ANALISIS PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KESESUAIAN PENGALOKASIAN RUANG, DAN NILAI LAND RENT DI KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KESESUAIAN PENGALOKASIAN RUANG, DAN NILAI LAND RENT DI KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KESESUAIAN PENGALOKASIAN RUANG, DAN NILAI LAND RENT DI KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR ROBI NOVRIZANJAYA DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 ii

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah, Kesesuaian Pengalokasian Ruang, dan Nilai Land Rent di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Robi Novrizanjaya NIM A

4 iv

5 ABSTRAK ROBI NOVRIZANJAYA.Analisis Perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah, Kesesuaian Pengalokasian Ruang, dan Nilai Land Rent di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Dibimbing oleh ASDAR ISWATI dan KHURSATUL MUNIBAH. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Bogor tahun merupakan penyempurnaan dari RTRW tahun untuk menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan Undang-Undang Nomor 26 tahun Kecamatan Bogor Selatan merupakan kecamatan yang fungsi utamanya sebagai kawasan budidaya. Oleh karena itu, tujuan penelitian di wilayah ini adalah (1) mengetahui jenis penggunaan lahan, (2) menganalisis perubahan alokasi ruang pada RTRW tahun menjadi RTRW tahun , (3) menganalisis kesesuaian pengalokasian ruang berdasarkan RTRW tahun dan RTRW tahun , dan (4) menganalisis nilai land rent penggunaan lahan untuk perdagangan, permukiman, dan pertanian. Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Selatan dari yang terluas adalah permukiman, kebun campuran, ladang, sawah, permukiman rumah mewah, lahan terbuka, semak belukar, tempat pemakaman umum (TPU), situ, perdagangan dan jasa, industri, sungai, lapangan olahraga, dan pemerintahan.alokasi ruang RTRW tahun dalam RTRW tahun berubah dari kawasan budidaya (100%) menjadi kawasan lindung (8.3%) dan budidaya (91.7%). Kawasan lindung terdiri dari sempadan infrastruktur dan sempadan sungai. Dalam RTRW tahun terjadi peningkatan luas perencanaan pada kawasan pertanian, industri, dan tempat pemakaman umum (TPU). Penurunan luas perencanaan terdapat pada kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan, dan ruang terbuka hijau (RTH). Kesesuaian pengalokasian ruang di Kecamatan Bogor Selatan berdasarkan RTRW tahun pada kawasan pertanian (88%), permukiman (98%), perdagangan dan jasa (45%), industri (33%), pemerintahan (46%), RTH (83%), dan TPU (63%). Kesesuaian pengalokasian ruang berdasarkan RTRW tahun pada kawasan pertanian (95%), permukiman (94%), perdagangan dan jasa (52%), industri (58%), pemerintahan (41%), RTH (97%), dan TPU (88%). Rata-rata nilai land rentdi Kecamatan Bogor Selatan untuk perdagangan Rp /m 2 /tahun, untuk permukiman Rp /m 2 /tahun, dan untuk pertanian Rp /m 2 /tahun. Kata kunci: rencana tata ruang wilayah, kesesuaian pengalokasian ruang, land rent

6 vi ABSTRACT ROBI NOVRIZANJAYA. Analysis of Regional Spatial Planning Changes, Suitability of Spatial Allocation and Land Rent in the Southern District of Bogor, Bogor City. Supervised by ASDAR ISWATI and KHURSATUL MUNIBAH. Spatial planning of Bogor City by years is a refinement of the s Spatial Planning to adjust with 26 th summon of Southern District of Bogoris functioning as an area of cultivation. Therefore, the aim of this study were (1) to know the type of land use, (2) to analyze the changes in the allocation of space on to Spatial Planning, (3) to analyze the suitability of space utilization based on and Spatial Planning, and (4) to analyze the value of land rent for trade, settlement, and agriculture.types of land use in Southern District of Bogor beginning by the most extent are residential, garden, farms, fields, residential real estate, bushes, cemetery, lake, trade and services, industrial estates, river, sport fields, and government office. Allocation of space on in s Spatial Planning changed from cultivated areas (100%) to protected areas (8.3%) and cultivated areas (91.7%). Protected areas included by infrastructure border and river border. There was an increasing vast of Spatial Planning on agricultural, industrial estates, and cementery areas. Besides, there was a decreasing vast of Spatial on residential, trade and services, government office, and green space areas. Suitability of space utilization in Southern District of Bogor based on s Spatial Planning are agricultural (88%), residential (98%), trade and services (45%), industrial estates (33%), government office (46%), green space (83%), and cemetery (63%). Suitability of space utilization in Southern District of Bogor based on s Spatial Planning are agricultural (95%), residential (94%), trade and services (52%), industrial estates (58%), government office (41%), green space (97%), and cemetery (88%). The average value of land rent for trade and services Rp /m 2 /year, residential Rp /m 2 /year, and agricultural Rp /m 2 /year. Key words: spatial planning, allocation of space suitability, land rent

7 ANALISIS PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH, KESESUAIAN PENGALOKASIAN RUANG, DAN NILAI LAND RENT DI KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR ROBI NOVRIZANJAYA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 viii

9 Judul Skripsi : Analisis Perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah, Kesesuaian Pengalokasian Ruang, dan Nilai Land Rent di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor Nama : Robi Novrizanjaya NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Asdar Iswati, MS Pembimbing I DrKhursatul Munibah, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Syaiful Anwar, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus :

10 x PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 sampai Desember 2012 berjudul Analisis Perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah, Kesesuaian Pengalokasian Ruang, dan Nilai Land Rent di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Asdar Iswati, MS dan Dr. Khursatul Munibah, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan kritik selama berlangsungnya penelitian hingga penyelesaian skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir Syaiful Anwar, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini, kedua orang tua, seluruh keluarga, serta Velicia Desyana Rakhmadina, Rosinta Br Sitepu dan Chaida Chairunnisa atas doa, motivasi, saran, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Robi Novrizanjaya

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ix x x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 BAHAN DAN METODE 2 Waktu dan TempatPenelitian 2 Bahan dan Alat 2 Pelaksanaan Penelitian 3 Tahap Persiapan 3 Pemetaan Penggunaan Lahan 3 Analisis Perubahan AlokasiRuang RTRW dan Kesesuaian Pengalokasian Ruang 3 Pengumpulan Data Land Rent 5 Analisis Nilai Land Rent 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Penggunaan Lahan di Kecamatan Bogor Selatan 7 Analisis Perubahan AlokasiRuang pada RTRW Tahun Menjadi RTRW Tahun Kesesuaian Pengalokasian Ruang di Kecamatan Bogor Selatan 15 Kesesuaian Pengalokasian Ruang Berdasarkan RTRW Tahun Kesesuaian Pengalokasian Ruang Berdasarkan RTRW Tahun Analisis Nilai Land Rent di Kecamatan Bogor Selatan 23 Nilai Land Rent untuk Perdagangan 23 Nilai Land Rent untuk Pemukiman 24 Nilai Land Rent untuk Pertanian 26 SIMPULAN DAN SARAN 27 Simpulan 27 Saran 27 DAFTAR PUSTAKA 28 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 72

12 xii DAFTAR TABEL 1 Jumlah titik sampel di kawasan pemukiman pada setiap kelurahan 5 2 Jumlah titik sampel di kawasan perdagangan pada setiap kelurahan 5 3 Luas penggunaan lahan Kecamatan Bogor Selatan 8 4 Luas alokasi ruang di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW tahun dan RTRW tahun Luas kawasan pertanian pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW Luas kawasan pemukiman pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW Luas kawasan perdagangan dan jasa di setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW Luas kawasan industri di setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatandalam RTRW dan RTRW Luas kawasan pemerintahan di setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW Luas kawasan ruang terbuka hijau di setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW Luas kawasan TPU di setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW Kesesuaian pengalokasian ruang Kecamatan Bogor Selatan berdasarkanrtrw tahun Luas penggunaan kawasan pemukiman yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas penggunaan kawasan perdagangan dan jasa yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas penggunaan kawasan industri yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas penggunaan kawasan pemerintahan yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas penggunaan kawasan ruang terbuka hijau yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas penggunaan kawasan tempat pemakaman umum yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Kesesuaian pengalokasian ruang Kecamatan Bogor Selatan berdasarkanrtrw tahun Luas penggunaan kawasan pemukiman yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas pengggunaan kawasan perdagangan dan jasa yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas penggunaan kawasan industri yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas pengggunaan kawasan pemerintahan yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun

13 24 Luas pengggunaan kawasan ruang terbuka hijau yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Luas penggunaan kawasan tempat pemakaman umum yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Rata-rata nilai land rentuntuk perdagangan di kawasan perdagangan dan pemukiman Rata-rata nilai land rent untuk perdagangan di setiap kelurahan Rata-rata nilai land rentuntuk perdagangan berdasarkan jenis usaha Rata-rata nilai land rent untuk pemukiman di kawasan pemukiman perdagangan, dan pertanian Rata-rata nilai land rent untuk pemukiman di setiap kelurahan Rata-rata nilai land rent untuk pertanian 26 DAFTAR GAMBAR 1 Peta administrasi lokasi penelitian 2 2 Bagan alir penelitian 4 3 Peta RTRW Kecamatan Bogor Selatan tahun Peta RTRW Kecamatan Bogor Selatan tahun `10 DAFTAR LAMPIRAN 1 Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data land rent di kawasan pertanian Kecamatan Bogor Selatan 30 2 Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data landrent di kawasan perdagangan Kecamatan Bogor Selatan 31 3 Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data landrent di kawasan pemukiman Kecamatan Bogor Selatan 35 4 Kuesioner pengumpulan data land rent 40 5 Peta sebaran sampling land rent di kawasanperdagangan :(a)kel.genteng;(b) Kel. Harjasari; (c) Kel. Kertamaya;(d) Kel.Mulyaharja; (e) Kel. Pamoyanan 45 6 Peta sebaran sampling land rent di kawasan pemukiman : (a) Kel. Bojongkerta; (b) Kel. Mulyaharja; (c) Kel. Pamoyanan;(d) Kel. Rancamaya 47 7 Peta sebaran sampling land rent di kawasan pertanian, Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan 49 8 Data input dan ouput land rent di kawasan perdagangan 50 9 Data input dan ouput land rent di kawasan pemukiman Data input dan ouput land rent di kawasan pertanian Peta perubahan alokasi ruang kawasan pertanian di Kecamatan BogorSelatan Peta perubahan alokasi ruang kawasan pemukiman di KecamatanBogor Selatan 61

14 xiv 13 Peta perubahan alokasi ruang kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Bogor Selatan Peta perubahan alokasi ruang kawasan industri di Kecamatan Bogor Selatan Peta perubahan alokasi ruang kawasan pemerintahan di Kecamatan Bogor Selatan Peta perubahan alokasi ruang kawasan RTH di Kecamatan Bogor Selatan Peta perubahan alokasi ruang kawasan TPU di Kecamatan Bogor Selatan Peta penggunaan kawasan pertanian dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan pemukiman dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan perdagangan dan jasa dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan industri dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan pemerintahan dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan RTH dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan TPU dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan pertanian dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan pemukiman dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan perdagangan dan jasa dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan industri dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan pemerintahan dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan RTH dalam RTRW tahun Peta penggunaan kawasan TPU dalam RTRW tahun

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Bogor tahun merupakan penyempurnaan dari RTRW tahun untuk menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu keterpaduan, keserasian dan keseimbangan. Perubahan kebijakan tersebut akan mempengaruhi bentuk penggunaan lahan, terutama kesesuaian penggunaan lahan pada kawasan yang ditetapkan dalam RTRW. Keterpaduan, keserasian, dan keseimbangan sangat penting dalam upaya meningkatkan sinergi, efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pembangunan yang dalam pelaksanaannya menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam melaksanakan fungsinya masing-masing dalam mengisi pembangunan (Ernawi 2007). Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensinya akan menimbulkan bencana dalam suatu ekosistem wilayah secara luas. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensinya dapat disebabkan oleh tingginya nilai land rent. Kondisi ini memicu terjadinya alih fungsi lahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rustiadi (2001) yang mengemukakan bahwa economic land rent menjadi faktor penentu apresiasi pasar atas lahan. Kecamatan Bogor Selatan merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama sebagai kawasan budidaya yang direncanakan berdasarkan potensi lahannya (Bappeda 2011). Karena fungsi utamanya sebagai kawasan budidaya maka aktivitas-aktivitas budidaya di berbagai sektor akan begitu tinggi, sehingga berpengaruh terhadap bentuk penggunaan lahan, kesesuaian pengalokasian ruang, dan nilai land rent. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui jenis penggunaan lahan Kecamatan Bogor Selatan 2. Menganalisis perubahan alokasi ruang pada RTRW tahun menjadi RTRW tahun Kecamatan Bogor Selatan 3. Menganalisis kesesuaian pengalokasian ruang Kecamatan Bogor Selatan berdasarkan RTRW tahun dan RTRW tahun Menganalisis nilai land rent penggunaan lahan untuk perdagangan, pemukiman, dan pertanian di Kecamatan Bogor Selatan

16 2 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Desember Lokasi penelitian dilakukan di wilayah administrasi Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Analisis data dilaksanakan di Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Gambar 1. Peta administrasi lokasi penelitian Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Worldview Kecamatan Bogor Selatan tahun 2011, peta administrasi Kecamatan Bogor Selatan, dan peta RTRW Kecamatan Bogor Selatan tahun dan tahun Citra Worldview Kecamatan Bogor Selatan diperoleh dari Departemen Pertanian, sedangkan peta RTRW Kecamatan Bogor Selatan diperoleh dari Bappeda Kota Bogor. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), perangkat keras berupa komputer dan kamera, serta perangkat lunak berupa Arc Gis versi 9.3 dan Microsoft Office.

