KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9. tahun 2013 TERSUKSES. untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9. tahun 2013 TERSUKSES. untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9 tahun 2013 TERSUKSES untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga

2 Daftar Isi Persidangan COP 19 / CMP Struktur Persidangan COP19/CMP Kehutanan Dalam Agenda COP19/CMP Jalannya Persidangan Agenda Kehutanan Keputusan yang Dihasilkan Tindaklanjut...25 Pertemuan Terkait REDD+ Partnership Parallel Event (Indonesia Pavillion) High Level Event on the Land Sector and Forest Side Even SBSTA-IPCC...29 Penutup...30 COP19/CMP9 tahun 2013 TERSUKSES untuk REDD+: Citius, Altius, Fortius Editor: Deden Jaenudin, SSi, MSi ISBN: Pustaka COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

3 1 Persidangan COP 19 / CMP 9 WitamPaństwa w Warszawie COP/CMP merupakan pertemuan tahunan Para Pihak United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC dan Conferences of the Parties serving as meeting of parties to the Protokol Kyoto (CMP). COP/CMP adalah otoritas pengambilan keputusan tertinggi di bawah UNFCCC dan Protokol Kyoto. Ucapan selamat datang, WitamPaństwa w Warszawie, menyambut kedatangan para peserta Konferensi Perubahan Iklim di tahun COP19/CMP 9 tahun 2013 yang diselenggarakan pada tanggal November 2013 di Stadium Nasional, Warsaw, Polandia. Persidangan COP 19 / CMP 9 3

4 Ada lima agenda pada konferensi ini yaitu (i) Konferensi ke-19 dari UNFCCC, (ii) Konferensi ke-9 untuk Kyoto Protokol (CMP 9), dan tiga agenda dibawah UNFCCC yaitu (iii) Subsidiary body for scientific and Technological Advice (SBSTA) ke 19, (iv) Subsidiary Body for Implementation (SBI) ke-19, dan (v) Bagian ke-3 dan sesi ke-2 Ad Hoc Working Group on the Durban Platform for Enhanced Action (ADP2.3). Konferensi ini telah melakukan beberapa persidangan terkait pendanaan, mitigasi, adaptasi dan teknologi, serta progres ADP untuk mengembangkan kesepakatan, instrumen legal yang dapat diterapkan untuk semua pada 2015 dan berlaku tidak lebih dari Pada acara pembukaan yang ditandai dengan beberapa sambutan, dimulai dengan sambutan Presiden COP18/CMP8, tahun lalu di Doha, Abdullah bin Hamad Al-Attiyah, dilanjutkan dengan sambutan Presiden COP19 yang juga menjadi Presiden CMP9, yaitu Menteri Lingkungan Polandia, Marcin Korolec. Sambutan dari eksekutif sekretaris UNFCCC, Christiana Figueres, ucapan selamat datang dari walikota Warsaw Hanna Gronkiewicz-Waltz, dan terakhir presentasi hasil assessment IPCC tentang Kesimpulan IPCC Working Group I Fifth Assessment Report, AR4, SREX and SRRENoleh ketua IPCC, Dr. Rajendra Pachauri. Dalam sambutannya, presiden COP 19 menyatakan bahwa konferensi adalah realitas negosiasi perubahan iklim, untuk merapatkan barisan dan bertindak bersama-sama. Iklim adalah isu global, masalah dan peluang global. Kita semua dihadapkan pada ancaman iklim yang mengubah lanskap, dan memaksa keluar dari kebiasaan rutin, contohnya adalah topan yang sangat kuat yang melanda Filipina, mengklaim ribuan nyawa, meninggalkan ratusan ribu orang mengungsi dari rumah mereka, sebuah tragedi kemanusiaan yang besar. Satu negara atau bahkan kelompok manusia tidak dapat membuat perbedaan. Tapi dengan bertindak bersama-sama dan bersatu kita dapat melakukan perubahan. Tidak seorangpun mengharapkan semua berkontribusi pada tingkat yang sama, untuk esok yang lebih baik, selalu ada sesuatu yang masing-masing pihak dapat membawa ke meja negosiasi. Masing-masing memiliki kekuatan yang unik dan dapat menawarkan salah satu bahan dari obat penyembuh planet kita. 4 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

5 Diharapkan ada konsensus dari Warsawa melalui proses yang transparan dan inklusif untuk menciptakan kondisi dalam peletakan pondasi yang kuat untuk kesepakatan baru, dengan bantuan kita semua, kita bahkan bisa berharap untuk mengatasi salah satu masalah yang paling menantang bagi kemanusiaan, seperti perubahan iklim. Sementara Sekretaris eksekutif, mengingatkan tingginya kandungan CO 2 dalam setiap nafas kita, dan dampak menyeramkan dari badai topan Haiyan yang melanda Filipina, Vietnam dan Asia Tenggara. Memang terdapat ketidakseimbangan kehidupan generasi dulu dan mendatang. Ketimpangan ini dapat diperbaiki melalui tiga hal, kesiapan dunia, aksi mendukung perubahan iklim, bukan hanya karena alasan lingkungan tapi juga keamanan energi, ekonomi dan perbaikan tata kelola, serta kesepakatan universal baru untuk perubahan iklim yang sudah dalam jangkauan. Pemerintah dapat membuat momentum untuk berubah dan menyambut sukses di tahun Karena itu peluang Warsaw ini harus dicapai, asal fokus, usaha maksimum, full time, dan mengeluarkan hasil yang positif. COP 19/CMP 9 diharapkan dapat menghasilkan beberapa hasil kunci seperti kejelasan pendanaan yang menjamin bahwa dunia bergerak kearah low carbon development, mekanisme untuk meningkatkan daya lenting masyarakat akibat perubahan iklim. Mekanisme efektif menuju ambisi pre-2020 dan mengembangkan kejelasan elemen kesepakatan untuk menajamkan agenda iklim, ekonomi dan pembangunan post Nasional stadium menambah inspirasi dengan moto olimpiade citius, altius, fortius atau faster, higher, stronger, menuju kesamaan sosial, dan keberlanjutan ekonomi masa depan yang diinginkan dan diperlukan. Bukti nyata perubahan iklim dijelaskan oleh ketua IPCC berdasarkan riset dan observasi yang diramu dalam kesimpulan hasil Working Group I untuk Fifth Assessment Report. Dalam paparannya, ditekankan kembali bahwa sejak , atmosfer dan bagian atas permukaan laut (0-700 m) lebih panas, dan permukaan laut global meningkat 19 cm dari tahun Penyebabnya adalah karena peningkatan konsentrasi CO 2, CH4, dan N 2 O akibat emisi pembakaran fosil fuel dan perubahan tutupan lahan. Paparan ketua IPCC ini ditutup dengan mensitir kalimat dari Mahatma Gandhi yaitu masyarakat berbudaya mempunyai pilihan untuk memperbaiki dan menyeimbangkan distorsi sistemik sebelum semuanya menjadi fatal. Persidangan COP 19 / CMP 9 5

6 1.1 Struktur Persidangan COP19/CMP9 Persidangan COP 19/CMP 9 dibagi menjadi lima agenda yaitu: (i) Subsidiary Body for Scientific and Technological Advise (SBSTA), (ii) Subsidiary Body for Implementation (SBI), (iii) Conference of the parties to the Convention (COP), (iv) Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Kyoto protocol (CMP), dan (v) Add Hoc Working Group on Durban Platform for Enhanced Actions (ADP). Struktur persidangan secara umum dapat dilihat pada Gambar1. 6 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

7 Gambar 1. Struktur Persidangan COP 19/CMP 9, 2013 (Sitorus, 2013) Pembahasan COP19/CMP9 Hasil keputusan COP19 ada 29 item, seperti terlihat pada Tabel 1. Mulai dari adopsi aturan dan prosedur, agenda, pemilihan dan pengangkatan anggota biro COP 19/CMP 9, sampai ucapan penghargaan kepada Polandia dan masyarakat kota Warsaw. Berdasarkan kesepakatan, disampaikan bahwa COP20/CMP10 akan dilaksanakan di Peru, sementara Pre-COP akan dilaksanakan di Venezuela. Untuk COP21/CMP11, WEOG telah menyampaikan kesepakatan pelaksanaan di Perancis. Untuk COP22/CMP12 berdasarkan rotasi akan diselenggarakan di Afrika. Hasil keputusan COP 19 dapat dilihat pada Tabel 1. Persidangan COP 19 / CMP 9 7

