PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR"

Transkripsi

1 TESIS PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH NOVA RELIDA SAMOSIR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2 TESIS PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH NOVA RELIDA SAMOSIR NIM : PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii

3 PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana NOVA RELIDA SAMOSIR NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 iii

4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 3 JULI 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN Mengetahui Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Fisioterapi Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, DR. dr. Susy Purnawati,M.K.K,AIFO NIP Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S.(K) NIP iv

5 Tesis ini Telah Diuji pada: Tanggal : 2 Juli 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 1911/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 1 Juli 2015 Ketua : Dr. dr. I Wayan Weta, M. S Anggota : 1. Muh. Ali Imron, M. Fis 2. Dr. dr. I Made Jawi, M. Kes 3. Dr. dr. Susy Purnawati, M.K.K, AIFO 4. Sugijanto, Dipl. PT, M. Fis v

6 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS UDAYANA Kampus Bukit Jimbaran Telepon (0361) , , , Fax, (0361) , Laman: SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Nova Relida Samosir NIM : Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga Judul Tesis :PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis* ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, Juni 2015 Pembuat Pernyataan ( Nova Relida Samosir ) NIM : vi

7 UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul Penambahan Senam Otak pada Aktifitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Lebih Baik Daripada Aktifitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah yang ditujukan guna memenuhi persyaratan menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana Program Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di Universitas Udayana. Atas segala bimbingan, arahan, dorongan, dan fasilitas selama menyelesaikan Proposal Tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana. 2. DR.dr.Susy Purnawati,M.K.K, AIFO selaku Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Fisioterapi Universitas Udayana. 3. Dr. dr. I Wayan Weta, MS selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian Proposal Tesis ini. 4. Muh. Ali Imron, M.Fis selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan arahan dalam penyelesaian Proposal Tesis ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 6. Ayahanda (Alm) L. Samosir dan Ibunda B. Pasaribu yang selalu memberikan doa dalam setiap langkah penulis serta dorongan semangat pada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas, sabar dan tegar dalam menghadapi segala keadaan untuk menjadi lebih bermanfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa. 7. Suami penulis Ediawarman, S.Pd dan Anak-anak penulis yaitu Farid Atallah, Zulfi Zainullah dan Adzkia Fathiyya Saufa yang selalu memercikkan ketulusan vii

8 kabahagiaan kepada penulis melalui doa, semangat dan tingkah polah yang menyulut semangat untuk terus berjuang bagi penulis. 8. Seluruh keluarga besar penulis, kakak dan adik yang menjadi inspirasi bagi penulis, terimakasih untuk semuanya dalam menjalani kehidupan. 9. PAUD Ibu Teladan Rumbai, Pekanbaru yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis untuk memberikan izin menjadikan siswa-siswinya menjadi sampel pada penelitian ini. 10. Ibu dr. Hj. Susiana Tabrani, M.Pdi selaku Rektor Universitas Abdurrab beserta seluruh jajaran akademika dan karyawan/wati Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan motivasi pada penulis. 11. Yohannes Purwanto, SST.FT, S.Psi, S.Ked selaku Ketua IFI Cabang Riau serta Bapak/Ibu pengurus dan anggota IFI Cabang Riau yang telah banyak memberikan dorongan semangat dalam proses penyelesaian penelitian ini. 12. Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik rekan-rekan seperjuangan di Universitas Abdurrab serta seluruh Alumni dan mahasiswa/i Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan insiprasi dan motivasi bagi penulis dalam perjuangan menggali, menumbuhkan dan mengembangkan ilmu bersama-sama. 13. Sahabat-sahabat seperjuangan di Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi untuk kebersamaan dan persahabatan yang indah. Semoga kesuksesan untuk kita semua. Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Denpasar, Juni 2015 NOVA RELIDA SAMOSIR viii

9 ABSTRAK PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa PAUD Ibu Teladan Palas dan PAUD Nurul Ma wa Tenayan Raya dengan rentang usia 5-6 tahun. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa yang mengikuti kegiatan senam otak dan aktifitas fungsional rekreasi (AFR) dan 30 siswa yang hanya mengikuti kegiatan aktifitas fungsional rekreasi (AFR). Kelompok I diberikan senam otak dan aktivitas fungsional rekreasi (AFR), dan kelompok II diberikan aktivitas fungsional rekreasi (AFR) saja, masing-masing 2 x 15 menit. Latihan dilakukan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu. Hasil analisis menunjukkan peningkatan motorik halus secara bermakna (p = 0.000) pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi peningkatan skor rata-rata motorik halus menjadi (p = 0.000), demikian pula kelompok II terjadi peningkatan skor motorik halus dari dan menjadi (p = 0.000). Skor motorik halus sebelum perlakuan pada kedua kelompok tidak ada perbedaan (p = 0.549) kemudian setelah diberikannya perlakuan pada kedua kelompok didapatkan perbedaan dan (p = 0.000) yang artinya ada perbedaan secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan senam otak pada anak prasekolah lebih baik dalam meningkatkan motorik halus anak prasekolah secara signifikan. Kata kunci : Senam otak, aktivitas fungsional dan rekreasi, motorik halus ix

10 ABSTRACT ADDITION OF BRAIN GYM ON ACTIVITY FUNCTIONAL AND RECREATION (AFR) BETTER THAN THE FUNCTIONAL AND RECREATIONAL ACTIVITIES (AFR) INCREASE IN FINE MOTOR SKILLS PRESCHOOL CHILDREN Fine motor development of children need to be trained or stimulated in order to developed properly. Motor development is one very important factor in the development of the individual as a whole. Basically, these developments evolve in line with the maturity of the nerves and muscles of children. Thus, any simple movement of any kind, is the result of a complex interaction patterns from various parts of the system in the body that is controlled by the brain. Sample in this research is the students of early childhood education and early childhood Palas Exemplary Mother Nurul Ma'wa Tenayan Kingdom with an age range of 5-6 years. This research is experiment with the design of the study pre and post test. Number of all respondents of this study were 60 students, with 30 students who participated in the brain exercise and recreation functional activities (AFR) and 30 students who just follow the functional activities recreational activities (AFR). The first group was given a brain exercise and recreation functional activities (AFR), and group II are given a functional recreational activities (AFR) alone, each with 2 x 15 minutes. Exercises performed during 6 weeks with a frequency of three times a week. Analysis showed an increase in the fine motor significantly (p = 0.000) in both groups. In the first group increased an average score of into fine motor (p = 0.000), as well as group II there was an increase fine motor score of and became (p = 0.000). Fine motor scores before treatment in both groups there was no difference (p = 0.549) and then after a given treatment in both groups and the differences found (p = 0.000), which means there are significant differences. Based on these results it can be concluded that the addition of brain gymnastics in preschool children better in improving the fine motor skills of preschool children significantly. Keywords: Brain gym, functional and recreational activities, fine motor x

11 RINGKASAN PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Penelitian ini merupakan penelitian experiment. Responden penelitian adalah siswa PAUD Ibu Teladan Palas Rumbai dan PAUD Nurul Ma wa Tenayan Raya Pekanbaru. Secara keseluruhan sampel berjumlah 60 orang yang berusia diantara 5-6 tahun. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa merupakan kelompok perlakuan I dan 30 siswa menjadi kelompok perlakuan II. Sebelum dilakukan senam otak dan AFR, terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan motorik halus yang dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai kemampuan motorik halus awal sampel. Ini dilakukan baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II, sehingga diperoleh hasil nilai objektif kemampuan motorik halus. Kemudian kegiatan senam otak dan AFR dilakukan oleh kelompok perlakuan I, dan AFR saja oleh kelompok perlakuan II. Setelah dilakukan kegiatan senam otak dan AFR maka tes kemampuan motorik halus di lakukan kembali guna mengukur kemampuan motorik halus siswa, sehingga diperoleh hasil evaluasi dari intervensi yang diberikan. Senam otak gerakan meningkatkan energi mengaktifkan kembali hubungan sistem saraf antara tubuh dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik keseluruh tubuh. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita. Gerakan yang ada juga sesuai dengan konsep Dual Task (tugas ganda). Bila tugas dilakukan bersama-sama didapatkan adanya peningkatan aktivasi area otak dibandingkan bila tugas itu dikerjakan sendiri-sendiri. Selain itu gerakan-gerakan dilakukan dengan simetris, yaitu dilakukan oleh anggota tubuh kanan-kiri baik bersamaan ataupun tidak sehingga terdapat aktivasi baik otak kiri maupun kanan. Senam otak dengan dibarengi pemberian aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) akan memperkaya stimulasi yang merupakan suatu pengalaman dimana seseorang aktiv terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan membutuhkan koordinasi antara fisik, sistem emosional serta sistem kognitif seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktivitas akan mengarah perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses xi

