BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 25 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Kerja Guru 1. Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan sebuah fenomena yang kompleks (Rao, 2003). Robbins dan Judge (2013) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan positif tentang suatu pekerjaan yang merupakan hasil evaluasi dari beberapa karakteristik pekerjaan seperti pekerjaan itu sendiri, bayaran, supervise, teman kerja, dan promosi. Kumar (2007) juga mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan reaksi emosi individu terhadap pekerjaannya yang merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah sikap postif individu terhadap pekerjaannya yang merupakan hasil dari evaluasi terhadap karakteristik pekerjaan itu sendiri. 2. Definisi Kepuasan Kerja Guru Kepuasan kerja merupakan fenomena yang komplek yang melibatkan aspek pribadi, institusi, dan sosial (Rao, 2003). Kepuasan kerja guru adalah sikap seorang guru terhadap pekerjaannya sebagai suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan kesesuaian antara apa yang diberikan dan apa yang didapatkan. Kepuasan kerja guru juga merupakan bagaimana guru memandang pekerjaanya sebagai suatu hal yang menguntungkan atau merugikan. Kepuasan kerja guru merupakan hasil dari

2 26 berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaannya dan terhadap kehidupan kerja pada umumnya (Kumar, 2007) Sedangkan menurut Lester (dalam Knox, 2011) kepuasan kerja guru merupakan persepsi guru dan nilai dari karakteristik lingkungan pekerjaan seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, dan produktivitas. Lester juga menambahkan kepuasan kerja guru sebagai sejauhmana penerimaan dan nilainilai seorang guru terhadap banyaknya faktor seperti evaluasi, hubungan rekan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan. Jika guru mencapai kepuasan kerja mereka akan melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan tujuan dari pendidikan tersebut (Rao, 2003). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja guru adalah penilaian seseorang guru terhadap aspek-aspek yang terdapat didalam suatu pekerjaan, yaitu aspek pengawasan, rekan kerja, kondisi pekerjaan, imbalan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, kenaikan jabatan, keamanan, dan penghargaan. 3. Teori yang Mendasari Kepuasan Kerja Berikut ini merupakan dasar teori dalam pembuatan Teacher Job Satisfaction Questionnaire yang dikembangkan oleh Lester (1987), yaitu : a. Teori Herzberg Teori Herzberg (1987) dikenal dengan teori dua faktor. Teori dua faktor juga disebut sebagai teori motivasi hygiene berkaitan dengan motivasi dan job satisfaction. Herzberg (1987) mengemukakan job satisfaction disebabkan

3 27 oleh hadirnya serangkaian faktor yang disebut sebagai motivator, sedangkan job dissatisfaction disebabkan oleh ketidakhadiran rangkaian yang berbeda dari motivator yang disebut sebagai hygiene faktor. 1. Faktor motivasi (Motivation factor) Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan fakor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik). Faktor-faktor yang termasuk kedalam faktor motivasi adalah faktor keberhasilhan menyelesaikan tugas (achievement), pengakuan orang lain (recognition), tanggungjawab (responsibility), peluang untuk maju (advancement), kepuasan kerja itu sendiri (the work it self), kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth). Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan memberikan kepuasan, namun jika ada yang tidak terpenuhi bukan berarti mengakibatkan ketidakpuasan kerja. 2. Faktor hygiene (Hygiene factor) Merupakan faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan; berhubungan dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja. faktor-faktor yang termasuk di sini adalah Working condition (kondisi kerja), interpersonal relation (hubungan antar pribadi), company policy and administration (kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya0, job security (perasaan aman dalam bekerja), pay (gaji), status (Jabatan), supervision technical (teknik pengawasan).

