BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA B. Pembelajaran Gambar Bentuk 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Mulyasa (2004: 100) pada hakekatnya pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:14) pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Sesuai dengan arti tersebut dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behaviora change) pada diri individu yang belajar (Muhammad, 2004: 3). Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok: yaitu adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif tetap (permanen) serta perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya (Mukminan, 1998: 1). Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar, sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Istilah pembelajaran, merupakan padanan dari kata instuction yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya adalah membantu orang belajar, atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian kejadian (events) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Joyce, Weil, dan Showers (1992) menyatakan bahwa hakikat mengajar (teaching) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara bagaimana 4

2 5 belajar. Dengan demikian hakikat mengajar adalah memfasilitasi siswa dalam belajar agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran batik merupakan proses interaksi antara perserta didik dan pendidik baik di luar kelas maupun di luar kelas sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu peserta pelatihan dapat mengetahui teknik kerajinan batik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan kerajinan di sekolah mereka masing-masing. Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serentetan perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan pembelajaran dapatlah berjalan di sekolah apabila terjadi usaha menciptakan sistem kondisi dan lingkungan yang mampu memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terdapat sejumlah tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran dalam hal ini merupakan suatu kumpulan yang terdiri dari komponen-komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, berintegrasi satu sama lainnya. Oleh karenanya jika salah satu komponen tidak dapat terinteraksi,maka proses dalam pembelajaran akan menghadapi banyak kendala yang mengaburkan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi timbal-balik antara guru dan murid, guru memberi materi atau bahan sedangkan murid yang menerima. Bisa dikatakan dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara murid belajar dan guru mengajar. Sementara itu, Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan yang lain, di antara individu dengan lingkungannya. 2. Metode Pembelajaran Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan

3 6 mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran. Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut Ns. Roymond H. Simamora, M. Kep yang dapat digunakan. a. Metode Ceramah Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan. b. Metode Diskusi Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251). Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

4 7 c. Metode Demonstrasi Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya. 3. Evaluasi Pembelajaran Kata evaluasi merupakan pengindonesiaan dari kata evaluation dalam bahasa Inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian. Kata kerjanya adalah evaluate yang berarti menaksir atau menilai. Sedangkan orang yang menilai atau menaksir disebut sebagai evaluator (Echols, 1975). Sejumlah ahli mengemukakan pemahaman evaluasi secara etimologis, seperti Grounlund, Nurkancana, dan Raka Joni. Menurut Grounlund (1976) a system atic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupil. Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu. Sementara Raka Joni ( 1975) mengartikan evaluasi sebagai suatu proses dimana kita mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan patokan-patokan tertentu, patokan tersebut mengandung pengertian baik-tidak baik, memadai tidak memadai, memenuhi syarat tidak memenuhi syarat, dengan perkataan lain menggunakan value judgment. Dengan pengertian di atas maka dapat dikemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokanpatokan tertentu untuk mencapai tujuan. Sementara evaluasi hasil belajar pembelajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi belajar pembelajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Richard H. Lindeman (1967) ada bermacam-macam evaluasi antara lain:

5 8 a. Evaluasi diagnostik Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya. b. Evaluasi selektif Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu. c. Evaluasi penempatan Eva;uasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa. d. Evaluasi formatif Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar. e. Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa. f. Evaluasi program pembelajaran Evaluais yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain. g. Evaluasi proses pembelajaran Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. h. Evaluasi hasil pembelajaran Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

6 9 4. Hasil Belajar Penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut W. James Popham (1995), telah terjadi pergeseran terhadap alas an pemberian penilaian. Alasan tradisional tentang mengapa guru menilai siswa adalah untuk : a. Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa b. Memonitor kemajuan siswa c. Menetapkan tingkatan siswa d. Menentukan keefektifan instruksional Terdapat beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengumpulkan buktibukti kemajuan belajar siswa, yaitu : a. Penilaian portofolio (portfolio) Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang sistematis dalam satu periode. Kumpulan hasil kerja ini memperlihatkan prestasi dan ketrampilan siswa. Hal penting yang menjadi ciri dari portofolio adalah hasil kerja tersebut harus diperbaharui sebagaimana prestasi dan ketrampilan siswa mengalami perkembangan. Dalam dunia pengajaran, portofolio merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. b. Penilaian melalui unjuk kerja (performance) Penilaian untuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamtan penilai terhadap aktivitas siwa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unujk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin reliable hasil penilaian tersebut. Penilaian dengan cara ini, lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan (keterampilan berbicara, berpidato). Pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok kecil, dan sebagainya. c. Penilaian melalui penugasan (project)

