelum interworking interworking Tabel 4.14 End to end delay pada saat No Terjadi delay pada Terjadi delay pada Delay Delay No Menit Detik (mdetik) (mdetik) Menit ke Detik ke ke ke Analisis Delay pada Jaringan IEEE d Sebelum dan Saat Interworking Delay merupakan salah satu parameter yang menentukan performansi suatu sistem. Apabila delay dari hasil simulasi adalah delay end to end dari semua paket yang ditransmisikan sampai dengan di terima oleh SS maka di dalam jaringan IEEE d baik sebelum maupun

16 70 pada saat interworking hanya terjadi 5 kali dalam transmisi paket data. Tipe layanan yang sangat sensitif dipengaruhi oleh delay adalah UGS yaitu interactive voice yang bersifat real time. Layanan UGS akan memenuhi kriteria QoS apabila memiliki delay maksimal 150 ms. Apabila Tabel 4.13 dan 4.14 dibandingkan dengan Tabel 4.15 untuk delay bagi voice maka dapat dianalisis bahwa delay yang terjadi baik sebelum ataupun pada saat interworking IEEE d dengan IEEE e adalah < 150 ms yaitu 17.75ms delay ms. Nilai delay yang memenuhi kriteria QoS dari voice maka aplikasi layanan voice dapat diterima dengan baik. Delay dalam simulasi ini tidak memperhitungkan pengaruh jarak dari SS ke BSHC atau Base station B, tetapi yang diperhitungkan adalah kondisi free space loss antara SS dengan BSHC atau Base station B, jenis modulasi SS, dan tipe layanan yang diberikan untuk SS. Tabel 4.15 Standar Delay Beberapa Aplikasi [17] 4.4 Hasil Simulasi Load pada Jaringan IEEE d Hasil simulasi beban data (load) di dalam jaringan IEEE d merupakan total beban data dalam proses transmisi data yang diterima oleh BSHC dan Base Station_B. Simulasi untuk menampilkan load pada jaringan IEEE d dilakukan selama 600 detik atau 10 menit. Gambar 4.6 dan 4.7 menunjukkan bahwa sumbu x

17 71 adalah waktu untuk menjalankan simulasi yaitu 10 menit dan sumbu y adalah load pada jaringan IEEE d dalam bit/detik. Gambar 4.6 Load Jaringan Sebelum Interworking Interworking Gambar 4.7 Load Jaringan pada Saat Tabel 4.16 Load Jaringan Sebelum dan Saat Interworking No Terjadi load pada Load Menit Detik (bit/detik) ke ke x x x x x Analisis Load Jaringan IEEE d Sebelum dan Saat Interworking Total beban data di dalam jaringan IEEE d meliputi transmisi paket data yang meliputi voice, video, dan best effort. Berdasarkan Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pada saat menit ke 2 dan 11 terjadi beban transmisi

18 72 data paling tinggi di dalam jaringan IEEE 02.16d sehingga dari beban yang tinggi ini menimbulkan delay di dalam jaringan yang masih dapat ditoleransi. Beban paket terbesar akan terjadi apabila SS melakukan layanan UGS karena layanan UGS tidak dapat dilakukan melalui mekanisme contention based sehingga alokasi pita frekuensi dibutuhkan lebih besar untuk layanan real time. 4.5 Hasil Simulasi Throughput pada Jaringan IEEE d Hasil simulasi throughput di dalam jaringan IEEE d merupakan total throughput yang dapat diberikan oleh BSHC dan Base Station_B dalam memberikan layanan bagi SS. Simulasi untuk menampilkan throughput jaringan IEEE d sebelum dan saat interworking dilakukan selama 600 detik atau 10 menit. Gambar 4.8 dan 4.9 menunjukkan bahwa sumbu x adalah waktu yang digunakan untuk menjalankan simulasi yaitu 10 menit dan sumbu y adalah throughput yang diperoleh dalam jaringan IEEE d. Gambar 4.8 Throughput Jaringan Sebelum Interworking Interworking Gambar 4.9 Throughput Jaringa Saat