4 28 Herzberg juga menyatakan bahwa faktor motivasi menyebabkan seseorang untuk bergerak dari kondisi tidak ada kepuasan menuju ke arah kepuasan. Sedangkan hygiene factors dapat menyebabkan seseorang yang berada dalam ketidakpuasan menuju kearah kepuasan. 3. Konsekuensi dari Kepuasan Kerja Kumar (2007) mengatakan bahwa terdapat beberapa konsekuensi yang diperoleh seorang dari kepuasan kerja, yaitu : a. Ketidakhadiran (absenteeism) Terdapat hubungan kepuasan kerja dengan jumlah ketidakhadiran dari seorang pekerja. Ketidakpuasan bekerja akan membuat seorang pekerja tidak ingin untuk bekerja dan hal ini akan menyebabkan pekerja menjauh dari pekerjaanya. b. Berhenti Kerja (turn over) Pekerja yang puas dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dengan pekerjaannya, sedangkan pekerja yang tidak puas dengan pekerjaanya cenderung untuk berhenti dari pekerjaanya dan mencari kepuasan di pekerjaan yang lain. c. Pemberitaan Negatif (negative publicity) Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaanya cenderung untuk memberitahukan hal yang negatif tentang organisasinya dan pada akhirnya membuat nama tempat organisasinya menjadi jelek. Pemberitaan yang negatif terhadap organisasi, dapat menyebabkan organisasi kesulitan dalam mencari karyawan baru.

5 29 Sementara itu, McShane dan Glinow (2010) mengatakan bahwa terdapat empat konsekuensi dari kepuasan kerja, yaitu : a. Keluar (exit) Seorang pekerja yang terus menerus tidak puas terhadap pekerjaanya, pada akhirnya dapat memotivasi pekerja tersebut untuk mencari kesempatan kerja yang lebih baik di tempat lain atau berhenti dari pekerjaan. b. Suara (voice) Voice merupakan suatu upaya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan dengan cara yang konstruktif, seperti merekomendasikan cara bagi manajemen untuk memperbaiki situasi, atau dapat lebih konfrontatif, seperti mengajukan keluhan resmi atau membentuk koalisi untuk menentang keputusan. bahkan yang paling ekstrimnya pekerja dapat melakukan mogok kerja. c. Kesetiaan (loyalty) Setia merupakan suatu cara yang digunakan oleh karyawan dalam menghadapi ketidakpuasan dengan cara sabar, mereka sering mengatakan bahwa mereka menderita dalam diam dan berharap atau menunggu masalah mereka diselesaikan oleh orang lain atau diselesaikan oleh mereka sendiri. d. Mengabaikan (neglect) Karyawan yang tidak puas terhadap pekerjaannya akan mengurangi usaha kerja, kualitas kerja, sering tidak hadir dan sering terlambat. Hal ini dapat berdampak negatif bagi tempat karyawan tersebut bekerja.

6 30 4. Aspek-Aspek Kepuasan Kerja Guru Menurut Lester (dalam Knox, 2011), ada sembilan aspek kepuasan kerja guru, yaitu : a. Pengawasan (supervision) Pengawasan didefiniskan sebagai hubungan interpersonal antara atasan dengan bawahan dan gaya kepemimpinan berupa task oriented atau person oriented. b. Rekan Kerja (colleagues) Merupakan rekan kerja dalam mengajar, kelompok kerja dan aspek-aspek sosial yang ada di dalam lingkungan sekolah. Rekan kerja akan memberi dan menerima dukungan antar sesama guru. Rekan kerja juga dapat memberikan dukungan sosial di saat seseorang membutuhkannya. c. Kondisi Pekerjaan (work condition) Merupakan pembentukan kebijakan yang ada disekolah dan kondisi fisik secara keseluruhan lingkungan kerja. d. Imbalan/gaji (pay) Pendapatan tahunan yang dapat berfungsi sebagai indikator dan pengakuan atas prestasi atau kegagalan. e. Tanggungjawab (responsibility) Merupakan keinginan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan, berpartisipasi dalam membuat keputusan di sekolah, dan menolong setiap murid dalam belajar.

7 31 f. Pekerjaan itu sendiri (work it self) Pekerjaan rutinitas meliputi pekerjaan mengajar itu sendiri atau tugas yang berhubungan dengan pekerjaan. Didalamnya termasuk pemberian otonomi kepada guru. Pemberian kesempatan kepada guru untuk melakukan inovasi dalam mengajar dan menggunakan kemampuan dalam pekerjaan. g. Kenaikan jabatan (advancement) Kenaikan jabatan adalah perubahan dalam status atau posisi, yang mana termasuk peningkatan pendapatan dan tanggung jawab. h. Keamanan (security) Yaitu keamanan kerja; kebijakan sekolah tentang masa jabatan, senioritas, pemecatan jabatan dan pensiun. i. Penghargaan (recognition) Penghargaan adalah perhatian, penghargaan, prestise dan penghargaan dari supervisor, rekan kerja, siswa dan orangtua. Menyalahkan dan kritik dapat menyebabkan dampak negatif terhadap aspek ini. Aspek-aspek kepuasan kerja guru ini merupakan indikator yang digunakan dalam Teacher Job Satisfaction Questioner (TJSQ). Lester mengembangkan TJSQ didasarkan pada teori Dua-Faktor Herzberg untuk mengukur tingkat kepuasan atau ketidakpuasan terhadap pekerjaan seorang guru. 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru Kumar (2007) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :

8 32 a. Pengawasan (supervision) Pengawasan dan gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin merupakan faktor yang penting dalam kepuasan kerja. Gaya kepemimpinan yang berfokus pada pegawai seperti bersahabat dengan pekerja, menghargai pekerja, dan hangat kepada pekerja dapat meningkatkan kepuasan kerja. Sedangkan gaya kepemimpinan yang berfokus pada produksi dapat menyebabkan rendahnya kepuasan kerja dan dapat menyebabkan pekerja berhenti bekerja dan tidak datang bekerja. b. Kelompok Kerja (the work group) Kelompok kerja merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di tempat kerjanya. Karyawan yang diasingkan dari kelompok kerjanya cenderung untuk tidak menyukai pekerjaannya. c. Isi Pekerjaan (job content) Job content merupakan faktor-faktor seperti pengkuan, tanggung jawab, kenaikan jabatan, dan prestasi yang terdapat dalam performa kerja seorang karyawan. d. Tingkat Pekerjaan (occupational level) Orang yang memiliki tingkat pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Tinggiya tingkat dari suatu pekerjaan akan memberikan reputasi dan harga diri yang dianggap bagi pekerja. Tingkat pekerjaan yang tinggi dapat memberikan kepuasan.

9 33 e. Kekhususan (specialization) Kekhususan kerja pada umumnya dapat mengarahkan kepada efisiensi kerja yang dapat menyebabkan kepuasan kerja, tetapi kekhususan kerja juga dapat menyebabkan kebosanan dan menurunkan kepuasan kerja. f. Usia (age) Penelitian menemukan bahwa pekerja yang memiliki usia yang tua lebih puas terhadap pekejeraanya. g. Ras dan Jenis Kelamin (race and sex) Kepuasan kerja yang dimiliki warga minoritas dan kulit hitam lebih rendah jika dibandingkan dengan warga mayoritas dan kulit putih di amerika. Menurut harrick (dalam kumar, 2007) mengatakan bahwa pria lebih memiliki tingkat kepuasan kerja dibandingkan wanita, karena wanita memiliki kesempatan untuk bekerja yang lebih sedikit dan pendapatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria. h. Tingkat Pendidikan (educational level) Pekerja yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung untuk memiliki harapan yang besar terhadap pekerjannya. Jika harapan pekerja tersebut tidak sesuai dengan yang didapatkanya akan membuat pekerja tersebut tidak puas dengan pekerjaanya. B. Guru 1. Definisi Guru Rao (2003) mengatakan bahwa guru merupakan sosok yang penting dalam terlaksananya sistem pendidikan yang baik. Guru adalah orang yang memfasilitasi