12 internal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Pelaksanaan aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun proses belajar dalam peran, serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya. Berdasarkan distribusi penyebaran nilai dari motorik halus sebelum dan setelah intervensi didapatkan peningkatan dari kelompok perlakuan I dan perlakuan II. Pada kelompok perlakuan I setelah diberikan penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terdapat peningkatan kemampuan motorik halus sebanyak % menjadi sangat baik yang awalnya hanya berada pada posisi 100% di kondisi baik. Begitupula pada kelompok perlakuan II, setelah diberikan aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) didapatkan peningkatan motorik halus sebanyak 13.33% menjadi sangat baik yang awal datanya berada 100% dikondisi baik. Pada dasarnya keseluruhan sampel pada penelitian ini terjadi peningkatan skor kemampuan motorik halus. Hasil analisis dengan uji statistik sebelum pada kelompok perlakuan I didapatkan nilai rerata 75.20, kemudian setelah perlakuan didapatkan nilai rerata Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada pada siswa karena diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil analisis uji pengaruh pada kelompok perlakuan I dapat disimpulkan bahwa pemberian penambahan senam otak sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus yang signifikan. Kemudian pada kelompok perlakuan II dari uji hasil analisa sebelum perlakuan didapatkan nilai rerata setelah perlakuan didapatkan nilai rerata Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada siswa karena diperoleh p = Berdasarkan hasil uji beda sebelum dan setelah pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kedua latihan dapat meningkatkan motorik halus. Terdapat peningkatan yang signifikan pada uji beda rata-rata setelah perlakuan pada dua kelompok dilakukan dengan uji t atau independent sample t menunjukkan nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar sehingga hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terhadap motorik halus anak prasekolah. xii

13 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN... i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR... iii LEMBAR PENGESAHAN... v LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI... vi SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... vii UCAPAN TERIMAKASIH... viii ABSTRAK DAN RINGKASAN... x DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR SKEMA... xviii BAB I: Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 4 BAB II. Kajian Pustaka 2.1 Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah Prosedur Penilaian Senam otak xiii

14 2.4 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi BAB III. Kerangka Berpikir, Konsep, dan Hipotesis Penelitian 3.1 Kerangka Berfikir Kerangka Konsep Hipotesis BAB IV. Metode Penelitian 4.1 Tempat dan Waktu Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Sampel Variabel penelitian Defenisi Operasional Instrumen Penelitian Alur Penelitian Pengolahan dan Analisa Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum sampel Karakteristik Responden Uji Normalitas Uji Homogenitas Uji Hipotesis Pembahasan Keterbatasan Penelitian xiv

15 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv

16 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Responden Menurut Jenis Kelamin Tabel 2 Responden Menurut Usia Tabel 3 Responden Menurut Motorik Halus Tabel 4 Uji Normalitas Tabel 5 Uji Homogenitas Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis xvi

17 DAFTAR SKEMA Halaman Skema 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian. 20 Skema 4.1 Rancangan Metode Penelitian Skema 4.2 Alur Penelitian.. 26 xvii

18 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang paling menonjol adalah keterampilan motorik. Masa perkembangan anak, terdapat masa dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna bagi potensi perkembangan anak. Oleh karena itu perlu adanya perhatian yang lebih serius, agar anak dapat berkembang lebih optimal sesuai dengan usianya. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Motorik halus (fine motor skill) merupakan suatu gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus. Menggenggam mainan, menggunakan sendok, mengancingkan baju, atau segala sesuatu yang menuntut keterampilan jari mendemonstrasikan keterampilan motorik halus (Santrok, 2012). Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak 1

19 2 dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak adalah senam otak (Depdiknas, 2004). Gerakan-gerakan yang ada di dalamnya dibuat untuk merangsang otak. Senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan aktivitas sehari-hari. Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh yang disatukan dan dipadukan, sehingga dapat membantu mengoptimalkan fungsi dari otak. Senam otak akan memfasilitasi agar bagian otak kanan dan otak kiri dapat bekerja secara seimbang. Dimensi lateralis, yang mendapat rangsangan adalah otak kiri dan kanan, sedangkan dalam dimensi pemfokusan, gerakan senam otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang dan bagian otak depan. Dimensi pemusatan, gerakan senam otak juga merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional, yakni otak tengah (sistem limbik) dan otak besar. Aplikasi gerakan senam otak terdiri dari gerakan keseimbangan, koordinasi gerak otot, keterampilan motorik halus (Saichudin, 2009). Kewajiban hidup seorang individu terdiri atas, kewajiban melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari. Aktifitas kehidupan sehari-hari ialah suatu aktifitas yang meliputi kegiatan perawatan diri, memelihara lingkungan hidupnya dan prilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Kewajiban melaksanakan aktivitas produktif, semua bentuk aktivitas baik yang menghasilkan bentuk jasa ataupun komoditi yang digunakan oleh orang lain

20 3 sehingga dapat memberikan peningkatan kemampuan, ide, pemenuhan kebutuhan. Kewajiban melaksanakan aktivitas rekreasi, yaitu semua bentuk aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan membuat pelakunya menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas tersebut. Aktivitas fungsional dan rekreasi adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang yang bertujuan untuk membentuk, meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara individual maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin manusia. Aktivitas fungsional dan rekreasi dapat berupa aktivitas permainan. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Daradjat, 2000). Berbagai penelitian telah mengatakan pemberian intervensi secara berkala dengan metode aktifitas fungsional dan rekreasi hasilnya baik, ini diberikan pada anak usia prasekolah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik halus anak. Menurut Sujiono (2009) menyatakan tujuan melatih motorik halus pada anak usia prasekolah adalah untuk menggerakkan anggota tubuh, terjadinya koordinasi antar mata dengan tangan, dan membuat anak berkreasi serta berekplorasi terhadap jari-jemarinya.

21 4 Menurut Montolalu, (2008) permainan menyusun balok dianggap sebagai alat bermain yang bermanfaat dan yang paling banyak digunakan di Taman Kanak-Kanak (TK) maupun lembaga pendidikan prasekolah. Variasi bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak usia dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang dalam berbagai cara. Berdasarkan hal tersebut diatas yang didukung dengan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti mencoba mengambil topik tentang Penambahan Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Lebih Baik dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Prasekolah. 1.2 Rumusan Masalah Apakah penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk membuktikan peningkatan kemampuan motorik halus anak prasekolah dengan penambahan senam otak lebih baik daripada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR). 1.4 Manfaat a. Manfaat Ilmiah Secara ilmiah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi akademis bagi pengembangan IPTEK tentang konsep penegembangan diri dan kemandirian dengan meningkatkan Motorik Halus khususnya menggunakan Senam Otak dan Aktivitas Fungsional dan rekreasi (AFR) pada anak

22 5 Prasekolah. Disamping itu penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk pengembangan penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan pertimbangan bagi fisioterapis didalam memberikan pelayanan fisioterapi khususnya pada anak-anak Prasekolah.

23 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Motorik Halus Pengertian Kemampuan Motorik Halus Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus sehingga membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Suyanto (2005) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat. Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Menurut Sumantri (2005) tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini adalah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. 6

24 7 Pengembangan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai Tahapan Perkembangan Motorik Halus Desni (2010), menyatakan bahwa tahapan perkembangan motorik halus berdasarkan usia, antara lain adalah ; a. Usia 1-2 Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk, membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan, menyusun menara dari balok, memindahkan air dari gelas ke gelas lain, belajar memakai kaus kaki sendiri, menyalakan TV dan bermain remote, belajar mengupas pisang. b. Usia 2-3 Mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan, memegang pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju, memakai baju sendiri. c. Usia 3-4 Menggambar manusia, mencuci tangan sendiri,membentuk benda dari plastisin, membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi. d. Usia 4-5 Menggunting dengan cukup baik, melipat amplop, membawa gelas tanpa menumpahkan isinya, memasukkan benang ke lubang besar.

25 Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus pada anak adalah : a. Stimulasi Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga tahun pertama otak merupakan organ yang sangat pesat pertumbuhan dan perkembangan. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak, termasuk perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Peran orang tua mempengaruhi perkembangan motorik anak. Anak diberikan stimulasi dini maka kemampuan motorik akan berkembang dengan baik. Namun kemampuan anak yang luar biasa ini tidak akan muncul, bila kita tidak merangsang sel-sel saraf otaknya sejak dini secara terus menerus. Stimulasi yang terus-menerus memungkinkan sel otak membangun sambungan antar sinap yang berperan pada kemampuan proses belajar dan kecerdasan anak. Semakin banyak sinap, semakin tinggi kecerdasan intelektual anak. Semakin sering pula sinap-sinap ini digunakan secara berulang-ulang, sambungannya akan semakin kuat. Saat anak beranjak dewasa, sambungan yang tidak digunakan akan hancur dengan sendirinya (Bobak, 2005). b. Nutrisi Kecukupan zat gizi pada anak merupakan prasyarat yang sangat penting dalam perkembangan anak termasuk di dalam perkembangan

26 9 otak. Zat gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak bukan hanya zat gizi makro tetapi juga zat gizi mikro. Anak yan mengalami kurang nutrisi terutama selama periode kritis pertumbuhan otak akan mempunyai nilai yang lebih rendah pada tes perbendaharaan kata, pemahaman bacaan, aritmatika dan pengetahuan umum serta mengalami gangguan perkembangan motorik (Arizal, 2002). Selain itu kekurangan nutrisi dapat dialami baik saat prenatal maupun pascanatal. Nutrisi yang inadekuat pada ibu hamil dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak dalam janin serta akan lahir bayi dengan berat lahir rendah. Cacat fisik, pengulangan kelas dan gangguan belajar lebih sering pada anak dengan berat lahir rendah begitu juga dengan tingkat inteligensi serta nilai matematika dan bahasa (Gregor, 2005). Kekurangan gizi selama periode pascanatal dini menghasilkan perlambatan bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat, dengan berat otak yanglebih rendah, korteks serebri yang lebih tipis, jumlah neuron yang lebih sedikit, kurangnya mielinisasi percabangan dendrit dan yang lainnya. Gangguan gizi pada anak dapat mempengaruhi perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Anak yang menderita gangguan gizi berat memperlihatkan tanda-tanda apatis, kurang menunukkan perhatian terhadap sekitar dan lambat bereaksi terhadap satu rangsangan. Umumnya anak yang mengalami gangguan gizi membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dibandingkan anak