8 Tabel 1. Hasil Keputusan COP Further advancing the Durban Platform 2. Warsaw Intenational Warsaw International Mechanism for Loss and Damage associatediated with climate change impacts 3. Report of the Green Climate Fund to the Conference of the Parties and guidance to Green Climate Fund 4. Arrangements between the Conference of the Parties and the Green Climate Fund 5. Work programme on long-term finance (LTF) 6. Report of the Global Environment Facility to the Conference of the Parties and guidance to the Global Environment Facility 7. Report of the Standing Committee on Finance to the Conference of the Parties 8. Fifth review of the financial mechanism 9. Work programme on results-based finance to progress the full implementation of theactivities referred to in decision 1/CP.16, paragraph Coordination of support for the implementation of activities in relation to mitigation actions in the forest sector by developing countries, including institutional arrangements 11. Modalities for national forest monitoring systems 12. The timing and the frequency of presentations of the summary of information on how all the safeguards referred to in decision 1/CP.16, appendix I, are being addressed and respected 13. Guidelines and procedures for the technical assessment of submissions from Parties on proposed forest reference emission levels and/or forest reference levels 14. Modalities for measuring, reporting and verifying 15. Addressing the drivers of deforestation and forest degradation 16. Work of the Adaptation Committee 17. Nairobi Work Programme on impacts, vulnerability and adaptation to climate change 18. National adaptation plans 19. Work of the Consultative Group of Experts on National Communications from Parties not included in Annex I to the Convention 20. Composition, modalities and procedures of the team of technical experts under international consultation and analysis 21. General guidelines for domestic measurement, reporting and verification of domestically supported nationally appropriate mitigation actions by developing country Parties 22. Sixth national communications from Parties included in Annex I to the Convention 23. Work programme on the revision of the guidelines for the review of biennial reports and national communications, including national inventory reviews, for developed country Parties 24. Revision of the UNFCCC reporting guidelines on annual inventories for Parties included in Annex I to the Convention 25. Modalities and procedures of the Climate Technology Centre and Network and its Advisory Board 26. Budget performance for the biennium Programme budget for the biennium Dates and venues of future sessions 29. Expression of gratitude to the people of Poland and the people of the city of Warsaw 8 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

9 Untuk keputusan tentang Long Term Finance (LTF) tidak dalam bentuk kuantitatif, tapi dengan meminta negara maju untuk mempertahankan keberlanjutan mobilisasi dana publik dari nilai yang diberikan pada periode fast-start finance. Dana untuk adaptasi disalurkan melalui Green Climate Fund. Empat kegiatan utama LTF, yaitu (i) Submisi dari negara maju dua tahun sekali selama mengenai strategi dan pendekatan termasuk informasi mengenai pathways dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif, (ii) Meminta Standing Committee Financing mengkaji definisi pendanaan perubahan iklim, (iii) Pembahasan LTF melaksanakan workshop dalam kerangka , dan (iv) High level ministerial dialogue on climate finance setiap dua tahun sekali mulai tahun Standing Committee Keuangan adalah badan yang memantu COP untuk memastikan koherensi dan koordinasi untuk mempertimbangkan pendekatan kebijakan yang berbeda-beda (berbasis pasar dan bukan pasar) dan meningkatkan koordinasi dengan SBI. Sampai saat ini Board Green Climate Fund sudah mengesahkan 14 wilayah kerja termasuk REDD+ implementation, SFM dalam konteks mitigasi dan adaptasi, dan sustainable land use dalam konteks mitigasi dan adaptasi, dalam waktu yang telah ditentukan. Mechanisme Internasional Warsawa untuk kehilangan dan kerusakan (loss dan damage) merupakan mekanisme internasional yang mengatur kelembagaan termasuk fungsi dan modalitas untuk kehilangan dan kerusakan sebagai dampak perubahan iklim untuk negaranegara yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, mekanisme ini meningkatkan pengetahuan dan pemahaman manajemen risiko yang komprehensif untuk mengatasi kerugian dan kerusakan sebagai efek buruk dari iklim, dengan memfasilitasi dan mempromosikan: 1. Pengatasan kesenjangan pemahaman dan keahlian dalam pendekatan kehilangan dan kerusakan akibat perubahan iklim, 2. Memperkuat dialog, koordinasi, koherensi dan sinergi antar pemangku kepentingan terkait dengan proses dan inisiatif untuk mempromosikan kerjasama dan kolaborasi di semua tingkatan, 3. Meningkatkan tindakan dan dukungan, termasuk keuangan, teknologi dan kapasitas, untuk mengatasi kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim, termasuk peristiwa ekstrim Agenda Pembahasan CMP 9 Agenda pembahasan di bawah CMP 9 dapat dilihat pada Tabel 2. CMP menerima laporan dari Sekretariat UNFCCC mengenai kemajuan ratifikasi Doha Amendment to the KP. Joint high-level segment dibuka Selasa, 18 November 2013 sore. Penyampaian national statements dilaksanakan pada Rabu dan Kamis, November HLS berlanjut hingga Jumat, 22 November Berdasarkan Dec.1/CP.18, Presiden CMP 9 menyelenggarakan Insession High-Level Ministerial Dialogue on Climate Finance untuk membahas perkembangan dalam mobilisasi longterm finance dan upaya yang telah dilakukan negara maju. Persidangan COP 19 / CMP 9 9

10 Tabel 2. Hasil Keputusan CMP 9 No. Agenda Pembahasan CMP 9 1. Report of the Adaptation Fund Board 2. Second review of the Adaptation Fund 3. Guidance relating to the clean development mechanism 4. Review of the modalities and procedures for the clean development mechanism 5. Guidance on the implementation of Article 6 of the Kyoto Protocol 6. Guidance for reporting information on activities under Article 3, paragraphs 3 and 4, of the Kyoto Protocol 7. Modalities for expediting the establishment of eligibility for Parties included in Annex I to the Convention with commitments for the second commitment period whose eligibility has not yet been established 8. Compliance Committee 9. Supplementary information incorporated in sixth national communications submitted in accordance with Article 7, paragraph 2, of the Kyoto Protocol 10. Programme budget for the biennium Agenda Pembahasan SABSTA 39 SBSTA39 dibuka oleh Chair SBSTA, Richard Muyungi, pada Senin, 11 November Untuk beberapa agenda yang tidak dapat diselesaikan dalam SBSTA39 akan dilanjutkan dalam SBSTA40 atau SBSTA41. Workshop dan even dilaksanakan sebelum SBSTA39 sebagai pre-session maupun selama SBSTA sebagai in-session. Hasil status SBSTA 39 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Status Hasil SBSTA 39 SBSTA agenda item Status 1 Opening of the session Session opened 2 Organizational matters 2(a) Adoption of the agenda Agenda adopted as amended (12 (e)) 2(b) Organization of the work of the session Organization of work agreed 3 Nairobi work programme on impacts, vulnerability and adaptation to climate change Conclusions adopted as presented and decision adopted by the COP as presented FCCC/SBSTA/2013/L.34 and Add.1 4 Report of the Adaptation Committee Decision adopted by the COP as presentedfccc/sb/2013/l.2 10 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

11 SBSTA agenda item 5 Methodological guidance for activities relating to reducing emissions from deforestation and forest degradation and the role of conservation, sustainable management of forests and enhancement of forest carbon stocks in developing countries 6 Coordination of support for the implementation of activities in relation to mitigation actions in the forest sector by developing countries, including institutional arrangements 7 Development and transfer of technologies and implementation of the Technology Mechanism 7(a) Joint annual report of the Technology Executive Committee and the Climate Technology Centre and Network Status Conclusions adopted as presented and draft decisions forwarded to the COP as presented FCCC/SBSTA/2013/L.33 and Add.1 and Add.2 Conclusions adopted as presented FCCC/ SB/2013/L.5 The SBSTA Chair informed the President of the COP and CMP that the SBSTA was unable to reach agreement on its consideraiton of the joint annual report of the TEC and CTCN. 7(b) 7(c) Report on modalities and procedures of the Climate Technology Centre and Network and its Advisory Board Third synthesis report on technology needs identified by Parties not included in Annex I to the Convention Conclusions adopted as presented and decision adopted by the COP as presented FCCC/SB/2013/L.3 and Add.1 Conclusions adopted as presented FCCC/ SBSTA/2013/L.27 8 Research and systematic observation Conclusions adopted as presented FCCC/ SBSTA/2013/L.25 9 Impact of the implementation of response measures 9(a) 9(b) Forum and work programme Matters relating to Article 2, paragraph 3, of the Kyoto Protocol SBSTA agreed to continue consultations on how to take up this matter at its next session Persidangan COP 19 / CMP 9 11

12 SBSTA agenda item Status 10 Issues relating to agriculture Conclusions adopted as presented FCCC/ SBSTA/2013/L Methodological issues under the Convention 11(a) 11(b) 11(c) Work programme on the revision of the guidelines for the review of biennial reports and national communications, including national inventory reviews, for developed country Parties General guidelines for domestic measurement, reporting and verification of domestically supported, nationally appropriate mitigation actions by developing country Parties Revision of the UNFCCC reporting guidelines on annual inventories for Parties included in Annex I to the Convention Conclusions adopted as presented and decision adopted by the COP as presented FCCC/SBSTA/2013/L32 and Add.1 Conclusions adopted as presented and decision adopted by the COP as presented FCCC/SBSTA/2013/L.28 Conclusions adopted as presented and decision adopted by the COP as presented FCCC/SBSTA/2013/L.29 FCC/SBSTA/2013/L.29/Add.1 11(d) Greenhouse gas data interface Conclusions adopted as presented FCCC/ SBSTA/2013/L.23 11(e) 11(f) Annual report on the technical review of greenhouse gas inventories from Parties included in Annex I to the Convention Emissions from fuel used for international aviation and maritime transport SBSTA took note of the report Conclusions adopted as presented FCCC/ SBSTA/2013/L Methodological issues under the Kyoto Protocol 12(a) Implications of the implementation of decisions 2/ CMP.7 to 4/CMP.7 and 1/CMP.8 on the previous decisions on methodological issues related to the Kyoto Protocol, including those relating to Articles 5, 7 and 8 of the Kyoto Protocol 12(b) Land use, land-use change and forestry under Article 3, paragraphs 3 and 4, of the Kyoto Protocol and under the clean development mechanism Conclusions adopted as presented FCCC/ SBSTA/2013/L COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