17 3 Pelaksanaan Penelitian Bagan alir penelitian disajikan pada Gambar 2. Pelaksanaan penelitian terdiri dari lima tahap kegiatan, yaitu : (1) persiapan, (2) pemetaan penggunaan lahan, (3) analisis perubahan alokasi ruang RTRW dan kesesuaian pengalokasian ruang, (4) pengumpulan data land rent, dan (5) analisis nilai land rent. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan dilakukan pengumpulan data dan koreksi geometrik. Data yang dikumpulkan berupa citra Worldview Kecamatan Bogor Selatan tahun 2011, peta administrasi Kecamatan Bogor Selatan, dan peta RTRW Kecamatan Bogor Selatan tahun dan tahun Koreksi geometrik dilakukan pada citra Worldview dan peta RTRW Kecamatan Bogor Selatan. Koreksi geometrik digunakan untuk menghilangkan distorsi geometrik pada citra dan mendapatkan hubungan antara sistem koordinat citra (baris,kolom) denganproyeksi peta. Sistem koordinat yang digunakan yaitu WGS 1984 UTM Zone 48S, dikarenakan proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) Indonesia masuk di dalam zona (Prasetyo 2011) dan Kota Bogor berada pada zona 48. Pemetaan Penggunaan Lahan Interpretasi penggunaan lahan Kecamatan Bogor Selatan dari citra Worldview dilakukan secara visual pada layar monitor dengan pendekatan unsur unsur interpretasi. Unsur-unsur interpretasi yang digunakan adalah rona, ukuran, bentuk, tekstur, pola, situs, dan asosiasi. Interpretasi penggunaan lahan pada citra dilakukan dengan menggunakan software Arc Gis 9.3. Sebelum melakukan interpretasi citra, terlebih dahulu dilakukan pembuatan file berupa shapefile polygon dan polyline melalui Arc Catalog pada software ArcGis 9.3. Shapefile polygon digunakan untuk melakukan penarikan batas/penentuan objek-objek yang berbentuk area atau luasan seperti sawah, kolam, pemukiman, batas kelurahan, dan lain-lain. Shapefile polyline digunakan untuk penarikan batas/penentuan objek-objek yang berbentuk garis memanjang seperti jalan, rel kereta api, pipa air, dan lain-lain. Analisis Perubahan Alokasi Ruang RTRW dan Kesesuaian Pengalokasian Ruang Analisis perubahan RTRW Kecamatan Bogor Selatan dilakukan dengan menumpang tindihkan antara peta RTRW tahun dengan peta RTRW tahun Sementara itu, analisis kesesuaian pengalokasian ruang Kecamatan Bogor Selatan dilakukan dengan cara menumpang tindihkan antara peta penggunaan lahan tahun 2011 dengan peta RTRW tahun dan peta RTRW tahun Kecamatan Bogor Selatan. Proses tumpang tindih dilakukan dengan menggunakan software ArcGis 9.3.

18 4 4 Citra Worldview Kec. Bogor Selatan tahun 2011 Software ArcGis 9.3 Koreksi geometri Pemetaan Penggunaan Lahan Peta penggunaan lahan Kecamatan Bogor Selatan tahun 2011 RTRW tahun Kec. Bogor Selatan RTRW tahun Kec. Bogor Selatan Overlay Overlay Overlay Kesesuaian pengalokasian ruang berdasarkan RTRW tahun Perubahan alokasi ruang RTRW Kec. Bogor Selatan Kesesuaian pengalokasian ruang berdasarkan RTRW tahun Titik pengumpulan data land rent : - kawasan perdagangan - kawasan pemukiman - kawasan pertanian \ Pengumpulan data land rent Analisis land rent Gambar 2. Bagan alir penelitian Nilailand rent : - kawasan perdagangan - kawasan pemukiman - kawasan pertanian \

19 Pengumpulan Data Land Rent Pengumpulan data land rent didasarkan pada kesesuaian pengalokasian ruang pada RTRW tahun Pengumpulan data land rent dilakukan pada penggunaan lahan perdagangan, pemukiman, dan pertanian. Lokasi pengumpulan data dilaksanakan di kawasan perdagangan, pemukiman, dan pertanian yang penggunaannya sesuai dan tidak sesuai dengan pola ruang yang telah ditetapkan. Jumlah lokasi pengumpulan data land rent ditentukan berdasarkan 30% jumlah total kelurahan yang memiliki luas terbesar penggunaan lahan sesuai RTRW. Jumlah titik sampel di setiap kelurahan yang dipilih ditentukan berdasarkan 30% luas penggunaan lahan sesuai RTRW dan tidak sesuai RTRW. Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data disajikan pada Lampiran 1, 2, dan 3. Jumlah lokasi dan titik sampel penggunaan lahan yang diambil di kawasan perdagangan, pemukiman, dan pertanian, sebagai berikut : 1. Kawasan Perdagangan Kawasan perdagangan terletak di lima belas kelurahan, sehingga data land rent dikumpulkan pada lima kelurahan yaitu Kelurahan Genteng, Harjasari, Kertamaya, Mulyaharja, dan Pamoyanan. Jumlah titik sampel di lima kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah titik sampel di kawasan perdagangan pada setiap kelurahan No. Kelurahan Jumlah Titik Sampel Sesuai RTRW Tidak Sesuai RTRW 1. Genteng Harjasari Kertamaya Mulyaharja Pamoyanan 6 6 Total Kawasan Pemukiman Kawasan pemukiman terletak di sebelas kelurahan, sehingga data land rent dikumpulkan pada empat kelurahan, yaitu Kelurahan Bojongkerta, Mulyaharja, Pamoyanan, dan Rancamaya. Jumlah titik sampel di empat kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah titik sampel di kawasan pemukiman pada setiap kelurahan No. Kelurahan Jumlah Titik Sampel Sesuai RTRW Tidak Sesuai RTRW 1. Bojongkerta Mulyaharja Pamoyanan Rancamaya 9 2 Total Kawasan Pertanian Kawasan pertanian hanya terletak di satu kelurahan, yaitu Kelurahan Cikaret, sehingga data land rent dikumpulkan pada kelurahan ini. Jumlah titik sampel di kawasan pertanian untuk penggunaan pertanian sebanyak delapan titik dan untuk penggunaan pemukiman sebanyak dua titik. 5

20 6 Pengumpulan data land rent di kawasan perdagangan, pemukiman, dan pertanian menggunakan alat bantu kuesioner. Kuesioner pengumpulan data land rent disajikan pada Lampiran 4. Sementara, peta sebaran sampling land rent di kawasan perdagangan, pemukiman, dan pertanian disajikan pada Lampiran 5, 6, dan 7. Data input dan ouput land rent di kawasan perdagangan, pemukiman, dan pertanian disajikan pada Lampiran 8, 9, dan 10. Analisis Nilai Land Rent Analisis nilai Nilai land rent dari penggunaan lahan dihitung dengan menggunakan rumus LR = Y (m-c) Y.t.d, dengan : LR = land rent (Rp/m 2 /tahun) Y = output per unit lahan (kg/m 2 ) m = harga satuan output (Rp/kg) c = biaya produksi per satuan output (Rp/kg) t = biaya transportasi per satuan output (Rp/kg/ km) d = jarak antara lokasi produksi dengan pusat pasar (km)

21 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan di Kecamatan Bogor Selatan Hasil interpretasi penggunaan lahan dari citra Worldview Kecamatan Bogor Selatan tahun 2011 disajikan pada Gambar 3. Jenis penggunaan lahan di wilayah ini meliputi permukiman, kebun campuran, ladang, sawah, permukiman rumah mewah, lahan terbuka, semak belukar, TPU, situ, perdagangan dan jasa, industri, sungai, lapangan olahraga, dan pemerintahan. Gambar 3. Peta penggunaan lahan Kecamatan Bogor Selatan Luas penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Selatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas untuk permukiman dan terkecil untuk pemerintahan. Luasnya penggunaan lahan untuk permukiman dikarenakan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahun. Sesuai data BPS Kota Bogor (2010), pertambahan penduduk di Kecamatan Bogor Selatan dari tahun meningkat 20% yaitu sebanyak jiwa. Rendahnya penggunaan lahan untuk pemerintahan dikarenakan pusat pemerintahan Kota Bogor adalah di Kecamatan Bogor Tengah, sehingga proporsi penggunaan lahan untuk pemerintahan di Kecamatan Bogor Selatan hanya sedikit.

22 8 8 Tabel 3. Luas penggunaan lahan Kecamatan Bogor Selatan No. Kelurahan Permukiman Kebun Campuran Ladang Sawah Permukiman Rumah Mewah Lahan Terbuka Luas (Ha) Semak Belukar TPU Situ Perdagangan dan Jasa Industri Sungai Lap Olahraga Pemerintahan 1. Batu Tulis Bojongkerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari Kertamaya Lawang Gintung 11. Muarasari Mulyaharja Pakuan Pamoyanan Rancamaya Rangga Mekar Total (Ha) Total (Ha)

23 Penggunaan lahan untuk permukiman dan permukiman rumah mewah terluas di Kelurahan Mulyaharja karena lokasinya yang dekat dengan taman wisata The Jungle Bogor dan pusat perdagangan. Kebun campuran terluas di Kelurahan Pamoyanan dan ladang terluas di Kelurahan Kertamaya diduga karena mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Sawah terluas di Kelurahan Mulyaharja karena dipengaruhi kondisi geografis kelurahan yang didominasi lereng datar sampai landai (2-15%) dan dilewati anak sungai Cisadane. Lahan terbuka dan semak belukar terluas di Kelurahan Kertamaya karena dipengaruhi kondisi geografis kelurahan yang didominasi lereng yang curam (25-40%) (Kecamatan Bogor Selatan dalam Angka 2010). Tempat pemakaman umum terluas di Kelurahan Genteng karena terdapat kawasan tempat pemakaman umum di kelurahan tersebutdan lapangan olahraga terluas di Kelurahan Lawang Gintung. Penggunaan lahan untuk pemerintahan, perdagangan dan jasa terluas di Kelurahan Empang karena letak kelurahan ini yang strategis, berada di dekat jalan arteri sekunder Kota Bogor dan berbatasan dengan Kecamatan Bogor Tengah yang menjadi pusat aktivitas masyarakat Kota Bogor. Industri terluas di Kelurahan Harjasari karena kelurahan ini letaknya juga strategis, berbatasan dengan jalan arteri sekunder yang menghubungkan Kota Bogor dengan Kabupaten Bogor. 9 Analisis Perubahan Alokasi Ruang pada RTRW Tahun Menjadi RTRW Tahun di Kecamatan Bogor Selatan Pola ruang Kecamatan Bogor Selatan di dalam RTRW tahun dan RTRW tahun disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Luasnya disajikan pada Tabel 4. Gambar 4 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa pola ruang di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW tahun diarahkan untuk kawasan budidaya (100%). Gambar 5 menunjukkan bahwa di dalam RTRW tahun pola ruang diarahkan menjadi kawasan budidaya (91.7%) dan lindung (8.3%). Kawasan lindung terdiri dari sempadan infrastruktur dan sungai. Penambahan perencanaan sempadan infrastruktur dikarenakan Kecamatan Bogor Selatan memiliki fungsi utama untuk budidaya (Bappeda 2011), sehingga ditetapkan daerah sempadan untuk melindungi infrastruktur kota. Penambahan perencanaan sempadan sungai dikarenakan kecamatan ini dilewati Sungai Cisadane sehingga ditetapkan daerah sempadan untuk menjaga kelestarian sungai. Tabel 4 menunjukkan bahwa dalam RTRW tahun terjadi peningkatan luas perencanaan pada kawasan pertanian, industri, dan tempat pemakaman umum (TPU). Penurunan luas perencanaan terdapat pada kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan, dan ruang terbuka hijau (RTH). Peningkatan luas kawasan pertanian diduga karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kecamatan Bogor Selatan adalah bertani. Peningkatan luas untuk kawasan industri diduga untuk upaya meningkatkan perekonomian masyarakat dan pengelolaan sumberdaya alam di kecamatan tersebut. Peningkatan luas kawasan TPU diduga karena Kecamatan Bogor Selatan memiliki kepadatan penduduk paling rendah dibandingkan kecamatan lain, sehingga alokasi lahan untuk TPU masih sangat besar. Sesuai data BPS Kota Bogor (2010), kepadatan

