[ kata pengantar ] [ kata pengantar ]

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "[ kata pengantar ] [ kata pengantar ]"

Transkripsi

1 [ kata pengantar ] Buku ini adalah terjemahan Album Signaalwezen yang ditambah dengan dengan beberapa hal berasal dari buku-buku lain dan pengalaman penyusun. Adapun terjemahan yang ditulis di sini hanya memuat hal-hal yang dianggap perlu saja. Disusun khusus untuk para pegawai teknis dalam bidang sinyal dan telekomunikasi yang membutuhkan pedoman sinyal mekanik sebagai ilmu pengetahuan dasar atau penolong, misalnya untuk kepala distrik atau kepala seksi sinyal dan lain-lain. Buku ini juga dapat dipakai sebagai bahan untuk membuat rencana pengamanan yang menggunakan sinyal mekanik dan sebagai bahan persiapan untuk menempuh ujian dinas. Dalam buku teknik sinyal mekanik ini diutamakan penjelasan yang terang dan singkat mengenai cara kerja berbagai peralatan sinyal mekanik serta pemeliharaannya. Di samping sedikit teori juga diberikan contoh-contoh penggunaannya. Buku ini adalah bagian yang memuat naskah dan yang memuat gambar-gambar merupakan pelengkap. Gambar-gambar diberi penomoran secara khusus. Misalnya gambar V.C.2 adalah gambar dalam bab V, pasal C dan mempunyai nomor urut 2. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat yang telah ikut pula memberikan saran-saran dan bantuan sehingga terwujudnya buku ini. Akhirnya tiap saran dan kritik yang diberikan kepada kami yang bermaksud untuk memperbaiki atau menyempurnakan buku ini, kami terima dengan senang hati. Bandung, tanggal Penyusun, SOEPARNO NIP [ kata pengantar ] i

2 [ daftar isi ] [ kata pengantar ]... i [ daftar isi ]... ii BAB I A SINYAL LENGAN DENGAN BALANS JAMIN A.1 Cara Kerja Balans Jamin A.2 Cara Kerja Pengatur Cahaya A.3 Persyaratan Sinyal Lengan dengan Balans B SINYAL LENGAN DENGAN RODA GUNTING B.1 Cara Kerja Roda Gunting B.2 Konstruksi Tempat Lentera B.3 Cara Kerja Pengatur Cahaya B.4 Contoh Susunan Saluran Kawat Tarik Sinyal B.5 Persyaratan Sinyal Lengan dengan Roda Gunting C SINYAL BERLENGAN DUA DENGAN RODA GUNTING YANG BERGABUNG C.1 Cara Kerja Dua Roda Gunting yang Digabung C.2 Persyaratan Dua Roda Gunting yang Digabung dan Sinyal dengan Dua Roda Engkol 13 1.D SINYAL LANGSIR D.1 Cara Kerja Penggerak Lengan D.2 Konstruksi Tempat Lentera D.3 Cara Kerja Pengatur Cahaya D.4 Persyaratan Sinyal Langsir E MENDIRIKAN TIANG SINYAL E.1 Persyaratan Mendirikan Tiang Sinyal Lengan F PENGECATAN LENGAN SINYAL DAN TIANG F.1 Persyaratan Pengecatan Tiang Sinyal Lengan G PESAWAT TARIK KEMBAR G.1 Cara Kerja Pesawat Tarik Kembar G.2 Beberapa Contoh Penggunaan Pesawat Tarik Kembar G.3 Persyaratan Pesawat Tarik Kembar H RENCANA SEMBOYAN BARU H.1 Dinas Siang H.2 Dinas Malam H.3 Pengaturan Warna Cahaya pada Semboyan Baru H.4 Cara Kerja Pengatur Warna Cahaya BAB II A WESEL DENGAN KAIT A.1 Cara Kerja Kait A.2 Roda Wesel Tipe I.S.S A.3 Persyaratan Roda Wesel Tipe I.S.S A.4 Persyaratan Wesel Biasa dengan Kait [ daftar isi ] ii

3 2.A.5 Persyaratan Wesel Inggris dengan Kait B WESEL TANPA KAIT B.1 Cara Kerja Roda Wesel Tipe NS B.2 Pelanggaran Wesel B.3 Persyaratan Roda Wesel Tipe NS C TANDA WESEL C.1 Cara Kerja Tanda Wesel Biasa C.2 Cara Kerja Tanda Wesel Inggris C.3 Persyaratan Tanda Wesel D KEDUDUKAN WESEL YANG HARUS DITENTUKAN E SEKAT DAN KANCING E.1 Pembuatan Cowakan pada Jidar Kancing Wesel Atau Sekat pada Wesel dengan Kait 45 2.E.2 Persyaratan Sekat dan Kancing F KUNCI JAMIN DAN KUNCI CLAUSS F.1 Cara Kerja Kunci Jamin F.2 Persyaratan Kunci Jamin dan Kunci Clauss G KANCING WAKTU G.1 Cara Kerja Kancing Waktu G.2 Persyaratan Kancing Waktu BAB III A PERKAKAS HENDEL TIPE ALKMAAR A.1 Cara Kerja Perkakas Hendel Tipe Alkmaar A.2 Bentuk Penguncian A.3 Susunan Pal A.4 Persyaratan Perkakas Hendel Tipe Alkmaar B KUNCI GANDENG B.1 Cara Kerja Kunci Gandeng B.2 Persyaratan Kunci Gandeng C KUNCI SEPUR OTOMATIS C.1 Cara Kerja Kunci Sepur Otomatis C.2 Persyaratan Kunci Sepur Otomatis D SEKAT HENDEL D.1 Cara Kerja Sekat Hendel (gambar III.D.1) D.2 Persyaratan Sekat Hendel E PETAK JALAN MALAM E.1 Perubahan Setasiun Menjadi Setasiun Antara E.2 Pengaturan Perjalanan Kereta Api E.3 Pengontrolan Apakah Setasiun Antara Telah Menjadi Jalan Bebas E.4 Penggunaan Pesawat Telepon Ladang E.5 Persyaratan Pengamanan di Setasiun Antara F KUNCI MALAM TIPE ALKMAAR F.1 Cara Kerja Kunci Malam G CONTOH BAGAN PENGAMANAN EMPLASEMEN H PESAWAT PENUNJUK KEDUDUKAN WESEL H.1 Susunan Pesawat Penunjuk Kedudukan Wesel H.2 Cara Kerja Pesawat Penunjuk Kedudukan Wesel H.3 Hal Khusus [ daftar isi ] iii

4 3.H.4 Persyaratan Pesawat Penunjuk Kedudukan Wesel BAB IV A SALURAN KAWAT TARIK ATAS A.1 Bahan Yang Diperlukan A.2 Pemasangan Saluran Kawat Tarik Atas B SALURAN KAWAT TARIK BAWAH TANAH B.1 Bahan Yang Diperlukan B.2 Persyaratan Jalan Kawat Tarik di Bawah Tanah C SISTEM SALURAN KAWAT TARIK D BAGAN SALURAN KAWAT TARIK BAB V A SUSUNAN A.1 Penempatan Perkakas Hendel A.2 Jarak Antara Baut Perkakas Hendel A.3 Cara Kerja Perkakas Hendel Type S & H A.4 Jenis Uluran Sekrup untuk Penambat Sentil pada Poros A.5 Ruang Bangun Muka A.6 Penempatan Sisir A.7 Lemari Mistar Kembar A.8 Penyambungan Perkakas Hendel A.9 Penutupan Lemari Mistar A.10 Pelat Petunjuk Warna, Huruf dan Angka A.11 Persyaratan Alat-Alat Dalam Lemari Mistar B HENDEL WESEL B.1 Cara Kerja Hendel Wesel B.2 Persyaratan Hendel Wesel C HENDEL SINYAL C.1 Pemasangan Hendel Sinyal C.2 Kontak Hendel C.3 Persyaratan Hendel Sinyal D HENDEL KANCING D.1 Susunan Hendel Kancing D.2 Penguncian Hendel Kancing D.3 Persyaratan Hendel Kancing E HENDEL KANCING TIGA KEDUDUKAN E.1 Susunan Hendel Kancing Tiga Kedudukan E.2 Cara Kerja Hendel Kancing Tiga Kedudukan E.3 Persyaratan Hendel Kancing Tiga Kedudukan F SEMAT KUNCI HENDEL F.1 Jenis Semat Kunci F.2 Sentil Untuk Penggantung Semat F.3 Suku Pembelok Semat Kunci F.4 Persyaratan Semat Kunci dan Suku Penghubungnya G BAGAN SUSUNAN SENTIL G.1 Fungsi Sentil G.2 Contoh Penggunaan Sentil G.3 Pengucilan [ daftar isi ] iv

5 5.G.4 Sistematika Pembuatan Susunan Sentil H PEMBATAS LANGKAH GERAK KRUK I MISTAR PENGGUNAAN BERSAMA I.1 Penggunaan Sentil J HUBUNGAN ANTARA SEBUAH SINYAL DENGAN BEBERAPA SINYAL J.1 Dengan Menggunakan Sentil 63 dan Sentil 19R J.2 Dengan Menggunakan Sentil 49, 50 dan J.3 Dengan Menggunakan Sentil 23 dan Kait K PENGUNCIAN SEMENTARA K.1 Dengan Menggunakan Sentil 49 C K.2 Dengan Menggunakan Sentil 23 dan Kait L HUBUNGAN ANTARA HENDEL WESEL DAN HENDEL KANCING L.1 Cara Kerja Alat Penghubung M KUNCI POROS M.1 Cara Kerja Kunci Poros M.2 Contoh Penggunaan Kunci Poros M.3 Persyaratan Kunci Poros N PENGUNCIAN FAKULTATIF N.1 Cara Kerja Penguncian Fakultatif O KRUK TIGA KEDUDUKAN O.1 Cara Kerja Tiga Kedudukan P DINAS MALAM SISTEM A P.1 Maksud Dinas Malam Sistem A P.2 Cara Kerja Dinas Malam Q PELAT PETUNJUK Q.1 Perkakas Hendel Type S & H Q.2 Susunan Tulisan pada Pelat Petunjuk Q.3 Warna Tulisan pada Pelat Petunjuk BAB VI A PENGGAMBARAN ALAT PENGAMAN B UKURAN GAMBAR DAN TANDA ALAT PENGAMAN C BAGAN WESEL INGGRIS DAN NOMOR LIDAH-LIDAHNYA BAB VII A KUNCI LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK A.1 Cara Kerja Kunci Listrik A.2 Besarnya Tahanan Kunci Listrik dan Arus yang Dibutuhkan A.3 Suku-Suku Bagian Khusus A.4 Persyaratan Kunci Listrik Arus Bolak-Balik B TINGKAPAN ATAS B.1 Cara Kerja Tingkapaan Atas B.2 Hal Khusus B.3 Persyaratan Sekat Kenop Tekan Arus Bolak-Balik C INDUKTOR BLOK C.1 Cara Kerja Induktor Blok C.2 Pal Cegah Putar Balik C.3 Kedudukan Poros Separuh C.4 Syarat Pengujian C.5 Hal Khusus [ daftar isi ] v

6 7.D LONCENG PANGGIL DAN KENOP PANGGIL D.1 Hal Khusus D.2 Kenop Panggil D.3 Hal Khusus D.4 Persyaratan Lonceng Panggil dan Kenop Panggil BAB VIII A SEKAT KENOP TEKAN LISRIK A.1 Cara Kerja Sekat Kenop Tekan Listrik A.2 Hal Khusus A.3 Persyaratan Sekat Kenop Tekan Listrik B KUNCI LISTRIK ARUS SEARAH B.1 Cara Kerja Kunci Listrik Arus Searah B.2 Hal Khusus B.3 Persyaratan Kunci Listrik Arus Searah C RELAY REL ISOL C.1 Relay Type H.S C.2 Persyaratan Relay Type H.S C.2 Relay Type V.E.S C.4 Persyaratan Relay Type V.E.S D SAMBUNGAN REL ISOL D.1 Cara Kerja Rel Isol D.2 Hal Khusus D.3 Persyaratan Sambungan Rel Isol E KONTAK REL E.1 Cara Kerja Kontak Rel E.2 Hal Khusus E.3 Persyaratan Kontak Rel F BAGAN JALAN ARUS KUNCI WESEL BERANGKAT DENGAN REL ISOL DAN KONTAK REL F.1 Cara Kerja Tingkapan Kunci Wesel Berangkat F.1 Hal Khusus F.3 Sumber Arus dan Tahanan Muka BAB IX A HUBUNGAN ANTARA TINGKAPAN DAN LEMARI MISTAR DENGAN PERANTARAAN MARTIL B HUBUNGAN ANTARA TINGKAPAN DAN LEMARI MISTAR DENGAN PERANTARAAN PELAT B.1 Jenis Pelat B.2 Hal Khusus B.3 Persyaratan Sentil Martil dan Plat BAB X A BAGAN PENGAWATAN B BAGAN JALAN ARUS C CONTOH BAGAN JALAN ARUS D HAL KHUSUS BAB XI A SUSUNAN PESAWAT UNTUK PEMASUKAN DARI SETASIUN R A.1 Cara Kerja [ daftar isi ] vi

7 11.A.2 Hal Khusus B SUSUNAN PESAWAT UNTUK PEMBERANGKATAN KE SETASIUN R B.1 Cara Kerja B.2 Hal Khusus BAB XII A UNDANG-UNDANG MENGENAI PERJALANAN KERETA API (SPOORWEG VERORDENING) B PERSYARATAN PESAWAT BLOK DI JALAN BEBAS C SISTEM HUBUNGAN BLOK BAB XIII A SEKAT KENOP TEKAN MEKANIK YANG DIHUBUNGKAN DENGAN SEMAT TEKAN A.1 Cara Kerja A.2 Hal Khusus B SEKAT KENOP TEKAN MEKANIK DAN SEKAT HENDEL MEKANIK YANG DIHUBUNGKAN DENGAN SEMAT KUNCI BAWAH B.1 Cara Kerja B.2 Hal Khusus C PENGGANDENG SEKAT KENOP TEKAN DAN/ATAU SEKAT HENDEL MEKANIK D PENUTUPAN SEKAT KENOP TEKAN/ HENDEL MEKANIK E SEMAT KENOP TEKAN MEKANIK YANG BEKERJA DENGAN POROS KRUK E.1 Cara Kerja Sentil 21 D E.2 Persyaratan BAB XIV A DI SETASIUN KECIL A.1 Cara Kerja A.2 Persyaratan B DI POS-BLOK B.1 Cara Kerja B.2 Persyaratan C DI SETASIUN DENGAN PESAWAT BLOK DALAM RUMAH SINYAL C.1 Cara Kerja Tingkapan Sinyal Terjerat D DI SETASIUN BESAR DENGAN PESAWAT BLOK DALAM POS P D.1 Cara Kerja Tingkapan KA Masuk D.2 Cara Kerja Tingkapan KA Berangkat D.3 Cara Kerja Tingkapan Jalan Langsung BAB XV A DI SETASIUN KECIL A.1 Cara Kerja A.2 Hal Khusus B DI SETASIUN BESAR DENGAN PESAWAT BLOK YANG DITEMPATKAN DI RUMAH SINYAL B.1 Cara Kerja Tingkapan Sinyal Terjerat B.2 Hal Khusus B.3 Cara Kerja Tingkapan Izin Buka Blok [ daftar isi ] vii

8 15.C DI SETASIUN BESAR DENGAN PESAWAT BLOK YANG DITEMPATKAN DI POS PPKA C.1 Cara Kerja Tingkapan Kereta Api Masuk C.2 Cara Kerja Tingkapan Kereta Api Berangkat C.3 Cara Kerja Tingkapan Jalan Langsung BAB XVI A DI SETASIUN KECIL A.1 Cara Kerja A.2 Hal Khusus A.3 Persyaratan B DI SETASIUN BESAR DENGAN PESAWAT BLOK YANG DITEMPATKAN DI RUMAH SINYAL B.1 Cara Kerja Tingkapan Sinyal Terjerat B.2 Hal Khusus B.3 Cara Kerja Tingkapan Izin Buka Blok B.4 Persyaratan C DI SETASIUN BESAR DENGAN PESAWAT BLOK YANG DITEMPATKAN DI POS PPKA C.1 Cara Kerja Tingkapan Kereta Api Masuk C.2 Cara Kerja Tingkapan Kereta Api Berangkat C.3 Persyaratan C.4 Cara Kerja Tingkapan Jalan Langsung BAB XVII A CARA KERJA B PERSYARATAN C JALAN ARUS SEKAT KNOP TEKAN LISTRIK DAN TINGKAPAN KUNCI WESEL 288 BAB XVIII A CARA KERJA BAB XIX A CARA MEMPLOMBIR B. PEMUTUSAN PLOMBIR C PERSYARATAN BAB XX A JARAK ANTARA SINYAL MASUK DAN TITIK BAHAYA B JARAK TAMPAK MINIMUM [ daftar isi ] viii

9 BAB I SINYAL LENGAN Maksud penggunaan sinyal lengan ialah untuk menunjukkan semboyan kepada masinis bahwa kereta apinya boleh memasuki setasiun atau petak jalan kereta api berikutnya dengan aman atau aman dengan kecepatan terbatas, atau dilarang masuk. Oleh lengan sinyal, semboyan-semboyan tersebut di atas ditunjukkan dengan kedudukan lengannya yang ada di sebelah kanan tiangnya terlihat dari kereta api yang mendekatinya dan pada malam hari dengan cahaya berwarna berwarna pada tiangnya. Semboyan tak aman diberikan dengan lengan yang berkedudukan mendatar dan pada malam hari dengan cahaya berwarna merah; semboyan aman diberikan dengan lengan yang berkedudukan menyerong 45 ke atas dan pada malam hari dengan cahaya berwarna putih; semboyan aman dengan kecepatan terbatas bagi sinyal muka diberikan dengan lengan berkedudukan menyerong 45 ke bawah dan pada malam hari dengan cahaya berwarna hijau sedangkan bagi sinyal berlengan dua diberikan dengan lengan bawah berkedudukan menyerong 45 ke atas dan lengan atas mendatar. Pada umumnya, konstruksi penggerak lengan sinyal dibuat sedemikian, apabila kawat tariknya putus, lengannya akan jatuh sendiri kembali ke kedudukan biasa ialah tak aman sedangkan pada sinyal muka, lengannya akan jatuh sendiri kembali ke kedudukan aman dengan kecepatan terbatas. Untuk mencapai maksud ini, ada beberapa konstruksi mengenai alat penggerak lengan ialah balans-jamin, roda-gunting dan roda-engkol. Besarnya langkah kawat tarik untuk menggerakkan alat-alat ini ialah 50 cm. 1.A SINYAL LENGAN DENGAN BALANS JAMIN 1.A.1 Cara Kerja Balans Jamin Sinyal lengan dengan balans jamin sebagai penggerak lengan, tergolong tipe lama. Pada umumnya berlengan satu yang digunakan sebagai sinyal muka.

