ANALISA DAERAH RAWAN KECELAKAAN DAN PENANGANANNYA (STUDI KASUS : JALAN TOL CAWANG TOMANG CENGKARENG)
|
|
- Dewi Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA DAERAH RAWAN KECELAKAAN DAN PENANGANANNYA (STUDI KASUS : JALAN TOL CAWANG TOMANG CENGKARENG) Risthy Marleny Hully Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, Fax , risthy.hully@gmail.com Risthy Marleny Hully, Eduardi Prahara,ST.,MT Abstrak Jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) merupakan salah satu jalan tol dalam kota Jakarta yang dibangun dan dioperasikan oleh PT. Jasa Marga, data tahun 2008 menyimpulkan tingkat kecelakaan jalan tol CTC menempati urutan kedua setelah tol Cikampek. Dengan kondisi tersebut dibutuhkan upaya untuk mengetahui daerah rawan kecelakaan, titik rawan kecelakaan dan upaya penanganan untuk mengurangi kecelakaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data kecelakaan pada tahun dari PT. Jasa Marga dan data tersebut dianalisis dengan metode Angka Ekivalen Kecelakaan dan metode Departemen Perhubungan serta dianalisis dengan metode Z- score dan metode Frekuensi Kejadian untuk menentukan daerah rawan kecelakaan dan metode Cusum untuk titik rawan kecelakaan. Hasil analisis didapat dua ruas jalan di jalan tol CTC yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang berada pada kuadran A. Untuk jalur A (Cawang-Cengkareng) daerah rawan kecelakaan berada di STA dengan titik rawan kecelakaan di STA dan jalur B (Cengkareng-Cawang) daerah rawan kecelakaan berada di STA HL dengan titik rawan kecelakaan di STA HL. Besarnya biaya korban kecelakaan tertinggi terjadi di tahun 2010 dengan total biaya sebesar Rp. 2,681,626,584,-. Upaya penanggulangan untuk mengurangi kecelakaan pada daerah dan titik rawan kecelakaan adalah melakukan tindakan teknis seperti pemasangan rambu peringatan lalu lintas, rumble strip, dan warning lamp. Persamaan rata- rata tingkat kecelakaan lalu lintas dihitung dengan persamaan dasar dan didapatkan nilai A = 242 dan nilai C =156
2 serta nilai R = persamaan tersebut dapat digunakan pada jalan tol di Indonesia dengan karakteristik geometri jalan sesuai dengan PT. Jasa Marga. (RH) Kata Kunci : Daerah rawan kecelakaan, Titik rawan Kecelakaan, Penanganan, Geometri Jalan. Pendahuluan Jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) merupakan jalan tol yang dioperasikan oleh PT. Jasa Marga pada tahun 1987 dengan panjang 23,55 km yang menghubungkan daerah Cawang, Grogol, dan Pluit. Menurut data kecelakaan PT. Jasa Marga tahun 2008, tingkat kecelakaan jalan tol CTC menempati urutan terbanyak kedua dengan 264 kejadian kecelakaan setelah urutan terbanyak pertama 930 kejadian kecelakaan di jalan tol Jakarta-Cikampek. Kecelakaan dapat disebabkan oleh faktor pemakai jalan (pengemudi dan pejalan kaki), faktor kendaraan dan faktor lingkungan. Penelitian di lakukan pada jalan tol CTC untuk mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan (black site) dan titik rawan kecelakaan (black spot). Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh masalah- masalah sebagai berikut : a. Lokasi penelitian dilakukan di jaringan jalan tol CTC, mulai dari STA CL di kali Cipinang sampai dengan STA di Bandara Soekarno-Hatta. b. Data sekunder di dapat dari data kecelakaan lalu lintas yang digunakan dalam lingkup penelitian di dapat dari data PT. Jasa Marga dalam kurun waktu 4 tahun, yaitu dari tahun 2010 hingga Dengan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menganalisis dan menentukan lokasi titik kecelakaan (black spot) dan daerah rawan kecelakaan (black site) di jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng. b. Untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan yang tinggi di jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng. c. Untuk mengetahui dan menganalisis penanganan kecelakaan pada jalan tol Cawang-Tomang- Cengkareng. d. Untuk menganalisis besarnya biaya kecelakaan (accident cost) di jalan tol Cawang-Tomang- Cengkareng. e. Untuk mengetahui hubungan geometrik jalan dengan tingkat kecelakaan (Accident rate) Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : a. Metode Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK) dan metode Departemen Perhubungan untuk menentukan ruas jalan rawan kecelakaan lalu lintas (black site), accident frequency method dan accident rate untuk analisis dan pembuktian daerah rawan kecelakaan. b. Metode cusum (cumulative summary) untuk menentukan titik rawan kecelakaan (black spot).
3 c. Metode The Gross Output (Human Capital) oleh Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2013 untuk perhitungan biaya kecelakaan. Dengan diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil dan Pembahasan Gambar 1 Diagram Alir Penelitian Kecelakaan lalu lintas di jalan tol Cawang-Tomang-Cengkareng dengan kurun waktu 4 (empat) tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 memuat peristiwa kecelakaan sebagai data sekunder yang didapat dari PT. Jasa Marga cabang CTC (Cawang Tomang Cengkareng). Jumlah peristiwa kecelakaan tahun 2010 hingga 2013 dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Jumlah Peristiwa Kecelakaan Lalu Lintas (Sumber : Hasil Analisa, 2014)
4 Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian peluang adanya korban kecelakaan. Korban kecelakaan terbagi dalam beberapa kategori penting, yaitu korban luka ringan, korban luka berat bahkan korban meninggal dunia. Banyaknya jumlah korban kecelakaan lalu lintas di jalan tol cabang CTC dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Korban Manusia Kecelakaan Lalu Lintas No Tahun Luka Ringan Luka Berat Meninggal Dunia Total Korban/thn Jumlah Sumber : Hasil Analisis, Analisis Daerah Rawan Kecelakaan (Black Site) 1.1 Analisis Black Site dengan Metode Angka Ekivalen Kecelakaan Metode yang digunakan untuk menentukan daerah rawan kecelakaan atau black site adalah metode Z-score. Perhitungan Z-score menggunakan hasil perhitungan angka kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013 dan selanjutnya dibuat grafik untuk mengidentifikasi ruas jalan sebagai black site. Perhitungan angka kecelakaan dengan metode z-score untuk Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK) untuk jalur jalan dari Cawang hingga Cengkareng atau jalur A disajikan dalam grafik seperti pada Gambar 3. Gambar 3 Grafik Black Site pada Kuadran A di Jalur A Menurut Metode AEK (Sumber : Hasil Analisa, 2014) Angka kecelakaan yang memiliki pertumbuhan angka kecelakaan tertinggi atau yang terletak di kuadran A ditentukan sebagai area black site, dipilih 3 (tiga) ruas jalan yang memiliki pertumbuhan angka kecelakaan tertinggi terdapat di ruas jalan jalur A antara lain : STA dengan nilai z-score
5 sebesar 3.92, kemudian di STA dengan nilai z-score sebesar 1.48, dan di STA HL sebesar Perhitungan angka kecelakaan dengan metode z-score untuk Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK) untuk jalur jalan dari Cengkareng hingga Cawang yang disebut sebagai jalur B disajikan dalam grafik z- score seperti pada Gambar 4. Gambar 4 Grafik Black Site pada Kuadran A di Jalur B Menurut Metode AEK (Sumber : Hasil Analisa, 2014) Dari Gambar 4 dapat dilihat bawah terdapat ruas jalan yang memiliki Ruas jalan di jalur B (Cengkareng-Cawang) yang diidentifikasi sebagai daerah dengan tingkat kecelakaan tertinggi atau disebut sebagai area black site. Dipilih 3 (tiga) ruas jalan antara lain : ruas jalan dengan STA dengan nilai z sebesar 2.91, kemudian di STA dengan nilai z sebesar 2.77, dan pada STA HL sebesar Analisis Black Site dengan Metode Departemen Perhubungan Perhitungan angka kecelakaan dengan metode z-score dengan metode Departemen Perhubungan untuk jalur A (Cawang-Cengkareng) disajikan dalam Gambar 5. Gambar 5 Grafik Black Site pada Kuadran A di Jalur A Menurut Metode Perhubungan (Sumber : Hasil Analisa, 2014)
6 STA , STA HL, dan STA merupakan ruas jalan yang diidentifikasi sebagai black site atau daerah rawan kecelakaan. Nilai z berturut- turut adalah 3.47, 1.43 dan Dan untuk jalur B dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Grafik Black Site pada Kuadran A di Jalur B Menurut Metode Perhubungan (Sumber : Hasil Analisa, 2014) 1.2 Perbandingan Metode Angka Ekivalen Kecelakaan dengan Metode Departemen Perhubungan Dari hasil yang telah didapat menggunakan tabel dan grafik yang ada dapat di analisis perbandingan antara metode Angka Ekivalen Kecelakaan atau AEK dengan metode Departemen Perhubungan. Didapatkan hasil yang sama dimana daerah rawan kecelakaan atau black site untuk jalur A (Cawang-Cengkareng) adalah STA , STA , dan STA HL sedangkan untuk jalur B (Cengkareng-Cawang) adalah STA , STA , dan STA HL. 1.3 Accident Frequency Method Accident frequency method atau metode frekuensi kejadian menggolongkan lokasi dengan jumlah kecelakaan tertinggi ditempatkan pada urutan teratas. Dimana hasil tingkat kecelakaan untuk jalur A adalah sebesar dan untuk jalur B bernilai sebesar untuk STA HL. Dengan perhitungan menggunakan persamaan, sebagai berikut : Dimana : TK A V L T = Tingkat kecelakaan sepanjang jalan yang diamati = Jumlah Kecelakaan yang terliput = LHR = Panjang jalan (km) = waktu analisa (thn) 100,000,000.A TK = (1) 365.T.V.L
7 1.4 Analisa Titik Rawan Kecelakaan (Black Spot) Black spot adalah titik pada ruas daerah rawan kecelakaan. Metode yang digunakan adalah metode cumulative summary (cusum). Metode cusum merupakan salah satu metode statistic standar untuk mendeteksi perubahan kecil dari nilai mean. Ruas jalan dengan STA di jalur A (Cawang-Cengkareng) yang teridentifikasi sebagai lokasi black spot adalah pada STA dengan nilai cusum berturut- turut dari tahun 2010 hingga 2013 adalah 2.7, 4.7, 0.7 dan 0.7. Ruas jalan dengan STA HL di jalur B (Cengkareng-Cawang) teridentifikasi sebagai lokasi black spot adalah pada STA HL dengan nilai cusum berturut- turut pada tahun 2010 hingga 2013 adalah -1.05, 4.95, 2.95 dan Analisis Frekuensi Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Ruas jalan di STA dengan jumlah kecelakaan selama 4 tahun adalah 26 kecelakaan dilakukan deskripsi kecelakaan terjadi sesuai dengan nilai cusum terbesar STA (off ramp Harapan Kita) sebagai berikut : a. Penyebab kecelakaan adalah pengemudi kurang antisipasi dengan kondisi lalu lintas dan pengemudi mengantuk (fatqued or overly tired driver) Tipe Kecelakaan seperti ditunjukan pada grafik antara lain : adalah tabrak depan-belakang sebesar 38.46%, tabrak depan-depan sebesar 3.85%, tabrak samping-sampingsebesar 3.85%, tabrakan beruntunsebesar 11.54%, tabrakan sendiri sebesar 42.31%. b. Lokasi daerah rawan kecelakaan terletak di sepanjang jalan Tol Letjen. S. Parman dan titik rawan kecelakaan terletak di off ramp Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, tepatnya di daerah Slipi, Jakarta Barat. c. Waktu kecelakaan terjadi pada waktu pagi hari sebesar 42.31%, pada waktu siang hari sebesar 7.69%, pada waktu sore hari sebesar 11.54%, dan pada waktu malam hari sebesar 38.46%. d. Keterlibatan pelaku jalan antara lain : truk gandeng dengan truk gandeng sebesar 3.8%, truk besar - truk besar dengan truk besar sebesar 11.5%, truk besar dengan truk gandeng sebesar 3.8%, truk sedang dengan mini bus sebesar 3.8%, sedan dengan truk besar sebesar 7.7%, sedan dengan truk besar sedang sebesar 11.5%, sedan dengan mini bus sebesar 7.7%, sedan dengan sedan sebesar 7.7%. Kemudian keterlibatan pelaku kecelakaan yang masuk dalam kategori tabrakan tunggal atau tabrakan sendiri, antara lain : truk gandeng sebesar 3.8%, truk besar 7.7%, truk sedang sebesar 7.7%, truk kecil sebesar 3.8%, mini bus sebesar 3.8%, sedan sebesar 7.7 dan Toyota kijang sebesar 7.7%. e. Kecelakaan terjadi di dominasi dengan cuaca cerah sebesar 69.23% dan lajur yang sering terjadi kecelakaan adalah lajur 1. Pada ruas jalan STA HL terjadi kecelakaan selama 4 tahun sebanyak 21 kecelakaan, deskripsi kecelakaan terjadi sesuai dengan nilai cusum terbesar STA HL adalah sebagai berikut :
8 a. Penyebab kecelakaan adalah pengemudi kurang antisipasi dengan kondisi lalu lintas dan pengemudi mengantuk (fatqued or overly tired driver) b. Persentasi tipe kecelakaan yang terjadi antara lain : tabrak depan-belakang sebesar 38.10% dan tabrakan sendiri sebesar 61.90%. c. Lokasi kecelakaan terjadi di STA HL yaitu pada gerbang tol. Halim. d. Kecelakaan pada waktu pagi hari sebesar 57.14%, pada waktu siang hari sebesar 0.00%, pada waktu sore hari sebesar 9.52% dan pada waktu malam hari sebesar 33.33%. e. Pelaku kecelakaan melibatkan beberapa kendaraan dengan presentasi sebagai berikut : Bus besar dengan truk sedang sebesar4.8%, sedan dengan truk besar sebesar 4.8%, sedan dengan truk sedang sebesar 4.8%, mini bus dengan truk kecil sebesar 4.8%, sedan dengan mini bus sebesar 4.8%, D.Xenia dengan sedan sebesar 4.8%, sedan dengan sedan sebesar 4.8%, Nissan dengan jeep sebesar 4.8%. Untuk kecelakaan tunggal, antara lain : truk gandeng sebesar 4.8%, truk besar dan truk sedang sebesar 14.3%, mini bus sebesar 9.5%, jeep fortuner dan Toyota inova sebesar 4.8%, sedan sebesar 4.8%, dan Suzuki escuda sebesar 4.8%. f. Kecelakaan terjadi didominan oleh cuaca cerah dengan presentasi sebesar 90.48% dan banyaknya kejadian kecelakaan terjadi pada lajur Biaya Kecelakaan Perhitungan kecelakaan di jalan tol cabang CTC menggunakan pendekatan dengan metode The Gross Output (Human Capital) dimana mengacu pada UU RI No. 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Perhitungan biaya korban kecelakaan pada ruas jalan yang diidentifikasi sebagai daerah rawan kecelakaan dan perhitungan biaya kecelakaan per tahun. Dengan hasil dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Besaran Biaya Korban Kecelakaan pada Ruas Jalan dengan Jalur A dan Jalur B yang Diidentifikasi Black Site No Ruas Jalan Tahun Biaya Korban Total Biaya Korban ,479,681 1 STA ,796, ,552,424 1,122,359, ,531, ,965,477 2 STA HL ,339, ,435, ,440, ,700,748 Sumber : Hasil Analisa, Upaya Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas Usulan penanganan untuk ruas jalan dan HL adalah : Pemasangan rumble strip dan warning lamp serta pengecetan dan pembersihan rambu jalan di daerah rawan kecelakaan merupakan upaya penanggulan. Penertiban muatan berlebihan wajib dilakukan untuk mengurangi beban muatan pada kendaraan Pemasangan papan peringatan daerah rawan kecelakaan di titik rawan kecelakaan.
9 Penempatan petugas patroli, PJR, dan anggota polisi pada daerah rawan kecelakaan untuk meningkatkan observasi di jalan tol CTC. Memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku pelanggaran lalu lintas/ 1.8 Hubungan Geometrik Jalan dengan Tingkat Kecelakaan (Accident Rate) Hubungan geometrik jalan dengan tingkat kecelakaan telah diteliti oleh penelitian terdahulu. Dunlap Et. Al, (1978) dalam E. Hauer, (2000) dalam Pujiastutie. E. T, (2006) melakukan pengujian bagaimana unsur- unsur dari kelurusan vertikal dan horizontal jalan mempengaruhi nilai kecelakaan di Pennsylvania Turnpike dan Ohio Turnpike. Hubungan geometrik jalan dengan tingkat kecelakaan dianalisis sebatas pada build drawing yang didapat dari PT. Jasa Marga yaitu pada daerah rawan kecelakaan STA HL dengan panjang 659 meter. Perhitungan dan hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Naik Serta Turun Vertikal STA STA Alinyemen Vertikal L(m) Kelandaian (%) Beda Tinggi (%) Naik Serta Turun Vertikal (m/km) Tingkat Kecelakaan HL HL HL HL HL HL HL Sumber : Hasil Analisis, 2015 Dari Tabel 4.15 didapatkan tingkat kecelakaan tertinggi terdapat pada STA yaitu sebesar 52.41dan disajikan dalam grafik linear pada Gambar 7. Gambar 7 Hubungan NTV Jalan dengan TK (Empiris) (Sumber : Hasil Analisa, 2015) Dengan menggunakan persamaan 1 sebagai rumus dasar maka dapat digunakan untuk mencari persamaan linear teoritis batas bawah dengan rumus :
10 365.T.V.BedaTinggi.TK NTV = (2) 100,000,000.A Dari persamaan 2 nilai 100,000,000 diubah sebagai variabel R dari rumus tingkat kecelakaan/ TK dan analisis nilai variabel A dan B seperti pada persamaan T. V.BedaTinggi. TK NTV = A + C (3) R.A Sehingga didapatkan hasil persamaan teoritis batas atas dan bawah dan dianalisis persamaan teoritis rata- rata hubungan geometri jalan (Naik Turun Vertikal/NTV) dengan tingkat kecelakaan,dan dapat dilihat dalam Gambar 8. Gambar 8 Hubungan NTV dengan TK (Rata- Rata) (Sumber : Hasil Analisa, 2015) Dengan nilai variabel R sebesar 95,000,000 dan variabel A sebesar 1 sampai 242 dan variabel C sebesar 1 sampai 156, hasil persamaan diatas merupakan rumusan yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara naik turun vertical (NTV) geometri jalan dengan tingkat kecelakaan (TK/ Accident Rate) di STA HL. Kesimpulan dan Saran 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Didapatkan daerah rawan kecelakaan (black site) untuk jalur A di STA dengan titik rawan kecelakaan (black spot) berada pada STA yang terletak di off ramp Harapan Kita dengan biaya kecelakaan sebesar Rp. 1,122,359,722,-. Untuk jalur B di STA HL dengan titik rawan kecelakaan (black spot) berada pada STA HL yang terletak di gerbang tol Halim dengan biaya kecelakaan sebesar Rp. 566,440,851,- Tingkat kecelakaan lalu lintas dapat dihitung dengan persamaan hubungan geometri jalan (naik serta turun vertikal) dengan tingkat kecelakaan yang didapatkan dari persamaan
11 365.T.V.BedaTinggi.TK NTV = + C dengan nilai nilai variabel A = 265 serta nilai C = 190 R.A untuk batas atas dan variabel A = 1 serta C = 0 untuk batas bawah dengan nilai R = Rata- rata tingkat kecelakaan lalu lintas dapat dihitung dengan persamaan 365.T.V.BedaTinggi.TK NTV = + C dengan nilai A = 242 dan nilai C =156 serta nilai R = R.A Persamaan teori rata- rata tingkat kecelakaan tersebut dapat digunakan pada jalan tol di Indonesia dengan karakteristik geometri jalan sesuai dengan PT. Jasa Marga. 1.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat disampaikan beberapa saran, antara lain : Perlunya pemasangan rambu peringatan daerah rawan kecelakaan di STA dan HL. Data series kecelakaan pada jalur A dan B di jalan tol CTC sebaiknya tetap terdata dengan baik agar analisa penelitian dapat dibuat berkelanjutan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan: Menggunakan metode lain seperti uji chi square atau regresi linear dan metode pre-emtif (penangkalan), metode preventif (pencegahan), dan metode refresif (penindakan) untuk menganalisis tingkat kecelakaan, Menganalisis kecepatan rencana 40 km/ jam untuk tahun 2015 dengan tingkat kecelakaan yang terjadi dan Menambahkan analisis hubungan tingkat kecelakaan dan geometrik jalan di ruas jalan tol yang lain di Indonesia. Referensi Anonim, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. 18 Agustus. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. 18 Agustus. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. 22 Agustus. Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum, Perhitungan Besaran Biaya Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Menggunakan Metoda The Gross Output (Pd T B). Jakarta. Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas (Pd T B). Jakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Petunjuk Teknis Pemilihan Awak Kendaraan Umum Teladan Tingkat Nasional Tahun Jakarta. Pusdiklat Perhubungan Darat, Pencegahan dan Penanganan Kecelakaan, Direktorat Bina Sistem Lalu lintas dan Angkutan Kota. Jakarta.
