BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan spektrum autism (Autism Spectrum Disorders/ASD) atau
|
|
- Yandi Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan spektrum autism (Autism Spectrum Disorders/ASD) atau gangguan autistik (autistic disorder) telah didefinisikan oleh American Psychiatric Assotiation (APA) yaitu gangguan atau kecacatan perkembangan dengan karakteristik kerusakan interaksi sosial, abnormalitas dalam komunikasi verbal dan non verbal, dan perilaku berulang. Autistik adalah kondisi yang menggambarkan individu yang seolah-olah mereka hidup dalam dunianya sendiri. Di dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) gangguan spektrum autisme disebut sebagai Autisme Masa Kanak. Gejala-gejala gangguan autistik secara klinis dapat dilihat dalam 3 tahun pertama kehidupan dan menetap sepanjang kehidupan (Depkes RI, 1993; Selvi, Vineeta, & Paul, 2010; Guerra, 2011; Rai, 2011, dan Dufault et al, 2012). Gangguan autistik terjadi akibat gangguan neurobiologis yang memengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif. Karena berbeda individu dengan autisme mempunyai ciri dan tingkat keparahan gejala yang sangat berbeda, autisme disebut sebagai suatu spektrum gangguan, yaitu sekelompok gangguan dengan cakupan ciri yang serupa. Oleh karena itu muncul istilah ASDs (Autism Spectrum Disorders) atau GSA (Gangguan Spektrum Autism) (Ginanjar, 2007
2 dan The National Institute of Child Health and Human Development & U.S. Department of Health and Human Services, 2005). Prevalensi anak yang mengalami gangguan autistik diseluruh dunia saat ini diperkirakan mencapai 0,1%, dimana telah terjadi peningkatan mengkhawatirkan baik di negara maju maupun negara berkembang. Kejadian pada anak laki-laki 4 kali lebih sering dibanding pada anak perempuan (Szatmari, 2007; Abrahams & Geschwind, 2008). Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah anak yang mengalami gangguan spektrum autisme tahun 1980 diperkirakan 1: 5000 anak dan tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak (Center for Disease Control and Prevention, 2007). The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan di Amerika Serikat saat ini terdapat 1 dalam 88 anak teridentifikasi mengalami gangguan autistik, prevalensi pada anak laki-laki 1 dalam 54 anak dan pada anak perempuan 1 dalam 252 anak. Perkiraan CDC ini berdasarkan laporan dari Autism and Developmental Disabilities Monitoring (ADDM) Network yang memonitor jumlah anak autisme usia 8 tahun selama tinggal di Amerika Serikat dalam komunitas yang berbeda. Perkiraan prevalensinya meningkat 23% selama 2006 sampai 2008 dan 78% selama 2002 sampai 2008 (ADDM, 2012 dan Ratajczak, 2011). Indonesia belum mempunyai data akurat anak yang mengalami gangguan autistik. Sampai saat ini belum ada data resmi, namun lembaga sensus Amerika Serikat melaporkan bahwa tahun 2004 jumlah anak dengan ciri-ciri autistik atau gangguan spektrum autism di Indonesia mencapai orang (Ginanjar, 2007 dan Hasdianah, 2013). Berdasarkan fenomena yang dapat dilihat saat ini,
3 diperkirakan anak yang mengalami gangguan autistik di Indonesia juga sangat meningkat karena jumlah yang ditangani oleh dokter dan psikolog semakin meningkat dan semakin banyak pusat terapi yang menangani anak-anak gangguan autistik. Di Sumatera Utara terdapat 4 pusat terapi anak gangguan autistik dan 10 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menangani kelas anak gangguan autistik. Salah satu tempat terapi autism di kota Medan adalah Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI), berada di Jl. Sei Batu Rata No. 14, Medan dan di Binjai terdapat SLB Negeri Binjai. Belum diketahui penyebab peningkatan besar kejadian anak gangguan autistik. Etiologinya heterogen, para ahli belum mengetahui dengan pasti penyebab spesifik. Beberapa bukti menunjukkan bahwa genetik, lingkungan, dan faktor imunologi berperan dalam patogenesisnya. Penelitian dalam faktor biologis difokuskan pada 4 area : neurologis, biokimia, abnormalitas genetik dan masalah selama kehamilan dan setelah lahir. Dengan melihat prevalensi anak gangguan autistik yang meningkat sangat cepat dan mengkhawatirkan, menunjukkan telah terjadi sesuatu diluar individu dengan faktor genetik autisme yang menyebabkan gangguan neurobiologis kemudian memengaruhi fungsi otak sedemikian rupa. Hal ini terbukti bahwa peningkatan anak autistik terjadi seiring dengan kemajuan teknologi dan industri yang dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, pada sisi lain memberi dampak negative terhadap lingkungan dan individu tertentu (Selvi, Vineeta, & Paul, 2010; Ratajczak, 2011, dan Eapen, 2011).