10 Gambar I.A.1 menunjukkan balans jamin berkedudukan biasa. Dalam kedudukan ini, balans 1 yang mempunyai semat 2 dapat berputar pada poros induk 3 pada tiang sinyal. Balans ini menyandar pada pembatas langkah 4. pada semat 2 dipasang balans 5 yang menyandar pada poros induk 3. Ujung kanan balans ini dihubungkan dengan kawat ulur, sedangkan ujung kiri yang mempunyai dua cowakan dihubungkan dengan kawat tarik. Ujung bawah batang tarik lengan sinyal T dihubungkan dengan balans 1 di sebelah belakang dengan perantaraan semat 6. Dengan demikian, susunan kedua balans ini merupakan satu balans yang dalam keadaan seimbang untuk menggerakkan lengan sinyal. a. Apabila hendel sinyal yang bersangkutan dibalik aman, ujung kiri balans 5 bergerak ke bawah sebesar 48 cm sedangkan ujung kanan bergerak ke artas dengan langkah yang sama. Pada gerakan ini, kedudukan balans 1 terhadap 5 tidak berpengaruh sehingga batang tarik ikut bergerak ke bawah dan sinyal menunjukkan semboyan aman. Balans ini akan kembali ke kedudukan semula dan mentok pada pembatas langkah 4, apabila hendel dikembalikan ke kedudukan biasa. b. 1. Apabila balans jamin berkedudukan biasa dan sekonyongkonyong kawat ulurnya putus, maka balans 5 memutar ke arah bertentangan dengan jarum jam pada semat 2 sehingga kawat penarik keluar dari cowakan pada ujung kiri balans tersebut dan lengan sinyal tidak berubah kedudukannya. Agar pemutaran balans 5 tidak terlanjur, balans ini dihubungkan dengan semat pada tiang sinyal dengan perantaraan rantai. 2. Jika kawat tariknya putus, balans 5 tetap tertahan oleh pembatas langkah 4 karena pada kawat ulur ada tegangan tarik sehingga balans jamin tidak berubah kedudukannya dan lengan sinyal tetap berkedudukan biasa. c. 1. Apabila balans jamin berkedudukan tak biasa dengan lengan sinyal menunjukkan semboyan aman, sekonyong-konyong kawat ulur putus, maka balans 5 meneruskan pemutarannya ke arah bertentangan dengan jarum jam pada semat 2 yang mengakibatkan kawat penarik keluar dari cowakan pada ujung kiri balans ini. Karena momen bagian lengan sinyal sebelah kanan 1 kgm lebih besar daripada yang sebelah kiri, maka lengan sinyal akan jatuh kembali ke kedudukan biasa. 2. Jika kawat tariknya putus, maka akibat ada tegangan pada kawat pengulur, balans 5 akan memutar kembali ke arah jarum jam sampai balans 1 mentok pada pembatas langkah 4 BAB I 2

11 dan menekan ke atas batang tarik lengan sinyal. Dengan demikian lengan sinyal jatuh kembali ke kedudukan biasa. Cowakan kedua pada ujung kiri dan lubang pada ujung kanan balans 5 digunakan apabila dalam kawat tarik terdapat kekurangan langkah akibat besarnya jarak dari tempat pelayanan atau banyak gesek tikungan. 1.A.2 Cara Kerja Pengatur Cahaya Sebagai yang telah diuraikan di atas bahwa warna cahaya yang ditunjukkan sinyal lengan, harus sesuai dengan arti semboyan yang diberikan oleh lengan sinyal. Gambar I.A.2 menunjukkan sinyal muka berkedudukan biasa yang pada malam hari memberi semboyan cahaya hijau. Cahaya ini disinarkan oleh lentera sinyal berwarna putih yang ditempatkan pada tempat lentera sinyal 7. Tepat di muka lubang cahaya putih ini, ada tebeng berkaca hijau 8. Sedangkan tebeng yang kedua tanpa kaca. Kedua tebeng ini dihubungkan dengan tuas 9 yang dapat berputar pada poros 10 pada tempat lentera. a. Apabila batang tarik 11 ditarik ke bawah oleh balans jamin, maka lengan sinyal akan memutar pada porosnya 12 ke arah bertentangan jarum jam. Pada gerakan ini, semat 13 pada lengan sinyal membawa tuas 9 ke kanan sehingga tebeng berkaca hijau menggeser ke atas dan tebeng tanpa kaca ikut menggeser tepat di muka lubang cahaya lentera. Kini sinyal menunjukkan semboyan cahaya putih aman. Karena gerakan lengan batang pembatas kedudukan lengan 14 bergerak ke atas melalui lubang pada poros 15 yang dapat berputar. Ujung atas batang ini dilengkapi mur untuk mengatur kedudukan lengan yang tepat sedangkan pegas spiralnya untuk meredam sewaktu lengan jatuh ke kedudukan biasa. Batang ini juga diberi suku pembatas langkah 16 yang membetasi langkah sinyal pada waktu menunjukkan semboyan aman. b. Apabila hendel sinyal dikembalikan ke kedudukan biasa, kedudukan alat pengatur cahaya dan lengan sinyal akan kembali seperti semula. Kini cahaya yang diperlihatkan berwarna hijau. Pada tempat lentera di sebelah atas ada sebuah alat berbentuk bola dari timah yang menggantung. Alat ini bermaksud agar lentera sinyal yang telah dipasang pada tempatnya, tidak dapat terlepas apabila ada sentuhan dari bawah walaupun lentera tersebut sudah terpegang oleh semat dan menggantungnya. Untuk menaikkan atau menurunkan tempat lentera sinyal, menggunakan kabel baja melalui roda yang ada di bagian tiang BAB I 3

12 sinyal. Pada kedudukan lentera di atas, kabel lentera dapat dikaitkan dengan perantaraan pengait 19 pada tiangnya (gambar I.A.3). Naik atau turunnya tempat lentera, dihantar oleh dua batang besi penghantar 17 yang dipasang pada sisi tiang sinyal dan kedua ujung batang ini ditambatkan pada pemegangnya yang dilengkapi pegas spiral 18 untuk meredam tempat lentera sewaktu turun mengejut. 1.A.3 Persyaratan Sinyal Lengan dengan Balans 1. Pada suku-suku bagian untuk menggerakkan balans jamin, tebeng pengatur cahaya, lengan sinyal dan tempat lentera tidak boleh ada kelonggaran terlalu besar. Baut-baut dan semat yang ada kelonggaran terlalu besar harus diganti dan splitpen-splitpen harus lengkap dan terbuka. Pelumasan harus cukup. 2. Suku-suku ujung kawat tarik pada ujung balans jamin harus sempurna, kukuh dan dicat. 3. Penegang kawat harus baik dan bersih serta lengkap dengan splitpen terbuka. 4. Apabila poros bawah pada batang tarik lengan dan poros balans merupakan garis datar, lengan sinyal harus berkedudukan datar pula. Jika tidak demikian, panjang batang tarik harus dibetulkan. Bidang muka ujung poros kedua tuas harus dicat putih. 5. Jika terdapat kekurangan langkah dalam kawat tarik, ujung-ujung kawat tarik dapat dipindahkan ke cowakan dan lubang pada balans yang lebih dekat dengan poros induknya. 6. Mur pengatur batas kedudukan lengan untuk kedudukan biasa pada ujung tiang harus diatur agar ada jarak ± 20 mm antara balans jamin dan pembatasnya. 7. Kedudukan tebeng berkaca harus selalu tepat di muka lubang cahaya lentera baik dalam kedudukan biasa maupun tak biasa. Jika tidak demikian, keausan pada tuas penggerak tebeng dan pada semat pendorongnya harus dihilangkan. 8. Kaca tebeng harus utuh dan kedudukan kaca pengatur warna cahaya harus kukuh didempul dan ditahan oleh splitpen yang terbuka. 9. Untuk mendapatkan semboyan yang positif, roda kawat harus lengkap. 10. Batang-batang besi sebagai penghantar tempat lentera harus benar-benar lulus dan mur-mur serta kontramurnya pada ujungujungnya harus terputar keras. BAB I 4

13 11. Tempat lentera harus dapat digerakkan ke atas atau ke bawah dengan ringan dan penggantung lentera berikut semat pemegang lentera harus berkedudukan kukuh, bola timah harus utuh serta menggantung bebas. Jika lentera dipasang, jarak antara bola timah dan bagian atas lentera harus sedekat mungkin. 12. Kabel lentera tidak boleh terlalu panjang sehingga dapat tersangkut oleh suku-suku penggerak lengan sinyal dan bola timah sebagai pemegang untuk menarik ke atas harus lengkap pada kabel lentera tidak boleh terdapat kawat-kawat baja yang terlepas. Kait pemegang kabel pada tiang harus berkedudukan kuat dan dapat memegang kabelnya dengan sempurna. 13. Lentera sinyal harus diberi tanda dengan pelat kuningan yang disolder dan huruf/angka sesuai dengan nama lengan yang bersangkutan. Pada atap lampu tidak boleh terdapat cekungan yang mengakibatkan terlalu banyak kelonggaran antara lentera dan bola timah pada tempat lentera. Kait-kait penggantung dan lubang-lubang semat harus cocok dengan yang ada pada tempat lentera. Pintu lentera harus dapat menutup rapat dan dikunci dengan sempurna. Reflektor harus berkedudukan kukuh dan mengkilat, jika sudah menguning atau berkarat harus diganti baru. Tempat minyak tidak boleh bocor dan alat pengatur sumbu harus dapat bekerja dengan baik serta nyala lampu harus merata. Kaca lentera dan semprong harus selalu utuh. 1.B SINYAL LENGAN DENGAN RODA GUNTING Untuk menggerakkan lengan sinyal digunakan alat penggerak lengan yang disebut roda gunting. Roda ini digerakkan oleh gerakan kawat tarik sebesar 50 cm. Karena beberapa hal antara lain regang, lentur atau tidak teraturnya kawat tarik, timbul kemungkinan bahwa roda gunting tidak digerakkan dengan langkah penuh oleh kawat tariknya. Dalam hal ini tidak dibenarkan bahwa lengan sinyal tidak dapat kembali penuh ke kedudukan tak aman atau bagi sinyal muka aman dengan kecepatan terbatas. 1.B.1 Cara Kerja Roda Gunting Roda gunting (lihat gambar I.B.1) terdiri dari roda rantai 1 dan gunting 2. Pada roda rantai ada sektor a dan sebuah rol 3 yang dapat berputar. Roda rantai dan gunting yang dapat diputar ini BAB I 5

14 ditempatkan pada pelat 4. Dengan perantaraan pemegang 5, semuanya ini ditambatkan pada tiang sinyal. Cowakan pada gunting, sebagian berbentuk lurus dan bagian lainnya lengkung. Pada ledudukan biasa lengkung ini konsentris terhadap poros roda rantai. Gunting 2 mempunyai dua lubang untuk dihubungkan dengan lengan sinyal. Lubang b untuk lengan sinyal utama yang berkedudukan biasa datar sedangkan lubang c untuk lengan sinyal muka. Pada roda rantai ada sebuah baut d untuk menambat rantainya yang dihubungkan dengan kawat tarik. Pada pelat 4 ada sebuah semat e yang dikeling untuk sandaran roda rantai pada kedudukan biasa. a. Gambar I.B.2 menunjukkan roda gunting berkedudukan biasa. Apabila hendel dibalik aman, roda rantai memutar menurut anak panah. Selama rol (karena ada kelonggaran gerakan kawat) berubah kedudukannya di sekitar cowakan yang berbentuk lengkung, perubahan ini tidak berpengaruh terhadap kedudukan gunting. Kelonggaran gerakan kawat tarik akibat ketidakseimbangan pada kawat tarik, ditampung oleh roda gunting sehingga tidak berpengaruh pada lengan sinyal. Bilamana rol bergerak di dalam bagian cowakan yang lurus seperti gambar I.B.3, gunting mulai bergerak ke bawah sehingga lengan sinyal mulai menunjukkan semboyan aman. Gerakan roda rantai 180 seperti gambar I.B.4. Kedudukan tak biasa, setelah hendel dibalik, ditunjukkan pada gambar I.B.4. Pada lengan sinyal disyaratkan bahwa apabila terjadi gangguan yang disebabkan kawat tarik putus atau tidak teratur tegangannya atau terlalu kendor sehingga rol roda rantai keluar dari guntingannya, maka lengan sinyal harus dapat jatuh kembali ke kedudukan tak aman atau bagi sinyal muka ke kedudukan aman dengan kecepatan terbatas. Untuk dapat mencapai maksud ini, bagian lengan yang panjang terhadap porosnya harus mempunyai kelebihan momen sebesar 1 kgm terhadap bagian yang pendek. b. Apabila kawat tarik kurang baik pengaturnya, antara lain : 1. Kawat tarik terlalu pendek dan kawat ulur terlalu panjang. Dalam hal ini apabila hendel dibalik aman, ada kemungkinan rol keluar dari gunting. Bilamana hal ini terjadi, maka lengan sinyal jatuh ke kedudukan tak aman sampai tertahan oleh semat penahannya yang diatur sedemikian sehingga gunting kini berkedudukan sedikit lebih tinggi jika dibandingkan sewaktu belum ditarik aman. Dengan demikian hendel sinyal masih dapat dikembalikan ke kedudukan biasa karena rol BAB I 6

15 dapat bergerak di bawah guntingnya seperti di gambar I.B.5. Hal ini dapat juga terjadi, lebih-lebih pada sinyal muka, karena kawat tariknya sangat panjang. Jika lengan sinyal jatuh, belum tentu dapat mencapai semat penahannya sehingga hendelnya tidak dapat dikembalikan ke kedudukan biasa karena rol tersangkut pada guntingnya. Apabila kawat tarik sinyal muka ini digandeng secara berderet dengan sinyal masuk, maka sinyal masuk inipun ikut tidak kembali tak aman yang hal ini sangat tidak dapat dibenarkan. Maka untuk memungkinkan agar hendel sinyal muka dapat dikembalikan ke kedudukan biasa setelah rol keluar dari gunting, lubang batang tarik lengan sinyal yang di ujung atas dibuat berbentuk panjang sehingga sewaktu hendel dikembalikan ke kedudukan biasa, rol dapat mengangkat gunting ke atas seperti di gambar I.B.5 dan I.B.6. Untuk memastikan bahwa lengan sinyal muka akan benar kembali ke kedudukan biasa, maka pada lengannya dipasang sepotong besi siku seperti di gambar I.B Sinyal dalam kedudukan aman, kawat pengulur putus. Pada kejadian ini, roda rantai berputar ke arah berlawanan dengan arah jarum jam sehingga rol keluar dari guntingnya dan lengan sinyal jatuh ke kedudukan tak aman atau bagi sinyal muka aman dengan kecepatan terbatas. Sudah tentu bahwa di sini roda rantai tidak dapat digerakkan oleh pengembalian hendel sinyal. 3. Kedua kawat terlalu panjang karena kenaikan suku, rol juga dapat keluar dari guntingnya sewaktu hendel sinyal dibalik aman. Sewaktu hendel dikembalikan ke kedudukan tak aman, sektor keseimbangan akan kembali ke kedudukan biasa dan menyandar pada semat penahannya. c. Kerugian konstruksi roda gunting ini pada sinyal muka adalah keduduka aman yang tepat tidak dapat dipastikan karena kawat tariknya sangat panjang. Oleh sebab inilah, ada kemungkinan gerakan roda gunting lebih panjang atau lebih pendek daripada gerakan kawat pada hendelnya. Perbedaan ini tergantung pada cara melayaninya. Pada alat penggerak lengan sinyal sistem ini memang diperlukan pembalikan hendel sinyal yang dilakukan dengan kecepatan tertentu. Apabila pembalikan hendel terlalu pelan maka kedudukan lengan sinyal selalu tidak akan penuh baik aman maupun aman dengan kecepatan terbatas. BAB I 7

16 Dengan membalik hendel ke kedudukan aman sangat kuat maka gerakan roda rantai akan lebih besar daripada gerakan hendelnya sehingga rol melewati titik terendah. Karena di tempat ini cowakan gunting tidak konsentris terhadap roda rantai, maka lengan sinyal akan bergerak kembali sedikit ke bawah menjadi ragu-ragu dan cahaya lampu akan tertutup sebagian. Pada gerakan kawat tarik sebesar ± 65 cm, rol tentu akan keluar dari guntingnya seperti halnya pada kawat pengulur putus waktu sinyal dalam kedudukan aman. Dengan membalik hendel ke kedudukan tak aman sangat kuat, rol tidak akan keluar dari guntingnya karena roda rantai akan tertahan oleh semat penahan. 1.B.2 Konstruksi Tempat Lentera Pada malam hari sinyal lengan menunjukkan semboyan berupa cahaya berwarna sesuai dengan yang terlukis pada reglemen 3 Hal Semboyan. Untuk ini digunakan lampu minyak yang dipasang di tempat lentera (ada kalanya menggunakan lampu listrik). Tempat lentera seperti gambar I.B.8 dapat ditarik ke atas atau diturunkan ke bawah dengan menggunakan kabel baja melalui roda yang ada di bagian atas tiang sinyal. Kedua-dua ujung kabel lentera ini masing-masing dihubungkan dengan tempat lentera, ujung yang satu di atasnya dan ujung yang lainnya di bawah. Ragangan ini dilengkapi dengan tebeng penutup cahaya. Penutup ini akan selalu menutup cahaya lentera sinyal selama lentera sedang dalam perjalanan naik atau turun. Jika telah berkedudukan akhir di atas, barulah cahaya lentera akan terbuka karena tertekannya batang tuas 2. Konstruksi ini dibuat demikian karena cahaya putih pada tiang dapat dianggap semboyan aman oleh kereta api meskipun sinyal masih menunjukkan semboyan tak aman. Naik atau turunnya tempat lentera sinyal, dihantar oleh dua batang besi penghantar 3 yang dipasang di sisi tiang sinyal dan kedua ujung batang besi penghantar ini ditambatkan pada pemegangnya yang dilengkapi pegas spiral 4 untuk meredam bilamana tempat lentera turun mengejut. Apabila tempat lentera sudah ada di atas dalam kedudukan akhir, kabel lentera dapat ditambatkan pada tiang sinyal dengan perantaraan tuas kait 5. Di bagian atas pada tempat lentera sinyal terdapat sebuah alat bentuk bola timah menggantung. Alat ini digunakan agar lentera sinyal yang telah dipasang pada tempatnya tidak dapat terlepas apabila ada sentuhan dari bawah BAB I 8

17 sewaktu turun walaupun lentera tersebut sudah terpegang oleh semat 6 dan menggantung pada penggantung 7. 1.B.3 Cara Kerja Pengatur Cahaya Semboyan yang ditunjukkan oleh lengan sinyal pada siang hari harus sesuai dengan semboyan pada malam hari dengan warna cahaya lampu sebagai yang tercantum dalam buku Reglemen R.3 mengenai Hal Semboyan. Untuk mengatur warna cahaya lampu sinyal digunakan kaca berukuran 188 x 188 mm yang ditempatkan pada lengannya. Gambar I.B.9 menunjukkan kedudukan biasa sinyal berlengan dua. Di sini cahaya putih lentera sinyal ada di belakang kaca merah pada lengan sehingga dalam kedudukan tak aman sinyal menunjukkan cahaya merah di atas, dan di bawah juga cahaya merah. Pada poros lengan atas ada penutup cahaya berupa tuas yang dapat berputar pada poros tersebut yang dihubungkan dengan lengan bawah. Apabila lengan bawah berubah kedudukannya menunjukkan semboyan 6b aman dengan kecepatan terbatas (hijau kepada masinis; dan kepada yang melayani di atas putih dan di bawah hijau), maka penutup cahaya ini menutupi cahaya merah pada lengan atas. Begitu pula pada poros lengan bwah ada penutup cahaya berupa tuas yang dapat berputar pada porosnya yang dihubungkan dengan lengan atas. Apabila lengan atas berubah kedudukannya menunjukkan semboyan 5d aman (putih kepada masinis; dan kepada yang melayani di atas hijau dan di bawah putih), maka penutup cahaya ini menutupi cahaya merah pada lengan bawah. 1.B.4 Contoh Susunan Saluran Kawat Tarik Sinyal Gambar I.B.10 sampai dengan I.B.14 menunjukkan beberapa contoh susunan saluran kawat tarik pada sinyal lengan. Contoh 1 (gambar I.B.10) : Hubungan antara satu hendel dengan satu lengan sinyal yang terdapat a.l. pada sinyal keluar. Contoh 2 (gambar I.B.11) : Hubungan antara satu hendel dengan satu lengan sinyal yang terdapat di emplasemen dua sepur kereta api dengan wesel terlayan setempat. Di sini wesel harus disekat untuk menentukan kedudukannya yang disyaratkan. BAB I 9

18 Contoh 3 (gambar I.B.12) : Hubungan antara dua hendel dengan satu lengan sinyal untuk sepur I dan II dengan menggunakan balans yang terdapat di emplasemen tiga sepur KA dengan wesel terlayan setempat. Di sini wesel harus disekat untuk menentukan kedudukannya yang disyaratkan. Contoh 4 (gambar I.B.13) : Hubungan antara dua hendel dengan dua lengan sinyal masuk masing-masing untuk sepur I dan II bersamaan dengan lengan sinyal muka yang terdapat di emplasemen dua sepur KA dengan wesel terlayan setempat atau terpusat. Di sini apabila kawat sinyal putus, seluruh hubungan kawat tarik tidak dapat dipergunakan. Wesel harus disekat karena selain untuk mengatur gerakan kawat juga karena ada di ujung emplasemen. Contoh 5 (gambar I.B.14) : Hubungan antara satu hendel dengan satu lengan sinyal yang terdapat di emplasemen tiga sepur KA dengan wesel terlayan pusat. Di sini hendel AII harus menyekat kedua wesel karena untuk jurusan sepur lurus, sedangkan hendel AI/II harus menyekat wesel yang terujung baik dalam kedudukan biasa maupun tak biasa. Kedudukan ini dapat ditentukan lebih dahulu oleh kruk yang bersangkutan. 1.B.5 Persyaratan Sinyal Lengan dengan Roda Gunting 1. Pada suku bagian untuk menggerakkan roda gunting, batang tarik lengan, tidak boleh ada kelonggaran terlalu besar. Baut-baut dan semat yang sudah aus harus diganti dan splitpen harus lengkap dan terbuka. Pelumasan pada poros-poros dan bidangbidang yang bergesekan harus cukup. 2. Kedudukan baut pemegang rantai pada roda gunting harus terjamin kukuh. Baik sambungan rantai yang harus diikat kawat lilit maupun sosok kawat harus dalam keadaan sempurna dan dicat hitam. BAB I 10

19 Jarak ujung-ujung rantai dari titik singgung roda gunting tidak boleh kurang dari 30 cm untuk rantai yang siap ditarik dan 80 cm untuk rantai yang siap mengulur. Pemegang kawat harus baik dan bersih serta lengkap dengan splitpen yang terbuka. 3. Dalam kedudukan biasa, rol pada roda gunting tidak boleh berada di cowakan yang lurus pada guntingnya. Jika tidak demikian dapat mengakibatkan bahaya. Bidang muka ujung poros rol dan poros roda gunting harus dicat putih. 4. Dalam kedudukan tak biasa, harus diusahakan agar poros rol pada roda gunting dan poros roda gunting merupakan garis tegak lurus supaya dapat memberikan semboyan yang positif, ialah 45. Untuk dapat memenuhi persyaratan 3 dan 4 ini, jumlah roda kawat harus lengkap dengan pelumasan pada roda-roda kawat serta penyangga-penyangga roda harus cukup. 5. a. Pada kedudukan biasa, lengan sinyal harus datar dan tegak lurus terhadap poros tiangnya. Tiangnyapun harus tertanam tegak lurus. Baut pembatas kedudukan lengan harus diatur ± 20 mm di bawah lengan. b. Bagi sinyal muka, lengan sinyal harus diusahakan agar berkedudukan 45 miring ke bawah. 6. Semua kaca pada lengan sinyal harus berkedudukan kukuh, didempul, ditahan dengan splitpen dan utuh. Jika terdapat retak atau pecah, harus segera diganti. 7. Bagian lengan yang panjang terhadap porosnya, harus mempunyai kelebihan momen sebesar ± 1 kgm daripada bagian yang pendek agar dapat jatuh ke kedudukan biasa atau tak aman apabila rol roda gunting keluar dari guntingnya. 8. Tebeng pengatur warna cahaya pada tiang sinyal harus benarbenar dapat menutupi atau membuka cahaya yang disinarkan oleh lentera sinyal. 9. Batang besi sebagai penghantar tempat lentera harsu benar-benar dapat menutupi atau membuka cahaya yang disinarkan oleh lentera sinyal. 10. Tempat lentera harus dapat bergerak ke atas atau ke bawah dengan ringan serta penggantung lentera berikut semat pemegang lentera harus berkedudukan kukuh, bola timah harus utuh serta menggantung bebas dan jika lentera dipasang, jarak antara bola ini dan bagian atas lentera harus sedekat mungkin. Selama lentera belum berkedudukan akhir di atas, tebeng pada tempat lentera harus dapat menutupi sinar lentera dengan sempurna. Setelah berkedudukan akhir di atas, tebeng tersebut harus dapat membuka sinar lentera dengan sempurna. BAB I 11

20 11. Kabel lentera tidak boleh terlalu panjang sehingga dapat tersangkut oleh suku-suku alat penggerak lengan sinyal dan bolabola timah sebagai pemegang untuk menarik ke atas harus lengkap serta pada kabel lentera boleh terdapat kawat baja yang terlepas. Kait pemegang kabel pada tiang harus berkedudukan kuat dan dapat memegang kabelnya dengan sempurna. 12. Lentera sinyal harus diberi tanda dengan pelat kuningan yang disolder dan huruf/angka sesuai dengan nama lengan yang bersangkutan. Pada bidang teratas tidak boleh terdapat cekungan yang mengakibatkan terlalu banyak kelonggaran antara lentera dan bola timah pada tempat lentera. Kait penggantung dan lubang semat harus cocok dengan yang ada pada tempat lentera. Pintu pada lentera harus dapat menutup rapat dan dikunci dengan sempurna. Reflektor harus berkedudukan kukuh dan mengkilat, jika sudah menguning atau berkarat harus diganti baru. Tempat minyak tidak boleh bocor dan alat pengatur sumbu harus dapat bekerja dengan baik serta nyala lampu harus merata. Kaca lentera dan semprong harus selalu utuh. 1.C SINYAL BERLENGAN DUA DENGAN RODA GUNTING YANG BERGABUNG Pada umumnya, tiap roda gunting diperlukan dua kawat tarik sehingga bagi sinyal berlengan dua dibutuhkan empat kawat tarik. Untuk penghematan kawat agar hanya dengan dua kawat dapat melayani dua buah lengan, maka diadakan konstruksi dua roda gunting berporos satu. 1.C.1 Cara Kerja Dua Roda Gunting yang Digabung Kedua roda gunting pada konstruksi tipe ini dihubungkan tetap dengan poros yang ditambah dengan pinggiran 1 yang konsentris dengan rodanya seperti yang diperlihatkan pada gambar I.C.1 s.d. I.C.3. Roda ini dapat diubah ke kedudukan tak biasa denganmemutarnya baik ke kiri maupun ke kanan. Kedua roda gunting yang digabung dengan satu poros, konstruksinya sama dengan yang tertulis dalam hal B. Roda gunting tipe ini BAB I 12

21 digunakan untuk menggerakkan dua buah lengan sinyal. Di sini kedua roda gunting memutar bersamaan. Apabila roda gunting terputar ke kiri menurut arah anak panah, lengan sinyal AI akan menunjukkan aman dan jika roda gunting berputar ke kanan berlawanan dengan arah anak panah, maka lengan sinyal A II akan menunjukkan aman sedangkan lengan sinyal A I akan terkancing dalam kedudukan biasa oleh pinggiran 1 dan semat 2. Pengancingan ini diperlukan agar lengan sinyal tidak dapat digerakkan dengan tangan selama roda gunting diputar ke kanan dan rol 3 ada di luar guntingnya. Roda gunting pada sinyal tipe ini yang tidak mempunyai dua alur rantai harus menggunakan kabel baja sebagai ganti rantai agar kabel baja yang harus lebih panjang itu dapat tertampung dalam satu roda. Perhatian Pada roda gunting berkonstruksi biasa yang telah diuraikan dalam bagian di muka, disyaratkan bahwa apabila rol pada roda keluar dari guntingnya maka guntingnya harus berkedudukan sedikit ke atas dan baut pembatas kedudukan biasa lengan sinyal harus diatur ± 20 mm di bawah lengan. Tetapi pada tiang sinyal dengan dua roda gunting yang digabung dalam hal ini, baut pembatas kedudukan lengan yang dimaksud bahkan harus diatur sedemikian sehingga apabila rol keluar dari guntingnya, kedudukan gunting ini tidak boleh berubah karena nantinya rol yang keluar ini harus dapat masuk lagi ke guntingnya sewaktu roda diputar dengan arah sebaliknya. Dalam penghematan kawat, untuk melayani sinyal mukapun tidak menggunakan hendel tersendiri, melainkan dihubungkan dengan sinyal masuknya. Oleh karena itu roda gunting pada sinyal masuk kadang-kadang terputar ke kiri atau ke kanan, untuk menggerakkan lengan sinyal muka tidak dapat menggunakan roda gunting. Untuk ini digunakan roda dengan engkol yang juga membutuhkan gerakan kawat sebesar 50 cm. Bagi lengan sinyal muka tipe inipun, momen bagian lengan yang panjang harus pula mempunyai kelebihan 1 kgm terhadap bagian lengan yang pendek. 1.C.2 Persyaratan Dua Roda Gunting yang Digabung dan Sinyal dengan Dua Roda Engkol 1. Pada suku-suku bagian untuk menggerakkan roda gunting, batang tarik lengan, tidak boleh ada kelonggaran terlalu besar. Baut dan semat yang sudah aus harus diganti dan splitpen harus lengkap dan terbuka. Pelumasan pada poros dan bidang yang bergesekan harus cukup. 2. Kedudukan baut pemegang rantai pada roda gunting harus terjamin kukuh, baik sambungan rantai yang harus diikat kawat BAB I 13

22 lilit maupun sosok kawat harus dalam keadaan sempurna dan dicat hitam. Jarak ujung-ujung rantai dari titik singgung roda gunting tidak boleh kurang dari 30 cm untuk rantai yang siap ditarik dan 80 cm untuk rantai yang siap mengulur. Pemegang kawat harus baik dan bersih serta lengkap dengan splitpen yang terbuka. 3. Dalam kedudukan biasa, rol pada roda gunting harus berkedudukan tepat di atas poros rodanya. Bidang muka ujung poros rol dan poros roda gunting harus dicat putih. 4. Baut pembatas lengan pada kedudukan biasa harus diatur sedemikian apabila lengan berkedudukan tak aman harus segera menyangga lengannya dan semat kancing pada guntingnya sedekat mungkin pada pinggiran roda sehingga rol dapat keluar dan masuk dengan mudah. 5. Dalam kedudukan biasa, lengan sinyal harus datar tegak lurus terhadap poros tiangnya. Tiangnya harus tertanam tegak lurus. 6. Pasak-pasak penambat pada poros agar kedua roda gunting dapat berputar bersamaan harus berkedudukan kukuh dan poros harus dapat memutar dengan ringan. 7. Pada kedudukan tak biasa harus diusahakan agar rol pada roda gunting dan poros roda gunting merupakan garis tegak lurus untuk mencapai semboyan yang positif ialah 45. Untuk dapat mencapai persyaratan no. 3 dan 7, jumlah roda kawat harus lengkap dan pelumasan pada roda kawat serta penyangga roda harus cukup. 8. Semua kaca pada lengan sinyal harus berkedudukan kukuh, didempul, ditahan oleh splitpen dan utuh. Jika terdapat retak atau pecah harus segera diganti. 9. Bagian lengan yang panjang terhadap porosnya harus mempunyai kelebihan momen sebesar ± 1 kgm daripada bagian yang pendek agar dapat jatuh ke kedudukan biasa atau tak aman apabila rol roda gunting keluar dari guntingnya. 10. Tebeng pengatur warna cahaya pada tiang sinyal harus benarbenar dapat menutupi atau membuka cahaya yang disinarkan oleh lentera sinyal. 11. Batang besi sebagai penghantar tempat lentera harus benar-benar lurus dan mur serta mur kontranya pada ujung-ujung harus terputar keras. 12. Tempat lentera harus dapat bergerak ke atas atau ke bawah dengan ringan serta tempat lentera berikut semat pemegang lentera harus berkedudukan kukuh, bola timah harus utuh serta menggantung bebas dan jika lentera dipasang, jarak antara bola BAB I 14

23 ini dan bagian atas lentera harus sedekat mungkin. Selama lentera belum berkedudukan akhir di atas, semua tebeng pada tempat lentera harus dapat menutupi sinar lentera dengan sempurna. Setelah berkedudukan akhir di atas, tebeng tersebut harus dapat membuka sinar lentera dengan sempurna. 13. Kabel lentera tidak boleh terlalu panjang sehingga dapat tersangkut oleh suku-suku alat penggerak lengan sinyal dan bola timah sebagai pemegang untuk menarik ke atas harus lengkap serta pada kabel lentera tidak boleh terdapat kawat baja yang terlepas. Kait pemegang kabel pada tiang harus berkedudukan kuat dan dapat memegang kabelnya dengan sempurna. 14. Lentera sinyal harus diberi tanda dengan pelat kuningan yang disolder dan huruf/angka sesuai dengan nama lengan yang bersangkutan. Pada bidang teratas tidak boleh terdapat cekungan yang mengakibatkan terlalu banyak kelonggaran antara lentera dan bola timah pada tempat lentera. Kait penggantung dan lubang semat harus cocok dengan yang ada pada tempat lentera. Pintu pada lentera harus dapat menutup rapat dan dikunci dengan sempurna. Reflektor harus berkedudukan kukuh dan mengkilat, jika sudah menguning atau berkarat harus diganti baru. Tempat minyak tidak boleh bocor dan alat pengatur sumbu harus dapat bekerja dengan baik serta nyala lampu harus merata. Kaca lentera dan semprong harus selalu utuh. 15. Tiap kabel baja untuk satu kawat tarik yang melingkari roda gunting paling sedikit sepanjang lingkaran roda ditambah dengan yang di luar roda. 1.D SINYAL LANGSIR Sinyal langsir tergolong pada sinyal lengan. Sinyal ini mempunyai dua buah lengan yang keduanya berputar pada satu poros datar. Kedua lengan yang mengapit tiangnya dapat membentuk silang dengan sudut 45 terhadap tiang atau dapat berimpit tegak lurus. Semboyan yang disebut pertama berarti bahwa boleh melalukan langsiran (pada malam hari dengan cahaya berwarna ungu atau biru mengarah ke kedua sisi), sedangkan yang tersebut kedua berarti bahwa dilarang melakukan langsiran (pada malam hari tidak terlihat cahaya). Dalam kedudukan biasa, sinyal ini menunjukkan salah satu semboyan, tergantung pada kepadatan langsiran setempat. BAB I 15

24 Konstruksi penggerak lengan tidak disyaratkan seperti halnya pada sinyal lengan (apabila kawat tariknya putus, lengan akan jatuh sendiri ke kedudukan biasa). Sebagai penggerak lengan digunakan sebuah t uas yang mengapit tiangnya. Besarnya langkah kawat tarik untuk menggerakkan lengan ialah 50 cm. 1.D.1 Cara Kerja Penggerak Lengan Gambar I.D.1 menunjukkan kedua lengan dan tuas penggerak lengan berkedudukan biasa. (Di sini dianggap bahwa kedudukan biasa ialah kedudukan boleh melakukan langsiran). Dalam kedudukan biasa, ujung kanan tuas 1 yang dapat berputar pada poros 2 menyandar pada pembatas langkah 3. Ujung ini dihubungkan dengan kawat ulur sedangkan ujung yang kiri dengan kawat penarik. Kedua batang tarik lengan 4 dan 5 berkedudukan sedemikian sehingga kedua lengan yang dapat berputar pada poros induk 6, saling menyilang 45 terhadap tiangnya. Apabila hendel sinyal yang bersangkutan dibalik, ujung kiri balans 1 bergerak ke bawah sebesar 49 cm sedangkan ujung kanan ikut bergerak ke atas dengan langkah yang sama. Pada gerakan ini, batang tarik 4 ikut juga bergerak ke bawah sehingga lengan 7 memutar bertentangan dengan arah jarum jam sebesar 45 dan batang tarik 5 bergerak ke atas sehingga lengan 8 memutar searah dengan jarum jam juga sebesar 45. Dengan demikian, kedua lengan ini bersilang tegak lurus. Balans 1 kini berkedudukan tak biasa dan ujung kirinya mentok pada pembatas langkah 9. 1.D.2 Konstruksi Tempat Lentera Pada malam hari sinyal ini dapat menunjukkan semboyan berupa cahaya berwarna ungu atau bitu atau tidak menunjukkan cahaya. Untuk ini digunakan lampu minyak yang dipasang di ragangan penggantung lentera (ada kalanya menggunakan lampu listrik). Ragangan penggantung lentera, seperti gambar I.D.2 dapat ditarik ke atas atau diturunkan ke bawah dengan menggunakan kabel baja melalui roda yang ada di bagian atas tiang sinyal. Kedua ujung kabel lentera ini masing-masing dihubungkan dengan ragangan penggantung lentera, yang satu di atasnya dan yang lainnya di bawah. BAB I 16

25 Ragangan ini dilengkapi dengan tebeng pengatur cahaya 10. Pada sinyal ini tidak disyaratkan bahwa selama lentera sedang dalam perjalanan naik atau turun, cahayanya harus tertutup. Naik atau turunnya ragangan penggantung lentera sinyal, dihantar oleh dua batang besi pengantar 11 yang dipasang di sisi tiang sinyal dan kedua ujung batang besi penghantar ini ditambatkan pada pemegangnya yang dilengkapi pegas spiral 12 untuk meredam bilamana turun mengejut. Apabila ragangan sudah ada di atas dalam kedudukan akhir, kabel lentera dapat ditambatkan pada tiang sinyal dengan perantaraan tuas kait 13. Di bagian atas pada ragangan penggantung lentera sinyal terdapat sebuah alat berbentuk bola timah menggantung. Alat ini digunakan agar lentera sinyal yang dipasang pada ragangan tidak dapat dilepas apabila ada sentuhan dari bawah sewaktu turun walaupun lentera tersebut sudah terpegang oleh semat 14 dan menggantung pada penggantung D.3 Cara Kerja Pengatur Cahaya Untuk mengatur warna cahaya lampu sinyal digunakan kaca berwarna ungu atau biru berdiameter 180 mm yang ditempatkan pada ragangan penggantung lentera. Gambar I.D.1 dan I.D.2 menunjukkan sinyal langsir berkedudukan biasa (boleh melakukan langsiran). Dalam kedudukan ini, cahaya putih lentera sinyal ada di belakang kaca ungu atau biru, sehingga pada malam hari sinyal ini menunjukkan cahaya ungu atau biru. Tuas t yang digandengkan dengan tebeng pengatur cahaya dan berputar pada poros p, menyandar pada rol r yang ditempatkan pada lengan 7. Apabila kedua lengan berubah kedudukannya dan menunjukkan semboyan dilarang melakukan langsiran, maka tuas t terdorong oleh rol r ke kanan yang mengakibatkan kedua tebeng pengatur cahaya berputar pada poros p ke arah lawan jarum jam. Dengan demikian cahaya lentera tertutup oleh tebeng bawah. 1.D.4 Persyaratan Sinyal Langsir 1. Pada suku bagian untuk menggerakkan balans batang tarik lengan, tidak boleh ada kelonggaran terlalu besar. Baut dan semat yang sudah aus harus diganti dan splitpen harus lengkap dan terbuka. BAB I 17

26 Pelumasan pada poros-poros dan bidang-bidang yang bergesekan harus cukup. 2. Kedudukan kedua begel pada ujung balans harus terjamin kukuh, baik sambungan rantai yang harus diikat kawat lilit maupun sosok kawat harus dalam keadaan sempurna dan dicat hitam. Pemegang kawat harus baik dan bersih serta lengkap dengan splitpen yang terbuka. 3. Dalam kedudukan biasa ataupun tak biasa, antara pembatas langkah dan lengan balans harus ada renggang sebesar lebih kurang 10 mm. 4. Kedudukan lengan sinyal harsu dapat berimpit tegak lurus dan dapat saling menyilang tegak lurus dengan sempurna. Jika tidak demikian, panjang batang tarik harus dibetulkan. Bidang muka poros balans dan pada kedua semat ujung bawah batang penarik lengan, harus dicat putih. 5. Kedudukan tebeng yang berkaca maupun yang tertutup harus tepat di muka lubang cahaya lentera baik dalam kedudukan biasa maupun tak biasa. Jika tidak demikian, keausan pada tuas penggerak tebeng dan pada rol pendorongnya harus dihilangkan. 6. Kaca tebeng harus utuh dan kedudukannya harus kukuh didempul dan ditekan oleh splitpen yang terbuka. 7. Untuk mendapatkan semboyan yang positif, roda kawat harus lengkap. 8. Batang besi sebagai penghantar tempat lentera harus benar-benar lurus dan mur serta mur kontra pada ujung-ujungnya harus terputar keras. 9. Tempat lentera harus dapat digerakkan ke atas atau ke bawah dengan dan penggantung lentera berikut semat pemegang lentera harus berkedudukan kukuh, bola timah harus utuh serta menggantung bebas. Jika lentera dipasang, jarak antara bola timah dan bagian atas lentera harus sedekat mungkin. 10. Kabel lentera tidak boleh terlalu panjang sehingga dapat tersangkut oleh suku-suku penggerak lengan sinyal dan bola timah sebagai pemegang untuk menarik ke atas, harus lengkap serta pada kabel lentera tidak boleh terdapat kawat baja yang terlepas. Kait pemegang kabel pada tiang harus berkedudukan kuat dan dapat memegang kabelnya dengan sempurna. 11. Lentera sinyal harus diberi tanda dengan pelat kuningan yang disolder dan huruf/angka yang sesuai dengan nama lengan yang bersangkutan. Pada atap lentera tidak boleh terdapat cekungan yang mengakibatkan banyak kelonggaran antara lentera dan bola timah pada tempat lentera. Kait penggantung dan lubang semat BAB I 18

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api, menjelaskan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Dalam merancang tata letak jalur kereta api di stasiun harus disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di lapangan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun terdiri atas jalan jalan rel yang tersusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Penggambaran skema

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun Menurut (Utomo 2009), pada tata letak jalur stasiun (emplasemen) yang terdiri dari jalan jalan rel yang tersusun dari sedemikian

Lebih terperinci

Pemindah Gigi Belakang JALANAN

Pemindah Gigi Belakang JALANAN (Indonesian) DM-RD0003-09 Panduan Dealer Pemindah Gigi Belakang JALANAN RD-9000 RD-6800 RD-5800 RD-4700 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING...3 UNTUK MENJAGA KESELAMATAN...4 DAFTAR ALAT YANG AKAN DIGUNAKAN...6

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Jenis stasiun menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 2011 tentang jenis, kelas dan kegiatan di Stasiun Kereta Api.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

PD 3 PERATURAN DINAS 3 (PD 3) SEMBOYAN. PT Kereta Api Indonesia (Persero) Disclaimer

PD 3 PERATURAN DINAS 3 (PD 3) SEMBOYAN. PT Kereta Api Indonesia (Persero) Disclaimer PD 3 PT Kereta Api Indonesia (Persero) PERATURAN DINAS 3 (PD 3) SEMBOYAN Disclaimer This ebook is for the use of anyone anywhere at no cost and with almost no restrictions whatsoever. You may copy it,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun atau emplasemen adalah konfigurasi jalur untuk suatu tujuan tertentu, yaitu menyusun kereta atau gerbong

Lebih terperinci

WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D. WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 1 Fungsi Wesel Wesel merupakan pertemuan antara beberapa jalur (sepur), dapat berupa sepur yang bercabang atau persilangan antara 2 sepur. Fungsi wesel adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL

BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL BAB I MENGENAL SISTEM KEMUDI MANUAL PADA MOBIL Fungsi sistem kemudi Sistem kemudi pada kendaraan berfungsi untuk merubah arah gerak kendaraan melalui roda. Sistem kemudi harus dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang

Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang (Indonesian) DM-RD0004-08 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE XTR RD-M9000 DEORE XT RD-M8000 Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING...

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

DM-RAPD (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000

DM-RAPD (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000 (Indonesian) DM-RAPD001-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pedal SPD-SL DURA-ACE PD-R9100 ULTEGRA PD-R8000 SM-PD63 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3

Lebih terperinci

Pemindah Gigi Belakang

Pemindah Gigi Belakang (Indonesian) DM-MBRD001-04 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pemindah Gigi Belakang SLX RD-M7000 DEORE RD-M6000 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

DM-FD (Bahasa Indonesia) Panduan Dealer. Pemindah gigi depan FD-9000 FD-6800 FD-5800 FD-4700

DM-FD (Bahasa Indonesia) Panduan Dealer. Pemindah gigi depan FD-9000 FD-6800 FD-5800 FD-4700 (Bahasa Indonesia) DM-FD0002-05 Panduan Dealer Pemindah gigi depan FD-9000 FD-6800 FD-5800 FD-4700 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK MENJAGA KESELAMATAN... 4 PEMASANGAN... 5 PENYETELAN... 9 PERAWATAN...17

Lebih terperinci

PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI

PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI TIPE : GENERAL CEILING FANS TEGANGAN : 220~20V, FREKUENSI : 50Hz BACA DAN SIMPAN BUKU PETUNJUK INI Terima kasih atas kepercayaan anda membeli kipas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan. 33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan

Lebih terperinci

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain: Cara Kerja Mesin Sekrap (Shaping Machine) Mesin Skrap atau biasa juga dituliskan sebagai sekrap (Shaping Machine) merupakan jenis mesin perkakas yang memiliki gerak utama yakni bolak balok secara horizontal.

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan

Lebih terperinci

Palu Besi. Rivet 3. Penggaris Busur 4.

Palu Besi. Rivet 3. Penggaris Busur 4. NO. 1. GAMBAR Palu Besi 2. Rivet 3. Penggaris Busur 4. Penggaris Siku 5. Patri FUNGSI Alat untuk memukul atau membengkokan benda yang kerja yang keras sasuai dengan bentuk yang kita inginkan. Yaitu tangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 9.1 Spesifikasi Komponen Kopling Mekanis mesin ATV 2 Tak Toyoco G16ADP 2 langkah 160cc Dari pembongkaran yang dilkukan didapat spesifikasi komponen kopling kering mekanis

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Macam-macam Sambungan Pipa merupakan salah satu modul untuk membentuk kompetensi agar mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

(Indonesian) DM-TRPD Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal DEORE XT PD-T8000

(Indonesian) DM-TRPD Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Pedal DEORE XT PD-T8000 (Indonesian) DM-TRPD001-02 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pedal DEORE XT PD-T8000 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK MENJAGA KESELAMATAN... 4

Lebih terperinci

BAB X MESIN KETAM DAN MESIN SERUT

BAB X MESIN KETAM DAN MESIN SERUT BAB X MESIN KETAM DAN MESIN SERUT Mesin ketam adalah mesin dengan pahat pemotong bolak-balik, yang mengambil pemotongan berupa garis lurus. Dengan menggerakkan benda kerja menyilang terhadap jalur pahat,

Lebih terperinci

Pemindah gigi (derailleur) depan

Pemindah gigi (derailleur) depan (Indonesian) DM-RBFD001-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pemindah gigi (derailleur) depan SORA FD-R3000 FD-R3030 CLARIS FD-R2000 FD-R2030 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No 60 Tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api, persyaratan tata letak, tata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Kajian Pola Operasi 1. Jenis dan Kegiatan Stasiun Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas, dan Kegiatan

Lebih terperinci

Set engkol depan. Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman ACERA FC-M3000 FC-M3000-B2 FC-M ALTUS FC-M2000

Set engkol depan. Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman ACERA FC-M3000 FC-M3000-B2 FC-M ALTUS FC-M2000 (Indonesian) DM-MDFC001-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Set engkol depan ALIVIO FC-M4000 FC-M4050 FC-M4050-B2 FC-M4060 ACERA FC-M3000 FC-M3000-B2

Lebih terperinci

DM-MBST (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Tuas pemindah. EZ-FIRE Plus ST-EF500 ST-EF510

DM-MBST (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Tuas pemindah. EZ-FIRE Plus ST-EF500 ST-EF510 (Indonesian) DM-MBST001-00 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Tuas pemindah EZ-FIRE Plus ST-EF500 ST-EF510 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK MENJAGA

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 5 : Bantalan OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi bantalan dalam konstruksi jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan tipe bantalan serta penggunaan yang tepat sesuai

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis-Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Jalur kereta api Menurut Peraturan Menteri No.33 Tahun 2011 adalah jalur yang terdiri atas rangkain petak jalan rel yang meliputi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA BAG- TKB.001.A-76 45 JAM 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Rem Kantilever. Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman

Rem Kantilever. Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman (Bahasa Indonesia) DM-RCBR001-00 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Rem Kantilever BR-CX70 BR-CX50 BL-4700 BL-4600 BL-R780 BL-R3000 ST-7900 ST-6700 ST-5700

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

PENGENDALIAN MUTU KLAS X PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk

Lebih terperinci

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. BAB 5 PEMUAIAN Kompetensi Dasar: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. minyak air Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannya. Peta Konsep: Pemuaian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB 6 SISTEM PENGAMAN RANGKAIAN KELISTRIKAN

BAB 6 SISTEM PENGAMAN RANGKAIAN KELISTRIKAN BAB 6 SISTEM PENGAMAN RANGKAIAN KELISTRIKAN 6.1. Pendahuluan Listrik mengalir dalam suatu rangkaian dengan besar arus tertentu sesuai dengan besarnya tahanan pada rangkaian tersebut. Penghantar atau kabel

Lebih terperinci

Tuas pemindah. Panduan Dealer JALANAN MTB. RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370. Tiagra ST-4600 ST-4603 SORA ST-3500 ST-3503

Tuas pemindah. Panduan Dealer JALANAN MTB. RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370. Tiagra ST-4600 ST-4603 SORA ST-3500 ST-3503 (Bahasa Indonesia) DM-ST0001-05 Panduan Dealer Tuas pemindah MTB RAPIDFIRE Plus ST-M4000 ST-M4050 ST-T4000 ST-T3000 ST-M370 EZ-FIRE Plus ST-EF65 ST-EF51 ST-EF51-A ST-TX800 ST-EF41 ST-EF40 JALANAN Tiagra

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

DM-ST (Bahasa Indonesia) Panduan Dealer. Tuas kontrol ganda ST-9001 ST-9000 ST-6800 ST-5800 ST-4700 ST-4703

DM-ST (Bahasa Indonesia) Panduan Dealer. Tuas kontrol ganda ST-9001 ST-9000 ST-6800 ST-5800 ST-4700 ST-4703 (Bahasa Indonesia) DM-ST0002-04 Panduan Dealer Tuas kontrol ganda ST-9001 ST-9000 ST-6800 ST-5800 ST-4700 ST-4703 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK MENJAGA KESELAMATAN... 4 PEMASANGAN... 6 Daftar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

Roda Rantai Depan. Panduan Dealer DURA-ACE FC-R9100 ULTEGRA FC-R8000. Braket bawah BB-R9100 SM-BBR60 SM-BB92-41B SM-BB72-41B. JALANAN MTB Trekking

Roda Rantai Depan. Panduan Dealer DURA-ACE FC-R9100 ULTEGRA FC-R8000. Braket bawah BB-R9100 SM-BBR60 SM-BB92-41B SM-BB72-41B. JALANAN MTB Trekking (Indonesian) DM-RAFC001-02 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Roda Rantai Depan DURA-ACE FC-R9100 ULTEGRA FC-R8000 Braket bawah BB-R9100 SM-BBR60 SM-BB92-41B

Lebih terperinci

GIGI KEMUDI TYPE BOLA BERSIRKULASI

GIGI KEMUDI TYPE BOLA BERSIRKULASI PRAKTEK GIGI KEMUDI TYPE BOLA BERSIRKULASI 1. Tujuan Khusus Pembelajaran 2. Alat P e s e r t a b e l a j a r d a p a t Membongkar gigi kemudi type bola bersirkulasi Memeriksa bagian-bagian gigi kemudi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat 1. Kondisi Eksisting Stasiun Lahat Stasiun Lahat merupakan stasiun yang berada di Jl. Mayor Ruslan, Kelurahan Pasar Baru,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

TUMBURAN KA S1 SRIWIJAYA DAN KA BBR4 BABARANJANG

TUMBURAN KA S1 SRIWIJAYA DAN KA BBR4 BABARANJANG SHORT REPORT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI TUMBURAN KA S1 SRIWIJAYA DAN KA BBR4 BABARANJANG KM 18 SEPUR II EMPLASEMEN LABUHANRATU LAMPUNG 16 AGUSTUS 2008 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan komponen struktur jalan rel dan kualitas rel yang baik berdasarkan standar yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus BAB 4 RANGKAIAN LISTRIK DAN PERBAIKANNYA 4.1. Pendahuluan Rangkaian listrik merupakan satu sistem yang terdiri dari beberapa komponen kelistrikan dan kabel-kabel penghantar yang menghubungkan satu komponen

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL

BAB I PENDAHULUAN 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL BAB I PENDAHULUAN 1.1. PERENCANAAN JALAN REL Lintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan konstruksi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu: JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BUKU AJAR NO 2 Motor Bensin TANGGAL : KOMPETENSI Mendeskripsikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN GARDAN

PERAWATAN DAN PERBAIKAN GARDAN SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PERAWATAN DAN PERBAIKAN GARDAN 68 PRAKTEK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GARDAN 1. Gambar komponen-komponen differential. 17 12 15 4 1 2 3 7 18 13

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS Mesin fris melepaskan logam ketika benda kerja dihantarkan terhadap suatu pemotong berputar seperti terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Operasi fris sederhana. Pemotong

Lebih terperinci

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan.

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian Zat Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian zat padat, zat cair, dan gas menunjukkan karakteristik yang

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

BAB XIV PESAWAT SEDERHANA

BAB XIV PESAWAT SEDERHANA BAB XIV PESAWAT SEDERHANA 1. Apakah yang dimaksud dengan pesawat sederhana? 2. Alat-alat apa saja yang dapat digolongkan sebagai pesawat sederhana? 3. Apa kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari?

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS 28 BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS Langkah-langkah penyelesaian alat mulai dari perancangan hingga pembuatan dapat dilihat pada Diagram

Lebih terperinci

DM-MBSL (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Tuas pemindah SLX SL-M7000 DEORE SL-M6000

DM-MBSL (Indonesian) Panduan Dealer. JALANAN MTB Trekking. Keliling Kota/ Sepeda Nyaman. Tuas pemindah SLX SL-M7000 DEORE SL-M6000 (Indonesian) DM-MBSL001-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Tuas pemindah SLX SL-M7000 DEORE SL-M6000 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK MENJAGA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang digunakan untuk memudahkan aktivitas sehari-sehari. Maka dari itu banyak masyarakat atau konsumen yang

Lebih terperinci

Pemindah gigi depan. Panduan Dealer SLX FD-M7025 FD-M7020 FD-M7005 FD-M7000 DEORE FD-M6025 FD-M6020 FD-M6000. JALANAN MTB Trekking

Pemindah gigi depan. Panduan Dealer SLX FD-M7025 FD-M7020 FD-M7005 FD-M7000 DEORE FD-M6025 FD-M6020 FD-M6000. JALANAN MTB Trekking (Indonesian) DM-MBFD001-01 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pemindah gigi depan SLX FD-M7025 FD-M7020 FD-M7005 FD-M7000 DEORE FD-M6025 FD-M6020 FD-M6000

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 8 ketentuan umum jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan umum dalam desain jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa pengertian kecepatan kereta api terkait

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci