OPTIMASI DAN VALIDASI KONDISI POLYMERASE CHAIN REACTION PADA IDENTIFIKASI CYP2A6*9 SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI DAN VALIDASI KONDISI POLYMERASE CHAIN REACTION PADA IDENTIFIKASI CYP2A6*9 SKRIPSI"

Transkripsi

1 OPTIMASI DAN VALIDASI KONDISI POLYMERASE CHAIN REACTION PADA IDENTIFIKASI CYP2A6*9 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Cindy NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

2 OPTIMASI DAN VALIDASI KONDISI POLYMERASE CHAIN REACTION PADA IDENTIFIKASI CYP2A6*9 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Cindy NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 ii

3 Persetujuan Pembimbing OPTIMASI DAN VALIDASI KONDISI POLYMERASE CHAIN REACTION PADA IDENTIFIKASI CYP2A6*9 Skripsi yang diajukan oleh : Cindy NIM : telah disetujui oleh Pembimbing ( Dr. Christine Patramurti, M.Si., Apt.) tanggal 18 November 2016 iii

4 Pengesahan Skripsi Berjudul OPTIMASI DAN VALIDASI KONDISI POLYMERASE CHAIN REACTION PADA IDENTIFIKASI CYP2A6*9 Oleh : Cindy NIM : Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tanggal 4 Januari 2017 Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan (Aris Widayati, Ph.D., Apt.) Panitia Penguji : Tanda tangan 1. Dr. Christine Patramurti, M.Si., Apt Damiana Sapta Candrasari, M.Sc Maywan Hariono, Ph.D., Apt.... iv

5 HALAMAN PERSEMBAHAN 我的世界 For My Soul, Papa, Mama, Hendrikus, Diana Fransiska, Lidya Natalia, Steven and Kevin, who let me write my own story. v

6 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Cindy Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : OPTIMASI DAN VALIDASI KONDISI POLYMERASE CHAIN REACTION PADA IDENTIFIKASI CYP2A6*9 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 18 November 2016 Yang menyatakan ( Cindy ) vi

7 PRAKATA Penulis menghaturkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Optimasi dan Validasi Kondisi Polymerase Chain Reaction pada Identifikasi CYP2A6*9" untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ibu Aris Widayati, Ph. D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma 2. Ibu Dr. Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, saran, dan nasihat kepada penulis 3. Ibu Damiana Sapta Candrasari, M.Sc., selaku dosen penguji atas bantuan, kritik dan saran kepada penulis 4. Bapak Maywan Hariono, Ph. D., Apt., selaku dosen penguji atas bantuan, kritik dan saran kepada penulis 5. Bapak Jeffry Julianus, M. Si., atas segala ilmu, bimbingan, motivasi, dan dukungan kepada penulis 6. Ibu Dita Maria Virginia, M. Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis 7. Ibu dr. Elsa Herdiana Murhandarwati, M. Kes., Ph. D., selaku supervisor penulis selama penelitian di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM 8. Ibu Rumbiwati, M.Sc., selaku teknisi Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM atas bantuan dan petunjuk selama penelitian 9. Sr. Yenny Baptista, KFS atas segala bantuan dan dukungan sejak penulis berada di bangku SMP 10. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atas Program Beasiswa yang diberikan kepada penulis vii

8 11. Segenap civitas akademika Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan wawasan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan 12. Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma periode 2014, 2015, Keluarga tercinta yang telah memberikan segalanya kepada penulis 14. Sahabat sejak semester pertama: Jessy Florensia, Indriyani Permatasari, Regina Hiacinta Eva Angelista, dan Putu Ririn Andreani 15. "Tim PICS Sadhar": Kenny Kowira, Bernadetta Inez Ludwinia, Yolanda Tyas Prameswari, dan Donny Soeparto 16. MCL: Jonathan Ronny Kurniawan, dan Suryatmoko Agung 17. Partner lomba: Pricella, Erica Kusuma Rahayu Sudarsono 18. Kirana Andranilla, Ivana Tunggal, Monita Natalia Siregar, Ineke Andrayani, Nadia Okky Luciana, Trensia Imel atas kebaikan dan ketulusannya 19. Teman-teman FSM C 2013 dan FST 2013, beserta seluruh teman-teman angkatan 2013 Prodi S1 Farmasi Universitas Sanata Dharma atas segala proses dan dinamika bersama selama masa perkuliahan 20. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan skripsi Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan sehingga segala saran, kritik dan masukan sangat diharapkan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan. Yogyakarta, 18 November 2016 Penulis viii

9 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Yogyakarta, 18 November 2016 Penulis (Cindy) ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi PRAKATA... vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRAK... xiii ABSTRACT... xiv PENDAHULUAN... 1 METODE PENELITIAN... 3 HASIL DAN PEMBAHASAN... 5 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Hasil analisis kualitatif isolat DNA menggunakan teknik elektroforesis... 6 Gambar 2. Situs penempelan primer pada sekuen CYP2A6* Gambar 3. Produk PCR pada berbagai suhu annealing dan siklus Amplifikasi... 7 Gambar 4. Elektroforegram produk PCR pada kondisi optimum dari berbagai isolat DNA... 9 Gambar 5. Urutan nukleotida produk PCR gen CYP2A6*1 dan CYP2A6* xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical clearance Lampiran 2. Go Taq Green Master Mix Certificate of Analysis Lampiran 3. Usage Information of Go Taq Green Master Mix Lampiran 4. Product Datasheet of DNA Ladder & Markers Lampiran 5. Hasil Analisis Kualitatif Isolat DNA menggunakan Teknik Elektroforesis Lampiran 6. Hasil PCR pada Optimasi Volume Primer...20 Lampiran 7. Simulasi Penempelan Primer pada CYP2A6*1 dengan NCBI Lampiran 8. Hasil Uji Reprodusibilitas PCR Lampiran 9. Hasil Sekuensing Produk PCR Lampiran 10. Tahapan manual editing pada BioEdit Lampiran 11. Hasil manual editing pada BioEdit xii

13 ABSTRAK CYP2A6 merupakan anggota famili CYP2 dari sitokrom P450 dan diketahui memiliki polimorfisme yang tinggi. CYP2A6*9 merupakan alel CYP2A6 yang mengalami mutasi titik pada TATA box (T-48G) pada ujung '5 sehingga menyebabkan penurunan aktivitas. Adanya polimorfisme pada CYP2A6 dapat dideteksi dengan menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Adapun parameter penting yang mempengaruhi spesifisitas reaksi dalam PCR antara lain suhu penempelan primer (annealing) dan jumlah siklus amplifikasi. Primer forward, primer reverse dan reagen yang digunakan dalam penelitian ini berturut-turut adalah 5'-GAT TCC TCT CCC CTG GAA C-3', 5'- GGC TGG GGT GGT TTG CCT TTA-3', dan Promega Go Taq Green Master Mix. Suhu annealing dioptimasi dengan pengaturan pada suhu 56 o C, 60 o C, dan 64 o C, sedangkan siklus amplifikasi pada 25 siklus dan 30 siklus. Adapun kondisi PCR optimum yang didapatkan: initial denaturation pada suhu 94 o C selama 3 menit; diikuti dengan 30 siklus terdiri dari denaturation pada suhu 94 o C selama 30 detik, annealing pada suhu 60 o C selama 30 detik, dan extension pada suhu 70 o C selama 25 detik; kemudian diakhiri dengan final extension pada suhu 72 o C selama 5 menit. Kondisi ini memenuhi parameter spesifisitas dan reprodusibilitas pada validasi metode analisis. Kata kunci: CYP2A6*9, CYP2A6*1, PCR, optimasi, validasi xiii

14 ABSTRACT CYP2A6 belongs to the CYP2 family of P450 cytochromes is known having a high polymorphism. CYP2A6*9 is an allel of CYP2A6 having point of mutation in TATA box (T-48G) that reduced its activity. The polymorphism of CYP2A6 could be determined using polymerase chain reaction (PCR). There have been a few parameters important for reaction specificity in PCR including annealing temperatures and amplification cycles number. 5'-GAT TCC TCT CCC CTG GAA C-3', 5'-GGC TGG GGT GGT TTG CCT TTA-3', and Promega Go Taq Green Master Mix were used as the forward primer, the reverse primer, and the reagent in these study, respectively. The annealing temperature were optimized by adjusting the temperature at 56 o C, 60 o C, and 64 o C, while the amplification cycles were at 25 cycles and 30 cycles. The PCR was carried out under the following conditions: initial denaturation at 94 o C for 3 minutes; 30 cycles of denaturation at 94 o C for 30 seconds, annealing at 60 o C for 30 seconds, and extension at 70 o C for 25 seconds; and subsequently a final extension at 72 o C for 5 minutes. These conditions met parameters of specificity and reproducibility on analytical method validation. Keywords: CYP2A6*9, CYP2A6*1, PCR, optimize, validation xiv