10 34 proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik (Chotima, 2008). Berdasrkan Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan menurut Atmaka (2004) guru adalah orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk individu yang mandiri. Berdasarkan beberapa pengetian tentang guru diatas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pengelola kegiatan proses belajar mengajar dimana dalam hal ini guru bertugas untuk mengarahkan, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dan kegiatan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. 2. Definisi Guru TK Sujiono (2013) mengatakan bahwa istilah guru dalam pendidikan anak usia dini adalah orang yang memiliki wibawa dan pantas untuk ditiru dan diteladani. Guru juga bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. Guru juga merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk merancang program pembelajaran dan mampu untuk menanta dan mengelola kelas. Sedangkan berdasarkan UU SISDIKNAS No 20/2003 pasal 1 (1) Bahwa pendidik

11 35 adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru yang sesuai kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa guru TK adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran dan memiliki kemampuan dalam merancang program pembelajaran, menanta, dan mengelola kelas. 3. Kompetensi Guru TK Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan (dalam Sujiono, 2013) agar seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. seorang guru harus memiliki beberapa kompetensi. Kompetesi tersebut adalah kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial. a. Kompetensi Pedagogis, mencakup kemampuan untuk dapat : 1) Memahami karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan peserta didik 2) Menguasai konsep dan prinsip pendidikan. 3) Menguasai konsep, prinsip, dan prosedur pengembangan kurikulum. 4) Menguasai teori, prinsip, dan strategi pembelajaran. 5) Membuat situasi belajar yang interaktif, inspiratif, mentenangkan, menantang, memotivasi murid untuk aktif, dan meberi ruang yang cukup bagi kegiatan kreativitas dan kemandirian. 6) Menguasai konsep, prinsip, prosedur, dan staretegi bimbingan belajar peserta didik.

12 36 7) Menguasai media pembelajaran termasuk teknologi komunikasi dan informasi. 8) Menguasai prinsip, alat, dan prosedur penilaian proses dan hasil belajar. b. Kompetensi Kepribadian, mencakup kemampuan untuk dapat : 1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, mantap, stabil, dewasa, berwibawa, seta arif, dan bijaksana. 2) Berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat sekitar. 3) Memiliki jiwa, sikap, dan perilaku demokratis 4) Memiliki sikap dan komitmen terhadap profesi serta menjunjung kode etik pendidik. c. Kompetensi Sosial, mencakup kemampuan untuk dapat : 1) Bersikpa terbuka objektif, dan tidak diskriminatif. 2) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan santun dengan peserta didik. 3) Berkomunikasi dan bergaul secara kolegial dan santun dengan sesaa tutor dan tenaga kependudukan 4) Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan orang tua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar. 5) Beradaptasi dengan kondisi sosial budaya setempat. 6) Bekerja sama secara efektif dengan peserta didik, sesame tutor, dan tenaga kependidikan, dan masyatakat sekitar. d. Kompetensi Profesional. Mencakup kemampuan untuk : 1) Menguasai substansi aspek-aspek perkembangan anak.

13 37 2) Menguasi konsep dan teori perkembangan anak yang menaungi bidang-bidang pengembangan. 3) Mengintegrasikan berbagai bidang pengembangan. 4) Mengaitkan bidang pengembangan dengan kehidupan sehari-hari. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri dan profesi. Jadi, kesimpulannya adalah bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial agar dapat melaksanakan kewajibanya sebagai pendidik. 4. Gambaran Kepuasan Kerja Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Medan Pendidikan merupakan hal sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berperan sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan seorang anak dan menjadi alat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan (Kumar, 2007). Tanpa pendidikan seorang anak tidak dapat menjadi pribadi yang utuh, tidak bisa menjadi insan sosial, dan tidak dapat menjadi abdi Tuhan yang saleh (Kartono, 2007). Di Indonesia sendiri sistem pendidikan diatur di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang tersebut mengatakan bahwa pendidikan terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistematik. Yang artinya pendidikan harus dimulai dari usia dini, karena pendidikan anak usia

14 38 dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantui pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselengarakan melalui tiga jalur, pertama yaitu jalur formal seperti Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal (RA), kedua yaitu jalur nonformal yang berbentuk Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA), dan yang ketiga yaitu jalur informal yang berbentuk pendidikan keluaga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkunga (Sujiono, 2013). Usia 0 6 tahun merupakan periode emas bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Melalui PAUD diharapkan dapat mengoptimalkan perkembagan selama masa usia dini dan memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk belajar pada jenjang selanjutnya (Sujiono, 2013). Pemberian rangsangan yang tepat pada pendidikan anak usia dini sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Dalam pendidikan anak usia dini guru memiliki peran yang penting dalam pemberian rangsangan yang tepat

15 39 pada anak (Sujiono, 2013). Guru juga merupakan sosok paling berpengaruh dalam terjadi proses belajar yang baik (Rammatulasamma, 2007). Perie & Baker (1997) mengatakan bahwa guru yang memiliki kualitas mengajar yang baik merupakan pusat dari keberhasil suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut Utami (2003) walaupun fasilitas pendidikan lengkap dan canggih, namun bila tidak didukung dengan adanya guru yang berkualitas, maka mustahil akan terjadi proses belajar dan pembelajaran yang maksimal. Seorang guru TK harus memiliki wibawa dan pantas untuk ditiru dan diteladani. Guru TK juga bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. Guru TK juga merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk merancang program pembelajaran dan mampu untuk menanta dan mengelola kelas (Sujiono, 2013). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan seorang guru TK harus memiliki beberapa kompetensi untuk membantu seorang guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Kompetesi tersebut adalah kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial. Menurut Sujiono (2013) Beberapa kompetensi yang telah disampaikan diatas, mutlak harus dimiliki oleh seorang guru TK agar seorang guru TK memiliki kualitas mengajar yang baik dan dapat mengoptimalkan kemampuan anak. Guru merupakan pusat dari suatu sistem pendidikan (Kumar, Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu pendidikan yang berkualitas tinggi perlu untuk memperhatikan kepuasan kerja dari pengajar (Perie, 1997).

16 40 Kepuasan kerja guru merupakan penilaian seorang guru terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja sangat penting dalam setiap pekerjaan karena merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. (Kumar, 2007). Menurut Robbins dan Judges (2013) kepuasan kerja adalah perasaan positif terhadap pekerjaan berdasarkan hasil evaluasi dari karakteristik pekerjaan tersebut. Sedangkan Menurut Cranny, Smith, and Stone (1992) Kepuasan kerja merupakan reaksi emosional terhadap pekerjaan sebagai suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan yang didapatkan. Kepuasan kerja guru dapat dilihat dari sikap seorang guru dalam bekerja atau mengajar. Jika guru merasa puas terhadap pekerjaanya, maka dia akan bekerja dengan baik (Suwar, 2008). Terdapat beberapa penelitian tentang kepuasan kerja guru. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2012) menguji hubungan kepuasan kerja dengan prestasi kerja guru. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif dengan prestasi kerja guru. Semakin tinggi kepuasan kerja guru akan meningkatkan prestasi kerja guru. Sementara itu, Penelitian dilakukan oleh Perie & Barker (1997) tentang hubungan kepuasan kerja dengan keefektifan guru dalam negajar di kelas dan pengaruh terhadap prestasi siswa. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa kepuasan kerja guru memiliki hubungan yang positif dengan keefektifan guru dalam mengajar di kelas dan berpengaruh terhadap prestasi siswa. Guru yang memiliki kepuasan kerja memiliki anak didik yang berprestasi.

17 41 Penelitian yang dilakukan (Sargent & Hannum, 2005) tentang hubungan kepuasan kerja guru dengan kinerja guru, keterlibatan guru, komitmen, dan motivasi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan positif dengan kinerja guru, keterlibatan guru, komitmen, dan motivasi. Guru yang memiliki kepuasan kerja akan memiliki kinerja yang baik. Guru yang memiliki kepuasan kerja akan lebih terlibat dalam proses belajar mengajar. Guru yang memiliki kepuasan kerja lebih komitmen terhadap pekerjaannya dan juga memiliki motivasi untuk bekerja. Sedangkan menurut Supriyanti (2015) bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres kerja dan kepuasan kerja guru. penelitian (Houchins, Shippen & Cattret, 2004) mengemukakan bahwa kepuasan kerja guru berpengaruh terhadap menigkatkan retensi pada guru. Semakin puas seorang guru terhadap pekerjaannya, maka akan meningkatkan retensi pada guru dan sebaliknya. Kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap kedisipilinan, kualitas kerja, dan prestasi kerja guru (Perie & Baker, 1997). Guru yang memiliki kepuasan kerja akan cenderung disiplin, memiliki kualitas kerja yang baik, dan memilik prestasi. Dari beberapa hal yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti ingin melihat bagaimana gambaran kepuasan kerja guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil dari sikap seseorang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. hasil dari sikap seseorang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. KEPUASAN KERJA 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Blum & Naylor (dalam Rao, 2003), kepuasan kerja merupakan hasil dari sikap seseorang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktifitas di dalam suatu perusahaan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian motivasi Motivasi didefinisikan sebagai dorongan. Dorongan merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik STANDAR KOMPETENSI GURU PAUD/TK/RA No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik Menguasai karakteristik peserta 1. Memahami karakteristik peserta didik usia didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 HAND OUT MATA KULIAH KELOMPOK BERMAIN KODE MK/SKS : UD 408/2 SKS 1 O L E H : N I N I N G S R I N I N G S I H, M. P D N I P. 1 3 2 3 1 6 9 3 0 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa dalam peranannya faktor manusia tidak kalah penting bila dibandingkan dengan mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor bagi setiap kemajuan suatu bangsa dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, seiring perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan usaha yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan dalam memenuhi beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk BAB 2 Tinjauan Pustaka 2. Tinjauan Pustaka 2. 1 Kepuasan Kerja Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut terpenuhi

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal, hingga kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan rasa aman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki berbagai macam kebutuhan. Mulai dari kebutuhan primer, yaitu kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal,

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya komitmen, profesionalisme, dan tingkat kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PRODUKTIVITAS KERJA 1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh setiap orang dari generasi ke generasi dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya. Undang- Undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini ialah anak yang baru dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun. Usia dini merupakan usia yang sangat fundamental dalam menentukan pembentukan karakter

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KEPUASAN KERJA 2.1.1. DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA Kepuasan kerja adalah suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaanya. Hal ini dihasilkan dari persepsi mereka

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) STANDAR KOMPETENSI (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK* KOMPETENSI INTI Kompetensi Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan berdampak terhadap kegagalan perwujudan visi dan misi organisasi. Kepuasan kerja pegawai merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang diberikan kepada anak semenjak dini merupakan investasi yang berharga dalam proses tumbuhkembangnya, maka dari itu sangatlah penting memberikan

Lebih terperinci

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Standar Kompetensi PENGELOLA PAUD DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007 A. LATAR

Lebih terperinci

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN Penelitian KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN Edi Waluyo, Lita Latiana, & Decik Dian Pratiwi e-mail: waluyowulan@gmail.com PG PAUD FIP Universitas Negeri Semarang Abstrak: Pendidikan

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Inisiatif manajerial Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi kepada tenaga kerja perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Sunyoto (2012), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Pendidikan Nasional berfungsi sebagai upaya sistemik untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan

BAB II LANDASAN TEORITIS. kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kepemimpinan 1. Definisi Kepemimpinan atau Leadership adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan tujuan dan mencapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk membuka wawasan peserta didik dan mengarahkannyasehingga mereka mengenali potensi diri masingmasing. Selanjutnya jika peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya rencana-rencana perusahaan dan pengawasan serta penelitiannya, bila tidak dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kepemimpinan Menurut Veithzal Rivai (2006:2) mendefinisikan kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan cara kepatuhan, kepercayaan,

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU

Lebih terperinci

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK Nama BIODATA : Bero Usada, S.Kom TTL : Boyolali, 22 Januari 1987 Alamat : Perum Swarna Bsd Blok A 9. Jl. Beringin Pekanbaru Pendidikan : SDN 2 Jeruk lulus tahun 1999 Profesi & Organisasi Email : SMPN 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 7 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pambangunan nasional. Oleh karena itu, pendidikan memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengalaman hidup setiap individu dalam berbagai lingkungan yang memiliki pengaruh positif untuk perkembangan individu sepanjang hayat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan pada setiap organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khan (dalam Schaufeli, 2012) menyatakan work engagement dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khan (dalam Schaufeli, 2012) menyatakan work engagement dalam 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work Engagement 2.1.1 Definisi Work Engagement Khan (dalam Schaufeli, 2012) menyatakan work engagement dalam pekerjaan di konsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Melalui wawancara dengan salah satu guru SMP Negeri 9 Pematangsiantar,

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Melalui wawancara dengan salah satu guru SMP Negeri 9 Pematangsiantar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam lingkungan pendidikan Kota Pematangsiantar, beberapa sekolah dilanda oleh konflik antara guru dengan kepala sekolah. Sumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki era globalisasi ini, perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memerlukan adanya proses untuk menjadi maju, salah satu proses tersebut adalah dengan mencerdaskan anak bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah unit sosial yang dengan sengaja dikelola, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk mencapai satu

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR 1. Kompetensi a. Memahami wawasan dan landasan 1) Mengetahui wawasan kependidikan TK Pedagogik kependidikan. 2) Mengetahui landasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan dengan sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh kemajuan zaman. Hal ini membawa dampak yang cukup besar bagi dunia industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena anak memiliki masa perkembangan yang paling pesat, yakni pada masa golden age. Masa golden

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S. PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S Oleh: ARI YUDANI NIM : Q 100 070 620 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA T E S I S OLEH : SRI RAHARDJO NIM : P 100030100 MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C Pendidikan TPA/ KB Eka Sapti C Anak Usia Dini? Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) PAUD? UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Panggaribuan (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Pada PT. Indosat, Tbk. Divisi Regional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN. mengemukakan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN. mengemukakan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN A. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK Oleh : Rita Mariyana, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 APA ITU KOMPETENSI? Istilah kompetensi (competence) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar kekuatan spiritual keagamaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Porter dan Lawler (dalam Kreitner & Kinicki, 2004) menyatakan. atau ekstrinsik (gaji dan pengakuan dari publik).

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Porter dan Lawler (dalam Kreitner & Kinicki, 2004) menyatakan. atau ekstrinsik (gaji dan pengakuan dari publik). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Porter dan Lawler (dalam Kreitner & Kinicki, 2004) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari perbedaan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh dalam pembangunan nasional. Komponen pendidikan yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI Oleh: Udin S. Sa ud, Ph.D UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENGERTIAN PROFESI Suatu pekerjaan tertentu (a particular business) yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pendidikan diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik agar bisa berperan menampilkan keunggulan potensi yang dimilikinya, yang kreatif, mandiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya (Robbins, 2006). Dalam hal ini adalah karyawan. Karyawan dapat menilai seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Two Factor Theory Prinsip teori ini mengemukakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci