BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI KEPUSTAKAAN"

Transkripsi

1 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar tersusun dari dua suku kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Asnawi, 2011) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Menurut Sunartombs (2009), prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkret yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Belajar menurut Thobroni dan Mustofa (2011) adalah aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Menurut Syah (2011) belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Prestasi belajar adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran tertentu yang telah ditetapkan pada tiap semester yang meliputi sikap penguasaan materi pelajaran (ranah kognitif) sebagai tolak ukur keberhasilan siswa di sekolah yang selanjutnya tertuang dalam rapor yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang berkisar antara (Wibowo, 2006). Menurut Slameto (2004), prestasi belajar adalah performance dan kompetensinya dalam mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran dalam satu satuan waktu yang bisa berupa catur wulan, atau tahun pelajaran. Menurut Ghufron dan Risnawati (2012) prestasi belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Prestasi belajar merupakan hasil ujian yang dilakukan melalui penilaian dengan jalan testing, mengerjakan tugas, 1

2 menyelesaikan berbagai hal, membuat karangan, menyuruh memproduksi hal yang telah diterima sebagai pelajaran. Pemberian ulangan dilakukan dengan tujuan mengetahui kemajuan siswa. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai siswa sebagai tanda atau simbol keberhasilan dari usaha belajar (hasil aktivitas belajar) yang menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu (Sari, 2005). Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengacu pada teori Ghufron dan Risnawati (2012) tentang prestasi belajar yang diukur berdasarkan hasil belajar siswa setelah melakukan aktivitas belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau huruf. Dalam penelitian ini prestasi belajar matematika diukur dari hasil Tes Akhir Semester (TAS) II Tahun Ajaran 2011/2012 yang dinyatakan dalam bentuk nilai. 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Tercapainya prestasi belajar siswa sebagaimana diharapkan, sangat perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Keberhasilan dalam pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari dalam maupun dari luar individu. Menurut Sadwika dalam Sulistyaningrum (2010) terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa, meliputi faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik, individu dalam keadaan segar dan sehat jasmaninya akan lain prestasinya dibandingkan dengan siswa dalam kondisi lelah. Faktor psikis meliputi, kecerdasan, motivasi belajar, disiplin, konsentrasi, dan gaya belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah memperhitungkan sejauh mana sekolah dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berprestasi di sekolah. Lingkungan masyarakat sekitar memberikan banyak intelektual yang akan banyak mendorong siswa berprestasi, dalam lingkungan keluarga, suasana harmonis dalam keluarga dapat memberikan rasa aman bagi siswa, dan akan menyebabkan siswa merasa bebas untuk mengeksplorasi dirinya secara optimal. 2

3 2. Prestasi Belajar Matematika Menurut Sulistyaningrum (2010) prestasi belajar merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengalami suatu proses belajar yang telah dievaluasi dalam jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi tersebut berupa nilai yang nantinya dapat menentukan tinggi rendahnya prestasi. Semakin tinggi nilai yang diperoleh, maka akan semakin tinggi juga prestasi yang akan dicapai siswa. Dalam kaitannya dengan matematika, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu khususnya dalam bidang matematika. B. Gaya Belajar Model David Kolb Model gaya belajar yang dikemukakan oleh Kolb, salah seorang ahli pendidikan dari Amerika Serikat, yang mempopulerkan teori belajar Experiential Learning. Gaya belajar Model David Kolb mengklasifikasikan gaya belajar siswa ke dalam empat kecenderungan (kutub) utama yaitu Concrete Experience (CE), Abstract Conceptualization (AC), Reflective Observation (RO), dan Active Experimentation (AE), seperti terlihat pada gambar 2.1. Concrete Experience (CE) Feeling Accomodator (doing and feeling) Diverger (feeling and watching) Active Experimentation (AE) Doing Reflective Observation (RO) watching Converger (thinking and doing) Assimilator (watching and thinking) Abstract Conceptualization (AC) Thinking Gambar 2.1. Kutub Tipe Gaya Belajar Model David Kolb 3

4 Pada gambar 2.1 di atas tampak bahwa model gaya belajar David Kolb terdapat dua bagian kutub. Kutub pertama berposisis vertikal berupa pengalaman konkret (belahan atas) dan konseptualisasi abstrak (belahan bawah), yang berpotongan dengan kutub kedua yang berposisi horizontal berupa pengamatan reflektif (belahan kanan), dan eksperimen aktif (belahan kiri) sehingga kedua garis berpotongan lurus membentuk empat kuadran. Kuadran tersebut terdiri dari diverger, assimilator, converger, dan assimilator. Keempat kuadran tersebut tersusun dari kombinasi antara Concrete Experience (CE), Reflective Observation (RO), Abstract Conceptualization (AC), dan Active Experimentation (AE). Concrete Experience (CE), siswa belajar melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Siswa melibatkan diri sepenuhnya melalui pengalaman baru, siswa cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya. Siswa dalam kecenderungan ini suka dengan hal-hal atau pengalaman baru dan ingin segera mengalaminya, selain itu siswa dalam kecenderungan ini juga tidak takut untuk mencoba sesuatu yang baru, suka berkumpul dengan orang lain, bertukar pikiran, namun akan merasa bosan ketika suatu permasalahan yang sedang dihadapinya membutuhkan waktu lama dalam menyelesaikannya. Reflective Observation (RO), siswa belajar melalui pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini. Siswa dalam kecenderungan ini melihat masalah dari berbagai perspektif, mengumpulkan sebanyak-banyaknya data yang berhubungan dengan permasalahan dari berbagai sumber, sehingga terkadang terlihat suka menunda-nunda menyelesaikan masalah, namun sebenarnya hati-hati sebelum membuat keputusan, suka melihat atau mengamati perilaku orang lain. Abstract Conceptualization (AC), siswa belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan yang sistematis. Siswa dalam kecenderungan ini lebih 4

5 mengadaptasi dan mengintegrasi dari hasil amatannya ke dalam sebuah teori, dalam memecahkan sebuah masalah siswa dalam kecenderungan ini lebih mengerjakannya secara vertikal, runtut sistemtis, dalam berpikir cenderung objektif dengan pendekatan yang analitis, pendekatan masalah dengan logika. Active Experimentation (AE), siswa belajar melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Siswa akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan, selain itu siswa juga lebih cenderung merespon sebuah tantangan sebagai sebuah kesempatan, dalam menghafal ataupun menyelesaikan sesuatu permasalahan siswa lebih menyukai dengan praktek langsung. Keempat kutub gaya belajar yang diungkapkan oleh David Kolb dalam Ghufron dan Risnawati (2012) akan membentuk empat kombinasi gaya belajar yang dikenal dengan Gaya Belajar Model David Kolb, keempat gaya belajar tersebut yaitu gaya belajar Diverger, Assimilator, Converger dan Accomodator. Menurut Kolb dalam Susilo (2006), bahwa setiap individu tidak didominasi oleh satu gaya belajar tertentu secara absolut, tetapi cenderung membentuk kombinasi dan konfigurasi gaya belajar tertentu. Keempat gaya belajar Model David Kolb tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Gaya Belajar Diverger Gaya Belajar tipe diverger merupakan perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective Observation (RO) jika diformulakan menjadi CE + RO, atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling) dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe diverger memiliki kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah mengamati dan bukan bertindak. Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide dan gemar mengumpulkan berbagai informasi, menyukai isu tentang kesusastraan, budaya, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Siswa tipe diverger ingin mengalami suatu pengalaman, misalkan memecahkan suatu persoalan, dan tidak takut untuk mencoba, namun cepat bosan jika persoalan membutuhkan waktu yang lama 5

6 untuk dapat dipahami, dipecahkan, atau diselesaikan. Mereka biasanya lebih banyak bertanya why?. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai motivator. 2. Gaya Belajar Assimilator Gaya Belajar tipe assimilator adalah perpaduan antara Reflective Observation (RO) dan Abstract Conceptualization (AC) jika diformulakan menjadi RO + AC, atau dengan kata lain kombinasi dari pengamatan (watching) dan pemikiran (thinking). Siswa dengan tipe assimilator memiliki keunggulan dalam memahami dan merespon berbagai sajian informasi serta mengorganisasikan, merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Siswa tipe ini cenderung lebih teoritis, lebih menyukai bekerja dengan ide serta konsep yang abstrak, daripada bekerja dengan orang, selain itu siswa dengan tipe ini juga cenderung lebih teoritis, mengasimilasikan fakta ke dalam teori, berpikir dengan objekjif, analitis, runtut, sistematis, melakukan pendekatan masalah dengan logika, berusaha benar-benar memahami suatu permasalahan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Mata pelajaran yang yang diminatinya adalah bidang sains dan matematika. Siswa tipe assimilator kurang perhatian kepada orang lain dan menginginkan apa yang akan dilakukan harus minimal sama atau lebih baik dengan apa yang telah atau pernah dilakukan sebelumnya. Mereka biasanya lebih banyak bertanya what?. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang expert. 3. Gaya Belajar Converger Gaya Belajar tipe converger adalah perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Active Experimentation (AE) jika diformulkan menjadi AC + AE, atau dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking) dan berbuat (doing). Siswa mampu merespon terhadap berbagai peluang dan mampu bekerja secara aktif dalam setiap tugas yang terdefinisikan secara baik. Siswa gemar belajar bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan segera berusaha mencari jawaban yang tepat. Siswa mau belajar secara trial and error hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan. Siswa dengan tipe converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya siswa mempunyi kemampuan yang 6

7 baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Siswa juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif). Siswa cenderung tidak emosional dan lebih menyukai bekerja yang berhubungan dengan benda dari pada manusia, masalah sosial atau hubungan antar pribadi. Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan Teknik. Siswa biasanya lebih banyak bertanya how?. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang coach, yang dapat menyediakan praktik terbimbing dan dapat memberikan umpan balik yang tepat. 4. Gaya Belajar Accomodator Gaya Belajar tipe accomodator merupakan perpaduan antara Active Experimentation (AE) dan Concrete Experience (CE) jika diformulakan menjadi AE + CE, atau dengan kata lain kombinasi antara berbuat (doing) dengan merasakan (feeling). Siswa tipe ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai situasi baru untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya. Kelebihan siswa tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Siswa tipe ini lebih suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru yang menantang, dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/informasi) dibanding analisa teknis. Siswa dalam tipe ini cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis, sering menggunakan trial and error dalam memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada teori yang tidak sesuai dengan fakta cenderung untuk mengabaikannya. Mata pelajaran yang disukainya yaitu berkaitan dengan lapangan usaha (bisnis) dan teknik. Peran dan fungsi guru dalam berhadapan dengan siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan siswa pada open-ended questions, memaksimalkan kesempatan siswa untuk mempelajari dan menggali sesuatu sesuai pilihannya. C. Kajian yang Relevan Suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti persoalan yang sama tidak selalu menghasilkan kesimpulan yang sama pula, bahkan tidak jarang 7

8 ada yang bertentangan. Penelitian yang mengkaji tentang hubungan antara gaya belajar dengan prestasi belajar sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil dari penelitian mereka tidak selalu sama, ada bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian yang menjadikan sebuah pertentangan dalam hl hasil pembahasan. Penelitian Sulistyaningrum (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Diantara Siswa XI IPA Dan IPS SMA Negeri 1 Salatiga Tahun Ajaran 2009/2010, yang dilakukan pada 176 siswa kelas XI IPA dan IPS di SMA Negeri 1 Salatiga dengan menggunakan instrumen KLSI untuk gaya belajar dan nilai Matematika untuk prestasi belajar, dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, diperoleh hasil analisis data yang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar diverger, assimilator, converger, dan accomodator dengan prestasi belajar matematika pada kelas XI IPA serta terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar accomodator dengan prestasi belajar matematika pada kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Salatiga. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Sadwika (2005) yang berjudul Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar Bidang Kogniif Pada Siswa SMA Kristen Satya Wacana yang memperoleh hasil bahwa semua gaya belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar bidang kognitif pada 127 siswa kelas X di SMA Kisten Satya Wacana Salatigadan juga hasil dari penelitiaan yang dilakukan oleh Missa (2005) yang menemukan hasil bahwa ada hubungan yang positif antara gaya belajar assimilator dengan prestasi belajar siswa pada 68 siswa kelas 1 di SMKN 2 Soe. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2011) tentang Hubungan Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Di Sekolah Dasar Gugus Diponegoro Pada Tahun Ajaran 2010/2011 yang menunjukkan hasil bahwa, gaya belajar diverger tidak berkorelasi positif signifikan dengan prestasi belajar siswa, yang dilhat pada koefisien korelasi (r) adalah -0,027 dengan signifikansi dua sisi adalah 0,911 > 0,05. Hasil berikutnya adalah gaya belajar assimilator tidak berkorelasi posiif signifikan dengan prestasi belajar siswa, yang dilihat pada nilai koefisien korelasi (r) adalah -0,052 dengan signifikansi dua sisi adalah 0,813 > 0,05. Hasil yang ketiga juga menunjukkan bahwa gaya belajar converger tidak berkorelasi signifikan dengan prestasi belajar siswa, yang ditunjukkan 8

9 dengan koefisien korelasi (r) adalah -0,683 dengan signifikasi dua sisi adalah 0,091 > 0,05. Hasil korelasi yang terakhir adalah gaya belajar accomodator berkorelasi positif namun tidak signifikan dengan prestasi belajar siswa. Korelasi tersebut dilihat pada nilai koefisien korelasi (r) adalah 0,300 dengan signifikansi dua sisi adalah 0,226>0,05. Penelitian dengan hasil yang mendukung dari penelitian Natalia adalah penelitian dari Sari (2005) memperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa berdasarkan gaya belajar siswa kelas II SMA Negeri 1 Suruh, hal ini terbukti dari hasil analisis bahwa sebanyak 37 % siswa bergaya belajar assimilator, 33% siswa bergaya belajar diverger, 20,8% siswa bergaya belajar accomodator, dan 8,5% siswa bergaya belajar Converger, tetapi hasil analisis menunjukkan bahwa siswa memiliki prestasi belajar baik yakni 85% dan sebagian kecil siswa memiliki prestasi belajar sangat baik yakni 14,7%. Wibowo (2006) juga melakukan penelitian yang mendapatkan hasil tidak adanya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar diverger, assimilator, converger dan accomodator dengan prestasi belajar siswa, yang ditunjukkan pada hasil analisis yang menggunakan teknik korelasi Kendall s Tau_tub memperoleh hasil koefisien korelasi r = -0,069 dengan nilai p = 0,424>0,05. D. Kerangka Berpikir Penggunaan gaya belajar (X) siswa yang tepat akan meningkatkan hasil belajar siswa, artinya prestasi belajar matematika (Y) siswa pun akan meningkat. Dugaannya adalah jika gaya belajar tepat maka gaya belajar itu akan mendukung dirinya untuk mencapai prestasi yang optimal. Siswa yang belajar dengan gaya belajar tepat maka akan mencapai hasil optimal, yaitu prestasi belajar tinggi. Sebaliknya, jika kegiatan belajar siswa dilakukan dengan gaya belajar tidak tepat maka hasil yang dicapainya pun tidak akan optimal, sehingga hal ini akan berdampak pada pencapaian prestasi belajar juga tidak akan optimal. Pada mata pelajaran matematika, siswa dengan menggunakan gaya belajar yang tepat pada materi saat itu, maka siswa tersebut dapat diduga akan mampu mencapai prestasi belajar optimal sesuai dengan materi yang diajarkan. Gaya belajar yang dipakai dalam penelitian ini adalah gaya belajar dalam perspektif David Kolb yang meliputi gaya belajar diverger, assimilator, converger, dan accomodator. Keempat gaya belajar tersebut diduga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar matematika siswa, 9

10 dengan begitu untuk mengukur gaya belajar siswa, akan dilihat berdasarkan gaya belajar model David Kolb. Adapun keterhubungan antara gaya belajar model David Kolb dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA 1 Bae Kudus akan digambarkan seperti pada gambar 2.2. Diverger Gaya Belajar (X) Assimilator Converger Prestasi Belajar (Y) Accomodator Bagan 2.1. Kerangka Berpikir E. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Empirik Hipotesis empirik dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif signifikan antara gaya belajar Model David Kolb dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA 1 Bae Kudus pada semester II tahun ajaran 2011/ Hipotesis Statistik Hipotesis empirik di atas secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut : H 0 : r xy = 0 Tidak ada hubungan yang positif signifikan antara gaya belajar Model David Kolb dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA 1 Bae Kudus pada semester II tahun ajaran 2011/2012. H Ada hubungan yang positif signifikan antara gaya 1 : r xy 0 belajar Model David Kolb dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA 1 Bae Kudus pada semester II tahun ajaran 2011/

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu dan Jenis Penelitian Lokasi dalam penelitian ini bertempat di SMA 1 Bae Kudus yang beralamatkan di Jl. Jend Sudirman Km 04, Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian yang baik tentunya didukung oleh berbagai persiapan yang maksimal. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Jenis Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Bae Kudus yang beralamatkan di Jalan Jenderal Sudirman km.04 Kudus. Alasan pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN EKSPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN EKSPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN EKSPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA Irfan Hilman dan Meri Yusup Universitas Garut, Jawa Barat Email: Irfanhilman21@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu adalah unik. Setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan

Lebih terperinci

Learning Style. M e m p e l a j a r i c a r a b e l a j a r u n t u k b e l a j a r l e b i h b a i k l a g y o l l a w i j a y a n t i

Learning Style. M e m p e l a j a r i c a r a b e l a j a r u n t u k b e l a j a r l e b i h b a i k l a g y o l l a w i j a y a n t i Learning Style M e m p e l a j a r i c a r a b e l a j a r u n t u k b e l a j a r l e b i h b a i k l a g i @ y o l l a w i j a y a n t i Learning Style = Gaya Belajar/Belajar pake gaya? Learning style

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusianya, sedangkan sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Pendidikan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Kolb dalam Sulistyaningrum (2010) menyatakan bahwa gaya belajar melibatkan pengalaman baru, mengembangkan observasi atau refleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional, BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR MODEL DAVID KOLB DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA 1 BAE KUDUS SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR MODEL DAVID KOLB DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA 1 BAE KUDUS SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012 HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR MODEL DAVID KOLB DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA 1 BAE KUDUS SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Baharuddin (Apriani, 2008: 9) mengemukakan bahwa pemahaman adalah

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Baharuddin (Apriani, 2008: 9) mengemukakan bahwa pemahaman adalah 10 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Konsep Matematis Baharuddin (Apriani, 2008: 9) mengemukakan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk mengenali, mengerti serta menerangkan sesuatu dengan katakata sendiri,

Lebih terperinci

Instrumen Gaya Belajar Kolb s. 1. Jawablah 12 pertanyaan yang tersedia di bawah ini masingmasing berakhir dengan 4 pernyataan.

Instrumen Gaya Belajar Kolb s. 1. Jawablah 12 pertanyaan yang tersedia di bawah ini masingmasing berakhir dengan 4 pernyataan. Lampiran 1 Instrumen Gaya Belajar Kolb s No. Absen : Kelas : I. Petunjuk Pengisian 1. Jawablah 12 pertanyaan yang tersedia di bawah ini masingmasing berakhir dengan 4 pernyataan. 2. Jawablah dengan jujur,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Proses Belajar Mengajar (PBM) Mata Pelajaran Matematika Susanto (2013) berpendapat bahwa matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR DAVID KOLB (DIVERGER, ASSIMILATOR, CONVERGER, ACCOMMODATOR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENGARUH GAYA BELAJAR DAVID KOLB (DIVERGER, ASSIMILATOR, CONVERGER, ACCOMMODATOR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN BIOSFER 10 (1), 2017 / ISSN : 0853 2451 PENGARUH GAYA BELAJAR DAVID KOLB (DIVERGER, ASSIMILATOR, CONVERGER, ACCOMMODATOR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN The Influence of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa yang berakar pada karakter dan kemampuan dari individu-individu warga negara sebagai salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini diupayakan memastikan ada tidaknya perbedaan signifikan antara gaya belajar

Lebih terperinci

Angket Sebelum Uji Validasi

Angket Sebelum Uji Validasi Angket Sebelum Uji Validasi INVENTORI GAYA BELAJAR MODEL DAVID KOLB A. Identitas Responden No. Absen : Kelas : B. Petunjuk Pengisian 1. Isilah identitasmu secara lengkap. 2. Angket ini terdiri dari 12

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya belajar siswa dan pengaruhnya terhadap perbedaan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi

Lebih terperinci

GAYA BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM IPA DAN IPS DI SMA 1 BAE KUDUS

GAYA BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM IPA DAN IPS DI SMA 1 BAE KUDUS GAYA BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM IPA DAN IPS DI SMA 1 BAE KUDUS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika Oleh TALITA MARSIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN. Sugiyanto

PENGARUH GAYA BELAJAR EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN. Sugiyanto Pengaruh Gaya Belajar Experiential Learning... Sugiyanto PENGARUH GAYA BELAJAR EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN Sugiyanto Jurusan Psikologi

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR DAVID KOLB TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN

PENGARUH GAYA BELAJAR DAVID KOLB TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN Dinamika Kesehatan Vol.5 No.02.Desember 2014 PENGARUH GAYA BELAJAR DAVID KOLB TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN * Dwi Sogi

Lebih terperinci

sebagai proses dan hasil belajar belum dapat dilakukan dengan sistematis, baru sebatas menitikberatkan

sebagai proses dan hasil belajar belum dapat dilakukan dengan sistematis, baru sebatas menitikberatkan 75 EKSPLORASI GAYA BELAJAR, EFIKASI DIRI DAN INTENSITAS BELAJAR MAHASISWA PADA KEGIATAN SITE VISIT SURVEY LEARNING Slamet Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY Email: slamet@uny.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment, yaitu metode penelitian yang merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.

Lebih terperinci

Pengaruh Gaya Belajar Experiential Learning dalam Peningkatan Prestasi Akademik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Sugiyanto

Pengaruh Gaya Belajar Experiential Learning dalam Peningkatan Prestasi Akademik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Sugiyanto Pengaruh Gaya Belajar Experiential Learning dalam Peningkatan Prestasi Akademik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Sugiyanto sugiyanto@uny.ac.id Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 MUARO JAMBI Oleh: RIFNI ANJANI NIM RSA1C213031

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Praktik Pembelajaran praktik merupakan suatu proses untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eidelweis Dewi Jannati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eidelweis Dewi Jannati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarki dengan penalaran yang bersifat

Lebih terperinci

APLIKASI TEST PERSONALITY DAN LEARNING STYLE INVENTORY BERBASIS WEB UNTUK MAHASISWA UNIVERSITAS KLABAT

APLIKASI TEST PERSONALITY DAN LEARNING STYLE INVENTORY BERBASIS WEB UNTUK MAHASISWA UNIVERSITAS KLABAT APLIKASI TEST PERSONALITY DAN LEARNING STYLE INVENTORY BERBASIS WEB UNTUK MAHASISWA UNIVERSITAS KLABAT Putri Utami Nugroho1), Angelia Priskila Pajow2), Andrew Tanny Liem3) Sistem Informasi UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab IV dan temuan selama pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan

Lebih terperinci

PROFIL REPRESENTASI SISWA SMP TERHADAP MATERI PLSV DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KOLB

PROFIL REPRESENTASI SISWA SMP TERHADAP MATERI PLSV DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KOLB e-issn: 2549-5070 p-issn: 2549-8231 MEDIVES 1 (2) (2017) 82-90 Journal of Medives Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/matematika PROFIL

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LANGGAM BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA DALAM MEMPELAJARI BIOLOGI MENGGUNAKAN LSI KOLB

IDENTIFIKASI LANGGAM BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA DALAM MEMPELAJARI BIOLOGI MENGGUNAKAN LSI KOLB 56 Jurnal Pendidikan Biologi Vol 5 No 3 Tahun 2016 IDENTIFIKASI LANGGAM BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA DALAM MEMPELAJARI BIOLOGI MENGGUNAKAN LSI KOLB IDENTIFICATION OF STUDENTS LEARNING STYLE

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan subjek sebanyak 151 siswa SMA N 2 Salatiga yang terdiri dari masing-masing 3 program studi yaitu kelas XI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukanlah ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukanlah ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membangun pengetahuan baru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Abidin (Ridyah, 2015:1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN Jurnal Parameter Volume 27 No.2 136 KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN Suhardjono Universitas Sebelas Maret, Jln. Ahmad Yani No.200 A Surakarta 57161 Email: ha-djono@uns.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan untuk mampu melahirkan sumber daya manusia yang dapat memenuhi tuntutan global. Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan dan pembangunan suatu negara. Negara dikatakan maju dalam segala bidang baik dalam bidang ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, ilmu pengetahuan, teknologi dan sains terus menerus semakin berkembang. Perkembangan yang sangat pesat terutama terjadi dalam bidang telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narasi sebenarnya merupakan karangan yang mudah ditulis oleh siswa karena karangan ini dikembangkan melalui kegemaran siswa dalam mendengarkan cerita atau bercerita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Inside Outside Circle, Hasil Belajar

Abstrak. Kata Kunci: Inside Outside Circle, Hasil Belajar PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT KELAS VII SMP NEGERI 1 BRINGIN TAHUN 2014/ 2015 Dian Tri Yunitasari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan penting dari kegiatan pembelajaran adalah memberdayakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Sudjana (2004) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam maju mundurnya suatu negara. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan masa kini, dan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model experiental learning Kolb. Ebbut (1985) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan usaha memperoleh perubahan tingkah laku, ini mengandung makna ciri proses belajar adalah perubahan- perubahan tingkah laku dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sains merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep Penilaian penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes pilihan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan Program Studi Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada umumnya yang menjadikan siswa menuju keadaaan yang lebih baik. Proses pendidikan tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai manakala ditunjang oleh usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai sifat khusus yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar, terprogram

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar, terprogram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar, terprogram sistematis terarah dan berkesinambungan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan guna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah dipelajari dari jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu

Lebih terperinci

Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika ( Survey Pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)

Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika ( Survey Pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang) Jurnal Ilmiah Solusi Vol.1 No. 3 September - Nopember 2014: 68-75 Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika ( Survey Pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menurut Baird (Cahyati: 2009), Komunikasi merupakan proses yang meliputi penyampaian dan penerimaan hasil pemikiran melalui simbol kepada

Lebih terperinci

PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/

PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Ditinjau dari Gaya Belajar pada Pembelajaran Model Eliciting Activities (MEA) Y. N. Firdausi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan peserta didik melalui suatu pengajaran maupun suatu latihan, guna menyiapkan mereka di masa depan. Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai gaya belajar pada mahasiswa angkatan 2008 semester III di Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung. Variabel penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun sebagian dari kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi terdapat bermacam-macam pengertian tentang pendidikan. Pendidikan atau pengajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan dibutuhkan dalam masa pembangunan yang sedang berlangsung. Melalui pendidikan sekolah berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

MENENTUKAN KECENDERUNGAN DAN KARAKTER SESEORANG DENGAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN TEKHNIK BACKWARD CHAINING MENERAPKAN PRINSIP EXPERIENTAL LEARNING

MENENTUKAN KECENDERUNGAN DAN KARAKTER SESEORANG DENGAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN TEKHNIK BACKWARD CHAINING MENERAPKAN PRINSIP EXPERIENTAL LEARNING EKSPLORA INFORMATIKA 159 MENENTUKAN KECENDERUNGAN DAN KARAKTER SESEORANG DENGAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN TEKHNIK BACKWARD CHAINING MENERAPKAN PRINSIP EXPERIENTAL LEARNING Fitra Kasma Putra STMIK Dharmasraya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, dikembangkan bibit-bibit sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

Lebih terperinci