24 10 penduduk Kecamatan Bogor Selatan sebesar jiwa/km 2, sementara kecamatan lain mencapai lebih dari jiwa/km 2. Gambar 4. Peta RTRW Kecamatan Bogor Selatan tahun Gambar 5. Peta RTRW Kecamatan Bogor Selatan tahun

25 Tabel 4. Luas alokasi ruang di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW tahun dan RTRW tahun Luas No. Alokasi Ruang RTRW RTRW Ha % Ha % Kawasan Budidaya 1. Pertanian Permukiman KDB Rendah Kepadatan Rendah Kepadatan Sedang Kepadatan Tinggi Perdagangan dan Jasa Industri Pemerintahan Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau / Taman / Lapangan Olahraga 8. Tempat Pemakaman Umum Total Kawasan Lindung 1. Sempadan Infrastruktur Sempadan Sungai Total Penurunan luas perencanaan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa diduga karena adanya penambahan kawasan lindung, sehingga proporsi budidaya yang sebelumnya paling dominan seperti permukiman, perdagangan dan jasa dikurangi. Penurunan luas perencanaan kawasan ruang terbuka hijau (RTH) diduga karena kecamatan ini memilki kepadatan penduduk yang rendah, sehingga alokasi RTH lebih diutamakan di kecamatan lain yang memiliki kepadatan penduduk lebih tinggi. Di dalam RTRW tahun terjadi perubahan letak kawasan pertanian dari Kelurahan Mulyaharja ke Kelurahan Cikaret. Peta perubahannya disajikan pada Lampiran 11. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 5. Perubahan letak terjadi karena selama tahun banyak terjadi perubahan penggunaan pertanian menjadi permukiman di Kelurahan Mulyaharja. Tabel 5. Luas kawasan pertanian pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW No. RTRW Letak kawasan Luas (ha) Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Cikaret 69 Kawasan permukiman dalam RTRW tahun dikelompokkan lebih detil dibandingkan dalam RTRW karena untuk mempermudah mengukur kepadatan jiwa di setiap kelurahan. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa kawasan permukiman dalam RTRW tahun terluas di Kelurahan Kertamaya dan terkecil di Kelurahan Batu Tulis. Di dalam RTRW tahun terluas di Kelurahan Mulyaharja dan terkecil di Kelurahan Batu Tulis. Luasnya perencanaan kawasan 11

26 12 permukiman di Kelurahan Kertamaya dan Mulyaharja karena lokasi kelurahan yang strategis, dekat dengan akses jalan arteri sekunder Kota Bogor, taman wisata Jungle Bogor dan pusat perdagangan Kecamatan Bogor Selatan. Rendahnya luas perencanaan di Kelurahan Batu Tulis karena kelurahan ini lebih diutamakan sebagai kawasan perdagangan dan jasa.. Peta perubahannya disajikan pada Lampiran 12 Tabel 6. Luas kawasan permukiman pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW Luas dalam RTRW (Ha) No. Kelurahan Tahun Tahun Pemu KDB Total Kepadatan Kepadatan Kepadatan Total kiman rendah rendah sedang tinggi 1. Batu Tulis Bojongkerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari Kertamaya Lawang Gintung Muarasari Mulyaharja Pakuan Pamoyanan Rancamaya Rangga Mekar Total Luas kawasan perdagangan dan jasa pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW tahun dan RTRW tahun disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa kawasan perdagangan dan jasa dalam RTRW tahun terluas di Kelurahan Pamoyanan dan terkecil di Kelurahan Batu Tulis. Di dalam RTRW tahun terluas di Kelurahan Mulyaharja dan terkecil di Kelurahan Bojongkerta. Besarnya luas kawasan ini di Kelurahan Pamoyanan dan Mulyaharja karena kedua kelurahan bersebelahan dan berada di dekat taman wisata The Jungle Bogor dan permukiman real estate BNR. Dalam RTRW tahun tidak terdapat kawasan perdagangan di Kelurahan Rancamaya. Hal ini dikarenakan lokasi kelurahan yang sangat jauh dari pusat aktivitas masyarakat dan jalan arteri sekunder. Umumnya perdagangan dan jasa banyak didirikan di dekat jalan, sehingga memudahkan aksesibilitas. Selain itu, dalam RTRW tahun , luas kawasan perdagangan di Kelurahan Batu Tulis, Empang, Kertamaya, dan Lawang Gintung mengalami peningkatan luas. Peningkatan luas kawasan ini diduga karena kelurahan tersebut menjadi pusat perdagangan di Kecamatan Bogor Selatan. Kelurahan Bojongkerta, Muarasari, dan Pamoyanan mengalami penurunan luas kawasan perdagangan dan jasa yang cukup signifikan. Penurunan tersebut disebabkan kawasan perdagangan dan jasa berubah penggunaannya menjadi kawasan permukiman. Peta perubahannya disajikan pada Lampiran 13

27 Tabel 7. Luas kawasan perdagangan dan jasa pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW No. Kelurahan Luas dalam RTRW (Ha) Tahun Tahun Batu Tulis Bojongkerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari Kertamaya Lawang Gintung Muarasari Mulyaharja Pakuan Pamoyanan Rancamaya Rangga Mekar Total Luas kawasan industri pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan di dalam RTRW dan RTRW disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa kawasan industri dalam RTRW tahun dan RTRW tahun terluas di Kelurahan Harjasari. Kelurahan Harjasari berada di dekat jalan arteri sekunder Kota Bogor yang menghubungkan Kota dengan Kabupaten Bogor, sehingga lokasinya sangat strategis untuk industri. Dalam RTRW tahun tidak terdapat kawasan industri di Kelurahan Empang, Lawang Gintung, dan Muarasari, karena berubah menjadi kawasan permukiman. Hal ini dikarenakan selama periode tahun penggunaan lahan di kelurahan tersebut berubah untuk permukiman. Peta perubahannya disajikan pada Lampiran 14. Tabel 8. Luas kawasan industri pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW No. Kelurahan Luas dalam RTRW (Ha) Tahun Tahun Batu Tulis Empang Harjasari Lawang Gintung Muarasari Pakuan Total Luas kawasan pemerintahan di setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan di dalam RTRW tahun dan RTRW tahun disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 menunjukkan bahwa kawasan pemerintahan dalam RTRW tahun terluas di Kelurahan Empang dan terkecil di Kelurahan Rangga Mekar. Di dalam RTRW tahun kawasan ini terluas di Kelurahan 13

28 14 Pakuan dan terkecil di Kelurahan Kertamaya. Selain itu, tidak terdapat kawasan pemerintahan pada Kelurahan Batu Tulis, Cikaret, Cipaku, Empang, Genteng, Lawang Gintung, Muarasari, dan Rangga Mekar. Kondisi ini diduga karena pemerintahan di kelurahan tersebut sudah ada. Peta perubahannya disajikan pada Lampiran 15. Tabel 9. Luas kawasan pemerintahan pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW No. Kelurahan Luas dalam RTRW (Ha) Tahun Tahun Batu Tulis Cikaret Cipaku Empang Genteng Kertamaya Lawang Gintung Muarasari Pakuan Rangga Mekar Total Dalam RTRW tahun , kawasan ruang terbuka hijau juga diarahkan sebagai lapangan olahraga atau taman, yang artinya pada kawasan ruang terbuka hijau bisa diperuntukkan sebagai lapangan olahraga atau taman. Berbeda dengan RTRW tahun , kawasan ruang terbuka hijau dipisahkan dari kawasan fasilitas olahraga dan taman. Luasnya disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa kawasan ruang terbuka hijau dalam RTRW tahun terluas di Kelurahan Genteng dan terkecil di Kelurahan Bojongkerta. Di dalam RTRW tahun kawasan ini terluas di Kelurahan Pamoyanan dan terkecil di Kelurahan Empang. Selain itu, tidak terdapat pengalokasian kawasan ruang terbuka hijau di Kelurahan Batu Tulis, Bojongkerta, Cikaret, Genteng, Harjasari, Kertamaya, Lawang Gintung, Muarasari, Mulyaharja, dan Pakuan. Kawasan ruang terbuka hijau yang dulunya berada di Kelurahan tersebut dialokasikan menjadi kawasan permukiman dan kawasan tempat pemakaman umum. Hal ini dikarenakan dalam RTRW tahun luas perencanaan untuk kawasan ini mengalami penurunan yaitu sebesar 15.3 Ha. Selain itu, banyak terjadi perubahan penggunaan menjadi permukiman di kawasan tersebut. Peta perubahannya disajikan pada Lampiran 16. Luas kawasan tempat pemakaman umum pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan di dalam RTRW dan RTRW disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa kawasan tempat pemakaman umum dalam RTRW tahun terluas di Kelurahan Pamoyanan dan terkecil di Kelurahan Genteng. Di dalam RTRW tahun kawasan ini terluas di Kelurahan Genteng dan terkecil di Kelurahan Muarasari. Selain itu, tidak terdapat kawasan tempat pemakaman umum pada Kelurahan Mulyaharja, Pamoyanan, dan Rangga Mekar. Kawasan tempat pemakaman umum yang dulunya berada di kelurahan tersebut berubah menjadi

29 kawasan permukiman. Hal ini diduga karena selama periode tahun terjadi perubahan penggunaan menjadi permukiman di kawasan tersebut. Peta perubahannya disajikan pada Lampiran 17. Tabel 10. Luas kawasan ruang terbuka hijau pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW No. Kelurahan Luas dalam RTRW (Ha) Tahun Tahun Batu Tulis Bojongkerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari Kertamaya Lawang Gintung Muarasari Mulyaharja Pakuan Pamoyanan Rancamaya Rangga Mekar Total Tabel 11. Luas kawasan TPU di setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan dalam RTRW dan RTRW No. Kelurahan Luas dalam RTRW (Ha) Tahun Tahun Batu Tulis Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari Kertamaya Muarasari Mulyaharja Pamoyanan Rangga Mekar Total Kesesuaian Pengalokasian Ruang di Kecamatan Bogor Selatan Kesesuaian Pengalokasian Ruang Berdasarkan RTRW Tahun Kesesuaian pengalokasian ruang Kecamatan Bogor Selatan berdasarkan RTRW tahun disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa pengalokasian ruang yang sesuai terluas di kawasan permukiman ( Ha) dan tidak sesuai terluas di kawasan perdagangan (228.6 Ha).

30 16 Tabel 12. Kesesuaian pengalokasian ruang Kecamatan Bogor Selatan berdasarkan RTRW tahun No. Kawasan Total Luas (Ha) Sesuai Luas (Ha) Tidak Sesuai Ha % Ha % Penggunaan Lahan 1 Pertanian Permukiman 2 Permukiman Industri,Perdagangan, Pendidikan, Pemerintahan 3 Perdagangan Industri, Permukiman, Pendidikan, Pemerintahan 4 Industri Permukiman, Perdagangan 5 Pemerintahan Permukiman, Perdagangan 6 RTH Permukiman 7 TPU Permukiman Total Luasnya pemanfaatan ruang yang sesuai untuk permukiman dikarenakan Kecamatan Bogor Selatan memiliki fungsi utama sebagai kawasan permukiman atau kota satelit I bagi kota inti Bogor Tengah (Bappeda 2012). Luasnya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai di kawasan perdagangan digunakan untuk industri, permukiman, pendidikan, dan pemerintahan karena kecenderungan masyarakat yang ingin tinggal di kawasan perdagangan, sehingga memudahkan dalam mobilitas. Kawasan pertanian di Kecamatan Bogor Selatan terletak di Kelurahan Mulyaharja. Kawasan ini tidak sesuai 12% digunakan untuk permukiman karena hak milik lahan sudah berpindah tangan. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 18. Pengalokasian kawasan permukiman tidak sesuai 2% digunakan untuk industri, perdagangan, pemerintahan, dan pendidikan. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 19.Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 menunjukkan bahwa penggunaan kawasan permukiman yang tidak sesuai terbesar digunakan untuk perdagangan dan jasa, terluas di Kelurahan Empang karena kecenderungan pengusaha yang ingin mendirikan usaha perdagangan di kawasan permukiman untuk memudahkan pemasaran produk. Selain itu, letaknya yang strategis berada di dekat jalan utama Kota Bogor dan berbatasan dengan Kecamatan Bogor Tengah. Pengalokasian kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Bogor Selatan tidak sesuai 55% digunakan untuk industri, permukiman, pemerintahan, dan pendidikan. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 20. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 14.Tabel 14 menunjukkan bahwa penggunaan kawasan perdagangan dan jasa terluas digunakan untuk permukiman karena masyarakat cenderung lebih memilih mendirikan tempat tinggal di dekat pusat perdagangan dan jasa untuk memudahkan mobilitas. Penggunaan kawasan perdagangan dan jasa yang tidak sesuai terluas di Kelurahan Mulyaharja karena sebagian besar lahan dimiliki oleh pengembang rumah mewah. Penggunaan lahan

31 untuk industri di kawasan perdagangan dan jasa diduga karena untuk memudahkan pembelian bahan baku, meminimalkan biaya transportasi dan pemasaran produk. Tabel 13. Luas penggunaan kawasan permukiman yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun No. Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Bojongkerta 3.8 Harjasari Industri Lawanggintung 4.5 Muarasari 0.5 Pamoyanan 0.8 Ranggamekar 1.7 Total 13.6 Batutulis 1.6 Bojongkerta 0.6 Bondongan 6.2 Cikaret 4.9 Cipaku Perdagangan Empang 7.6 Harjasari 0.5 Kertamaya 2.5 Mulyaharja 1.2 Pamoyanan 1.7 Rancamaya 1.4 Ranggamekar 0.6 Total Pemerintahan Cipaku 0.3 Empang 0.6 Total Tabel 14. Luas penggunaan kawasan perdagangan dan jasa yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun No. Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Harjasari 5.7 Muarasari Industri Pamoyanan 1.1 Ranggamekar 0.2 Total Permukiman Batutulis 6.8 Bojongkerta 1.4 Bondongan 15.2 Empang 10.5 Harjasari 22.6 Kertamaya 1.7 Lawang Gintung (RE) 8.2 Muarasari 14.4 Mulyaharja (RE) 44.9 Pakuan (RE) 36.2 Pamoyanan (RE) 27.4 Rangga Mekar (RE) 7.9 Total a RE = rumah mewah

32 18 Pengalokasian kawasan industri di Kecamatan Bogor Selatan tidak sesuai 67% digunakan untuk permukiman dan perdagangan. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 21. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 menunjukkan bahwa penggunaan kawasan industri terluas digunakan untuk permukiman diduga karena selama tahun lahan tidak digunakan untuk industri, sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk permukiman. Tabel 15. Luas penggunaan kawasan industri yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun No. Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Empang 0.2 Harjasari Permukiman Lawang Gintung (RE) 2.3 Muarasari 1.0 Pakuan 1.2 Total Perdagangan dan jasa Empang 0.8 Total 0.8 a RE = rumah mewah Pengalokasian kawasan pemerintahan di Kecamatan Bogor Selatan tidak sesuai 54% digunakan untuk permukiman dan perdagangan. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 22. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 menunjukkan bahwa penggunaan kawasan pemerintahan terluas digunakan untuk permukiman diduga karena selama tahun lahan tidak digunakan untuk pemerintahan, sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk permukiman. Tabel 16. Luas pengalokasian kawasan pemerintahan yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun No. Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Batutulis 9.7 Cikaret 0.6 Cipaku 1.2 Empang Permukiman Genteng 0.4 Lawang Gintung (RE) 3.3 Muarasari 0.4 Pakuan (RE) 1.5 Ranggamekar 0.5 Total Perdagangan dan jasa Empang 0.7 Total 0.7 a RE = rumah mewah Pengalokasian kawasan ruang terbuka hijau di Kecamatan Bogor Selatan tidak sesuai 17% digunakan untuk permukiman karena tingginya kebutuhan penduduk untuk tempat tinggal sebagai implikasi semakin sempitnya lahan yang tersedia. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 23. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 17.

33 Tabel 17. Luas penggunaan kawasan ruang terbuka hijau yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Batutulis 2.3 Cikaret 1.8 Cipaku 1.0 Genteng 9.2 Harjasari 0.0 Kertamaya (RE) 2.3 Permukiman Lawang Gintung (RE) 1.7 Muarasari 0.1 Mulyaharja (RE) 4.7 Pakuan 1.4 Pamoyanan (RE) 1.9 Rancamaya (RE) 4.8 Ranggamekar 0.9 Total 32.2 a RE = rumah mewah Pengalokasian kawasan tempat pemakaman umum di Kecamatan Bogor Selatan tidak sesuai 63% digunakan untuk permukiman diduga akibat semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk tempat tinggal. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 24. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Luas penggunaan kawasan tempat pemakaman umum yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Batutulis 0.7 Empang 3.1 Permukiman Mulyaharja (RE) 0.7 Pamoyanan (RE) 1.5 Total 6.0 a RE = rumah mewah 19 Kesesuaian Pengalokasian Ruang Berdasarkan RTRW Tahun Kesesuaian pengalokasian ruang Kecamatan Bogor Selatan berdasarkan RTRW tahun disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 menunjukkan bahwa pengalokasian ruang yang sesuai terluas di kawasan permukiman ( Ha) dan yang tidak sesuai terluas di kawasan perdagangan (145 Ha). Luasnya pemanfaatan ruang yang sesuai untuk permukiman dikarenakan Kecamatan Bogor Selatan memiliki fungsi utama sebagai kawasan permukiman atau kota satelit I bagi kota inti Bogor Tengah (Bappeda 2012). Sebaliknya, luasnya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai di kawasan perdagangan digunakan untuk industri, permukiman, pendidikan, dan pemerintahan karena kecenderungan masyarakat yang ingin tinggal di kawasan perdagangan, sehingga memudahkan dalam mobilitas. Kawasan pertanian dalam RTRW tahun terletak di Kelurahan Cikaret. Kawasan ini tidak sesuai 5% digunakan untuk permukiman karena hak milik lahan sudah berpindah tangan. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 25.

34 20 Tabel 19. Kesesuaian Pengalokasian ruang Kecamatan Bogor Selatan berdasarkan RTRW tahun No. Kawasan Total Luas (Ha) Sesuai Luas (Ha) Tidak Sesuai Ha % Ha % Penggunaan Lahan 1. Pertanian Permukiman 2. Permukiman Industri,Perdagangan 3. Perdagangan Industri, Permukiman 4. Industri Permukiman 5. Pemerintahan Permukiman 6. RTH Permukiman 7. TPU Permukiman, Total Pengalokasian kawasan permukiman tidak sesuai 6% digunakan untuk industri dan perdagangan. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 26. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 menunjukkan bahwa penggunaan kawasan permukiman terluas digunakan untuk industri di Kelurahan Lawang Gintung. Hal ini diduga karena pelaku industri ingin mendekati tempat tinggal penduduk, sehingga memudahkan dalam pemasaran produk. Selain itu, Kelurahan Lawang Gintung sangat strategis untuk industri karena berbatasan dengan Kecamatan Bogor Tengah yang menjadi pusat perdagangan Kota Bogor. Tabel 20. Luas penggunaan kawasan permukiman yang tidak sesuai pada setiap kelurahandalam RTRW tahun No. Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Bojongkerta 2.7 Harjasari Industri Lawanggintung 4.6 Muarasari 2.6 Pamoyanan 0.4 Ranggamekar 2.1 Total 14.4 Batutulis 0.4 Bojongkerta 0.5 Bondongan 1.4 Cikaret 1.7 Cipaku Perdagangan dan jasa Empang 3.2 Genteng 0.9 Mulyaharja 1.2 Pamoyanan 1.4 Rancamaya 1.4 Rangga Mekar 0.6 Total 14.1 Pengalokasian kawasan perdagangan dan jasa tidak sesuai 48% digunakan untuk industri dan permukiman. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 27.Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 menunjukkan bahwa penggunaan kawasan perdagangan dan jasa terluas digunakan untuk permukiman di Kelurahan Harjasari. Hal ini karena masyarakat ingin tinggal di

35 dekat pusat perdagangan untuk memudahkan mobilitas. Selain itu, kelurahan ini sangat strategis, berada di dekat jalan utama yang menghubungkan Kota dan Kabupaten Bogor. Tabel 21. Luas pengggunaan kawasan perdagangan dan jasa yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun No. Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Harjasari 0.4 Muarasari Industri Pamoyanan 0.2 Ranggamekar 0.2 Total Permukiman Batutulis 12.4 Bojongkerta 0.1 Bondongan (RE) 18.7 Cikaret 6.9 Cipaku (RE) 7.5 Empang 15.1 Genteng 5.7 Harjasari 22.0 Kertamaya 7.4 Lawang Gintung (RE) 9.2 Muarasari 2.6 Mulyaharja (RE) 24 Pakuan (RE) 5.4 Pamoyanan (RE) 18.9 Ranggamekar 5.0 Total a RE = rumah mewah Pengalokasian kawasan industri tidak sesuai 42% digunakan untuk permukiman dan terluas di Kelurahan Harjasari diduga karena di lokasi kawasan ini tidak didirikan industri, sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk permukiman. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 28.Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Luas penggunaan kawasan industri yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Batu Tulis (RE) 3.9 Permukiman Harjasari 5.5 Pakuan (RE) 1.6 Total 11 a RE = rumah mewah 21 Pengalokasian kawasan pemerintahan tidak sesuai 59% digunakan untuk permukiman, diduga karena lemahnya pengawasan oleh pemerintahan Kota Bogor terkait dengan pemberian izin mendirikan bangunan. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 29. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 23.

36 22 Tabel 23. Luas penggunaan kawasan pemerintahan yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Permukiman Kertamaya 0.5 Pakuan 6.3 Total 6.8 Pengalokasian kawasan ruang terbuka hijau tidak sesuai 3% digunakan untuk permukiman dan terluas di Kelurahan Rancamaya karena semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk kebutuhan rumah tinggal seiring meningkatnya jumlah penduduk. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 30. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Luas penggunaan kawasan ruang terbuka hijau yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Cipaku 0.1 Empang 0.1 Permukiman Pamoyanan 0.1 Rancamaya 0.2 Ranggamekar 0.1 Total 0.6 Pengalokasian kawasan tempat pemakaman umum tidak sesuai 12% digunakan untuk permukiman dan terluas di Kelurahan Genteng karena semakin semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk tempat tinggal seiring meningkatnya jumlah penduduk. Peta penggunaannya disajikan pada Lampiran 31. Luasnya di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Luas penggunaan kawasan tempat pemakaman umum yang tidak sesuai pada setiap kelurahan dalam RTRW tahun Penggunaan lahan Kelurahan Luas (Ha) Batutulis 0.4 Cikaret 0.9 Permukiman Cipaku 4.6 Empang 0.6 Genteng 10.4 Harjasari 0.5 Total 17.4 Analisis Nilai Land Rent di Kecamatan Bogor Selatan Nilai Land Rent untuk Perdagangan Rata-rata nilai land rent untuk perdagangan di kawasan perdagangan dan permukiman disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 menunjukkan bahwa lahan untuk perdagangan di kawasan perdagangan memiliki nilai land rent lebih besar dibandingkan dengan land rent di kawasan permukiman karena banyaknya jenis usaha yang berpusat atau beraglomerasi di kawasan perdagangan. Salah satu

37 keuntungan dengan adanya aglomerasi adalah penghematan biaya produksi, seperti biaya transportasi pembelian bahan baku dan pemasaran produk akibat lokasi yang berdekatan. Rendahnya nilai land rent untuk perdagangan di kawasan permukiman dikarenakan biaya transportasi yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku lebih besar akibat lokasi yang berjauhan dengan pusat perdagangan bahan baku. Tabel 26. Rata-rata nilai land rent untuk perdagangan di kawasan perdagangan dan permukiman No. Kawasan Nilai Land Rent (Rp/m 2 /thn) Minimum Maksimum Rata-rata 1. Perdagangan Permukiman Rata-rata Rata-rata nilai land rent untuk perdagangan di setiap kelurahan disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 menunjukkan bahwa rata-rata nilai land rent untuk perdagangan di kawasan perdagangan terbesar di Kelurahan Mulyaharja dan nilai terendah di Kelurahan Genteng. Nilai land rent untuk perdagangan di kawasan permukiman terbesar di Kelurahan Mulyaharja dan nilai terendah di Kelurahan Bojongkerta. Tabel 27. Rata-rata nilai land rent untuk perdagangan di setiap kelurahan No. Kelurahan Kawasan Nilai Land Rent (Rp/m 2 /thn) Minimum Maksimum Rata-rata 1. Harjasari Kertamaya Mulyharja Perdagangan Pamoyanan Genteng Rata-rata Bojongkerta Mulyaharja Permukiman 8. Pamoyanan Rancamaya Rata-rata Besarnya nilai land rent untuk perdagangan di Kelurahan Mulyaharja, baik di kawasan perdagangan maupun di kawasan permukiman disebabkan letaknya yang berdekatan dengan lokasi wisata The Jungle Bogor dan perumahan mewah Bogor Nirwana Residence. Banyaknya wisatawan yang datang ke tempat wisata The Jungle membuat jumlah konsumen semakin banyak dan meningkatkan pendapatan. Adanya perumahan mewah menyebabkan harga jual produk lebih tinggi dibandingkan di kawasan permukiman biasa karena menyesuaikan dengan harga sewa bangunan perdagangan. Rendahnya nilai land rent untuk perdagangan di Kelurahan Genteng dikarenakan kelurahan ini sebagian besar digunakan untuk kawasan tempat pemakaman umum (TPU), sehingga usaha perdagangan tidak berkembang. Rendahnya nilai land rent untuk perdagangan di Kelurahan Bojongkerta dikarenakan letaknya yang jauh dari pusat aktivitas penduduk dan jauh dari jalan arteri sekunder Kota Bogor. Sebagian besar lahan digunakan untuk permukiman dengan kepadatan rendah, sehingga aktivitas masyarakat untuk 23

38 24 perdagangan sangat rendah. Hal ini membuat usaha perdagangan di kelurahan ini tidak berkembang. Rata-rata nilai land rent untuk perdagangan berdasarkan jenis usaha disajikan pada Tabel 28. Tabel 28 menunjukkan bahwa nilai land rent terbesar untuk usaha warung internet, sedangkan nilai terendah untuk usaha toko elektronik. Besarnya nilai land rent usaha warung internet dipengaruhi oleh faktor lokasi warung internet. Lokasi yang dekat dengan kawasan permukiman, pemerintahan, dan fasilitas pendidikan membuat jumlah konsumen semakin banyak. Selain itu, luas lahan yang digunakan untuk warung internet relatif lebih kecil sehingga biaya input lahan tidak terlalu mahal. Rendahnya nilai land rent untuk toko elektronik dipangaruhi oleh besarnya biaya input seperti sewa ruko, listrik, lokasi toko dan luas lahan yang digunakan untuk bangunan. Nilai land rent untuk warung makan sangat dipengaruhi oleh faktor lokasi. Lokasi ini sangat menentukan banyak sedikitnya jumlah konsumen yang datang, sehingga akan mempengaruhi jumlah output yang diterima. Nilai land rent untuk bengkel motor dipengaruhi oleh besarnya biaya input seperti perawatan mesin dan listrik. Nilai land rent untuk toko bangunan dipengaruhi oleh luasnya lahan yang digunakan untuk bangunan dan gudang penyimpanan produk, sehingga biaya input lahan yang dikeluarkan relatif lebih besar. Tabel 28. Rata-rata nilai land rent untuk perdagangan berdasarkan jenis usaha No. Jenis Usaha Nilai Land Rent (Rp/m 2 /thn) Minimum Maksimum Rata-rata 1. Warung Makan Warung Internet Bengkel Motor Toko Bangunan Toko Elektronik Rata-rata Nilai Land Rent untuk Permukiman Rata-rata nilai land rent untuk permukiman di kawasan permukiman, perdagangan, dan pertanian disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 menunjukkan nilai land rent untuk permukiman di kawasan perdagangan memiliki nilai terbesar dan nilai land rent untuk permukiman di kawasan permukiman lebih besar dibandingkan di kawasan pertanian. Besarnya nilai land rent untuk permukiman di kawasan perdagangan dikarenakan nilai jual objek pajak (NJOP) pada kawasan perdagangan umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan permukiman dan pertanian. Nilai NJOP ini ditetapkan oleh pemerintah, terdiri dari harga lahan, kelas bangunan, nilainya bervariasi tergantung dari aksesibilitas, produktivitas lahan, dan kondisi fisik lahan atau bangunan. Rendahnya nilai land rent untuk permukiman di kawasan pertanian dipengaruhi faktor lokasi, kemudahan aksesibilitas ke jalan utama, dan nilai land rent kawasan pertanian yang rendah. Umumnya lahan pertanian berada jauh dari kawasan permukiman dan perdagangan, sehingga jarak yang ditempuh ke jalan utama lebih sulit. Hal ini menyebabkan nilai jual lahan untuk permukiman di kawasan pertanian menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan di kawasan permukiman dan perdagangan. Nilai land rent untuk permukiman di kawasan permukiman hampir sama dengan di kawasan perdagangan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor produktivitas

39 penggunaan lahan untuk perdagangan, sehingga mempengaruhi jumlah output yang didapatkan. Tabel 29. Rata-rata nilai land rent untuk permukiman di kawasan permukiman, perdagangan, dan pertanian No. Kawasan Nilai Land Rent (Rp/m 2 /thn) Minimum Maksimum Rata-rata 1. Permukiman Perdagangan Pertanian Rata-rata Rata-rata nilai land rent untuk perdagangan disetiap kelurahan disajikan pada Tabel 30. Tabel 30 menunjukkan nilai land rent untuk permukiman di kawasan permukiman terbesar di Kelurahan Rancamaya dan nilai terendah di Kelurahan Mulyaharja. Nilai land rent untuk permukiman di kawasan perdagangan terbesar di Kelurahan Genteng dan nilai terendah di Kelurahan Kertamaya. Pada kawasan pertanian nilai land rent untuk permukiman di Kelurahan Cikaret memiliki nilai terendah dibandingkan kelurahan lainnya pada kawasan permukiman dan perdagangan. Tabel 30. Rata-rata nilai land rent untuk permukiman di setiap kelurahan No. Kelurahan Kawasan Nilai Land Rent (Rp/m 2 /thn) Minimum Maksimum Rata-rata 1. Bojongkerta Mulyaharja Permukiman 3. Pamoyanan Rancamaya Rata-rata Harjasari Kertamaya Mulyaharja Perdagangan Pamoyanan Genteng Rata-rata Cikaret Pertanian Rata-rata Besarnya nilai land rent untuk permukiman di Kelurahan Rancamaya dikarenakan di wilayah tersebut sebagian besar merupakan permukiman rumah mewah dan lokasinya dekat dengan akses jalan tol, sehingga mempengaruhi nilai jual tanah di kelurahan tersebut. Nilai land rent untuk permukiman di Kelurahan Bojongkerta, Mulyaharja, dan Pamoyanan, juga dipengaruhi oleh banyaknya permukiman rumah mewah, akan tetapi jika dibandingkan dengan kelurahan Rancamaya aksesibilitasnya ke jalan tol lebih jauh, sehingga nilai jualnya lebih rendah. Besarnya nilai land rent lahan untuk permukiman pada kawasan perdagangan di Kelurahan Genteng dipengaruhi oleh nilai bangunan yang tinggi. Nilai tanah di Kelurahan Genteng lebih rendah dibandingkan Kelurahan Harjasari dan Mulyaharja, akan tetapi nilai bangunan di kelurahan ini umumnya lebih tinggi. Nilai land rent lahan untuk permukiman pada kawasan perdagangan di Kelurahan Pamoyanan lebih besar dibandingkan di kawasan permukiman. Hal ini 25

40 26 dipengaruhi oleh nilai jual objek pajak (NJOP) di kawasan perdagangan yang lebih besar dibandingkan dengan di kawasan permukiman. Nilai NJOP ini ditetapkan oleh pemerintah. Rendahnya nilai land rent lahan untuk permukiman pada kawasan pertanian di Kelurahan Cikaret dipengaruhi oleh faktor lokasi dan kemudahan aksesibilitas ke jalan utama. Lahan pertanian memiliki produktivitas lahan yang tinggi, akan tetapi faktor lokasi dan aksesibilitas ini membuat nilai jual lahan menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan kawasan perdagangan dan permukiman. Nilai Land Rent untuk Pertanian Rata-rata nilai land rent untuk pertanian disajikan pada Tabel 31. Tabel 31 menunjukkan nilai land rent untuk padi memiliki nilai terbesar, sedangkan nilai terendah untuk jagung. Besarnya nilai land rentuntuk padi dikarenakan harga jual padi yangi lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya, sehingga jumlah output yang didapat relatif lebih besar. Rendahnya nilai land rent untuk jagung dipengaruhi oleh harga jual yang relatif rendah dan besarnya biaya input yang harus dikeluarkan terutama dalam pengolahan lahan, pembelian benih, pemakaian pupuk, dan biaya pasca panen. Nilai land rent untuk talas dipengaruhi oleh harga jual talas yang cukup tinggi dan rendahnya biaya input seperti bibit yang mudah didapatkan, sehingga petani tidak mengeluarkan biaya untuk membeli bibit. Nilai land rent untuk singkong juga dipengaruhi oleh rendahnya biaya input seperti bibit yang mudah didapatkan, akan tetapi harga jual singkong relatif lebih rendah dibandingkan dengan talas. Selain itu, dalam setahun masa tanam talas dapat dilakukan sebanyak tiga kali, berbeda dengan singkong yang masa tanamnya hanya sekali dalam setahun. Hal ini sangat mempengaruhi jumlah output yang diterima petani talas dan singkong. Nilai land rent untuk tanaman timun dipengaruhi besarnya biaya input yang dikeluarkan, terutama dalam pengolahan lahan dan pemakaian pupuk. Harga jual tanaman timun lebih tinggi dibandingkan talas dan singkong, akan tetapi tingginya biaya input yang dikeluarkan sangat mempengaruhi pendapatan bersih petani. Tabel 31. Rata-rata nilai land rent untuk pertanian No. Kelurahan Komoditas Nilai Land Rent (Rp/m 2 /thn) Minimum Maksimum Rata-rata 1. Cikaret Padi Cikaret Talas Cikaret Jagung Cikaret Timun Cikaret Singkong Rata-rata 7.932

41 27 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Selatan dari yang terluas adalah permukiman, kebun campuran, ladang, sawah, permukiman rumah mewah, lahan terbuka, semak belukar, TPU, situ, perdagangan dan jasa, industri, sungai, lapangan olahraga, dan pemerintahan. Alokasi ruang RTRW tahun dalam RTRW tahun berubah dari kawasan budidaya (100%) menjadi kawasan lindung (8.3%) dan budidaya (91.7%). Kawasan lindung terdiri dari sempadan infrastruktur dan sempadan sungai. Kawasan permukiman berubah dari permukiman dan permukiman koefisien dasar bangunan (KDB) rendah menjadi permukiman kepadatan rendah, sedang, dan tinggi. Kawasan RTH berubah dari kawasan RTH / taman / lapangan olahraga menjadi kawasan RTH. Dalam RTRW tahun terjadi peningkatan luas perencanaan pada kawasan pertanian, industri, dan tempat pemakaman umum (TPU). Penurunan luas perencanaan terdapat pada kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan, dan ruang terbuka hijau (RTH). Kesesuaian pengalokasian ruang di Kecamatan Bogor Selatanberdasarkan RTRW tahun pada kawasan pertanian (88%), permukiman (98%), perdagangan dan jasa (45%), industri (33%), pemerintahan (46%), RTH (83%), dan TPU (63%). Kesesuaian pengalokasian ruang berdasarkan RTRW tahun pada kawasan pertanian (95%), permukiman (94%), perdagangan dan jasa (52%), industri (58%), pemerintahan (41%), RTH (97%), dan TPU (88%). Rata-rata nilai land rentdi Kecamatan Bogor Selatanuntuk perdagangan Rp /m 2 /tahun, untuk permukiman Rp /m 2 /tahun, dan untuk pertanian Rp /m 2 /tahun. Saran Perlu ketegasan dari pemerintah Kota Bogor, khususnya Kecamatan Bogor Selatan dalam penerapan aturan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap arahan RTRW yang telah ditetapkan.