27 10 normal. Anak ini juga lebih mudah mendapat infeksi sekunder akut atau kronik maupun anemia (Widyawati, 2002). 2.2 Prosedur Penilaian Adapun tehnik pengumpulan data dengan tes yang peneliti gunakan adalah menggunakan Tes kemampuan motorik halus. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan motorik halus siswa sebelum dan setelah diberi tindakan (Depdiknas, 2004). Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Nilai 1 : Belum dapat, hasilnya tidak sesuai kriteria. b. Nilai 2 : Belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai kriteria c. Nilai 3 : Dapat, tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria. d. Nilai 4 : Dapat, hasilnya kurang sesuai dengan kriteria. e. Nilai 5 : Dapat hasilnya sesuai dengan kriteria. Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai sebagai berikut : a. Sangat Baik : Skor b. Baik : Skor c. Sedang : Skor d. Kurang : Skor Senam Otak Pengertian Senam Otak Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan para murid di Educational Kinesiology

28 11 (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak (Dennision, 2002). Gerakan-gerakan ini membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Kata education berasal dari kata latin educare yang artinya menarik keluar. Kinesiology berasal dari bahasa Yunani kinesis yang artinya gerakan. Educational Kinesiology adalah suatu sistem yang dapat mengubah semua pelajar, umur berapa saja, dengan cara menarik keluar atau menampilkan potensi yang terkunci di dalam tubuhnya, melalui gerakan-gerakan sederhana yang memungkinkan orang menguasai bagian otak yang semula terkunci tersebut. Senam otak dilakukan dengan prinsip keterampilan gerak, yaitu sebuah gerakan yang membutuhkan gerak secara volunter yang mempunyai tujuan. Gerakan ini memang tidak lazim dalam aktivitas sehari-hari. Pada setiap gerakan diperlukan perhatian (atensi) dan pemusatan (konsentrasi). Gerakan dilakukan secara lambatdengan penuh perasaan gembira sambil memperhatikan dan menghayati sikap setiap anggota tubuh, mengenali di mana posisi tubuh berada dan menyentuh bagian anggota tubuh dengan lambat (Kusumoputro, 2003). Gerakan yang ada juga sesuai dengan konsep Dual Task (tugas ganda). Bila tugas dilakukan bersama-sama didapatkan adanya peningkatan aktivasi area otak dibandingkan bila tugas itu dikerjakan sendiri-sendiri. Selain itu gerakan-gerakan dilakukan dengan simetris, yaitu dilakukan oleh anggota tubuh kanan-kiri baik bersamaan ataupun

29 12 tidak sehingga terdapat aktivasi baik otak kiri maupun kanan (Dennision, 2002). Senam otak bertujuan untuk membuka channel-channel kerja fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan secara menyeluruh atau whole brain (Ayinosa, 2009). Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny, (2009) olahraga dan latihan senam otak pada para murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA bahwa senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan Mekanisme Kerja Senam Otak pada Kemampuan Motorik Halus Menurut Dennison, (2002) Senam otak gerakan meningkatkan energi mengaktifkan kembali hubungan sistem saraf antara tubuh dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik keseluruh tubuh. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita. Gerakan meningkatkan energi memperkuat informasi dari perabaan dan kinestetik mengenai sistem dalam tubuh yang biasanya berkembang selama masa bayi. Ketika kemampuan penglihatan dibentuk pada dasar propioceptive, terjadi kecocokan antara apa yang dilihat dan apa yang

30 13 dirasakan. Tanpa kecocokan ini kesalahan antara sistem saluran sensorik akan menyebabkan kesulitan belajar. Weiss (2001), mengatakan bahwa proses belajar tidak semuanya merupakan proses di kepala. Fikiran dan tubuh bekerjasama membantu dalam mempertahanan atensi, memecahkan masalah dan dalam proses mengingat solusi. Keadaan fisiologis tubuh juga mendukung usaha mental. Ketika orang berdiri untuk meregangkan kakinya setelah melakukan pekerjaan yang lama, tubuh telah diminta untuk membantu menyegarkan fikiran. Pada saat stres meningkat, tingkat adrenalin naik, terjadi penurunan tegangan listrik di membran sel saraf. Dalam keadaan ini tubuh bereaksi untuk bertahan, memusatkan energi elektrik menjauhi neocortex dan kesistim saraf simpatik. Gerakan meningkatkan energi dan menunjang sikap positif mengaktifkan neocortex dan demikian memfokuskan kembali energi elektrik kepusat berfikir. Hal ini mengaktifkan fungsi parasimpatik dan mengurangi pelepasan adrenalin. Dengan meningkatkan tegangan elektrik membran saraf, fikiran dan tindakan dikoordinasikan kembali. Labyrinthus vestibularis pada telinga bagian dalam distimulasi oleh aktivitas elektrik yang terjadi selama gerakan. Labyrinthus vestibularis ini kemudian mengaktifkan formatio retikularis di brain stem yang memilih informasi agar yang relevan saja diangkat dan menciptakan kesiagaan yang menunjang konsentrasi dan perhatian di pusat otak. Bila labyrinthus vestibularis rusak atau jika tidak distimulasi dengan gerakan, seseorang bisa sulit berkonsentrasi. Gerakan-gerakan dalam senam otak menstimulasi

31 14 secara seimbang labyrinthus vestibularis dan mengaktikan serta memfokuskan pusat otak, seperti keterampilan motorik halus (Dennision, 2002) Dosis Latihan pada Senam Otak a. Frekuensi : 2 Kali sehari b. Intensitas : 3 Kali seminggu c. Time : 15 Menit d. Repetisi : 5 10 Hitungan 2.4 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) adalah suatu pengalaman dimana seseorang aktiv terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan membutuhkan koordinasi antara fisik, sistem emosional serta sistem kognitif seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktivitas akan mengarah perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses internal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Aktivitas dipengaruhi oleh peran seseorang dalam kehidupannya serta mempunyai arti yang unik untuk setiap orang. Pelaksanaan aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun proses belajar dalam peran, serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya. Kekurangan dalam pengalaman belajar, komponen pelaksana dalam pengalaman belajar dan atau dalam kehidupan mungkin akan mengakibatkan keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas lingkup kehidupan. Pembahasan konsep dasar aktivitas ini, akan terbatas pada kepentingan aktivitas yang bertujuan yang sangat mendasari AFR. Kepentingan AFR terletak pada

32 15 performance skill dan performance component yang memungkinkan terjadinya aktivitas tersebut. Aktivitas yang termasuk di dalam modalitas AFR adalah aktivitas yang mengandung tujuan terapi, antara lain : a. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, ROM dan koordinasi. b. Mempraktekkan pengguna gerakan volunter maupun refleks dalam tugas atau kegiatan terarah. c. Mengandung gerakan-gerakan untuk melatih bagian tubuh yang sakit. d. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih skill yang dibutuhkan dalam penyesuaian kerja. e. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan cognisi. f. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi. Keunikan disini terletak dalam penekanan pada kegunaan yang sangat luas dari aktivitas bermanfaat yaitu termasuk karya dan seni, olahraga dan rekreasi, pemeliharaan diri, pengelolaan rumah tangga, kegiatan kerja dan bermain Mekanisme Kerja Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) pada Kemampuan Motorik Halus Kemampuan motorik halus juga dapat dipengaruhi oleh intensitas belajar dan berlatih dari masing-masing anak, misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mewarnai, menyusun puzzle, melipat, menulis dan sebagainya, kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang secara optimal. Keterampilan motorik halus dapat dilihat dari hasil tes kemampuan seseorang menyelesaikan tugas yang melibatkan jari-jari tangan dengan mengikuti tingkat akurasi tertentu.

33 16 Semakin tinggi keterampilan motorik seseorang maka semakin mudah ia menyelesaikan tugas dengan akurasi tinggi. Permainan atau bermain adalah kata kunci pembelajaran pada pendidikan anak usia prasekolah, bermain sebagai media sekaligus substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan melalui bermain yang melibatkan seluruh indera anak. Bruner & Donalson (2002) menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain. Aisyah (2008), mengemukakan bahwa gerakan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus. Seperti memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret dan menyusun balok. Menurut Montolalu, (2008) bahwa permainan menyusun balok dianggap sebagai alat bermain yang paling bermanfaat dan yang paling banyak digunakan di TK maupun lembaga pendidikan prasekolah. Variasi bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak usia dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang dalam berbagai cara. Kemampuan otak adalah asimetri, artinya hemisper kiri dan kanan mempunyai kemampuan yang tidak sama, keadaan ini di sebut spesialisasi. Agar kedua hemisper berkembang dengan baik di butuhkan stimulasi yang seimbang. Adanya konsep periode kritis dan plastisitas memperjelas

34 17 mengapa usia dini merupakan masa yang sangat penting. Pencegahan penyimpangan perkembangan, maupun mengoptimalkan perkembangan anak dapat di lakukan dengan memanfaatkan periode kritis ini. Pada periode kritis tersebut, otak anak juga mempunyai plastisitas yang tinggi, dimana sering menjadi dasar dari konsep deteksi dini dan stimulasi dini. Di sebut masa kritis karena pada masa ini tumbuh kembang anak sangat spesifik, mempunyai waktu yang terbatas, terjadi pada awal kehidupan suatu organisme, selama masa itu organisme sangat peka terhadap lingkungan yang dapat mempengaruhi setiap tahap dalam tumbuh kembangnya. Bila mana otak tidak menerima stimulasi tepat pada waktunya (sebelum periode kritis lewat) maka hubungan yang diperlukan tidak pernah terbentuk dan bagian otak yang mengontrol bagian-bagian tubuh tidak sepenuhnya berkembang. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation. Pada anak usia 5 tahun sarafsaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang di lakukan secara halus Dosis Latihan pada Aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) a. Frekuensi : 2 Kali sehari b. Intensitas : 3 Kali seminggu c. Time : 30 Menit d. Repetisi : 1 kali

35 18 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olahraga bisa dipelajari dan dilatih dimasa awal perkembangan. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang. Perkembangan motorik halus berperan penting di dalamnya. Pendidikan anak usia Prasekolah merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak. Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia prasekolah hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata. Usia ini adalah saat yang paling tepat untuk melatih dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik motorik halus, sehingga anak dapat tumbuh dengan jasmani yang kuat dan sehat. Karena pada masa ini merupakan masa yang tepat bagi anak. Anak mulai merasakan dalam menerima berbagi upaya perkembangan seluruh potensi dirinya. Senam otak dengan memanfaatkan gerakan - gerakan ringan, melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, 18

36 19 belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita. Senam otak dengan gerakan-gerakan lateralisasi (gerakan silang, cross crawl, angka 8 tidur, coretan ganda dan gerakan gajah) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, kewaspadaan, memusatkan perhatian, keseimbangan dan koordinasi. Senam otak dengan gerakan-gerakan pemfokusan (gerakan burung hantu, gerakan mengaktifkan tangan, gerakan pompa betis, dan gerakan luncuran gravitasi) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan konsentrasi, koordinasi mata dan mengaktikan gerakan motorik kasar dan halus. Senam otak dengan gerakan-gerakan pemusatan (gerakan sakelar otak dan pasang telinga) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas. Pada intinya senam otak memiliki fungsi untuk menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan berfikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh, meningkatkan daya ingat, meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi kesalahan membaca, sehingga mampu meningkatkan respon terhadap rangsangan visual dan koordinasi yang akan memperbaiki dan meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.

37 Kerangka Konsep Berdasarkan analisis dan sintesis dari teori diatas yang menjadi landasan berpikir peneliti, maka dapat digambarkan konsep penelitian sebagai berikut : Anak Usia Prasekolah Senam Otak (Brain gym) dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) (Intervensi 1) Kemampuan Motorik Halus anak Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) (Intervensi 2) Peningkatan Kemampuan Motorik Halus anak Usia Prasekolah Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 3.3 Hipotesis Penambahan senam otak lebih baik daripada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah

38 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma wa Tenayan Raya, Pekanbaru 5 Maret s/d 16 April Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : P 1 P R S O 1 P 2 O 3 O 2 O 4 Keterangan: Skema 4.1. Rancangan penelitian pre test dan post test design P = Populasi. R = Randomisasi. S = Sampel. P1 = Kelompok Perlakuan I, metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). P2 = Kelompok Perlakuan II, metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O1 = Skor awal sebelum intervensi metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O2 = Skor awal sebelum intervensi metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O3 = Skor sesudah intervensi metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O4= Skor sesudah intervensi metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). 21

39 Jenis dan Sumber Data Populasi Populasi penelitian ini adalah Anak Prasekolah yang ada di PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma wa Tenayan Raya, Pekanbaru Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster sampling yaitu pemilihan sampel mengacu pada kelompok dengan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan. a. Kriteria inklusi 1. Siswa prasekolah usia 5-6 tahun yang terdaftar di PAUD Ibu Teladan dan Nurul Ma wa Pekanbaru 2. Absensi ketidak hadiran tidak lebih dari 15% 3. Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal hingga akhir penelitian dengan persetujuan orang tua dalam informed consent. b. Kriteria eksklusi 1. Siswa yang menolak berpartisipasi dalam penelitian ini 2. Siswa yang sudah mengikuti aktivitas senam otak yang lain 3. Mempunyai riwayat trauma kepala 4. Mengalami gangguan jantung 5. Sampel tidak bersedia menjadi subjek penelitian. c. Kriteria Drop Out 1. Peserta yang tidak kooperatif

40 23 2. Peserta yang tidak mengikuti kegiatan secara penuh sehingga tidak dapat mencukupi frekwensi latihan selama waktu penelitian yang telah ditentukan 3. Saat penelitian, siswa mengalami penyakit yang menghambat proses intervensi Teknik Pengambilan Sampel a. Melakukan random sejumlah sampel dari seluruh populasi siswa PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma wa Tenayan Raya berdasarkan kriteria inklusi. b. Jumlah sampel yang terpilih, diseleksi lagi berdasarkan kriteria ekslusi. c. Orang tua sampel yang terpilih menjadi subjek penelitian diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian serta diberikan penjelasan mengenai program penelitian yang akan dilakukan. d. Sampel yang bersedia mengikuti program penelitian diminta mengisi informed consent. Informed consent diisi oleh orang tua. 4.4 Variabel Penelitian Variabel Independen (variabel bebas) Variabel bebas yaitu terapi senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Variabel dependen (variabel tergantung) Variabel tergantung yaitu kemampuan motorik halus.

41 Defenisi Operasional Anak Prasekolah Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun. Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi ini di rangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal Senam otak Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang digunakan pada murid untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak. Porsi latihan senam dilakukan 3 kali seminggu sebanyak 2 kali sehari dengan waktu selama 15 menit. dalam melakukan gerakan senam otak pengulangan 3 sampai 10 kali hitungan Aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) Aktivitas fungsional dan rekreasi adalah suatu pengalaman dimana seseorang aktif terlibat didalamnya. Aktivitas fungsional dan rekreasi dapat berupa bermain. Aktivitas ini berupa aktivitas menyusun balok, balok disusun menyerupai bentuk perahu, rumah dan menara. Waktu yang diberikan 30 menit, 3 kali dalam seminggu, pengulangan 1 kali Kemampuan Motorik Halus Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakangerakan yang halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Kemampuan motorik halus ini ditekankan pada koordinasi gerakan, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan dan akan diukur dengan menggunakan form

42 25 observasi. Dalam penelitian ini, dibantu oleh asisten lapangan sebanyak 5 orang, yang bertugas mengontrol dan mengambil data sampel. Orang tua dapat mendampingi anak, akan tetapi tidak sepenuhnya ikut dalam mempengaruhi aktivitas penelitian. 4.6 Instrumen Penelitian a. Alat senam (musik, VCD, modul, infokus), gambar, air putih, alat tulis, permainan. b. Formulir pengukuran kemampuan motorik halus (Terlampir)

43 Alur Penelitian Populasi Random Sampel Kelompok I Pre Test Kelompok II Brain Bym dengan Aktifitas fungsional & Rekreasi Aktifitas fungsional & Rekreasi Kelompok I Post Test Kelompok II Analisa Data Hasil Skema 4.2 Alur penelitian

44 Analisa Data Analisa data untuk pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap dua kelompok sampel yang berskala interval: Uji Normalitas Pengujian normalitas data dengan kolmogorov-smirnove, bertujuan untuk mengetahui distribusi data kemampuan motorik halus sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Jika hasilnya p > 0.05 maka dikatakan bahwa data berdistribusi normal Uji Homogenitas Uji homogenitas data dengan levene test, bertujuan untuk mengetahui varian nilai peningkatan kemampuan motorik halus sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok sampel, kemudian mengetahui adanya varian umur, jenis kelamin, kemampuan motorik halus. Dengan pengujian bila p > 0.05 maka data homogen Uji Hipotesis Jika data normal, maka dilakukan uji t-test menggunakan paired sampel test. Uji beda rerata menggunakan uji komparasi independent t-test.

45 28 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian ini merupakan penelitian experiment. Responden penelitian adalah siswa PAUD Ibu Teladan Palas Rumbai dan PAUD Nurul Ma wa Tenayan Raya Pekanbaru. Secara keseluruhan sampel berjumlah 60 orang yang berusia diantara 5-6 tahun. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa merupakan kelompok perlakuan I dan 30 siswa menjadi kelompok perlakuan II. Sebelum dilakukan senam otak dan AFR, terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan motorik halus yang dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai kemampuan motorik halus awal sampel. Ini dilakukan baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II, sehingga diperoleh hasil nilai objektif kemampuan motorik halus. Kemudian kegiatan senam otak dan AFR dilakukan oleh kelompok perlakuan I, dan AFR saja oleh kelompok perlakuan II. Setelah dilakukan kegiatan senam otak dan AFR maka tes kemampuan motorik halus di lakukan kembali guna mengukur kemampuan motorik halus siswa, sehingga diperoleh hasil evaluasi dari intervensi yang diberikan. 5.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden dapat dilihat berdasarkan kelompok responden yaitu yang mengikuti penambahan senam otak dan yang mengikuti AFR saja, usia, jenis kelamin, dan nilai motorik halus pada masing-masing kelompok, berikut adalah tabel karakteristik responden; 28

46 29 a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1 Responden Menurut Jenis Kelamin Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II NO JENIS KELAMIN F % F % 1 Perempuan Laki-laki Jumlah Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang dengan sebaran sampel berjenis kelamin laki-laki lebih mendominasi. Terlihat dari kelompok perlakuan sebanyak 18 orang berjenis kelamin laki-laki dan pada kelompok kontrol berjumlah 15 orang. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 2 Responden Menurut Usia Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II NO Usia F % F % 1 5 Tahun , Tahun ,33 Jumlah Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang dengan rentang usia 5 6 tahun. Pada kedua kelompok sampel memiliki subjek sampel terbanyak berusia 6 tahun. c. Karakteristik Responden Berdasarkan Kemampuan Motorik Halus Tabel 3 Responden Menurut Kemampuan Motorik Halus No Motorik Halus Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Pre Post Pre Post F % F % F % F % 1 Sangat Baik (Skor ) , ,33 2 Baik (Skor 70-84) , ,67 Jumlah

47 30 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang sampel pada pre intervensi kedua kelompok memiliki kemampuan motorik halus dengan skor Baik. Kemuadian setelah diberikannya intervensi pada kedua kelompok terdapat peningkatan menjadi Sangat Baik. 5.3 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan apakah populasi yang dibandingkan rata-ratanya mengikuti sebaran normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas data pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4 Uji Normalitas Motorik Halus No Variabel Kelompok Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II 1 Motorik Halus Sebelum Intervensi Motorik Halus Setelah Intervensi Berdasarkan uji normalitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai p-value > 0.05, sehingga data berdistribusi normal. 5.4 Uji Homogenitas Tabel 5 Uji Homogenitas Kelompok Karakteristik Kelompok Perlakuan I Rerata ± SB Kelompok Perlakuan II Rerata ± SB p Usia (tahun) 5.70 ± ± Motorik halus ± ± Tabel 5 Varian karakteristik sampel diuji Homogenitas dengan Levene test dan nilai p value uji homogenitas masing-masing varian karakteristik sampel bernilai p > 0.05 yang berarti seluruh data varian karakteristik sampel homogen.

48 Uji analisis penambahan senam otak pada intervensi aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) dalam peningkatan motorik halus Pengujian hipotesis menggunakan paired sampel test karena data berdistribusi normal. Hasil pengujian adalah sebagai berikut; Tabel 6 Uji analisis penambahan senam otak pada intervensi aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) dalam peningkatan motorik halus Sampel Sebelum Setelah P* Rerata ± SB Rerata ± SB Kelompok Perlakuan I 75.20± ± Kelompok Perlakuan II 75.03± ± P** Ket: P* : Paired sampel t test P** : Independent sampel t test Tabel 6 Menunjukkan nilai rerata dan simpangan baku pada masingmasing kelompok pada saat sebelum dan setelah. Pada kelompok perlakuan I dengan menggunakan paired sample t test nilai p = yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penambahan senam otak. Kemudian begitu juga pada kelompok perlakuan II setelah di uji dengan menggunakan paired sample t test didapatkan nilai p = yang artinya ada perbedaan yang signifikan nilai motorik halus antara sebelum dan sesudah diberikan AFR. Hasil uji beda motorik halus sebelum perlakuan pada ke dua kelompok menunjukkan nilai p = 0.549, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai motorik halus yang bermakna sebelum perlakuan pada kedua kelompok. Hasil uji beda pengaruh setelah perlakuan antara kelompok perlakuan I dan perlakuan II didapatkan hasil dengan nilai p = menunjukkan bahwa

49 32 terdapat perbedaan nilai motorik halus yang bermakna antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. 5.6 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai motorik halus pada anak prasekolah. Sampel penelitian 60 orang yang memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 30 kelompok perlakuan I dan 30 orang kelompok perlakuan II Analisis Pengaruh Penambahan Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Hasil analisis sebelum pada kelompok perlakuan I didapatkan nilai rerata setelah perlakuan didapatkan nilai rerata Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada pada siswa karena diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil analisis uji pengaruh pada kelompok dapat disimpulkan bahwa pemberian penambahan senam otak sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus yang signifikan. Gerakan Senam otak dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateralitas), meringankan (dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak manusia seperti hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Pelajaran lebih mudah diterima apabila mengaktifkan sejumlah panca indera daripada hanya diberikan secara abstrak saja. Akan tetapi otak manusia juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan Senam otak dipakai istilah dimensi

50 33 lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (frontal lobes), serta dimensi pemusatan untuk sistem limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata sebelum dan setelah diberikan perlakuan, serupa pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, bahwa senam otak bertujuan untuk membuka channel-channel kerja fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan secara menyeluruh atau whole brain (Ayinosa, 2009). Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny, (2009) olahraga dan latihan senam otak pada para murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA bahwa senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan Analisis Pengaruh Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Hasil analisa sebelum perlakuan didapatkan nilai rerata setelah perlakuan didapatkan nilai rerata Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada siswa karena diperoleh p = Dari hasil analisis uji statistik pada kelompok kontrol dapat disimpulkan bahwa pemberian AFR sebelum dan sesudah perlakuan

51 34 menunjukkan peningkatan motorik halus yang signifikan. Berbagai penelitian telah mengatakan pemberian intervensi secara berkala dengan metode aktifitas fungsional dan rekreasi hasilnya baik diberikan pada anak usia prasekolah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik halus anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Dradjat, 2000). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Indraswari (2012), kemampuan motorik halus anak dalam proses kegiatan dapat meningkat dengan menggunakan kegiatan mozaik di Taman kanakkanak Negeri Pembina Lubuk Basung, dalam kegiatan mozaik kemampuan yang dicapai yaitu anak mampu menempel kepingan mozaik, anak mampu menyusun kepingan mozaik dan anak mampu menempel dengan teknik mozaik, kegiatan mozaik mampu meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Media kegiatan mozaik cocok digunakan untuk usia taman kanak-kanak, karena sesuai dengan prinsip bermain di taman kanak-kanak, melalui kegiatan mozaik dapat memberikan pengaruh yang cukup memuaskan untuk meningkatkan hasil belajar anak, dengan adanya peningkatan setiap siklus, perlunya merangsang perkembangan motorik halus anak pada usia dini, motorik halus sangat penting bagi perkembangan anak.

52 Analisis Uji Beda Pengaruh Penambahan Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Berdasarkan distribusi penyebaran nilai dari motorik halus sebelum dan setelah intervensi didapatkan peningkatan dari kelompok perlakuan I dan perlakuan II. Pada kelompok perlakuan I setelah diberikan penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terdapat peningkatan kemampuan motorik halus sebanyak % menjadi sangat baik yang awalnya hanya berada pada posisi 100% di kondisi baik. Begitupula pada kelompok perlakuan II, setelah diberikan aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) didapatkan peningkatan motorik halus sebanyak 13.33% menjadi sangat baik yang awal datanya berada 100% dikondisi baik. Pada dasarnya keseluruhan sampel pada penelitian ini terjadi peningkatan skor kemampuan motorik halus. Berdasarkan hasil uji beda sebelum dan setelah pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kedua latihan dapat meningkatkan motorik halus. Terdapat peningkatan yang signifikan pada uji beda rata-rata setelah perlakuan pada dua kelompok dilakukan dengan uji t atau independent sample t menunjukkan nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar sehingga hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terhadap motorik halus anak prasekolah. Dalam penelian ini didapatkan perbedaan hasil rerata karakteristik motorik halus anak setelah dilakukan intervensi kepada masing-masing kelompok. Hal ini dapat terjadi bila status ekonomi, pola asuh dan asupan

53 36 gizi yang berbeda-beda dari setiap subjek penelitian. Penelitian ini tidak membahas hubungan antara peningkatan motorik halus dengan status ekonomi, pola asuh dan asupan gizi. Namun demikian ada beberapa teori yang mengatakan bahwa ada pengaruh peningkatan motorik halus dengan status ekonomi, pola asuh dan asupan gizi. Status ekonomi yang rendah dapat berpengaruh pada perkembangan otak melalui jalur nutrisi yang adekuat, dimana semakin rendah status ekonominya, semakin besar kemungkinannya untk tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisinya. Serupa yang telah disampaikan di kajian teoritis, hal yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus juga dapat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Selain nutrisi, anak dengan status ekonomi rendah mengalami lebih banyak masalah kesehatan (Brooks, 2000). Sejumlah penelitian menemukan bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi lingkungan tempat tinggal anak, kesempatan untuk belajar, interaksi yang hangat antara ibu dan anak, serta kondisi fisik rumah sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Beberapa penelitian menemukan perbedaan lingkungan rumah anak status ekonomi rendah dan tinggi yang diukur dengan skala HOME menyumbang secara substansial pada perkembangan anak prasekolah. Interaksi harian berperan penting dalam perkembangan emosional dan mental. Saat otak sedang terbentuk dan belajar untuk berkembang, interaksi positif yang konsisten akan menjamin perkembangan otak yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa asuhan yang berkualitas tinggi dapat

54 37 meningkatkan perkembangan intelektual anak dari status ekonomi rendah (Aber, 2000). Anak dari keluarga status ekonomi rendah lebih sering mengalami masalah tingkah laku dan emosional termasuk agresi, kecemasan dan depresi. Orang tua terutama ibu yang mengalami depresi juga kurang mampu menyediakan stimulasi yang positif, kurang mampu berinteraksi dan gagal merespon kebutuhan emosional anaknya (Putranto, 2009). Ibu yang berpengetahuan baik maka akan cenderung untuk memperhatikan dan menstimulasi perkembangan anak terutama perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Susanto, 2011). Usia prasekolah merupakan periode atau masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan, dimana pada usia tersebut aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak berkembang dengan optimal. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang paling menonjol adalah keterampilan motorik. Masa perkembangan anak, terdapat masa dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna bagi potensi perkembangan anak. Oleh karena itu

55 38 perlu adanya perhatian yang lebih serius, agar anak dapat berkembang lebih optimal sesuai dengan usianya. Senam otak dengan memanfaatkan gerakan-gerakan sederhana seperti menyilang garis tengah tubuh yang di dalamnya ada gerakan menyilang kepala, mata dan anggota gerak merupakan kunci keberhasilan untuk mengintegrasi fungsi hemisfer otak kanan dan kiri (Kusumoputro, 2003). Gerakan menyilang akan mengaktifkan hemisfer kanan dan kiri sekaligus. Selain itu semakin sering kedua hemisfer tersebut teraktivasi akan semakin banyak koneksi dan mielinisasi terjadi melalui korpus kolosum. Semakin banyak koneksi, proses yang tejadi di antara kedua hemisfer semakin cepat, sehingga semakin banyak fungsi intelegensi yang dapat dipakai. Gerakan merayap dan merangkak sudah sejak lama dibuktikan bahwa gerakan alternansi seperti marayap dan merangkak ini dapat meningkatkan kemampuan otak tengah dan korteks serebri. Pada senam otak terdapat juga gerakan ini. Gerakan merayap dan merangkak dapat menstimulasi otak tengah yang merupakan pusat untuk kemampuan perhatian, kewaspadaan, kebersamaan dan berkelompok (Kusumoputro, 2003). Senam otak dengan rangkaian gerakannya juga mempunyai bentuk gerakan seperti pengamatan dan mengikuti jejak penglihatan. Di dalam senam otak, ada gerakan yang dilakukan dengan mengamati dan mengikuti jejak penglihatan atau bola mata yang bergerak dari satu arah ke arah lain. Gerakan bola mata yang diakukan merupakan pengamatan lingkungan secara keseluruhan. Stimulasi penglihatan dari otak belahan kiri menuju ke

56 39 kanan dan balik lagi merupakan integrasi antara kedua belahan tersebut. Selain itu ada juga gerakan mata yang mengikuti gerakan tangan. Dalam hal ini, Imamizu (2000) menemukan bahwa aktivasi area di serebelum lebih luas bila dibandingkan gerakan tangan atau mata sendiri-sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata sebelum dan setelah senam otak, serupa pada penelitian yang dilakukan oleh Winkelmann (2001) bahwa setelah melakukan senam otak terdapat peningkatan keterampilan termasuk kemampuan membaca, menulis, matematika dan olahraga. Senam otak gerakannya merangsang pada dimensi otak, hal ini serupa dengan penelitian Dewi (2010), senam otak berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak prasekolah pada usia 4-6 tahun dengan nilai p = 0,001, dengan jumlah sampel 28 anak dimana dimensi gerakan senam otak akan mengaktifkan fungsi cerebellum berupa aplikasi gerak keseimbngan, koordinasi gerak otot dan keterampilan motorik halus. 5.7 Keterbatasan Penelitian a. Keadaan sosial ekonomi keluarga dari sampel juga dapat mempengaruhi pola asuhan terahadap anak. Hal ini merupakan faktor yang sulit untuk dipantau, sehingga dapat mempengaruhi karakter anak. b. Status gizi sampel juga mempengaruhi subjek penelitian yang sulit dipantau melalui pola makan, porsi makanan dan nutrisi yang dikonsumsi sehingga dapat mempengaruhi status gizi subjek.

57 40 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak daripada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) saja. 7.2 Saran a. Penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak daripada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) saja, sehingga penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan pertimbangan bagi fisioterapis didalam memberikan pelayanan fisioterapi khususnya pada anak-anak prasekolah. b. Perlunya pengembangan IPTEK tentang konsep penegembangan diri dan kemandirian dengan meningkatkan motorik halus khususnya menggunakan senam otak dan aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) pada anak prasekolah. c. Perlunya membahas keadaan sosial ekonomi keluarga sampel karena hal ini mempengaruhi pola asuh terahadap anak dan dapat mempengaruhi karakter anak. d. Status gizi sampel mempengaruhi subjek penelitian, untuk peneliti selanjutnya penting untuk membahas faktor ini. 40

58 41 DAFTAR PUSTAKA Aber L, Palmer j Poverty and Brain Development in Early Chilhood. New York: National Center for Children in Poverty. Aisyah Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Arizal, Daris A, Hidayat A Gizi dan perannya. In : Hardhywinoto, Setiabudhi T, editor. Anak unggul berotak prima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Asmawati, Luluk, dkk Pengolahan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas terbuka Ayinosa Brain Gym (Senam Otak). Diperoleh dari Azwar, Saifudin Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ball, J.W., & Bindler, R.C Pediatric nursing: Caring for children. (3 rd edition). New Jersey: Pearson Education Inc. Brooks-Gunn J, Duncan GJ The Effect Poverty on Children. The Future of Children. Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., Jensen, M.D Keperawatan maternitas (Edisi 4). Jakarta: EGC Boundless Introducing the Neuron. Boundless Psychology. ( serial online Update 03 Dec from textbook/the-brain-and-behavior-4/neurons-33/introducing-the-neuron / 41

59 42 Daradjat, Zakiah Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Dennison, P., Brain Gym (senam otak). Edisi bahasa Indonesia (cetakan X). Alih bahasa: Ruslan dan Rahayu, M. Jakarta: Grasindo. Dewi. F.N Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah di TK. Kartika IV-8 Kecamatan Sumber Sari Kabupaten Jember. Tesis. Universitas Jember Dewi, Narulita dan Judarwanto, Widodo Perkembangan normal motorik kasar dan motorik halus pada anak. Jakarta. Desni Metode Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Pontianak. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjung Pura Gregor SMG, Fernal LC, Sethuraman K Effect of health and nutrition on cognitive and behavioural development in children in the first three years of life, part 1: low birtweight, breastfeeding, and protein-energy malnutrition. Available from: URL: Hurlock, Elizabeth B Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi 6. Jakarta : Erlangga. Hockenberry, J. M., & Wilson, D Wong s nursing care of infant andchildren. (8 th edition). Canada: Mosby Company. Imamizu H, Miall RC Activation of cerebellum in coordinated eye and hand tracking movements: an fmri study. Exp Brain Res. Kurikulum Standar Kompetensi Untuk TK dan RA Kelompok B. Depdiknas Kusumoputro S, Sidiarto LD, Samino H, Munir R, Nugroho W Kiat Panjang Umur dengan Gerak dan Latih Otak. Jakarta: UI-Press

60 43 Marlina, Linda Manfaat Origami Mulyani, Rini Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-smart Anak. Tugas Akhir, Universitas Negeri Semarang, Semarang Montolalu Media Pembelajaran. Jakarta: Edukasi Mitra Grafika. Ngastiyah Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC Nursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Putranto, Puji L. (2009). Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Memori Jangka Pendek Anak Dari Keluarga Status Ekonomi Rendah. Universitas Diponegoro, Semarang Rani, Yulianty I Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak (Modern dan Tradisional). Jakarta: Niaga Swadaya. Rea, Paul.2015.Essential Clinical Anatomy of the Nervous System,Elsiver.British. Rhoades.R, Bell.R.D Medical Physiology: Principles for Clinical Medicine, fourth edition,china Saichudin Respon Fisiologi Senam Otak Teradap Kecepatan Motorik bagi Calon Atlet Muda Berbakathttp://etd.eprints.ums.ac.id/14619/3/3. Santrock, W John Life Span Development, Jakarta: PT Erlangga. Siegel,A.2006.Essential Neuroscience,Lippicont, USA. Sudono, Anggani Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo Sujiono Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Indek

61 44 Sumantri Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Supartini, Y., Ester Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Susanto, Ahmad Perkembangan anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Suyanto, Slamet Konsep Dasar Pendidikan AUD. Jakarta: Depdiknas. Weiss R.P The mind-body connection in learning. Avaiable from: URL: http// Widyawati I Penatalaksanaan gangguan belajar pada anak. Prosiding pertemuan tahunan I perdosri. jakarta Winkelmann Using Brain Gym withhearing impaired children in Flores, East Indonesia. Brain Gym Jurnal Wisnu, Andri Mengenal sistem kerja otak. Wong, Donna L Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC Wong, Donna.L Pedoman klinis keperawatan pediatrik. (Edisi 4). (Monica Ester. Penerjemah). Jakarta: EGC. Yusuf, S Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

62 Lampiran 1 Informed Consent PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA KONSENTRASI FISIOTERAPI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR PERSETUJUAN TINDAKAN (INFORMED CONSENT) MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : ( L / P ) Alamat : Telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud atau tujuan penelitain, cara melakukan dan konsekuensinya, demi manfaat yang sebesar-besarnya bagi pemeliharaan kesehatan saya dan bagi kemajuan upaya pelayanan, dengan ini saya menyatakan: 1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian dan segala konsekuensinya. 2. Bersedia menyampaikan informasi dengan sejujur-jujurnya tentang segala hal yang berkaitan dengan data diri saya. 3. Bersedia mengikuti dan melaksanakan petunjuk serta program penelitian yang diberikan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab secara rutin. 4. Bersedia menghubungi peneliti bila ada hal-hal yang tidak dipahami maupun melaporkan hal-hal yang berkembang saat penelitian. 5. Bersedia sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti guna peenyempurnaan penelitian ini. 6. Tidak membebani peneliti berkaitan dengan biaya pengobatan, tindakan atas permasalahan yang saya derita dalam penyelenggaraan penelitian ini akibat kelalaian saya. 7. Bersedia mengikuti penelitian ini secara tidak terpaksa dan hingga penelitian ini selesai. Peneliti, Pekanabaru, (NOVA RELIDA SAMOSIR) ( Wali Siswa )

63 Lampiran 2 Tes Kemampuan Motorik Halus No. Kemampuan Motorik Halus Indikator Keterangan Sebelum Sesudah 1 Melipat jari a. Siswa dapat melipat jari tangan satu persatu b. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke ujung telunjuk c. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke ujung jari tengah d. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke ujung jari manis e. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke ujung kelingking f. Siswa dapat menekuk 3 ruas jari tangan hingga ujungnya menyentuh pangkal jari 2 Menggenggam a. Siswa dapat menggenggamkan jari-jari tangan b. Siswa dapat membuka satu persatu jari tangan yang sedang menggenggam 3 Mengurus diri sendiri a. Siswa dapat melakukan aktivitas makan b. Siswa dapat melakukan aktivitas memasang kancing baju c. Siswa dapat melakukan aktivitas mencuci dan melap tangan d. Siswa dapat mengikat tali sepatu 4 Kelincahan a. Siswa dapat membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin b. Siswa dapat meniru membuat garis tegak c. Siswa dapat meniru membuat garis datar d. Siswa dapat meniru membuat garis miring e. Siswa dapat meniru membuat garis lengkung f. Siswa dapat meniru membuat garis lingkaran g. Siswa dapat meniru melipat kertas sederhana (7 lipatan) h. Siswa dapat mencocok bentuk Menyusun menara kubus minimal 12 kubus Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai dengan kriteria sebagai berikut : e. Sangat Baik : Skor f. Baik : Skor g. Sedang : Skor h. Kurang : Skor 30 54

64 Lampiran 2 Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya sebagai berikut : f. Nilai 1 : Belum dapat, hasilnya tidak sesuai kriteria. g. Nilai 2 : Belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai kriteria h. Nilai 3 : Dapat, tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria. i. Nilai 4 : Dapat, hasilnya kurang sesuai dengan kriteria. j. Nilai 5 : Dapat hasilnya sesuai dengan kriteria.

65 Lampiran 3

66

67

68

69

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kemampuan Motorik Halus

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kemampuan Motorik Halus 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Motorik Halus 2.1.1 Pengertian Kemampuan Motorik Halus Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Nova Relida Samosir*, I Wayan Weta**, Muh. Ali Imron*** Pogram Studi Magister Fisiologi Olahraga** STIKES AISYIYAH***

Disusun Oleh: Nova Relida Samosir*, I Wayan Weta**, Muh. Ali Imron*** Pogram Studi Magister Fisiologi Olahraga** STIKES AISYIYAH*** PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH Disusun Oleh: Nova

Lebih terperinci

AL UM ANISWATUN KHASANAH

AL UM ANISWATUN KHASANAH TESIS PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH AL UM ANISWATUN

Lebih terperinci

SKRIPSI 011 NI PUTU PURNAMAWATI

SKRIPSI 011 NI PUTU PURNAMAWATI SKRIPSI INTERVENSI BRAIN GYM LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH (USIA 5-6 TAHUN) DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) 011 NI PUTU PURNAMAWATI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR

PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR SKRIPSI PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR 011 Oleh : Ni Made Ameondari NIM. 1202305012 KEMENTERIAN RISET

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS I MADE HENDRA MEIRIANATA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE

PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE TESIS PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE ADITYA DENNY PRATAMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT

PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT TESIS PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB AYU PERMATA PROGRAM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Luh Putu Ayu Wulandari Nim

SKRIPSI. Oleh : Luh Putu Ayu Wulandari Nim SKRIPSI PERMAINAN PAPAN KESEIMBANGAN (BALANCE BOARD) LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA PERMAINAN BALOK KESEIMBANGAN (BALANCE BEAM) PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PRADNYANDARI I KEROBOKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

Kata kunci: keterampilan motorik halus, stimulasi, brain gym, AFR

Kata kunci: keterampilan motorik halus, stimulasi, brain gym, AFR INTERVENSI BRAIN GYM LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH (USIA 5-6 TAHUN) DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) 1) Ni Putu Purnamawati, 2) Ni Luh Nopi Andayani,

Lebih terperinci

PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING

PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING TESIS PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING TIDAK BERBEDA DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN BERDIRI DAN FUNGSIONAL BERJALAN DARIPADA PELATIHAN RHYTMIC AUDITORY STIMULATION PADA PASIEN PASCASTROKE JERRY MARATIS NIM

Lebih terperinci

DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE

DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE TESIS KOMBINASI MC.KENZIE DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE TIDAK BERBEDA DENGAN PILATES EXERCISE DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN STATIS DAN FLEKSIBILITAS TRUNK PADA WANITA DEWASA TRI FARNIANTI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN Di SDLB C Pertiwi Ponorogo Oleh: ZURISKA KUMALASARI NIM 13612536 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL DAN LATIHAN FARTLEK DALAM MENINGKATKAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA PEMAIN BASKET PUTRA USIA 16-17 TAHUN I GUSTI NGURAH AGUS PUTRA MAHARDANA HALAMAN JUDUL

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment A. Hakikat Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Perkembangan fisik mudah teramati dengan ditandai adanya

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERBEDAAN PENGARUH JENIS PERMAINAN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR (Eksperimen Pada Siswa Umur 6-7 tahun dan Siswa Umur 10-11 tahun pada SD Negeri Jombor 01 Sukoharjo) TESIS

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR A.A NGURAH WISNU PRAYANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM:

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM: TESIS PELATIHAN BERJALAN DENGAN TANGAN JARAK 5 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT LENGAN DARI PADA 4 REPETISI 5 SET PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 9 DENPASAR ANAK AGUNG GEDE

Lebih terperinci

Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya 2016

Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya 2016 ADLN ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TAMAN KANAK-KANAK Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Profesi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Dengan menggunakan rancangan penelitian two group pre and post test control group design (Pocock, 2008)

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5TAHUN SISWA TK PAPAHAN 03 SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN SENAM OTAK DI KARANGANYAR

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5TAHUN SISWA TK PAPAHAN 03 SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN SENAM OTAK DI KARANGANYAR PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5TAHUN SISWA TK PAPAHAN 03 SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN SENAM OTAK DI KARANGANYAR Gejora Inaya Muntarina*) Niken Dyahariesti**) Eko Susilo**) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati*** PELATIHAN BERJALAN DI ATAS BALOK LURUS SEJAUH 8 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH BAIK DARIPADA 4 REPETISI 5 SET TERHADAP KESEIMBANGAN TUBUH MAHASISWA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

INTERVENSI FOUR SQUARE STEP

INTERVENSI FOUR SQUARE STEP SKRIPSI INTERVENSI FOUR SQUARE STEP LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI KELURAHAN TONJA, DENPASAR TIMUR, BALI PUTU AYUNIA LAKSMITA KEMENTRIAN

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO SKIRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal, sehingga sejak dini, deteksi, stimulasi dan intervensi berbagai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PAKAIAN COMPRESSION BASE LAYER MEMPERCEPAT PEMULIHAN FISIOLOGIS DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN TUBUH MAHASISWA SAAT BEROLAHRAGA

PENGGUNAAN PAKAIAN COMPRESSION BASE LAYER MEMPERCEPAT PEMULIHAN FISIOLOGIS DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN TUBUH MAHASISWA SAAT BEROLAHRAGA TESIS PENGGUNAAN PAKAIAN COMPRESSION BASE LAYER MEMPERCEPAT PEMULIHAN FISIOLOGIS DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN TUBUH MAHASISWA SAAT BEROLAHRAGA ADI SAPUTRA PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

Lebih terperinci

KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING TESIS KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT LUH ITA

Lebih terperinci

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Kadek Nelly Paspiani, S.Pd TK Negeri Pembina Kotabaru, nelly_paspiani@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus memperhatikan, menelaah, dan mengembangkan berbagai

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A Indah Putri Murdhani Nurul Khotimah PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai

Lebih terperinci

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M TESIS KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M.QUADRICEPS DAN LATIHAN PLYOMETRIC TERHADAP PENINGKATAN AGILITY PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA TESIS PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA ISMANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS

Lebih terperinci

SKRIPSI ANAK AGUNG GEDE ANGGA PUSPA NEGARA

SKRIPSI ANAK AGUNG GEDE ANGGA PUSPA NEGARA SKRIPSI PELATIHAN SIRKUIT LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN NILAI VO 2 MAX DARIPADA PELATIHAN JOGING PADA ANGGOTA EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DI SMA NEGERI 1 GIANYAR ANAK AGUNG GEDE ANGGA PUSPA NEGARA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL. Oleh

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL. Oleh HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL Oleh HENI PUTRI PRATIWI Dr. RISWANTI RINI, M.Si ASIH BUDI KURNIAWATI S.Pd, M.Pd FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN MEDIA KERTAS PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I MRICAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS INTERVENSI SLOW DEEP BREATHING EXERCISE DENGAN DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PRE-HIPERTENSI PRIMER Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM.

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) pada usia. Menurut Noor (2006) kemampuan membaca, menulis, dan berhitung

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) pada usia. Menurut Noor (2006) kemampuan membaca, menulis, dan berhitung 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) pada usia dini akan mempengaruhi mutu pendidikan pada tingkat pendidikan dasar. Menurut Noor (2006) kemampuan

Lebih terperinci

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I NYOMAN AGUS PRADNYA WIGUNA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi Oleh :

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR

PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR 1 Ni Made Ameondari, 2 I Made Niko Winaya, 3 Luh Made Indah Sri Handari

Lebih terperinci

APLIKASI ICE MASSAGE SESUDAH PELATIHAN LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI TERJADINYA

APLIKASI ICE MASSAGE SESUDAH PELATIHAN LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI TERJADINYA APLIKASI ICE MASSAGE SESUDAH PELATIHAN LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI TERJADINYA DELAYED ONSET MUSCLE SORENESS DARIPADA TANPA ICE MASSAGE PADA OTOT HAMSTRING ANDUNG MAHESWARA RAKASIWI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN)

SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) Studi Dilakukan di PAUD Widya Kusuma & PAUD Bina Mekar OLEH : NI WAYAN YATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama. Perkembangan tersebut terbagi menjadi beberapa tahap antara lain tahap pre-natal,

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA DAN MENGGAMBAR TERHADAP MOTORIK ANAK USIA DINI. Jurnal. Oleh : Anggiat Marudut Gultom

PENGARUH BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA DAN MENGGAMBAR TERHADAP MOTORIK ANAK USIA DINI. Jurnal. Oleh : Anggiat Marudut Gultom 1 PENGARUH BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA DAN MENGGAMBAR TERHADAP MOTORIK ANAK USIA DINI Jurnal Oleh : Anggiat Marudut Gultom FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014

Lebih terperinci

METODE PROYEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

METODE PROYEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK METODE PROYEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEREMAS KERTAS PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEREMAS KERTAS PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEREMAS KERTAS PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN Fulanatin Nurhenti Dorlina Simatupang PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 57,23 dan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik, motorik,

Lebih terperinci

ABSTRAK. MANIPULASI VISERAL LEBIH BAIK DARIPADA SENAM AEROBIK DALAM MENGURANGI PRIMARY DYSMENORRHEA PADA MAHASISWI DI POLTEKKES Dr.

ABSTRAK. MANIPULASI VISERAL LEBIH BAIK DARIPADA SENAM AEROBIK DALAM MENGURANGI PRIMARY DYSMENORRHEA PADA MAHASISWI DI POLTEKKES Dr. ABSTRAK MANIPULASI VISERAL LEBIH BAIK DARIPADA SENAM AEROBIK DALAM MENGURANGI PRIMARY DYSMENORRHEA PADA MAHASISWI DI POLTEKKES Dr.RUSDI MEDAN Berbagai gejala yang dirasakan wanita saat menstruasi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu jenjang pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan setiap kemampuan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun

Lebih terperinci

SKRIPSI AUTO STRETCHING

SKRIPSI AUTO STRETCHING SKRIPSI AUTO STRETCHING LEBIH MENURUNKAN INTENSITAS NYERI OTOT UPPER TRAPEZIUS DARIPADA NECK CAILLIET EXERCISE PADA PENJAHIT PAYUNG BALI DI DESA MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG NI WAYAN PENI SUWANTINI

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Disusun Oleh: PUTRI FARAH PRAMUNDA

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Disusun Oleh: PUTRI FARAH PRAMUNDA PENGARUH BERMAIN JIGSAW PUZZLE TERHADAP TINGKAT PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PERTIWI DESA KLAPAGADA KECAMATAN MAOS KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan motorik merupakan proses belajar bagaimana tubuh menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik dirasakan sepanjang daur kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan anugerah terbesar yang dititipkan oleh Allah SWT. untuk dididik dan dibimbing agar menjadi individu yang beriman serta bertaqwa kepada Allah

Lebih terperinci

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana Universitas Udayana METODE HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING SELAMA 15 MENIT DAPAT MENINGKATKAN VO2MAX DAN KECEPATAN GERAK SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP PGRI 2 DENPASAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah, sesuai UU Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE

PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE SKRIPSI PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE PADA LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING DARI PADA LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA SEKAA TERUNA BANJAR

Lebih terperinci

: ZELVIA CHYNTYA DEVI

: ZELVIA CHYNTYA DEVI EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SAMBIT Oleh : ZELVIA CHYNTYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai sarana yang paling ideal bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang penting. Bermain merupakan ciri khas anak. Bermain akan menghilangkan kejenuhan anak dan membuat anak menemukan kesenangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak-kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis

Lebih terperinci

NI MADE AYU SRI HARTATIK

NI MADE AYU SRI HARTATIK SKRIPSI PEMBERIAN CAIRAN ELEKTROLIT SEBELUM LATIHAN FISIK SELAMA 30 MENIT MENURUNKAN TEKANAN DARAH, FREKUENSI DENYUT NADI, DAN SUHU TUBUH LATIHAN PADA SISWA SMK PGRI-5 DENPASAR NI MADE AYU SRI HARTATIK

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN AQUATIC DAN LAND PLYOMETRIC SQUAT JUMP TERHADAP TINGGI LONCATAN PEMAIN PEMULA BOLA VOLI

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN AQUATIC DAN LAND PLYOMETRIC SQUAT JUMP TERHADAP TINGGI LONCATAN PEMAIN PEMULA BOLA VOLI PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN AQUATIC DAN LAND PLYOMETRIC SQUAT JUMP TERHADAP TINGGI LONCATAN PEMAIN PEMULA BOLA VOLI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akhir Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

KOMBINASI LATIHAN STAR EXCURSION BALANCE DAN KINESIOLOGY TAPE

KOMBINASI LATIHAN STAR EXCURSION BALANCE DAN KINESIOLOGY TAPE TESIS KOMBINASI LATIHAN STAR EXCURSION BALANCE DAN KINESIOLOGY TAPE LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN LATIHAN WOOBLE BOARD DAN KINESIOLOGY TAPE TERHADAP PERBAIKAN INSTABILITAS FUNGSIONAL PADA PERGELANGAN KAKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Abstract Evelin Adriani dan Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta One of factors that

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MAZE ALUR TULIS TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MAZE ALUR TULIS TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK ARTIKEL JURNAL SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MAZE ALUR TULIS TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK ARTIKEL JURNAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 SKRIPSI KOMBINASI ULTRASOUND DAN STRAIN COUNTERSTRAIN LEBIH EFEKTIF MENURUNKAN NYERI DARIPADA KOMBINASI ULTRASOUND DAN AUTO STRETCHING PADA PENDERITA MYOFASCIAL PAIN SYNDROME M.UPPER TRAPEZIUS Tysha Amanda

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INFRARED

PERBEDAAN INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INFRARED SKRIPSI PERBEDAAN INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INFRARED DENGAN POSITIONAL RELEASE TECHNIQUE DAN INFRARED TERHADAP PENURUNAN NYERI MYOFASCIAL PAIN SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS PUTU MULYA KHARISMAWAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK PADA ANAK SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK PADA ANAK SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan 1 EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT JANGKA PENDEK PADA ANAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : UNTARI RETNO WULAN F 100060052

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih,

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Tercapainya tumbuh kembang optimal tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat besar baik secara fisik,maupun

Lebih terperinci

PERBEDAAN PILATES EXERCISES

PERBEDAAN PILATES EXERCISES SKRIPSI PERBEDAAN PILATES EXERCISES DAN CORE STABILITY EXERCISES UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PERUT PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI UNIVERSITAS UDAYANA Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut teori psychological needs Murray 1994 (Yulianti, 2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM IRAMA TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK ANAK USIA 5 TAHUN

PENGARUH SENAM IRAMA TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK ANAK USIA 5 TAHUN PENGARUH SENAM IRAMA TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK ANAK USIA 5 TAHUN SKRIPSI Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Fisioterapi Pada Program Studi SI Fisioterapi Universitas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes Definisi ANAK DULU: < 12 THN; < 15 THN; < 16 THN UU Tenaga Kerja, UU Perkawinan [UU No. 9 TAHUN 1979 ttg Kesejahteraan Anak: USIA < 21 thn dan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan yang sangat pesat dan perlu dilatih dengan cara yang tepat dan sesuai. Moeslichatoen (1999) mengemukakan bahwa seorang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI. Oleh : AYU RIESKY NIM.

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI. Oleh : AYU RIESKY NIM. SKRIPSI TERAPI LATIHAN KONSEP TARI GALANG BULAN EFEKTIF DALAM PENURUNAN PERSENTASE LEMAK SUBKUTAN REGIO TRICEPS PADA PELAJAR DENGAN OVERWEIGHT DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN Skripsi ini diajukan

Lebih terperinci

Rewinda Avin Pangestika 1, Erni Setiyorini 1.

Rewinda Avin Pangestika 1, Erni Setiyorini 1. PENGARUH BERMAIN PLASTISIN TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK PRA SEKOLAH (The effect of Plasticine play to fine motor development at pre school children) Rewinda Avin Pangestika 1, Erni Setiyorini

Lebih terperinci

EFFECT OF ACTIVITIES PAPER FOLDING (ORIGAMI) FINE MOTOR SKILLS OF CHILDREN AGES 4-5 YEARS IN AL-HISA TK IN DISTRICT RAYA TENAYAN PEKANBARU

EFFECT OF ACTIVITIES PAPER FOLDING (ORIGAMI) FINE MOTOR SKILLS OF CHILDREN AGES 4-5 YEARS IN AL-HISA TK IN DISTRICT RAYA TENAYAN PEKANBARU 1 EFFECT OF ACTIVITIES PAPER FOLDING (ORIGAMI) FINE MOTOR SKILLS OF CHILDREN AGES 4-5 YEARS IN AL-HISA TK IN DISTRICT RAYA TENAYAN PEKANBARU Norhayati, Daviq Chairilsyah, Hukmi S fatmaliza1970@gmail.com.

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA MARTHA YULIANI HABUT KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM

Lebih terperinci