7 10 Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Penyelidikan meliputi pengumpulan dan pengorganisasian data, analisa data, dan penyajian data dalam bentuk laporan. Proyek seringkali melibatkan pencarian data primer dan sekunder, mengevaluasi secara kritis hasil penyelidikan, dan kerjasama dengan orang lain. Oleh karena itu, proyek sangat bermanfaat bila digunakan untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum untuk segala bidang pembelajaran. Di samping itu, proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa dalam bidang tertentu dan mengetahui kemampuan siswa dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas. d. Penilaian melalui hasil kerja (product) Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni seperti makanan, pahatan, dan barang logam. Cara ini tidak hanya untuk melihat hasil akhirnya saja tetapi tugas dari proses pembuatannya. Contohnya kemampuan siswa menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunkana alat dengan aman dan sebagainya. e. Penilaian melalui tes tertulis (pencil and paper) Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu Secara umum bentuk-bentuk tes tertulis adalah benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, isian singkat maupun uraian /esai. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat

8 11 perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. B. Tinjauan Gambar Bentuk 1. Pengertian Menggambar. Muharam E dan Warti Sundaryati dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Kesenian II Seni Rupa mengungkapkan bahwa menggambar adalah penyajian ilusi optik atau manipulasi ruang dalam bidang datar dua dimensi (1991: 95). Berbeda dengan pendapat D.K. Ching di dalam bukunya yang berjudul Menggambar Suatu Proses Kreatif menyatakan bahwa, menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu (2002:9). Kata menggambar atau kegiatan menggambar menurut Dharmawan dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan emosi, perasaan dan karakter penggambarnya. Pemindahan ini dalam pengertian pemindahan bentuk atau rupa dengan memperkecil atau memperbesar ukuran keseluruhan yang untuk kepentingan tertentu dapat juga mempergunakan skala perbandingan (perbandingan ukuran) secara akurat (1988: 195). Berbeda dengan Robins yang menyatakan bahwa menggambar merupakan aktivitas melihat dan meniru. Menurutnya manusia sering tertipu akan pikirannya sehingga mereka hanya menggambar apa yang diinginkannya, bukan apa yang ada di depannya. (2007: 3). Pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menggambar itu sendiri merupakan suatu bentuk ekspresi jiwa yang dituangkan seseorang dalam upaya mewujudkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada dalam

9 12 bentuk karya dwi matra, yang dimaksud menggambar dalam hal ini yaitu menggambar dengan menggunakan model sebagai objek untuk digambar. Menurut Jauhari ada beberapa metode dalam menggambar yang tujuannya untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak. Berikut beberapa metode yang dimaksudkan, antara lain : a. Menggambar dengan cara mengamati (observasi). Anak bisa menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri tanpa menjiplak atau dengan contoh pola. Dengan demikian anak dapat melupakan observasi dengan cara menciptakan, bereksperimen, dan melampaui kemampuannya. b. Menggambar berdasarkan pengalaman/ kenangan. Menggambar dengan metode ini lebih memotivasi anak untuk menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman dan kenangannya. Saat latihan, guru harus banyak menggunakan pertanyaan untuk membantu mereka mengingat detail yang berarti dari pengalaman mereka. c. Menggambar berdasarkan imajinasi. Kejadian mendorong kita untuk keluar dan bisa diekspresikan dalam bentuk gambar, lukisan, dan model. Menggambar dengan imajinasi menjadi lebih efektif dengan latihan yang rutin. (lihat jauhari@artlover.com diunduh 11 Januari 1999). 2. Pengertian Menggambar Bentuk Harry Sulastianto menyatakan bahwa gambar bentuk merupakan gambar yang meniru objek gambar nyata yang ada di alam atau buatan. Menurutnya objek gambar bentuk sangat beragam, mulai dari benda yang dipakai sehari-hari, manusia, tumbuhan, hewan, ataupun alam pemandangan. Ukuran objekpun bermacam-macam, mulai dari yang ukuran besar seperti gajah, gunung, dan pemandangan alam, sampai yang berukuran kecil, seperti sel, tumbuhan, akar, dan kuman. Gambar bentuk dapat dibuat berwarna atau hitam putih. (2006: 20) Wido Ratmono mengungkapkan bahwa menggambar bentuk adalah memindahkan objek/ benda-benda yang ada disekitar kita dengan tepat seperti keadaan benda yang sebenarnya, menurut arah pandang dan cahaya yang ada. (1984: 44).

10 13 Sedangkan menurut Asim Sulistyo menggambar bentuk adalah memindahkan benda-benda yang diamati ke dalam bidang gambar (2 demensi) sesuai dengan apa adanya. Gambar di ciptakan tanpa memberikan rasa/ ekspresi/ kejiwaan pada gambar tersebut (2006: 4). Menurut Cut Kamaril menggambar bentuk merupakan usaha mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide/ gagasan, perasaan dalam wujud dwi matra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna. Ungkapan tersebut sesuai dengan bentuk benda yang digambar, hasil gambarnya menunjukkan keterampilan maupun keterampilan penggambar dalam menampilkan ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar (1998: 49). Lebih lanjut disebutkan bahwa proses dalam menggambar bentuk sangat dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar, oleh sebab itu diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar ketepatan bentuk yakni proporsi atau ukuran perbandingan dan ketepatan garis maupun tekstur yang menunjukkan ketepatan jenis benda tersebut. Menurut Sudarsono ada tiga tahapan dalam menggambar model (1) tahapan yang paling awal adalah sketsa awal, dimana garis-garis sketsa digoreskan untuk menangkap bentuk dari model dengan global.dengan garis-garis sketsa awal ini pendekatan bentuk harus telah terkuasai (2) sketsa paripurna. Dalam sketsa paripurna ini kita dituntut untuk menyelesaikan detail-detail dari sketsa awal tadi (3) gambar model paripurna, dimana setelah sketsa awal maupun paripurna terselesaikan dengan baik, maka giliran gambar model paripurna itu dilakukan, yaitu mulai membuat detai-detail yang telah dibuat di sketsa paripurna lebih ditegaskan dan mengarah pada finishing. Bagi orang yang pandai menggambar dapat menggambar langsung dengan tepat apa yang digambar. Bagi orang yang masih belajar perlu mengetahui dasar-dasar proporsi tersebut, dengan menggunakan garis-garis pertolongan untuk membagi-bagi bentuk benda dalam ukuran perbandingan tertentu supaya gambarnya tepat. Model yang biasanya digunakan dalam menggambar bentuk adalah makhluk hidup maupun benda-benda yang tidak bernyawa. Kemampuan untuk menggambar bentuk ini sangat diperlukan sekali dalam kesenirupaan, karena menggambar bentuk merupakan salah satu hal yang

11 14 mendasari dalam semua bidang seni rupa, seperti; seni lukis, seni patung, desain kriya, desain tekstil, desain interior maupun grafis yang suatu ketika membutuhkan keterampilan dalam hal menggambar. 3. Prinsip Menggambar Bentuk Menurut Harry ada beberapa syarat yang harus diikuti agar hasil gambar baik yaitu: hasil gambar memiliki kemiripan dengan benda aslinya, ukuran perbandingan atau proporsi antar benda yang tepat, selanjutnya kesan cahaya, gelap terang, tekstur, dan komposisi yang bagus, serta penerapan perspektif, dan pemakaian teknik maupun media yang tepat. (2006: 64) Soepratno juga menegaskan bahwa dalam menggambar bentuk tidak boleh meninggalkan beberapa aspek seperti proporsi, komposisi, perspektif, dan terjemahan benda dalam hal ini maksud dari terjemahan benda yakni mewujudkan suatu sifat-sifat benda yang digambar sesuai dengan sifat bahannya (1985: 100) Sedangkan prinsip-prinsip dalam menggambar bentuk juga disebutkan oleh Jauhari yang meliputi beberapa aspek seperti; perspektif, proporsi, komposisi, gelap-terang, bayang-bayang. Diakses 15 Februari 2009). Adapun pengertian dari beberapa ahli mengenai aspek tersebut di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: a. Perspektif Asim Sulistyo menyatakan bahwa perspektif merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang menggambar benda-benda yang bervolume, berisi, beruang/ berongga (Tiga Demensi) pada bidang gambar. Gambar terlihat seperti benda yang sebenarnya sehingga benda mempunyai kesan besar-kecil, jauhdekat, dalam-dangkal, terang-gelap, tinggi-pendek dan lainnya. (2006: 5). Sedangkan menurut Soepratno perspektif merupakan gambar dari suatu benda yang merupakan suatu pandangan kedalaman yang serasi dari ujud benda tersebut (1985: 100).