15 PENDAHULUAN Sitokrom P450 2A6 (CYP2A6) merupakan gen yang mengekspresikan enzim CYP2A6 dan diketahui memiliki polimorfisme yang tinggi. Polimorfisme didefinisikan sebagai variasi bentuk dari gen yang menghasilkan dua atau lebih varian dan masing-masing varian memiliki frekuensi yang cukup tinggi (Maggert, 2012). Saat ini terdapat 80 jenis bentuk polimorfi CYP2A6 yang sudah berhasil diidentifikasi (Sim, 2014). Adanya polimorfisme CYP2A6 akan mempengaruhi aktivitas enzim pada metabolisme senyawa xenobiotik dalam tubuh, baik dengan menurunkan, menghilangkan atau meningkatkan aktivitas enzim (Raunio and Rahnasto-Rilla, 2012). Enzim CYP2A6 bertanggungjawab utama dalam metabolisme nikotin, suatu senyawa yang terkandung dalam rokok (Bloom et al., 2011) dan berperan utama terhadap timbulnya efek ketergantungan fisik terhadap rokok (Baurley et al., 2016). Seorang perokok akan mengalami ketergantungan fisik terhadap rokok karena mempertahankan kadar nikotin dalam plasma sehingga dapat memberi efek psikoaktif yang berkelanjutan (Bloom et al., 2011). Enzim CYP2A6 memetabolisme nikotin menjadi kontinin, yang selanjutnya akan diubah menjadi 3-hidroksikotinin sebagai metabolit tidak aktif (Park et al., 2016). Enzim CYP2A6 turut berpartisipasi dalam metabolisme beberapa senyawa kimia, baik senyawa obat maupun senyawa toksik. Pada umumnya, substrat CYP2A6 relatif polar, dengan berat molekul rendah hingga sedang. Contoh substrat CYP antara lain kumarin, nikotin, metoksifluran, pilokarpin dan efavirenz. Beberapa senyawa prokarsinogen golongan N-nitrosamin dimetabolisme oleh CYP2A6, terutama senyawa spesifik pada tembakau, yaitu 4-(metilnitrosamino)-1-(3-piridil)-1-butanon (NNK) yang dapat diaktivasi menjadi senyawa intermediet melalui reaksi hidroksilasi alfa, yang dapat menyebabkan timbulnya kanker pada jaringan yang terpapar pada asap rokok, yaitu paru-paru dan laring (Raunio and Rahnasto-Rilla, 2012). Polimorfisme CYP2A6 banyak ditemukan pada orang-orang Asia dengan frekuensi alel non aktif yang tinggi (Peamkrasatam et al., 2006; Yusof and Gan, 2009). Pada penelitian genotip enzim CYP2A6 terhadap subyek uji perokok dan bukan perokok suku Jawa Indonesia, diperoleh data bahwa pada populasi yang diteliti ditemukan bentuk alel nonaktif CYP2A6*4 dengan frekuensi yang tinggi. Sebanyak 95% dari subyek uji yang diteliti mempunyai bentuk genotip lain dikategorikan sebagai slow metabolizer (Patramurti et al., 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya alel non aktif CYP2A6*9 pada 1

16 suatu individu akan menurunkan aktivitas CYP2A6 pada metabolisme nikotin dibandingkan CYP2A6 normal (Yoshida et al., 2003). Seorang perokok yang memiliki alel CYP2A6*9 akan mengalami penurunan ketergantungan fisik terhadap rokok untuk mempertahankan kadar nikotin dalam plasma sehingga tidak memerlukan peningkatan dosis untuk mendapat efek yang sama (Minematsu et al., 2006) yang dapat menurunkan risiko terjadinya berbagai jenis penyakit kanker yang disebabkan oleh asap rokok (Kadlubar et al., 2009; Liu et al., 2013; Wang et al., 2013), sehingga penelitian mengenai identifikasi CYP2A6*9 perlu dilakukan. Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya polimorfisme pada suatu gen. PCR merupakan metode molekuler untuk menggandakan potongan DNA hingga berjuta kali lipat dalam waktu yang relatif singkat. Penggandaan tersebut tidak terlepas dari penggunaan enzim dan sepasang primer bersifat spesifik terhadap DNA target yang akan dilipatgandakan (Joko et al., 2011). PCR mampu mengamplifikasi suatu fragmen gen pada templat DNA berdasarkan primer tertentu sehingga dapat diidentifikasi suatu alel dalam sampel DNA (Rahman et al., 2013). Secara garis besar, PCR terdiri dari tiga tahapan utama, yaitu tahap denaturasi templat DNA (denaturation), tahap penempelan primer (annealing) dan tahap pemanjangan DNA (extension). Produk PCR yang dihasilkan dipengaruhi oleh parameter-parameter yang berkontribusi dalam proses PCR, antara lain sepasang primer, dntps, buffer PCR, MgCl 2, dan enzim polimerase DNA. Ketepatan primer, suhu annealing, dan jumlah siklus amplifikasi merupakan faktor-faktor kritis pada kondisi PCR yang dapat mempengaruhi produk PCR (Ishmael and Stellato, 2008). Adanya penggunaan PCR dengan kondisi yang tidak optimum akan menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan produk target, atau bahkan tidak menghasilkan produk (Roux, 2009). Oleh karena itu, optimasi kondisi PCR menjadi penting untuk dilakukan. Pengembangan metode dilakukan melalui tahapan optimasi dan validasi metode. Optimasi metode dilakukan untuk memastikan parameter-parameter penting dalam metode dapat memberikan hasil optimum. Optimasi metode PCR perlu dilakukan untuk mengefisienkan waktu dan bahan sehingga proses deteksi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat (Joko et al., 2011). Dalam penelitian ini dilakukan optimasi suhu annealing dan jumlah siklus amplifikasi PCR dengan cara memvariasikan suhu annealing dan jumlah siklus amplifikasi PCR sehingga didapatkan kondisi yang paling sesuai untuk mendapatkan fragmen gen CYP2A6*1. Adanya gen CYP2A6*1 pada subyek uji menunjukkan subyek uji 2

17 memiliki gen CYP2A6 normal yang tidak mengalami polimorfisme berupa Single Nucleotide Polymorphism (SNP) pada TATA box menjadi CYP2A6*9 (Pitarque et al., 2001). Validasi metode dilakukan untuk memastikan bahwa hasil yang didapatkan dari metode optimum telah sesuai dengan tujuan penggunaannya (World Organization of Animal Health, 2013). Validasi metode dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sekuensing produk PCR (parameter spesifisitas) dan memastikan kondisi PCR yang digunakan mampu memberikan hasil yang reprodusibel (parameter reprodusibilitas). Visualisasi produk PCR dilakukan dengan teknik elektroforesis. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kondisi optimum PCR pada identifikasi alel CYP2A6*9 melalui ketiadaan alel CYP2A6*1 serta menetapkan validitas dari metode tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pada identifikasi alel CYP2A6*9 melalui ketiadaan alel CYP2A6*1 menggunakan metode PCR dan memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu kesehatan. METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Pada penelitian ini terdapat variabel bebas, variabel tergantung dan variabel pengacau terkendali. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu annealing dan jumlah siklus amplifikasi. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah produk PCR yang dideteksi dengan elektroforesis. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kemurnian isolat DNA total dan jenis reagen yang digunakan. Dalam penelitian ini dilakukan perlakuan pada subyek uji isolat DNA dan dipaparkan peristiwa yang terjadi akibat perlakuan sehingga terdapat hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel tergantung. Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat DNA dari populasi suku Jawa Indonesia yang pernah diteliti oleh Patramurti et al. (2014), primer forward: 5'-GATTCCTCTCCCCTGGAAC-3', primer reverse: 5'-GGCTGGGGTGGTTTG CCTTTA-3', Promega Go Taq Green Master Mix (berisi Taq DNA Polymerase, dntps, MgCl 2, dan buffer), Nuclease-Free Water (Promega), Tris-Borate-EDTA (TBE) Buffer ph 7 (Geneaid), 1% dan 1,5% gel agarose (Geneaid), larutan ethidium bromide (Geneaid) 0,44 mg/ml, 100 bp DNA Ladder (Geneaid), blue orange DNA loading dye (Geneaid), etanol 96% (Sigma Chemical Co., St. Louis), aqua bidestilata steril (Ikapharmindo). Alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Thermal cycler (Perkin 3

18 Elmer 2400), satu set Elektroforesis (Biorad), UV Transilluminator (Fisher Scientific), microwave (National), mikrosentrifuge (Fisher Scientific), kamera Polaroid. Analisis Kualitatif Isolat DNA. Elektroforesis menggunakan agarose 1,0 % dilakukan dengan cara 1,5 g agarose dilarutkan dalam larutan 0,5 x TBE sebanyak 100 ml lalu dipanaskan dalam microwave selama dua menit sampai semua agarose larut kemudian ditambahkan 5 µl larutan EtBr dan dicampur hingga homogen. Larutan dituang ke dalam cetakan gel, diberi sisiran pada tepi gel dan gel dibiarkan mengeras. Sisir dicabut setelah gel mengeras sehingga terbentuk sumur-sumur. Isolat DNA sebanyak 5,0 µl (kadar 50 ng) ditambahkan dengan aquabidest sebanyak 2,0 µl, kemudian dicampur dengan loading dye sebanyak 1,0 µl. Campuran tersebut diambil sejumlah 7,0 µl dan dimasukkan ke dalam sumur-sumur gel menggunakan mikropipet. Satu sumur gel diisi dengan 100 bp DNA ladder sebanyak 2 µl sebagai marker. Gel agarose ini kemudian ditempatkan ke dalam gel tray elektroforesis yang sudah berisi larutan bufer 0,5 x TBE dan diberi tegangan 100 volt selama 30 menit, molekul DNA yang bermuatan negatif pada ph netral akan bergerak ke arah positif. Gel agarose kemudian dideteksi di bawah lampu UV dan didokumentasikan menggunakan kamera Polaroid. Panjang pita DNA dapat diketahui dengan cara menarik garis lurus masing-masing pita sampel DNA dengan posisi pita DNA ladder. Optimasi kondisi PCR pada amplifikasi CYP2A6. Untuk mendapatkan fragmen DNA dari alel CYP2A6*9 dilakukan amplifikasi dengan menggunakan primer yang diadopsi Yoshida et al. (2003), yaitu primer forward: 5'-GAT TCC TCT CCC CTG GAA C-3', primer reverse: 5'-GGC TGG GGT GGT TTG CCT TTA-3'. Optimasi reaksi PCR dilakukan menggunakan Promega Go Taq Green Master Mix. Kadar genomik DNA yang digunakan kira-kira 50 ng dengan volume akhir campuran 25 μl (reagent 12,5 μl, primer forward 1,25 μl, primer reverse 1,25 μl, isolat DNA 5,0 μl, Nuclease-Free Water 5 μl). Penentuan rentang suhu annealing dan jumlah siklus amplifikasi yang dioptimasi dilakukan berdasarkan penelitian Patramurti et al. (2014). Amplifikasi dilakukan dengan mesin PCR (Thermal cycler Perkin Elmer 2400). Kondisi PCR digunakan adalah sebagai berikut: initial denaturasi pada suhu 94 C (3 ); dilanjutkan dengan denaturasi pada suhu 94 C (30 ); annealing pada suhu 56 C, 60 o C, dan 64 C (30 ) dan ekstensi pada suhu 70 C (25 ). Siklus amplifikasi tersebut dilakukan sebanyak 25 dan 30 kali dan selanjutnya diakhiri dengan final ekstensi pada suhu 72 C (5 ). Kondisi optimum PCR ditentukan dengan cara melihat suhu annealing dan jumlah siklus yang dapat mengamplifikasi alel CYP2A6*1 berdasarkan hasil produk PCR yang terdeteksi pada elektrofotogram dengan 4