12 Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Geometri Jalan Bebas Hambatan Untuk Jalan Tol. Jakarta. Setijowarno, Djoko Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi. Bandung: Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata. Jaya, Z. dkk Identifikasi Penyebab Kecelakaan pada Titik Black Spot di Ruas Jalan Banda Aceh-Medan dengan Analisa Analisa Deskriptif (Studi Kasus KM 173-KM 243). Politeknik Negeri Lhokseumawe. Indriastuti, Amelia K. dkk Karakteristik Kecelakaan dan Audit Keselamatan Jalan pada Ruas Ahmad Yani Surabaya. Malang. Yunianta, A Tinjauan Karakteristik Lalu Lintas dan Daerah Rawan Kecelakaan pada Ruas Jalan Raya Sentani Abepura Kota Jayapura. Jayapura. Pamungkas, N. S Analisa Karakteristik Kecelakaan dan Faktor- Faktor Penyebab Kecelakaan pada Jalan Bebas Hambatan (Studi Kasus : Jalan Tol Surabaya-Gempol). Semarang. Siswanto, J. dkk Analisa Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Tol Krapyak-Srondol di Kota Semarang. Semarang. Aswad, Y. dkk Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di Ruas Jalan Sisingamangaraja (STA STA ) Kota Medan. Medan. Simanungkalit, R. P. dkk Analisis Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Tebing Tinggi. Medan. Suthayana, P. A. dkk Analisis Biaya dan Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Denpasar. Universitas Udayana. Pujiastutie, E. T Pengaruh Geometrik Jalan Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Tol (Studi Kasus Jalan Tol Semarang dan Tol Cikampek. Universitas Diponegoro Semarang. Riwayat Penulis Risthy Marleny Hully lahir di Ambon Tanggal 6 Januari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada bulan Maret Saat ini bekerja sebagai Site Engineer di Balai Pelaksanaan Jalan dan Jembatan Wilayah IX Maluku dan Maluku Utara.Penulis aktif di asosiasi Institute Civil Engineer (ICE) sebagai anggota.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan lalu lintas didefinisikan sebagai kondisi dimana pengguna jalan terhindar dan jauh dari adanya kecelakan. Menurut Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lebih terperinciBAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Lokasi yang dipilih untuk dilakukan penelitian tentang daerah rawan kecelakaan ini yaitu ruas jalan tol Jakarta Cikampek. Lokasi ini dipilih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI ABASTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE CUSUM (CUMMULATIVE SUMMARY) UNTUK MENENTUKAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERBASIS WEB DI KOTA LHOKSEUMAWE
IMPLEMENTASI METODE CUSUM (CUMMULATIVE SUMMARY) UNTUK MENENTUKAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERBASIS WEB DI KOTA LHOKSEUMAWE Novia Hasdina 1, Rizal 2 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Malikussaleh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali. Secara geografis Kota Denpasar terletak pada 8 o 35 31 sampai 8 o 44 49 (Lintang Selatan) dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Garis Besar Langkah Kerja Garis besar langkah kerja penelitian ini meliputi: A. Identifikasi masalah. B. Observasi lapangan. C. Penetapan tujuan penelitian D. Melakukan
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA
ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA TUGAS AKHIR Program S1 Oleh I DEWA AYU SRI EKA YADNYANI ( 0219151052 ) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK 2009 PERNYATAAN Dengan
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL KRAPYAK - SRONDOL, SEMARANG 1
ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL KRAPYAK - SRONDOL, SEMARANG 1 Marwoto 2, Epf. Eko Yulipriyono, Joko Siswanto 3 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MELIBATKAN SEPEDA MOTOR DI KABUPATEN KARANGASEM TUGAS AKHIR. Oleh: I KETUT CAHYADI
ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MELIBATKAN SEPEDA MOTOR DI KABUPATEN KARANGASEM TUGAS AKHIR Oleh: I KETUT CAHYADI 0704105034 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2011 UCAPAN TERIMA
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai
STUDI KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS Studi Kasus : Jalan Nasional (Jalan Lintas Sumatera) Kabupaten Serdang Bedagai Markus Branly Siregar 1, Irwan S Sembiring 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, di mana pembangunan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha meningkatkan taraf hidup bangsanya. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag paling banyak dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari. Jalan raya berfungsi
Lebih terperinciBAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya
BAB II TIXJAUAX PUSTAKA 2.1 Umum Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya mempunyai corak lalu lintas yang masih tercampur {mixed traffic) dengan semua jenis kendaraan yang lewattanpa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 PENDAHULUAN Sebagaimana telah disebutkan pada bagian terdahulu, penelitian dilakukan di jalan tol Jakarta-Cikampek yang dikelola oleh PT. Jasa Marga (Persero) Cabang
Lebih terperinciJurnal Spektran Vol. 2. No, 2, Juli 2014
ANALISIS BIAYA DAN PENANGANAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA DENPASAR I.G.A Putri Adnya Swari 1, P. Alit Suthanaya 2, I.N. Widana Negara 2 Abstrak: Kota Denpasar memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Jalan tol sebagai jalan bebas hambatan memberikan perbedaan yang nyata dibandingkan jalan biasa. Akses terbatas dengan persilangan tak sebidang, kecepatan rata rata
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Garis Besar Langkah Kerja Garis besar langkah kerja penelitian ini meliputi : 1. Penetapan tujuan penelitian. 2. Melakukan studi pustaka yang relevan dengan tujuan diatas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakat, sektor transportasi darat merupakan prasarana
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa : A. Accident Rate lalu lintas di kota Ambon pada tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut 1. Januari 2006 Januari 2007
Lebih terperinciBAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas 2.2 Jenis dan Bentuk Kecelakaan Kecelakaan Berdasarkan Korban Kecelakaan
BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas Pasal 1 UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) menyatakan pengertian lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Lalu Lintas Jalan Keselamatan berasal dari kata dasar selamat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selamat adalah terhindar dari bencana; aman sentosa; sejahtera;
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sebagai gambaran pada pada kondisi puncak, yaitu saat lebaran jumlah total pemudik pada tahun 2012 ini adalah sebanyak 14,41 juta
Laporan Akhir (Final Report) PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi khususnya di Pulau Jawa selain dibutuhkan penciptaan kawasankawasan ekonomi baru,
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMBAHASAN 5
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maraknya berbagai kejadian kecelakaan belakangan ini yang melibatkan moda transportasi darat, laut dan udara telah sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Fakta menunjukkan,
Lebih terperinciANALISA KECELAKAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS : DOULU KECAMATAN BERASTAGI KETAREN KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO)
ANALISA KECELAKAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS : DOULU KECAMATAN BERASTAGI KETAREN KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Disusun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Wilayah studi ini dilakukan di kota Kota Bandar Lampung. Kota Bandar
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Wilayah studi ini dilakukan di kota Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung memiliki jaringan jalan sepanjang 1.159.573 km yang terdiri dari 299.487 km jalan
Lebih terperinciPenentuan Titik Rawan Kecelakaan (Black spot) Berdasarkan Angka Ekuivalen Kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa - AH. Nasution Di Kota Bandung
Jumlah Kecelaaan 8th Industrial Research Workshop and National Seminar Penentuan Titik Rawan Kecelakaan (Black spot) Berdasarkan Angka Ekuivalen Kecelakaan pada Ruas Jalan PH. H Mustofa - AH. Nasution
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Kecelakaan Lalu Lintas Pertumbuhan penduduk, kenaikan pendapatan masyarakat, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, pemekaran kota, dan peningkatan aktivitas sosial ekonomi sangat
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa : 1. Berikut ini adalah hasil perhitungan accident rate lalu lintas dan karakteristiknya sebagai berikut : a. Accident
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sektor transportasi sangat mempengaruhi lajunya pembangunan. Transportasi dengan bermacam jenis dan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL SEMARANG (SEKSI A, SEKSI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. BAGAN ALIR PENELITIAN Mulai Pengumpulan Data Data Geometrik Seksi Sadang - Padalarang Data Individu Kecelakaan Tahun 2005-2006 Data Karakteristik Geometrik per Kilometer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambahan kepemilikan kendaraan makin meningkat, pada gilirannya. berdampak pada kecelakaan yang terjadi cenderung meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi, bertambah pula mobilisasi masyarakat, masyarakat tidak hanya melakukan aktivitas hanya sebatas di lingkungannya, namun sudah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI LOKASI TITIK RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT) PADA RUAS JALAN ADI SUCIPTO
IDENTIFIKASI LOKASI TITIK RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT) PADA RUAS JALAN ADI SUCIPTO ADE GUNAWAN 1)., HERI AZWANSYAH 2)., KOMALA ERWAN 2) Fakultas Teknik,Jurusan Teknik Sipil,Universitas Tanjungpura Email:adegunawan170@gmail.com
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geometrik Jalan Antar Kota Dalam Buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 ini merupakan salah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula aktifitas masyarakat. Salah satu aktifitas manusia yang paling penting adalah berlalu lintas.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas
Lebih terperinciEVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN*
EVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN* Andreas Siregar Binus University, Jl. KH. Syahdan 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830,
Lebih terperinciKATA HANTAR ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA AREA BLACK SPOT DI. RUAS JALAN YOGYA-MAGELANG ANTARA KM 4-KM 17 yang disusun
KATA HANTAR Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, pertolongan, penyertaan dan perlindungan-nya selama penulisan tugas akhir ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,
18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (JORR) I E1 SEKSI
Lebih terperinci2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Karakteristik Kecelakaan Menurut Fachrurrozy (2001) beberapa karakteristik kecelakaan yang diperlukan dalam analisis kecelakaan lalu lintas adalah : 1. Berdasarkan tingkat kecelakaan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, PETUNJUK DAN PERINGATAN PADA SIMPANG SUSUN STA 15 + 400 JALAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya dan diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS TOL CIKAMPEK PURWAKARTA PADALARANG (CIPULARANG)
Lebih terperinciANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACKSPOT) DI KOTA PALEMBANG
ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACKSPOT) DI KOTA PALEMBANG Muhammad Juhendra Joni Arliansyah Rhaptyalyani Fakultas Teknik Fakultas Teknik Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Jurusan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGEMUDI DAN MODEL PELUANG TERJADINYA KECELAKAAN BUS ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI
KARAKTERISTIK PENGEMUDI DAN MODEL PELUANG TERJADINYA KECELAKAAN BUS ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI Lukito Adi Nugroho 1), Harnen Sulistio 2), Amelia Kusuma I 3) 1) Dinas Perhubugan Kota Malang, 2,3) Jurusan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN AUDIT KESELAMATAN JALAN PADA RUAS AHMAD YANI SURABAYA
KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN AUDIT KESELAMATAN JALAN PADA RUAS AHMAD YANI SURABAYA Amelia K. Indriastuti, Yessy Fauziah, Edy Priyanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI ABSTRAK
KARAKTERISTIK KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI Hendra Arifin NRP : 9621103 NIRM : 41077011960382 Pembimbing : Wimpy Santosa, ST, M.Eng, MSCE, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN DITINJAU DARI FAKTOR KELENGKAPAN FASILITAS JALAN DAN GEOMETRIK (Studi Kasus di Jalan Bawen Kabupaten Semarang) Oleh :
ANALISIS KECELAKAAN DITINJAU DARI FAKTOR KELENGKAPAN FASILITAS JALAN DAN GEOMETRIK (Studi Kasus di Jalan Bawen Kabupaten Semarang) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN TENTANG PENETAPAN JALAN BEBAS HAMBATAN TANGERANG-MERAK SEBAGAI JALAN TOL, PENAMBAHAN GERBANG TOL MABAR PADA JALAN TOL BELAWAN-MEDAN-TANJUNG MORAWA DAN PENETAPAN GOLONGAN JENIS KENDARAAN BERMOTOR,
Lebih terperinciANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta )
ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta ) Beni Thobir Ahmad Chusaini Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta Jl. Raya Palur KM 05 Surakarta
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR. STUDI IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT dan BLACKSITE) PADA JALAN TOL JAGORAWI
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT dan BLACKSITE) PADA JALAN TOL JAGORAWI Identification Study of Blackspot and Blacksite On Jagorawi Freeway
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk mencapai tujuan yang diinginkan perlu disusun suatu tahapan - tahapan dalam suatu penelitian (metodologi). Tahapan pelaksanaan yang akan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan yang memiliki standar yang lebih tinggi dari kelas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan tol adalah jalan yang memiliki standar yang lebih tinggi dari kelas jalan dibawahnya. Jalan tol dibangun untuk mengatasi masalah lalu lintas pada jalan non-tol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keselamatan jalan merupakan isu yang cenderung mengemuka dari tahun ke tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global. Hal ini sangat tepat terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya jumah kepemilikan kendaraan tak dapat dibatasi sehingga semakin banyak pula kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang relatif padat. Jakarta juga dikenal sebagai kota dengan perlalulintasan tinggi karena banyaknya
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai
19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan
Lebih terperinciSTUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG
STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG ANGKY ADHINUGRAHA NRP : 0221020 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto S.,M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
Lebih terperinciINSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118)
INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY 82+650-KM SBY 118) Rossy Marcianus Reggar Akhmad Hasanuddin Dwi Nurtanto Program Studi S-1 Teknik Sipil Jurusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Undang-Undang RI No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan jalan mendefinisikan kecelakaan lalu lintas sebagai suatu peristiwa di jalan raya yang tidak di sangka-sangka
Lebih terperinciBab III METODA PENELITIAN
Bab III METODA PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan segmen jalan berbahaya pada jalan tol dalam kota Jakarta ruas Cawang-Tomang-Cengkareng. Penentuan segmen
Lebih terperinciSTUDI RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN SOEKARNO-HATTA ABSTRAK
STUDI RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN SOEKARNO-HATTA Rizky Adelwin NRP : 0621050 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa:
66 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Hasil pengelolaan data dan analisis kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokasi kejadian
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan
Lebih terperinciKecelakaan Lalu Lintas Indonesia
Manajemen Keselamatan Lalu Lintas Mata Kuliah Manajemen Lalulintas Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Kecelakaan Lalu Lintas Indonesia Jumlah kecelakaan > 67.000 kecelakaan (2010) Jumlah korban
Lebih terperinciPELAKSANAAN UJI COBA SISTEM INFORMASI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN UNTUK DAERAH BALI DAN SUMATERA BAGIAN UTARA
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 70 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UJI COBA SISTEM INFORMASI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN UNTUK DAERAH BALI DAN SUMATERA BAGIAN UTARA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN SOLUSI PENANGANAN UNTUK MENGURANGI ANGKA KECELAKAAN DI KOTA BENGKULU
Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil) Vol., Oktober UniversitasGunadarma - Depok - - Oktober ISSN: 88-9 KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN SOLUSI PENANGANAN UNTUK MENGURANGI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Garis besar penelitian secara singkat ditunjukkan dalam bagan alur pada Bagan 3.1. berikut.
BAB III METODOLOGI 3.1. Garis Besar Langkah Kerja Garis besar langkah kerja penelitian ini meliputi : a. Identifikasi masalah b. Observasi lapangan c. Penetapan tujuan penelitian d. Melakukan studi pustaka
Lebih terperinciScaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.
Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding KAJIAN KARAKTERISTIK PERILAKU ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA LALU LINTAS Septian Adhi
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
4 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 UMUM Studi pustaka memuat uraian tentang informasi yang relevan dengan masalah yang dibahas. Informasi ini dapat diperoleh dari buku-buku, laporan penelitian, karangan ilmiah,
Lebih terperinciKAJIAN PERGERAKAN KENDARAAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS DI KOTA PASURUAN)
KAJIAN PERGERAKAN KENDARAAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS DI KOTA PASURUAN) Khusnul Khotimah *1, Harnen Sulistio 2, Hendi Bowoputro 2 1 Mahasiswa/Program Magister/Jurusan Teknik
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN ARTERI PRIMER (STUDI KASUS JALAN MAOSPATI SOLO, SEGMEN , STA )
JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 015, Halaman 538 545 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 015, Halaman 538 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts ANALISIS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermotor, manusia atau hewan (Suryadharma, Hendra Susanto, Benediktus,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Jalan raya adalah lintasan yang bermanfaat untuk melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain. Lintasan adalah jalur tanah yang diperkuat / diperkeras dan jalur
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL Studi Kasus Ruas Jalan Tol Serang Timur Merak KM 72 KM 98
ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOL Studi Kasus Ruas Jalan Tol Serang Timur Merak KM 72 KM 98 M. Fakhruriza Pradana, ST., MT 1, Arief Budiman, ST., M. Eng 2, Desi Andriyani 3 1,2) Jurusan Teknik
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 99 TAHUN 2017 TENTANG PENGGUNAAN LAJUR KHUSUS ANGKUTAN UMUM UNTUK MOBIL BUS PADA JALAN TOL DI WILAYAH JAKARTA,
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESELAMATAN LALU LINTAS KOTA SEMARANG ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN LALU LINTAS KOTA SEMARANG Rudatin Ruktiningsih Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Segijapranata Semarang email : rudatin.ruktiningsih@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dalam transportasi dapat diartikan sebagai gerak kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, pejalan kaki termasuk subyek di dalam suatu lintasan/jaringan
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN PENANGANAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA LUBUKLINGGAU
ANALISIS KARAKTERISTIK KECELAKAAN DAN PENANGANAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA LUBUKLINGGAU Fera Carina Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email:
Lebih terperinciPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan laporan tahunan World Health Organization (2015) pada Global Status Report on Road Safety 2015, kecelakaan lalu lintas menjadi peringkat pertama dari sepuluh
Lebih terperinciANALISA TINGKAT KECELAKAAN LALU-LINTAS PADA JALAN MENGANTI SURABAYA TUGAS AKHIR
ANALISA TINGKAT KECELAKAAN LALU-LINTAS PADA JALAN MENGANTI SURABAYA TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Akademik Dalam Menyelesaikan Program
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA
EVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA Poegoeh Soedjito (Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil, UNIBA Balikpapan) ABSTRAK Dalam mewujudkan sarana prasarana trasnportasi
Lebih terperinciSastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2)
IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN KECELAKAAN DAN KARAKTERISTIK KECELAKAAN DI KOTA PONTIANAK Sastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2) Abstrak Kota Pontianak memiliki jalan jalan dengan fungsi yang penting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN JALAN TOL CIREBON (PALIMANAN KANCI)
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang
67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengelolaan data dan analisis kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang antara Km 4 sampai dengan Km 17, dapat disimpulkan bahwa : 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini menyebabkan kepadatan arus Lalu Lintas yang terjadi pada jam jam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul mempunyai banyak pantai yang indah dan merupakan tempat tujuan wisata dengan berbagai keindahan yang menakjubkan, sehinga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
Lebih terperinciANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN KARANGMOJO-SEMIN
ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN KARANGMOJO-SEMIN (Ruas Jalan Karangmojo-Semin Km 0.0-10 Km) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KECELAKAAN LALU LINTAS (Study Kasus Jalan Dalu-Dalu sampai Pasir Pengaraian)
IDENTIFIKASI KECELAKAAN LALU LINTAS (Study Kasus Jalan Dalu-Dalu sampai Pasir Pengaraian) AZTRIA DHARMA 1, BAMBANG EDISON. MT 2, RISMALINDA. ST 2 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinci