SOLUSI NUMERIK HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS STOKASTIK ANDI MARIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOLUSI NUMERIK HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS STOKASTIK ANDI MARIANI"

Transkripsi

1 SOLUSI NUMERIK HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS STOKASTIK ANDI MARIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Solusi numerik harga opsi dengan model volatilitas stokastik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2015 Andi Mariani G

4 RINGKASAN ANDI MARIANI. Solusi numerik harga opsi dengan model volatilitas stokastik. Dibimbing oleh ENDAR H NUGRAHANI dan DONNY C LESMANA. Dalam penentuan harga opsi dengan model Black-Scholes Standar, volatilitas diasumsikan diketahui dan konstan. Asumsi ini mendapatkan banyak bantahan karena tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada pasar sebenarnya, di mana volatilitas memiliki kecenderungan turun dan pada suatu saat akan naik lagi. Karena itu dikembangkan model untuk memperbaiki hal tersebut. Salah satu model yang dikembangkan adalah model volatilitas stokastik yang mengasumsikan bahwa proses volatilitas akan berfluktuasi dalam batasan volatilitas minimum dan volatilitas maksimum. Model volatilitas stokastik memiliki bentuk berupa persamaan diferensial taklinear yang tidak memiliki solusi analitik sehingga diperlukan suatu metode numerik untuk menentukan solusi harga opsi. Metode numerik yang digunakan adalah metode beda hingga upwind. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku dan kecepatan kekonvergenan metode beda hingga upwind dalam terapannya pada penyelesaian model harga opsi dengan volatilitas stokastik. Skema diskretisasi upwind digunakan untuk diskretisasi ruang (harga saham) dan metode implisit untuk diskretisasi waktu pada persamaan diferensial parsial taklinear dari model volatilitas stokastik. Skema diskretisasi upwind menghasilkan matriks sistem yang disebut matriks-m. Skema diskretisasi upwind terbukti monoton, konsisten dan stabil untuk penyelesaian harga opsi dengan model volatilitas stokastik. Pada simulasi numerik, orde kekonvergenan diperoleh dengan menggunakan metode iteratif. Penyelesaian numerik persamaan taklinear diperoleh dengan memilih serangkaian mesh yang dibangkitkan dengan membagi-dua parameter mesh pada iterasi sebelumnya. Hasil simulasi numerik perhitungan harga opsi dengan model volatilitas stokastik menunjukkan bahwa metode beda hingga upwind stabil untuk kasus terbaik (ketika tambahan nilai opsi yang diperoleh adalah yang maksimum) dan kasus terburuk (ketika tambahan nilai opsi yang diperoleh adalah yang minimum) pada. Orde kekonvergenan posisi sebagai pembeli opsi (long position)yang diperoleh adalah sekitar 1.6 untuk kasus terburuk dan 1.7 untuk kasus terbaik. Kata kunci : model volatiltas stokastik, harga opsi, metode beda hingga upwind, orde kekonvergenan, persamaan diferensial parsial taklinear

5 SUMMARY ANDI MARIANI. Numerical solution of option pricing with stochastic volatility model. Supervised by ENDAR H NUGRAHANI and DONNY C LESMANA. In the standard Black-Scholes model of option pricing, the volatility is assumed to be known and constant. This assumption is not confirmed with the market data, where the volatility has a tendency to go down and will go up again at some point, therefore several models for volatility movement have been proposed in the option pricing research. One of them is stochastic volatility model which assumes that the volatility will fluctuate within the range of minimum and maximum volatility. This model has the form of a nonlinear differential equations and does not have analytical solutions, hence we need to apply numerical method to determine the option prices. The numerical method that we used in this paper is based on upwind finite difference method. The purpose of this study is to analyze the behavior of the solution and the order of convergence from the upwind finite difference method on the option pricing with stochastic volatility model. The upwind finite difference scheme is used for the spatial discretisation (stock prices) and implicit methods is used time-stepping scheme for nonlinear partial differential equations of stochastic volatility model. This scheme results in a matrix system in the form of an M-matrix. It is proved that the method is monotone, consistent and stable. In the numerical simulations, the order of convergence is obtained by using iterative method with selecting a set of mesh which was generated by dividing the mesh from the previous iteration by half. Numerical simulation results show that the upwind finite difference method was stable for the best case (when the additional option value which is obtained is the maximum) and worst case (when the additional option value which is obtained is the minimum) of the option pricing with stochastic volatility model. The order of convergence of this scheme is about 1.6 for the worst case and about 1.7 for the best case with the position as an option buyer (long position). Keywords : stochastic volatility model, option pricing, upwind finite difference method, order of convergence, nonlinear partial differential equation equation

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 SOLUSI NUMERIK HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS STOKASTIK ANDI MARIANI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Matematika Terapan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. I Gusti Putu Purnaba, DEA

9

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridho-nya, kesempatan, dan kesehatan yang dikaruniakan-nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Solusi numerik harga opsi dengan model volatilitas stokastik ini dapat diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Endar H Nugrahani, MS dan Bapak Dr Donny C Lesmana, MFinMath selaku pembimbing, atas kesediaan dan kesabaran untuk membimbing dan membagi ilmunya kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan sebesarbesarnya kepada seluruh Dosen Departemen Matematika Terapan IPB yang telah mengasuh dan mendidik penulis selama di bangku kuliah hingga berhasil menyelesaikan studi, serta seluruh staf Departemen Matematika IPB atas bantuan, pelayanan, dan kerjasamanya selama ini. Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Andi Datu dan Daeng Niasi yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang demi keberhasilan penulis selama menjalani proses pendidikan, juga kakak dan adik penulis tersayang Andi Srikandi Riski, ST dan Andi Arwan, SKom serta keluarga besar penulis atas doa dan semangatnya. Terakhir tak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Pascasarjana Program Studi Matematika Terapan dan Rumana Sulsel IPB atas segala bantuan dan kebersamaannya selama menghadapi masa-masa terindah maupun tersulit dalam menuntut ilmu, serta semua pihak yang telah banyak membantu dan tak sempat penulis sebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, April 2015 Andi Mariani

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Pengertian Opsi 2 Aset yang Mendasari (Underlying Asset) 2 Jenis Opsi 2 Nilai Opsi 4 Persamaan Black-Scholes 5 Proses Harga Saham 6 Persamaan Black-Scholes Standar 6 Model Volatilitas Stokastik 7 Metode Numerik Untuk Harga Opsi 8 3 METODE PENELITIAN 9 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Syarat Awal dan Syarat Batas 9 Diskretisasi 10 Kekonvergenan dari Skema Numerik 12 Solusi dari Sistem Taklinear 17 Simulasi Numerik 19 5 SIMPULAN 25 DAFTAR PUSTAKA 25 RIWAYAT HIDUP 27 vi vi

12 DAFTAR TABEL 1 Hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi Call 20 2 Hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi Put 22 3 Hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi Butterfly 23 4 Hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi Cash or Nothing 25 DAFTAR GAMBAR 1 Payoff untuk opsi call dengan K = 40 pada t = T 3 2 Payoff untuk opsi put dengan K = 40 pada t = T 3 3 Payoff untuk opsi butterfly dengan K 1 = 20, K 2 = 40, K 3 = 60 pada t = T 3 4 Payoff untuk opsi cash or nothing dengan K = 40 dan B = 1 pada t = T 3 5 Harga opsi Call Eropa untuk posisi sebagai pembeli opsi dengan (a) kasus terbaik dan (b) kasus terburuk 19 6 Harga opsi Call untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = Harga opsi Put Eropa untuk posisi sebagai pembeli opsi dengan (a) kasus terbaik dan (b) kasus terburuk 21 8 Harga opsi Put untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = Harga opsi Butterfly Eropa untuk posisi sebagai pembeli opsi dengan (a) kasus terbaik dan (b) kasus terburuk Harga opsi Butterfly untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = Harga opsi Cash or Nothing Eropa untuk posisi sebagai pembeli opsi dengan (a) kasus terbaik dan (b) kasus terburuk Harga opsi Cash or Nothing untuk) kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = 0 24

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu aplikasi matematika di bidang keuangan adalah pada masalah investasi. Meningkatnya aktivitas dunia investasi ditunjukkan oleh banyaknya alternatif-alternatif produk investasi. Produk investasi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah opsi. Opsi merupakan suatu bentuk perjanjian berupa kontrak yang memberikan hak kepada pemegang opsi untuk membeli atau menjual aset tertentu dengan harga tertentu dan pada jangka waktu tertentu. Teori penentuan nilai opsi telah dikembangkan sejak tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron Scholes yang berhasil merumuskan masalah penentuan nilai opsi Eropa ke dalam bentuk persamaan diferensial parsial Black Scholes (Black & Scholes 1973). Dalam formula Black-Scholes ada beberapa asumsi yang digunakan, salah satunya adalah volatilitas (variansi harga) bersifat konstan (tetap) selama usia opsi. Asumsi ini mendapatkan banyak bantahan karena tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada pasar sebenarnya (pasar saham), di mana nilai volatilitas memiliki kecenderungan untuk turun dan pada suatu saat akan naik lagi, sehingga menyerupai bentuk smile dan disebut dengan volatility smile (Dupire 1994). Beberapa model yang diusulkan oleh beberapa peneliti untuk memodelkan perilaku volatilitas antara lain model dari Anderson dan Brotherton-Ratcliffe 1998 (Anderson & Brotherton-Ratcliffe 1998), model yang mengasumsikan bahwa volatilitas mengikuti proses acak (Heston 1993), dan model volatilitas stokastik (Hull & White. 1987; Lyons 1995; Avellaneda et al. 1995). Model volatilitas stokastik ini mengasumsikan bahwa proses volatilitas akan berfluktuasi dalam batasan volatilitas minimum dan volatilitas maksimum. Model ini memfokuskan pada penentuan harga ekstrem, atau pada batas atas dan batas bawah dari harga opsi, yang bersesuaian dengan skenario kasus terbaik dan kasus terburuk dengan posisi sebagai penjual maupun posisi pembeli opsi. Model ini berbentuk persamaan diferensial parsial taklinear yang tidak memiliki solusi analitik, sehingga diperlukan suatu metode numerik untuk menentukan solusi harga opsi. Beberapa pendekatan secara numerik dapat dilakukan untuk menentukan harga opsi, antara lain pendekatan numerik dengan metode beda hingga (finite difference method), metode beda hingga upwind (upwind finite difference method) dan metode volume hingga (finite volume method). Metode beda hingga upwind (upwind finite difference method) dan metode volume hingga (finite volume method) terbukti konsisten, stabil dan monoton (Zhang dan Wang 2009; Lesmana dan Wang 2013). Metode beda hingga (finite difference method) dengan metode diskretisasi fully implisit monoton dan konvergen ke solusi viskositas, sedangkan Crank-Nicolson hanya monoton bersyarat (Pooley et al. 2001). Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini yang ingin dikaji adalah perilaku kekonvergenan solusi numerik dengan metode beda hingga upwind, untuk model harga opsi dengan volatilitas stokastik.

14 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku dan kecepatan kekonvergenan metode beda hingga upwind dalam terapannya pada penyelesaian model harga opsi dengan volatilitas stokastik (stochastic volatility model). 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Opsi Opsi adalah suatu kontrak atau perjanjian antara dua pihak, di mana salah satu pihak (sebagai pembeli opsi) mempunyai hak untuk membeli atau menjual suatu aset tertentu dengan harga yang telah ditentukan, pada atau sebelum waktu yang ditentukan (Hull 2009). Pemegang opsi tidak diwajibkan untuk menggunakan haknya atau akan menggunakan haknya jika perubahan dari harga aset yang mendasarinya akan menghasilkan keuntungan, baik dengan menjual atau membeli aset yang mendasari tersebut. Aset yang Mendasari (Underlying Asset) Aset yang mendasari (underlying asset) adalah aset yang dijadikan sebagai objek atau dasar transaksi. Dalam perdagangan opsi terdapat beberapa aset yang dapat digunakan sebagai aset dasar, antara lain indeks (index), valuta asing (foreign currency), surat berjangka (future) dan saham (stock). Opsi indeks adalah suatu opsi dengan aset berbasis indeks pasar saham. Opsi valuta asing adalah suatu opsi dengan aset berbasis mata uang asing dengan kurs tertentu, opsi berjangka adalah suatu opsi dengan aset berbasis kontrak berjangka. Sedangkan opsi saham adalah suatu opsi dengan aset yang mendasarinya adalah saham. Dalam tulisan ini, underlying asset yang digunakan adalah saham. Jenis Opsi Ada dua jenis opsi yaitu opsi call dan opsi put. Opsi call memberikan hak kepada pembeli untuk membeli suatu aset tertentu dengan jumlah tertentu pada harga eksekusi (strike price, exercise price) sampai waktu jatuh tempo. Sedangkan opsi put memberikan hak kepada pembeli untuk menjual suatu aset tertentu dengan jumlah tertentu pada harga eksekusi sampai waktu jatuh tempo. Berdasarkan waktu eksekusinya, opsi dibedakan atas opsi tipe Eropa dan opsi tipe Amerika. Opsi Eropa (European option) adalah opsi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual underlying asset hanya pada waktu jatuh tempo, sedangkan opsi Amerika (American option) memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual underlying asset sebelum atau pada saat jatuh tempo. Dalam (Hull 2009) disebutkan bahwa strategi trading yang melibatkan dua atau lebih opsi yang sama jenisnya, misalnya dua atau lebih call, atau dua atau lebih put disebut sebagai spread. Salah satu strategi spread adalah butterfly spread. Butterfly spread adalah strategi di mana terdapat tiga harga strike yang berbeda.

15 Strategi ini melibatkan pembelian opsi call dengan harga strike K 1, pembelian opsi call dengan harga strike K 3 yang lebih tinggi dan penjualan dua opsi call dengan harga strike K 2 yang merupakan nilai tengah dari K 1 dan K 3. Strategi ini dipilih jika investor melihat bahwa harga saham tidak dapat diperkirakan arah kenaikan atau penurunannya. Payoff adalah keuntungan dari opsi. Payoff untuk opsi call, opsi put, opsi butterfly dan opsi cash or nothing (CoN) pada waktu jatuh tempo adalah max(s K, 0), untuk call max(k S, 0), untuk put payoff = max(s K 1, 0) 2 max(s K 2, 0) + max (S K 3, 0) untuk butterfly { B(H(S K)) untuk CoN dengan K, K 1, K 2 dan K 3 adalah harga strike dari opsi, S harga saham, H adalah fungsi heaviside dan B adalah konstanta. Fungsi heaviside yang digunakan adalah H = { 0, jika S K 1, jika S > K (Lesmana dan Wang, 2013). Diagram payoff untuk opsi call, opsi put, opsi butterfly dan opsi cash or nothing (CoN) digambarkan pada Gambar Gambar 1 Payoff untuk opsi call dengan K = 40 pada t = T Gambar 2 Payoff untuk opsi put dengan K = 40 pada t = T Gambar 3 Payoff untuk opsi butterfly dengan K 1 = 20, K 2 = 40 dan K 3 = 60 pada t = T Gambar 4 Payoff untuk opsi cash or nothing dengan K = 40 dan B = 1 pada t = T

16 4 Nilai Opsi Nilai opsi adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh seorang investor untuk mendapatkan kontrak opsi dan pembayarannya dilakukan pada saat kontrak dibuat. Ada beberapa hal yang mempengaruhi nilai opsi, yaitu a) Harga saham (S) Harga saham memiliki pengaruh terhadap perubahan harga opsi, di mana hal tersebut bergantung pada jenis opsi. Untuk opsi call, jika harga saham naik maka harga opsi akan meningkat, sedangkan untuk opsi put, jika harga saham naik maka harga opsi akan turun. b) Harga strike (K) Harga strike merupakan harga jual atau harga beli saham yang tercantum dalam kontrak opsi dan besarnya akan tetap selama umur opsi tersebut. Jika faktor lain diasumsikan tetap, maka semakin rendah harga strike maka akan semakin tinggi harga opsi call, sedangkan untuk opsi put semakin tinggi harga strike maka akan semakin tinggi harga opsi tersebut. c) Waktu jatuh tempo (T) Semakin besar jangka waktu jatuh tempo maka akan semakin besar peluang berubahnya harga saham yang juga akan mempengaruhi perubahan harga opsi. d) Volatilitas (σ) Volatilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar harga berfluktuasi dalam suatu periode (Lo 2003). Volatilitas atas underlying asset adalah suatu ukuran tingkat ketidakpastian mengenai pergerakan underlying asset tersebut di masa yang akan datang. Jika volatilitas semakin meningkat maka akan semakin meningkat juga peluang underlying asset untuk mengalami peningkatan atau penurunan. e) Tingkat suku bunga bebas risiko (r) Pada tingkat suku bunga bebas risiko yang tinggi, investor akan lebih tertarik untuk membeli opsi daripada membeli saham. Hal ini akan menyebabkan harga opsi naik. f) Dividen (q) Dividen merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Dividen menyebabkan harga saham turun sesaat setelah pembagian dividen, sehingga mempengaruhi harga opsi. Beberapa istilah yang berhubungan dengan harga saham (S) dan harga strike (K), yaitu 1. Opsi call a) Jika S > K, maka opsi call dikatakan dalam keadaan in the money. Pemegang opsi akan mengeksekusi opsi call, yaitu dengan membeli saham dengan harga strike (K), yang lebih kecil dari harga saham (S), kemudian menjualnya di pasar dengan harga sebesar (S), sehingga pemegang opsi tersebut akan mendapatkan imbalan sejumlah S K. b) Jika S = K, maka opsi call dikatakan dalam keadaan at the money. c) Jika S < K, maka opsi call dikatakan out of the money. 2. Opsi put a) Jika S < K, maka opsi put dikatakan in the money. b) Jika S = K, maka opsi put dikatakan dalam keadaan at the money. c) Jika S > K, maka opsi put dikatakan dalam keadaan out of the money.

17 5 Persamaan Black-Scholes Black dan Scholes (Black & Scholes 1973) dalam merumuskan nilai suatu opsi mendasarkan pada beberapa asumsi, yaitu 1. Suku bunga bebas risiko, r, adalah konstan untuk semua waktu jatuh tempo. 2. Dimungkinkan adanya short selling terhadap aset (saham). Short selling adalah suatu strategi dalam penjualan saham, di mana investor meminjam dana untuk menjual saham dengan harga tinggi, dengan harapan akan membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham ke pialangnya pada saat harga saham turun. 3. Perdagangan dari aset yang mendasari bersifat kontinu. 4. Tidak terdapat peluang arbitrase atau peluang untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan harga pasar yang satu dengan pasar yang lain. 5. Tidak ada pembayaran dividen atau keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham selama opsi berlaku. 6. Harga dari aset yang mendasari mengikuti proses Wiener yang mempunyai fungsi kepekatan peluang lognormal. 7. Tidak ada biaya transaksi dalam pembelian atau penjualan aset atau opsi dan tidak ada pajak. Untuk memodelkan persamaan Black-Scholes, diperlukan beberapa definisi istilah yang disebutkan dalam (Ross 2007) dan (Hull 2009) berikut Proses Stokastik Proses stokastik W = {W(t), t H} adalah suatu koleksi (gugus, himpunan, atau kumpulan) dari peubah acak (random variables). Untuk setiap t pada himpunan indeks H, W(t) adalah suatu peubah acak dan t sering diinterpretasikan sebagai waktu (Ross 2007). Gerak Brown Proses stokastik W = {W(t), t H} disebut gerak Brown jika memenuhi persyaratan berikut 1. W (0) = 0, 2. Untuk 0 < t 1 < t 2 < < t n peubah acak W(t i )=W(t i ) W(t i 1 ), dimana i = 1,2,3,, n saling bebas, 3. Untuk setiap t > 0, W(t) berdistribusi normal dengan rataan 0 dan ragam σ 2 t, (Ross 2007). Proses Wiener Proses Wiener adalah gerak Brown dengan rataan 0 dan variansi 1 (Ross 2007). Proses Wiener Umum (Generalized Wiener Process) Proses Wiener Umum untuk suatu peubah acak S dapat dinyatakan sebagai berikut ds = adt + bdw(t) (1) dengan adt disebut komponen deterministik dan bdw(t) menyatakan komponen stokastik, serta W(t) adalah proses Wiener, sedangkan a dan b masing-masing menyatakan rataan (drift rate) dan standar deviasi (variance rate) dari S (Hull 2009).

18 6 Proses Ito Proses Ito adalah proses Wiener umum dengan a dan b menyatakan suatu fungsi dari peubah acak S dan waktu t. Secara aljabar proses Ito dinyatakan sebagai ds = a(s, t)dt + b(s, t)dw(t) (2) (Hull 2009). Lemma Ito Misalkan fungsi F(x, t) merupakan fungsi kontinu yang dapat diturunkan secara parsial terhadap x dan t, yaitu F, F, 2 F t x x2 ada. Selanjutnya didefinisikan persamaan diferensial stokastik dari variabel x dengan drift rate a(x, t) dan variance rate b 2 (x, t), dx = a(x, t)dt + b(x, t)dw, (3) dengan dw merupakan gerak Brown, a dan b adalah fungsi dari x dan t. Maka fungsi F(x, t) akan mengikuti proses: df = { F F a(x, t) + x t b2 (x, t) 2 V F x2} + b(x, t) dw (4) x (Hull 2009). Proses Harga Saham Hull (2009) menjelaskan bahwa harga saham merupakan variabel stokastik karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dapat ditentukan secara pasti. Faktor-faktor ini dipandang sebagai komponen stokastik yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, perubahan harga saham dapat dimodelkan menggunakan persamaan diferensial stokastik berikut ds(t) = μs(t)dt + σs(t)dw(t) (5) dengan μs(t)dt adalah komponen deterministik, σs(t)dw(t) adalah komponen stokastik dan W(t) adalah proses Wiener. Sedangkan μ dan σ masing-masing menyatakan rataan dan volatilitas dari harga saham tersebut. Persamaan ini juga dikenal sebagai model pergerakan harga saham. Selanjutnya dari Lemma Itô, diketahui bahwa jika harga saham S(t) mengikuti model saham pada persamaan (5), maka bentuk persamaan diferensial stokastik untuk sebuah fungsi V(t)= f(s(t),t) dengan t [0, ) dapat dinyatakan dalam bentuk dv(t) = (μs(t) V + V + 1 S t 2 σ2 S(t) 2 2 V V S2) dt + σs(t) dw(t). (6) S Solusi dari persamaan (5) adalah S(T) = S 0 exp {(μ σ2 2 ) T + σw(t)} (7) dengan S 0, S(T), μ, σ, dan T berturut-turut adalah harga saham pada awal kontrak, harga saham pada saat jatuh tempo, rataan harga saham, volatilitas harga saham, dan waktu jatuh tempo.

19 7 Persamaan Black-Scholes Standar Dalam Hull (2009) dikemukakan bahwa misalkan V(S, t) merupakan nilai opsi pada harga saham S dan pada waktu t. Jika diketahui perubahan harga saham mengikuti proses ds = μsdt + σs dw (8) maka dari Lemma Ito, proses untuk V berbentuk persamaan (6). Versi diskrit dari persamaan (8) dan (6) adalah (9) S = μs t + σs W dan V = (μs V S + V t σ2 S 2 2 V V S2) t + σs S W, (10) di mana S dan V adalah perubahan harga saham S dan harga opsi V pada selang waktu t. Wpada persamaan (9) dan (10) adalah W = ε t karena proses Wiener pada persamaan (9) dan (10) adalah sama. Selanjutnya dipilih sebuah portofolio dari saham S dan opsi V sehingga proses Wiener W dapat dihilangkan. Portofolio tersebut adalah -1 opsi dan + V saham. Pemegang portofolio ini akan menjual satu opsi dan membeli saham sebanyak V. Nilai dari portofolio S tersebut adalah sebesar x, dengan x = V + V S S (11) Perubahan nilai portfolio x dalam selang waktu t adalah x = V + V S. (12) S Substitusi (9) dan (10) ke dalam (12), menghasilkan S x = ( V S 1 2 σ2 S 2 2 V S 2) t. (13) Portofolio ini dikatakan tidak berisiko karena tidak ada gerak random Brown. Gerak Brown menyebabkan terjadinya ketidakpastian perubahan harga. Portofolio ini dikatakan konstan sehingga portofolio ini mempunyai pendapatan yang sama dengan saham jangka pendek lainnya yang bebas risiko. Jika pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari portofolio ini, maka arbitrageur dapat memperoleh keuntungan dengan cara memilih saham bebas risiko dan menggunakan keuntungan dari saham bebas risiko ini untuk membeli portofolio. Tetapi jika pendapatan yang diperoleh lebih kecil maka arbitrageur dapat memperoleh keuntungan bebas risiko dengan cara memilih portofolio dan menggunakan keuntungan ini untuk membeli aset bebas risiko. Portofolio bebas risiko dapat dinyatakan dengan x = rx t, dengan r adalah suku bunga bebas risiko. Dengan mensubstitusi x dan x diperoleh (rv V rs) t = ( V S S σ2 S 2 2 V S2) t (14) 1 2 σ2 S 2 2 V S 2 + rs V + V S t rv = 0. (15) Persamaan (15) ini dikenal sebagai persamaan Black-Scholes standar.

20 8 Model Volatilitas Stokastik Misalkan τ = T t; didefinisikan transformasi V(S, t) U(S, τ) sehingga persamaan diferensial parsial (15) untuk harga opsi dengan volatilitas stokastik berbentuk U τ = σ2 (Γ) S 2 2 U U 2 S2 + rs ru (16) S di mana S adalah harga saham, T waktu jatuh tempo, τ = T t ε[0, T], t adalah waktu, Γ = 2 U S2 adalah turunan parsial kedua U terhadap S, σ(γ) adalah volatilitas sebagai fungsi dari Γ, dan r adalah suku bunga bebas risiko. Syarat batas untuk persamaan diferensial di atas ketika S = 0 adalah U τ = ru. (17) Sedangkan pada saat S, syarat batasnya adalah U A(τ)S + B(τ), (18) di mana A dan B dapat dihitung dengan penalaran keuangan. Dalam praktiknya, kita menggunakan domain komputasi yang terbatas sehingga syarat (18) diterapkan pada nilai yang terbatas S max. Volatilitas diasumsikan berada pada selang σ min σ(γ) σ max dengan rentang nilai volatilitas yang demikian, persamaan (16) adalah taklinear dan tidak memiliki solusi khusus. Namun, nilai kasus terbaik maupun kasus terburuk diharapkan khusus. Nilai-nilai tersebut diperoleh dengan memaksimumkan maupun meminimumkan persamaan (16) dengan cara memilih σ berdasarkan nilai dari Γ = 2 V. Secara khusus, jika kita mempertimbangkan kasus terburuk untuk S2 investor dengan posisi sebagai pembeli opsi, maka nilai σ 2 (Γ) adalah σ 2 (Γ) = { σ 2 max jika Γ 0 2 (19) σ min jika Γ > 0. Berdasarkan persamaan (16) dapat dilihat bahwa kasus terburuk bagi investor terjadi ketika tambahan nilai opsi yang diperoleh adalah yang terkecil. Jika Γ 0, maka σ 2 2 (Γ) yang dipilih adalah σ max, sehingga nilai opsi yang diperoleh adalah yang terkecil. Jika Γ > 0, maka σ 2 2 (Γ) yang dipilih adalah σ min, sehingga nilai opsi yang diperoleh adalah yang terkecil. Di sisi lain, kasus terbaik untuk investor dengan posisi sebagai pembeli opsi, σ 2 (Γ) = { σ 2 max jika Γ > 0 2 (20) σ min jika Γ 0. Kasus terbaik bagi investor adalah ketika tambahan nilai opsi yang diperoleh adalah yang terbesar. Jika Γ > 0, maka σ 2 2 (Γ) yang dipilih adalah σ max, sehingga nilai opsi yang diperoleh adalah yang maksimal. Jika Γ 0, maka σ 2 (Γ) yang dipilih 2 adalah σ min, sehingga nilai opsi yang diperoleh adalah yang maksimal. Sedangkan untuk investor dengan posisi sebagai penjual opsi, kasus terbaik dan kasus terburuknya adalah kebalikan dari (19) dan (20). Metode Numerik untuk Harga Opsi Niwiga (2005) mengemukakan bahwa beberapa pendekatan secara numerik dapat dilakukan untuk menentukan harga opsi, antara lain pendekatan numerik dengan metode beda hingga (finite difference method), dan metode volume hingga

21 (finite volume method). Metode beda hingga upwind (upwind finite difference method) adalah bagian dari metode beda hingga yang juga merupakan salah satu metode numerik untuk menyelesaikan suatu persamaan diferensial dengan mengaproksimasi turunan-turunan variabel pada persamaan tersebut menjadi sistem persamaan linear atau taklinear. Untuk menerapkan metode beda hingga pada suatu permasalah persamaan diferensial parsial, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu: diskretisasi dari suatu persamaan, bentuk aproksimasi beda hingga, kondisi syarat akhir dan syarat batas, serta kestabilan dari skema beda hingga tersebut. Pooley et al (2001) mengungkapkan bahwa metode beda hingga (finite difference method) dengan metode diskretisasi fully implisit menghasilkan skema yang monoton dan konvergen ke solusi viskositas, sedangkan metode Crank- Nicolson hanya monoton bersyarat. Metode beda hingga upwind digunakan dalam penyelesaian persamaan diferensial untuk menghasilkan suatu matriks sistem yang disebut matriks-m (Lesmana & Wang 2013). Definisi Matriks M Matriks M merupakan matriks tridiagonal dengan invers matriks bernilai positif dimana diagonal utama bernilai positif dan elemen yang lainnya bernilai takpositif. Atau, misalkan A adalah suatu matriks taksingular berukuran n n, dengan a ij 0 untuk setiap i j, 1 i,j n dan a ij > 0 untuk setiap i = j dan n a ii j=1,i j a ij, maka matriks A disebut matriks M (Fujimoto & Ranade 2004). 9 3 METODE PENELITIAN Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. melakukan diskretisasi untuk model Black-Scholes taklinear menggunakan metode diskretisasi beda hingga upwind untuk diskretisasi ruang dan metode implisit untuk diskretisasi waktu, 2. menguji kekonvergenan skema numerik metode beda hingga upwind, 3. melakukan simulasi numerik untuk menunjukkan akurasi dari metode diskretisasi beda hingga upwind. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap ini, akan dilakukan diskretisasi untuk model Black-Scholes taklinear dengan terlebih dahulu menentukan syarat awal dan syarat batasnya. Selanjutnya, diperiksa kekonvergenan skema diskretisasi beda hingga upwind dengan membuktikan kemonotonan, kestabilan dan kekonsistenannya. Terakhir dilakukan simulasi numerik untuk menentukan orde kekonvergenan dari metode beda hingga upwind. Syarat Awal dan Syarat Batas Persamaaan Black-Scholes taklinear mempunyai domain S (0, ), maka untuk perhitungan komputasi perlu dipotong menjadi S (0, S max ), dengan S max merupakan nilai yang cukup besar yang menjamin akurasi dari solusi. Syarat

22 10 awal dan syarat batas untuk persamaaan Black-Scholes taklinear adalah sebagai berikut U(S, 0) = g 1 (S), S (0, S max ), (21) U(0, τ) = g 2 (τ), τ (0, T], (22) U(S max, τ) = g 3 (τ), τ (0, T], (23) dengan g 1, g 2, dan g 3 adalah suatu fungsi yang diberikan dengan g 1 (0) = g 2 (0) dan g 1 (S max ) = g 3 (0). Fungsi g 1, g 2, dan g 3 dipilih berdasarkan tipe opsi, di mana dalam penelitiaan ini opsi yang akan digunakan adalah opsi Eropa yaitu opsi vanilla call, vanilla put, butterfly, dan cash or nothing (CoN) dengan syarat awal dan syarat batas sebagai berikut max(s-k,0) untuk call g 1 = max(k-s,0) untuk put max(s-k 1,0)-2 max(s-k 2,0) + max(s-k 3,0) untuk butterfly { B H(S-K) untuk CoN 0 untuk call Ke g 2 = { untuk put 0 untuk butterfly 0 S max Ke rτ untuk CoN untuk call 0 untuk put g 3 = { 0 untuk butterfly Be rτ untuk CoN dengan H adalah fungsi heaviside, B adalah konstanta, K, K 1, K 2, dan K 3 adalah harga strike. Fungsi heaviside yang digunakan adalah H = { 0, jika S K 1, jika S > K (Lesmana & Wang 2013). Diskretisasi Persamaan Black-Scholes taklinear (16) akan diaproksimasi dengan mendiskretisasi variabel harga dan waktu. Untuk diskretisasi harga, misalkan I = (0, S max ) dibagi menjadi M sub-interval, di mana I i = (S i, S i+1 ), i = 0,1,., M 1 dengan 0 = S 0 < S 1 < < S M = S max, dan untuk setiap i = 0,1,., M 1 dimisalkan h i = h = S i+1 S i,. Untuk diskretisasi waktu, misalkan τ = (0, T) dibagi menjadi N sub-interval, di mana τ n = (τ n, τ ), n = 0,1,., N 1 dengan 0 = τ 0 < τ 1 < < τ n = T dan untuk setiap n = 0,1,., N 1 dimisalkan τ n = τ τ n. Aproksimasi turunan parsial pertama dan kedua diperoleh dari ekspansi deret Taylor. Untuk sembarang W n = (W 0 n, W 1 n,, W M n ) T dan W i = (W i 0, W i 1,, W i N ) T dengan i = 0,1,., M dan n = 0,1,., N, turunan pertama dan turunan kedua mengikuti operator beda hingga berikut (δ τ W i )(n) = W i W i n τ n (24)

23 (δ + S W n )(i) = W n i+1 Wi n h, (δ S W n )(i) = W i n W i 1 (δ SS W n )(i) = (δ S + W n )(i) (δ S W n )(i) 2h/2 = W i 1 n 2 W n n i + W i+1 h 2 Dengan menggunakan persamaan (24) - (26), persamaan Black-Scholes taklinear (16) diaproksimasi mengikuti bentuk metode beda hingga upwind berikut δ τ U i (n) 1 2 σ2 ((δ SS U )(i)s 2 i (δ SS U )(i) ( 1+sign(r) 2 ) rs i (δ + S U )(i) ( 1 sign(r) ) rs i (δ S U )(i) + ru i = 0. Karena nilai r > 0, persamaan di atas menjadi: δ τ U i (n) 1 2 σ2 ((δ SS U )(i)s i 2 (δ SS U )(i) rs i (δ S + U )(i) + 2 (28) ru i = 0. Selanjutnya diperoleh U i 1 ( 1 2h 2 σ2 (δ SS U 2 )(i)s i ) + U i ( τ n h 2 σ2 (δ SS U 2 )(i)s i + rs i + r) + U h i+1 ( 1 2h 2 σ2 (δ SS U )(i)s 2 i rs i ) = U n (29) i. h τ n Untuk penyederhanaan, persamaan (29) dapat dituliskan menjadi bentuk α i (U )U i 1 + β i (U )U i + γ i (U ) U i+1 = 1 U n τ i, (30) n untuk i = 1,., M 1 dan n = 1,., N 1, di mana α i (U ) = 1 2h 2 σ2 (δ SS U 2 )(i)s i, (31) β i (U 1 ) = + 1 τ n h 2 σ2 (δ SS U )(i)s 2 i + rs i + r, h (32) γ i (U ) = 1 2h 2 σ2 (δ SS U 2 )(i)s i rs i h (33) Berdasarkan syarat (21) - (23), didefinisikan syarat awal dan syarat batas untuk persamaan (30) adalah sebagai berikut U 0 i = g 1 (S i ) U n 0 = g 2 (τ n ) U n M = g 3 (τ n ) (34) untuk i = 1, 2,., M 1 dan n = 1,., N, sehingga persamaan (30) dapat dituliskan menjadi bentuk matriks berikut A (U ) U 1 = U n + B, τ n (35) untuk n = 1,., N 1, di mana U k = (U k 1, U k k 2,, U M 1 ) T untuk k = n, n + 1 B = ( α 1 U 0, 0,,0, γ M 1 U N ) T β 1 γ α 2 β 2 γ α 3 β A (U ) = 0 [ h n β M 3 α M 2 γ M 3 β M 2 0 α M 1 γ M 2 β M 1 ] 11 (25) (26) (27)

24 12 Teorema 1. Matriks-M Untuk sembarang n = 0, 1,, N, A n = (A n ij ) adalah suatu matriks-m untuk U n yang diberikan. Bukti: Untuk membuktikan Teorema 1, harus ditunjukkan bahwa untuk i = 1,,, M 1 α n i < 0, β n i > 0, γ n i < 0 (36) β n i α n i + γ n i (37) Untuk matriks A, dari persamaan (31) - (33) dapat dilihat bahwa syarat (36) terpenuhi. Selanjutnya syarat (37), karena r 0 dan 1 0 maka τ n β i α i + γ i + r + 1 τ n α i + γ i. (38) Dari definisi A n = (A n ij ) dan berdasarkan (38), diperoleh A n ij 0, i j, A n ii > 0, M 1 A n ii > A n ij Dengan demikian, A n merupakan matriks-m karena matriks tridiagonal A n memiliki diagonal utama yang bernilai positif dan elemen di atas dan di bawah diagonal utama bernilai takpositif. j=1 Kekonvergenan dari Skema Numerik Barles (1997) telah menunjukkan bahwa metode numerik dikatakan konvergen ke solusi viskositas jika metode tersebut terbukti konsisten, stabil dan monoton. Pada bagian ini akan ditunjukkan bahwa skema diskretisasi metode beda hingga upwind yang digunakan memenuhi syarat konvergen tersebut. Untuk 1 i M 1 dan 0 n N 1 didefinisikan suatu fungsi F i dengan F i (U i, U i+1, U i 1, U n i ) = 0 di mana F i = ( rs i ) U h i+1 + ( 1 + rs i + r) U τ n h i U n i τ n (39) 1 h 2 σ2 ((Γ )(i))(γ )(i). Berikut ini adalah pembuktian sifat kemonotonan, kestabilan dan kekonsistenan dari skema diskretisasi beda hingga upwind yang menjadi syarat skema tersebut konvergen ke solusi viskositas. Kemonotonan Kemonotonan skema diskretisasi (39) ditunjukkan dengan pembuktian Lemma 1. Lemma 1 Untuk sembarang ε > 0 dan 1 i M 1, berlaku F i (U i, U i+1 + ε, U i 1 + ε, U n i + ε) F i (U i, U i+1, U i 1, U n i ) dan F i (U i, U i+1, U i 1, U n i ) F i (U i, U i+1 + ε, U i 1 + ε, U n i + ε).

25 Bukti: Karena rs i 0, 1 > 0 dan 1 + rs i + r > 0, maka tiga bagian pertama pada h τ n τ n h ruas kanan dari persamaan (39) secara berturut-turut tak naik terhadap U i+1, naik terhadap U i dan turun terhadap U n i. Misalkan E k = (0, 0,, 1, 0,, 0) k T 13 adalah suatu matriks berukuran M 1 1. Berdasarkan definisi δ SS (26), diperoleh δ SS (U + εe i 1 + εe i+1 )(i) = (U i 1 + ε) (2U i ) + (U i+1 + ε) dan h 2 = U i 1 + ε 2U i + U i+1 + ε h 2 = (δ SS U )(i) + ε h 2 = (Γ )(i) 1 τ n δ SS (U + εe i )(i) = (U i 1 ) 2(U i + ε) + (U i+1 ) = U i 1 2U i 2ε + U i+1 h 2 = (δ SS U )(i) 2ε h 2 = (Γ )(i) 2ε h 2. Lebih lanjut diperiksa tanda pada bagian tak-linear 1 h 2 σ2 ((Γ )(i))(γ )(i), di mana σ 2 (Γ) didefinisikan untuk kasus terbaik dan kasus terburuk dengan σ 2 (Γ) = { σ 2 max jika Γ 0 2 Kasus Terburuk σ min jika Γ > 0. σ 2 (Γ) = { σ 2 max jika Γ > 0 2 Kasus Terbaik σ min jika Γ 0. Kasus 1 dan Kasus 2 adalah kasus terburuk untuk investor dengan posisi sebagai pembeli opsi (long position). Kasus 3 dan kasus 4 adalah kasus terbaik untuk investor dengan posisi sebagai pembeli opsi (long position). Kasus 1 : Kasus terburuk untuk pembeli opsi ketika nilai Γ i 0. Untuk Γ i 0, menunjukkan bahwa σ 2 (Γ 2 i )= σ max > 0, sehingga σ2 2 (Γ (i)) h 2 (Γ (i))(γ (i))= σ max h 2 σ 2 (S, Γ). Γ = σ 2 (S, Z). Z. Misalkan untuk sembarang S, Z 1 dan Z 2, dengan Z 1 dan Z 2 0, 1 h 2 (σ2 (S, Z 1 )Z 1 σ 2 (S, Z 2 )Z 2 ) = 1 h 2 ((σ 2 2 max)z 1 (σ max )Z 2 ) untuk Z 1, Z 2 0, dengan Z 1 < Z 2, maka 1 h 2 ((σ 2 2 max)z 1 (σ max )Z 2 ) = 1 h 2 σ 2 max(z 1 Z 2 ) 0 h 2

26 14 Atau untuk Z 1, Z 2 0, dengan Z 1 > Z 2, maka 1 h 2 ((σ 2 2 max)z 1 (σ max )Z 2 ) 1 h 2 ((σ 2 2 max)z 1 (σ max )Z 2 ) = 1 h 2 σ 2 max(z 1 Z 2 ) 0. 1 = { h 2 σ 2 max(z 1 Z 2 ) 0; jika Z 1 < Z 2 Z 1, Z h 2 σ 2 max(z 1 Z 2 ) 0; jika Z 1 > Z 2 Z 1, Z 2 0 Kasus 2: Kasus terburuk untuk pembeli opsi ketika nilai Γ i > 0. Untuk Γ i > 0, menunjukkan bahwa σ 2 (Γ 2 i )= σ min > 0, sehingga σ2 2 (Γ (i)) h 2 (Γ (i))(γ (i))= σ min h 2 σ 2 (S, Γ). Γ = σ 2 (S, Z). Z. Misalkan untuk sembarang S, Z 1 dan Z 2, dengan Z 1 dan Z 2 > 0, Atau 1 h 2 (σ2 (S, Z 1 )Z 1 σ 2 (S, Z 2 )Z 2 ) = 1 h 2 ((σ 2 2 min)z 1 (σ min )Z 2 ) Untuk Z 1, Z 2 > 0, dengan Z 1 < Z 2, maka 1 h 2 ((σ 2 2 min)z 1 (σ min )Z 2 ) = 1 h 2 σ 2 min(z 1 Z 2 ) > 0 Untuk Z 1, Z 2 > 0, dengan Z 1 > Z 2, maka 1 h 2 ((σ 2 2 min)z 1 (σ min )Z 2 ) 1 h 2 ((σ 2 2 min)z 1 (σ min )Z 2 ) = 1 h 2 σ 2 min(z 1 Z 2 ) < 0. 1 = { h 2 σ 2 min(z 1 Z 2 ) > 0; jika Z 1 < Z 2 Z 1, Z 2 > 0 1 h 2 σ 2 min(z 1 Z 2 ) < 0; jika Z 1 > Z 2 Z 1, Z 2 > 0 Kasus 3: Kasus terbaik untuk pembeli opsi ketika nilai Γ i > 0. Untuk Γ i > 0, menunjukkan bahwa σ 2 (Γ 2 i )= σ max > 0, sehingga σ2 2 (Γ (i)) h 2 (Γ (i))(γ (i))= σ max h 2 σ 2 (S, Γ). Γ = σ 2 (S, Z). Z. Misalkan untuk sembarang S, Z 1 dan Z 2, dengan Z 1 dan Z 2 > 0, 1 h 2 (σ2 (S, Z 1 )Z 1 σ 2 (S, Z 2 )Z 2 ) = 1 h 2 ((σ 2 2 max)z 1 (σ max )Z 2 ) untuk Z 1, Z 2 > 0, dengan Z 1 < Z 2, maka 1 h 2 ((σ 2 2 max)z 1 (σ max )Z 2 ) = 1 h 2 σ 2 max(z 1 Z 2 ) > 0

27 15 Atau untuk Z 1, Z 2 > 0, dengan Z 1 > Z 2, maka 1 h 2 ((σ 2 2 max)z 1 (σ max )Z 2 ) 1 h 2 ((σ 2 2 max)z 1 (σ max )Z 2 ) = 1 h 2 σ 2 max(z 1 Z 2 ) < 0. 1 = { h 2 σ 2 max(z 1 Z 2 ) > 0; jika Z 1 < Z 2 Z 1, Z 2 > 0 1 h 2 σ 2 max(z 1 Z 2 ) < 0; jika Z 1 > Z 2 Z 1, Z 2 > 0 Kasus 4: Kasus terbaik untuk pembeli opsi ketika nilai Γ i 0. Untuk Γ i 0, menunjukkan bahwa σ 2 (Γ 2 i )= σ min > 0, sehingga σ2 2 (Γ (i)) h 2 (Γ (i))(γ (i))= σ min h 2 σ 2 (S, Γ). Γ = σ 2 (S, Z). Z. Misalkan untuk sembarang S, Z 1 dan Z 2, dengan Z 1 dan Z 2 > 0, Atau 1 h 2 (σ2 (S, Z 1 )Z 1 σ 2 (S, Z 2 )Z 2 ) = 1 h 2 ((σ 2 2 min)z 1 (σ min )Z 2 ) untuk Z 1, Z 2 0, dengan Z 1 < Z 2, maka 1 h 2 ((σ 2 2 min)z 1 (σ min )Z 2 ) = 1 h 2 σ 2 min(z 1 Z 2 ) 0 untuk Z 1, Z 2 0, dengan Z 1 > Z 2, maka 1 h 2 ((σ 2 2 min)z 1 (σ min )Z 2 ) 1 h 2 ((σ 2 2 min)z 1 (σ min )Z 2 ) = 1 h 2 σ 2 min(z 1 Z 2 ) 0. 1 = { h 2 σ 2 min(z 1 Z 2 ) 0; jika Z 1 < Z 2 Z 1, Z h 2 σ 2 min(z 1 Z 2 ) 0; jika Z 1 > Z 2 Z 1, Z 2 0 Sehingga untuk sembarang ε > 0 dan 1 i M 1 diperoleh gabungan bagian linear dan bagian taklinear dari persamaan (39) sebagai berikut F i (U i, U i+1 + ε, U i 1 + ε, U n i + ε) = ( rs i h ) ( U i+1 + ε) + ( 1 τ n + rs i h + r) U i 1 τ n (U i n + ε) dan, 1 h 2 S i 2 [σ 2 (u i + ε h 2)] (u i + ε h 2) F i (U i, U i+1, U i 1, U n i )

28 16 F i (U i + ε, U i+1, U i 1, U n i ) = ( rs i h ) ( U i+1 ) + ( 1 τ n 1 h 2 S i 2 [σ 2 (u i 2ε h 2)] (u i 2ε h 2) F i (U i, U i+1, U i 1, U n i ). + rs i h + r) ( U i + ε) 1 τ n (U i n ) Skema yang memenuhi Lemma 1, disebut sebagai skema yang monoton. Skema diskretisasi (30) memenuhi Lemma 1, sehingga skema diskretisasi (30) terbukti monoton. Kestabilan Kestabilan dari skema diskretisasi (30) dibuktikan dengan Lemma 2. Lemma 2 Untuk setiap 0 n N 1, U = (U 0, (U ) T, U M ) T dengan U adalah solusi dari (35), berlaku U max{ g 1, g 2, g 3 } (40) di mana g 1, g 2 dan g 3 adalah syarat awal dan syarat batas (21) (23) dan. adalah norm l. Bukti: Untuk sembarang 0 n N 1, persamaan (30) dapat dituliskan sebagai berikut β i U i = α i U i 1 γ i U i n U τ i n untuk tiap 1 i M 1. Perlu diingat kembali bahwa α i < 0, γ i < 0 dan β i > 0. Dari bentuk di atas diperoleh β i U i α i U i 1 γ i U i U n τ i n α i U i 1 γ i U i U n τ i n untuk 1 i M 1. Jika U = U k untuk k {1,2,, M 1}, maka persamaan berikut β i U i α i U i 1 γ i U i U n τ i n dengan i = k menjadi (α i + β i + γ i ) U 1 U n τ. n Dengan demikian, karena α i < 0 dan γ i < 0 maka diperoleh bentuk pertidaksamaan berikut ini U 1/ τ n (α i + β i + γ i ) Un U n (41) U n 1 U 0 g 1. Selanjutnya jika U = U 0 atau U = U M maka berdasarkan persamaan (34), (22) dan (23) dapat dilihat bahwa U max{ U 0, U M } max{ g 2, g 3 } (42) Dengan menggabungkan (41) dan (42), diperoleh (40): U max{ U n, U 0, U M } max{ g 1, g 2, g 3 }

29 Skema yang memenuhi Lemma 2, disebut sebagai skema yang stabil. Skema diskretisasi (30) memenuhi Lemma 2, sehingga skema diskreisasi (30) terbukti stabil. Lemma 3. Kekonsistenan Skema diskretisasi (30) konsisten. Bukti: Teorema ekuivalensi Lax menyatakan bahwa metode beda hingga konsisten untuk masalah nilai awal yang diberikan (Strikwerda 1989). Teorema 2. Kekonvergenan Skema diskretisasi (30) konvergen ke solusi (16) dengan syarat batas (21) - (23) sebagai (h, τ) (0,0). Bukti: Barles (1997), membuktikan bahwa jika suatu diskretisasi dari persamaan diferensial parsial taklinear orde-2 adalah konsisten, stabil dan monoton, maka diskretisasi tersebut konvergen ke solusi viskositas. Karena diksretisasi (30) terbukti konsisten, stabil dan monoton, maka diskretisasi (30) konvergen. Teorema 2 merupakan akibat dari Lemma 1, 2 dan 3. Skema diskretisasi (30) terbukti konvergen dengan melihat hasil pembuktian kemonotonan, kestabilan dan kekonsistenan pada Lemma 1, 2 dan 3. Solusi dari Sistem Taklinear Pada bagian ini, disusun sebuah metode iterasi untuk menyelesaikan sistem taklinear (35) pada setiap langkah waktu. Diawali dengan menuliskan (35) yang berbentuk A (U )U = 1 τ n U n + B dalam bentuk persamaan matriks F (U ) dengan G = 1 τ n, menjadi F (U ) = A (U )U GU n B = 0. Misalkan F (U ) = (f 1 (U ), f 2 (U ),., f M 1 (U )) T. Komponen ke-i dari F (U ) adalah f i (U ) = α i U i 1 + β i U i + γ i U i+1 1 U n τ i, n dengan U 0 dan U M. Didefinisikan Matriks Jacobi dari F (U ) yang dinotasikan sebagai J (U ), dengan J (U ) = J 11 J 12 0 J 21 J 22 J 23 0 J 32 J 33 [ J (M 3)(M 3) J (M 2)(M 3) J (M 3)(M 2) J (M 2)(M 2) 0 J (M 1)(M 2) 0 J (M 2)(M 1) J (M 1)(M 1) ] 17

30 18 di mana,j ij f i U untuk semua i dan j. Dengan menggunakan persamaan (31) j - (33), (19) dan (19), diperoleh persamaan untuk turunan berikut J i,i 1 = α i + U i 1 α i + U i β i + U i+1 U i 1 U i 1 γ i U i 1 )) σ2 (Γ) U i 1 = α i ( 1 S 2h 2 i 2 (U i 1 ) + 1 S h 2 i 2 (U i ) + 1 S 2h 2 i 2 (U i+1 = α i. Dengan cara yang serupa, diperoleh = β i, J i,i J i,i+1 = γ i. Menggunakan Jacobi dari F, diberikan metode Newton untuk penyelesaian persamaan (35) Algoritma Pilih ε > 0. Misalkan n = 0, evaluasi syarat awal U 0 = (U 0 0 1,., U M 1 ) T menggunakan (34); 2. Pilih l = 0 dan W l = U n. 3. Selesaikan J (W l )δw = F (W l ) untuk δw dan ditentukan W l+1 = W l + δw. 4. Jika δw ε, tentukan l l + 1dan kembali ke langkah 3. Jika sebaliknya, lanjutkan. 5. Tentukan U = W l+1. Jika n < N 1, tentukan n n + 1 dan kembali ke langkah 2. Jika sebaliknya, berhenti. Dengan menggunakan matriks Jacobi J, diperoleh Teorema 3 berikut Teorema 3 Untuk sembarang U dengan n = 0,1,., N, J (U ) adalah suatu matriks-m. Bukti: Untuk membuktikan Teorema 3, harus ditunjukkan bahwa J i,i 1 < 0, J ii > 0, J i,i+1 < 0 J ii J i,i 1 + J i,i+1 Untuk matriks J (U ), dari persamaan (32) dapat dilihat bahwa J i,i 1 = α i = 1 2h 2 σ2 (δ SS U )(i)s 2 i < 0 terpenuhi. Hal yang sama untuk J ii = β i = 1 + r > 0, + 1 τ n h 2 σ2 (δ SS U )(i)s 2 i J i,i+1 = γ i = 1 2h 2 σ2 (δ SS U )(i)s 2 i Selanjutnya, karena r 0 dan 1 0 maka τ n + rs i h rs i h < 0. J ii = J i,i 1 + J i,i+1 + r + 1 τ n J i,i 1 + J i,i+1.

31 untuk sembarang i = 1,2,., M 1 dengan ketentuan bahwa J 1,0 = 0 = J M 1,M.Oleh karena itu, matriks J (U ) adalah suatu matriks-m. Sistem linear pada langkah 3 dari algoritma 1 biasanya berskala besar dan teorema di atas menjamin bahwa sistem linear tersebut memiliki solusi khusus. Solusi untuk sistem linear dengan dekomposisi LU atau metode iteratif, stabil secara numerik. Simulasi Numerik Pada bagian ini akan disajikan hasil pendekatan numerik dari empat jenis harga opsi tipe Eropa untuk melihat perilaku dan kekonvergenan dari metode beda hingga upwind. Pada simulasi numerik ini akan ditentukan derajat kekonvergenan dari metode iteratif untuk penyelesaian persamaan taklinear dengan memilih serangkaian mesh yang dibangkitkan dengan membagi-dua parameter mesh pada iterasi sebelumnya. a) Opsi Call Perhitungan nilai opsi menggunakan parameter r = 0.1, T = 1, K = 40, σ min = , σ max = , S min = dan S max = 80, dengan mesh seragam h = 2, M = 41 dan N = 21. Perbandingan harga opsi pada kasus terbaik dan kasus terburuk untuk posisi sebagai pembeli opsi (long position) dapat dilihat pada Gambar (a) (b) Gambar 5 Harga opsi Call Eropa untuk posisi sebagai pembeli opsi dengan, (a) kasus terbaik dan (b) kasus terburuk

32 20 Gambar 6 Harga opsi call untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = 0 Dari Gambar 5 terlihat bahwa untuk kasus terbaik dan kasus terburuk, metode numerik yang digunakan stabil. Harga opsi call untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = 0 ditunjukkan dengan Gambar 6. Selanjutnya akan dihitung orde kekonvergenan metode tersebut dengan membandingkan solusi eksaknya. Dalam menghitung orde kekonverenan metode tersebut, dipilih serangkaian mesh yang dibangkitkan secara berurutan dengan membagi dua ukuran mesh sebelumnya. Karena solusi eksak tidak diketahui, maka digunakan solusi numerik dari mesh seragam dengan h = , M = 2561 dan τ = , N = 1281 sebagai solusi eksak, V eksak. Selanjutnya dengan menggunakan solusi eksak tersebut, dihitung ratio dari solusi numerik dari mesh yang berurutan dengan V τ h V eksak h, Ratio = τ V 2 h 2 V eksak h, di mana V τ h adalah solusi pada mesh dengan h ukuran mesh saham dan τ ukuran mesh waktu, serta V h τ V eksak h, max V i n V eksak (S i, τ n ). 1 i M;1 n N Untuk orde kekonvergenan metode numeriknya diperoleh dari rata-rata ratio. Tabel 1 Hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi Call M N Kasus Terbaik Kasus Terburuk. h, Ratio. h, Ratio e e e e e e e e e e e e Hasil perhitungan ratio di Tabel 1 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi call dengan kasus terbaik dan kasus terburuk, secara berturut adalah sekitar 1.6 dan 1.7.

33 b) Opsi Put Perhitungan nilai opsi menggunakan parameter r = 0.1, T = 1, K = 40, σ min = , σ max = , S min = dan S max = 80, dengan mesh seragam h = 2, M = 41 dan N = 21. Perbandingan harga opsi pada kasus terbaik dan kasus terburuk untuk posisi sebagai pembeli opsi (long position) dapat dilihat pada Gambar (a) (b) Gambar 7 Harga opsi Put Eropa untuk posisi sebagai pembeli opsi dengan, (a) kasus terbaik dan (b) kasus terburuk Gambar 8 Harga opsi put untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = 0 Dari Gambar 7 terlihat bahwa untuk kasus terbaik dan kasus terburuk, metode numerik yang digunakan stabil. Harga opsi put untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = 0 ditunjukkan dengan Gambar 8. Dengan perhitungan yang serupa dengan opsi call, diperoleh hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi put di Tabel 2.

34 22 Tabel 2 Hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi Put M N Kasus Terbaik Kasus Terburuk. h, Ratio. h, Ratio e e e e e e e e e e e e Hasil perhitungan ratio di Tabel 2 menunjukkan orde kekonvergenan metode upwind pada opsi put dengan kasus terbaik dan kasus terburuk, secara berturut adalah sekitar 1.6 dan 1.7. c) Opsi Butterfly Perhitungan nilai opsi menggunakan parameter r = 0.1, T = 1, K 1 = 20, K 2 = , K 3 = 60, σ min = , σ max = , S min = dan S max = 80, dengan mesh seragamh = 2, M = 41 dan N = 21. Perbandingan harga opsi butterfly pada kasus terbaik dan kasus terburuk untuk posisi sebagai pembeli opsi (long position) dapat dilihat pada Gambar 9. (a) (b) Gambar 9 Harga opsi butterfly Eropa untuk posisi sebagai pembeli opsi dengan, (a) kasus terbaik dan (b) kasus terburuk Dari Gambar 9 terlihat bahwa untuk kasus terbaik dan kasus terburuk, metode numerik yang digunakan stabil. Harga opsi butterfly untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = 0 ditunjukkan dengan Gambar 10. Dengan perhitungan yang serupa dengan opsi call, diperoleh hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi butterfly di Tabel 3

35 23 Gambar 10 Harga opsi butterfly untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = 0 Tabel 3 Hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi Butterfly M N Kasus Terbaik Kasus Terburuk. h, Ratio. h, Ratio e e e e e e e e e e e e Hasil perhitungan ratio di Tabel 3 menunjukkan bahwa orde kekonvergenan metode beda hingga upwind pada opsi butterfly dengan kasus terbaik dan kasus terburuk, secara berturut adalah sekitar 1.7 dan 1.6. d) Opsi Cash or Nothing Perhitungan nilai opsi menggunakan parameter r = 0.1, B = 1, T = 1, K = , S max = 80, σ max = , S min = , dengan mesh seragam h = 2, M = 41 dan N = 21. Perbandingan harga opsi cash or nothing pada kasus terbaik dan kasus terburuk untuk posisi sebagai pembeli opsi (long position) dapat dilihat pada Gambar 11.

36 24 (a) (b) Gambar 11 Harga dari opsi Cash or Nothing Eropa untuk posisi sebagai pembeli opsi dengan, (a) kasus terbaik dan (b) kasus terburuk Gambar 12 Harga opsi cash or nothing untuk kasus terbaik dan kasus terburuk pada waktu t = 0 Dari Gambar 11 terlihat bahwa untuk kasus terbaik dan kasus terburuk, metode numerik yang digunakan stabil. Harga opsi cash or nothing untuk kasus terbaik dan terburuk pada waktu t = 0 ditunjukkan dengan Gambar 12. Dengan perhitungan yang serupa dengan opsi call, diperoleh hasil perhitungan error dan ratio untuk opsi cash or nothing di Tabel 4.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Salah satu instrumen derivatif yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah opsi. Opsi adalah suatu kontrak antara dua pihak, salah satu pihak (sebagai pembeli) mempunyai hak

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI SAHAM TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN. Lidya Krisna Andani ABSTRACT

METODE BEDA HINGGA UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI SAHAM TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN. Lidya Krisna Andani ABSTRACT METODE BEDA HINGGA UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI SAHAM TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN Lidya Krisna Andani Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Opsi Opsi adalah suatu hak (bukan kewajiban) untuk pembeli opsi untuk membeli atau menjual aset kepada penjual opsi pada harga tertentu dan dalam jangka waktu yang telah ditentukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND ARSYAD L

METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND ARSYAD L METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS LELAND ARSYAD L SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MODEL BLACK-SCHOLES HARGA OPSI BELI TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN

MODEL BLACK-SCHOLES HARGA OPSI BELI TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN MODEL BLACK-SCHOLES HARGA OPSI BELI TIPE EROPA DENGAN PEMBAGIAN DIVIDEN oleh RETNO TRI VULANDARI M0106062 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

PENYELESAIAN NUMERIK MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA UPWIND IRFAN NUR AFFANDI

PENYELESAIAN NUMERIK MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA UPWIND IRFAN NUR AFFANDI PENYELESAIAN NUMERIK MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA UPWIND IRFAN NUR AFFANDI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 214 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE

PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE R. MELIYANI 1, E. H. NUGRAHANI 2, D. C. LESMANA 3 Abstrak Opsi window reset merupakan salah satu jenis opsi yang

Lebih terperinci

Bab 6 Minggu ke 10 Lemma Ito & Simulasi Monte Carlo

Bab 6 Minggu ke 10 Lemma Ito & Simulasi Monte Carlo Bab 6 Minggu ke 10 Lemma Ito & Simulasi Monte Carlo Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan minggu ini, mahasiswa bisa : Menjelaskan tentang Model matematis harga Saham Membuat simulasi harga

Lebih terperinci

Perbandingan Model Black Scholes dan Brennan Schwartz untuk Menentukan Harga American Option

Perbandingan Model Black Scholes dan Brennan Schwartz untuk Menentukan Harga American Option J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-605X Vol. 4, No., May 2007, 47 58 Perbandingan Model Black Scholes dan Brennan Schwartz untuk Menentukan Harga American Option Endah Rokhmati MP, Lukman Hanafi, Supriati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan investasi ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan investasi ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada bidang keuangan, investasi sudah berkembang sangat pesat. Perkembangan investasi ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam alternatif instrumen investasi yang

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

FIKA DARA NURINA FIRDAUS,

FIKA DARA NURINA FIRDAUS, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal, terdapat berbagai aset pokok yang dapat diperjualbelikan, diantaranya adalah mata uang, sepaket saham, dan komoditas. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembeli opsi untuk menjual atau membeli suatu sekuritas tertentu pada waktu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembeli opsi untuk menjual atau membeli suatu sekuritas tertentu pada waktu dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrak Opsi Kontrak opsi merupakan suatu perjanjian atau kontrak antara penjual opsi dengan pembeli opsi, penjual opsi memberikan hak dan bukan kewajiban kepada pembeli opsi

Lebih terperinci

BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA

BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA BAB III PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA Pada bab ini akan disajikan rumusan mengenai penilaian opsi put Amerika. Pada bagian pertama diberikan beberapa asumsi untuk penilaian opsi Amerika. Bentuk nilai intrinsik

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI DENGAN MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CENTER TIME CENTER SPACE (CTCS)

PENENTUAN HARGA OPSI DENGAN MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CENTER TIME CENTER SPACE (CTCS) Eksakta Vol. 18 No. 2, Oktober 2017 http://eksakta.ppj.unp.ac.id E-ISSN : 2549-7464 P-ISSN : 1411-3724 PENENTUAN HARGA OPSI DENGAN MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CENTER TIME CENTER

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 329 PENENTUAN HARGA OPSI PADA MODEL BLACK-SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DUFORT-FRANKEL (Determining Option Value of

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK

PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK Muhammad Faizal 1, Irma Palupi 2, Rian Febrian Umbara 3 1,2,3 Fakultas Informatika Prodi Ilmu Komputasi Telkom University, Bandung

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA

BAB V IMPLEMENTASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA BAB V IMPLEMENTASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENILAIAN OPSI PUT AMERIKA 5.1 Harga Saham ( ( )) Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa opsi Amerika dapat dieksekusi kapan saja saat dimulainya kontrak

Lebih terperinci

METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS RISK ADJUSTED PRICING METHODOLOGY (RAPM) ILHAM SYATA

METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS RISK ADJUSTED PRICING METHODOLOGY (RAPM) ILHAM SYATA METODE NUMERIK UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI DENGAN MODEL VOLATILITAS RISK ADJUSTED PRICING METHODOLOGY (RAPM) ILHAM SYATA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI AMERIKA MELALUI MODIFIKASI MODEL BLACK- SCHOLES PRICING AMERICAN OPTION USING BLACK-SCHOLES MODIFICATION MODEL

PENENTUAN HARGA OPSI AMERIKA MELALUI MODIFIKASI MODEL BLACK- SCHOLES PRICING AMERICAN OPTION USING BLACK-SCHOLES MODIFICATION MODEL PENENTUAN HARGA OPSI AMERIKA MELALUI MODIFIKASI MODEL BLACK- SCHOLES PRICING AMERICAN OPTION USING BLACK-SCHOLES MODIFICATION MODEL Hesekiel Maranatha Gultom 1 Irma Palupi 2 Rian Febrian Umbara 3 1,2,3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau

Lebih terperinci

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK

PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 6751 PENENTUAN HARGA OPSI BELI EROPA DENGAN DUA PROSES VOLATILITAS STOKASTIK Muhammad Faizal1, Irma Palupi2, Rian Febrian Umbara3 1,2,3 Fakultas

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan.

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan. II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan di dalam pembahasan. 2.1 Istilah Ekonomi dan Keuangan Definisi 1 (Investasi) Dalam keuangan,

Lebih terperinci

III. PEMBAHASAN. Payoff Opsi Put ( p) Payoff Opsi Call ( c)

III. PEMBAHASAN. Payoff Opsi Put ( p) Payoff Opsi Call ( c) 5 K S. Untuk kondisi ini opsi tidak mempunyai nilai pada saat jatuh tempo. Jadi nilai opsi call pada saat jatuh tempo dapat dituliskan sebagai suatu payoff atau penerimaan bagi pemegang kontrak sebagai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Harga Opsi Put Amerika dengan Simulasi Monte Carlo adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Noviandhini Puji Gumati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Noviandhini Puji Gumati, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa saham merupakan suatu hal yang sangat penting di era globalisasi saat ini. Perdagangan yang mulai merambah pada segala bidang memicu banyak pihak untuk menginvestasikan

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL BLACK SCHOLES UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI JUAL TIPE EROPA

PENGGUNAAN MODEL BLACK SCHOLES UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI JUAL TIPE EROPA Buletin Ilmiah Math. Stat. Dan Terapannya (Bimaster) Volume 02 no. 1 (2013), hal 13 20 PENGGUNAAN MODEL BLACK SCHOLES UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI JUAL TIPE EROPA Widyawati, Neva Satyahadewi, Evy Sulistianingsih

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI OPSI TIPE EROPA EDY SUYONO

PEMODELAN NILAI OPSI TIPE EROPA EDY SUYONO PEMODELAN NILAI OPSI TIPE EROPA EDY SUYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemodelan Nilai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEEFISIENAN METODE NEWTON-RAPHSON, METODE SECANT, DAN METODE BISECTION DALAM MENGESTIMASI IMPLIED VOLATILITIES SAHAM

PERBANDINGAN KEEFISIENAN METODE NEWTON-RAPHSON, METODE SECANT, DAN METODE BISECTION DALAM MENGESTIMASI IMPLIED VOLATILITIES SAHAM E-Jurnal Matematika Vol. 5 (1), Januari 2016, pp. 1-6 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN KEEFISIENAN METODE NEWTON-RAPHSON, METODE SECANT, DAN METODE BISECTION DALAM MENGESTIMASI IMPLIED VOLATILITIES SAHAM Ida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia keuangan, investasi bukanlah hal yang baru. Investasi merupakan suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PERSAMAAN BLACK-SCHOLES DENGAN KONSEP MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL ABSTRACT

KONSTRUKSI PERSAMAAN BLACK-SCHOLES DENGAN KONSEP MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL ABSTRACT KONSTRUKSI PERSAMAAN BLACK-SCHOLES DENGAN KONSEP MODEL PENENTUAN HARGA ASET MODAL Jayanti Primades 1, Johannes Kho, M. D. H. Gamal 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE REVI MELIYANI

PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE REVI MELIYANI PENENTUAN HARGA OPSI CALL WINDOW RESET MENGGUNAKAN METODE BINOMIAL TREE DAN TRINOMIAL TREE REVI MELIYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 216 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

APLIKASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI ASIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTROL VARIATE PADA KOMODITAS PERTANIAN

APLIKASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI ASIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTROL VARIATE PADA KOMODITAS PERTANIAN APLIKASI SIMULASI MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN NILAI OPSI ASIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTROL VARIATE PADA KOMODITAS PERTANIAN D. P. ANGGRAINI 1, D. C. LESMANA 2, B. SETIAWATY 2 Abstrak Petani memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN KALKULUS STOKASTIK PADA MODEL OPSI

PENERAPAN KALKULUS STOKASTIK PADA MODEL OPSI PENERAPAN KALKULUS STOKASTIK PADA MODEL OPSI Nizaruddin Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang Jl. Sidodadi Timur 24 Semarang Abstrak Opsi merupakan salah satu pilihan investasi

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CRANK-NICHOLSON (C-N)

PENENTUAN HARGA OPSI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CRANK-NICHOLSON (C-N) PENENTUAN HARGA OPSI SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CRANK-NICHOLSON (C-N) OKI TJANDRA SURYA KURNIAWAN 1 1 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, email: tjandra07.hartoyo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah go public. Perusahaan yang tergolong perusahan go public ialah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah go public. Perusahaan yang tergolong perusahan go public ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun badan hukum dalam suatu perusahaan, khususnya perusahaan yang telah go public.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini dikaji mengenai nilai ekspektasi saham pada jatuh tempo, persamaan nilai portofolio, penentuan model Black-Scholes harga opsi beli tipe Eropa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti; saham, obligasi, mata uang dan lain-lain. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti; saham, obligasi, mata uang dan lain-lain. Seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pasar modal, terdapat berbagai macam aset yang diperjualbelikan seperti; saham, obligasi, mata uang dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 4 Metode Crank-Nicolson Untuk European Barrier Option

BAB 4 Metode Crank-Nicolson Untuk European Barrier Option BAB 4. METODE CRANK-NICOLSON UNTUK EUROPEAN BARRIER OPTION 5 BAB 4 Metode Crank-Nicolson Untuk European Barrier Option 4. Persamaan Diferensial Parsial European Barrier Option Seperti yang telah dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Secara garis besar,

Lebih terperinci

BAB III METODE MONTE CARLO

BAB III METODE MONTE CARLO BAB III ETODE ONTE CARLO 3.1 etode onte Carlo etode onte Carlo pertama kali ditemukan oleh Enrico Fermi pada tahun 1930-an. etode ini diawali dengan adanya penelitian mengenai pemeriksaan radiasi dan jarak

Lebih terperinci

{ B t t 0, yang II LANDASAN TEORI = tn

{ B t t 0, yang II LANDASAN TEORI = tn II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan definisi-definisi yang akan digunakan di dalam pembahasan. 2.1 Ruang Contoh, Peubah Acak, dan Proses Stokastik Definisi 2.1 (Ruang Contoh) Ruang contoh adalah

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Opsi Call Eropa Dengan Pembayaran Dividen

Penentuan Nilai Opsi Call Eropa Dengan Pembayaran Dividen Jurnal ainsmat, eptember 16, Halaman 143-1 ol., No. IN 79-686 (Online) IN 86-67 (Cetak) http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Penentuan Nilai Opsi Call Eropa Dengan Pembayaran Dividen Determine the value

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO

SIMULASI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. (018), hal 119 16. SIMULASI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO Lusiana, Shantika Martha, Setyo Wira Rizki

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL

PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 07, No. 2 (2018), hal 127 134. PENENTUAN HARGA OPSI TIPE EROPA DENGAN METODE BINOMIAL Syarifah Nadia, Evy Sulistianingsih, Nurfitri Imro ah INTISARI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Apa Itu Derivatif? Sekuritas derivatif adalah suatu instrumen keuangan yang nilainya tergantung kepada nilai suatu aset yang mendasarinya (Hull, 2002, hal 460). Derivatif sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Opsi merupakan suatu kontrak/perjanjian antara writer dan holder yang

BAB I PENDAHULUAN. Opsi merupakan suatu kontrak/perjanjian antara writer dan holder yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Opsi merupakan suatu kontrak/perjanjian antara writer dan holder yang memberikan hak, bukan kewajiban, kepada holder untuk membeli atau menjual suatu aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang keuangan, investasi merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Banyak orang menghimpun dana yang mereka miliki untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru,pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dengan berkembangnya industri keuangan dunia berbagai instrumen keuangan pun dikembangkan oleh banyak orang guna menunjang perkembangan pasar modal. Salah

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT Teknikom : Vol. No. (27) E-ISSN : 2598-2958 PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT Dewi Erla Mahmudah, Muhammad Zidny Naf an 2 STMIK Widya Utama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah modal yang diinvestasikan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah modal yang diinvestasikan ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia investasi tampaknya tengah mengalami perkembangan, hal ini tidak hanya ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah modal yang diinvestasikan ataupun semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB III METODE UNTUK MENAKSIR VOLATILITAS. harga saham, waktu jatuh tempo, waktu sekarang, suku bunga,

BAB III METODE UNTUK MENAKSIR VOLATILITAS. harga saham, waktu jatuh tempo, waktu sekarang, suku bunga, BAB III METODE UNTUK MENAKSIR VOLATILITAS 3.1. Pendahuluan Dalam menentukan harga opsi call dan opsi put dibutuhkan parameter harga saham, waktu jatuh tempo, waktu sekarang, suku bunga, strike price, dan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient Teknikom : Vol. No. (27) ISSN : 2598-2958 (online) Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient Dewi Erla Mahmudah, Muhammad Zidny Naf an 2 STMIK Widya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI oleh AMELIA FEBRIYANTI RESKA M0109008 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENURUNAN MODEL BLACK SCHOLES DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK OPSI TIPE EROPA

PENURUNAN MODEL BLACK SCHOLES DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK OPSI TIPE EROPA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. Hal. 7 26 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENURUNAN MODEL BLACK SCHOLES DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL STOKASTIK UNTUK OPSI TIPE EROPA DESI SUSANTI, DODI

Lebih terperinci

ABSTRAK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA DENGAN MODEL BINOMIAL

ABSTRAK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA DENGAN MODEL BINOMIAL ABSTRAK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA DENGAN MODEL BINOMIAL Djaffar Lessy, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon 081343357498, E-mail: Djefles79@yahoo.om Banyak model telah

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Opsi merupakan salah satu produk finansial turunan. Opsi memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual suatu aset acuan (underlying asset) saat jatuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derivatif keuangan merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di

BAB I PENDAHULUAN. Derivatif keuangan merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derivatif keuangan merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di dalam pasar keuangan yang nilainya bergantung pada variabel dasar, seperti saham pada perusahaan,

Lebih terperinci

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ABSTRAK SIMULASI MONTE CARLO DALAM PENENTUAN HARGA OPSI BARRIER

ABSTRAK SIMULASI MONTE CARLO DALAM PENENTUAN HARGA OPSI BARRIER ABSTRAK SIMULASI MONTE CARLO DALAM PENENTUAN HARGA OPSI BARRIER Djaffar Lessy, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon 081343357498, E-mail: Djefles79@yahoo.com Opsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan infrastruktur pasar. Secara tradisional, dikenal adanya dua

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan infrastruktur pasar. Secara tradisional, dikenal adanya dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pasar modal selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan infrastruktur pasar. Secara tradisional, dikenal adanya dua instrumen investasi utama pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Black dan Scholes (1973) mempublikasikan jurnal yang berjudul Pricing of Option and Corporate Liabilities yang berisi tentang perhitungan rumus harga

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI KOMODITAS EMAS MENGGUNAKAN METODE POHON BINOMIAL

PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI KOMODITAS EMAS MENGGUNAKAN METODE POHON BINOMIAL E-Jurnal Matematika Vol 6 (2), Mei 2017, pp 99-105 ISSN: 2303-1751 PENENTUAN HARGA KONTRAK OPSI KOMODITAS EMAS MENGGUNAKAN METODE POHON BINOMIAL I Gede Rendiawan Adi Bratha 1, Komang Dharmawan 2, Ni Luh

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern ini sudah tidak asing lagi didengar kata investasi, investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI BARRIER OPTION TIPE EROPA DAN AMERIKA

PENENTUAN NILAI BARRIER OPTION TIPE EROPA DAN AMERIKA PENENTUAN NILAI BARRIER OPTION TIPE EROPA DAN AMERIKA Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Sarjana Matematika ITB oleh : Aditya Rachman 10103008 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2016 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI OPSI LOOKBACK DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRINOMIAL Intan Pelangi Astridnindya 1 dan J. Dharma Lesmono 2 1 Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Katolik Parahyangan Bandung e-mail: intan_pelangi4@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi tanah, investasi emas, dan investasi saham merupakan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi tanah, investasi emas, dan investasi saham merupakan investasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan investasi dalam perekonomian saat ini berkembang sangat pesat. Investasi tanah, investasi emas, dan investasi saham merupakan investasi yang popular saat ini

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA OPSI TIPE ARITMATIK CALL ASIA DENGAN SIMULASI MONTE CARLO

PERHITUNGAN HARGA OPSI TIPE ARITMATIK CALL ASIA DENGAN SIMULASI MONTE CARLO PERHITUNGAN HARGA OPSI TIPE ARITMATIK CALL ASIA DENGAN SIMULASI MONTE CARLO Ardhia Pringgowati 1 1 Prodi Ilmu Komputasi Telkom University, Bandung 1 ardya.p@gmail.com Abstrak Pada penelitian ini berhubungan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2017 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB V HASIL SIMULASI

BAB V HASIL SIMULASI 46 BAB V HASIL SIMULASI Pada bab ini akan disajikan beberapa hasil pendekatan numerik harga opsi put Amerika menggunakan metode beda hingga. Algoritma yang disusun di bawah ini untuk menentukan harga opsi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Fungsi Convex

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Fungsi Convex Bab 2 Landasan Teori Salah satu hal yang menarik dari topik tugas akhir ini adalah penggunaan sebuah ilmu dari dunia insurance (teori comonotonic) ke dunia matematika keuangan. Oleh karena itu untuk memahaminya

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI KEUANGAN DENGAN SIMULASI MONTE CARLO

PENENTUAN HARGA OPSI KEUANGAN DENGAN SIMULASI MONTE CARLO PENENTUAN HARGA OPSI KEUANGAN DENGAN SIMULASI MONTE CARLO TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti sidang Sarjana Program Studi Matematika Institut Teknologi Bandung Oleh : Kunarto

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP ( ( ) )

BAB V PENUTUP ( ( ) ) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penentuan harga opsi Asia menggunakan rata-rata Aritmatik melalui Simulasi Monte Carlo dapat dinyatakan sebagai berikut. ( ( ) ) ( ( ) ) dimana merupakan harga opsi Call Asia

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA OPSI PUT AMERIKA MENGGUNAKAN ALGORITMA MONTE CARLO. Rina Ayuhana

PENENTUAN HARGA OPSI PUT AMERIKA MENGGUNAKAN ALGORITMA MONTE CARLO. Rina Ayuhana PENENTUAN HARGA OPSI PUT AMERIKA MENGGUNAKAN ALGORITMA MONTE CARLO Rina Ayuhana Program Studi Ilmu Komputasi Universitas Telkom, Bandung rina.21.kids@gmail.com Abstrak Opsi adalah suatu kontrak yang memberikan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2017 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Salah satu instrumen derivatif yang telah banyak dikenal dan diperdagangkan oleh masyarakat adalah opsi (option). Opsi merupakan suatu jenis kontrak

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wulansari Mudayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wulansari Mudayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pasar modal terdapat berbagai macam aset yang diperjualbelikan seperti saham, mata uang, komoditas dan lain-lain. Seiring perkembangan waktu, pemilik

Lebih terperinci

METODE MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI BARRIER DENGAN SUKU BUNGA TAKKONSTAN 1 PENDAHULUAN

METODE MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI BARRIER DENGAN SUKU BUNGA TAKKONSTAN 1 PENDAHULUAN ETODE ONTE CARLO UNTUK ENENTUKAN HARGA OPSI BARRIER DENGAN SUKU BUNGA TAKKONSTAN I. KAILA 1, E. H. NUGRAHANI, D. C. LESANA Abstrak Asumsi suku bunga konstan pada penentuan harga opsi barrier tidak sesuai

Lebih terperinci

VALUASI COMPOUND OPTION PUT ON PUT TIPE EROPA SKRIPSI. Disusun oleh YULIA AGNIS SUTARNO JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

VALUASI COMPOUND OPTION PUT ON PUT TIPE EROPA SKRIPSI. Disusun oleh YULIA AGNIS SUTARNO JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA VALUASI COMPOUND OPTION PUT ON PUT TIPE EROPA SKRIPSI Disusun oleh YULIA AGNIS SUTARNO 24010210110009 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014 VALUASI COMPOUND

Lebih terperinci