19 ukuran 368-bp. Adanya gen CYP2A6*1 pada subyek uji menunjukkan subyek uji memiliki gen CYP2A6 normal yang tidak mengalami polimorfisme menjadi CYP2A6*9. Analisis Produk PCR menggunakan Teknik Elektroforesis. Untuk melihat keberhasilan amplifikasi dilakukan elektroforesis dengan fase diam agarosa 1,5% yang telah diwarnai dengan ethidium bromide dan dievaluasi menggunakan lampu UV. DNA yang terekspresi didokumentasi dengan kamera Polaroid. Produk PCR alel normal, yaitu alel CYP2A6*1 berada pada pita 368-bp (Yoshida et al, 2003). Validasi Metode PCR. Validitas metode PCR dilakukan dengan menguji parameter reprodusibilitas dan spesifisitas produk PCR. Metode PCR memenuhi parameter reprodusibilitas bila dihasilkan elektroforegram yang sama pada 368-bp dari produk PCR sampel isolat DNA yang berbeda. Metode PCR memenuhi parameter spesifisitas bila urutan nukleotida produk PCR pada 368-bp sesuai dengan urutan nukleotida CYP2A6*1 pada GenBank. Spesifisitas ditetapkan dengan melakukan sekuensing produk PCR di Macrogen, Singapore. Hasil sekuensing dilakukan manual editing menggunakan program BioEdit. Runutan nukleotida yang dihasilkan disejajarkan dengan runutan nukleotida CYPA6 dari Genbank menggunakan Clustal W yang terdapat pada program BioEdit. HASIL DAN PEMBAHASAN Studi polimorfisme pada CYP2A6 pada penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu analisis kualitatif isolat DNA, optimasi PCR pada amplifikasi CYP2A6*1, analisis produk PCR menggunakan teknik elektroforesis, dan validasi metode PCR. PCR merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya variasi genetik di dalam suatu populasi. Alel CYP2A6*9 merupakan jenis alel yang diidentifikasi pada penelitian ini. Pemilihan alel CYP2A6*9 didasarkan pada adanya frekuensi alel slow metabolizer seperti CYP2A6*9 yang sangat tinggi pada populasi Asia, terutama pada populasi oriental (Raunio and Rahnasto-Rilla, 2012). Analisis kualitatif isolat DNA. Isolat DNA yang digunakan pada penelitian ini merupakan isolat DNA yang pernah diteliti oleh Patramurti et al. (2014). Isolat DNA dianalisis secara kualitatif menggunakan teknik elektroforesis (Broeders et al., 2014). Hasil elektroforesis menunjukkan adanya variasi bentuk pita, baik pita tunggal dan tebal, maupun pita ganda dan tipis dengan ukuran lebih dari 3000 bp (Gambar 1). Adanya variasi bentuk pita dapat disebabkan karena adanya isolat DNA yang tidak murni, tercemar (Patramurti et 5

20 al., 2014) atau terdegradasi (ECJRC, 2012). Adapun isolat DNA yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian adalah isolat DNA yang menghasilkan pita tunggal dan tebal dengan ukuran lebih dari 3000 bp, yang menunjukkan bahwa isolat DNA yang digunakan masih dalam keadaan murni, tidak tercemar oleh protein lain serta tidak terdegradasi (Patramurti et al., 2014). M Isolat DNA Gambar 1. Hasil analisis kualitatif isolat DNA menggunakan teknik elektroforesis Keterangan: M : 100 bp DNA Ladder (Geneaid) sebagai marker 1-3, 8 : Isolat DNA dengan pita tipis dan tunggal 4 : Isolat DNA dengan pita tipis dan ganda 5 : Isolat DNA dengan pita tebal dan ganda 6-7 : Isolat DNA dengan pita tebal dan tunggal Kondisi Elektroforesis : Fase diam agarose 1%; Fase Gerak Larutan TBE 0,5%; Kecepatan 100 V/cm; Vol. Injeksi 6 μl Optimasi Kondisi PCR pada Amplifikasi CYP2A6. Identifikasi alel dari CYP2A6*9 pada penelitian ini mengadopsi dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Yoshida et al. (2003). Primer yang digunakan untuk mengamplifikasi alel CYP2A6*1 adalah primer forward: 5'-GAT TCC TCT CCC CTG GAA C-3' dan primer reverse: 5'-GGC TGG GGT GGT TTG CCT TTA-3'. Spesifisitas primer akan menentukan keberhasilan proses PCR, karena spesifisitas menentukan kemampuan primer untuk menempel pada sekuen target pada isolat DNA (McPherson and Moller, 2006). Amplifikasi alel CYP2A6*1 menggunakan primer forward 5'-GATTCCTCT CCC CTG GAA C-3' akan mengamplifikasi ekson 395 sampai 376, sedangkan primer reverse 5'-GGC TGG GGT GGT TTG CCT TTA-3' akan mengamplifikasi ekson 48 sampai 28 dari gen CYP2A6*1 6

21 (Yoshida et al., 2003). Amplifikasi gen CYP2A6 menggunakan primer tersebut menghasilkan produk PCR yang berukuran 368-bp yang merupakan produk dari alel CYP2A6*1. Situs penempelan primer pada sekuen urutan basa potongan gen CYP2A6*1 pada daerah yang diamplifikasi disimulasikan dengan dan diilustrasikan seperti pada Gambar 2. Alel CYP2A6*1 Primer forward 5' 3' GATTCCTCTCCCCTGGAAC TAAAGGCAAACCACCCCAGCC CTAAGGAGAGGGGACCTTG ATTTCCGTTTGGTGGGGTCGG 5' 3' Primer reverse Gambar 2. Situs penempelan primer pada sekuen CYP2A6*1 Keterangan: : arah penempelan primer forward : arah penempelan primer reverse Penggunaan suhu annealing dengan jumlah siklus amplifikasi berturut-turut 56 o C, 25 siklus; 56 o C, 30 siklus; 64 o C, 30 siklus belum dapat mengamplifikasi CYP2A6 seperti yang dikehendaki. Hal ini dapat dilihat pada hasil elektroforegram yang ditunjukkan pada Gambar 3, yaitu adanya produk PCR yang tipis, tidak terlihat jelas, dan adanya pita DNA berukuran selain 368-bp pada elektroforesis. Penggunaan suhu annealing 60 o C dan jumlah siklus amplifikasi 30 siklus telah mampu mengamplifikasi CYP2A6 seperti yang dikehendaki, karena menghasilkan satu produk PCR spesifik, dengan pita DNA tebal dan berukuran 368-bp pada elektroforesis (Stephenson and Abilock, 2012). Penggunaan suhu annealing 56 o C dan 64 o C menyebabkan terbentuknya pita DNA berukuran selain 368-bp. Hal ini dapat disebabkan karena suhu annealing tidak sesuai untuk menempelkan primer pada DNA target, sehingga primer tidak menempel pada DNA target (Rahman et al., 2013) atau terjadi mispriming (McPherson and Moller, 2006), yang menghasilkan pita DNA selain pita berukuran 368-bp. Jumlah siklus amplifikasi sebanyak 25 siklus telah mampu menghasilkan produk PCR, namun pita yang dihasilkan belum berupa pita tebal. Hal ini disebabkan karena pada amplifikasi 25 siklus, reaksi belum terjadi secara optimal (Innis, M.A., and Gelfand, D.H., 1990) sehingga masih terdapat primer yang tersisa. Adanya primer yang tersisa terlihat pada elektroforegram (Gambar 3). Pada jumlah siklus amplifikasi 30, primer digunakan untuk menggandakan DNA secara optimal sehingga tidak terlihat sisa primer pada elektroforegram. Oleh karena itu, suhu annealing dan jumlah sikus amplifikasi yang optimum untuk amplifikasi CYP2A6 menggunakan primer forward: 7

22 5'-GAT TCC TCT CCC CTG GAA C-3' dan primer reverse: 5'-GGC TGG GGT GGT TTG CCT TTA-3'berturut-turut adalah 60 o C dan 30 siklus B M produk PCR 368 bp produk PCR mispriming primer tersisa Gambar 3. Produk PCR pada berbagai suhu annealing dan siklus amplifikasi Keterangan: 1 : 64 O C, 30 siklus 2 : 60 O C, 30 siklus 3 : 56 O C, 30 siklus 4 : 56 O C, 25 siklus B : Kontrol Negatif M : 100 bp DNA Ladder (Geneaid) sebagai marker Kondisi Elektroforesis : Fase diam Agarose 1,5%; Fase Gerak Larutan TBE 0,5%; Kecepatan 100 V/cm; Vol. Injeksi 6 μl Validasi Metode PCR. Validitas metode PCR ditentukan dengan menguji reprodusibilitas dan spesifisitas produk PCR. Reprodusibilitas dari reaksi kondisi amplifikasi alel CYP2A6*1 menggunakan primer forward: 5'-GAT TCC TCT CCC CTG GAA C-3' dan primer reverse: 5'-GGC TGG GGT GGT TTG CCT TTA-3' pada kondisi optimum ini dapat dilihat dari hasil reaksi PCR sepuluh sampel isolat DNA yang berbeda, di mana pada semua sampel menghasilkan satu produk PCR yang sama dengan panjang pita 368 bp (Gambar 4). Kontrol negatif yang berisi campuran yang digunakan pada PCR tanpa isolat DNA (reagent 12,5 μl, primer forward 1,25 μl, primer reverse 1,25 μl, Nuclease-Free Water 10 μl) tidak menghasilkan pita DNA pada 368-bp yang menunjukkan bahwa campuran tersebut tidak mempengaruhi produk PCR. Dari hasil pengujian, dapat ditetapkan bahwa kondisi optimum PCR tersebut telah memenuhi parameter reprodusibilitas. 8

23 B M produk PCR 368 bp Gambar 4. Elektroforegram produk PCR pada kondisi optimum dari berbagai isolat DN Keterangan: M : 100 bp DNA Ladder (Geneaid) sebagai marker B : kontrol negatif 1-10 : Produk PCR dari berbagai isolat DNA yang berbeda Kondisi Elektroforesis : Fase diam Agarose 1,5%; Fase Gerak Larutan TBE 0,5%; Kecepatan 100 V/cm; Vol. Injeksi 6 μl Spesifisitas PCR ditetapkan melalui sekuensing produk PCR (Broeders et al., 2014). Pembacaan sekuen merupakan hal penting dan utama dalam biologi molekuler karena dapat mengetahui komposisi nukleotida suatu gen. Hasil sekuensing urutan basa potongan alel gen menunjukkan bahwa produk PCR memiliki urutan basa yang sama dengan urutan basa alel CYP2A6*1 menurut GenBank. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi optimum PCR telah memenuhi parameter spesifisitas. Pada hasil sekuensing produk PCR terlihat bahwa urutan basa alel CYP2A6*1 mempunyai perbedaan sebanyak 1-bp terhadap alel CYP2A6*9, yang disebabkan oleh adanya single nucleotide polymorphism (SNP) T-48G pada CYP2A6 (Gambar 5). Adanya perbedaan urutan basa antara alel CYP2A6*9 dan CYP2A6*1 menyebabkan primer forward: 5'-GATTCCTCTCCCCTGGAAC-3' dan primer reverse: 5'-GGCTGGGGTGGTTTGCCTTTA-3' mengamplifikasi alel CYP2A6*1 secara spesifik. Adanya perbedaan urutan basa tersebut mengakibatkan terjadinya perbedaan urutan asam amino yang dikode oleh kedua alel, yang menyebabkan alel CYP2A6*9 mengalami penurunan aktivitas dalam mengekspresikan enzim CYP2A6 (Pitarque et al., 2001). A. CYP2A6*1 GGATTCCTCTCCCCTGGAACCCCCAGATCCACAACTTTGGGGTGC B. CYP2A6*1 TGATTCCTCTCCCCTGGAACCCCCAGATCCACAACTTTGGGGTGC C. CYP2A6*9 GGATTCCTCTCCCCTGGAACCCCCAGATCCACAACTTTGGGGTGC 9

24 A. CYP2A6*1 ATTCTCACTCTCAGACCCCAAATCCAAAGCCCAAGTGCTCCCCTA B. CYP2A6*1 ATTCTCACTCTCAGACCCCAAATCCAAAGCCCAAGTGCTCCCCTA C. CYP2A6*9 ATTCTCACTCTCAGACCCCAAATCCAAAGCCCAAGTGCTCCCCTA A. CYP2A6*1 TGCAAATATTCCAAACTCCTCAGTTCTACAGCTTATCTGTTGCCC B. CYP2A6*1 TGCAAATATTCCAAACTCCTCAGTTCTACAGCTTATCTGTTGCCC C. CYP2A6*9 TGCAAATATTCCAAACTCCTCAGTTCTACAGCTTATCTGTTGCCC A. CYP2A6*1 CCTCCTAAATCCACAGCCCTGCGGCACCCCTCCTGAAGTACCACA B. CYP2A6*1 CCTCCTAAATCCACAGCCCTGCGGCACCCCTCCTGAAGTACCACA C. CYP2A6*9 CCTCCTAAATCCACAGCCCTGCGGCACCCCTCCTGAAGTACCACA A. CYP2A6*1 GATTTAGTCTGGAGGCCCCCTCTCTGTTCAGCTGCCCTGGGGTCC B. CYP2A6*1 GATTTAGTCTGGAGGCCCCCTCTCTGTTCAGCTGCCCTGGGGTCC C. CYP2A6*9 GATTTAGTCTGGAGGCCCCCTCTCTGTTCAGCTGCCCTGGGGTCC A. CYP2A6*1 CCTTATCCTCCCTTGCTGGCTGTGTCCCAAGCTAGGCAGGATTCA B. CYP2A6*1 CCTTATCCTCCCTTGCTGGCTGTGTCCCAAGCTAGGCAGGATTCA C. CYP2A6*9 CCTTATCCTCCCTTGCTGGCTGTGTCCCAAGCTAGGCAGGATTCA A. CYP2A6*1 TGGTGGGGCATGTAGTTGGGAGGTGAAATGAGGTAATTATGTAAT B. CYP2A6*1 TGGTGGGGCATGTAGTTGGGAGGTGAAATGAGGTAATTATGTAAT C. CYP2A6*9 TGGTGGGGCATGTAGTTGGGAGGTGAAAGGAGGTAATTATGTAAT A. CYP2A6*1 CAGCCAAAGTCCATCCCTCTTTTTCAGGCAGTATAAAGGCAAACC B. CYP2A6*1 CAGCCAAAGTCCATCCCTCTTTTTCAGGCAGTATAAAGGCAAACC C. CYP2A6*9 CAGCCAAAGTCCATCCCTCTTTTTCAGGCAGTAGAAAGGCAAACC A. CYP2A6*1 ACCCCAGCCG B. CYP2A6*1 ACCCCAGCCA C. CYP2A6*9 ACCCCAGCC Gambar 5. Urutan nukleotida produk PCR gen CYP2A6*1 dan CYP2A6*9 (perbedaan 1-bp ditunjukkan oleh warna hijau dan kuning, primer ditunjukkan oleh warna merah) Keterangan : A : potongan urutan basa CYP2A6*1 menurut Gen Bank B : urutan basa konsensus CYP2A6*1 hasil sekuens C : urutan basa CYP2A6*9 menurut teori Yoshida et al (2003) KESIMPULAN Kondisi optimum PCR pada identifikasi CYP2A6*9 menggunakan primer forward 5'-GATTCCTCTCCCCTGGAAC-3' dan primer reverse 5'-GGCTGGGGTGGTTTG CCTTTA-3' dengan Promega Go Taq Green Master Mix adalah sebagai berikut: initial denaturation 94 o C (3 menit); 30 siklus terdiri dari denaturation 94 o C (30 detik), annealing 60 o C (30 detik), extension 70 o C (25 detik); diakhiri final extension 72 o C (5 menit). Kondisi ini memenuhi parameter spesifisitas dan reprodusibilitas pada validasi metode analisis. 10

25 DAFTAR PUSTAKA Baurley, J.W., Edlund, C.K., Pardamean, C.I., Conti, D.V., and Bergen, A.W., 2016, Smokescreen: A Targeted Genotyping Array for Addiction Research, BMC Genomics, 17, Bloom, A.J., Hinrichs, A.L., Wang, J.C., Von-Weymarn, L.B., Kharasch, E.D.,Bierut, L.J., et al, 2011, The Contribution of Common CYP2A6 Alleles to Variation in Nicotine Metabolism Among European Americans, Pharmacogenetic Genomics, 21(7), Broeders, S., Huber, I., Grohmann, L., Berben, G., Taverniers, I., Mazzara, M., Roosens, N., and Morisset, D., 2014, Guidelines for Validation of Qualitative Real-Time PCR Mehods, Trends in Food Science & Technology, 37, European Commission Joint Research Centre, 2012, Report on the Single-Laboratory Validation of A PCR-Based Detection Method for Identification of Florigene TM IFD GM Carnation, EU-RL GMFF, Ishmael, F.T., and Stellato, C., 2008, Principles and Applications of Polymerase Chain Reaction: Basic Science for The Practicing Physician, Annals of Allergy, Asthma, and Immunology, 101, Joko, T., Kusumandari, N., and Hartono, S., 2011, Optimasi Metode PCR untuk Deteksi Pectobacterium carotovorum, Penyebab Penyakit Busuk Lunak Anggrek, Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 17(2), Kadlubar, S., Anderson, J.P., Sweeney, C., Gross, M.D, Lang, N.P., Kadlubar, F.F. et al, 2009, Phenotypic CYP2A6 Variation and the Risk of Pancreatic Cancer, Journal of the Pancreas, 10(3), Liu, Y., Xu, Y., Li, F., Chen, H., and Guo, S., 2013, CYP2A6 Deletion Polymorphism is Associated with Decreased Susceptibility of Lung Cancer in Asian Smokers: a Meta-Analysis, Tumour Biology: the Journal of International Society for Oncodevelopmental Biology and Medicine, 34(5), Maggert, K.A., 2012, Genetics: Polymorphisms, Epigenetics, and Something In Between, Genetic Research International, 1-9. McPherson, M.J., and Moller, S.G., 2006, PCR, 2 edition, New York: Taylor & Francis, 292. Minematsu, N., Nakamura, H., Furuuchi, M., Nakajima, T., Takahashi, S., Tateno, H., et al., 2006, Limitation of Cigarette Consumption by CYP2A6*4, *7 and *9 Polymorphisms, European Respiratory Journal, 27(2), Park, L.S., Tiirikainen, M.I., Patel, Y.M., Wilkens, L.R., Stram, D.O., Marchand, L.L., et al., 2016, Genetic Determinants of CYP2A6 Activity Across Racial/Ethnic Groups with Different Risks of Lung Cancer and Effect on Their Smoking Intensity, Carcinogenesis, 37(3), Patramurti, C., Sugiyanto, Nurrochmad, A., and Martono, S., 2014, Polymorphism of Cytochrome P450 2A6 (CYP2A6*1 and CYP2A6*4) Among Javanese Indonesian Smoker and Non Smoker, Indonesian Journal of Pharmacy, 26(1), Peamkrasatam, S., Sriwatanakul, K., Kiyotani, K., Fujieda, M., Yamazaki, H., Kamataki, T., et al., 2006, In Vivo Evaluation of Coumarin and Nicotine as Probe Drugs to Predict the Metabolic Capacity of CYP2A6 Due To Genetic Polymorphism in Thais, Drug Metabolism and Pharmacokinetics, 21(6), Pitarque, M., Richter, O., Oke, B., Berkkan, H., Oscarson, M., and Ingelman-Sundberg, M., 2001, Identification of a Single Nucleotide Polymorphism in the TATA Box of the CYP2A6 Gene: Impairment of Its Promoter Activity, Biochemical and Biophysical 11

26 Research Communications, 284, Rahman, M.T., Uddin, M.S., Sultana, R., Mone, A., and Setu, M., 2013, Polymerase Chain Reaction (PCR): A Short Review, Anwer Khan Modern Medical College Journal, 4(1), Raunio, H. and Rahnasto-Rilla, M., 2012, CYP2A6: Genetics, Structure, Regulation, and Function, Drug Metabolism and Drug Interactions, 27(2), Roux, K.H., 2009, Optimization and Troubleshooting in PCR, Cold Spring Harbor Protocols, 4(4), 1-6. Stephenson, F.H. and Abilock, M.C., 2014,PCR Optimization. Sim, S.C., 2014, CYP2A6 Allele Nomenclature (Online), accessed 10 Maret Wang, L., Zang, W., Liu, J., Xie, D., Ji, W., Pan, Y., et al, 2013, Association of CYP2A6*4 with Susceptibility of Lung Cancer: A Meta-Analysis, PLoS ONE, 8(4),1-5. World Organization of Animal Health, 2013, Principles and Methods of Validation of Diagnostic Assays for Infectious Dieseases, OIE Terrestrial Manual, Yoshida, R., Nakajima, M., Nishimura, K., Tokudome, S., Kwon, J-T., and Yokoi, T., 2003, Effects of Polymorphism in Promoter Region of Human CYP2A6 gene (CYP2A6*9) on Expression Level of Messenger Ribonucleic Acid and Enzymatic Activity In Vivo and In Vitro, Clinical Pharmacology and Therapeutics, 74(1), Yoshida, R., Nakajima, M., Watanabe, Y., Kwon, J-T., and Yokoi, T., 2002, Genetic Polymorphisms in Human CYP2A6 Gene Causing Impaired Nicotine Metabolism, Br. J. Clin. Pharmacol., 54(5), Yusof, W. and Gan, S.H., 2009, High Prevalence of CYP2A6*4 and CYP2A6*9 Alleles Detected Among a Malaysian Population, Clinica Chimica Acta: International Journal of Clinical Chemistry, 403(1-2), Zhu, A.Z.X., Renner, C.C., Hatsukami, D.K., Swan, G.E., Lerman,C., Benowitz, N.L., dkk., 2013, The Ability of Plasma Cotinine to Predict Nicotine and Carcinogen Exposure is Altered by Differences in CYP2A6: the Influence of Genetics, Race, and Sex, Cancer Epidemiology Biomarkers and Prevention, 22(4),

27 LAMPIRAN 13

28 Lampiran 1. Ethical clearance 14

29 Lampiran 2. Go Taq Green Master Mix Certificate of Analysis 15

30 Lampiran 3. Usage Information of Go Taq Green Master Mix 16

31 Lampiran 4. Product Datasheet of DNA Ladder & Markers 17

32 Lampiran 5. Hasil Analisis Kualitatif Isolat DNA menggunakan Teknik Elektroforesis M Isolat DNA M Isolat DNA Hasil analisis kualitatif isolat DNA menggunakan teknik elektroforesis Keterangan: M : Marker (100 bp DNA Ladder Geneaid) 9-25 : Isolat DNA Kondisi Elektroforesis : Fase diam agarose 1%; Fase Gerak Larutan TBE 0,5%; Kecepatan 100 V/cm; Vol. Injeksi 6 μl 18

33 Lampiran 6. Hasil PCR pada Optimasi Volume Primer A A M B B C C Produk PCR 368-bp Produk PCR pada berbagai volume primer Keterangan: A : 1 μl B : 1,25 μl C : 1,5μL M : Marker (100 bp DNA Ladder Geneaid) Kondisi Elektroforesis : Fase diam Agarose 1,5%; Fase Gerak Larutan TBE 0,5%; Kecepatan 100 V/cm; Vol. Injeksi 6 μl 19

34 Lampiran 7. Simulasi penempelan primer pada CYP2A6*1 dengan NCBI 20

35 Lampiran 8. Hasil Uji Reprodusibilitas PCR a b c d e f g h M i j k l m n o p Isolat DNA q r s t u v w x M y z Isolat DNA Elektroforegram produk PCR pada kondisi optimum dari berbagai isolat DN Keterangan: M : Marker (100 bp DNA Ladder Geneaid) a-ff : Produk PCR dari berbagai isolat DNA yang berbeda Kondisi Elektroforesis : Fase diam Agarose 1,5%; Fase Gerak Larutan TBE 0,5%; Kecepatan 100 V/cm; Vol. Injeksi 6 μl 21

36 Lampiran 9. Hasil Sekuensing Produk PCR 22

37 Lampiran 10. Tahapan manual editing pada BioEdit 23

38 24

39 25

40 26

41 Lampiran 11. Hasil manual editing pada BioEdit >ConsensusA (primer forward) TGATTCCTCTCCCCTGGAACCCCCAGATCCACMACTTTGGGGTGCATTCTCACT CTCAGACCCCAAATCCAAAGCCCAAGTGCTCCCCTATGCAAATATTCCAAACTC CTCAGTTCTACAGCTTATCTGTTGCCCCCTCCTAAATCCACAGCCCTGCGGCACC CCTCCTGAAGTACCACAGATTTAGTCTGGAGGCCCCCTCTCTGTTCAGCTGCCC TGGGGTCCCCTTATCCTCCCTTGCTGGCTGTGTCCCAAGCTAGGCAGGATTCATG GTGGGGCATGTAGTTGGGAGGTGAAATGAGGTAATTATGTAATCAGCCAAAGTC CATCCCTCTTTYTCAGGCAGTATAAAGGCAAACCACCCCAGCCA >ConsensusB (primer reverse) TGATTCCTCTCCCCTGGAACCCCCAGATCCACAACTTTGGGGTGCATTCTCACTC TCAGACCCCAAATCCAAAGCCCAAGTGCTCCCCTATGCAAATATTCCAAACTCC TCAGTTCTACAGCTTATCTGTTGCCCCCTCCTAAATCCACAGCCCTGCGGCACCC CTCCTGAAGTACCACAGATTTAGTCTGGAGGCCCCCTCTCTGTTCAGCTGCCCT GGGGTCCCCTTATCCTCCCTTGCTGGCTGTGTCCCAAGCTAGGCAGGATTCATGG TGGGGCATGTAGTTGGGAGGTGAAATGAGGTAATTATGTAATCAGCCAAAGTCC ATCCCTCTTTTTCAGGCAGTATAAAGGCAAACCACCCCAGCCA Dibandingkan dengan sekuens CYP2A6*1 pada GenBank : CCCTTACGCCCTCCTGAAGCAGGACACTCTTATGCCCTCAATGACACCTGAGACAACACACA GAGCCCTC TTGGCACCAAACATGACTTCAATATTCTCCTGGTGTCAAGTTCAGTGCCAACTTGTTTCCCAT CCTCGCA TACACCTGGGGGCAGTCCCAAAGCCAACACGATGCCTTTCCCTCCCTGGCCATACCTGATGC TGATATCA GAACCCACCAATGTCATCAGTGTGTCCACTGCTGATGCCAGTCCCAGCACTCACCTCCTGCT AAGGCTGG CCTGCACTTGACTCCCAGGGTGATCTAGGCCAGTCAATGAAGGGGGGTGAGGAGAAAGTTC ACATCCCAG CTCCCTCACTTACTCCCTGTGTGACCTCACTCAAGAGGATTTATGGAGTCTAGATCTGCTCAT CTTCAAA ATGAGGATGATCATGATGAACCAACCTCATTGTTACAAAGATTCAACCAGATCATACACACCT AGACTTA ATCTTCCCGTATACGACCATGCTCACCAAAGGGTAACTGTCCTGTTTACTAAGGAAGAATTTC CCTGAGG GAAGGACAGGAGGGCTACTCATCCCTTCTCCACTCACACCCACCCCAGGATCTGCCTCTGTG CCTAATAC TGGAGTTTACCCCAATCTCTTCTGCCACTGTTCCCTCTGCCTGCTAATAGTAGTAGCCCCTGA CAAAGCA GGAATCATTCTTAAAGGAGACTTAACTCACCCTCGAATGTGATCTTCTCTTCCCAAACACTCC CTTTCCA CTGGCAGGAAAACCAAATCCAGAAAGGGGAACTAAGTACACAGAGCAGGAGAGATGGGAG TTCAGGGCCA CTCACACATGTCCCCTGCCCACTGTCTGTTTTCTGTCCTCTGTAGATCTTTATATAAAATGAGA AACATA AACAACAATCATAATATTAATAGGGATGATACAATCAATCTAGTGGGTTTCCCTGAGGATCTG GGTTGGA AACCAGCGGACAACCCTTGGGACACTTGAGATTTTTCCACCATTTGGGGGTTGTTATTACTAT TTCTCCA GACCTAGCCAATCCCTCTGCCAACCGCTAACTCCAGGTACTCTTCTCCAGGTGTGGGGAAAG 27

42 28 TTCCCCTG AAATATGGCTCTGGTCTTCCTCCCCTTCCCAATCAGAGATGGGCAGTGGAGGTTCTATGGCA CCCATCCT GGCCTCACTCTGAGGTTCCAATGAGGATTCTGGGCATCAAGAGACAGCTCTGGGCAAAAGC AAAATCAAG TCAGCCCCTGGACCCAGTGCTGGGCTGCTGGGCTTTCTGGGAGAACCCGCTGGGCTTGCTA CACACTCCT CCTCCCAGAAACTCCACACCCACAGCCCTGGGTCTTCCTAGCCCCGAGACTTTCAAGTCCAT ATGCCTGG AATCCCCCTTCCTGAGACCCTTAACCCTGCATCCTCCACAACAGAAGACCCCTAAATGCACA GCCACACT TTGTCTTACCCTAATAAAACCCAGACCTTTGGATTCCTCTCCCCTGGAACCCCCAGATCCACA ACTTTGG GGTGCATTCTCACTCTCAGACCCCAAATCCAAAGCCCAAGTGCTCCCCTATGCAAATATTCC AAACTCCT CAGTTCTACAGCTTATCTGTTGCCCCCTCCTAAATCCACAGCCCTGCGGCACCCCTCCTGAA GTACCACA GATTTAGTCTGGAGGCCCCCTCTCTGTTCAGCTGCCCTGGGGTCCCCTTATCCTCCCTTGCTG GCTGTGT CCCAAGCTAGGCAGGATTCATGGTGGGGCATGTAGTTGGGAGGTGAAATGAGGTAATTATGT AATCAGCC AAAGTCCATCCCTCTTTTTCAGGCAGTATAAAGGCAAACCACCCCAGCCGTCACCATCTATC ATCCCACT ACCACCATGCTGGCCTCAGGGATGCTTCTGGTGGCCTTGCTGGTCTGCCTGACTGTGATGGT CTTGATGT CTGTTTGGCAGCAGAGGAAGAGCAAGGGGAAGCTGCCTCCGGGACCCACCCCATTGCCCTT CATTGGAAA CTACCTGCAGCTGAACACAGAGCAGATGTACAACTCCCTCATGAAGGTGTCCCAAGGCAGG GAGATGGGT GGCACGGGGTGGGGGCTGCCTAGTTGGCTGGGGCTTTGTGGCAGGGGGTTGACCAGTGTG GACCAGAGTC TTAGGAAATGGAGTTTTGGAGTTTCAGCATCAGAAAGACAGGATCTTGGGATGTCCAGCTCC CTGACTGT GAGAACCTGGGTGCGAAGCATCCCAGCACATGACATCTCGGTGCTGGGCCCCATTCAGAGT GGAGGCTTC TCCCTCTAACCACTCCCACCCACCTCCATCAGATCAGTGAGCGCTATGGCCCCGTGTTCACC ATTCACTT GGGGCCCCGGCGGGTCGTGGTGCTGTGTGGACATGATGCCGTCAGGGAGGCTCTGGTGGAC CAGGCTGAG GAGTTCAGCGGGCGAGGCGAGCAAGCCACCTTCGACTGGGTCTTCAAAGGCTATGGTGAG GGGGTGCCCA AGAGGGGGAAGGTGGCCAGGTGGACACGAAGGTCTCAGTGTTCCCAGCCTTCTCCCTGACT CTCCTGCCA ACTGGAGGCTAAGGCAGAGTCCCCAGTCTGGTCTTCCCTCCCCATCTCCCTTCATTGTGGCC TCTCCATG TGTATCCCTCACCTGTCTCCAGCGTCCCTGTCCTGATTCCTCCCTGCCTCTCTCTGCCCCACC TCCTTAT TCTCTCTCACTGGAGTCTCCTCTTTCCCCTCTCTCTCCATCTCTAAGGACATCCTGGGTTTCT GTTTTCC AGCCCTGGTTCTCTGTCTTCATTTGTCTTTTTGTCCCTCTTAGCTTCTGGGCTTCTCTGTGTTT CTCATC TCTCCGCATCCCTTTCTCACTTCTTCCTCTGTCTTAGGATTTCAGGGTATTCCTACTTCCACAT CTTCAG CCTCCATCTCCTGGTAACAGTCTCTCTTCCTTCCAGACCCTCTCTGTTTCTATCTCAATATTTT TCTCTC TTCTCCAGCTCAGCTTAAGAATGTTTCACCATTTTTATTTCCTCCTCCCAGATCTCCCCATATC PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43 29 TCACTT CCCCTCCCTCCATCCTCTTCCTCCATCACTCTCTTTCTCTCCCCACTTCCTTCCCTTCCTCCAT GGAGTG TCCCCTTATCCCTCTGTTTCTATGTGCATCTCTCTGTCTGGCCTTTCTGTTTCTTTTCTGATTGT CTTAT TCTTTAAACCTGGTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCCTCTCTCT CTTCT CTCTCTCTCTCCTCTCTCTCTTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCCTCTCTCTCTTCTCTCTCTC TCTCT CTCTCTCTCTCTCTCTCTCTCTACCTCGACATCGTGTTTCTCTGACTGAGTTTGCAGCTCTGC TGGGCAA TGGCGCTGAATCCATCTCTCTCCCACCCTACTCCCTCTCTCCTCCACCCTTGGGGAGCCCCTT GGAGCTG CTCCGCTCCTGCCCCCGCCGCCCCCTGGCCTGTCTCCATTCCCGCGTTCACCTCCCCAGGCG TGGTATTC AGCAACGGGGAGCGCGCCAAGCAGCTCCGGCGCTTCTCCATCGCCACCCTGCGGGACTTCG GGGTGGGCA AGCGAGGCATCGAGGAGCGCATCCAGGAGGAGGCGGGCTTCCTCATCGACGCCCTCCGGG GCACTGGCGG TGAGCAGGGGACCCCGAGTGCGGGGGCAGGAGAAGGAAAACACCCAGGACGAGGAACCC GCGCGCGTTCT GCCTGGGGATGGGGACTAGGTGGGGAAAGGCGCCCGCACTTCCAGCCCTGGAGTCTGGCG CTGGGAATTT GGCTCAACAAGGCCCTGCCTCCTGGAATTCTGACTCTCCTCAGACCTCTGAGTTGACTCTCT CCCCAACC CCCTTCTCCCGCCATACCCGCAGGCGCCAATATCGATCCCACCTTCTTCCTGAGCCGCACAGT CTCCAAT GTCATCAGCTCCATTGTCTTTGGGGACCGCTTTGACTATAAGGACAAAGAGTTCCTGTCACT GTTGCGCA TGATGCTAGGAATCTTCCAGTTCACGTCAACCTCCACGGGGCAGGTAACTGGCTGCAGCCC GGCCCGTGA CGCCCCTACCACAACCTGCCAACTGCTCCCCTACCTGGAGACAGGTGCCCCAAACTCCCAC CGCCCTCCA GACAGTGTCCCCTCAAAATCAGTCCCCGATATTGGACAACTGGACAGTTGCACCAGAACCC AGGATGGAT GTCCAATACCCTGTCTCCAAGGACACCTGGATAGCTCAACAGATGCTCCCCAAAACAGAGC CTGCTGGCA GGATGCATACCCTCAGCTCAGCTCTCTCACCTGGGCACATGTTCCCATCCCCAACTTACCGTA ATTTCTA ACAGATGCTCCCTACCCAGTTCTTCTGAATATTTTAACACCTGGACAAGTGACTGCGTCAAC CGGCCTCC TGCATACCTGAACACCTGGTGCTGCAAAATCCAGCCCATCATAATCATTTCACATCTACACAA ATGTCCC AGATTAGCCCACTGGAATATCTGGCCAAGCGCCCTCTACTTCACCCACTTAAATACCTGAAA ACATGGAC AGCTGCCCTAACCAACACCTTAAACACATAAATATCTAGACAGATTGTTCCCTGACACACAA ATAAGTGT TCCCCAACCCTTTCCAATCACACACCTTACAGAGGTGCTCCCAGTGCATCCCACTTGGATAG GTAAACAC CTCAACAGGTATCCCCTCCACTTCAACATCTTCACCAGCCCCACTTTAATACCTGAGCACCTG AACAAAA GCCCCCAATCCAGACCCAGTAAGTATCTGGACAGCTGTCTCCAACCAAGCCTACTTGAATGC CTAAATAC CTAGACAGGTGACACTCACCTCATACCAGCCCCACCTGAAGAGCTAAACACCTGGACAGGT GTCTTCCAA CTCAACTTCACTTGAATATCTGAACACCTAGATGTGTGCTCCAATCCAGCCTCGTTTAAATAC PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44 30 CTGAAAC CTGGATATATGTCTCAGTTCTTCTCACCTAAATTACTAGACCGTGGCCCTGGTACCTAACCTTC CTGAAA ACTTAGATATAAGTTCCTATCCGGCCCCACTGAAATACCTAAACAACGAGACAGATGCCTTTA ACTCAGT TCCTTCCTTGCTATGAAACAAATCCCATTCCCATCAGCTCCTGCCCCGTGACAGCTGTCCTTC CCTTCCC ATCCTCTCTCTGCAACCCCAGCTCTATGAGATGTTCTCTTCGGTGATGAAACACCTGCCAGG ACCACAGC AACAGGCCTTTCAGTTGCTGCAAGGGCTGGAGGACTTCATAGCCAAGAAGGTGGAGCACA ACCAGCGCAC GCTGGATCCCAATTCCCCACGGGACTTCATTGACTCCTTTCTCATCCGCATGCAGGAGGTAC ACCCCAGC AGCCACTGCGGGGAGATGCAAAGCCAGGCAGAGGGAAATCAGTCTGGGAGTGGGGCAGGC AGATGACACA GGCCCATTCAAATTAACCCTCATCATAATAATCCTCACAATTGGCTGGGTGCCGTGGCTAACA GCCTGTA ATCCCAGCACTTTGGGAGGCCGAGGCAGGTGGATCACCTGAGGTCAGGAGTTCGAGACCA GCCTGGCCAA CATGGTCAAACCCCGTCTCTACTAAAAATCCAAAAATTAGTTGGGCATGGTGGCGCGAAGG GGGGCAGAG GTTGCAATGAGCCAAGATCACGGCATTGCACTCCAGTCTGGGTGACAGAATGAGGCCCTGT GTCAAAAAA AATTAATTAATTGTTTAAAAAGTAAGTGAGCCTGCATGGTCATGCGCATGTGCAGTTCCAGCT ACTCAGG AGGCTGAGGCTGGAGGATTGCTTGAGCTCAGGAGTTGGAGTCCGGCCTGTGCAACTTAGCA AGACCAAGT CAGTATAAGAAAAAAAAAAACAAAAAAAAACTGACAGCTAAGTTGATAATTGAAGGACAG ATGGTCAGCA AGGTAAAGAAGGTGAGAAGGAAGAGCATTTTGGGCAAAGCCAGCAGCCAGGGCAAGGGC TGGAACCTAGA GCGAGTCTGGTAGATCTAGGGTCCCTCTTTCCACCTTTGGTCTGAACCAAAGAGAGGTAGAT CCAAAGGA AAAGCCCTAGAAGGGCCCTGAGGGCAAGAGGAGTGAGGTTGGCCTAAAGCCCCCTCTCCC TGCAGGAGGA GAAGAACCCCAACACGGAGTTCTACTTGAAAAACCTGGTGATGACCACGTTGAACCTCTTC ATTGGGGGC ACCGAGACCGTCAGCACCACCCTGCGCTATGGCTTCTTGCTGCTCATGAAGCACCCAGAGG TGGAGGGTA AGGCTGGAGGGGGACGGAAGTGGAGGGCCCCAGACCCTCAAAATTCCCCTTCGACTGGTG CAATGTCCCC ACCTGTCCCAGATCCCGGGACCCTGAGACGTGACTTGCTGTCCAGAGACAGGGCAACATTC AGCTGGTAG GCATCAGCTGAGTCTCATTAGATATTAAAATATTGAAAATGTCTGCACTGATTGGTCAGTCAC TTCTGTC CCAAGCCCACTGAGTGCCCACTGCCCGTTCCACCGGGTCATCCCCTAAGTTCCTCCCTGTGC CTCCCCTG TGATTCTGGCACAACCTGGTTAACAGGATCCTACTCCAACAATGCGAATGGCTGATGTCTGT TCTGTTAT GAATGCTCTACTTCCGTCTCATAGGCGGAGCCATATCATCCACCCCATTTTGCCTATTCGGACT ATCATT TCCTGCTCTGAGACCCCTAGATACCTAAACACATTCCCCCTCCTCCCCCAGCCAAGGTCCAT GAGGAGAT TGACAGAGTGATCGGCAAGAACCGGCAGCCCAAGTTTGAGGACCGGGCCAAGATGCCCTA CATGGAGGCA GTGATCCACGAGATCCAAAGATTTGGAGACGTGATCCCCATGAGTTTGGCCCGCAGAGTCA PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45 31 AAAAGGACA CCAAGTTTCGGGATTTCTTCCTCCCTAAGGTGCTATCCGCCCCCACCCCCCAGACTACGGGG ACTTCCAG CCCCTCTCTGTGTCCCCAGCATCCCACCCACATTAGAAGCTTTCTAGACCCTGTCCCACTCCC TCAATCA GTCAAAAAAGACTTCCCCAACCACCACATCCGTTCCACCTTTCCACTTAGACACTCCTGAGT CCTGCATC TCTCCAGACTCTTTGTGTCAGGAGAATCAAACACATGTTCCCAAACTTCCTATCTTAAGAAA CAGAAGCC CCCTTTCCATTCGGCCTTTTGTCATAGGGACAGAAATCTCAGGTCCCCCAAACTCCTGCCTA GAAGGACA TGGACCCCATGTCTCCCAAACTTCCTGTTTCAGAGATGTGAACCTTCTATCCCCCAAAGCTC CTCCATCA GAGGACCCCAACTCCTCCATGCCTGCCACTTCCCCTTACCTGGGGCACACTAGTTCCCCCTC CAGCCCCT GTGTACTTTCACCAATCCCCCGACCCTCCTCATCACACACAACTTCCTCCTCCCTACCAGGG CACCGAAG TGTACCCTATGCTGGGCTCTGTGCTGAGAGACCCCAGTTTCTTCTCCAACCCCCAGGACTTC AATCCCCA GCACTTCCTGAATGAGAAGGGGCAGTTTAAGAAGAGTGATGCTTTTGTGCCCTTTTCCATCG GTAAGAGA CCACTGTTTGCTGCCAGGCCACGGCTCACACCAGCAGGGGCCTCCCTCACCCTCCTCCCCTC TCTGCGGT GTAGCCTGGTATTTCTCCAGCTTGGAAGTTCCTGTTAGAATCTACCCTTGAGCCAGCAGCTGA TACTTCC TTAACTACCAAGCACCCAGTACCTGCGCCCAGGTAAAATGAAAGGAAACATCTTTCCCCGTA GATGTATT TCTCTAGGGTCACACAGCAGATTCCTCAGATCCCTAAAAAGGAGATGACGGCACAGCAGTC ATATTTGCA AGTGTACCTGGCAGGAAAGGACATCTAAACCTCCCATTGCTACACCTGGCATGGATCACCCC ATCTATGA TGGATGTGTGACATTATGCCTTTTTCAAAACCCATAGAACTGTATAACACAGAGTAAACCCTA ATGTAAA CTATGGACTTTGTTAGTAATAATATATCAATATTGGTTCACCATTGTTACATCTCTTATAGAAAG AAATT GAGGCTCAGGGAGGATCAGAGCCTCCTCTGAAACTCTCTCAGGCCATAATATTCCACCCTTC CTCCCTGG GAGAGCCGCAGCTGGAGGTCGGTACTGGGGCGAGGCTGCACTGAGAGTGGGCTTCACCTC CACCCCTCCC GCCTCTCCTCCTCAGGAAAGCGGAACTGTTTCGGAGAAGGCCTGGCCAGAATGGAGCTCTT TCTCTTCTT CACCACCGTCATGCAGAACTTCCGCCTCAAGTCCTCCCAGTCACCTAAGGACATTGACGTGT CCCCCAAA CACGTGGGCTTTGCCACGATCCCACGAAACTACACCATGAGCTTCCTGCCCCGCTGAGCGA GGGCTGTGC CGGTGCAGGTCTGGTGGGCGGGGCCAGGGAAAGGGCAGGGCCAAGACCGGGCTTGGGAG AGGGGCGCAGC TAAGACTGGGGGCAGGATGGCGGAAAGGAAGGGGCGTGGTGGCTAGAGGGAAGAGAAGA AACAGAAGCGG CTCAGTTCACCTTGATAAGGTGCTTCCGAGCTGGGATGAGAGGAAGGAAACCCTTACATTAT GCTATGAA GAGTAGTAATAATAGCAGCTCTTATTTCCTGAGCACGTACCCCCGTGTCACCTTTGTTCAAAA ACCATTG CACGCTCACCTAATTGCCACAAACCTCTGCGAAGGGCGTTCATGCCCATTTTACACGTGACA AAACTGAG GCTTAGAAAGTTGTCTCTGATGTCTCACAAAACATAAGTGCCCAGAAAATCTTTGAACACAG PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46 32 ATCTGTGC CCATAGCCTTCTAGACAGATTCTTAAAAAGCACCTATTCCTCACGTAAAACAGCTTAGTATAG CATCACA TGGCCTGAACATCCCTGTCCTGGGGAGTTTTCCAGAGACCTGGCGGGTGGCTGTCCTGCCTT CACTGCAC ACATGCCCACACTCTCACCTACTCAACATGCTTTGAATACCCGGGTGTAATCTGTGCTTGCTA CCAGATA AGGCCACTGTAGCCCATTCAGAGTCAGTCCAGGGACACAACGAGACATGAATGGACATACA GAGTCAGTC CATTAACAATTTTTTGCAGAGCAGAAGTTTTTAATTTTAATGACATTCTGTCAATATATCCCTT AATGAA GAAGTTGAAGGAAAGAATCACTTACAGAGAATGAGAGAACTCTGGATCAGGACATAGCCAT ATTCATGTG TGTGATCATGTTCAGACATGCATGTGAGCATATGACTGCATATTCTCCTCCGTGTATGCATGAA ACATAT TCCACTATGGGTTCTGAAGGCTGGGCTCTCCTGATGGATCTGGGGTCTGTTGTAAGACCCAG CTGAGAGT TTCACAATCACTGCCCACTCTCAAAGAAGTTAGTGTGTGTCCCCCTTAGAAGCTCCCTTACG GCTTTCAC GAAAATTAACTCCAAGTTTATTGTAGACCTAAATGAATAGTGAGTACAAAACTTCTAGAAGA TAATGTAG GAGAAAATCTAGATGACCTTAAGTTTGGTGATGGCTTATTAGATACAACACCAAAAGCACAA TCCTTGAA AGAAGCAATTGATAAGTTCTGTGTCATTAAAATTAGAAGCTTCTGCTCTGCAAAAGAATTGT CAAGAGAA TGACAATACAAGCTACAGACTAGGAGAACATATTTGCAGGGGACATACCTGATAAGGGACTT ACATTCAA AATACACAAAGAACTGTTAAAACTCAATAGAAAACAACCCAATTAAAGAATGGGCAAACGA TCTGAGCAG ACACCTCACCAAAGAAAATATACACATAGCAAATAAGCATAAGGAAAGATGCTCCATATCATA TGTCAGT AGCCATTTCAAATTGAAACAATAATGATGTACCACTACTCACCTATTAGAATGGCTAAAATCC AAAGCTG ACAACATCAAATGCTGACAAGGAGGTGGCTCAACAGGAACTGTCATTCATTGATGGTGGGA ATGCAAAAT GACACAGCTACTTTGAAAGACAATTTGGCGGTTTCTTGCAAAGCTAAACATATTCTTACCAT GTGCTACA GCAATCATGTTCTTCGGTATTAACCCAAATGAGTTGAAAACATATAGCAACACAAAAACCTC TGCACAGA TGTTTATAGCAGCTTTATTCATAATTGCCAAATCTTGTAAGCAACCAAGATGTTCTTCAACAA GTGAATG GATAAATGAACTGTAATATGTTCATACAATGAAATACGGCAGGGCTTGATGGCTCATACTGTT AATTATA GCACTATGGGAGGCCGAGGTGGGCAGATCACTTGAGGTCAGGAATTCGAGACCAGCCTGGC CAACATGGT GAAACCCCATCTCTACTAAAAATACAAAAATTAGCCGGGCACGGTGGCATGCGCCTGCAGTT GCAGCCAC TTGGGAGGCTGAGGTGGGAGAATTGCCTGAACCCATAAGGCAGAGGTTGCAGCGAGCTGA GATGGAGCCA CTGCACTCCAGCCTGGGCGACACAGTGAGATTAGAAGAAGCAATATTGTTAAAATGTTCATA CTACTCAA AGCAATCTACAGATTCAATGCAATTCCTATCAAAATACCAATGACATTCTTCACAGAAACAG AAAAAA PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47 BIOGRAFI PENULIS Penulis mempunyai nama lengkap Cindy, dilahirkan di Surabaya, pada tanggal 13 April 1995, serta merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Tjua Nyit Fui dan Henny Susana. Penulis menempuh pendidikan TK hingga SMA di Kota Sambas, Kalimantan Barat, yaitu TK Amkur ( ), SDS Amkur ( ), SMP Amkur ( ) dan SMA Santo Bonaventura ( ). Penulis melanjutkan studi di Program Studi S1 Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun Selama masa kuliah, penulis aktif dalam kegiatan akademik dan non akademik di dalam maupun di luar kampus, yaitu Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) Farmasi sebagai anggota Divisi Advokasi (2014), Bendahara (2015), dan Ketua (2016); Kepanitiaan Inisiasi Fakultas Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (Titrasi) sebagai anggota Kesekretariatan (2014) dan Koordinator Kesekretariatan (2015); anggota Patient Counseling Club; anggota Herbal Garden Team; asisten Praktikum Kimia Dasar (2014), Kimia Organik ( ), Kimia Analisis (2015), Biologi Sel dan Molekuler ( ); Tim Farmasi Bakti Sosial Pengobatan Gratis Yayasan Persaudaraan Masyarakat Yogyakarta; peserta Kalbe Pharmaceutical Professional Program (2016), peserta Good Manufacturing Practice education (GMPed) dan Patient Counseling Event (PCE) dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (PIMFI) di Universitas Padjadjaran Bandung (2015), Juara 3 Pharmaceutical Industry Case Study di Institut Teknologi Bandung (2016), Semifinalis Nutrifood Leadership Award (2016), 15 Besar Olimpiade Sains Mahasiswa Tingkat Nasional Bidang Kimia (2016), Juara 1 Aksi Penulisan Ilmiah Nasional (2016), 10 Naskah Terbaik Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional (2016), Peserta Phase Paper of Innovation Challenge, Peringkat II Olimpiade Nasional MIPA bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi (ONMIPA-PT) Swasta Tingkat Wilayah 2016 Bidang Kimia, 50 besar Lomba Essay Nasional (2016), Peserta Olimpiade Farmasi Indonesia 8 di Universitas Andalas Padang (2016), Peserta Pharmacy Competition (2016); Peserta Clinical Pharmacy Skill Event dalam kegiatan Kompetisi Farmasi Seluruh Indonesia di Universitas Airlangga (2016); Peserta Kompetisi Kefarmasian Mahasiswa Tingkat Nasional Pharmadays di Universitas Gadjah Mada (2015); Peserta Lomba Cerdas Cermat Farmasi dalam Pharmacy Festival di Universitas Indonesia (2015); dan peserta Student Exchange Program di Mahasarakham University, Thailand (2017). 33

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI Deniariasih, N.W. 1, Ratnayani, K. 2, Yowani, S.C. 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

BABm METODE PENELITIAN

BABm METODE PENELITIAN BABm METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectioned, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan distnbusi genotipe dan subtipe VHB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D)

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D) 2 melawan mikroba. Peran flavonol dalam bidang kesehatan sebagai antiinflamatori, antioksidan, antiproliferatif, menekan fotohemolisis eritrosit manusia, dan mengakhiri reaksi rantai radikal bebas (Albert

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Disusun oleh : Vallery Athalia Priyanka NPM : 130801398 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... v vi viii ix x xiii

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN MEISA1

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN MEISA1 OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN MEISA1 Shinta Oktavia 1, Dewi Indriyani Roslim 2, Herman 2 1 Mahasiswa Program S1 Biologi 2 Dosen Bidang Genetika Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Laurencius Sihotang I. Tujuan 1. Mempelajari 2. Mendeteksi DNA yang telah di isolasi dengan teknik spektrofotometrik 2. mengetahui konsentrasi dan

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang paling sering dijumpai di dunia maupun di Indonesia (Thompson, 2007; Adham et al., 2012). Insidensi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) SKRIPSI Oleh: SATRIYA PUTRA PRAKOSO NIM. 1208105013 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE Fitri Ramsela 1, Dewi Indriyani Roslim 2, Herman 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Dosen Genetika Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 2. Rincian pengambilan contoh uji baik daun maupun kayu jati

METODE PENELITIAN. Tabel 2. Rincian pengambilan contoh uji baik daun maupun kayu jati METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Dalam penelitian ini contoh uji yang digunakan dibedakan atas contoh uji daun dan kayu. Penelitian terhadap daun dan kayu dilakukan di Ruang Analisis Genetika, Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui variasi genetik (polimorfisme) gen Apo E pada pasien IMA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS

AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS ABSTRAK' AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS Di dalam materi genetik Bacillus sp. strain diketahui - - ' terdapat gen Penisilin V Asilase. Hal ini terbukti

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan terhadap sampel yang dikoleksi selama tujuh bulan mulai September 2009 hingga Maret 2010 di Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP

SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP Disusun oleh: Bening Wiji NPM : 060800997 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOBIOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION Proses Amplifikasi Daerah Promoter inha pada Isolat P11 Mycobacterium tuberculosis Multidrug Resistance di Bali dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (Asmara, A. A. R., Yustiantara, S., Yowani, S.C.)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Desain Primer secara in silico untuk Amplifikasi Fragmen Gen rpob Mycobacterium tuberculosis DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap urutan nukleotida daerah HVI mtdna manusia yang telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya rangkaian poli-c merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) insersi/ delesi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN V. I. Kesimpulan 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal namun secara statistik tidak berbeda signifikan

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Luh

Lebih terperinci