4 Bagaimanapun juga peningkatan insiden anak dengan gangguan autistik mengesankan bahwa faktor epigenetik mempunyai peran, dan lingkungan memengaruhi fungsi gen-gen tertentu (Ozand et al., 2003). Namun, meskipun faktor genetik tampaknya berperan penting dalam etiologi autism, sejumlah penelitian mengesankan bahwa paparan lingkungan khususnya yang terjadi selama periode kritis perkembangan neurologis dapat memicu penyebab terjadinya autism pada sebagian besar anak (Woods et al., 2010). Mefford et al. (2012), telah membuat tinjauan yang sangat bagus tentang faktor genomik pada gangguan autistik, tetapi ternyata secara kuantitatif jumlahnya kecil dibandingkan kontribusi non genomik seperti faktor lingkungan (Deth, 2012). Gangguan autistik dapat terjadi akibat ekspresi neurologis terhadap dampak racun dari lingkungan pada anak yang pada dasarnya telah mempunyai kelemahan genetik. Tidak semua anak yang terpapar dengan berbagai macam racun menjadi autistik. Diperkirakan, tanpa faktor pemicu, gejala gangguan autistik mungkin tidak timbul, meskipun anak tersebut mempunyai kelemahan genetik. Faktor pemicu tersebut biasanya berasal dari luar anak dan setiap anak mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap zat tertentu. Saat ini perhatian dipusatkan pada kemungkinan neurotoxicants atau faktor lingkungan yang berhubungan dengan kerusakan gen dan mencetuskan gejala gangguan autistik (Herbert et al., 2006). Pengaruh faktor lingkungan terhadap ekspresi gen terutama diperantarai melalui mekanisme epigenetik termasuk methylasi DNA, acethylasi, ubiquinasi, dan phosphorilasi histon. Regulasi epigenetik merupakan bagian terpenting
5 selama perkembangan saraf (Dufault et al., 2012). Karena methilasi DNA dapat dimodifikasi oleh mutasi, maka ekspose maternal dan pengalaman postnatal menyediakan mata rantai hubungan antara gen dan lingkungan (Schanen, 2006; Ozand et al., 2003). Perkembangan saraf dapat menjadi kurang baik ketika ekspresi gen diubah oleh faktor transkripsi seperti insufisiensi atau defisiensi seng (Zn), atau karena terpapar oleh substansi toksik seperti raksa atau merkuri (Hg) (Dufault et al., 2012). Meskipun peran raksa dalam patogenesa autisme masih terus diperdebatkan, beberapa penelitian menemukan kadar raksa pada rambut, darah, urine dan gigi anak dengan gangguan autistik lebih tinggi dari anak tanpa gangguan perkembangan (Kern et.al., 2011). Oleh karena itu beberapa peneliti menduga autisme disebabkan oleh keracunan logam berat, diantaranya karena raksa. Hal ini terutama didasari pada peningkatan cakupan imunisasi dimana hampir semua vaksin yang ada mengandung thimerosal, suatu senyawa raksa organik atau dikenal sebagai sodium etil merkuri thiosalisilat, mengandung 49,6% raksa (Autism Research Institute, 2005). Raksa (Hg) secara alamiah terdapat di alam (air, udara dan tanah), dalam 3 bentuk; elemental, organik dan anorganik. Sumber Hg terdapat dimana-mana seperti pada ikan, di udara, obat, fungisida/herbisida, dental amalgam, vaksin, termometer, tensimeter, dan beberapa produk/bahan makanan. Paparan terhadap merkuri terjadi akibat peningkatan penggunaan merkuri dalam bidang kesehatan terutama dalam vaksin, obat-obatan, dan dental amalgam, penggunaan dalam
6 teknologi dan berbagai industri seperti pada kosmetik dan cat atau resiko paparan akibat kandungan Hg dalam diet (Geier, et al., 2012 dan WHO, 2008). Bernard et al. (2001) telah mempublikasikan review artikel tentang keserupaan antara gejala-gejala keracunan Hg dan gejala-gejala gangguan autistik (Garrecht & Austin, 2011). Banyak hasil penelitian terbaru menunjukkan hubungan paparan Hg dengan gangguan autistik dan telah dilaporkan bahwa paparan terhadap Hg menyebabkan disfungsi imunitas dan beberapa gangguan neuropsikiatri seperti kekurangan kognitif dan komunikasi, disfungsi sensori, kerusakan koordinasi motorik, dan prilaku yang serupa dengan ciri definisi atau berhubungan dengan gangguan autistik. Gangguan-gangguan ini khususnya dapat diobservasi pada anak gangguan spektrum autisme dan kemiripan tersebut meluas pada perubahan neuroanatomi, neurotransmitter, dan biokimia (Wood et al., 2010). Anak yang mengalami gangguan autistik diketahui mempunyai peningkatan beban tubuh yang signifikan terhadap Hg akibat mekanisme biokimia dan kepekaan genomik dalam perjalanan detoksifikasi (Geier & Geier, 2006; Landrigan, 2010; Garrecht & Austin, 2011, dan Geier, et al., 2012). Beban tubuh terhadap Hg dapat diketahui dengan mengukur kadar Hg di dalam darah, rambut, urine, gigi, kuku dan profil porphyrin urin (WHO, 2008 dan Woods, et al., 2010). Hg bisa tetap ada diotak dari beberapa tahun sampai beberapa dekade setelah terpapar (WHO, 2008 dan Geier et al., 2012). Hasil penelitian terbaru oleh Geier et al. (2012) menunjukkan peningkatan konsentrasi Hg di rambut mempunyai hubungan yang signifikan dengan
7 peningkatan keparahan gejala autisme. Sebaliknya tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara logam toksik lain yang diperiksa dirambut dengan keparahan gejala autisme. Hal ini membantu menyediakan mekanisme tambahan yang mendukung Hg dalam etiologi keparahan gangguan autistik, dan mendukung menambah jumlah tinjauan terbaru yang kritis bahwa faktor biologis berupa paparan terhadap Hg berperan dalam patogenesa gangguan autistik. Keparahan gejala autisme dapat diukur menggunakan Childhood Autism Rating Scale (CARS). CARS terdiri dari 15 item skala penilaian perilaku yang dikembangkan untuk mengidentifikasi gambaran kuantitas keparahan gangguan, telah digunakan secara luas dan dapat mengukur keparahan gejala autisme dengan baik (Geier et al., 2012 dan El Baz et al., 2010). Paparan Hg pada anak dapat terjadi saat prenatal atau post natal. Sumber paparan saat prenatal adalah uap merkuri yang terhirup oleh ibu dari dental amalgam, vaksinasi selama kehamilan, metil merkuri (MeHg) dari ikan yang dikonsumsi ibu, penggunaan kosmetik yang mengandung Hg dan sumber paparan lain dari lingkungan. Saat post natal sumber paparan utama adalah dari vaksinasi. Ethyl merkuri (EtHg) pada pengawet thimerosal terdapat dalam vaksin dan beberapa produk pharmasetik (Barregard et al., 2011 dan WHO, 2008). Dalam darah metilmerkuri terikat pada gugus sulfhidril berbobot molekul rendah seperti sistein. Reaktifitas metilmerkuri yang tinggi terhadap gugus sulfhidril pada berbagai protein, menyebabkan jumlah metilmerkuri bebas dalam cairan biologis sangat kecil. Sistein merupakan asam amino yang penting pada rambut. Metilmerkuri yang bereaksi dan terikat dengan sistein pada gugus
8 sulfhidril terserap dalam rambut, menyebabkan kadar Hg pada rambut kira-kira kali lebih tinggi dari konsentrasi dalam darah (WHO, 2008). Darah dan rambut kepala merupakan indikator utama yang dipakai untuk mengukur paparan oleh methylmerkuri, namun konsentrasi dalam darah menunjukkan paparan akut sedangkan level dalam rambut dapat mengukur akibat paparan kronik. Oleh karena itu rambut kepala menjadi medium/biomarker indikator yang baik untuk pengukuran paparan kronik methylmerkuri (WHO, 2008). Neurotoksisitas Hg dihubungkan dengan kekurangan glutation karena glutation berperan utama dalam mekanisme eksresi Hg. Grop cystein SH dari glutation mengikat Hg selanjutnya dieksresikan melalui urine (Geier & Geier, 2007 dan WHO, 2008). Penelitian Geier et al., (2008) pada 28 anak autism usia 2 sampai 16 tahun diantaranya menemukan glutation (kunci biokimia pada perjalanan detoksifikasi merkuri) lebih rendah bermakna pada anak yang didiagnosa autism dibandingkan kontrol dan peningkatan keparahan keracunan Hg (yang diindikasikan dari nilai porphyrin urine), berhubungan dengan level glutation yang lebih rendah diantara anak yang didiagnosa autism. Didasari atas temuan ini, para peneliti menyimpulkan autisme merupakan hasil kombinasi genetik/kepekaan biokimia dalam bentuk berkurangnya kemampuan untuk mengeksresikan Hg dan / atau peningkatan paparan lingkungan pada masa kunci perkembangan anak (CoMeD, 2008).
9 Individu dengan genetik defisiensi sintesa glutation, kurang mampu mengeksresi Hg, membuat mereka lebih sensitif terhadap efek yang kurang baik. Hal ini terjadi pada anak dengan gangguan autistik, menyebabkan urine tidak dapat menjadi biomarker yang sesuai untuk mengetahui beban tubuh terhadap Hg pada individu autism (Geier & Geier, 2007 dan WHO, 2008). Hasil penelitian oleh Geier et al. (2012) dengan subyek anak gangguan spektrum autism usia 1-6 tahun di kota Dallas, Texas-USA, menyimpulkan terdapat bukti hubungan yang signifikan peningkatan konsentrasi Hg di rambut dengan diagnosis autism dan menganjurkan agar selanjutnya dilakukan penelitian serupa untuk mengevaluasi hubungan paparan Hg dan diagnosis keparahan autisme pada populasi lain. Analisa rambut dapat mengetahui riwayat paparan oleh Hg atau oleh methylmerkuri. Diantara analisa yang bisa dipakai adalah inductively coupled plasma (ICP) dan atomic absroption spectrometer (AAS). Pemeriksaan ini memberikan hasil yang akurat dan mudah dilakukan (WHO, 2008). Saat ini, belum diketahui publikasi hasil penelitian tentang kadar raksa (Hg) pada anak yang didiagnosa mengalami gangguan spektrum autism atau gangguan autistik dan hubungannya dengan keparahan gejala pada mereka. Tujuan dilakukan pemeriksaan kadar raksa (Hg) pada anak yang mengalami gangguan autistik diantaranya adalah membantu orang tua mengurangi paparan Hg pada anak dan dapat menjadi pertimbangan untuk terapi dengan chelation. Penelitian ini menggunakan ICP-OES untuk menganalisa total merkuri pada rambut anak gangguan autistik/terdiagnosa gangguan spektrum autism dan untuk
10 mengidentifikasi gambaran kuantitas atau mengukur keparahan gejala autisme menggunakan Childhood Autism Rating Scale (CARS). 1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahui kadar raksa (Hg) pada anak gangguan autistik di yayasan autisme YAKARI Medan dan SLB Negeri Binjai hubungannya dengan nilai keparahan gejala pada mereka. 1.3 Hipotesa Penelitian Hipotesa penelitian ini adalah : a. Terdapat perbedaan bermakna kadar raksa (Hg) dalam rambut anak gangguan autistik di yayasan autisme YAKARI Medan dan SLB Negeri Binjai dengan kadar raksa (Hg) dalam rambut anak normal. b. Keparahan gejala autisme pada anak gangguan autistik di Yayasan Autisme YAKARI Medan dan SLB Negeri Binjai berkorelasi dengan kadar raksa (Hg) dalam rambut mereka. 1.4 Tujuan Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui kadar raksa pada anak dengan gangguan autistik yang ada di Yayasan Autisme YAKARI Medan dan SLB Negeri Binjai dan korelasinya dengan keparahan gejala pada mereka.
11 1.4.2 Tujuan khusus 1). Mengetahui kadar raksa rambut pada anak gangguan autistik di yayasan autisme di Medan dan SLB Binjai. 2). Mengetahui perbandingan rerata kadar raksa dalam rambut pada anak gangguan autistik dan anak normal di Medan dan Binjai. 3). Mengetahui nilai keparahan gejala autisme pada anak gangguan autistik di yayasan autisme di Medan dan SLB Binjai menggunakan Childhood Autism Rating Scale (CARS). 4). Mengetahui apakah terdapat korelasi kadar raksa dalam rambut dengan nilai keparahan gejala autisme pada anak gangguan autistik di yayasan autisme di Medan dan SLB Binjai. 1.5 Manfaat Penelitian a. Memberikan informasi penting tentang dampak raksa terhadap nilai keparahan gejala autisme pada anak gangguan autistik. b. Memberi peluang untuk terapi dengan chelation agent pada anak gangguan autistik di yayasan autisme di Medan dan SLB Binjai yang kadar raksa di rambut mereka tinggi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Di dalam DSM IV TR (2000) disebutkan gangguan autistik (autistic
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Autistik (Autistic Disorder) Di dalam DSM IV TR (2000) disebutkan gangguan autistik (autistic disorder) atau Gangguan Spektrum Autism (Autism Spectrum Disorders)/ (ASDs)
Lebih terperinciToksisitas merkuri di sekitar kita. Arry Yanuar Departemen Farmasi FMIPA-Universitas Indonesia
Toksisitas merkuri di sekitar kita Arry Yanuar Departemen Farmasi FMIPA-Universitas Indonesia Merkuri (Hg) atau air raksa sering diasosiasikan sebagai polutan bagi lingkungan. Setiap tahun berton-ton merkuri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya didiagnosis awal pada masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada interaksi sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi dini untuk mengetahui masalah atau keterlambatan tumbuh kembang sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian pertumbuhan
Lebih terperinciKEKHAWATIRAN TERHADAP THIMEROSAL DAN AUTISME
KEKHAWATIRAN TERHADAP THIMEROSAL DAN AUTISME oleh: Dr. Widodo Judarwanto, Rumah Sakit Bunda Jakarta Dari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum autisme tampaknya semakin meningkat pesat. Autisme seolah-olah
Lebih terperinciPROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
ANALISA KADAR RAKSA (Hg) PADA ANAK GANGGUAN AUTISTIK DI YAYASAN AUTISME DI MEDAN DAN SLB BINJAI SUMATERA UTARA TESIS Oleh : ELLYTA AIZAR 097008016/BM PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kegiatan penambangan emas secara tradisional yang dilakukan oleh mayarakat Indonesia menggunakan metode amalgamasi yaitu pengikatan emas dengan menggunakan merkuri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari 237.641.326 jiwa total penduduk Indonesia, 10% diantaranya yaitu sebesar + 22.960.000 berusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan secara kosmetik tapi juga dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan diri seseorang. Vitiligo
Lebih terperinciPengaruh Kadar Raksa Dalam Rambut Terhadap Keparahan Gejala Autisme pada Anak yang Mengalami Gangguan Autistik
Jurnal Pendidikan Kimia () Vol.7, No.3, Desember 2015, 70-79 ISSN:2085-3653 http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpk Pengaruh Kadar Raksa Dalam Rambut Terhadap Keparahan Gejala Autisme pada Anak yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan spektrum autis adalah gangguan perkembangan komplek disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American Psychiatric Association,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Manusia tidak bisa lepas dari hubungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Melisa, Fenny. 09 April Republika Online Anak Indonesia Diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Menurut penelitian selama 50 tahun terakhir tercatat prevalensi autis mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air di suatu tempat dapat berpengaruh terhadap tempat lain yang lokasinya jauh dari sumber pencemaran. Hal ini karena gaya grafitasi, air yang dapat mengalir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah suatu gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan perkembangan fungsi psikologis yang meliputi gangguan dan keterlambatan dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan fenomena yang masih menyimpan banyak rahasia walaupun telah diteliti lebih dari 60 tahun yang lalu. Sampai saat ini belum dapat ditemukan penyebab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak akibat kerusakan selama pertumbuhan fetus, atau saat
Lebih terperinciHUBUNGAN KADAR LOGAM BERAT MERCURY (Hg) TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) TERHADAP KEJADIAN AUTISM SPEKTRUM DISORDER DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2015
HUBUNGAN KADAR LOGAM BERAT MERCURY (Hg) TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) TERHADAP KEJADIAN AUTISM SPEKTRUM DISORDER DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2015 Ary Anggara Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak sebelum anak berusia 3 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. spesifik akibat penyakit pada pembuluh darah otak. Terminologi penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom fokal neurologi yang terjadi mendadak dengan tipe spesifik akibat penyakit pada pembuluh darah otak. Terminologi penyakit pembuluh darah otak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. 1Tingkat tercapainya potensi biologik seorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri
Lebih terperinciOleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki
Lebih terperinciTEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)
TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah dengan nilai MCV lebih kecil dari normal (< 80fl) dan MCH lebih kecil dari nilai normal (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon
Lebih terperinciABSTRAK PROFIL DAN FAKTOR-FAKTOR PENCETUS AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) PADA PENDERITA ASD DI DUA LEMBAGA PENDIDIKAN AUTISME DI KOTA BANDUNG
ABSTRAK PROFIL DAN FAKTOR-FAKTOR PENCETUS AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) PADA PENDERITA ASD DI DUA LEMBAGA PENDIDIKAN AUTISME DI KOTA BANDUNG Dian Kartika, 2007, Pembimbing I : Teresa Liliana Wargasetia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ,
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ, bom bunuh diri, mutilasi, dan pemerkosaan tidak pernah lepas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam adalah bangkitan kejang terkait dengan demam dan umur serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam apabila suhu tubuh
Lebih terperinciStroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sehat secara jasmani dan rohani adalah keinginan setiap manusia moderen, di era pembangunan di segala bidang yang kini sedang digalakkan pemerintah dituntut sosok manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia (tingginya kadar glukosa dalam darah). Diabetes mellitus dapat mengakibatkan kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indikator kesejahteraan suatu masyarakat atau suatu bangsa salah satunya dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas anak adalah cermin kualitas bangsa dan cermin peradaban dunia. Indikator kesejahteraan suatu masyarakat atau suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat vital bagi kehidupan karena air adalah komponen utama cairan tubuh. Seseorang dapat bertahan hidup selama 8 minggu tanpa makan, tetapi tanpa air hanya dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease Control and Prevention
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun jumlah penyandang autis semakin bertambah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease Control and Prevention di Amerika Serikat, jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus untuk meningkatkan taraf hidup. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran Plumbum (Pb) merupakan masalah penting yang sering terjadi di negara-negara berkembang. Pencemaran lingkungan oleh Pb disebabkan karena pembuangan hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Jumlah penduduk saat ini diperkirakan 220 juta jiwa. Berdasarkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS
HUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS Dita Fiskasila Putri Hapsari, Agung Kurniawan Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autisme merupakan gangguan dalam perkembangan komunikasi, interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang dengan Autisme Spectrum Disorder (ASD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan pada anak mengalami peningkatan dari tahun ketahun baik di dunia maupun di Indonesia. Tahun 2006, terdapat 20 juta anak-anak dibawah usia 5 tahun di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol serum (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
Lebih terperinciKata kunci: Imunisasi MMR dan autisme
KONTROVESI HUBUNGAN AUTISME DAN IMUNISASI MEASLES- MUMPS-RUBELLA (MMR) Mohamad Sugiarmin ABSTRAK Tulisan ini memberi gambaran mengenai imunisasi measles-mumps-rubella (MMR) dalam hubungannya dengan autisme.
Lebih terperinciB i n t o r o Abdi Negoro arsitektur universitas mercu buana. Utara : RS MMC. Timur : GOR Sumantri Brojonegoro. Barat : Kantor swasta
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul proyek Tema Proyek Lokasi Proyek Peruntukkan lahan Sifat Proyek Pemilik/Pengelola Luas Lahan : Autisme : Arsitektur Hijau : Jl. HR. Rasuna Said : Bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan dan kemungkinan mengakibatkan. berbagai penyakit-penyakit yang dapat dialaminya.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor penting dalam menunjang segala aktifitas hidup seseorang. Namun banyak orang yang menganggap remeh sehingga mengabaikan kesehatan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki anak adalah suatu kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang terjual dan dibeli
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nefrolitiasis adalah sebuah material solid yang terbentuk di ginjal ketika zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit ini bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciBAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI
BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI Hipoposphatasia merupakan penyakit herediter yang pertama kali ditemukan oleh Rathbun pada tahun 1948. 1,2,3 Penyakit ini dikarakteristikkan oleh gen autosomal resesif pada bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah alergi digunakan pertama kali oleh Clemens von Pirquet tahun 1906 yang diartikan sebagai reaksi pejamu yang berubah bila terpajan dengan bahan yang sama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua pada manusia pada hakekatnya merupakan proses yang alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi maupun psikologi. Kemunduran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan dan juga merupakan salah satu jenis bahan pencemar yang dapat membahayakan kesehatan manusia, ini merupakan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi
LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu elemen yang penting untuk menentukan maju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu elemen yang penting untuk menentukan maju atau tidaknya suatu bangsa. Karena pada suatu hari, mereka akan menjadi generasi penerus yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health Estimates, WHO 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sangat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut telah membawa manusia ke era baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Benoa merupakan salah satu pelabuhan yang terdapat di provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal dan berbagai aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetika muncul di pasaran.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan stroke, dimana didapatkan data 6 juta orang meninggal dunia, dan 5 juta lainnya mengalami cacat permanen.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah gizi wanita yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et al., 2006 dalam Sacks,
Lebih terperinci