19 73 Tabel 4.17 Throughput di dalam Jaringan Sebelum dan Saat Interworking Terjadi delay pada Terjadi delay pada Throughput No Throughput (bit/detik) No Menit ke Detik ke Menit ke Detik ke (bit/detik) x x x x Analisis Throughput Jaringan IEEE 802.1d Sebelum dan Saat Interworking Throughput merupakan salah satu ukuran performansi suatu jaringan dalam proses pengiriman data. Throughput di dalam jaringan menyatakan efisiensi pita frekuensi dalam memberikan layanan bagi SS dan QSTA. Throughput yang dihasilkan sebelum dan saat terjadi interworking dipengaruhi oleh beban di dalam jaringan. Selama menjalankan simulasi untuk sebelum dan saat interworking selama 10 menit maka terjadi throughput paling tinggi pada menit ke-2 dan 30 dengan total nilai throughput x bit/detik atau sebesar Mbit/detik. Nilai throughput yang lain adalah 3.74 Mbit/detik dan Mbit/detik. Nilai throughput yang diperoleh adalah 3.74 Mbit/detik sampai dengan Mbit/detik, apabila nilai ini dibandingkan dengan Tabel 4.12 dimana throughput dinyatakan sebagai kemampuan kecepatan dalam pengiriman data maka nilai throughput ini akan dikategorikan sebagai high multimedia artinya mampu membawa layanan untuk multimedia dengan bit rate lebih rendah dari 30 Mbit/detik. Nilai throughput ini dipengaruhi oleh total beban paket data di dalam jaringan, dan jenis modulasi yang digunakan oleh sistem. Berdasarkan perbandingan load dan throughput jaringan IEEE d pada Gambar 4.12 dengan 4.14 dan Gambar 4.13 dengan 4.15 maka akan terdapat data dropped untuk menit ke 0 detik ke 11 dan 36. Data dropped ini terjadi karena MAC pengirim dari SS ataupun QSTA tidak menerima ACK yang dikirim atau yang dikirim ulang oleh penerima SS ataupun QSTA sampai dengan hitungan waktu jawaban ACK habis. Adapun hal ini akan dianggap bahwa terjadi data dropped ketika data menuju ke penerima.

20 74 Pada subbab selanjutnya akan dibahas mengenai hasil simulasi pada saat interworking yang dilihat dari sisi QSTA meliputi network load sedangkan dari sisi SS meliputi delay, load, traffic sent, receive dan throughput. 4.6 Hasil Simulasi Network Load pada IEEE e pada Proses Interworking Hasil simulasi digunakan untuk menampilkan pengukuran beban jaringan di dalam Wireless LAN, dalam simulasi ini beban jaringan IEEE e akan dibawa oleh BSHC karena BSHC berfungsi sebagai QAP. Total beban jaringan ini meliputi semua data trafik yang diterima dan dikirim oleh BSHC. Beban jaringan ini tidak termasuk data trafik yang ditolak atau tidak dapat dilayani oleh BSHC untuk layanan QSTA. Simulasi untuk menampilkan Wireless LAN network load pada jaringan IEEE d saat interworking dilakukan selama 600 detik atau 10 menit. Gambar 4.10 menunjukkan bahwa sumbu x adalah waktu yang digunakan untuk menjalankan simulasi yaitu 10 menit dan sumbu y adalah Wireless LAN network load yang diperoleh dalam jaringan IEEE d. Gambar 4.10 Network Load pada IEEE e

21 Analisis Hasil Simulasi Network Load IEEE e Gambar 4.16 menunjukkan bahwa beban yang dibawa oleh QAP (BSHC) untuk melayani QSTA di dalam jaringan IEEE d memiliki beban tertinggi pada menit ke-2 sebesar kbit/detik selanjutnya beban jaringan rata-rat mencapai 500 kbit/detik. Beban yang dibawa oleh QAP ini merupakan beban untuk memberikan layanan video dan best effort. Selama 20 menit simulasi terlihat bahwa beban jaringan terjadi sepanjang waktu simulasi. Pada sub bab 4.7 selanjutnya akan dibahas mengenai performansi SS pada saat interworking yang meliputi delay, load, traffic sent, traffic receive dan throughput. Hasil simulasi yang akan dianalisis dari semua SS yang berada di dalam jaringan IEEE d hanya satu SS yaitu SS Hasil Simulasi SS-1 pada Proses Interworking Hasil Simulasi Delay dan Load pada SS-1 SS-1 merupakan SS yang berada dalam cakupan BSHC dimana SS menggunakan layanan silver (rtps) dan best effort untuk uplink dan downlink (lihat Tabel 4.4). Tabel 4.18 Delay pada SS-1 No Terjadi delay pada Delay Menit ke Detik ke (detik) Gambar 4.11 Delay dan Load pada SS-1

22 76 Simulasi untuk menampilkan delay dan load pada SS-1 dilakukan selama 1200 detik atau 20 menit. Gambar 4.11 menunjukkan bahwa sumbu x menyatakan waktu yang diperlukan untuk menjalankan simulasi dan sumbu y adalah hasil simulasi berupa delay dan load Analisis Hasil Simulasi Delay dan Load pada SS Berdasarkan layanan yang digunakan oleh SS yaitu video yang memiliki karakteristik real time, namun memiliki toleransi delay maka delay yang diterima oleh SS-1 sebesar 18 mdetik, 58 mdetik, dan 96 mdetik. Apabila nilai delay ini dibandingkan dengan nilai delay yang dapat ditoleransi oleh streaming video yaitu 10 detik (lihat Tabel 4.11) maka nilai delay yang diterima oleh SS masih dapat ditoleransi. Layanan SS-1 yang lain adalah best effort, untuk best effort tidak dipengaruhi oleh delay sehingga layanan ini pun dapat diterima dengan baik oleh SS-1. Delay dalam simulasi ini tidak memperhitungkan pengaruh jarak dari SS ke BSHC atau Base station B, tetapi yang diperhitungkan adalah kondisi free space loss antara SS dengan BSHC atau Base station B, jenis modulasi SS, dan tipe layanan yang diberikan untuk SS Hasil Simulasi Traffic Sent, Traffic Sent, dan Throughput pada SS-1 Hasil simulasi ini meliputi data yang dikirimkan oleh MAC dari BSHC untuk satu jenis layanan bagi SS dalam bit/detik. Data trafik tersebut dikirim ke SS-1 untuk jenis layanan best effort. Simulasi untuk menampilkan throughput,traffic received,dan traffic sent dilakukan selama 600 detik atau 10 menit. Sumbu x pada Gambar 4.12 menunjukkan waktu untuk menjalankan simulasi, sedangkan sumbu y adalah hasil simulasi berupa throughput,traffic received,dan traffic sent.

23 77 Gambar 4.12 Throughput, Traffic Received dantraffic Sent pada SS-1 Tabel 4.19 Throughput, Traffic Received dantraffic Sent pada SS-1 No Terjadi pada Traffic sent Traffic received Throughput Menit ke Detik ke (bit/detik) (bit/detik) (bit/detik) x x x x x x x x x Analisis Hasil Simulasi Traffic Sent, Traffic Sent, dan Throughput pada SS-1 Data trafik yang dikirim oleh BSHC kepada SS-1 sebesar 350 kbit/detik dan 700 kbit/detik. Data yang diterima oleh SS-1 sebesar 700 kbit/detik dan 350 kbit/detik. Throughput yang dihasilkan oleh SS-1 adalah sebesar 270 kbit/detik dan 530 kbit/detik. Apabila layanan yang diberikan oleh BSHC kepada SS adalah best effort

24 78 maka berdasarkan Tabel 4.12, nilai throughput ini dapat dikategorikan sebagai nilai bit rate untuk medium multimedia yaitu 2Mbps. 4.8 Analisis Throughput BSHC Secara Perhitungan Berdasarkan hasil simulasi pada subbab 4.1 dan 4.2 maka dapat dianalisis bahwa: 1. Jaringan IEEE d dapat digunakan sebagai backhaul bagi pengguna IEEE e tanpa mengurangi kemampuan admission control dari sistem IEEE d. Hal ini disebabkan jaringan IEEE d memiliki base station yang mampu bekerja secara hybrid untuk melayani SS dan QSTA secara bersamasama. Base station tersebut adalah BSHC yang memiliki layer fisik yang sama dengan QSTA yaitu OFDM (orthogonal frequency division multiplexing), sedangkan pada layer kedua BSHC memiliki dua buah MAC yaitu MAC WLAN dan MAC WiMAX. 2. Kemampuan sistem IEEE d untuk melayani QSTA dapat dilakukan melalui pendekatan konsep relay dimana BSHC dianggap sebagai relay bagi jaringan IEEE d. Throughput dari dari jaringan IEEE d tanpa dan dengan QSTA dapat dievaluasi dengan menggunakan Persamaan 4.5 yaitu [19]:.(4.5) Dengan = jumlah simbol OFDM yang digunakan untuk mengirimkan data LoF SSG1 bps1 = durasi frame (detik) = jumlah SS di cakupan BSHC yang menggunakan layanan UGS = ukuran paket UGS

25 79 SSG2 bps1 SSG2 bps1 = jumlah SS di cakupan BSHC yang menggunakan layanan rtps = ukuran paket rtps = jumlah SS di cakupan BSHC yang menggunakan layanan BE = ukuran paket BE Data-data yang akan digunakan untuk perhitungan throughput BSHC adalah data-data yang digunakan dalam simulasi. = 12 LoF = 5 mdetik SSG1 = 6 Bps1 = bit/detik SSG1 = 4 Bps1 = bit/detik SSG1 = 20 Bps1 = bit/detik Tabel Perhitungan Throughput BSHC Rofdm LoF ssg1 bps1 ssg2 bps2 ssg3 bps3 throughput Berdasarkan perhitungan throughput BSHC sebagai relay dengan menggunakan persamaan 4.5 maka dapat dianalisis bahwa throughput dari BSHC ditentukan oleh jumlah SS yang melakukan layanan, semakin banyak SS yang

26 80 melakukan aplikasi UGS dan rtps, sementara jumlah total SS tetap maka throughput BSHC akan semakin kecil. Apabila hasil perhitungan throughput dan hasil simulasi dibandingkan sesuai dengan saat simulasi maka akan terlihat perbedaan seperti pada Tabel Hasil perhitungan menunjukkan throughput dapat diperoleh sebesar 37,451 Mb/detik sedangkan hasil simulasi hanya diperoleh sebesar 19,733 Mb/detik, secara rinci perbedaan tersebut terjadi sebesar 47%. 37,451 19,733 / 37,451 / 0,47 47% Tabel 4.21 Perbandingan Throughput Hasil Perhitungan dan Simulasi Hasil Perhitungan Hasil Simulasi throughput (bit/detik) x Perbedaaan hasil perhitungan dengan hasil simulasi dapat terjadi karena adanya parameter yang digunakan dalam simulasi, sedangkan dalam hasil perhitungan tidak disertakan antara lain jenis modulasi dari SS, free space loss, dan inter arrival packet data. Adapun hal lain yang mempengaruhi perbedaan ini adalah bahwa hasil simulasi sangat ditentukan dari kondisi laptop saat menjalankan simulasi.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi saat ini sangat pesat, khususnya teknologi wireless (nirkabel). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN MODEL QOS WIMAX DENGAN OPNET. Pada bab 3 ini penulis ingin memfokuskan pada system evaluasi kinerja

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN MODEL QOS WIMAX DENGAN OPNET. Pada bab 3 ini penulis ingin memfokuskan pada system evaluasi kinerja 33 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN MODEL QOS WIMAX DENGAN OPNET Pada bab 3 ini penulis ingin memfokuskan pada system evaluasi kinerja mekanisme QoS dan skema AMC pada kinerja jaringanwimax, semakin kuat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah. 62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TESTING. Sistem yang kami pakai untuk membangun simulasi ini adalah: Operating System : Windows 7 Ultimate Edition

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TESTING. Sistem yang kami pakai untuk membangun simulasi ini adalah: Operating System : Windows 7 Ultimate Edition 80 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TESTING 4.1 Implementasi Simulasi Sistem yang kami pakai untuk membangun simulasi ini adalah: Operating System : Windows 7 Ultimate Edition Modeler : OPNET Modeler 14.0 Educational

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI ABSTRAK..... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR SIMBOL... vii DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Identifikasi Masalah... I.1 1.3

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISA SCHEDULING SERVICE CLASS PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER

SIMULASI DAN ANALISA SCHEDULING SERVICE CLASS PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER SIMULASI DAN ANALISA SCHEDULING SERVICE CLASS PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER Ahmad Arif, Helmy Fitriawan, Muhamad Komarudin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung imailisia@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab I telah dijelaskan mengenai empat tujuan pengerjaan tugas akhir ini, yaitu memahami berbagai algoritma penjadwalan, memahami metrik QoS sebagai pengukur kualitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE

PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE PERANCANGAN SOFTWARE SCHEDULER UNTUK MAC LAYER WIMAX MENURUT STANDAR IEEE 82.16-24 Winnu Ayi Satria Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro NIM 132 3 5 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Email : winnuayi@gmail.com

Lebih terperinci

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN (QOS) QoS merupakan terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan tingkat jaminan layanan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi

Lebih terperinci

5. QoS (Quality of Service)

5. QoS (Quality of Service) PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 5. QoS (Quality of Service) Latar Belakang QoS Karakteristik Jaringan IP Alokasi Sumber Daya Definisi QoS QoS adalah suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaringan wireless kebutuhan akan Quality of service sangatlah penting, demi mencapai kepuasan dari user dalam menggunakannya. Faktor-faktor dari Quality of service

Lebih terperinci

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Sistem broadband wireless access (BWA) sepertinya akan menjadi metoda akses yang paling fleksibel dimasa depan. Dibandingkan dengan teknologi eksisting, fiber optik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah menjadi teknologi informasi yang berkembang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi yang cepat dan akurat. Internet

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH BANDWIDTH REQUEST WIMAX TERHADAP KUALITAS TRANSMISI VIDEO

PERBANDINGAN PENGARUH BANDWIDTH REQUEST WIMAX TERHADAP KUALITAS TRANSMISI VIDEO PERBANDINGAN PENGARUH BANDWIDTH REQUEST WIMAX TERHADAP KUALITAS TRANSMISI VIDEO Muhammad Fadl-lan Dwika [1], Suherman [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX

Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX Perancangan Mekanisme Buffering untuk Multi-QoS pada MAC Layer WiMAX Rahmat Mulyawan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Insitut Teknologi Bandung Labtek VIII Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia 40132

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wireless Local Area Network (WLAN) adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan frekuensi radio yang tinggi dari 2,4 GHz dan 5 GHz, serta bebas lisensi karena menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE secara umum, standar

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE secara umum, standar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE 802.11 secara umum, standar fisik IEEE 802.11, teknologi multiple access IEEE 802.11, pembangkitan trafik, parameter kinerja jaringan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semakin tinggi penggunaan internet dalam masyarakat saat ini, harus didukung dengan infrastruktur jaringan yang baik, sehingga penggunaan aplikasi yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input BAB IV PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan video dan simulasi jaringan, diperoleh berbagai data output simulasi yang dapat merepresentasikan parameter QoS yang diberikan pada masing-masing simulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan akan flexibilitas komunikasi pada jaringan menuntut teknologi untuk mengembangkan komunikasi yang lebih flexible, dapat bergerak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE 802.11, standar fisik IEEE 802.11, parameter kinerja jaringan dan simulator Pamvotis 1.1. 2.2 Pengertian Buffering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan WiMaX WiMaX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah salah satu industry jaringan nirkabel

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan WiMaX WiMaX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah salah satu industry jaringan nirkabel BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan WiMaX WiMaX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah salah satu industry jaringan nirkabel broadband wireless access yang sudah sesuai dengan IEEE 802.16.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SCHEDULING PADA JARINGAN WIMAX DENGAN MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SCHEDULING PADA JARINGAN WIMAX DENGAN MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5 ANALISIS KINERJA ALGORITMA SCHEDULING PADA JARINGAN WIMAX DENGAN MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5 TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Informatika Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan telekomunikasi tidak hanya terbatas pada komunikasi suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti data, gambar dan video.

Lebih terperinci

BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE DAN IEEE E

BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE DAN IEEE E 19 BAB II MEDIUM ACCESS CONTROL IEEE 802.16 DAN IEEE 802.11E MAC IEEE 802.16 protokol didisain untuk aplikasi PMP yang mempunyai karakteristik connection-oriented dan setiap sambungan diidentifikasi oleh

Lebih terperinci

Syailendra Dwitama Iskandar 1, Ir. Endah Budi P., MT. 2, Dwi Fadila K.. ST., MT. 3

Syailendra Dwitama Iskandar 1, Ir. Endah Budi P., MT. 2, Dwi Fadila K.. ST., MT. 3 1 PERFORMANSI QUALITY OF SERVICE (QOS) FRAMEWORK ANTARA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING-TIME DIVISION MULTIPLE ACCESS () DAN ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS () PADA IEEE 802.16

Lebih terperinci

7.1 Karakterisasi Trafik IP

7.1 Karakterisasi Trafik IP BAB VIII TRAFIK IP Trafik IP (Internet Protocol), secara fundamental sangat berbeda dibanding dengan trafik telepon suara (klasik). Karenanya, untuk melakukan desain dan perencanaan suatu jaringan IP mobile,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang [8] Pertumbuhan pengguna komunikasi mobile di dunia meningkat sangat tajam dari hanya 11 juta pada tahun 1990 menjadi 2 milyar pengguna pada tahun

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI

BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simulasi serta hasil evaluasi dari simulasi yang telah dilakukan. Dalam bab ini akan menjelaskan langkah langkah instalasi program yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut adanya komunikasi yang tidak hanya berupa voice, tetapi juga berupa data bahkan multimedia. Dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi jaringan yang terdiri

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA Oleh : MADE SUHENDRA NRP. 2203109044 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Gatot Kusrahardjo, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA LAYANAN IPTV PADA JARINGAN TESTBED WIMAX BERBASIS STANDAR IEEE

EVALUASI KINERJA LAYANAN IPTV PADA JARINGAN TESTBED WIMAX BERBASIS STANDAR IEEE EVALUASI KINERJA LAYANAN IPTV PADA JARINGAN TESTBED WIMAX BERBASIS STANDAR IEEE 82.16-24 Prasetiyono Hari Mukti 1, Rizki Aris Yunianto 2 dan Achmad Affandi 3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX

Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX BAB V Simulasi dan Analisis Algoritma Scheduling pada WIMAX Pada bagian ini akan dilakukan simulasi jaringan WIMAX menggunakan simulator NS-2. Lingkungan simulasi, terlihat pada gambar V.1, berupa satu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS KINERJA MODULASI DAN PENGKODEAN ADAPTIF PADA JARINGAN WiMAX ALEX KRISTIAN SITEPU

TUGAS AKHIR. ANALISIS KINERJA MODULASI DAN PENGKODEAN ADAPTIF PADA JARINGAN WiMAX ALEX KRISTIAN SITEPU TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MODULASI DAN PENGKODEAN ADAPTIF PADA JARINGAN WiMAX Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan layanan informasi komunikasi melaju begitu pesat. Pada awalnya layanan informasi komunikasi hanya berupa suara melalui teknologi switching PSTN, sekarang telah

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Makalah Seminar Tugas Akhir EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN WEIGHTED ROUND ROBIN PADA WiMAX Samsul Arifin *, Sukiswo, ST., MT. **, Ajub Ajulian Zahra, ST., MT. ** Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko,

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan terhadap kebutuhan informasi semakin meningkat, dimana tidak hanya informasi berupa text dan gambar saja tetapi juga melibatkan semua aspek multimedia

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE )

TUGAS AKHIR. ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE ) TUGAS AKHIR ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE 802.11) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara langsung melalui jaringan kabel[1,2]. Implementasi jaringan dengan

I. PENDAHULUAN. secara langsung melalui jaringan kabel[1,2]. Implementasi jaringan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang JSN merupakan jaringan sistem pemantauan objek yang tersebar dalam cakupan area tertentu, dimana kondisi lingkungan tidak mendukung adanya transmisi data secara langsung

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI 5.1 Implementasi Simulasi Kinerja jaringan Adhoc sebagian besar dipengaruhi oleh letak geografis wilayah, banyaknya faktor yang mempengaruhi membuat pengiriman data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN di bawah. 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem yang digunakan dapat dijelaskan dengan blok diagram Gambar 3.1 PERANCANGAN PENERAPAN PERSIAPAN DATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Abad informasi menuntut manusia saling terhubung untuk mendapatkan segala bentuk informasi demi kebutuhan hidup dan upaya itu membutuhkan sumber daya dan teknologi

Lebih terperinci

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu:

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu: 1. Definisi QoS ( Quality Of Service ) Dari segi networking, QoS mengacu kepada kemampuan memberikan pelayanan berbeda kepada lalulintas jaringan dengan kelas-kelas yang berbeda. Tujuan akhir dari QoS

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang

1 BAB I PENDAHULUAN. Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Long Term Evolution (LTE) menjadi fokus utama pengembangan dalam bidang telekomunikasi pada masa kini. Dengan banyak pengembangan dari generasi-generasi sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN Pada penelitian ini dilakukan simulasi yang terdiri dari terdiri dari SS, BS dan Public Network sebagai Sink Node. Terdapat 19 node yang akan dibangun, yaitu 5 node

Lebih terperinci

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan hingga tiga puluh tahun perkembangannya, teknologi seluler telah melakukan banyak perubahan besar. Sejarah mencatat perkembangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Teknologi WiMax merupakan teknologi broadband wireless access yang mempunyai coverage yang luas serta kecepatan yang tinggi. Mobile wimax merupakan salah satu perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. beragam menyebabkan network administrator perlu melakukan perancangan. suatu jaringan dapat membantu meningkatkan hal tersebut.

BAB III METODOLOGI. beragam menyebabkan network administrator perlu melakukan perancangan. suatu jaringan dapat membantu meningkatkan hal tersebut. BAB III METODOLOGI 3.1 Introduksi Kondisi jaringan yang semakin kompleks dan penggunaan aplikasi yang beragam menyebabkan network administrator perlu melakukan perancangan jaringan dengan performa yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian

BAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian BAB IV PENGUJIAN Pengujian algoritma dilakukan pada algoritma penjadwalan Weighted Round Robin yang telah diimplementasikan pada modul 802.16 pada NS2. Untuk melakukan pengujian, ditetapkan 10 skenario

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh: TRI EVANTI ANDRIANI NIM. 0910630100-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN..... i SURAT PERNYATAAN... ii ABSTRACT..... iii ABSTRAK..... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN SIMULATION PADA WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5

BAB IV IMPLEMENTASI DAN SIMULATION PADA WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5 BAB IV IMPLEMENTASI DAN SIMULATION PADA WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5 Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi aplikasi FTP, Voice, Video dengan menggunakan parameter- parameter QoS yang

Lebih terperinci

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN

3.6.3 X2 Handover Network Simulator Modul Jaringan LTE Pada Network Simulator BAB IV RANCANGAN PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wireless Local Area Network (WLAN) Sejarah WLAN diawali pada tahun 1970, IBM mengeluarkan hasil rancangan WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan BAB II DASAR TEORI 2.1 Topologi Jaringan Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan lainnya) yang menggambarkan bagaimana berbagai elemen jaringan saling terhubung satu

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN

EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PENJADWALAN LINTAS LAPISAN PADA JARINGAN CELULAR OFDM GELOMBANG MILIMETER DENGAN KANAL HUJAN Mas Nurul Hamidah ), Gamantyo H ), Endroyono ) ) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya,

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX), teknik penjadwalan pada jaringanwimax, sistem video on demand (VoD), parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) UNTUK LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN STANDAR WIFI G

PERANCANGAN JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) UNTUK LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN STANDAR WIFI G PERANCANGAN JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) UNTUK LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN STANDAR WIFI 802.11G Panji Krisna Dwi Cahya 1, Wahyu Adi Priyono., Ir., M.Sc. 2, Gaguk Asmugi, ST., MT. 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel.

Transport Channel Processing berfungsi mengubah transport blok yang dikirim dari. Processing dari MAC Layer hingga physicalchannel. HSUPA ( High Speed Uplink Packet Access ) High-Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah protokol telepon genggam 3G dalam keluarga HSPA dengan kecepatan unggah/"uplink" hingga 5.76 Mbit/s. Nama HSUPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat khususnya dalam komunikasi data via internet dan juga meningkatnya kebutuhan pengguna akan internet baik dalam

Lebih terperinci

PENJADWALAN PAKET MULTIMEDIA UNTUK JARINGAN OFDM UPLINK BERBASIS PENDEKATAN CROSS-LAYER DI BAWAH REDAMAN HUJAN

PENJADWALAN PAKET MULTIMEDIA UNTUK JARINGAN OFDM UPLINK BERBASIS PENDEKATAN CROSS-LAYER DI BAWAH REDAMAN HUJAN Yogyakarta, 15- Juni 2012 PENJADWALAN PAKET MULTIMEDIA UNTUK JARINGAN OFDM UPLINK BERBASIS PENDEKATAN CROSS-LAYER DI BAWAH REDAMAN HUJAN Adib Nur Ikhwan 1, Niko Permana R.W. 2, Gamantyo Hendrantoro 3,

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah Penelitian dengan judul Analisis dan Perancangan Security Voice Over Internet

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perencanaan jaringan WiMAX akan meliputi tahapan perencanaan seperti berikut: 1. Menentukan daerah layanan berdasarkan data persebaran dan kebutuhan bit rate calon pelanggan

Lebih terperinci

Dukungan yang diberikan

Dukungan yang diberikan PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DATA NIRKABEL Pertengahan abad 20, teknologi nirkabel berkembang pesat, diimplementasikan dalam bentuk teknologi radio, televisi, telepon mobil, dll. Komunikasi lewat sistem satelit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, waktu, dan kondisi diam atau bergerak menyebabakan perkembangan telekomunikasi nirkabel (wireless)

Lebih terperinci

Gambar 7. Tabel 1. Sub bagian di dalam FC

Gambar 7. Tabel 1. Sub bagian di dalam FC Gambar 7. Bagian Tabel 1. Sub bagian di dalam FC Keterangan Versi Saat ini = 0 Type Type informasi: manajemen (00), control (01), data (10) Subtype Sub-subtipe dari masing-masing tipe (lihat Tabel 2) To

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknologi Next Generation Network (NGN) merupakan terobosan dalam bidang telekomunikasi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan layanan komunikasi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T. TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T. Disusun oleh : Nurul Haiziah Nugraha (14101025) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Mengenal WiMAX. Onno W. Purbo

Mengenal WiMAX. Onno W. Purbo Mengenal WiMAX Onno W. Purbo onno@indo.net.id Acknowledgement Kantor Menteri Negara Riset & Teknologi PUSPIPTEK SERPONG Hariff TRG Outline Definisi Teknologi Broadband Wireless Access (BWA) Profil Fitur

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND

ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND Said Reza Fakhrizal [1], Suherman [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN)

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) 2.1 Umum Dewasa ini kebutuhan untuk mengakses layanan telekomunikasi melalui media nirkabel (wireless) menunjukkan peningkatan yang signifikan, sehingga teknologi

Lebih terperinci

Gambar 1. Konfigurasi Sistem

Gambar 1. Konfigurasi Sistem DESKRIPSI SYSTEM 1.1 Platform Himax 331 Produk Himax 331 menawarkan infrastruktur dan solusi Wimax yang lengkap, terdiri dari: WiMAX Subscriber Stations WiMAX Base Station Network management software Network

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

BAB 2 WIRELESS LOCAL AREA NETWORK BAB 2 WIRELESS LOCAL AREA NETWORK 2.1 Standar IEEE 802.11 [4] Pada awalnya, jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) digunakan pada sebuah kantor perusahaan yang ingin menghubungkan penggunanya dengan

Lebih terperinci

Simulasi Dan Analisis Transmisi Video Streaming Pada Jaringan Wifi Dengan Menggunakan Opnet Modeler 14.5

Simulasi Dan Analisis Transmisi Video Streaming Pada Jaringan Wifi Dengan Menggunakan Opnet Modeler 14.5 Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Simulasi Dan Analisis Transmisi Video Streaming Pada Jaringan Wifi Dengan Menggunakan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK Josia Ezra1), Arfianto Fahmi2), Linda Meylani3) 1), 2), 3) School of Electrical

Lebih terperinci

BAB III TOKEN RING. jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan.

BAB III TOKEN RING. jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan. BAB III TOKEN RING 3.1 Token Ring Token ring adalah sebuah arsitektur jaringan yang menggunakan topologi jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan. Arsitektur

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET Panji Firmansyah, Naemah Mubarakah Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Alur Penelitian Untuk mencapai tujuan dari penelitian, perancangan alur penelitian dilakukan sesuai alur pada Gambar 3.1. Perancangan terlebih dahulu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak

Lebih terperinci

IEEE b 1.1 INTRODUCTION

IEEE b 1.1 INTRODUCTION IEEE 802.11b Erick Kristanto Gunawan, 32131-TE Muhammad Fitrah Sugita, 30376-TE Muhmmad Wicaksono Abdurohim, 31163-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1.1 INTRODUCTION 1.1.1 802.11 802.11 adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada standart IEEE terminologi dari distribution system adalah sistem

BAB II LANDASAN TEORI. Pada standart IEEE terminologi dari distribution system adalah sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Wireless Distribution System Pada standart IEEE 802.11 terminologi dari distribution system adalah sistem yang saling terhubung dinamakan Basic Service Set (BSS). BSS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI Pada bagian analisis dari tugas akhir ini akan menampilkan dan menjelaskan hasil simulasi untuk menunjukan perbaikan performansi jaringan FAP dengan teknik alokasi physical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biaya pembangunan yang relatif murah, instalasi mudah serta kemampuannya

BAB I PENDAHULUAN. biaya pembangunan yang relatif murah, instalasi mudah serta kemampuannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi nirkabel menjadi area yang paling berkembang di bidang jaringan dan telekomunikasi. Jaringan dengan teknologi tersebut dapat mempertukarkan suara, data, dan

Lebih terperinci

BAB II Standar WIMAX- IEEE

BAB II Standar WIMAX- IEEE BAB II Standar WIMAX- IEEE 802.16 WIMAX merupakan sebuah nama komersial untuk produk-produk yang tunduk pada standar IEEE 802.16. Sebuah organisasi industri yang bernama WIMAX Forum telah dibentuk untuk

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA Oleh: Fanny Nurindra P 2203 109 017 Dosen pembimbing : Dr.Ir.Achmad Affandi, DEA Ir.Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang 3GPP Release

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Berikut penelitian-penelitian yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 95/DIRJEN/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 95/DIRJEN/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 95/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI BASE STATION BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI

Lebih terperinci