KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG"

Transkripsi

1 1 TESIS KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG NI LUH GEDE TRISNA DEWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

2 2 TESIS KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG NI LUH GEDE TRISNA DEWI NIM PROGRAM MAGISTER PRORAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 i

3 3 KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana NI LUH GEDE TRISNA DEWI NIM PROGRAM MAGISTER PRORAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 ii

4 4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2013 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D. Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. NIP NIP Mengetahui Ketua Program Magister Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum. NIP Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) NIP iii

5 5 Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 16 Desember 2013 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 3407/UN14.4/HK/2013 Tanggal 16 Desember 2013 Ketua : Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D. Anggota : 1. Dr. Made Sri Satyawati, S.S, M.Hum. 2. Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A. 3. Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum. 4. Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum. iv

6 6 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ni Luh Gede Trisna Dewi, S.S. NIM : Program Studi Judul Tesis : Linguistik : Klausa Relatif Bahasa Jepang Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 16 Desember 2013 Yang membuat pernyataan, Ni Luh Gede Trisna Dewi v

7 7 Ucapan Terima Kasih Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas wara nugraha-nya penulisan tesis sebagai rangkaian akhir dari seluruh proses pendidikan program magister ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini tidak lepas dari campur tangan berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya atas bantuan dan dukungan banyak pihak, di antaranya sebagai berikut. 1. Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD KEMD; 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K); 3. Ketua Program Magister Linguistik, Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum.; 4. Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D., selaku pembimbing I atas segala saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis; 5. Dr. Made Sri Satyawati, S.S, M.Hum., selaku pembimbing II atas segala arahan dan semangat yang diberikan kepada penulis; 6. Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum., serta para dosen pada Program Magister Linguistik yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu; vi

8 8 7. Ketua Program Studi Sastra Jepang, Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum. yang telah meminjamkan banyak buku kepada penulis, serta seluruh dosen pada Program Studi Sastra Jepang atas dukungan dan nasihat yang diberikan selama ini; 8. Seluruh staf pada sekretariat dan perpustakaan Program Magister Linguistik Universitas Udayana dan Fakultas Sastra Universitas Udayana yang telah memberikan banyak bantuan selama penulis menempuh pendidikan ini. 9. Rekan-rekan karyasiswa Program Magister Linguistik Universitas Udayana angkatan 2011 atas kebersamaan, semangat dan kerja samanya selama ini. Motivasi dari rekan-rekan sangat berperan dalam menyelesaikan pendidikan ini. Selain pihak-pihak yang telah disebutkan di atas, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf dan pengajar SIKI BALI yang telah memberikan banyak pemakluman berkaitan dengan jadwal kepada penulis selama menempuh pendidikan ini. Penulisan tesis ini juga tidak mungkin tanpa adanya dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih, yang pertama kepada Jro Mangku Suartana, kakek terbaik yang memberikan kasih sayang begitu besar serta dukungan yang luar biasa dalam setiap proses pendidikan yang penulis tempuh hingga saat ini. Demikian pula kepada kedua orang tua tercinta, bapak I Nyoman Bakti dan Ibu Ni Kadek Nastri atas dukungan untuk terus berusaha menunjukkan yang terbaik serta doa restu yang selalu mengiringi setiap langkah penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik vii

9 9 Ni Kadek Sri Wilantari yang selalu ada ketika penulis membutuhkan teman berbagi suka maupun duka. Kepada sahabat, kakak, pendamping, I Wayan Wardana yang dengan kesabaran dan pengertiannya selalu menguatkan penulis hingga mampu menuntaskan seluruh proses pendidikan ini. Terakhir, terima kasih kepada setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu yang selalu memberikan doa dan dukungannya. Sebagai manusia biasa, tentunya penulis masih memiliki banyak kekurangan pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis akan sangat senang jika menerima kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan tesis di masa yang akan datang. Denpasar, Desember 2013 Penulis, Ni Luh Gede Trisna Dewi viii

10 10 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meneliti klausa relatif bahasa Jepang, di antaranya unsur yang dapat direlatifkan, strategi perelatifan yang digunakan, peranan nomina inti dan relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari klausa relatif bahasa Jepang. Teori yang dipergunakan adalah Teori Tata Bahasa Leksikal Fungsional dan Teori Tipologi. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis yang diambil dari dua buah novel berbahasa Jepang yang memuat kalimat-kalimat yang sederhana. Secara umum metode penelitian yang dipergunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Sementara itu, metode distribusional dipergunakan untuk analisis data dan metode formal dan informal dipergunakan untuk penyajian hasil analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kalimat bahasa Jepang posisi yang dapat direlatifkan, antara lain subjek, objek, oblik, dan posesor. Berkaitan dengan posisi nomina inti klausa relatif bahasa Jepang termasuk tipe prenominal, yaitu klausa relatif muncul sebelum nomina inti. Semua unsur dalam kalimat bahasa Jepang yang dapat direlatifkan menerapkan strategi gap. Namun, dalam beberapa kasus ditemukan perelatifan tanpa strategi gap. Dalam diagram pohon ada satu unsur yang kosong. Unsur tersebut adalah NP yang sebenarnya dapat diisi oleh nomina lain. Struktur fungsional terlihat lengkap karena satu buah nomina menduduki dua fungsi dalam kalimat. Dalam struktur argumen ada dua buah kelompok argumen yang dapat digambarkan peran tematiknya. Nomina inti dapat mengisi posisi yang sama di kedua klausa, tetapi bisa juga mengisi posisi yang berbeda di tiap-tiap klausa. Relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari klausa relatif restriktif dalam bahasa Jepang, antara lain (1) SUBJ klausa utama sekaligus SUBJ klausa relatif; (2) SUBJ klausa utama sekaligus OBJ klausa relatif; (3) SUBJ klausa utama sekaligus OBL klausa relatif; (4) OBJ klausa utama sekaligus OBJ klausa relatif; (5) OBJ klausa utama sekaligus SUBJ klausa relatif; (6) OBL klausa utama sekaligus SUBJ klausa relatif, dan (7) OBL klausa utama sekaligus OBL klausa relatif. Sementara itu, relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti klausa relatif non-restriktif, antara lain (1) SUBJ klausa utama sekaligus SUBJ klausa relatif; (2) OBJ klausa utama sekaligus OBJ klausa relatif; (3) OBJ klausa utama sekaligus SUBJ klausa relatif, dan (4) OBL klausa utama sekaligus SUBJ klausa relatif. Kata kunci : nomina inti, pronomina relatif, klausa relatif, relasi gramatikal, struktur konstituen, struktur fungsional, struktur argumen. ix

11 11 ABSTRACT This research aims at searching Japanese relative clause, relativised element, relativization strategies, the role of core noun and grammatical relation accepted by core noun. Theory used in this research is Lexical Functional Grammar and Typology Theory. The data is taken from Japanese language novel which contain simple sentences. Qualitative method is commonly used in this research. Observation method was used as a data collecting method, while distributional method was conducted for data analysis. The result of data analysis was then presented with formal and informal methods. There are several points discussed in this research. Japanese language has two types of relative clauses, they are restrictive and non-restrictive. However, based on the data obtained, there are more numbers of restrictive relative clauses. Based on the position of the core noun, Japanese relative clauses belong to prenominal type, which is the relative clause appearing before the core noun. In relation with relativization strategies, Japanese relative clauses use gap strategy. However, in some cases, this strategy cannot be applied. Relativization can be applied for subject, object, oblique, and possessor. From those elements, the relativization of subject is found the most. On tree diagram there is one empty function which can actually be filled by another noun. Japanese relative clause has complete functional structure. There are two groups of arguments on argument structure that its thematic role can be described. Core noun is able to fill the same position in two clauses or two different positions in each clause. Grammatical relation accepted by core noun from restrictive Japanese relative clause are (1) SUBJ of main clause is SUBJ of relative clause; (2) SUBJ of main clause is OBJ of relative clause; (3)SUBJ of main clause is OBL of relative clause; (4) OBJ of main clause is OBJ of relative clause; (5) OBJ of main clause is SUBJ of relative clause; (6) OBL of main clause is SUBJ of relative clasue; (7) OBL of main clause is OBL of relative clause. Grammatical relation accepted by nonrestrictive Japanese relative clause are (1) SUBJ of main clause is SUBJ of relative clause; (2) OBJ of main clause is OBJ of relative clause; (3) OBJ of main clause is SUBJ of relative clause and (4) OBL of main clause is SUBJ of relative clause. Keywords : core noun, relative pronoun, relative clause, grammatical relation, constituent structure, functional structure, argument structure. x

12 12 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PRASYARAT GELAR LEMBAR PENGESAHAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI i ii iii iv v vi ix x xi DAFTAR LAMBANG xv DAFTAR LAMPIRAN xviii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Kajian Pustaka 8 xi

13 Konsep Klausa Klausa Relatif Nomina Inti (Head) Perelatif dan Pronomina Relatif Landasan Teori TLF Teori Tipologi Model Penelitian 29 BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Instrumen Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisi Data Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data 35 BAB IV STRUKTUR KALIMAT DAN FUNGSI GRAMATIKAL DALAM BAHASA JEPANG Pengantar Struktur Frasa Pemarkah dalam Bahasa Jepang Kakujoushi (Pemarkah Kasus) Fukujoushi 48 xii

14 Penentuan Subjek Kalimat Refleksifisasi Honorifikasi Subjek Fungsi Gramatikal Urutan Kata dan Scrambling 58 BAB V KLAUSA RELATIF BAHASA JEPANG Pengantar Klausa Relatif Bahasa Jepang Posisi Nomina Inti Jenis-Jenis Klausa Bahasa Jepang Klausa Relatif Restriktif Klausa Relatif Nonrestriktif Strategi Perelatifan dan Aksesibilitas Perelatifan Subjek Perelatifan Objek Perelatifan Posesor Perelatifan Oblik Perluasan Unsur Klausa Relatif Perluasan Nomina Inti Perelatifan Tanpa Strategi gap Peranan Nomina Inti Relasi Gramatikal 91 xiii

15 15 BAB VI STRUKTUR KONSTITUEN, STRUKTUR FUNGSIONAL, DAN STRUKTUR ARGUMEN Struktur Konstituen (StKon) Struktur Fungsional (StFun) Korespondensi Deskripsi Fungsional Struktur Argumen (StArg) 119 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 124 DAFTAR PUSTAKA 125 LAMPIRAN 128 xiv

16 16 DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN * tidak gramatikal [ ] klausa relatif / atau posisi yang kosong lanjutan kalimat (tidak tercantum) satu nomina mengisi dua buah fungsi Adj adjektiva Adv adverbia AK akusatif AP adjectival phrase (frasa adjektival) BIng bentuk ingin BKau bentuk kausatif BPeng bentuk pengandaian BPer bentuk perintah xv

17 17 BPot bentuk potensial BSmb bentuk sambung COM complemen DAT datif D(et) determiner DP determiner phrase GEN genetif HOR bentuk hormat I infleksi IGF interogatif KKin kala kini KKinLam kala kini lampau KKinNeg kala kini negatif KLam kala lampau KLamNeg kala lampau negatif KOP kopula

18 18 KRBJ klausa relatif bahasa Jepang N nomina NOM nominatif Nom nominalisator NP noun phrase (frasa nominal) OBJ objek OBL oblik PAS pasif POS posesor PP postposition phrase (frasa posposisi) PRED predikat REF refleksif StArg struktur argumen StFun struktur fungsional StKon struktur konstituen SUBJ subjek xvi

19 19 TOP topik V verba VP verb phrase (frasa verbal) xvii

20

21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik yang berbeda antara bahasa-bahasa di dunia merupakan objek kajian yang menarik bagi para linguis. Karakteristik tersebut umumnya berkaitan dengan struktur kalimat, ada tidaknya pemarkah dalam sebuah bahasa, atau kajian terhadap peranan verba dalam sebuah kalimat. Unsur-unsur dalam sebuah bahasa, baik kata, frasa, maupun klausa bisa dikaji dari berbagai sudut dengan berbagai pendekatan yang ada. Bahasa Jepang adalah bahasa yang memiliki beberapa perbedaan karakteristik dengan bahasa Indonesia. Secara tipologi keduanya termasuk bahasa aglutinatif, tetapi jika dilihat dalam struktur kalimat, kedua bahasa tersebut memperlihatkan perbedaan. Struktur dasar kalimat bahasa Indonesia SVO, sedangkan struktur dasar kalimat bahasa Jepang adalah SOV. Seperti halnya bahasa-bahasa lain, verba sebagai predikat dalam bahasa Jepang memiliki peranan sangat penting dalam kalimat karena verba merupakan komponen utama pembentukan sebuah klausa. Verba sebagai predikat menentukan jumlah argumen. Selain itu, umumnya beberapa bahasa melekatkan atau mengubah bentuk verba ketika mengungkapkan hal-hal, seperti aspek dan kala. Dengan kata lain, aspek sebuah kalimat dapat diketahui dari bentuk verbanya. Misalnya, dalam bahasa Jepang verba taberu makan menjadi tabete iru sedang makan, tabemasen tidak makan, tabemashita sudah makan, dan bentuk-

22 2 bentuk lainnya. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia verba tidak berubah ketika dibubuhi penanda kala, seperti sudah makan, sedang makan, atau akan makan. Perbedaan lainnya, yaitu setiap konstituen dalam kalimat bahasa Jepang memiliki pemarkah masing-masing, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak. Misalnya, konstituen subjek dimarkahi oleh partikel wa atau ga dan konstituen objek dimarkahi oleh partikel o (wo). Pemarkah bahasa Jepang beragam bentuk dan fungsi sehingga hal itu menimbulkan kesulitan bagi pembelajar yang berminat menekuni bahasa Jepang karena sebuah pemarkah sering kali memiliki beberapa fungsi. Perbedaan struktur dasar memengaruhi konstruksi-konstruksi dasar yang lain, baik frasa maupun klausa. Untuk menunjukkan struktur dasar kalimat bahasa Jepang dan pemarkah dalam bahasa Jepang, berikut contoh kalimat dari Miyagawa (1989: 9) Tanaka san ga Ringo wo taberu Tanaka makan apel yang digambarkan dengan diagram pohon di bawah ini. S NP NP V Tanaka san (ga) ringo (wo) taberu nama apel makan Berkaitan dengan struktur klausa, perbedaan lain antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang yang menarik adalah dalam konstruksi klausa relatif. Klausa relatif bahasa Jepang (selanjutnya KRBJ) tidak ditandai dengan konstituen perelatif seperti halnya dalam bahasa Indonesia. Klausa relatif bahasa Indonesia bisa dikenali dengan

23 3 adanya perelatif yang. Misalnya, orang yang duduk di sana adalah Mira. Namun, dalam bahasa Indonesia nomina inti sering dilesapkan, seperti pada contoh siapa (orang) yang menjemputmu? Verhaar (1988: 40) menyatakan kondisi tersebut sebagai headless yang atau perelatif yang tanpa nomina inti. Bahasa lain, seperti bahasa Inggris juga memiliki pronomina relatif who atau whom, seperti pada contoh the woman who is sitting over there is Mira. Meskipun bahasa Inggris juga memiliki kalimat tanpa pronomina relatif, seperti pada contoh the book I put on the shelf, kasusnya tetap berbeda dengan bahasa Jepang. Falk (2001: 165) menyatakan kondisi tersebut sebagai empty operator atau pronomina relatifnya hanya dihilangkan. Ichikawa (2005: 341) memberikan gambaran mengenai KRBJ seperti berikut ini. Meishi Shuushoku Setsu (Klausa relatif) Shuushoku meishi (Nomina inti) Berikut beberapa contoh klausa relatif dalam bahasa Jepang, dimulai dari struktur klausa relatif yang sederhana sampai dengan struktur yang lebih kompleks. 1. [asoko de hanashi-te iru] hito wa Kobayashi san da. sana-lok bicara-kkin orang-nom Nama-sapaan KOP-KKin Orang yang sedang berbicara di sana adalah Kobayashi 2. [Watashi ga itsumo i-tte iru] mise wa yuumei desu. saya-nom selalu datang-kkin toko-top terkenal KOP-KKin Toko yang biasa saya datangi terkenal 3. kore wa [chichi ga kure-ta] tokei desu. ini-top ayah-nom beri-klam jam KOP-KKin Ini adalah jam yang diberi oleh ayah

24 4 4. [Tanaka san ga kinou depaato de ka-tta] CD wo Nama-sapaan-NOM waktu dep.store-lok beli-klam CD-AK ka-shite kudasai pinjamkan-klam BPer Tolong pinjamkan CD yang dibeli oleh Tanaka di department store kemarin 5. [Tanaka san no ka-tta] CD wo ka-shite kudasai Nama-sapaan-GEN beli-klam CD-AK pinjamkan-bper Tolong pinjamkan CD yang dibeli oleh Tanaka Pada contoh (1), nomina hito orang dijelaskan oleh verba hanashite iru sedang berbicara yang memiliki bentuk asal hanasu bicara ditambah dengan keterangan tempat asoko de di sana dan menduduki fungsi subjek. Pada contoh (2) nomina mise toko dijelaskan oleh adverbial itsumo selalu dan verba itte iru yang berasal dari verba iku mendatangi. Pada contoh (3) dan (4) terdapat subjek dalam klausa relatif. Ichikawa (2005: 342) menyatakan subjek dalam klausa relatif dimarkahi oleh partikel ga dan klausa relatif pada contoh tersebut menduduki fungsi objek sehingga dimarkahi oleh partikel wo. Kemudian, pada contoh (5) antara subjek klausa relatif dan predikat dihubungkan oleh no yang merupakan penanda genetif. Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa bahasa Jepang memiliki konstruksi klausa relatif yang beragam dan variasi konstituen walaupun bahasa Jepang tidak memiliki perelatif. Beberapa penelitian mengenai KRBJ sudah dilakukan, di antaranya oleh Inoue dalam Shibatani yang membahas pronomina refleksif dalam klausa relatif. McCAWLEY dalam Shibatani juga membahas KRBJ, tetapi terbatas pada definisi klausa relatif. Kedua penelitian mengenai KRBJ tersebut dipaparkan lebih jelas dalam kajian pustaka.

25 5 Dari beberapa penelitian mengenai KRBJ yang sudah dilakukan, belum ditemukan penelitian tentang hal-hal penting lain berkaitan dengan klausa relatif, seperti peranan nomina inti atau relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari klausa relatif. Dengan demikian, penelitian tentang hal-hal tersebut merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Selain itu, mengingat seringnya penggunaan klausa relatif dalam kalimat bahasa Jepang dan melihat beberapa perbedaan antara KRBJ dengan bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris tersebut, penelitian ini memang perlu dilakukan untuk melihat karakteristik KRBJ secara lebih mendalam. Penelitian ini menggunakan teori Tata Bahasa Leksikal Fungsional (TLF) dan teori mengenai tipologi yang dikemukakan oleh Comrie. Menurut teori TLF fungsi yang dihadirkan oleh pronomina relatif adalah sebagai TOPIK. Pernyataan tersebut menjadi menarik jika mengingat bahasa Jepang yang tidak memiliki pronomina relatif. Teori ini digunakan untuk menganalisis struktur konstituen, struktur fungsional, dan struktur argumen KRBJ. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas terdapat tiga masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana peranan nomina inti dalam KRBJ? 2. Bagaimana relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari KRBJ? 3. Bagaimana struktur konstituen, struktur fungsional, dan struktur argumen KRBJ?

26 6 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah untuk mendapat deskripsi mengenai klausa relatif dalam bahasa Jepang dengan menerapkan teori Tata Bahasa Leksikal Fungsional (TLF). Kemudian, berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini memiliki tiga tujuan khusus, yaitu sebagai berikut. 1. Menganalisis peranan nomina inti dalam KRBJ. 2. Menganalisis relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari KRBJ. 3. Menganalisis struktur konstituen, struktur fungsional, dan struktur argumen KRBJ. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dilihat secara teoretis dan praktis Manfaat Teoretis Sejauh ini belum ditemukan penelitian, khususnya di Indonesia mengenai KRBJ dengan pendekatan TLF. Jadi, secara teoretis penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan penelitian terhadap linguistik, khususnya linguistik bahasa Jepang di Indonesia Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan pengetahuan, baik bagi pengajar maupun pembelajar, dalam proses pembelajaran dan pengajaran bahasa Jepang, khususnya mengenai klausa relatif. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan

27 7 dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai klausa relatif dan tentu saja memberikan kontribusi bagi peneliti mengenai bahasa Jepang selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah. Sebelum masuk ke pembahasan mengenai klausa relatif bahasa Jepang, terlebih dahulu dibahas mengenai struktur kalimat dan fungsi gramatikal dalam bahasa Jepang. Dibahas pula pemarkah dalam bahasa Jepang untuk mengetahui fungsi-fungsinya dalam kalimat. Pembahasan KRBJ dimulai dengan menganalisis peranan nomina inti dalam KRBJ. Namun, sebelumnya dianalisis unsur atau konstituen dalam kalimat yang dapat direlatifkan dan strategi perelatifan yang digunakan. Selanjutnya, dianalisis hubungan gramatikal yang diperoleh nomina inti dari KRBJ. Penelitian dilanjutkan dengan menganalisis struktur konstituen KRBJ, dimulai dari struktur yang sederhana ke struktur yang kompleks. Terakhir, penelitian menganalisis struktur fungsional KRBJ dan strukutur argumen KRBJ sehingga terlihat peran semantis apa saja yang dimiliki oleh konstituen dalam klausa relatif.

28 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Fungsi kajian pustaka adalah untuk mengetahui kedudukan penelitian di dalam dunia keilmuan berkenaan dengan topik atau masalah yang diteliti (Chaer, 2007: 26). Dari beberapa pustaka yang dikaji diketahui bahwa sudah ada penelitian tentang KRBJ. Selain itu, dipaparkan pula beberapa penelitian di luar bahasa Jepang yang berkaitan dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian ini. Inoue (1976: 137) membahas KRBJ dalam tulisannya mengenai refleksifisasi yang menggunakan pendekatan interpretif. Inoue menuliskan bahwa dalam konteks tertentu KRBJ memiliki hubungan antara refleksif dan frasa nominal. Contohnya : Yamada sensei wa [ jibun no ie ga yake-ta] gakusei o atsume-ta Nama-guru-NOM REF-GEN rumah-nom bakar-klam murid-ak kumpul-klam Guru Yamada mengumpulkan murid yang rumahnya terbakar Penelitian ini terfokus pada penggunaan pronomina refleksif dalam bahasa Jepang. Pronomina refleksif dibahas dengan sangat lengkap termasuk yang muncul dalam klausa relatif. Dinyatakan bahwa pronomina refleksif dapat menduduki fungsi subjek maupun objek dalam klausa relatif. Pembahasan mengenai KRBJ dalam penelitian ini memang tidak dilakukan secara mendalam, tetapi tetap dapat dijadikan 8

29 9 acuan untuk melihat hubungan pronomina refleksif dengan antesedennya, khususnya dalam kalimat dengan klausa relatif. McCAWLEY (1976: 295) membahas KRBJ berdasarkan penelitian mengenai klausa relatif yang dilakukan sebelumnya oleh Kuno. McCAWLEY menyatakan beberapa hal, antara lain KRBJ, baik klausa relatif restriktif maupun nonrestriktif terdiri atas kalimat yang dipotong, khususnya kalimat yang kekurangan NP yang direlatifkan dan pemarkah kasus untuk NP tersebut. Klausa relatif mendahului frasa nominal (NP) yang dimodifikasinya. Perhatikan contoh berikut. a. Yamada-san ga saru wo ka-tte iru Nama-sapaan-NOM monyet-ak pelihara-kkin Yamada memelihara monyet b. [Yamada san ga ka-tte iru] saru Nama-sapaan-NOM pelihara-kkin monyet Monyet yang Yamada pelihara c. [saru wo ka-tte iru] Yamada monyet-ak pelihara-kkin Nama Yamada yang memelihara monyet McCAWLEY juga menyatakan bahwa topik frasa nominal diakhiri oleh partikel wa dan di beberapa kondisi pronomina dapat muncul dalam klausa relatif. Pemaparan contoh klausa relatif cukup memberikan gambaran bagaimana sebuah klausa relatif dibentuk dalam bahasa Jepang. Namun, hal-hal lain menyangkut klausa relatif, misalnya strategi perelatifan dan relasi gramatikal yang diperoleh nomina inti dari klausa relatif belum dibahas oleh McCAWLEY. Oleh karena itu, hal-hal tersebut masih perlu dipaparkan dalam penelitian ini. Hal-hal yang sudah dibahas dalam penelitian McCAWLEY ini tetap dapat dijadikan referensi, misalnya mengenai

30 10 unsur-unsur yang muncul dalam klausa relatif dan bagaimana sebuah klausa relatif dibentuk. Tsujimura (1997: ) menyatakan bahwa nomina dalam bahasa Jepang dapat dimodifikasi dengan berbagai cara, misalnya dengan adjektiva, nomina adjektival, nomina atau kalimat. Berikut beberapa contoh yang ditampilkan oleh Tsujimura. 1. Taroo ga omoshiroi hon wo ka-ita Nama-NOM menarik buku-ak tulis-klam Taro menulis buku menarik 2. Ziroo ga kirei-na hana wo Sachiko ni oku-tta Nama-NOM cantik bunga-ak Nama-DAT kirim-klam Ziroo mengirim bunga yang cantik untuk Sachiko 3. Hanako ga tomodachi no uchi wo ka-tta Nama-NOM teman-gen rumah-ak beli-klam Hanako membeli rumah temannya 4. Satoo sensei ga [gakusei ga ka-ita] ronbun wo yo-nde iru Nama guru-nom murid-nom tulis laporan-ak baca-kkin Guru Satoo sedang membaca laporan yang ditulis muridnya Objek langsung kalimat-kalimat di atas dimodifikasi oleh adjektiva omoshiroi menarik, kirei na cantik, dan nomina tomodachi teman, sedangkan contoh (4) dimodifikasi oleh kalimat. Tsujimura menyatakan bahwa modifier yang berupa kalimat itulah disebut dengan klausa relatif. Nomina yang dimodifikasi oleh klausa relatif ditunjuk sebagai nomina inti dan pada contoh (4) nomina intinya adalah ronbun laporan. Tsujimura juga menyatakan bahwa permakah ga dalam klausa relatif dapat digantikan dengan no tanpa mengubah maknanya. Konversi ga dan no tidak terbatas untuk NP subjek yang dimarkahi oleh ga. Pemarkah nominatif ga

31 11 memarkahi subjek kalimat termasuk subjek klausa relatif. Pemarkah ini memang dapat digantikan dengan no yang merupakan pemarkah genetif jika didasarkan alasan bahwa klausa relatif ditambah nomina inti menghasilkan sebuah frasa nominal. Subjek dalam klausa relatif dianggap sebagai posesor dari nomina yang pemodifikasinya berupa klausa relatif. Penelitian yang dilakukan oleh Tsujimura ini sudah menjelaskan perbedaan antara nomina yang dimodifikasi oleh klausa relatif dan selain klausa relatif. Namun, hal-hal berkaitan dengan klausa relatif yang belum dibahas dalam penelitian Inoue dan McCAWLEY juga belum dibahas oleh Tsujimura. Oleh karena itu, penelitian ini masih perlu untuk dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Tsujimura bisa dijadikan tolok ukur dalam menentukan klausa relatif sebagai data dalam penelitian ini. Partami (2001) meneliti relasi gramatikal dan perelatifan bahasa Buna menggunakan TLF. Berkaitan dengan klausa relatif, hasil penelitian menunjukkan klausa relatif bahasa Buna dibedakan atas klausa relatif restriktif dan nonrestriktif. Berdasarkan posisi inti, klausa relatif bahasa Buna memiliki inti yang terdapat di luar struktur dengan urutan postnomina. Fungsi-fungsi yang dapat direlatifkan adalah subjek, objek, dan posesif. Fungsi subjek, objek yang tidak dimarkahi pada verbanya dapat direlatifkan dengan menerapkan strategi pengosongan (gapping), sedangkan fungsi objek1 yang dimarkahi pada verbanya dan objek2 dan posesif yang mengisi fungsi subjek direlatifkan dengan strategi pronominal retensi (retention pronominal).

32 12 Bahasa Buna memiliki struktur klausa yang sama dengan bahasa Jepang, yaitu SOV. Namun, KRBJ termasuk tipe prenominal. Memiliki struktur klausa yang sama, tetapi posisi inti yang berbeda membuat penelitian ini berbeda dari penelitian yang telah dilakukan oleh Partami. Namun, karena sama-sama menganalisis klausa relatif dengan menggunakan TLF, penelitian oleh Partami juga dapat dijadikan acuan, misalnya dalam melihat struktur klausa relatif. Artawa (2004) membahas perelatifan dalam bahasa Bali. Penelitian ini menyatakan bahwa dalam bahasa Bali hanya unsur subjek yang dapat direlatifkan. Unsur lain, seperti oblik dapat direlatifkan apabila sudah dijadikan subjek. Subjektivisasi ini diikuti dengan perubahan verba misalnya dengan penambahan sufiks agar kalimat tetap berterima setelah subjek direlatifkan. Strategi perelatifan yang digunakan adalah verb-coding strategy. Dinyatakan pula bahwa dalam bahasa Bali ada mekanisme untuk mengembalikan unsur nonsubjek menjadi subjek sehingga peran lain dalam kalimat dapat direlatifkan. Peran tersebut adalah posesor yang direlatifkan menggunakan strategi pronomina retensi. Struktur kalimat dan karakteristik bahasa Bali berbeda dengan bahasa Jepang. Selain itu, bahasa Bali juga mengenal perelatif, sementara bahasa Jepang tidak. Namun, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melihat penerapan strategi perelatifan untuk menentukan unsur yang dapat direlatifkan. Partami (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Kostruksi Frasa dengan Kata Anē dalam Bahasa Bali mengungkapkan bahwa kata anē selain muncul di sepuluh pola frasa nominal, juga berfungsi sebagai pronomina relatif, baik dalam

33 13 klausa relatif restriktif maupun nonrestriktif. Dalam klausa restriktif terlihat bahwa anē tidak mewatasi konstituen induk, tetapi hanya memberikan keterangan tambahan sehingga jika klausa relatif dihilangkan pun, tidak akan mengurangi kejelasan kalimat. Sebaliknya, pada klausa relatif nonrestriktif, anē mewatasi konstituen induk sehingga pelesapan klausa relatif akan mengurangi kejelasan kalimat dan menjadi tidak gramatikal. Ditemukan pula bahwa klausa relatif bahasa Bali termasuk tipe post nominal, yaitu berada setelah nomina inti. Kedua penelitian mengenai klausa relatif yang telah dilakukan oleh Partami (2001 dan 2006) tersebut sangat relevan dengan penelitian ini dan tentu dapat dijadikan acuan. Namun, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa Buna dan bahasa Bali yang dijadikan objek penelitian juga memiliki perelatif, yaitu na yang untuk bahasa Buna dan anē yang untuk bahasa Bali. Jadi, penelitian mengenai KRBJ akan berbeda dan menarik, terutama karena tidak adanya perelatif seperti banyak bahasa lainnya. Purnawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Topik dan Fokus dalam Bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan teori Tata Bahasa Leksikal Fungsional (TLF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi gramatikal yang terdapat dalam bahasa Jepang terdiri atas fungsi subjek, objek, oblik, posesor, komplemen, dan ajung. Pemarkahan untuk setiap fungsi gramatikal sangat bergantung pada verba dan konstituen-konstituen yang dimarkahi. Sebuah pemarkah tidak selalu memarkahi fungsi gramatikal yang sama. Interaksi antara fungsi gramatikal dan topik menghasilkan subjek topik, objek topik, oblik topik, posesor topik, dan ajung topik.

34 14 Fungsi gramatikal yang berfungsi sebagai topik tidak selalu terletak di awal kalimat. Pemarkahan fungsi gramatikal oleh akusatif wo dan nominatif ga akan berubah menjadi satu pemarkah, yaitu topik wa apabila fungsi gramatikal yang bersangkutan juga berfungsi sebagai topik. Penelitian ini dapat dijadikan acuan selain karena samasama menggunakan teori TLF sebagai landasan teori, penelitian ini membahas pemarkah subjek dan topik dalam bahasa Jepang yang juga berperan dalam klausa relatif. Satyawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Valensi dan Relasi Sintaksis Bahasa Bima juga membahas perelatifan bahasa Bima. Pada penelitian ini dinyatakan bahwa dalam bahasa Bima yang bisa direlatifkan hanya argumen yang berfungsi sebagai subjek gramatikal. Argumen yang bisa direlatifkan adalah argumen yang berada preverbal. Dalam konstruksi yang agennya ditandai dengan pemarkah OBL ḇ a, argumen pasien dapat direlatifkan, sedangkan agen dapat direlatifkan pada konstruksi yang tidak ditandai dengan ḇa. Meskipun objek penelitian ini berbeda dan klausa relatif tidak dibahas secara mendalam, penelitian Satyawati ini tetap bisa dijadikan tolok ukur dalam menentukan klausa relatif. 2.2 Konsep Ada empat buah konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu konsep mengenai klausa, klausa relatif, perelatif dan pronomina relatif, dan nomina inti.

35 Klausa Verhaar (1996 : 162) menyatakan bahwa klausa adalah kalimat yang terdiri atas hanya satu verba atau frasa verbal, disertai satu konstituen atau lebih yang secara sintaksis berhubungan dengan verba tersebut. Kroeger (2005: 32) menyatakan klausa sebagai unit gramatikal terkecil yang dapat menunjukkan proposisi yang lengkap Klausa Relatif Lapoliwa (1990: 47) dalam tulisannya membahas klausa pewatasan dalam bahasa Indonesia. Jika dilihat dari contohnya, klausa pewatasan merupakan nama lain dari klausa relatif. Klausa pewatasan adalah klausa subordinatif yang kehadirannya berfungsi mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang diikutinya. Givon (1990: 645) menyatakan bahwa klausa relatif adalah klausa subordinatif yang disematkan sebagai pemodifikasi nomina di dalam frasa nominal. Klausa relatif digunakan ketika pembicara menganggap bahwa identitas referen dapat diakses oleh pendengar, tetapi tidak diakses dengan mudah Nomina Inti (Head) Lapoliwa (1990: 49) menyatakan nomina inti (head) adalah nomina atau frasa nominal yang diwatasi oleh klausa relatif. Sementara itu, Verhaar (1996: 328) menyatakan bahwa nomina inti dengan klausa relatif sebagai atribut adalah anteseden dari klausa relatif.

36 Perelatif dan Pronomina Relatif Ada perbedaan antara perelatif (relativizer) dan pronomina relatif. Kroeger (2004: 178) menjelaskan bahwa pronomina relatif adalah salah satu tipe pronomina khusus, sedangkan perelatif (relativizer) tidak. Pronomina relatif bergantung pada beberapa fitur berkaitan dengan nomina inti, seperti gender, jumlah, dan yang lainnya. 2.3 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori Lexical Functional Grammar (LFG) atau teori Tata Bahasa Leksikal Fungsional (TLF). LFG atau TLF adalah teori yang muncul berdasarkan penolakan terhadap beberapa asumsi dalam sintaksis transformasional. Namun, tetap merupakan bagian dari tata bahasa generatif, tepatnya TLF adalah pendekatan alternatif untuk teori transformasional. TLF berkembang pada akhir tahun 1970-an dan dikembangkan oleh Kaplan dan Bresnan. Menurut teori ini, leksikon memiliki peran utama, sedangkan kata fungsional dalam teori ini mengacu pada fungsi gramatikal, seperti subjek dan objek (Falk, 2001: 2--7). Dalrymple (2001) menyatakan bahwa teori TLF adalah teori linguistik nontransformasional yang menganggap bahwa bahasa paling tepat dipaparkan dengan struktur sejajar yang menggambarkan segi berbeda dari organisasi dan informasi linguistik. Teori TLF memiliki dua dimensi penting yang membedakannya dengan teori lain. Pertama, teori ini menyangkut leksikal dan bukan transformasional, yaitu berpusat pada hubungan antara diathesis verbal yang berbeda dalam leksikon

37 17 dibandingkan dengan makna dari transformasi sintaktik. Kedua, teori TLF itu fungsional dan bukan konfigurasional. Fungsi gramatikal, seperti subjek dan objek tidak didefinisikan dalam hal konfigurasi struktur frasa atau hubungan struktur argumen. Bresnan (1982) menyatakan bahwa teori TLF memberikan dua level deskripsi sintaktik untuk setiap kalimat dalam sebuah bahasa, yaitu struktur konstituen (c-structure/c-str) dan struktur fungsional (fungtional structure/f-str). Struktur konstituen sudah dikenal sejak teori transformasional. Seperti halnya dengan banyak teori generatif lainnya, teori mengenai struktur konstituen dalam teori TLF juga dikenal dengan teori X-bar (teori X ) (Falk, 2001: 34). Sementara itu, struktur fungsional yang menyangkut fungsi gramatikal pertama muncul pada teori generatif, yaitu Relational Grammar (RG) (Falk, 2001: 57). Selain teori TLF, penelitian ini juga menggunakan teori lain, yaitu teori tipologi yang dikemukakan oleh Comrie Teori Tata Bahasa Leksikal Fungsional (TLF) Fungsi Gramatikal Menurut teori TLF, fungsi gramatikal adalah elemen representasi sintaktik. Pada level ini, representasi tidak berupa struktur pohon, tetapi berupa fitur dan elemen yang memiliki fungsi spesifik. Representasi itulah yang disebut dengan struktur fungsional (f-structure) (Falk, 2001: ). Dalrymple (2001) menyatakan bahwa fungsi gramatikal yang dikemukakan oleh teori TLF adalah sebagai berikut. SUBJect, OBJect, OBJø, COMP, XCOMP, OBLiqueø, ADJunct, XADJunct

38 18 Label OBJø dan OBLiqueø menggambarkan hubungan yang ditunjukkan oleh peran semantik yang dengan tanda ø menunjukkan peran semantik yang dihubungkan oleh argumen. Misalnya, OBJTHEME adalah anggota dari kelompok yang secara tematik dibatasi oleh OBJø. Fungsi gramatikal dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara. Fungsi gramatikal yang dapat dikuasai, seperti SUBJ, OBJ, OBJø, COMP, XCOMP, dan OBLø dapat disubkategorikan oleh predikat, sedangkan ADJ dan XADJ tidak dapat disubkategorikan. Fungsi-fungsi gramatikal tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan beberapa hal, antara lain sebagai berikut. a. Governable Grammtical Function and Modifier SUBJ OBJ XCOMP COMP OBJø OBLø ADJ XADJ Governable Grammtical Function Modifier b. Term and Non-term SUBJ OBJ OBJø OBLø XCOMP COMP TERM NON-TERM c. Semantically Restricted and Unrestricted Function SUBJ OBJ OBJø OBLø SEMANTICALLY UNRESTRICTED SEMANTICALLY RESTRICTED Struktur Konstituen/ c-structure Falk (2001: ) menyatakan bahwa struktur konstituen adalah organisasi kata-kata yang membentuk kalimat menjadi unit yang lebih besar, di mana setiap unit

39 19 (konstituen) ini memiliki kategori. Falk juga menjelaskan bahwa struktur konstituen adalah sekelompok kata yang membentuk konstituen atau yang dikenal dengan frasa. Frasa dapat diidentifikasi dari kemampuannya untuk berada di posisi yang berbedabeda dalam kalimat. Inti frasa adalah kategori N, V, A, dan P yang disebut dengan NP, VP, AP, dan PP (kategori leksikal). Selain kategori leksikal, ada pula kategori fungsional. Contoh kategori fungsional, yaitu D(eterminer) yang merupakan inti dari DP dan NP dalam DP adalah komplemen. Kategori fungsional lainnya, yaitu Infl (I) yang dalam terminologi tradisional disebut dengan pelengkap (auxiliaries). Seperti halnya determiner dalam frasa nominal, infl (IP) juga berperilaku seperti inti dengan VP di posisi komplemen (Falk, 2001: ). Kroeger (2004: 12) menyatakan bahwa struktur konstituen sebuah kalimat terdiri atas informasi tentang batasan-batasan argumen, urutan linear, dan kategori sintaktik. Ketika diagram pohon digunakan untuk menggambarkan struktur konstituen dari unit gramatikal, kategori sintaktik yang digunakan adalah N (nomina), A (adjektiva), V (verba), P (preposisi), Det (determiner), Adv (Adverbia), dan Conj (konjungsi), sedangkan frasa, label yang digunakan adalah NP, AP, VP, PP dan S (sentence/clause). Selain kategori leksikal, terdapat pula kategori fungsional. Kategori fungsional yang dimaksud berbeda dengan struktur fungsional. TLF mengemukakan kategori fungsional C (diproyeksikan sebagai CP), I (diproyeksikan sebagai IP), dan D (diproyeksikan sebagai DP). Kategori fungsional I adalah posisi yang diisi oleh verba main finite dan auxiliary verb (Dalrymple, 2001: 53). Diagram di bawah ini adalah contoh kategori I dalam bahasa Inggris.

40 20 David is yawning IP, NP I N I VP David is yawning Dalam bahasa Inggris kategori fungsional C diisi oleh complementizer, yaitu that dan D diisi oleh determiner. Diagram di bawah ini menggambarkan posisi keduanya. David knows that Chris yawned IP NP I N VP David V V CP knows C C IP that NP I N VP Chris V yawned The boy DP D D NP the N N boy Pada banyak bahasa IP berkorespondensi dengan kalimat (S), sedangkan CP berkorespondensi dengan yang disebut S, kalimat dengan complementizer atau frasa pengganti di posisi awal kalimat (Dalrymple, 2001: 60).

41 Struktur Fungsional/ f-structure Struktur fungsional adalah organisasi sintaktik fungsional yang abstrak dari kalimat, dikenal dari deskripsi tata bahasa tradisional. Struktur fungsional merepresentasikan struktur argumen-predikat dan hubungan fungsional subjek dan objek (Dalrymple, 2001: 7). Falk (2001: 11) menyatakan bahwa struktur fungsional adalah gambaran fungsi gramatikal. Konsep yang penting di balik struktur fungsional adalah fungsi gramatikal. Fungsi gramatikal (fungsi argumen) tersebut, antara lain, SUBJ (subjek), OBJ (objek), OBJ2 (objek kedua), dan OBL (oblique). Fungsi tambahannya antara lain POSS (possessor) yang digunakan untuk argumen tertentu dari nomina, COMP (complement). Ada pula fungsi nonargumen, seperti ADJ (adjunct), FOKUS dan TOPIC (Falk, 2001: ). Contoh struktur fungsional sederhana untuk David dikemukakan oleh Dalrymple (2001: 31) sebagai berikut. PRED NUM DAVID SG Untuk kalimat David yawned, struktur fungsionalnya adalah sebagai berikut. PRED YAWN <SUBJ> TENSE PAST g PRED DAVID SUBJ f NUM SG

42 22 Pada struktur fungsional di atas SUBJ adalah struktur fungsional untuk subjek kalimat (subjek struktur fungsional) yang diberi label f dan untuk struktur fungsional kalimat diberi label g. Fitur PRED dalam struktur fungsional adalah fitur yang sangat penting. PRED tidak hanya mengacu pada predikat (verba). Fitur PRED menggambarkan sesuatu yang bermakna dan nilainya ditunjukkan secara konvensional sebagai sebuah kata (Falk, 2001: 13). Fitur PRED dalam struktur fungsional untuk kalimat the dinosaur doesn t think that the hamster will give a book to the mouse dapat dilihat sebagai berikut. SUBJ DEF + PRED dinosaur TENSE PRES NEG + PRED think <SUBJ, COMP> SUBJ TENSE PRED DEF + PRED hamster FUTURE give <SUBJ, OBJ, OBLgoal OBJ> DEF - COMP OBJ PRED book OBLgoal OBJ DEF + PRED mouse

43 Struktur Argumen Berkaitan dengan label untuk penyebutan peran semantis dalam sebuah kalimat, Kroeger (2004: 9) menyebutkan bahwa tidak ada satu kelompok penyebutan yang disetujui oleh semua linguis. Penyebutan peran semantis dalam penelitian ini akan mengikuti penyebutan yang diajukan oleh Kroeger, yaitu sebagai berikut. a. AGENT : penyebab atau pemrakarsa sebuah kejadian b. RECIPIENT : animate yang memeroleh sesuatu. c. EXPERIENCER : animate yang merasakan sebuah rangsangan atau menunjuk pada proses mental dan emosi. d. BENEFICIARY: animate yang memeroleh keuntungan dari tindakan yang dilakukan. e. INSTRUMENT : benda yang digunakan oleh agen untuk melakukan sebuah tindakan. f. THEME : sesuatu yang mengalami perubahan lokasi atau milik atau sesuatu yang lokasinya ditetapkan. g. PATIENT : sesuatu yang dikenai verba. h. STIMULUS : objek persepsi, kognisi atau emosi, sesuatu yang dilihat, didengar, diketahui, diingat, dicintai, dan lain-lain. i. LOCATION : tempat sebuah kejadian. j. ACCOMPANIMENT : sesuatu yang menemani atau yang dihubungkan dengan tindakan. Informasi semantik lain, seperti waktu, tujuan, dan lainnya tidak termasuk dalam peran argumen karena elemen-elemen tersebut hampir selalu diekspresikan sebagai ADJUNCTS dibandingkan dengan argumen.

44 Klausa Relatif Kroeger (2004 : 165) menyatakan bahwa konstruksi klausa relatif adalah frasa nominal yang berisikan pemodifikasi klausa. Contohnya dalam bahasa Inggris sebuah frasa nominal terdiri atas determiner (the), nomina inti (woman), dan klausa yang memodifikasi (I love), ditandai dengan relativizer atau perelatif (that). [ The woman [that I love]]np is moving to Argentina. Kroeger menyatakan bahwa properti yang menarik dalam konstruksi klausa relatif adalah nomina inti mengacu pada dua hubungan gramatikal pada waktu yang bersamaan. Contohnya woman adalah subjek dari predikat moving, tetapi juga diinterpretasikan menjadi objek dari love di klausa yang memodifikasi. Hubungan gramatikal yang diperoleh nomina inti dari klausa yang memodifikasi mengarah pada relativized function. Teori mengenai klausa relatif dalam TLF yang dikemukakan oleh Kroeger tersebut belum cukup dijadikan landasan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. TLF kurang memaparkan secara terperinci mengenai klausa relatif sehingga diperlukan pemaparan lain mengenai klausa relatif. Dixon (2010: 314) memaparkan mengenai konstruksi klausa relatif ke dalam beberapa poin, antara lain sebagai berikut. a. Konstruksi terdiri atas dua klausa, yaitu klausa utama dan klausa relatif. Konstruksi tersebut membentuk satu kalimat yang terdiri atas satu unit intonasi. b. Kedua klausa harus berbagi argumen yang dapat disebut sebagai argumen bersama. Jadi, argumen klausa utama juga merupakan argumen dalam klausa relatif.

45 25 c. Fungsi klausa relatif adalah sebagai pemodifikasi sintaktik argumen bersama di klausa utama. Pada level semantik akan disediakan informasi tentang argumen bersama. Ketika fokus pada referen dalam argumen bersama maka merupakan klausa restriktif, sedangkan jika menambahkan informasi tentang argumen yang sebenarnya sudah jelas, maka termasuk klausa relatif nonrestriktif. d. Klausa relatif harus memiliki struktur dasar klausa, yaitu meliputi predikat dan argumen inti yang diperlukan oleh predikat tersebut. Dixon (2010: 318) menyebutkan bahwa menyangkut argumen bersama, ada sejumlah kemungkinan untuk inti dari frasa nominal, antara lain : a. nomina secara umum; b. nomina khusus, seperti nama orang atau tempat; c. demonstratif; d. generic term, seperti one dalam bahasa Inggris; e. pronominal. Pada setiap bahasa perlu diperhatikan tipe inti yang menjadi argumen bersama dalam konstruksi klausa relatif. Bahasa yang hanya memiliki tipe klausa relatif restriktif tidak bisa memiliki nomina khusus atau pronomina tunggal sebagai argumen bersama (Dixon, 2010: 319). Terkait dengan fungsi sintaktik argumen bersama dalam konstruksi klausa relatif, Dixon (2010: ) menyatakan bahwa kadang-kadang argumen bersama memiliki fungsi di tiap-tiap klausa, tetapi di banyak bahasa terbatas satu atau kedua klausa. Berdasarkan hierarki aksesibilitas yang dikemukakan oleh Keenan dan

46 26 Comrie, Dixon menuliskan beberapa fungsi argumen bersama yang mungkin, baik dalam klausa relatif maupun klausa utama, di beberapa bahasa dalam bentuk tabel di bawah ini. Fungsi yang mungkin dimiliki oleh argumen bersama Pada Klausa Pada Klausa Relatif Contoh Bahasa Utama Fungsi periferal dan Fungsi peripheral dan Fujian inti inti Fungsi periferal dan S, A, O Jarawara inti Fungsi periferal dan S, O Ilocano inti Fungsi lokatif, datif, S, O Dyrbal instrumental Lokatif, S, O Warekena instrumental, S, O S,O S, O Yidin Penanda Klausa Relatif Ada beberapa cara untuk menandai klausa relatif. Setiap bahasa mengombinasikan beberapa dari cara tersebut. a. Dengan intonasi luar melewati konstruksi klausa relatif. b. Dengan posisi klausa relatif di dalam klausa utama. c. Dengan prosodi, seperti tekanan, nada. d. Dengan infleksi pada verba klausa relatif. e. Dengan penanda klausa relatif, secara umum berupa klitik atau kata gramatikal pendek. f. Dengan pronomina relatif.

47 Teori Tipologi Comrie (1981: ) menyatakan terdapat dua jenis tipe klausa relatif, yaitu klausa relatif restriktif (klausa yang sifatnya membatasi) dan klausa relatif nonrestriktif (klausa relatif yang sifatnya tidak membatasi). Contoh klausa relatif restriktif dalam bahasa Inggris, yaitu that I saw yesterday dalam kalimat the man that I saw yesterday left this morning. Klausa tersebut membatasi referen yang potensial untuk kata the man. Pembicara menganggap bahwa kalimat the man left this morning tidak memberikan informasi yang cukup kepada pendengar untuk mengidentifikasi the man (pendengar mungkin saja harus bertanya which man?). Jadi, keterangan tambahan that I saw yesterday ditambahkan untuk menunjukkan secara khusus pria mana yang sedang dibicarakan dalam kalimat. Klausa relatif nonrestriktif, misalnya pada contoh the man, who had arrived yesterday, left this morning atau Fred, who had arrived yesterday, left this morning. Kalimat ini menunjukkan pembicara menganggap bahwa pendengar dapat mengidentifikasi pria mana yang sedang dibicarakan, sedangkan pada contoh kedua pendengar sudah paham bahwa Fred yang dibicarakan dalam kalimat sehingga klausa relatif dalam kalimat tersebut memberikan sedikit informasi tentang sesuatu yang sudah teridentifikasi dan tidak untuk mengidentifikasi sesuatu yang sudah dibicarakan. Comrie juga menyatakan jika dilihat dari urutan katanya, ada dua tipe klausa relatif, yaitu tipe postnominal dan tipe prenominal. Tipe postnominal, klausa relatif mengikuti intinya (seperti dalam bahasa Inggris), sedangkan tipe prenominal, klausa

48 28 relatif mendahului inti. Namun, ada juga tipe ketiga, yaitu tipe internal-head, inti muncul atau terjadi di dalam klausa relatif dan nomina inti diekspresikan di dalam klausa relatif. Nomina inti dari klausa relatif sebenarnya memainkan peranan di dua klausa yang berbeda dalam sebuah konstruksi klausa relatif. Di satu sisi memainkan peranan di klausa utama dan di sisi lain memainkan peranan di klausa yang membatasi (restricting clause) dalam pengertian klausa relatif yang merupakan klausa subordinatif. Secara lintas bahasa nomina inti terlihat dalam bentuk yang dimodifikasi atau diturunkan, bahkan lebih tepatnya dilesapkan di salah satu klausa. Selanjutnya Comrie menyatakan bahwa secara variasi tipologi, melihat bagaimana peranan nomina inti dalam kalimat yang dilekati secara lintas bahasa adalah salah satu parameter penting. Ada empat tipe dalam parameter yang penting untuk dilihat, yaitu non-reduction, pronoun-retention, relative-pronoun, dan gap. Tipe non-reduction berarti nomina inti muncul seutuhnya, tidak diturunkan, dalam posisi yang normal dan atau dengan pemarkah kasus yang biasa untuk frasa nominal untuk mengekspresikan fungsi khususnya di dalam klausa. Pada tipe pronounretention nomina inti tersisa dalam embedded sentence (kalimat yang disematkan) dalam bentuk pronomina. Tipe ini ditemukan pada bahasa Inggris nonstandar, contohnya dari kalimat I know where the road leads dibentuk sebuah klausa relatif this is the road that I know where it leads. Pronomina it menunjukkan posisi yang direlativisasi. Tipe selanjutnya, yaitu relative-pronoun banyak ditemukan dalam bahasa negara-negara Eropa meskipun secara khusus bukan tipe lintas bahasa yang ada di

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 24 Oktober 2016

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 24 Oktober 2016 Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 24 Oktober 2016 Panitia Penguji Tesis, berdasarkan S.K. Rektor Universitas Udayana, No: 5284/UN14.14/HK/2016, Tanggal 24 Oktober 2016 Ketua : Prof. Drs. Ketut Artawa,

Lebih terperinci

PENETAPAN PANITIA PENGUJI...

PENETAPAN PANITIA PENGUJI... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR TESIS PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR COKORDA ISTRI MAS KUSUMANINGRAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERAPAN

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

TESIS STRUKTUR VERBA BERARGUMEN TIGA BAHASA BALI DAN BAHASA JEPANG: ANALISIS FUNGSI SINTAKSIS

TESIS STRUKTUR VERBA BERARGUMEN TIGA BAHASA BALI DAN BAHASA JEPANG: ANALISIS FUNGSI SINTAKSIS TESIS STRUKTUR VERBA BERARGUMEN TIGA BAHASA BALI DAN BAHASA JEPANG: ANALISIS FUNGSI SINTAKSIS I MADE BUDIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS STRUKTUR VERBA BERARGUMEN TIGA

Lebih terperinci

Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana METODE KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN TATA BAHASA JEPANG DASAR (SHOKYOU BUNPO) BAGI MAHASISWA SEMESTER III SASTRA JEPANG SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING SARASWATI DENPASAR

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG INTERFERENSI BAHASA INDONESIA PADA WH- QUESTIONS KARANGAN DIALOG BAHASA INGGRIS MAHASISWA SEMESTER V SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG Tesis untuk memeroleh Gelar Magister pada Program Magister

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci

IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA

IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TESIS IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA NI LUH ERNAWATI NIM 1390161002 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i IDIOM BAHASA

Lebih terperinci

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR A.A. ISTRI AGUNG BINTANG SURYANINGSIH NIM 1490161024

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI TESIS PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI I GUSTI AYU SRI KRISNAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS RECOUNT TEXT MELALUI METODE PEMBELAJARAN PPP (PRESENTATION, PRACTICE, AND PRODUCTION) SISWA KELAS VIII SMP PGRI 4 DENPASAR

KEMAMPUAN MENULIS RECOUNT TEXT MELALUI METODE PEMBELAJARAN PPP (PRESENTATION, PRACTICE, AND PRODUCTION) SISWA KELAS VIII SMP PGRI 4 DENPASAR TESIS KEMAMPUAN MENULIS RECOUNT TEXT MELALUI METODE PEMBELAJARAN PPP (PRESENTATION, PRACTICE, AND PRODUCTION) SISWA KELAS VIII SMP PGRI 4 DENPASAR I KETUT OKA RIBAWA NIM 1390161015 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS POLA KALIMAT DALAM TULISAN MAHASISWA BIPA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA REVINA INELDA NIVIRAWATI

SKRIPSI ANALISIS POLA KALIMAT DALAM TULISAN MAHASISWA BIPA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA REVINA INELDA NIVIRAWATI SKRIPSI ANALISIS POLA KALIMAT DALAM TULISAN MAHASISWA BIPA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA REVINA INELDA NIVIRAWATI 1101105010 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

TESIS DALAM INGGRIS KALIMAT NIM PROGRAM

TESIS DALAM INGGRIS KALIMAT NIM PROGRAM TESIS KALIMAT BERMARKAH DALAM BAHASA INGGRIS PADA NOVEL DESECRATION I WAYAN SWANDANA NIM 0990161010 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANAA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 i KALIMAT

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana, Universitas Udayana

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana, Universitas Udayana TESIS KEMAMPUAN MENGGUNAKAN PENANDA KOHESI DALAM TEKS DESKRIPTIF BERBAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN STRATEGI TELL AND SHOW PADA KELAS VIII DI SMPGERI 1 DENPASAR I MADE YOGI MARANTIKA NIM 1390161022 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGENALAN AKSARA BALI MENGGUNAKAN METODE ZONING DAN KNN

PENGENALAN AKSARA BALI MENGGUNAKAN METODE ZONING DAN KNN TESIS PENGENALAN AKSARA BALI MENGGUNAKAN METODE ZONING DAN KNN I WAYAN AGUS SURYA DARMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGENALAN AKSARA BALI MENGGUNAKAN METODE ZONING DAN

Lebih terperinci

LUH MIRA AMBARASARI SAKA

LUH MIRA AMBARASARI SAKA TESIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PENGURUSAN PERIZINAN SIUP AGRIBISNIS DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL KOTA DENPASAR LUH MIRA AMBARASARI SAKA NIM. 1291161015 PROGRAM

Lebih terperinci

WACANA KECANTIKAN DALAM TEKS INDRANI SASTRA

WACANA KECANTIKAN DALAM TEKS INDRANI SASTRA WACANA KECANTIKAN DALAM TEKS INDRANI SASTRA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik-Wacana Sastra, Program Pascasarjana Universitas Udayana PUTU WIDHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

KONSTRUKSI VERBA SERIAL BAHASA DAWAN

KONSTRUKSI VERBA SERIAL BAHASA DAWAN TESIS KONSTRUKSI VERBA SERIAL BAHASA DAWAN NANIANA NIMROD BENU PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 i KONSTRUKSI VERBA SERIAL BAHASA DAWAN Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

PENGUASAAN LEKSIKAL PADA ANAK TK DAN PAUD TUNAS KORI DHARMA DI DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK SITI RABIATUN NUR ANNISA

PENGUASAAN LEKSIKAL PADA ANAK TK DAN PAUD TUNAS KORI DHARMA DI DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK SITI RABIATUN NUR ANNISA PENGUASAAN LEKSIKAL PADA ANAK TK DAN PAUD TUNAS KORI DHARMA DI DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK SITI RABIATUN NUR ANNISA 1201105013 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR

KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VII SMP DWIJENDRA DENPASAR Oleh NI MADE SANTRI MAHADEWI 0701105004 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Lebih terperinci

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN TESIS PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN NI KADEK ARI PUSPA SARI NIM 1191662009 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGARUH ADVERSE

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

VERBAL CLAUSAL STRUCTURE IN INDONESIAN AND JAPANESE: CONTRASTIVE ANALYSIS

VERBAL CLAUSAL STRUCTURE IN INDONESIAN AND JAPANESE: CONTRASTIVE ANALYSIS STRUKTUR KLAUSA VERBAL DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG: SUATU ANALISIS KONTRASTIF Wahya, Nani Sunarni, Endah Purnamasari Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRAK

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi. Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi., Ak. NIP. 19641225199303 1 003

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR TESIS MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR IDA AYU PRANITI TRESNA PUTRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS MANAJEMEN

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN TESIS EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN HELGA MARGARETA HUNTER PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

Pelesapan Preposisi dalam Gramatika Bahasa Indonesia i

Pelesapan Preposisi dalam Gramatika Bahasa Indonesia i Pelesapan Preposisi dalam Gramatika Bahasa Indonesia i F.X. Sawardi FIB Universitas Sebelas Maret sawardi2012@gmail.com Diterima 14 Januari 2018/Disetujui 27 Maret 2018 Abtract This paper is based on the

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI TESIS KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI KOMANG FEBRINAYANTI DANTES 1292461007 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klausa merupakan satuan sintaksis yang memiliki ciri seperti kalimat, tapi klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya agar dapat membentuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN TESIS PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN NI LUH MADE HERAWATI NIM 1391661043 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA

STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program

Lebih terperinci

TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS

TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS ANTONIO CONSTANTINO SOARES PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI

Lebih terperinci

KESALAHAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG SISWA SMPK I HARAPAN

KESALAHAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG SISWA SMPK I HARAPAN KESALAHAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG SISWA SMPK I HARAPAN Jackline Octarina Pandan College Jl. Cok Agung Tresna No.15 Griya Alamanda No.7 Renon 081805521628 Email : jackline2610@gmail.com I Nengah

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI TESIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI KADEK NITA SUMIARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENGARUH UKURAN

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO TESIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI AND REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA PUTU AYU RUSMALA DEWI

Lebih terperinci

KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES

KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES 1 KAKUJOSHI NI IN JAPANESE SENTENCES Suci Ramdani, Hana Nimashita, Nana Rahayu ramdanijantapan@gmail.com, hana_nimashita@yahoo.co.id, nana_rh12@yahoo.com Number Phone: 085272517366 Japanese Language Study

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT TESIS KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT NI WAYAN ELIYAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KUALITAS PELAYANAN

Lebih terperinci

KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI

KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI Tesis untuk memperoleh gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

DEGRADASI LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN JAMUR LAPUK PUTIH Daedaleopsis eff. confragosa

DEGRADASI LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN JAMUR LAPUK PUTIH Daedaleopsis eff. confragosa TESIS DEGRADASI LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN JAMUR LAPUK PUTIH Daedaleopsis eff. confragosa NGURAH MAHENDRA DINATHA NIM 1192061002 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KIMIA TERAPAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana 1 TESIS PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI PUTU PURNAMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional

BAB I PENDAHULUAN. Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nominal group merupakan salah satu jenis grup yang memiliki functional components yang lebih luas secara struktur di antara grup lainnya, sebagaimana yang

Lebih terperinci

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TESIS ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR NI LUH PARTIWI WIRASAMADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Ketut Budiartha, SE., Msi.,Ak.,CPA NIP. 19591202 198702 1 001 Dr.Drs.Herkulanus Bambang Suprasto,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS REPORT TEXT MELALUI MIND MAPPING PADA KELAS XI IPA 7 DI SMAN 8 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS REPORT TEXT MELALUI MIND MAPPING PADA KELAS XI IPA 7 DI SMAN 8 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 TESIS MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS REPORT TEXT MELALUI MIND MAPPING PADA KELAS XI IPA 7 DI SMAN 8 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ANAK AGUNG ISTRI MANIK WARMADEWI NIM 1390161065 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh RIZKI SETYO WIDODO 1201040076 PROGRAM

Lebih terperinci

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN AYU DIANDRA SARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PERAN MEDIASI

Lebih terperinci

DESKRIPSI STRUKTUR FRASA BERDASARKAN JENIS KATA UNSUR PEMBENTUKNYA PADA WACANA TEKS EKSPLANASI DALAM BUKU TEKS SMP KELAS VII

DESKRIPSI STRUKTUR FRASA BERDASARKAN JENIS KATA UNSUR PEMBENTUKNYA PADA WACANA TEKS EKSPLANASI DALAM BUKU TEKS SMP KELAS VII i DESKRIPSI STRUKTUR FRASA BERDASARKAN JENIS KATA UNSUR PEMBENTUKNYA PADA WACANA TEKS EKSPLANASI DALAM BUKU TEKS SMP KELAS VII SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI TESIS PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI NI MADE RAI JUNIARIANI NIM 1491661008 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR

FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR Puti Novianti Aristia Magister Linguistik, Universitas Sumatera Utara Jl. A. Hakim no. 1 Kampus USU Medan 20155 Email: putiaristia@yahoo.com Abstract: The

Lebih terperinci

TESIS EFEK KEADILAN REMUNERASI, KOMPETENSI ATASAN DAN KOHESIVITAS KELOMPOK TERHADAP WITHHOLDING EFFORT

TESIS EFEK KEADILAN REMUNERASI, KOMPETENSI ATASAN DAN KOHESIVITAS KELOMPOK TERHADAP WITHHOLDING EFFORT TESIS EFEK KEADILAN REMUNERASI, KOMPETENSI ATASAN DAN KOHESIVITAS KELOMPOK TERHADAP WITHHOLDING EFFORT IDA AYU KARTIKA MAHARANI NIM : 1490661068 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN TESIS KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN I GEDE PERDANA YOGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS KEWENANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata,

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI TESIS PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DWI HARYADI NUGRAHA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI

SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI 1101105001 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG TESIS PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG ERLINA PANCA HANDAYANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA5154 UNTUK APLIKASI TEKNOLOGI SEMI SOLID CASTING

STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA5154 UNTUK APLIKASI TEKNOLOGI SEMI SOLID CASTING STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA5154 UNTUK APLIKASI TEKNOLOGI SEMI SOLID CASTING Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Teknik Mesin Program Pasca

Lebih terperinci

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE SURYA PRATAMA NIM : 1390662029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

FUNGSI PREDIKATIF INTRANSITIF ADJEKTIVA BAHASA INDONESIA

FUNGSI PREDIKATIF INTRANSITIF ADJEKTIVA BAHASA INDONESIA RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No. 1 April 2016, 192-209 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret DOI: 10.22225/jr.2.1.359.192-209 FUNGSI PREDIKATIF INTRANSITIF ADJEKTIVA

Lebih terperinci

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (Struktur Modal Sebagai Variabel Moderasi) NI MADE SUASTINI

Lebih terperinci

TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PELAFALAN BAHASA JEPANG (HATSUON)

TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PELAFALAN BAHASA JEPANG (HATSUON) TESIS PENINGKATAN KEMAMPUAN PELAFALAN BAHASA JEPANG (HATSUON) PADA PESERTA DIDIK KELAS XI AP SMK PGRI 1 BADUNG MELALUI METODE BERMAIN PERAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 I GUSTI AYU NIKEN LAUNINGTIA NIM 1390161011

Lebih terperinci

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha- Nya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari 6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur, kalimat tanya, infleksi, frasa infleksi, komplemen, spesifier,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH...iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH...iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH...iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN..xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

PERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK 1 PERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK MARIA IMACULADA Dc. S 1001105019 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE ANANDITHA WICAKSANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TESIS I PUTU PANDE ARIAWAN NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

TESIS I PUTU PANDE ARIAWAN NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KEADILAN PROSEDURAL DAN IKLIM KERJA ETIS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Tabanan) I PUTU PANDE ARIAWAN NIM 1391661045

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Hasil penelitian yang dikaji sebagai bahan komparasi dalam penelitian ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Hasil penelitian yang dikaji sebagai bahan komparasi dalam penelitian ini 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Hasil penelitian yang dikaji sebagai bahan komparasi dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu (1) hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari kajian tipologi gramatikal, konstruksi kausatif cukup menarik untuk dikaji. Hal itu dilandaskan pada beberapa alasan. Pertama, konstruksi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI

PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI TESIS PENGARUH FRAMING DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI GEDE WIDIADNYANA PASEK PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PENGARUH

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE

PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE TESIS PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE ADITYA DENNY PRATAMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI

PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI TESIS PENGARUH REPUTASI, ETIKA, SELF ESTEEM DAN PREFERENSI RISIKO PIMPINAN PADA BUDGETARY SLACK BANK PERKREDITAN RAKYAT DI PROVINSI BALI I NYOMAN PUTRAYASA PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM

Lebih terperinci

TESIS NOMINALISASI ADJEKTIVA DALAM BAHASA PERANCIS (KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF) PUTU WEDDHA SAVITRI NIM

TESIS NOMINALISASI ADJEKTIVA DALAM BAHASA PERANCIS (KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF) PUTU WEDDHA SAVITRI NIM TESIS NOMINALISASI ADJEKTIVA DALAM BAHASA PERANCIS (KAJIAN MORFOLOGI GENERATIF) PUTU WEDDHA SAVITRI NIM 0990161005 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang sama. Misalnya, dalam tataran ilmu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang sama. Misalnya, dalam tataran ilmu bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa bersifat unik, setiap bangsa memiliki bahasanya sendiri yang digunakan sebagai alat komunikasi. Akan tetapi, selain sifat bahasa yang unik. Bahasa juga bersifat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

Edisi Vol.13/XXI/Maret 2009 Tanggal cetak : Senin, 08 Februari 2010 Kolom : Catatan Riset

Edisi Vol.13/XXI/Maret 2009 Tanggal cetak : Senin, 08 Februari 2010 Kolom : Catatan Riset 1 / 7 2010/02/08 17:59 INOVASI Online Website : http://io.ppi-jepang.org Email : redaksi@io.ppi-jepang.org CETAK TUTUP Edisi Vol.13/XXI/Maret 2009 Tanggal cetak : Senin, 08 Februari 2010 Kolom : Catatan

Lebih terperinci