13 SBSTA agenda item Status 12(c) Implications of the establishment of new hydrochlorofluorocarbon-22 (HCFC-22) facilities seeking to obtain certified emission reductions for the destruction of hydrofluorocarbon-23 (HFC-23) Conclusions adopted as presented and CMP conclusion adopted by the CMP as presented FCCC/SBSTA/2013/L.24 and Add.1 12(d) Annual report on the technical review of greenhouse gas inventories and other information reported by Parties included in Annex I to the Convention that are also Parties to the Kyoto Protocol under Article 7, paragraph 1, of the Kyoto Protocol SBSTA took note of the report 12 (e) Clarification of the text in section G (Article 3, paragraph 7 ter) of the Doha Amendment to the Kyoto Protocol, in particular the information to be used to determine the average annual emissions for the first three years of the preceding commitment period Conclusions adopted as presented and elements of a draft decision forwarded to the CMP for finalization as presented FCCC/SBSTA/2013/L Market and non-market mechanisms under the Convention 13(a) Framework for various approaches 13(b) Non-market-based approaches Sub-items 13(a)-(c) will be taken up at SBSTA (c) New market-based mechanism 14 The review Conclusions adopted as presented FCCC/ SB/2013/L.1 15 Work programme on clarification of quantified economy-wide emission reduction targets of developed country Parties Conclusions adopted as presented and COP conclusion adopted by the COP as presented FCCC/SBSTA/2013/L.30 and Add.1 16 Other matters This item is closed. 17 Report on the session Draft report adopted as presented FCCC/ SBSTA/2013/L.21 Persidangan COP 19 / CMP 9 13

14 In-session workshops dan even lain terkait SBSTA yang sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut: 11 November, Briefing outcomes dari workshops on the new market-based mechanism (NMM), framework for various approaches (FVA), dan non-market approaches (NMA) 12 November, Workshop status terkini scientific knowledge tentang bagaimana meningkatkan adaptasi pertanian terhadap dampak perubahan iklim sekaligus promosi pengembangan pedesaan, sustainable development, produk sistem pertanian, dan ketahanan pengan di semua negara, terutama negara berkembang 12 November, SBSTA-IPCC Special Even tentang Working Group I Kontribusi Terhadap IPCC Assessment Report 5, Climate Change 2013: The Physical Science Basis 13 November, SBSTA-IPCC special event tentang wetlands supplement dan KP suplement Tuesday, 12 November Forum tentang impact dari implementasi response measures: workshop tentang Cooperation on Response Strategies 12 November, ,13 November, Second Meeting of The Structured Expert Dialogue 12 November Technical Briefing On LULUCF Reporting Under The Convention and The Kyoto Protocol in The Context of The Work Programme on Clarification of Qerts of Developed Country Parties 13 November, Technology Executive Committee (TEC): Responding to Developing Countries Needs for Technologies 13 November, Dialogue with The Systematic Observation Community on Activities Relevant to The Convention 21 November The Climate Technology Centre and Network (CTCN): enhancing the development and transfers of technologies 14 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

15 1.1.4 Agenda Persidangan di Bawah SBI 39 SBI39 dibuka oleh Chair SBI, Tomasz Chruszczow pada Senin, 11 November 2013, dan disampaikan provisional agenda yang disiapkan oleh Sekretariat UNFCCC bersama dengan Co Chair SBI untuk dapat diadopsi. SBI 38 tidak berjalan karena agenda yang diusulkan tidak dapat diadopsi. Oleh karena itu, sebagian agenda SBI38 akan dibahas dalam SBI39 dengan memperhatikan agenda COP dan CMP. Status report on consideration of agenda items at SBI 39 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Status Hasil SBI 39 SBI agenda item Status 1 Opening of the session Session opened 2 Organizational matters Organizational matters presented 2(a) Adoption of the agenda Agenda adopted with item 4b held in abeyance 2(b) Organization of the work of the session Organization of work agreed 2(c) Election of officers other than the Chair Officers elected: Mr. IlhomjonRajabov (Tajikistan) as Vice-Chair of the SBI Ms. Mabafokeng F. Mahahabisa (Lesotho) as Rapporteur of the SBI 2(d) Election of replacement officers n/a 3 National communications and greenhouse gas inventory data from Parties included in Annex I to the Convention 3(a) 3(b) 3(c) Sixth national communications from Parties included in Annex I to the Convention Report on national greenhouse gas inventory data from Parties included in Annex I to the Convention for the period Annual compilation and accounting report for Annex B Parties under the Kyoto Protocol for 2013 Conslusions adopted as presented and draft decisions forwarded to COP/CMP as presented. FCCC/SBI/2013/L.7 FCCC/SBI/2013/L.7/Add.1 FCCC/SBI/2013/L.7/Add.2 Secretariat contact: Ms. RutaBubniene SBI took note of the report Draft conclusions forwarded to CMP as presented FCCC/SBI/2013/L.3 Secretariat contact: Mr. Jean-François Halleux 4 National communications from Parties not included in Annex I to the Convention Persidangan COP 19 / CMP 9 15

16 4(a) 4(b) SBI agenda item Work of the Consultative Group of Experts on National Communications from Parties not included in Annex I to the Convention Information contained in national communications from Parties not included in Annex I to the Convention Status Draft conclusions adopted as presented and draft COP decision and conclusion forwarded as presented FCCC/SBI/2013/L.24 FCCC/SBI/3013/L.24/Add.1 FCCC/SBI/2013/L.24/Add.2 Secretariat contact: Mr. Jigme Item held in abeyance 4(c) Provision of financial and technical support Conslusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.5 Secretariat contact: Mr. Jigme 5 Nationally appropriate mitigation actions by developing country Parties 5(a) 5(b) Composition, modalities and procedures of the team of technical experts under international consultations and analysis Work programme to further the understanding of the diversity of nationally appropriate mitigation actions Draft COP decision forwarded as presented FCCC/SBI/2013/L.23 Secretariat contact: Mr. Jigme Conslusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.8 Secretariat contact: Mr. Claudio Forner 6 Coordination of support for the implementation of activities in relation to mitigation actions in the forest sector by developing countries, including institutional arrangements Item further consulted upon jointly by the SBI and SBSTA Chairs - Update on negotiations Conclusions adopted as presented FCCC/SB/2013/L.5 Secretariat contact: Ms. Jenny Wong 7 Matters relating to the mechanisms under the Kyoto Protocol 7(a) Review of the modalities and procedures of the clean development mechanism Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.9 Secretariat contact: Mr. Motoharu Yamazaki, 7(b) Review of the joint implementation guidelines Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.11 Secretariat contact: Mr. Conor Barry, 7(c) Modalities for expediting the continued issuance, transfer and acquisition of joint implementation emission reduction units Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.12 Secretariat contact: Mr. VladTrusca, 16 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

17 SBI agenda item Status 7(d) 7(e) 7(f) Modalities for expediting the establishment of eligibility for Parties included in Annex I to the Convention with commitments for the second commitment period whose eligibility has not yet been established Procedures, mechanisms and institutional arrangements for appeals against decisions of the Executive Board of the clean development mechanism Report of the administrator of the international transaction log under the Kyoto Protocol Conclusions adopted as presented and draft CMP decision forwarded as presented FCCC/SBI/2013/L.14 FCCC/SBI/2013/L.14/Add.1 Secretariat contact: Mr. Conor Barry, Item deferred to SBI 40 SBI took note of the report and agreed to continue its consideration of the matter referred to in paragraph 58(b) and (c) of the 2012 report at its 40th session. The SBI requested the ITL administrator and the security working group under the registry system administrators (RSA) forum to further elaborate on options for, and a roadmap to, information security implementation in registry systems, for consideration by SBI 40. Secretariat contact: Ms. ClaribellePoujol, 8 Report of the Adaptation Committee Draft decision forwarded to the COP as presented FCCC/SB/2013/L.2 Secretariat contact: Ms. Annett Moehner, 9 Matters relating to the least developed countries Conslusions adopted as amended (will be reflected in the report) FCCC/SBI/2013/L.2 Secretariat contact: Mr. Paul Desanker 10 National adaptation plans Conclusions adopted as presented and draft COP decision forwarded as presented FCCC/SBI/2013/L.10 FCCC/SBI/2013/L.10/Add.1 Secretariat contact: Mr. Paul Desanker 11 Approaches to address loss and damage associated with climate change impacts in developing countries that are particularly vulnerable to the adverse effects of climate change to enhance adaptive capacity The COP President requested the support from Ministers Molewa and Ek to continue consultations, The outcome of these consultations was presented to the COP, which adopted, as amended in plenary, the draft decision contained in FCCC/CP/2013/L.15. Conclusions adotped as presented FCCC/SBI/2013/L.15 Secretariat contact: Ms. Xianfu Lu 12 Matters relating to finance 12(a) Adaptation Fund under the Kyoto Protocol Draft decision forwarded to CMP as presented FCCC/SBI/2013/L.6 Secretariat contact: Mr. Alejandro Kilpatrick Persidangan COP 19 / CMP 9 17

18 SBI agenda item Status 12(b) Other matters SBI took note of the work being carried out by the SCF pertaining to the fifth review of the financial mechanism Secretariat contact: Mr. Alejandro Kilpatrick 13 Development and transfer of technologies and implementation of the Technology Mechanism 13(a) 13(b) Joint annual report of the Technology Executive Committee and the Climate Technology Centre and Network Report on modalities and procedures of the Climate Technology Centre and Network and its Advisory Board The SBI Chair informed the President of the COP and CMP that the SBI was unable to reach agreement on its consideration of the joint annual report of the TEC and CTCN. The COP requested the SBI and the SBSTA to continue consideration of this sub-item at their 40th session. Secretariat contact: Mr.Bert van der Plas, Conclusions adopted as presented and draft COP decision forwarded as presented FCCC/SB/2013/L.3 FCCC/SB/2013/L.3/Add.1 Secretariat contact: Ms. Ariesta Ningrum 13(c) Poznan strategic programme on technology transfer Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.4 Secretariat contact: Ms. Ariesta Ningrum 14 Capacity-building 14(a) Capacity-building under the Convention Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.19 Secretariat contact: Ms. AllaMetelitsa 14(b) Capacity-building under the Kyoto Protocol Draft conclusion adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.18/Rev.1 Secretariat contact: Ms. AllaMetelitsa 15 Impact of the implementation of response measures 15(a) Forum and work programme The President stated that he had requested Ms. Diann Black Lane of Antigua and Barbuda to continue further consultations with Parties on the issue. As no agreement could be reached, the COP requested the SBI and the SBSTA to continue consideration of this sub-item at their 40th sessions. Conclusions adopted as presented FCCC/SB/2013/L.4 Secretariat contact: Mr. Festus Luboyera 15(b) Matters relating to Article 3, paragraph 14, of the Kyoto Protocol SBI agreed to continue consultations on how to take up this matter at its next session Secretariat contact: Mr. Festus Luboyera 15(c) Progress on the implementation of decision 1/CP.10 SBI agreed to continue consultations on how to take up this matter at its next session Secretariat contact: Mr. Festus Luboyera 18 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

19 SBI agenda item Status 16 The review Conclusions adopted as presented FCCC/SB/2013/L.1 Secretariat contact: Mr. Florin Vladu 17 Parties included in Annex I to the Convention whose special circumstances are recognized by the Conference of the Parties Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.17 A representative of one Party made a statement to be reflected in the report. Secretariat contact: Ms. AllaMetelitsa 18 Administrative, financial and institutional matters 18(a) Budget performance for the biennium Draft COP decision forwarded as presented FCCC/SBI/2013/L.20 Secretariat contact: Mr. Bruce Neese 18(b) Programme budget for the biennium Item to be further consulted upon by the President, assisted by Mr. TosiMpanuMpanu Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.22 Secretariat contact: Mr. Bruce Neese Spin-off group established for the consideration of the ITL budget to be facilitated by Mr. KarstenKarschunke (Germany) concluded its consideration. Outcome will be reflected in the conclusions. Secretariat contact: Ms. ClaribellePoujol 18(c) Privileges and immunities for individuals serving on constituted bodies established under the Kyoto Protocol Item deferred to SBI Other matters Summary report on the Dialogue of Article 6 of the Convention Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.21 Secretariat contact: Ms. AllaMetelitsa Item referred by the COP: Gender and Climate Change Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.16 Secretariat contact: Ms. Fleur Newman, Item referred by the CMP: Date of the completion of the expert review process under Article 8 of the Kyoto Protocol for the first commitment period Conclusions adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.13 Secretariat contact: Ms. Maria Socorro Manguiat 20 Report on the session Draft report adopted as presented FCCC/SBI/2013/L.1 Persidangan COP 19 / CMP 9 19

20 1.1.5 Agenda Persidangan dibawah ADP 2.3 Ad Hoc Working Group on the Durban Platform for Enhanced Action (ADP) bagian ketiga, sesi kedua dilaksanakan dari tanggal 12 sampai 22 November 2013 di Warsaw, Polandia. ADP2.3 dibuka oleh Co-Chairs baru yaitu Kishan Kumarsingh dan Artur Runge-Metzger. Keputusan yang dihasilkan dinamakan Platform Durban untuk melangkah lebih jauh (Further Advancing the Durban Platform). Kesepakatan ini mempertimbangkan work plan selambat-lambatnya pada sesi COP 20 (Desember 2014) untuk menyediakan teks negosiasi sebelum Mei Pada tanggal 6 Desember diumumkan Message to Parties dari Co-Chairs. Terdapat Advance unedited version Conclusions as adopted by the ADP dan Advance unedited version Decision -/CP.19 tentang Further advancing the Durban Platform. 1.2 Kehutanan Dalam Agenda COP19/CMP9 Isu kehutanan di COP 19/CMP 9 dibahas empat agenda yaitu sebagai berikut: 1. aspek metodologi REDD+ (tentang REL/RL) di bawah SBSTA, 2. aspek pendanaan REDD+ di bawah COP Work Program 2013, 3. koordinasi dan institusi REDD+ di bawah joint SBSTA/SBI, dan 4. LULUCF tentang usulan kegiatan tambahan untuk CDM LULUCF (penanganan resiko non-permanen) di bawah SBSTA. Di samping itu, hutan dan kehutanan juga dibahas dalam agenda lain termasuk: (i) Framework for Various Approaches (FVA), New Market mechanism (NMM), Non Market Approaches (NMA) di bawah SBSTA, (ii) ADP, (iii) Green Climate Fund (GCF) di bawah SBI. 20 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

21 Gambar 2. Mekanisme Pembiayaan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia Keputusan COP 19 telah menempatkan GCF (Green Climate Fund) sebagai institusi kunci penyedia/channeling pendanaan REDD+, meskipun entitas internasional (multilateral) lain serta kerjasama bilateral dapat terus berjalan. Untuk CDM-LULUCF, Indonesia mengusulkan tiga tambahan kegiatan CDM bidang kehutanan yaitu: (a) cropland management dengan high density agroforestry, (b) revegetion dengan rehabilitasi lahan kritis yang memiliki potensi penyimpanan karbon tinggi untuk above ground, tetapi juga tanah, misalnya tanah karst, dan (c) wetland drainage dan rewetting melalui restorasi/rehabilitasi lahan basah, yang dalam konteks Indonesia dapat digunakan untuk rehabilitasi mangrove dan peatland. Persidangan COP 19 / CMP 9 21

22 1.3 Jalannya Persidangan Agenda Kehutanan REDD+ Agenda REDD+ kehutanan merupakan agenda persidangan yang paling berhasil dalam hal pencapaian jumlah keputusan. Semula diperkirakan REDD+ tidak akan menghasilkan keputusan yang berarti di COP 19 Warsawa. Ternyata terdapat pernyataan diawal persidangan oleh negara-negara berkembang tentang pentingnya satu paket keputusan aspek metodologi dan pendanaan, yang akhirnya menyepakati tujuh keputusan yang berisi tentang aspek pendanaan, institusi, dan aspek metodologi. Sejak Bali sampai Warsawa, telah disepakati empat belas Keputusan COP tentang REDD+, dimana tujuh keputusan telah memberikan guidance untuk readiness dan transisi, dan tujuh keputusan yang dikeluarkan di Warsawa di atas memberikan guidance kepada negara berkembang yang berkomitmen melaksanakan REDD+ secara penuh (full implementation). Dalam hal ini MRV akan diterapkan sebagai basis pembayaran atas hasil REDD+, dan komitmen negara maju yang diminta terkait penyediaan dan mobilisasi pendanaan REDD+, institusi pendanaan, serta koordinasi dan koherensi di tingkat nasional dan internasional. Berdasar Keputusan COP 17 di Durban, negara berkembang yang melaksanakan REDD+ perlu menetapkan REL/RL nasional (dapat bertahap dari sub nasional) dan disampaikan kepada sekretariat UNFCCC untuk kemudian dikaji oleh Tim Ahli LULUCF-UNFCCC berdasar guidance pada keputusan COP 19 tentang kajian teknis REL/RL. Tiga keputusan yang telah disepakati di sidang SBSTA 39 di Bonn (Juni 2013) dan diadopsi oleh COP 19 tentang pembangunan NFMS, penanganan penyebab deforestasi dan degradasi hutan, serta timing dan frekwensi penyampaian informasi pelaksanaan safeguards, merupakan guidance serta persyaratan yang hars dipenuhi untuk memperoleh pembayaran atas pengurangan emisi/pencegahan emisi/ peningkatan stok carbon dari kegiatan REDD+. Disamping mempertahankan posisi yang telah diperjuangkan selama ini, terdapat tiga isu baru yang Indonesia usulkan, dua diantaranya bersama negara ASEAN dan telah terakomodasi dalam keputusan COP 19 yaitu sebagai berikut: 1. Pada keputusan tentang MRV, Indonesia mengusulkan untuk dibuka ruang pendekatan verifikasi dengan pengaturan khusus sebagai jabaran mandat Durban (mekanisme pasar dan non pasar) yang saat ini masih dinegosiasikan di bawah agenda terpisah. 22 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

23 Disamping itu juga untuk membuka jalur alternatif di luar guidance berdasar keputusan COP 19 yang merupakan satu jalur dengan NAMAs, bila mekanisme ini mengalami kelambatan dalam proses. Usulan tersebut telah terakomodasi dalam paragraf 15 dokumen FCCC/SBSTA/2013/L 33/Add Pada keputusan tentang koordinasi dan institusi (Coordination of support), Indonesia bersama negara-negara ASEAN mengusulkan penegasan tentang pentingnya memperhatikan kondisi nasional dan menghormati kedaulatan masing-masing negara terkait pengaturan Entitas Nasional REDD+. Masukan tersebut telah terakomodir dalam paragraf 1 dan 2 dokumen FCCC/CP/2013/ L6. Negosiasi isu ini tidak berhasil sampai SBI/SBSTA ditutup dan harus diselesaikan langsung di bawah komando presiden COP, yang diwakili oleh Ketua SBI, dan kesepakatan diambil setelah beberapa kali pertemuan Ketua Kelompok Negara (Regional dan Kelompok negosiasi), 3. Pada keputusan tentang pendanaan REDD+, Indonesia bersama negara negara ASEAN mengusulkan adanya proses lebih lanjut di bawah Joint SBSTA/ SBI untuk menyiapkan modalitas opsi lain sesuai mandat Durban (mekanisme pasar dan non pasar). Karena mandat Joint SBSTA/SBI) untuk REDD+ berakhir di COP 19, maka disarankan oleh beberapa negara untuk masuk SBI, tetapi USA menolak setiap upaya membawa isu pendanaan ke SBI karena akan diminta komitmennya. Setelah negosiasi cukup alot, maka disepakati jalan tengah melalui Standing Committee of Finance. Meskipun ini bukan keluaran terbaik sesuai target usulan di atas, setidaknya proses terus bergulir sambil menunggu pembahasan agenda terkait (FVA-NMM-NMA) dimulai lagi setealah mengalami dead lock dan tidak menghasilkan apa-apa di COP LULUCF Terdapat dua agenda tentang LULUCF ( Land use, land-use change and forestry) yaitu (i) Implication of the implementation of decision 2/CMP.7 to 4/CMP.7 and 1/ CMP.8 on the previous decision on methodological issues related to the Kyoto Protocol, including those relating to Articles 5, 7 and 8 of the Kyoto Protocol, dan (ii) Land use, land-use change and forestry under Article 3, paragraphs 3 and 4, of the Kyoto Protocol and under the Clean Development Mechanism, Conclusions adopted as presented FCCC/SBSTA/2013/L.26. Agenda (ii) seharusnya membahas 4 isu yaitu: (a) usulan kegiatan tambahan untuk CDM-LULUCF, (b) penanganan resiko non-permanence dari butir (i), (c) more comprehensive approaches dalam perhitungan emisi dan serapan dari LULUCF, dan (d) konsep additionality. Karena materi baru hanya ada untuk butir (a) dan (b) maka pembahasan difokuskan pada kedua hal tersebut yang mencakup usulan beberapa negara yaitu Chile, Columbia, dan Indonesia (berupa submisi yang dikirim sebelum pembahasan agenda tersebut). Persidangan COP 19 / CMP 9 23

24 Indonesia mengusulkan tiga tambahan kegiatan CDM bidang kehutanan yaitu : (a) cropland management dengan high density agroforestry, (b) revegetaion dengan rehabilitasi lahan kritis yang memiliki potensi penyimpanan karbon tinggi untuk above ground, tetapi juga tanah, misalnya tanah karst, dan (c) wetland drainage dan rewetting melalui restorasi/rehabilitasi lahan basah, yang dalam konteks Indonesia dapat digunakan untuk rehabilitasi mangrove dan peatland. Dalam kesempatan sidang di atas, Indonesia mengusulkan 3 hal yang diterima dan terakomodir yaitu tentang: (a) submisi lebih lanjut (elaborasi submisi sebelumnya), (b) sekretariat UNFCCC menyiapkan tecnical paper dan (c) workshop sebelum COP-20. Usulan tersebut didukung banyak negara dan menjadi bagian penting dari kesimpulan SBSTA, sebagai basis negosiasi di SBSTA 40 di Bonn dan SBSTA 41 di Lima tahun LULUCF Kyoto Protokol terkait artikel 5, 7 dan 8 Kyoto Protokol menempatkan hampir semua Table untuk pelaporan inventarisasi nasional (National Inventory Report, NIR) selesai dibahas. Panduannya adalah GHG inventory IPCC 2006 Guidelines. Format pelaporan mengacu pada Common Reporting Format on anthropogenic greenhouse gas emissions by sources and removals by sinks from land use, land-use change and forestry activities. Keputusan meminta sekretariat untuk mengembangkan software atau CRF tabel pada 15 April Pembahasan revisi accounting modalities untuk assigned amounts, dan Standard Electronic Format (SEF) dan instruksinya untuk pelaporan Kyoto Protocol units periode komitmen kedua. 1.4 Keputusan yang Dihasilkan COP-19 Merupakan COP tersukses bagi negosiasi REDD+. Pada COP 19/CMP 9 di Warsawa, telah disepakati tujuh keputusan yang berisi seluruh instrument internasional yang diperlukan untuk memulai implementasi penuh REDD+. Karena itu disebut Warsaw REDD+ Framework. Warsaw REDD+ Framework berisi kan tujuh keputusan yaitu : 1. Finance, Work Programme on results nased finance to progress the full implementation of the activities referred to in decision 1/CP.16, paragraf 70, dokumen FCCC/CP/2013/L5, 2. Koordiansi dan institusi, koordinasi of support for the implementation of activities in relation to mitigation action in the forest sector by developing countries, including institutional arrangement, dokumen FCCC/CP/2013/L6, 3. REL/RL, Methodological guidance for activities relating to reducing emission from deforestation and forest degradation and the role of conservation, sustainable management of forests and enhancement of forest carbon stock in developing countries: guidelines and procedures for technical assessment of submssions from parties on proposed forest reference emission level and/or forest reference levels, FCCC/ SBSTA/2013/L33/add.1, 24 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

25 4. MRV, Methodological guidance for activities relating to reducing emission from deforestation and forest degradation and the role of conservation, sustainable management of forests and enhancement of forest carbon stock in developing countries: modalities for measuring, reporting and verifying; dokumen FCCC/ SBSTA/2013/L.33/Add.2, 5. NFMS, Methodological guidance for activities relating to reducing emissions from deforestation and forest degradation and the role of conservation, sustainable management of forests and enhancement of forest carbon stock in developing countries: modalities for national forest monitoring systems; dokumen FCCC/SBSTA/2013/L.12/Add.1, 6. Drivers-DD, Methodological guidance for activities relating to reducing emissions from deforestation and forest degradation and the role of conservation, sustainable management of forests and enhancement of forest carbon stock in developing countries: Addresing the drivers of deforestation and forest degradation, dokumen FCCC/SBSTA/2013/L.12/Add.3, 7. Safeguards, Methodological guidance for activities relating to reducing emissions from deforestation and forest degradation and the role of conservation, sustainable management of forests and enhancement of forest carbon stock in developing countries: the timing and the frequency of presentations of the summary of information on how all the safeguards referred to in decision 1/CP. 16, appendix 1, are being addressed and respected, dokumen FCCC/SBSTA/2013/L.12/Add.2 Adapun untuk LULUCF telah diadopsi kesimpulan SBSTA yang menyangkut kegiatan tambahan untuk CDM-LULUCF dan pananganan resiko non-permanence (dokumen FCCC/SBSTA/2013/L Tindaklanjut Tindaklanjut Tingkat Nasional Dengan telah disepakatinya ketujuh keputusan COP 19 tentang REDD+ dan tujuh keputusan COP mulai Bali sampai Doha, maka untuk implementasi penuh (full implementation) REDD+ diperlukan penterjemahan dan penjabaran lebih lanjut dari pada yang telah disepakati di tingkat internasional (keputusan COP) ke dalam konteks nasional. Penterjemahan ini tidak hanya perbedaan antar negara yang dapat terjadi dalam menginterpretasikan keputusan-keputusan COP tersebut, tetapi perbedaan interpretasi dapat saja terjadi antar Kementrian/Lembaga/Pihak di dalam negeri. Untuk itu diperlukan proses dialog untuk menyepakati hasil interpretasi sesuai konteks nasional dan diperlukan keputusan politis untuk dapat menjadi guidance dalam implementasi REDD+, mulai : (i) penetapan REL/RL, (ii) pelaksanaan MRV, (iii) institusi termasuk pembagian tugas dan tanggung jawab (tidak hanya benefit), (iv) perangkat lain yang diperlukan, termasuk intervensi kebijakan terkait, NFMS, SIS-RED+. Persidangan COP 19 / CMP 9 25