42 28 DAFTAR PUSTAKA [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Rencana Pengembangan dan Penataan Ruang Kota Bogor tahun [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang Kota Bogor. 2 : [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun [BPS] Badan Pusat Statistik Kecamatan Bogor Selatan dalam Angka. hlm 2, 16. [BPS] Badan Pusat Statistik Statistik Data Kota Bogor. hlm 1, 4. Ernawi I Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan. Konferensi Nasional Teknik Jalan ke-8 HPJI. Jakarta. Prasetyo A Modul Dasar ArcGis : Aplikasi Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor ; Institut Pertanian Bogor (IPB). Rustiadi E Alih Fungsi Lahan Dalam Perspektif Lingkungan Perdesaan. Lokakarya Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan Kawasan Perdesaan di Cibogo; 2001 Mei 10-11; Bogor. hlm

43 LAMPIRAN 29

44 30 30 Lampiran 1. Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data land rent di kawasan pertanian Kecamatan Bogor Selatan Tabel L1a. Penggunaan lahan sesuai arahan RTRW tahun No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 1. CIK1 Cikaret Sawah CIK2 Cikaret Sawah CIK3 Cikaret Sawah CIK4 Cikaret Talas CIK5 Cikaret Talas CIK6 Cikaret Jagung CIK7 Cikaret Timun CIK8 Cikaret Singkong Rata-rata Tabel L1b. Penggunaan lahan tidak sesuai arahan RTRW tahun No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 1. CIK9 Cikaret Pemukiman CIK10 Cikaret Pemukiman

45 Lampiran 2. Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data land rent di kawasan perdagangan Kecamatan Bogor Selatan Tabel L2a. Penggunaan lahan sesuai arahan RTRW tahun No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 1. HRJ6 Harjasari Toko elektronik HRJ7 Harjasari Warung makan HRJ8 Harjasari Warung makan HRJ9 Harjasari Bengkel motor KTM1 Kertamaya Warung makan KTM2 Kertamaya Toko bangunan KTM3 Kertamaya Warung internet KTM4 Kertamaya Toko bangunan KTM5 Kertamaya Bengkel motor MLY7 Mulyaharja Toko alat pancing MLY8 Mulyaharja Toko bangunan MLY9 Mulyaharja Warung makan MLY10 Mulyaharja Toko ordeng MLY11 Mulyaharja Warung internet

46 32 32 Tabel L2a. (lanjutan) No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 15. PMY 1 Pamoyanan Toko air isi ulang PMY 2 Pamoyanan Warung internet PMY 3 Pamoyanan Toko furniture PMY 4 Pamoyanan Toko elektronik PMY 5 Pamoyanan Toko JNE PMY 6 Pamoyanan Toko mainan GTG1 Genteng Toko grosir minuman GTG2 Genteng Warung makan GTG3 Genteng Bengkel motor Rata-rata

47 33 Tabel L2b. Penggunaan lahan tidak sesuai arahan RTRW tahun No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 1. HRJ1 Harjasari Pemukiman HRJ2 Harjasari Pemukiman HRJ3 Harjasari Pemukiman HRJ4 Harjasari Pemukiman HRJ5 Harjasari Pemukiman KTM6 Kertamaya Pemukiman KTM7 Kertamaya Pemukiman MLY1 Mulyaharja Pemukiman MLY2 Mulyaharja Pemukiman MLY3 Mulyaharja Pemukiman MLY4 Mulyaharja Pemukiman MLY5 Mulyaharja Perumahan MLY6 Mulyaharja Perumahan

48 34 34 Tabel L2b. (lanjutan) No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 14. PMY 7 Pamoyanan Pemukiman PMY 8 Pamoyanan Pemukiman PMY 9 Pamoyanan Pemukiman PMY 10 Pamoyanan Pemukiman PMY 11 Pamoyanan Pemukiman PMY 12 Pamoyanan Pemukiman GTG4 Genteng Pemukiman GTG5 Genteng Pemukiman Rata-rata

49 Lampiran 3. Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data land rent di kawasan pemukiman Kecamatan Bogor Selatan Tabel L3a. Penggunaan lahan sesuai arahan RTRW tahun No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 1. BJG3 Bojongkerta Pemukiman BJG4 Bojongkerta Pemukiman BJG5 Bojongkerta Pemukiman BJG6 Bojongkerta Pemukiman BJG7 Bojongkerta Pemukiman BJG8 Bojongkerta Pemukiman BJG9 Bojongkerta Pemukiman BJG10 Bojongkerta Pemukiman BJG11 Bojongkerta Pemukiman BJG12 Bojongkerta Pemukiman

50 36 36 Tabel L3a. (lanjutan) No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 11. MLY14 Mulyaharja Pemukiman MLY15 Mulyaharja Pemukiman MLY16 Mulyaharja Pemukiman MLY17 Mulyaharja Pemukiman MLY18 Mulyaharja Pemukiman MLY19 Mulyaharja Pemukiman MLY20 Mulyaharja Pemukiman MLY21 Mulyaharja Pemukiman MLY22 Mulyaharja Pemukiman MLY23 Mulyaharja Pemukiman MLY24 Mulyaharja Pemukiman MLY25 Mulyaharja Pemukiman MLY26 Mulyaharja Pemukiman MLY27 Mulyaharja Pemukiman

51 37 Tabel L3a. (lanjutan) No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 25. PMY15 Pamoyanan Pemukiman PMY16 Pamoyanan Pemukiman PMY17 Pamoyanan Pemukiman PMY18 Pamoyanan Pemukiman PMY19 Pamoyanan Pemukiman PMY20 Pamoyanan Pemukiman PMY21 Pamoyanan Pemukiman PMY22 Pamoyanan Pemukiman PMY23 Pamoyanan Pemukiman PMY24 Pamoyanan Pemukiman PMY25 Pamoyanan Pemukiman PMY26 Pamoyanan Pemukiman PMY27 Pamoyanan Pemukiman PMY28 Pamoyanan Pemukiman PMY29 Pamoyanan Pemukiman

52 38 38 Tabel L3a. (lanjutan) No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 40. RNC3 Rancamaya Pemukiman RNC4 Rancamaya Pemukiman RNC5 Rancamaya Pemukiman RNC6 Rancamaya Pemukiman RNC7 Rancamaya Pemukiman RNC8 Rancamaya Pemukiman RNC9 Rancamaya Pemukiman RNC10 Rancamaya Pemukiman RNC11 Rancamaya Pemukiman Rata-rata

53 39 Tabel L3b. Penggunaan lahan tidak sesuai arahan RTRW tahun No. Titik sampel Kelurahan Penggunaan lahan Sumbu - x Sumbu - y Land rent (Rp/m 2 /thn) Rata-rata 1. BJG1 Bojongkerta Toko sendal BJG2 Bojongkerta Toko kusen MLY12 Mulyaharja Bengkel motor MLY13 Mulyaharja Warung internet PMY13 Pamoyanan Toko bangunan PMY14 Pamoyanan Bengkel motor RNC1 Rancamaya Warung makan RNC2 Rancamaya Toko bangunan Rata-rata

54 40 Lampiran 4. Kuesioner pengumpulan data land rent Kategori Lahan Pertanian Nama Responden : Usia Responden : Alamat Responden : Bertani sejak tahun : Pekerjaan selain bertani : Penghasilan perbulan : (1) < 2.5 juta (2) juta (3) > 5 juta pengeluaran perbulan : (1) < 2.5 juta (2) juta (3) >5 juta Jumlah total anggota keluarga (termasuk KK) : orang Jumlah tanggungan yang masih sekolah : orang Jumlah keluarga yang bekerja : orang 1. Apakah tingkat pendidikan terakhir bapak/ibu? (1) Tidak tamat SD (3) Tamat SMP (5) D1, D2, D3 (2) Tamat SD (4)Tamat SMA(6) S1, S2, S3 2. Masuk dalam kategori mana bapak/ibu sebagai petani? (1) Petani pemilik tanah (3) Petani penyekap (2) Petani penggarap tanah (4) Buruh tani 3. Berapa luas lahan yang bapak/ibu usahakan : m 2 4. Bila lahan tersebut adalah lahan sewa, berapa harga sewa tiap m 2? Rp.../ m 2 5.Bila bapak/ibu adalah petani penggarap, bagaimana sistem bagi hasilnya? Pemilik =.% Penggarap = % 6. Apakah bapak/ibu mempekerjakan buruh tani? (1) Ya (2) Tidak Bila ya, berapa jumlah buruh tani?...pria, wanita Berapa upah per hari? Pria = Rp /hari dan Wanita = Rp /hari 7. Berapa kali masa tanam (untuk sawah) yang dilakukan dalam satu tahun?...kali Apakah lahan dibudidayakan selain sawah (dirotasi dengan palawija,dll)? jika ya, berapa kali dalam setahun?...kali 8. a. Jika ditanami padi : Varietas padi yang digunakan?... Dari mana bapak/ibu memperoleh benih/bibit? (1) Beli (2) Sendiri Jika beli, berapa harga beli keseluruhan benih/bibit dalam satu kali masa tanam?rp Berapa biaya transportasi untuk membeli benih/bibit?rp. b. Jika ditanami palawija : Komoditas yang diusahakan?... Dari mana bapak/ibu memperoleh benih/bibit? (1) Beli (2) Sendiri Jika beli, berapa harga beli keseluruhan benih/bibit dalam satu kali masa tanam?rp. Berapa biaya transportasi untuk membeli benih/bibit?rp.

55 9. Apakah bapak/ibu melakukan pemupukan? (1) Ya (2) Tidak Bila ya, jenis pupuk yang digunakan, harga beli, dan jumlah setiap pembelian : Jenis Pupuk Harga Beli Jumlah setiap pembelian (kg) 41 Berapa kali pemupukan dilakukan setiap satu masa tanam? a. Padi :...kali b. Palawija :. kali Berapa dosis pupuk yang digunakan pada : a. Padi saat musim hujan : b. Padi saat musim kemarau : c. Palawija saat musim hujan : d. Palawija saat musim kemarau : Berapa biaya transportasi untuk membeli pupuk?rp 10. Apakah bapak/ibu melakukan pengendalian hama penyakit? (1) Ya (2) Tidak Bila ya, jenis pestisida yang digunakan, harga beli, dan jumlah yang digunakan setiap aplikasi : Jenis Pestisida Harga Beli Ukuran Kemasan Pestisida (ml/l/kg) Jumlah untuk sekali aplikasi Berapa biaya transportasi untuk membeli pestisida?rp Berapa kali pengendalian hama penyakit dilakukan setiap satu masa tanam? a. Padi saat musim hujan :.kali b. Padi saat musim kemarau :...kali c. Palawija saat musim hujan :.kali d. Palawija saat musim kemarau :...kali e. 11. Berapa modal yang dibutuhkan untuk satu kali masa tanam? a. Padi Jenis kegiatan Besaran biaya (Rp) Pengolahan tanah Pemeliharaan tanaman Panen Lainnya,.. b.palawija Jenis kegiatan Pengolahan tanah Pemeliharaan tanaman Panen Lainnya,.. Besaran biaya (Rp) 12. Berapa produksi rata rata yang dihasilkan setiap kali panen (musim penghujan, musim kering)? a. Padi Musim penghujan Kg Musim kering...kg

56 42 b. Palawija Musim penghujan Kg Musim kering...kg 13. Berapa harga jual produksi/kg? a. Padi GKG : Rp. / Kg Beras : Rp. / Kg b. Palawija Harga jual : Rp./Kg 14. Apakah bapak/ibu menjual hasil produksi tersebut? (1) Ya (2) Tidak Berapa produksi yang dijual?...% Berapa produksi yang dikonsumsi sendiri?...% Kesulitan yang dialami dalam memasarkan hasil? 15. Kemana dijual/dipasarkan? (1) Langsung ke pasar (2) Tengkulak (3) Warga sekitar (4) Lainnya,.. Berapa biaya transportasi yang dibutuhkan untuk memasarkan produksi?rp. 16. Jika tanah ini akan dijual, berapa harga jual tiap m 2? Rp / m 2 Kategori Lahan Terbangun Nama responden : Usia responden : Alamat responden : Tingkat pendidikan terakhir : Pekerjaan : Penghasilan perbulan : (1) < 2.5 juta (2) juta (3) > 5 juta pengeluaran perbulan : (1) < 2.5 juta (2) juta (3) > 5 juta Jumlah total anggota keluarga (termasuk KK) : orang Jumlah tanggungan yang masih sekolah : orang Jumlah keluarga yang bekerja : orang Jenis peruntukan bangunan : (1) Rumah tinggal (2) Usaha (3) Kos-kosan Apabila jenis peruntukan bangunan adalah untuk usaha, jenis usaha yang dijalankan : a. Bengkel motor/mobil b. Restoran c. Warung makan d. Fotokopi e. Warnet f. Pertokoan Luas lahan peruntukan bangunan : m 2 Kondisi fisik bangunan : (1) Permanen (2) Semi permanen

57 43 Kenampakan bangunan : (1) Sangat sederhana (3) Mewah (2) Sederhana (4) Sangat mewah Lingkungan di sekitar bangunan : (1) perkampungan (2) permukiman (3) perumahan (4) pertokoan (5) perkantoran Status kepemilikan lahan : (1) Milik sendiri (2) Bukan milik sendiri Jika bukan milik sendiri, berapa harga sewa pertahun : Rp. Pajak pertahun : Rp. / tahun / tahun Jika untuk Rumah Tinggal : Berapa harga jual tanah dan nilai bangunan?(bisa dilihat dari NJOP yang ada) Jual tanah : Rp. Nilai bangunan : Rp. Pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan (listrik,keamanan,kebersihan,dll)? Rp. / bulan Dahulu lahan tersebut digunakan untuk apa? Jika dahulu adalah lahan pertanian, komoditas apa yang dibudidayakan? Apa alasan mengkonversi? (jika pemilik sendiri yang mengkonversi) Jika untuk Usaha : a. Jika untuk Bengkel Jenis usaha bengkel yang dijalankan : (1) Mobil (2) Motor Jasa apa saja yang disediakan? Berapa jumlah penghasilan perbulan dari usaha bengkel? Rp. / bulan Pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan (listrik, perawatan, karyawan, dll)? Rp. / bulan Dahulu lahan tersebut digunakan untuk apa? Jika dahulu adalah lahan pertanian, komoditas apa yang dibudidayakan? Apa alasan mengkonversi? (jika pemilik sendiri yang mengkonversi) b. Jika untuk Fotokopi : Jasa apa saja yang disediakan? Berapa jumlah penghasilan perbulan dari usaha fotokopi? Rp. / bulan Pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan (listrik, perawatan, karyawan, dll)? Rp. / bulan Dahulu lahan tersebut digunakan untuk apa? Jika dahulu adalah lahan pertanian, komoditas apa yang dibudidayakan? Apa alasan mengkonversi? (jika pemilik sendiri yang mengkonversi) c. Jika untuk Warnet : Jasa apa saja yang disediakan? Berapa jumlah penghasilan perbulan dari usaha warnet? Rp. / bulan Pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan (listrik, perawatan, karyawan, dll)? Rp. / bulan Dahulu lahan tersebut digunakan untuk apa? Jika dahulu adalah lahan pertanian, komoditas apa yang dibudidayakan? Apa alasan mengkonversi? (jika pemilik sendiri yang mengkonversi)

58 44 d. Jika untuk Pertokoan : Jenis barang dan jasa yang dijual? Berapa jumlah penghasilan perbulan dari usaha? Rp. / bulan Pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan (listrik, perawatan, karyawan, dll)? Rp. / bulan Dahulu lahan tersebut digunakan untuk apa? Jika dahulu adalah lahan pertanian, komoditas apa yang dibudidayakan? Apa alasan mengkonversi? (jika pemilik sendiri yang mengkonversi) e. Jika untuk Restoran : Berapa jumlah penghasilan perbulan dari usaha restoran? Rp. / bulan Pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan (listrik, perawatan, karyawan, dll)? Rp. / bulan Dahulu lahan tersebut digunakan untuk apa? Jika dahulu adalah lahan pertanian, komoditas apa yang dibudidayakan? Apa alasan mengkonversi? (jika pemilik sendiri yang mengkonversi) f. Jika untuk Warung makan : Berapa jumlah penghasilan perbulan dari usaha warung makan? Rp. / bulan Pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan (listrik, perawatan, karyawan, dll)? Rp. / bulan Dahulu lahan tersebut digunakan untuk apa? Jika dahulu adalah lahan pertanian, komoditas apa yang dibudidayakan? Apa alasan mengkonversi? (jika pemilik sendiri yang mengkonversi) g. Jika untuk Kos - kosan : Fasilitas apa saja yang disediakan? Berapa jumlah penghasilan perbulan dari usaha kosan? Rp. / bulan Pengeluaran yang harus dikeluarkan tiap bulan (listrik, keamanan, perawatan, dll)? Rp. / bulan Dahulu lahan tersebut digunakan untuk apa? Jika dahulu adalah lahan pertanian, komoditas apa yang dibudidayakan? Apa alasan mengkonversi? (jika pemilik sendiri yang mengkonversi)

59 Lampiran 5. Peta sebaran sampling land rent di kawasan perdagangan : (a) Kel. Genteng ; (b) Kel. Harjasari ; (c) Kel. Kertamaya ; (d) Kel. Mulyaharja ; (e) Kel. Pamoyanan 45 (a) (b)

60 46 (c) (d)

61 47 (e) Lampiran 6. Peta sebaran sampling land rent di kawasan pemukiman : (a) Kel. Bojongkerta ; (b) Kel. Mulyaharja ; (c) Kel. Pamoyanan ; (d) Kel. Rancamaya (a)

62 48 (b) (c)

63 49 (d) Lampiran 7. Peta sebaran sampling land rent di kawasan pertanian, Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan

64 50 50 Lampiran 8. Data input dan ouput land rent di kawasan perdagangan 1. Kelurahan Genteng a. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas lahan (m2) Penerimaan (Rp/tahun) Sewa lahan Belanja Pengeluaran (Rp/tahun) Karyawan Listrik + Air Keamanan + kebersihan Total pengeluaran (Rp/tahun) Land rent (Rp/m 2 /tahun) GTG Toko grosir minuman GTG Warung makan GTG Bengkel motor Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent tidak sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan lahan Luas lahan (m 2 ) Status kepemilikan lahan Kondisi fisik bangunan Nilai NJOP Tanah Nilai NJOP bangunan Land rent (Rp/m 2 /thn) GTG Pemukiman 72 Milik sendiri Sederhana GTG Pemukiman 80 Milik sendiri Sederhana Rata-rata

65 51 2. Kelurahan Harjasari a. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan lahan Luas lahan (m 2 ) Status kepemilikan lahan Kondisi fisik bangunan Nilai NJOP Tanah Nilai NJOP bangunan Land rent (Rp/m 2 /thn) HRJ Pemukiman 154 Milik sendiri sederhana HRJ Pemukiman 65 Milik sendiri Sederhana HRJ Pemukiman 150 Milik sendiri Sederhana HRJ Pemukiman 84 Milik sendiri Sederhana HRJ Pemukiman 108 Milik sendiri sederhana Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent tidak sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas lahan (m2) Penerimaan (Rp/tahun) Pengeluaran (Rp/tahun) Sewa lahan Belanja Karyawan Listrik + Air Keamanan + kebersihan Total pengeluaran (Rp/tahun) Land rent (Rp/m 2 /tahun) HRJ Toko alat listrik HRJ Warung makan HRJ Warung makan HRJ Bengkel motor Rata-rata

66 Kelurahan Kertamaya a. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Penerimaan (Rp/tahun) Sewa Lahan Pengeluaran (Rp/tahun) Listrik + Belanja Karyawan Air Keamanan + kebersihan Total Pengeluaran (Rp/tahun) Land rent (Rp/m 2 /thn) KTM Warung makan KTM Toko bangunan KTM Warung internet KTM Toko bangunan KTM Bengkel motor Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent tidak sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan lahan Luas lahan (m 2 ) Status kepemilikan lahan Kondisi fisik bangunan Nilai NJOP Tanah Nilai NJOP bangunan Land rent (Rp/m 2 /thn) KTM Pemukiman 84 Milik sendiri Sederhana KTM Pemukiman 65 Milik sendiri Sederhana Rata-rata

67 53 4. Kelurahan Mulyaharja a. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Status Kepemilikan Lahan Kondisi Fisik Bangunan Nilai NJOP Tanah Nilai NJOP Bangunan Land rent (Rp/m 2 /thn) MLY Pemukiman 102 Milik sendiri Sederhana MLY Pemukiman 180 Milik sendiri Mewah MLY Pemukiman 58 Milik sendiri Sederhana MLY Pemukiman 230 Milik sendiri Mewah MLY Perumahan 150 Milik sendiri Mewah MLY Perumahan 98 Milik sendiri Mewah Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Penerimaan (Rp/tahun) Sewa Lahan Pengeluaran (Rp/tahun) Listrik + Belanja Karyawan Air Keamanan + kebersihan Total Pengeluaran (Rp/tahun) Land rent (Rp/m 2 /thn) MLY Toko alat pancing MLY Toko bangunan MLY Warung makan MLY Toko ordeng MLY Warung internet Rata-rata

68 Kelurahan Pamoyanan a. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas lahan (m2) Penerimaan (Rp/tahun) Pengeluaran (Rp/tahun) Sewa lahan Belanja Karyawan Listrik + Air Keamanan + kebersihan Total pengeluaran (Rp/tahun) Land rent (Rp/m 2 /tahun) PMY Toko air isi ulang PMY Warung internet PMY Toko furniture PMY Toko elektronik PMY Toko JNE PMY Toko mainan Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent tidak sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan lahan Luas lahan (m2) Status kepemilikan lahan Kondisi fisik bangunan Nilai NJOP tanah Nilai NJOP bangunan Land rent (Rp/m 2 /tahun) PMY Pemukiman 68 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 87 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 62 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 210 Milik Sendiri Sederhana PMY Pemukiman 120 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 84 Milik sendiri Sederhana Rata-rata

69 55 Lampiran 9. Data input dan ouput land rent di kawasan pemukiman 1. Kelurahan Bojongkerta a. Perhitungan nilai land rent tidak sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Penerimaan (Rp/tahun) Sewa Lahan Pengeluaran (Rp/tahun) Listrik Belanja Karyawan + Air Keamanan + kebersihan Total Pengeluaran (Rp/tahun) Land rent (Rp/m 2 /thn) BJG Toko sendal BJG Toko kusen Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Status Kepemilikan Lahan Kondisi Fisik Bangunan Nilai NJOP Tanah Nilai NJOP Bangunan Land rent (Rp/m 2 /thn) BJG Pemukiman 54 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 72 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 96 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 56 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 77 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 72 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 85 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 84 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 80 Milik sendiri Sederhana BJG Pemukiman 72 Milik sendiri Sederhana Rata-rata

70 Kelurahan Mulyaharja a. Perhitungan nilai land rent tidak sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Penerimaan (Rp/tahun) Sewa Lahan Pengeluaran (Rp/tahun) Listrik + Belanja Karyawan Air Keamanan + kebersihan Total Pengeluaran (Rp/tahun) Land rent (Rp/m 2 /thn) MLY Bengkel motor MLY Warnet Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Status Kepemilikan Lahan Kondisi Fisik Bangunan Nilai NJOP Tanah Nilai NJOP Bangunan Land rent (Rp/m 2 /thn) MLY Pemukiman 96 Milik sendiri Sederhana MLY Pemukiman 120 Milik sendiri Mewah MLY Pemukiman 288 Milik sendiri Mewah MLY Pemukiman 168 Milik sendiri Sederhana MLY Pemukiman 72 Milik sendiri Sederhana MLY Pemukiman 80 Milik sendiri sederhana MLY Pemukiman 72 Milik sendiri sederhana MLY Pemukiman 88 Milik sendiri Mewah MLY Pemukiman 56 Milik sendiri sederhana MLY Pemukiman 64 Milik sendiri sederhana MLY Pemukiman 72 Milik sendiri sederhana MLY Pemukiman 120 Milik sendiri sederhana MLY Pemukiman 80 Milik sendiri sederhana MLY Pemukiman 56 Milik sendiri sederhana Rata-rata

71 57 3. Kelurahan Pamoyanan a. Perhitungan nilai land rent tidak sesuai RTRW Luas Pengeluaran (Rp/tahun) Total Penggunaan Penerimaan Land rent Titik Sumbu X Sumbu Y lahan Listrik + Keamanan + pengeluaran Lahan (Rp/tahun) Sewa lahan Belanja Karyawan (Rp/m 2 /tahun) Sampel (m2) Air kebersihan (Rp/tahun) PMY Toko bangunan PMY Bengkel motor Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan lahan Luas lahan (m2) Status kepemilikan lahan Kondisi fisik bangunan Nilai NJOP tanah Nilai NJOP bangunan Land rent (Rp/m 2 /tahun) PMY Pemukiman 120 Milik sendiri Mewah PMY Pemukiman 104 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 250 Milik sendiri Mewah PMY Pemukiman 80 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 96 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 88 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 120 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 72 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 56 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 80 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 64 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 120 Milik sendiri Mewah PMY Pemukiman 96 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 64 Milik sendiri Sederhana PMY Pemukiman 88 Milik sendiri Sederhana Rata-rata

72 Kelurahan Rancamaya a. Perhitungan nilai land rent tidak sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Penerimaan (Rp/tahun) Sewa Lahan Pengeluaran (Rp/tahun) Listrik + Belanja Karyawan Air Keamanan + kebersihan Total Pengeluaran (Rp/tahun) Land rent (Rp/m 2 /thn) RNC Warung makan RNC Toko bangunan Rata-rata b. Perhitungan nilai land rent sesuai RTRW Titik Sampel Sumbu X Sumbu Y Penggunaan Lahan Luas Lahan (m 2 ) Status Kepemilikan Lahan Kondisi Fisik Bangunan Nilai NJOP Tanah Nilai NJOP Bangunan Land rent (Rp/m 2 /thn) RNC Pemukiman 96 Milik sendiri Sederhana RNC Pemukiman 160 Milik sendiri Mewah RNC Pemukiman 120 Milik sendiri Mewah RNC Pemukiman 84 Milik sendiri Sederhana RNC Pemukiman 60 Milik sendiri Sederhana RNC Pemukiman 56 Milik sendiri Sederhana RNC Pemukiman 132 Milik sendiri Mewah RNC Pemukiman 72 Milik sendiri Sederhana RNC Pemukiman 65 Milik sendiri Sederhana Rata-rata

73 59 Lampiran 10. Data input dan ouput land rent di kawasan pertanian 1a. Data input land rent untuk pertanian No Nama Alamat Luas tanam (m 2 ) Komoditas Status lahan Produksi (kg) atau batang Masa Tanam I Masa Tanam II Masa Tanam III Bagi hasil Bagi Harga Harga Harga produksi hasil beli Produksi beli Produksi beli Tenaga dengan Tenaga produksi Tenaga pupuk + (kg) pupuk + (kg) pupuk + kerja pemilik kerja dengan kerja bibit + atau bibit + atau bibit + (Rp) lahan (Rp) pemilik (Rp) pestisida batang pestisida batang pestisida (Kg) lahan (Rp) (Rp) (Rp) atau (Kg) batang 1. Ibu Cikaret 450 Padi Pemilik Imah 2. Pak Cikaret 1000 Padi Pemilik Ahmad 3. Pak Cikaret 6000 Padi Penggarap Hasan 4. Ibu Eti Cikaret 1500 Talas Penggarap Pak Cikaret 96 Talas Pemilik Wawan 6. Pak Cikaret 1500 Jagung Penggarap Odang 7. Pak Cikaret 6000 Timun Pemilik Icang 8. Ibu Maryadi Cikaret 70 Singkong Pemilik Keterangan: Harga jual produksi padi = Rp. 7000/liter beras 12 liter beras = 10 Kg beras Harga jual produksi talas/1 batang = Rp Harga jual produksi jagung manis = Rp. 2000/Kg tongkol yang sudah dikupas Harga benih jagung manis = Rp /Kg Harga jual produksi timun = Rp. 1500/Kg Harga jual produksi singkong = Rp /pikul 1 pikul = 72 Kg singkong yang sudah dikupas Bagi hasil produksi dengan pemilik lahan (Kg) 59

74 b. Data output land rent untuk pertanian No. Nama Komoditas Masa Tanam I Masa Tanam II Masa Tanam III Total Land rent (Rp/m 2 /thn) Luas (m 2 ) Penghasilan (Rp) Pengeluaran (Rp) Penghasilan (Rp) Pengeluaran (Rp) Penghasilan (Rp) Pengeluaran (Rp) Penghasilan (Rp/Tahun) Pengeluaran (Rp/Tahun) Produksi (setelah bagi hasil) (Kg) Produksi (setelah bagi hasil) (Kg) 1. Ibu Padi Imah 2. Pak Padi Ahmad 3. Pak Padi Hasan 4. Ibu Eti Talas Pak Talas Wawan 6. Pak Jagung Odang 7. Pak Timun Icang 8. Ibu Maryadi Singkong Rata-rata Data input dan output land rent untuk permukiman No. Nama Alamat Jenis Peruntukan Luas Lahan (m 2 ) Status Kepemilikan Lahan Kondisi Fisik Bangunan Produksi (setelah bagi hasil) (Kg) Nilai NJOP Tanah Nilai NJOP Bangunan Land rent (Rp/m 2 /thn) 1. Ibu Nana Cikaret Permukiman 135 Milik Sendiri Sederhana Ibu Maryadi Cikaret Permukiman 180 Milik Sendiri Sederhana Rata-rata 9.571

75 61 Lampiran 11. Peta perubahan kawasan pertanian di Kecamatan Bogor Selatan Lampiran 12. Peta perubahan kawasan pemukiman di Kecamatan Bogor Selatan

76 62 Lampiran 13. Peta perubahan kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Bogor Selatan Lampiran 14. Peta perubahan kawasan industri di Kecamatan Bogor Selatan

77 Lampiran 15. Peta perubahan kawasan pemerintahan di Kecamatan Bogor Selatan 63 Lampiran 16. Peta perubahan kawasan RTH di Kecamatan Bogor Selatan

78 64 Lampiran 17. Peta perubahan kawasan TPU di Kecamatan Bogor Selatan Lampiran 18. Peta penggunaan kawasan pertanian dalam RTRW tahun

79 65 Lampiran 19. Peta penggunaan kawasan permukiman tahun dalam RTRW Lampiran 20. Peta penggunaan kawasan perdagangan dan jasa dalam RTRW tahun

80 66 Lampiran 21. Peta penggunaan kawasan industri dalam RTRW tahun Lampiran 22. Peta penggunaan kawasan pemerintahan dalam RTRW tahun

81 67 Lampiran 23. Peta penggunaan kawasan RTH dalam RTRW tahun Lampiran 24. Peta penggunaan kawasan TPU dalam RTRW tahun

82 68 Lampiran 25. Peta penggunaan kawasan pertanain dalam RTRW tahun Lampiran 26. Peta penggunaan kawasan permukiman dalam RTRW tahun

Batutulis Bojong-kerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari A. Data Pemilih

Batutulis Bojong-kerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari A. Data Pemilih Rekapitulasi Catatan Hasil Penghitungan Suara untuk Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Bogor di TPS dalam Wilayah Kecamatan Diisi berdasarkan formulir D1KWK KPU Model DA1KWK.KPU PEMILUKADA : Walikota

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA BOGOR RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016 Urusan Pemerintahan : 1. 20 Urusan Wajib Otonomi Daerah,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2014 TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2010-2030 PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih, S.T, M.Sc Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: hapsariw@unisayogya.ac.id Abstract: This research

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi (Gambar 1) dan analisis data dilakukan di studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan 10 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelititan Kegiatan penelitian ini dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Pengolahan citra digital dan analisis data statistik dilakukan di Bagian Perencanaan

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ABSTRACT... ABSTRAK... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN... TIM PENGUJI... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor

Lebih terperinci

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011 IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG SKRIPSI

KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG SKRIPSI KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: Muhammad Azzam NIM : E 100 14 0001

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi dan kegiatan analisis data dilakukan di studio bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali FRANSISKA PURBA R. SUYARTO *) I WAYAN NUARSA Jurusan/Prodi Agroekoteknologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI Oleh : PUTRI SINAMBELA 071201035/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING DAN ARAHAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KOTA TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING DAN ARAHAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KOTA TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING DAN ARAHAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KOTA TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT NINA RESTINA 1i SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG PUBLIKASI ILMIAH

KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG PUBLIKASI ILMIAH KARAKTERISTIK PEMEKARAN KOTA BOGOR DAN EVALUASINYA TERHADAP POLA RUANG PUBLIKASI ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: Muhammad Azzam NIM : E

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MUARA SEH SURANTA TARIGAN / MANAJEMEN HUTAN. Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI. Oleh : MUARA SEH SURANTA TARIGAN / MANAJEMEN HUTAN. Universitas Sumatera Utara 1 PERENCANAAN PENGHIJAUAN DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara) SKRIPSI Oleh : MUARA SEH SURANTA TARIGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

Gambar 11 Lokasi Penelitian

Gambar 11 Lokasi Penelitian 22 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor. Kebun Raya Bogor itu sendiri terletak di Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment

Penduduk dan Ketenagakerjaan/Population and Employment Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment 3 Penduduk dan Ketenagakerjaan/ Population and Employment Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 71 72 Kota Bogor Dalam Angka/Bogor City in Figures 2013 PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying 1 Indri Pebrianto, 2 Saraswati 1,2 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT 1 EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG Andre Cahyana 1, Erna Juita 2, Afrital Rezki 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 Prenita Septa Rianelly 1, Teguh Hariyanto 1, Inggit Lolita Sari 2 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. Lokasi Penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak,

Lebih terperinci

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Penduduk Kota Bogor pada tahun terdapat sebanyak 1.004.831 orang yang terdiri atas 510.884 orang laki-laki dan sebanyak 493.947 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) ANDI CHAIRUL ACHSAN 1* 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT 1 EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 Muhamad Nur Ichwanuddin 1, Buchori Asyik 2, Zulkarnain 3 ABSTRACT This study aims to investigate the conformity of

Lebih terperinci

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2007 DAN 2013

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2007 DAN 2013 PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2007 DAN 2013 BUDI ANDRESI A 351 09 049 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yang terdiri dari Desa Caturtunggal, Desa Maguwoharjo dan Desa Condongcatur (Gambar 3).

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penggunaan Lahan Kecamatan Depok 5.1.1. Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Quickbird Hasil interpretasi penggunaan lahan dari Citra Quickbird Kecamatan Depok adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA) PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA) Hudan Pandu Arsa DR. Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc. Rumusan

Lebih terperinci

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Reka Geomatika No.1 Vol. 2016 14-20 ISSN 2338-350X Maret 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau FERI NALDI, INDRIANAWATI Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan

Lebih terperinci

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN Publikasi Ilmiah. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN Publikasi Ilmiah. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN 2010-2014 Publikasi Ilmiah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 2015 dan Perda No 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Wonogiri dengan luas wilayah 182.236,02 ha secara geografis terletak pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Desember 2009. Penelitian ini terbagi atas pengambilan dan pengumpulan

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat

Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat Analisis Kesesuaian Lokasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kecamatan Palu Timur Dan Palu Barat ANDI CHAIRUL ACHSAN 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.. Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Setiap obyek yang terdapat dalam citra memiliki kenampakan karakteristik yang khas sehingga obyek-obyek tersebut dapat diinterpretasi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALYSIS OF PUBLIC GREEN OPEN SPACE IN BITUNG CITY Alvira Neivi Sumarauw Jurusan Perencanaan Wilayah, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007 2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Jurnal Geodesi Undip April 2016 ANALISIS PENGUASAAN PEMILIKAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH (P4T) BERBASIS BIDANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus : Kelurahan ) Benning Hafidah Kadina; Sawitri Subiyanto; Abdi

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data dan langkah-langkah pengolahan datanya. Data yang digunakan meliputi karakteristik data land use dan land cover tahun 2005 dan tahun 2010.

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN 2005-2014 (JURNAL) Oleh: INDARYONO 1113034039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan. Letak Kota Bekasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

Chairil Akmal 1, Sugianto 1, Manfarizah 1

Chairil Akmal 1, Sugianto 1, Manfarizah 1 Volume 1, Nomor 1, November 2016 Analisis Perubahan Lahan Sawah dan Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Tata Ruang di Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar (Analysis of rice fields change and utilization

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT 8 (Studi Kasus : Sub Das Brantas Bagian Hulu, Kota Batu) Oleh : Aning Prastiwi

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

SURVEI PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG DESA DI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA JURNAL. Oleh Rahmad Ferdi

SURVEI PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG DESA DI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA JURNAL. Oleh Rahmad Ferdi SURVEI PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG DESA DI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA JURNAL Oleh Rahmad Ferdi PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan

Lebih terperinci