12 15 b. Proporsi Gambar: 1 Contoh Gambar Perspektif (Dok. Sigit 2015) Soepratno menyatakan bahwa proporsi merupakan suatu ukuran perbandingan antara bagian-bagian yang satu dengan yang lain pada benda tersebut (1985: 100). Selanjutnya Tjahjo Prabowo menjelaskan bahwa proporsi merupakan hubungan perbandingan antara bagian dengan bagian dan atau antara bagian dengan keseluruhan. Lebih lanjut dijelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperbandingkan yaitu; antara unsur dengan unsur yang terdapat dalam bidang gambar, antara unsur visual dengan bidang gambar, serta antara bidang gambar dengan kertas gambar (1999: 17). Sedangkan Jauhari juga mengungkapkan bahwa proporsi atau perbandingan adalah keselarasan atau keserasian perbandingan ukuran antara satu bagian dengan keseluruhan bentuk. (jauhari@artlover.com. Diakses 15 Februari 2009). Gambar: 1.1 Contoh Gambar Proporsi (Sumber:

13 16 c. Komposisi Komposisi menurut Sudarsono adalah suatu usaha di dalam menyusun unsur-unsur yang menjadi objek gambar sehingga objek tersebut dapat menjadi enak untuk dilihat/ dipandang (1995: 21). Tjahjo Prabowo mengungkapkan bahwa komposisi merupakan suatu realisasi dari suatu aktiva pencipta dalam mewujudkan idenya; merupakan suatu bentuk pernyataan yang dapat ditanggapi oleh pengamatnya atas suatu bentuk ciptaan tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa komposisi pada dasarnya menyangkut hal pengorganisasian unsur visual, dimana prinsipprinsip desain merupakan hakekat utamanya, terutama prinsip kesatuan dan harmoni (1999: 22). Sedangkan menurut Muharam E dan Warti Sundaryati menjelaskan bahwa komposisi merupakan penataan gambar pada bidang gambar dengan menggunakan prinsip-prinsip desain (1991: 97).Sama halnya dengan Soepratno yang menyatakan bahwa komposisi merupakan suatu susunan keseluruhan yaitu antara benda yang digambar dengan ruang yang digambari (1985: 100). d. Gelap Terang Gambar: 1.2 Contoh Gambar Komposisi (Sumber: Muharam E dan Warti Sundaryati mengemukakan bahwa gelap terang merupakan suatu upaya untuk dapat digunakan dalam menyajikan ruang untuk menggambar bentuk yang lebih mendekati kenyataan visual (1991: 96). Sedangkan menurut Jauhari gelap terang adalah unsur rupa yang berkenaan dengan cahaya, baik secara nyata seperti dalam patung atau ilusi

14 17 sebagaimana dalam gambar atau lukis. Diakses 15 Februari 2009). Gambar: 1.3 Contoh Gelap Terang (Sumber: 4. Teknik dalam menggambar bentuk Teknik-teknik yang digunakan dalam menggambar benda menurut Sunarto ditegaskan antara lain: teknik pointilis, dussel, dan arsir. Teknik pointilis. yaitu menggambar dengan titik-titik atau noda-noda yang diulang-ulang, sedangkan teknik dussel atau teknik gosok adalah menggambar dengan cara menggosok-gosokkan tangan atau kertas yang sudah diberi atau dibubuhi dengan pensil. Teknik Aquarel yaitu teknik dengan menggunakan cat cair dengan goresan yang tipis sehingga menghasilkan warna transparan. Teknik ketiga adalah arsir yaitu teknik untuk menyampaikan kesan bentuk tiga dimensi yang tidak dapat terwakili hanya dengan garis kontur saja. Garis-garis arsir mengacu pada serangkaian garis sejajar dengan jarak berdekatan atau rapat. (1985: 3) Adapun jenis-jenis arsir menurutnya meliputi tiga jenis yaitu arsir biasa, arsir silang, teknik scribbling. Arsir biasa, yaitu garis-garis arsir yang mengacu pada serangkaian garis rapat sejajar, seirama sesuai dengan bentuk benda yang digambar. Arsir silang, ialah arsir yang melibatkan penggunaan dua lapis garis arsir untuk mendapatkan kepadatan yang lebih tinggi dan menghasilkan nada gelap terang. Teknik berikutnya adalah scribbling, dimaksudkan sebagai suatu jenis arsiran jaringan yang terdiri dari garis-garis berbagai arah yang dibuat secara acak, sehingga tekstur visualnya akan bervariasi dengan teknik garis yang digunakan (1985: 3). Fungsi arsir menurut Veri Apriyanto dalam bukunya yang berjudul "Cara Mudah Menggambar dengan Pensil" adalah untuk memberikan karakter objek

15 18 gambar, memberikan kesan bentuk dan volume benda, memberikan kesan jarak dan kedalaman pada gambar, mengisi bidang kosong, dan Finishing touch gambar (Tth: 6). Teknik Arsir Teknik Blok (silhouette) Gambar: 1.4 Contoh Teknik Arsir dan Teknik Blok (Sumber: 5. Media dan alat gambar Teknik Pointilis Teknik Aquarel Gambar: 1.5 Contoh Teknik Pointilis dan Teknik Aquarel (Sumber: Adjid Saputra mengemukakan bahwa media adalah bahan yang diperlukan untuk memvisualisasikan prinsip-prinsip seni rupa pada bidang datar dalam mencipta atau membuat bentuk/ wujud (rupa). (1998: 37). Sementara pengertian media atau bahan dasar menurut Ahamad adalah bahan sebagai perantara bagi seorang seniman untuk mewujudkan sebuah karya seni rupa (1984: 36) Menurut Harry, dalam menggambar kita memerlukan media dan peralatan. Media yang biasa dipakai menggambar adalah kertas, bisa juga dengan kain. Adapun alat yang digunakan untuk menorehkan gambar yaitu pensil, cat air, cat minyak, crayon, dan sebagainya. Selanjutnya dijelaskan media gambar kertas

16 19 merupakan bahan yang paling umum dan paling sering digunakan sebagai media gambar. (2006: 21) Selanjutnya dijelaskan mengenai beberapa perlengkapan yang digunakan dalam menggambar sesuai dengan penggunaannya, antara lain; pensil biasa dengan batang kayu relatif murah. Pensil ini dapat dipakai untuk membuat berbagai macam goresan, dan dapat digunakan untuk menutup bidang gambar dan membuat bayangan. Walaupun pensil biasa sudah cukup cocok untuk dipergunakan menggambar, namun dalam pengunaannya harus diperhatikan mutu dan jenis pensilnya. Pensil Keras (Hard/ H). Pensil jenis ini memiliki tingkat dan kwalitas kekerasan mulai dari 9 H (sangat keras) sampai F. Pensil jenis ini biasanya banyak dipakai untuk menggambar mistar, karena jenisnya yang keras tersebut. Semakin keras tingkatan isi pensil, semakin dapat digunakan untuk menghasilkan garis-garis yang padat, halus dan tipis. Pensil Sedang (Medium Hard/ HB). Pensil ini dipakai untuk membuat desain/ sket/ gambar rencana, baik untuk gambar dekorasi maupun gambar reklame. Pensil Lunak (Soft/ B) Isi pensil yang lunak dapat menghasilkan garis-garis yang padat, gelap dan nada gelap terang. Untuk hampir semua gambar tangan bebas, pensil jenis B merupakan jenis pensil yang banyak manfaatnya. Jenis pensil ini banyak dipakai untuk menggambar potret, benda atau pemandangan alam dalam warna hitam putih. Konte memiliki warna hitam arang dan berbeda dengan pensil biasa karena mempunyai goresan yang tebal dan lebar. Dibedakan pula menjadi: Hard/ H/ keras, Medium/ HB/ sedang, dan Soft/ B/ Lunak, biasanya konte dipakai untuk menggambar potret, pemandangan alam dan benda. Pensil berwarna, Pensil ini mengandung lilin yang tersedia dalam 12 macam warna. Selanjutnya media terakhir untuk pengoreksian gambar adalah penghapus, yaitu untuk menghilangkan bagian gambar yang tidak diperlukan. (2006: 22) Dengan pengetahuan yang cukup mengenai sifat bahan dan fungsi alat, siswa dapat mengembangkan kekuatan menggambarnya tanpa kendala yang bersifat teknis. Menggambar merupakan soal rasa, pikiran, keterampilan, ide dan teknik yang tidak terpisah-pisahkan. 1. Aspek komposisi dimana dalam latihan ini siswa dituntut untuk dapat menyususun dari beberapa gambar buah-buahan agar terlihat selaras dan

17 20 seimbang untuk mencapai suatu kesatuan yang harmonis sehingga enak dilihat/ dipandang. 2. Aspek gelap terang dimana siswa perlu mendapatkan latihan-latihan dalam teknik mengarsir untuk bisa menentukan gelap terang dari suatu gambar buahbuahan yang terkena sinar, selain itu pada latihan tersebut juga ditekankan untuk mempertegas karakter dari digambar tersebut sehingga dapat memunculkan kesan tiga dimensi. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Widiyanto (2010) yang berjudul "Penggunaan Metode Drill Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menggambar Bentuk Buah- Buahan Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Kelas VII A Di MTs Yasin Gemolong Tahun Pelajaran 2009/2010". Dalam penelitian ini, menerapkan kemampuan siswa dalam menggambar bentuk buah-buahan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menggambar bentuk dapat meningkatkan kualitas belajar siswa pada mata pelajaran Seni Budaya Kelas VII A Di MTs Yasin Gemolong Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan gambar bentuk adalah penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ambar Paluvy dalam penelitian yang berjudul "Penerapan Metode Drill (latihan) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menggambar Bentuk Tahun Ajaran 2011/2012". Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode drill dapat meningkatkan keterampilan menggambar siswa. Dalam mengekspresikan karya seni rupa, dibutuhkan latihan - latihan yang berkelanjutan supaya siswa dapat menguasai dan memahami pengetahuan dan keterampilan dari materi yang diajarkan. C. Kerangka Berpikir Kurikulum (KTSP) Silabus Proses Pelaksanaan Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran 2. Materi Pembelajaran

18 21 3. Metode Pembelajaran 4. Media dan Alat Pembelajaran 5. Evaluasi Pembelajaran Keberhasilan Pembelajaran Gambar Bentuk Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Purwokerto dapat dilihat dari kerangka berpikir sebagai berikut: Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Kurikulum (KTSP) Silabus RPP Guru Seni Rupa Proses Pelaksanaan Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran 2. Materi Pembelajaran 3. Metode Pembelaran 4. Media dan alat Pembelajaran 5. Evaluasi Pembelajaran Siswa Keberhasilan Pembelajaran Praktik Menggambar Bentuk KelasVII D SMP Negeri 1 Purwokerto Gambar: 2 Bagan Kerangka Berpikir

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn Modul ke: Studio Desain 1 Fakultas 02FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

BAB III Membuat Sketsa

BAB III Membuat Sketsa BAB III Membuat Sketsa Pada dasarnya sketsa merupakan sebuah gambar sederhana dengan sentuhan goresan pensil namun tetap memperlihatkan nilai estetika pada objek yang digambar. Permasalahannya menggambar

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang kami menulis makalah ini ialah untuk menjelaskan karya seni rupa dua dimensi secara lebih rinci. Penjelasan karya seni rupa dua dimensi akan meliputi

Lebih terperinci

Modul MK Gambar Bentuk

Modul MK Gambar Bentuk Modul MK Gambar Bentuk Oleh Abdul Aziz, S.Sn.,M.Med.Kom Menggambar Kata menggambar atau kegiatan menggambar dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan

Lebih terperinci

MENGGAMBAR 1 HAND OUT DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG. DEDDY AWARD W. LAKSANA, M.Pd

MENGGAMBAR 1 HAND OUT DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG. DEDDY AWARD W. LAKSANA, M.Pd MENGGAMBAR 1 HAND OUT DEDDY AWARD W. LAKSANA, M.Pd DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Macam Bentuk Gambar Bentuk bentuk adalah suatu proses pernyataan kembali hasil pengamatan

Lebih terperinci

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. Alifiannisa A.W. (03) Nurul Khairiyah (23) Ulinnuha Mastuti H. (32) Yunita Dwi A. (33) X MIA 5 SMA Negeri 1 Mejayan

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

JENJANG PENDIDIKAN : Kompetensi Utama. Indikator Esensial Memotivasi siswa untuk siap belajar secara fisik maupun mental

JENJANG PENDIDIKAN : Kompetensi Utama. Indikator Esensial Memotivasi siswa untuk siap belajar secara fisik maupun mental MATA PELAJARAN JENJANG PENDIDIKAN : : SENI LUKIS SMK Kompetensi Utama Pedagogik Standar Kompetensi Guru Standart Isi Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel/Guru Kelas Standar Kompetensi Kompetnsi Dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu : SMP NEGERI 3 KALASAN : Seni Budaya (Seni Rupa) : VII (Tujuh) /1 (Satu) : 3 X 40 menit A. Kompetensi

Lebih terperinci

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT!

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT! PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT! 1. Teknik komposisi biasanya berkaitan dengan... a. Garis Horizon b. Gelap Terang c. keselarasan d. Garis tebal-tipis e. Jauh dekat 2. Warna asli dan bukan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Proses

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : Seni Budaya (Seni Rupa) : VIII G dan VIII H /Satu : Menggambar Model

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari pendidikan formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari pendidikan formal yang melibatkan guru dan peserta didik di sekolah. Dalam interaksi belajar-mengajar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

METODE BELAJAR DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN TARI BALADEWAN DI SMA NEGERI PATIKRAJA. Prastiti Ade Kusumaningrum

METODE BELAJAR DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN TARI BALADEWAN DI SMA NEGERI PATIKRAJA. Prastiti Ade Kusumaningrum METODE BELAJAR DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN TARI BALADEWAN DI SMA NEGERI PATIKRAJA Prastiti Ade Kusumaningrum Email: pras_kusumaningrum@yahoo.com ABSTRAK Pembelajaran seni budaya khususnya seni tari merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I ( RPP I ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu : SMP NEGERI 3 KALASAN : Seni Budaya (Seni Rupa) : IX (sembilan) /1 (Satu) : 3 X 40 menit A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 53 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide atau Gagasan Beberapa faktor dapat mempengaruhi sebagian karya dari ide yang dihasilkan seorang seniman, faktor tersebut bisa datang dari dalam maupun luar yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Jarnawi Afgani D.

PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Jarnawi Afgani D. PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Jarnawi Afgani D. P E N I L A I A N Apa yang dimaksud dengan PENILAIAN? Apa yang dimaksud dengan PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI? Bagaimana cara melakukan PENILAIAN? PENILAIAN:

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN

PENILAIAN PEMBELAJARAN PENILAIAN PEMBELAJARAN PENILAIAN APA PENILAIAN? APA PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI? BAGAIMANA CARANYA? PENILAIAN: PROSES SISTIMATIS MELIPUTI PENGUMPULAN INFORMASI (ANGKA, DESKRIPSI VERBAL), ANALISIS, INTERPRETASI

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni budaya adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni budaya adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni budaya adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Adapun tujuannya adalah untuk dapat melatih kemampuan berpikir

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

Aug 14, '08 2:21 PM untuk. Konsep Seni Rupa

Aug 14, '08 2:21 PM untuk. Konsep Seni Rupa Konsep Seni Rupa Aug 14, '08 2:21 PM untuk 1. Konsep Seni Rupa meliputi: Hakikat Seni Rupa, Aspek-aspek Karya Seni Rupa dan Ragam Seni Rupa. 2. Dalam pengertian luas, seni rupa dapat dipahami sebagai produk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 02)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 02) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 02) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : Seni Budaya (Seni Rupa) : VIII E dan VIII F /Satu : Menggambar Model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

SENI KRIYA MERANCANG DAN MEMBUAT KARYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. Drs. Tapip Bahtiar, M.Ds.

SENI KRIYA MERANCANG DAN MEMBUAT KARYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. Drs. Tapip Bahtiar, M.Ds. SENI KRIYA MERANCANG DAN MEMBUAT KARYA Drs. Hery Santosa, M. Sn. Drs. Tapip Bahtiar, M.Ds. SKEDUL PEMBELAJARAN Apersepsi Strategi belajaran Teori seni kriya Konsep pameran Pameran evaluasi 1-4 APRESIASI

Lebih terperinci

Mengenal Pensil sebagai Media Gambar

Mengenal Pensil sebagai Media Gambar Mengenal Pensil sebagai Media Gambar Pensil adalah salah satu media gambar yang murah, mudah ditemukan, mudah digunakan dan bisa dibawa kemana saja. Anda tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membelinya,

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkarya seni, setiap individu selalu ingin mengkomunikasikan karyanya kepada orang lain dan sekaligus memuaskan orang lain tersebut. Individu tidak akan

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) KKDD23104 Menggambar II Disusun oleh: Sabri Marba, M.Sn PROGRAM STUDI S1 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Kode Makalah PM-1 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Abstrak Dalam KBK telah dimasukkan tujuan-tujuan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF MATA KULIAH TEORI DENGAN PENDEKATAN BRAINSTORMING, SIMULASI DAN PEER GROUP

STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF MATA KULIAH TEORI DENGAN PENDEKATAN BRAINSTORMING, SIMULASI DAN PEER GROUP e-issn: 2548-9542 STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF MATA KULIAH TEORI DENGAN PENDEKATAN BRAINSTORMING, SIMULASI DAN PEER GROUP Program Studi Desain Grafis, Politeknik Negeri Media Kreatif signis22@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Kegiatan Belajar 1 Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Seorang seniman atau desainer (perancang) mengolah unsur-unsur seni rupa sesuai dengan keahlian dan kepekaan yang dimilikinya dalam mewujudkan

Lebih terperinci

SENI PATUNG JENJANG SMK

SENI PATUNG JENJANG SMK SENI PATUNG JENJANG SMK Standar Kompetensi Guru Standar Isi Indikator Esensial Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel/ Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Mengenal Karakteristik Peserta Didik 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

PENILAIAN BERBASIS KELAS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PENILAIAN BERBASIS KELAS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN BERBASIS KELAS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN KELAS Proses pengumpulan informasi yang digunakan oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan ttg pencapaian hasil belajar/kompetensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Materi Pembelajaran IPA Untuk menanggapi kemajuan era global dan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kurikulum sains termasuk IPA terus disempurnakan untuk

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 50 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Perwujudan Karya Seni Kemajuan yang tengah dialami oleh kaum feminis (perempuan) merupakan suatu titik puncak kejenuhan atas ideologi patriarki, penulis sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Satuan Pendidikan : SMP/MTs Mata Pelajaran : Seni Budaya Kelas / Semester : VII / Materi Pokok : SENI RUPA Sub Materi Pokok : Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Keras

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012

KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 KISI-KISI UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 MATAPELAJARAN JENJANG/SATUAN PENDIDIKAN : SENI RUPA : SMK/MAK A. Pedagogik Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Memiliki kompetensi pedagogik

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran Pengertian media sebagai sumber belajar adalah segala benda serta mahluk hidup yang berada di lingkungan sekitar serta peristiwa yang dapat memungkinkan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PPM

LAPORAN KEGIATAN PPM PPM REGULER LAPORAN KEGIATAN PPM JUDUL KEGIATAN PPM PELATIHAN TEKNIK PRINTING PADA GURU-GURU SENI BUDAYA/ SENI RUPA SMP SE-KABUPATEN KULONPROGO DIY Oleh : Mardiyatmo, dkk Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan

Lebih terperinci

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll. SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI 1. PEMBAGIAN BERDASARKAN DIMENSI Pengertian dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Karya seni rupa yang hanya memiliki panjang dan lebar disebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR BUAH- BUAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII SMP IT AL-FITYAN SCHOOL MEDAN ARTIKEL

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR BUAH- BUAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII SMP IT AL-FITYAN SCHOOL MEDAN ARTIKEL UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR BUAH- BUAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII SMP IT AL-FITYAN SCHOOL MEDAN ARTIKEL Disusun Oleh: DIAN LESTARI NIM. 081222610004 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian belajar Menurut Slameto (1987:2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis Alasan penulis mengangkat momen keluarga sebagai sumber ide dalam penciptaan seni grafis, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA A. Kajian teori 1. Konsep Belajar a. Pengertian Belajar BERFIKIR Belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Menurut Sujiono, dkk (2009: 1.14) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kebijakan pemerintah dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar siswa aktif (CBSA)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER MELUKIS DI SD MUHAMMADIYAH I MALANG

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER MELUKIS DI SD MUHAMMADIYAH I MALANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER MELUKIS DI SD MUHAMMADIYAH I MALANG ARTIKEL ILMIAH OLEH YULISTINE DWI SUSANTI NIM 108251416389 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Rupa) Kelas / Semester : VII (tujuh) / (satu) Standar Kompetensi :. Mengapresiasikan Karya Seni Rupa Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah suatu keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah suatu keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah suatu keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya hingga saat ini. Karena karya seni salah satu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu modal bangsa dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Menurut Sukardjo dan Kamarudin (2009: 83) bahwa, Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,

Lebih terperinci