26 1.5.2 Tindak Lanjut Tingkat Internasional 1. Sesuai dengan tahapannya berdasar keputusan COP 19, sejumlah isu semestinya akan masuk agenda SBI (implementasi REDD+ dan pendanaannya) mulai tahun Sejumlah isu masih harus disiapkan aspek teknis/metodologis sehingga akan berada dalam agenda SBSTA, termasuk beberapa hal sebagai berikut: a. REDD+, terdapat beberapa submisi yang harus disiapkan selama tahun 2014 sebagai berikut: 1). Safeguards, submisi dengan batas waktu 24 September 2014 (sebagai bahan negosiasi di SBSTA 41 di Lima), pertama, pandangan negara berkembang tentang pengalaman dan pembelajaran dari pembangunan SIS-REDD+ termasuk tantangan yang dihadapi, kedua, pandangan negara pihak dan organisasi observer tentang jenis informasi dari SIS REDD+ yang diperlukan dan dapat disediakan oleh negara berkembang, 2). Non-market based approach, submisi dengan batas waktu 26 Maret 2014, pandangan negara pihak dan organisaasi observer tentang arahan metodologi untuk pendekatan non pasar (non-market based approaches), sebagai bahan negosiasi di SBSTA 40 di Bonn 2014, 3). Non-carbon benefit, submisi dengan batas waktu 26 Maret 2014, pandangan negara pihak dan organisasi observer tentang aspek metodologi untuk non carbon benefits. b. LULUCF, submisi dengan batas waktu 28 Februari 2014, pandangan negara pihak dan organisasi observer tentang kegiatan tambahan untuk CDM- LULUCF dan penangan resiko non permanen. Untuk negara yang telah menyampaikan submisi sebelumnya termasuk Indonesia, submisi diminta merupakan elaborasi dari submisi sebelumnya dan dikaitkan dengan siklus CDM. 2. Isu Kehutanan dalam kesepakan 2015 (rejim paska 2020), sejalan dengan perkembangan negosasi di bawah ADP, dan banyaknya usulan tentang hutan dan sektor lahan (forest dan land sector) untuk menjadi bagian dari kesepakatan tahun 2015, kemungkinan secara bertahap REDD+ akan berevolusi menuju pendekatan landscape-based, meskipun pandangan tentang konsep ini masih beragam dan tidak mudah dalam pelaksanaan di lapangan karena persoalan lintassektoral yang belum dapat teratasi dengan mudah sampai saat ini. 26 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

27 2 Pertemuan Terkait 2.1 REDD+ Partnership Pertemuan REDD+ partnership diselenggarakan 1 hari sebelum COP-19 dimulai, dipimpin oleh Co-Chairs dari Indonesia (diwakili UK4) dan Norwegia. Indonesia diwakili oleh Kepala Pusat Standarisasi dan Lingkungan (Pustanling), sebagai focal point untuk REDD+ partnership. Pertemuan membahas beberapa hal sebagai berikut: (i) laporan hasil pertemuan di Amerika Lain dan Karibia, (ii) laporan hasil pertemuan di Kalimantan Tengah, (iii) hasil analisis tentang pembelajaran dari fast start finance untuk REDD+, (iv) voluntary data base (VRD) tentang pendanaan REDD+, (v) rencana pertemuan regional di Asia-Pacifik dan Afrika, serta (vi) pencalonan Co-Chairs untuk Semester I tahun 2014 dengan calon yang ada (pasangan Switzerland-Togo dan Diminica yang belum memiliki pasangan/wakil negara maju). Tidak ada isu substantif yang memerlukan pembahasan panjang untuk isu (i) dan (ii) dari butir (iii) dan (iv) diketahui bahwa sebagian besar dana dari fast start finance untuk REDD+ mengalir melalui kerjasama bilateral dan hanya beberapa negara termasuk Indonesia, Untuk buti (v) Indonesa mengusulkan agar pertemuan Asia- Pacifik fokus pada aspek finance yang mencakup antara lain: institutional setting pendanaan REDD+ (pembelajaran dari yang sudah ada termasuk kendala yang dihadapi dan bagaimana kemndala diatasi), akses terhadap REDD+ finance, dan isu lain yang terkait. Usulan ini mendapat dukungan dari sebagian besar negara (peserta) yang menyampaikan pandangannya. Untuk pemilihan Co-Chairs periode semester 1 tahun 2014 ditunda (akan dilakukan melalui komunikasi elektronik) karena pihak koalisi yang dimotori menginginkan Dominica menjadi Co-Chair namun belum ada pihak negara maju yang mencalonkan diri. Pertemuan Terkait 27

28 2.2 Parallel Event (Indonesia Pavillion) Sesi Seminar Kehutanan merupakan bagian dari kegiatan Indonesia Pavillion, dengan tujuan utama untuk menunjukkan kepada dunia mengenai komitmen dan upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia terhadap penurunan emisi gas rumah kaca. Indonesia Pavillion cq. Seminar Kehutanan merupakan salah satu bentuk soft diplomacy, selain diplomasi di meja perundingan, yang perlu terus dikembangkan secara pararel dengan proses perundingan UNFCCC. Seminar Kehutanan dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 November 2013, dengan narasumber dari Kementerian Kehutanan, The Nature Conservancy, JICA-IJ-REDD+ Project, Artha Graha Peduli Foundation, Sinar Mas Forestry dan PT. Pasifik Agro Sentosa, serta dihadiri oleh LSM International dan perwakilan delegasi dari berbagai negara. Sesi Seminar Kehutanan menyampaikan mengenai: 1. Pandangan umum Indonesia, baik pemerintah, swasta maupun LSM, terhadap pentingnya upaya penurunan emisi global, khususnya dari sektor kehutanan. 2. Hutan memiliki peran kunci penting terhadap upaya penurunan emisi, baik di tingkat lokal, nasional maupun dunia. 3. Kehutanan Indonesia telah melalukan berbagai inisiatif atas komitmen Indonesia terhadap penurunan emisi gas rumah kaca. Hal penting yang disampaikan terkait ini adalah bahwa inisiatif tidak dapat hanya muncul dari satu pihak saja, melainkan mengintegrasikan inisiatif dari berbagai pihak. 4. Selanjutnya disampaikan bahwa hutan tidak hanya sebatas berperan sebagai faktor penting tercapainya upaya penurunan emisi dan penyimpan karbon, namun juga dapat berperan sebagai penyedia energi berbasis lahan melalui pengembangan kayu (biomassa) sebagai sumber energi alternatif terbarukan. 28 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

29 2.3 High Level Event on the Land Sector and Forest Ketua DELRI menyampaikan keynote speech pada High Level Event on The Land Sector and Forests, yang merupakan pertemuan tingkat Menteri yang diinisiasi oleh pemerintah Polandia dan Finlandia. Secara umum, pertemuan ini menyepakati pentingnya sektor lahan dan hutan terhadap upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk kemudian diajukan kepada sebagai bagian dari substansi perjanjian di tahun Side Even SBSTA-IPCC Forum presentasi para profesor dan peneliti yang bergabung di panel antar pemerintah untuk perubahan iklim IPCC. Ada tiga hal utama yang dikemukakan terkait bukti baru tentang perubahan iklim berdasarkan hasil Kelompok Kerja I (suhu, permukaan air laut, curah hujan, intensitas dan durasi musim kering). Temuan baru itu adalah sebagai berikut: (i) bukti hampir pasti bahwa suhu permukaan laut dari tahun lebih panas, (ii) tingkat muka air laut pertengahan abad 19 lebih besar dari tingkat rata-rata selama 2 abad sebelumnya, (iii). Selang periode , tinggi rata-rata muka air laut global meningkat 19 cm, (iv) konsentrasi CO2 meningkat 40% sejak jaman pra-industri akibat emisi dari pembakaran bahan bakar fosil, dan perubahan tutupan, dan (v) lautan telah menyerap sekitar 30% emisi antropogenis CO2 yang menyebabkan acidifikasi. Temuan ini didasarkan pada banyak analisis ilmiah independen, pengamatan dari sistem iklim, arsip paleoklimatik, teoritikal studi tentang proses iklim dan simulasi model iklim. Pertemuan Terkait 29

30 3 Penutup Dengan telah disepakatinya ketujuh keputusan COP 19 tentang REDD+ dan tujuh keputusan COP mulai Bali sampai Doha, maka untuk implementasi penuh (full implementation) REDD+ diperlukan penterjemahan dan penjabaran lebih lanjut dari pada yang telah disepakati di tingkat internasional (keputusan COP) ke dalam konteks nasional. Sejak Bali sampai Warsawa, terdapat 14 keputusan isu kehutanan yang dihasilkan, baik aspek metodologi, finansial maupun koordinasi institusional. Beberapa rekomendasi tindak lanjut tingkat nasional dan internasional sudah dikemukakan dalam buku ini. Untuk Indonesia tindak lanjut dan arah implementasi keputusan REDD+ sangat bergantung pada bagaimana pandangan tentang konsep dan pemahaman terhadap keputusan REDD+ yangmasih beragam. Karena itu bukan hal yang mudah dalam pelaksanaannya di lapangan karena persoalan lintas-sektoral yang belum dapat teratasi dengan mudah sampai saat ini. Perbedaan dalam menginterpretasikan Keputusan-Keputusan COP tersebut, dapat terjadi antar Kementrian/Lembaga/ Pihak di dalam negeri. Untuk itu diperlukan proses dialog untuk menyepakati hasil interpretasi sesuai konteks nasional dan diperlukan keputusan politis untuk dapat menjadi guidance dalam implementasi REDD+, mulai : (i) penetapan REL/RL, (ii) pelaksanaan MRV, (iii) institusi termasuk pembagian tugas dan tanggung jawab (tidak hanya benefit), (iv) perangkat lain yang diperlukan, termasuk intervensi kebijakan terkait, NFMS, SIS-RED+. Semoga spirit yang terbawa dari Stadium Olimpiade Nasional, dengan moto citius, altius, fortius atau lebih cepat, lebih tinggi dan lebih kuat akan menambah inspirasi, menuju kesamaan sosial, dan keberlanjutan kehutanan masa depan yang diinginkan dan diperlukan. 30 COP 19 / CMP 9 Tahun 2013 tersukses untuk REDD+ Citius Altius F ortius

31 Daftar Pustaka Hindarto, D.E Hasil Perundingan COP XIX Di Warzsawa Untuk Pasar Karbon. Makalah Disampaikan Pada Workshop Update COP19/CMP 9 Di Jakarta 26 November Nur Masripatin Hasil Negosiasi Isu Kehutanan Dalam Cop-19/Cmp-9 Warsaw, November Makalah disampaikan pada Workshop Update COP19/CMP 9 di Jakarta 26 November Sitorus, S Hasil Keputusan Terkait Butir Agenda Pendanaan COP 19/ CMP 9. Makalah disampaikan pada Workshop Update COP19/CMP 9 di Jakarta 26 November United Nations Framework Convention on Climate Change. unfccc.int. Official site for UN Climate Secretaria Penutup 31

United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI

United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3 Kantor UKP-PPI/DNPI Alur Perundingan 19th session of the Conference of the Parties to the UNFCCC (COP19) 9th

Lebih terperinci

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Proses UNFCCC terkait pendanaan, 2013 ADP 2-1 Bonn 29 Apr-3 Mei Intersessional Bonn 3-14

Lebih terperinci

Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN) Jakarta, 30 Oktober 2012

Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN) Jakarta, 30 Oktober 2012 Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN) Jakarta, 30 Oktober 2012 Dua ad-hoc working groups, AWG-KP dan AWG-LCA, akan diakhiri di Doha AWG-LCA: diakhiri dengan agreed outcome untuk isu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9. tahun 2013 TERSUKSES. untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga

KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9. tahun 2013 TERSUKSES. untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga KEMENTERIAN KEHUTANAN COP19/CMP9 tahun 2013 TERSUKSES untuk REDD+: Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga Daftar Isi Daftar Isi...2 Pengantar...3 1. Persidangan COP 19 / CMP 9...5 1.1 Struktur

Lebih terperinci

Overview of Climate Negotiation: Balanced Package for Doha?

Overview of Climate Negotiation: Balanced Package for Doha? Overview of Climate Negotiation: Balanced Package for Doha? Tazwin Hanif Deputy Director for Sustainable Development. Ministry of Foreign Affairs Dialog Kebijakan Indonesia Climate Action Network (ICAN)

Lebih terperinci

Hasil Pertemuan COP 17 dan COP/CMP 7 di DURBAN. Pekerjaan Rumah Indonesia

Hasil Pertemuan COP 17 dan COP/CMP 7 di DURBAN. Pekerjaan Rumah Indonesia Hasil Pertemuan COP 17 dan COP/CMP 7 di DURBAN Pekerjaan Rumah Indonesia oleh: Liana Bratasida lianab125@yahoo.com Jakarta, 22 Maret 2012 Negosiasi Internasional Menjelang 2012 Struktur Organisasi UNFCCC

Lebih terperinci

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Pokok Bahasan Tentang Konvensi Struktur Konvensi Peluang dukungan dan dana Tentang Protokol Kyoto Elemen & Komitmen Protokol Kyoto

Lebih terperinci

Kebijakan Pelaksanaan REDD

Kebijakan Pelaksanaan REDD Kebijakan Pelaksanaan REDD Konferensi Nasional terhadap Pekerjaan Hijau Diselenggarakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional Jakarta Hotel Borobudur, 16 Desember 2010 1 Kehutanan REDD bukan satu-satunya

Lebih terperinci

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA

Lebih terperinci

COP 17/CMP 7 DIBUKA OLEH

COP 17/CMP 7 DIBUKA OLEH COP 17/CMP 7 DIBUKA OLEH sambutan dari Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Christiana Figueres, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, dan pidato pembukaan oleh Menteri Lingkungan Afrika Selatan, Nkoana-Mashabane

Lebih terperinci

Ari Mochamad Sekretaris Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI)

Ari Mochamad Sekretaris Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Ari Mochamad Sekretaris Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) L and D Map mandates, workplans, and/or decisions with adaptation relevance the work programme on loss and damage (L&D WP),

Lebih terperinci

Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus

Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Disampaikan dalam rangka PELATIHAN MEKANISME PEMBAYARAN REDD PLUS Hotel Grand USSU, Cisarua, 21 Desember

Lebih terperinci

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban COP 17 di Durban akan menjadi titik balik proses negosiasi PBB untuk perubahan iklim. Para pemimpin dunia dapat meneruskan capaian yang telah dihasilkan

Lebih terperinci

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima No.161, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Perangkat REDD+. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN. Jakarta, 26 Januari 2017

DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN. Jakarta, 26 Januari 2017 DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN Workshop Nasional "Menterjemahkan Transparency Framework Persetujuan Paris dalam Konteks Nasional" Jakarta, 26 Januari 2017 ISU STRATEGIS ORGANISASI

Lebih terperinci

Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC)

Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) Prosiding Komunikasi Stakeholder tentang Penanganan Perubahan Iklim Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Implikasinya terhadap Penanganan Perubahan Iklim Bidang Kehutanan Indonesia Jakarta, 11 Desember

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Lampiran 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja

Lebih terperinci

Emisi global per sektornya

Emisi global per sektornya Adaptasi Perubahan Iklim sebagai Langkah Mendesak dan Prioritas Ari Mochamad Sekretaris Kelompok Kerja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Disampaikan pada acara FGD tentang Kajian Peraturan

Lebih terperinci

Tata ruang Indonesia

Tata ruang Indonesia Tata ruang Indonesia Luas 190,994,685 Ha Hutan Produksi Kawasan Non-hutan Hutan Produksi Terbatas Hutan konservasi Hutan dilindungi Sumber: Statistik Kehutanan Indonesia 2008, Departemen Kehutanan Indonesia

Lebih terperinci

Pendanaan utk Mitigasi Sektor Kehutanan dan Kesiapan Pasar REDD+ di Indonesia

Pendanaan utk Mitigasi Sektor Kehutanan dan Kesiapan Pasar REDD+ di Indonesia Pendanaan utk Mitigasi Sektor Kehutanan dan Kesiapan Pasar REDD+ di Indonesia Ismid Hadad Dewan Nasional Perubahan Iklim Presentasi untuk Workshop Kementerian Kehutanan tentang Pendanaan dan Mekanisme

Lebih terperinci

REDDI : FCPF-Readiness Plan/Readiness Preparation

REDDI : FCPF-Readiness Plan/Readiness Preparation DEPARTEMEN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA REDDI : FCPF-Readiness Plan/Readiness Preparation Proposal Jakarta, 14 September 2009 MINISTRY OF FORESTRY PENGERTIAN REDD (Reducing Emissions from Deforestation

Lebih terperinci

Oleh. Dr. Sunaryo Staf Ahli Menteri Kehutanan IV Bidang Kemitraan/ Ketua Tim CDM Kehutanan

Oleh. Dr. Sunaryo Staf Ahli Menteri Kehutanan IV Bidang Kemitraan/ Ketua Tim CDM Kehutanan LAPORAN MENGIKUTI SIDANG SBSTA DAN SBI-22 KONVENSI PERUBAHAN IKLIM (Twenty-second Sessions of Subsidiary Bodies of the United Nations Framework Convention on Climate Change) Bonn, Jerman, 19 27 May 2005

Lebih terperinci

Peran Pendanaan Perubahan Iklim di dalam Pendanaan untuk Pembangunan dan Dampaknya bagi Indonesia

Peran Pendanaan Perubahan Iklim di dalam Pendanaan untuk Pembangunan dan Dampaknya bagi Indonesia Peran Pendanaan Perubahan Iklim di dalam Pendanaan untuk Pembangunan dan Dampaknya bagi Indonesia Henriette Imelda Institute for Essential Services Reform Kehati, 27 April 2015 Pendanaan Perubahan Iklim

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

Penterjemahan Kerangka Transparansi - Paris Agreement ke dalam konteks Nasional

Penterjemahan Kerangka Transparansi - Paris Agreement ke dalam konteks Nasional Penterjemahan Kerangka Transparansi - Paris Agreement ke dalam konteks Nasional Translating Transparency Framework of Paris Agreement to National Context Dipresentasikan oleh Belinda A Margono Pada acara

Lebih terperinci

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA Dr. Etti Ginoga Kepala Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan BADAN LITBANG

Lebih terperinci

STRATEGI READINESS REDD INDONESIA ( )

STRATEGI READINESS REDD INDONESIA ( ) MINISTRY OF FORESTRY STRATEGI READINESS REDD INDONESIA (2009-2012) POKJA Perubahan Iklim Departemen Kehutanan Disampaikan pada acara Konsultasi Publik, Jakarta, 14 September 2009 MINISTRY OF FORESTRY PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan suhu global. Kegiatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca dapat berasal dari pembakaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Konservasi dan Perubahan Iklim. Manado, Pipin Permadi GIZ FORCLIME

Konservasi dan Perubahan Iklim. Manado, Pipin Permadi GIZ FORCLIME Konservasi dan Perubahan Iklim Manado, 28.05.2015 Pipin Permadi GIZ FORCLIME www.forclime.org Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan suatu keadaan dimana pola iklim dunia berubah secara drastis dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK

MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Januari 2017 MENTERJEMAHKAN TRANSPARANSI FRAMEWORK PERSETUJUAN PARIS DALAM KONTEKS NASIONAL Dr. Ir.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBAHASAN BONN CLIMATE CHANGE CONFERENCE

PERKEMBANGAN PEMBAHASAN BONN CLIMATE CHANGE CONFERENCE PERKEMBANGAN PEMBAHASAN BONN CLIMATE CHANGE CONFERENCE Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Neger RI Juni 2015 Outline Proses menuju kesepakatan baru

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Update on Indonesia Climate Change Policy Development

Update on Indonesia Climate Change Policy Development Update on Indonesia Climate Change Policy Development Dr. Medrilzam Director for Environment Affairs Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Presented

Lebih terperinci

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung Dicky Edwin Hindarto Koordinator Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon Sosialisasi Skema Penilaian Kesesuaian Greenhouse Gases

Lebih terperinci

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun

Lebih terperinci

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri 2015 Outline Pentingnya SDGs Proses dan

Lebih terperinci

MRV dalam skema JCM. Sekretariat JCM Indonesia

MRV dalam skema JCM. Sekretariat JCM Indonesia MRV dalam skema JCM Sekretariat JCM Indonesia 1 Memahami MRV Garis besar konsep MRV dalam skema mitigasi perubahan iklim M R V Measurement / Pengukuran Reporting / Pelaporan Verification / Verifikasi Registri

Lebih terperinci

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI KONTRIBUSI NON-PARTY STAKEHOLDERS (NPS) DI KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI Niken Sakuntaladewi (niken_sakuntaladewi@yahoo.co.uk) Pusat Litbang Sosial,

Lebih terperinci

De Foresta H, K. A. (2000). Agroforest khas Indonesia - Sebuah Sumbangan Masyarakat. In Ketika Kebun Berupa Hutan (p. 249). Bogor: ICRAF.

De Foresta H, K. A. (2000). Agroforest khas Indonesia - Sebuah Sumbangan Masyarakat. In Ketika Kebun Berupa Hutan (p. 249). Bogor: ICRAF. Daftar Pustaka Books De Foresta H, K. A. (2000). Agroforest khas Indonesia - Sebuah Sumbangan Masyarakat. In Ketika Kebun Berupa Hutan (p. 249). Bogor: ICRAF. Subiksa, F. A. (2008). Lahan Gambut: Potensi

Lebih terperinci

Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC

Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC Rabu, 17 Januari 2018 Workshop Elaborasi NDC Adaptasi Perubahan Iklim KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+ MENTERI KEHUTANAN LETTER OF INTENT (LOI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH NORWEGIA TENTANG KERJASAMA PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI KEHUTANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

Topik A4 Lahan gambut dan perjanjian internasional. Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk lahan gambut.

Topik A4 Lahan gambut dan perjanjian internasional. Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk lahan gambut. Topik A4 Lahan gambut dan perjanjian internasional. Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk lahan gambut. Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional

Lebih terperinci

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN Muhammad Zahrul Muttaqin P3SEKPI, BLI KLHK Jakarta, 28 November 2017 Pendahuluan REDD+ sebagai positif insentif REDD+ sebagai sebuah program nasional yang dilaksanakan

Lebih terperinci

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

Strategi dan Rencana Implementasi MRV REDD+

Strategi dan Rencana Implementasi MRV REDD+ Strategi dan Rencana Implementasi MRV Workshop Sistem MRV Sumatera Barat Padang, 13-14 September 2012 0 Topik bahasan I II Rasionalisasi Sistem MRV III Roadmap MRV IV Lembaga MRV 1 1 9/24/2012 Mandat Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REDUCING EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION, ROLE

Lebih terperinci

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 OUTLINE 1. PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA 2. PARIS CLIMATE AGREEMENT: PENANDATANGANAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Perkembangan Pendanaan REDD+

Perkembangan Pendanaan REDD+ Outline Perkembangan REDD+ Mekanisme pendanaan REDD+ Mengapa trust fund? Dasar hukum trust fund Jenis-jenis trust fund Indonesia Climate Change Trust Fund Penutup Rp Perkembangan Pendanaan REDD+ Pendanaan

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM Disusun oleh: DANIEL AGA ARDIANTO NPM : 02 05 08058 PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum PROGRAM

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ambon, 3 Juni 2016 PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA disampaikan dalam WORKSHOP AHLI PERUBAHAN IKLIM REGIONAL MALUKU DAN MALUKU UTARA PENINGKATAN KAPASITAS AHLI DALAM PENANGANAN PEMANASAN

Lebih terperinci

National Planning Workshop

National Planning Workshop Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan

Lebih terperinci

SELAMAT TAHUN BARU 2011

SELAMAT TAHUN BARU 2011 SELAMAT TAHUN BARU 2011 TIM PENGARAH (National Program Executive Boad - PEB) STRUKTUR ORGANISASI REDD+ PROGRAMME INDONESIA NATIONAL PROJECT MANAGER (NPM) Laksmi Banowati STRUKTUR ORGANISASI PMU REDD+ PROGRAMME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding Workshop MRV dalam rangka REDD+ di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding ini merupakan hasil dari workshop dengan judul yang sama yang dilaksanakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global Kementerian Luar Negeri 30/01/2014 1 KTT Rio+20: the Future We Want Konferensi PBB untuk Pembangunan

Lebih terperinci

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia JCM Indonesia Secretariat Data suhu bulanan global Suhu rata-rata global meningkat drastic dan hamper mencapai 1.5 O Celcius dibanding dengan jaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15.11.2011 In cooperation with 14.05.2012 Page Seite 1 ISI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Kemajuan Penyusunan Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2005

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2005 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN AMENDMENT TO THE BASEL CONVENTION ON THE CONTROL OF TRANSBOUNDARY MOVEMENTS OF HAZARDOUS WASTES AND THEIR DISPOSAL ( AMENDEMEN

Lebih terperinci

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN 11. Penanggulangan perubahan iklim merupakan tema inti agenda pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 PENANAMAN MODAL TERKAIT PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (THE TRADE RELATED INVESTMENT MEASURES-TRIMs) A. Agreement on Trade

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi isu lingkungan yang paling banyak dibicarakan saat ini, baik pada tataran ilmiah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD

Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD Dr. Suyanto Bogor 30-31 May 2011 Global Climate Change has become one of the top priorities on the global agenda 4 UNFCCC & Kyoto Protocol UNFCCC: Konvesi ttg

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif. Laporan tentang Penilaian terhadap Beberapa Pilihan untuk Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD)

Ringkasan eksekutif. Laporan tentang Penilaian terhadap Beberapa Pilihan untuk Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) Laporan tentang Penilaian terhadap Beberapa Pilihan untuk Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) Ringkasan eksekutif Pemerintah Norwegia Dokumen ini diterbitkan untuk kepentingan

Lebih terperinci

AMENDEMEN MONTREAL AMENDEMEN ATAS PROTOKOL MONTREAL YANG DIADOPSI OLEH PERTEMUAN KESEMBILAN PARA PIHAK

AMENDEMEN MONTREAL AMENDEMEN ATAS PROTOKOL MONTREAL YANG DIADOPSI OLEH PERTEMUAN KESEMBILAN PARA PIHAK PASAL 1: AMENDEMEN AMENDEMEN MONTREAL AMENDEMEN ATAS PROTOKOL MONTREAL YANG DIADOPSI OLEH PERTEMUAN KESEMBILAN PARA PIHAK A. Pasal 4, ayat 1 qua Ayat berikut wajib dimasukkan sesudah Pasal 4 ayat 1 ter

Lebih terperinci

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR Dr. Armi Susandi, MT Program Studi Meteorologi Departemen

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENAMBATAN KARBON PADA BERBAGAI BENTUK SISTEM USAHA TANI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK MULTIFUNGSI

PENAMBATAN KARBON PADA BERBAGAI BENTUK SISTEM USAHA TANI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK MULTIFUNGSI PENAMBATAN KARBON PADA BERBAGAI BENTUK SISTEM USAHA TANI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK MULTIFUNGSI Rizaldi Boer Laboratorium Klimatologi, Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB Penambatan karbon merupakan

Lebih terperinci

Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE

Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE Muhammad Ridwan 17 Maret 2010 Bahan disarikan dari beberapa tulisan

Lebih terperinci

LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE 44 TH SBI,

LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE 44 TH SBI, UNITED NATIONS CLIMATE CONFERENCE,44 TH SBI, 44 TH SBSTA, 1 ST APA, Bonn, Germany, 16-26 May 2016 LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE 44 TH SBI, 44 TH SBSTA,

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC)

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

Tahapan pembangunan proyek dalam skema JCM. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia

Tahapan pembangunan proyek dalam skema JCM. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Tahapan pembangunan proyek dalam skema JCM Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Sekretariat JCM Indonesia Pemerintah Jepang Pemerintah Indonesia Anggota Komite Bersama Jepang Komite Bersama JCM Anggota

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDANAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PENDANAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENDANAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas Intergovernmental Committee of Experts

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia

Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia Strategi Pengembangan Pembelajaran Perubahan Iklim di Indonesia Doddy S. Sukadri Yayasan Mitra Hijau (YMH) Jakarta 29 Maret 2017 Paparan Hari ini UNFCCC LATAR BELAKANG Artikel 6 UNFCCC (Action for Climate

Lebih terperinci

KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA

KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA Ir. Emma Rachmawaty, M.Sc Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia sejak diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia sejak diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan isu global yang mulai menjadi topik perbincangan dunia sejak diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brasil,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi GCF

Pertemuan Koordinasi GCF Didanai oleh Uni Eropa Pertemuan Koordinasi GCF Bali, 23-25 Juni 2014 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan pelopor global dalam hal komitmen negara berkembang untuk melakukan aksi mitigasi secara nasional

Lebih terperinci

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI Koordinator DEDEN DJAENUDIN TARGET OUTPUT RPI 2010-2014 SINTESA OUTPUT 1: OUTPUT 2: OUTPUT 3: OUTPUT 4: OUTPUT 5: Sosial

Lebih terperinci