IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keberagaman Daun Padi Dosis pemupukan dilakukan dengan memberikan dosis yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan keberagaman tingkat warna daun di setiap lahan perlakuan, di lahan Bogor, di lahan Karawang, maupun di lahan Cianjur. Tingkat warna daun padi yang dihasilkan dengan perlakuan taraf pemupukan yang beragam, ada 5 tingkat warna daun, yaitu tingkat 2, tingkat 2.5, tingkat 3, tingkat 3.5, dan tingkat 4. Warna setiap tingkat mengacu terhadap warna pada bagan warna daun standar 4 tingkat yang dikeluarkan oleh IRRI. Tampak bahwa secara umum perlakuan taraf pemupukan berpengaruh pada tingkat warna daun padi. Perlakuan dosis pemupukan yang beragam sudah berhasil menghasilkan berbagai tingkat warna daun untuk keperluan analisis pengolahan citra. Petakan perlukan diberikan dosis yang beragam mengahasilkan beragam tingkat kehijauan daun padi. Warna daun padi dalam petakan menghasilkan tingkat warna daun yang berbeda dari warna kekuningan sampai hijau tua. Secara umum, pemberian dosis pupuk N dosis tinggi cenderung menghasilkan warna daun hijau tua, sedangkan untuk perlakuan pemberian pupuk N yang sedikit menghasilkan warna yang hijau kekuningan. Tingkat warna daun 2, 3, 4, ditemukan dilapangan, namun untuk tingkat warna daun 5 belum ditemukan dilapangan, hal ini disebabkan oleh pemupukan yang kurang intensif di lahan perlakuan. Menghasilkan tingkat warna daun 5 harus dibangkitkan dengan pemupukan yang intensif. Tingkat warna daun 4.5 ditemukan setelah penambahan pupuk organik ke dalam beberapa petakan perlakuan. Dosis pupuk penggunaan urea 150 kg/ha dan phonska 300kg/ha menghasilkan tingkat warna daun 3 sampai 4, sebaliknya dosis pupuk urea 50 kg/ha dan phonska 150 kg/ha menghasilkan tingkat warna daun 2 dan 2.5. Manfaat nitrogen bagi pertumbuhan tanaman padi membuat tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl). Hasil tingkat warna daun hijau tua disebabakan oleh pemberian N yang banyak. Kekurangan unsur hara nitrogen mengakibatkan daun tanaman pucat kekuning-kuningan. Pengukuran tingkat keberagaman daun padi di lakukan di setiap petakan percobaan, di lahan Leuweungkolot, Cianjur dan Karawang. Pengkuran tingkat warna daun dilakukan dengan pengambilan sampel dari setiap petakan perlakuan dengan bagan warna daun standar. Pengukuran saat intensitas tinggi menghasilka akurasi ketepatan daun padi dengan bagan warna daun yang rendah. Pengukuran juga dilakukan pada saat pagi hari terbukti menghasilkan akurasi yang baik, dari pengukuran manual bagan warna daun yang dilakukan disimpulkan pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan membelakangi sinar matahari. Pengambilan warna patokan daun padi dicoba menggunakan kamera telepon seluler. Pengambilan data dilakukan pada siang hari dan hasil yang diperoleh memiliki akurasi yang rendah. Hal ini diyakini karena pengaruh intensitas cahaya. Hasil pengolahan analisis citra menyimpulkan bahwa intensitas terbaik untuk menghasilkan akurasi yang tinggi dengan rentang intensitas cahaya lux. Intensitas rendah cenderung berada pada saat pagi hari atau sore hari. Hasil pemetaan keragaman tingkat warna daun menunjukkan bahwa tidak ditemuinya tingkat warna daun 5 pada lahan peerlakuan, sehingga untuk analisis tingkat warna daun 5 tidak dilakukan. Daun dengan tingkat warna daun 2, 2.5, 3, 3.5, dan 4 digunakan untuk keperluan analisi pemotretan citra. Faktor yang mempengaruhi tingkat kehijauan daun padi adalah ketersediaan unsur hara makro dan mikro terutama unsur hara makro (N, P, K), kesuburan tanah, dan ketersediaan air di lahan budidaya. 28

2 1. Lahan Leuweungkolot-Bogor Pemupukan pertama pada saat 7 HST, pemupukan kedua 21 HST dan pemupukan ketiga 40 HST. Pengamatan dilakukan pada saat pemupukan kedua dan ketiga. Hasil tingkat keberagaman warna daun dengan penilaian manual menggunakan bagan warna daun dapat dilihat pada Gambar *Nilai di dalam kotak adalah tingkat warna rata-rata di petakan tersebut Gambar 22. Pemetaan keragaman warna daun padi dengan penilaian manual untuk lahan Bogor Taraf perlakuan pupuk di lahan Leuweungkolot-Bogor dilakukan 8 taraf pemupukan. Nilai di dalam kotak gambar di atas merupakan nilai rata-rata tingkat warna daun dalam setiap petakan. Membangkitkan tingkat keberagaman warna daun disimpulkan berhasil. Tingkat warna daun 2 diperoleh dari perlakuan nol (tidak dipupuk sama sekali). Jumlah petakan perlakuan sebanyak 36 petakan, dari petakan perlakuan tersebut, pemberian perlakuan dosis pemupukan dilakukan secara acak untuk semua petakan perlakuan. Petakan perlakuan belum berhasil membangkitkan tingkat warna daun 4. Batas petakan perlakuan tidak diberi pembatas bedengan, hanya dengan membuat batas petakan menggunakan tali rafia. Tingkat warna daun 3 mendominasi dalam setiap petakan, sedangkan tingakat warna daun 2.5 hanya 5 petakan dan tingkat warna daun 3.5 hanya 6 petakan. 29

3 2. Lahan Karawang Pemupukan pertama pada saat 13 HST, pemupukan kedua 27 HST dan pemupukan ketiga 38 HST. Pengamatan dilakukan pada saat pemupukan kedua dan ketiga. Taraf perlakuan pupuk di lahan Karawang dilakukan 9 taraf pemupukan. Nilai di dalam kotak gambar diatas merupakan nilai ratarata tingkat warna daun dalam setiap petakan. Tingkat warna daun 2 diperoleh dari perlakuan nol (tidak dipupuk sama sekali) sebanyak 4 petakan perlakuan. Tingkat warna daun 2.5 diperoleh dari dosis perlakuan 1 sebanyak 9 petakan. Hasil dari setiap petakan terlihat dominan tingkat warna daun 3. Tingkat warna daun 3.5 diperoleh 5 petakan dari perlakuan 6 dan perlakuan 7. Tingkat warna daun 4 ditemukan dengan 4 jumlah petakan. Tingkat warna daun 4 ini diperoleh dari perlakuan 9 dimana pemeberian urea yang paling banyak dan ditambah dengan pupuk kandang. Tujuan memberi dosis pemupukan yang beragam untuk membangkitkan tingkat keberagaman warna daun di lahan Karawang dapat disimpulkan berhasil. Hasil tingkat keberagaman warna daun dengan penilaian manual menggunakan bagan warna daun dapat dilihat pada Gambar 23. *Nilai di dalam kotak adalah tingkat warna daun rata-rata di petakan tersebut Gambar 23. Pemetaan keragaman warna daun padi dengan penilaian manual untuk lahan Karawang 3. Lahan Cianjur Pemupukan dilakukan 3 kali, pemupukan pertama pada saat 7 HST, pemupukan kedua 21 HST dan pemupukan ketiga 40 HST. Pengamatan dilakukan pada saat pemupukan kedua dan ketiga. Taraf perlakuan pupuk di lahan Cianjur dilakukan 8 taraf pemupukan. Nilai di dalam kotak gambar diatas merupakan nilai rata-rata tingkat warna daun dalam setiap petakan. Tidak ditemukan tingkat warna daun 2, 3.5 dan 4. Hal ini dimungkinkan karena tidak ada pembatas galengan di setiap petakan perlakuan yang mengakibatkan pupuk yang telah terlarut terbawa aliran air sehingga menyebar ke petakan perlakuan lainnya. Tingkat warna daun 2.5 diperoleh dari dosis perlakuan 1 sebanyak 1 petakan. Tingkat warna daun 2, 3.5 dan 4 diperoleh dari luar perlakuan dosis pemupukan, sehingga untuk pengambilan citra tingkat warna daun 2, 3.5, dan 4 diambil dari luar petakan perlakuan. Hasil tingkat keberagaman warna daun dengan penilaian manual menggunakan bagan warna daun dapat dilihat pada Gambar

4 *Nilai di dalam kotak adalah tingkat warna daun rata-rata di petakan tersebut Gambar 24. Pemetaan keragaman warna daun padi dengan manual untuk lahan Cianjur B. Pengolahan Komponen Warna (RGB) dengan Visual Basic Hasil citra padi yang telah diambil dengan kamera telepon seluler kemudian disimpan dalam memori hardisk komputer dalam bentuk JPEG berukuran 629 x 477 pixel. Selanjutnya citra tersebut diolah dengan menggunakan program komputer yang telah dibuat oleh Astika, dkk (2010). Tampilan program dapat dilihat pada Gambar 22. Program ini dirancang untuk menghitung komponen warna RGB (Red, Green, Blue). Program pengolahan citra yang dibuat terdiri atas empat bagian utama, yakni proses membuka file gambar daun padi yang telah disimpan (open file), proses penyimpanan intensitas dan pembacaan BWD secara manual ke dalam bentuk file.txt, proses pengukuran parameter RGB dengan mengklik bagian daun dan bagian telapak, proses penyimpanan hasil pengukuran RGB (save) ke dalam bentuk file.txt dan keluar (exit). Tahapan-tahapan untuk menjalankan program adalah sebagai berikut. 1. Membuka dan Memilih File Proses pengambilan citra menggunakan perintah manual pada properties form1. Sebelum membuka file yang akan diolah, terlebih dahulu klik photo yang sudah selesai diolah dalam program. Pada toolbar properti klik properties alphabetic picture, kemudian klik pada kotak categorized bitmap, kemudian akan tampil kotak dialog box folder, pilih file. Citra daun padi yang telah dipilih kemudian dibuka. Citra yang telah dibuka akan diproses untuk mengukur komponen RGB (red, green, blue). 2. Proses Pemasukan Nilai Intensitas Cahaya dan Daun File citra yang telah dibuka dalam program pengolahan komponen RGB, langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai intensitas cahaya yang terukur oleh luxmeter dan tingkat warna daun manual dengan bagan warna daun. Klik tombol perintah process nilai intensitas cahaya dan tingkat warna daun secara manual akan disimpan ndalam memori hardisk dalam bentuk file.txt. Tampilan program membukadan memilih dapat dilihat pada Gambar

5 Gambar 25. Tampilan membuka dan memilih file 3. Perhitungan Komponen RGB (red, green, blue) Daun dan Latar Belakang Perhitungan komponen RGB daun dan latar belakang telapak tangan dilakukan dengan 2 tahap. Tahap pertama melakukan proses penghitungan RGB daun. Langkah kerjanya adalah mengklik bagian daun pojok kiri bagian atas dan mengklik bagian daun pojok kanan bagian bawah. Nilai rataan RGB dihitung oleh program yang kemudian tampil di kotak output rr, rg,dan rb daun. Kedua melakukan proses perhitungan RGB latar belakang tangan. Nilai rataan RGB dihitung oleh program yang kemudian tampil di kotak output rr, rg,dan rb tangan. Hasil pada kedua kotak output tersebut akan disimpan otomatis di dalam bentuk file.txt yang disimpan dalam memori hardisk. Nilai komponen penciri daun dan tangan didapatkan dalam bentuk file BWD.txt di memori hardisk. Nilai variable penciri citra yang telah diekstraksi, diolah menjadi dua bentuk data, data test dan data training. Data test dan data training akan digunakan dalam program pengenalan pola dengan knn. Bentuk data test dan data traing hampir sama dengan hasil ekstraksi dengan program ekstraksi citra. Hasil ekstraksi nilai variabel penciri citra digunakan juga untuk program statistik untuk menguji beda nyata nilai variabel yang sama dalam tingkat warna daun yang berbeda. Variabel penciri (Rd, Gd, Bd, Rt, Gt, Bt) berbeda nyata antar tingkat warna daun sehingga dapat dilanjutkan pengenalan pola dengan program knn yang telah dirancang menggunakan visual basic. Pengolahan citra untuk ekstraksi komponen warna daun dilakukan dengan dua analisis yaitu 1) pengolahan citara untuk ekstraksi komponen warna daun dengan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan, dan 2) pengolahan citra untuk ekstraksi komponen warna daun dengan frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan. Hal ini dilakukan karena diyakini hasil nilai RGB akan berpengaruh terhadap frame. Kedua kelompok ini dianalisis terpisah karena memberi efek kecerahan citra yang berbeda. Tampilan program pengolahan citra untuk ekstraksi komponen warna daun (frame penuh) dan frame tidak penuh dapat dilihat pada Gambar 26 dan

6 Gambar 26. Tampilan program pengolahan citra untuk ekstraksi komponen warna daun dengan frame penuh Gambar 27. Tampilan program pengolahan citra untuk ekstraksi komponen warna daun dengan frame tidak penuh 33

7 C. Hubungan Komponen RGB dengan Daun Dari data komponen warna daun, komponen warna tangan, dan hasil pengukuran tingkat warna dan dengan BWD kemudian dicari hubungan antara komponen warna dengan tingkat warna daun. Di sini diinginkan adanya hubungan yang khas (berbeda nyata) antara komponen warna dengan tingkat warna daun, dimana tingkat warna daun yang berbeda dicirikan oleh kisaran komponen warna yang khas. Untuk melakukan pengenalan tingkat warna daun dari keragaman komponen warna RGB daun dan tangan dibuat program Visual Basic untuk melaksanakan algoritma k_nearest Neighborhood (knn) yang telah dibuat oleh Astika (2010). Dengan data yang ada, knn telah diuji dan diimplementasikan ke dalam telepon seluler yang dipakai dalam penelitian. Program pengenalan pola dengan knn yang dibuat terdiri atas dua bagian utama, 1) proses persiapan file data training, file data test, dan file output, dan 2) menjalankan program. Tampilan program pengenalan pola knn dapat dilihat pada Gambar 28. Gambar 28. Tampilan program pengenalan pola knn File data training disiapkan dengan bentuk notepad. Data yang terdiri dari 6 komponen penciri yakni Rd. Gd, Bd, Rt, Gt, Bt, dan tingkat warna daun. Jumlah data yang dimuat dalam file data training tidak terbatas, semakin banyak data yang digunakan semakin bagus hasilnya. Untuk File data test disiapakan sama dengan data training bentuk notepad namun dipisahkan dalam dua file yang berbeda. File data training diberi dengan penamaan file AA.txt sedangkan data test diberi dengan penamaan file CC.txt. Data training dan data test disimpan dalam hardisk directory D. File Output diberi dengan penamaan file Hasil.txt, hasil pengolahan knn ditampilakan di file output. Mempersiapkan file data training dan data test harus mengetahui jumlah data yang dimasukkan dalam file. Jumlah data di tuliskan di bagian atas isi file data training dan data test. Data training dan data test dapat dilihat pada lampiran. Langkah kedua adalah menjalankan program. Tombol perintah ru berfungsi untuk menjalankan program. Menekan tombol perintah run pada program, program akan berjalan otomatis dan melakukan proses pengenalan pola knn. 34

8 D. Pemotretan Citra pada Berbagai Daun Pengambilan citra daun padi pada berbagai tingkat warna daun diambil dari tiap-tiap petakan perlakuan. Langkah pertama dengan menentukan tingkat warna daun padi secara manual menggunakan bagan warna daun (BWD) standar. Setiap Petakan perlakuan hanya memiliki beberapa tingkat warna daun saja, hal ini dipengaruhi oleh dosis perlakuan pupuk. Daun padi yang telah diukur dengan menggunakan bagan warna daun dianalisis untuk memperoleh komponen warna RGB. Citra daun padi terkumpul sebanyak buah citra, sebanyak 480 foto yang tidak dapat diekstraksi karena citra rusak. Citra tersebut terkumpul dengan melakukan sebanyak 6 kali ulangan pengamatan dan pengambilan data. Masing-masing dua kali pengamatan dan pengambilan data untuk lahan penelitian Bogor, Karawang dan Cianjur. Pengambilan citra dengan menggunakan lima buah berbagai merek telepon seluler. Setiap daun dengan tingkat warna daun tertentu, di citra sebanyak 6 kali ulangan untuk masing-masing telepon seluler. Pengambilan citra melibatkan 6-7 orang petani setiap pengambilan data. Hal ini dilakukan agar mendapatkan ciri warna telapak tangan yang berbedabeda, diutamakan model telapak tangan petani. Pengambilan citra dilakukan secara bergantian untuk setiap kamera telepon seluler. Pemotretan dilakukan secara rotasi agar semua petani memotret untuk masing masing telepon seluler. Pemotretan dilakukan berurutan mulai tingkat warna daun 2, 2.5, 3, 3.4 dan 4. Model telapak tangan petani untuk pemotretan diberi tanda untuk setiap tingkat warna daun yang akan dicitra hal ini agar mudah dalam penandaaan citra di dalam komputer untuk pengolahan analisis citra. Cara pengambilan citra dengan kamera telepon seluler, dilakukan dengan cara melilitkan daun padi melingkar ke dalam salah satu jari tangan, disarankan menggunakan jari tengah karena jari tengah cenderung panjang agar memudahkan dalam pemotretan. Penempatan lilitan daun padi di jari harus melingkar tepat dan disarankan tidak terlipat, hal ini dilakukan karena apabila daun tidak melingkar tepat, akan mempengaruhi kerja fokus kamera. Telapak tangan dijadikan sebagai latar belakang frame citra. Pemilihan telapak tangan sebagai latar belakang tangan untuk kepraktisan. Penelitian sebelumnya telah dicoba menggunakan kertas putih Astika, (2010) namun terdapat kendala tidak semua petani membawa kertas ke lapangan/sawah sehingga tidak praktis tentunya merepotkan dalam penggunaan telepon seluler nantinya. Latar belakang yang digunakan dalam frame citra adalah telapak tangan bagian dalam. Pemilihan latar belakang frame citra bagian dalam telapak tangan bagian dalam adalah karena telapak tangan bagian dalam cenderung tidak berpori sedangkan bagian luar telapak tangan bergaris dan berpori, sehingga dalam pemotretan menghasilkan citra yang kurang menarik, dan menyulitkan dalam pengolahan analisis citra menggunakan program komputer. Kamera telepon seluler yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kamera fokus otomatis. Pemotretan daun padi, kamera harus dalam kondisi fokus, lalu dipotret. Fokus akan mempengaruhi karakteristik komponen RGB yang diolah dalam analisis citra. Daun yang dicitra, dililit melingkar dan tidak goyang karena pergerakan obyek yang akan dicitra juga mempengaruhi kualitas citra, bila obyek bergerak terlalu cepat sulit bagi kamera untuk mengunci fokus (Agung, 2012). Citra yang telah terkumpul sebanyak buah dianalisis menggunakan program pengolahan citra. Citra yang terkumpul, terdapat sebanyak 340 citra yang tidak dapat dianasis, hal ini disebabkan oleh kualitas dan hasil citra buram dan pecah. Analisis perbandingan dilakukan terhadap citra yang fokus dengan citra yang tidak fokus. Hasil pengolahan analisis citra dengan menggunakan program analisis RGB menghasilkan nilai komponen RGB yang tidak konsisten. Pengolahan analisis citra menyimpulkan bahwa posisi daun padi tidak goyang, posisi pemotretan yang stabil dan tidak terganggu oleh goyangan tubuh akan menghasilkan fokus yang tepat sehingga dalam pengolahan analisis citra menghasilkan nilai variabel komponen RGB yang konsisten. 35

9 Peneliti juga telah melakukan penelitian lain yang menggunakan metoda pengolahan citra untuk menentukan tingkat kehijauan daun. Astika, dkk (2010) mengembangkan perangkat sensor untuk menentukan tingkat warna daun padi dengan menggunakan CCD kamera yang dipasang pada suatu gerobak. Gerobak didorong di lahan sawah yang berisikan tanaman padi, sambil terus berjalan kamera menangkap citra daun padi secara terus menerus. (a) Tanaman kedelai (b) Tanaman padi Gambar 29. Perangkat sensor untuk penentuan tingkat warna daun (Astika, dkk; 2010) Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut di atas, Astika, dkk (2011) mengubah metoda pengambilan citra. Citra daun padi pada suatu hamparan/petak lahan diambil dari udara. Metoda yang dipakai untuk mengambil gambar dari suatu ketinggian adalah 1) dengan galah vertikal 5-7 m, 2) balon udara, dan 3) pesawat aeromodeling seperti ditunjukkan pada Gambar 30. (a) Galah vertikal (b) Balon udara (c) Helikopter (d) Pesawat aeromodeling Gambar 30. Metode pengambilan citra dari udara (Astika, dkk; 2010) 36

10 Frame-frame foto disimpan di dalam hard disk komputer laptop untuk nantinya dianalisis di luar lahan. Akurasi yang didapatkan masih rendah karena adanya beberapa hambatan, yaitu kesulitan pergerakan gerobak di lahan sebagai akibat dari slip pada lumpur dan adanya goncangan pada kamera. Astika, dkk (2010) juga menggunakan metoda yang sama untuk menentukan tingkat warna daun kedelai di lahan kering. Di samping itu, metoda yang sama juga dipakai untuk menentukan tingkat penutupan gulma di lahan terbuka. Akurasi yang dihasilkan cukup bagus. E. Pemotretan Citra pada Berbagai Tingkat Intensitas Cahaya Pengambilan citra daun padi dilakukan pada 3 rentang waktu, yaitu pukul WIB WIB, pukul WIB-pukul WIB, dan dilanjutkan dengan pengambilan citra pada pukul WIB WIB. Intensitas antara ketiga rentang waktu pemotretan memiliki tingkat intensitas cahaya yang beragam. Hasil terukur intensitas cahaya yang didapatkan dengan menggunakan luxmeter adalah lux. Besar nilai intensitas cahaya dipengaruhi oleh waktu dan cuaca pada saat pemotretan. Intensitas cahaya akan berubah-ubah dalam kondisi cuaca yang tidak stabil. Hasil pengukuran intensitas cahaya menyimpulkan bahwa intensitas cahaya yang relatif stabil adalah pada saat pukul WIB sampai pukul WIB dengan intensitas antara lux. Hal ini berdasarkan hasil pengukuran, pada pagi hari intensitas cahaya akan naik secara perlahan. Pada siang hari intensitas cahaya cenderung tidak stabil, pada pukul WIB intensitas cahaya terkadang naik dan terkadang turun. Hal ini mengakibatkan kondisi pencahayaan yang buruk pada saat pemotretan. Sore hari pada pukul WIB hasil pengukuran menunjukkan bahwa terjadi penurunan intensitas cahaya dari sidang hari. Data intensitas cahaya yang terukur oleh luxmeter memperlihatkan bahwa tingkat intensitas cahaya pada sore hari cenderung sama pada tingkat intensitas cahaya pada pagi hari. Rentang intensitas cahaya pada berbagai waktu pengambilan citra dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rentang intensitas cahaya pada berbagai waktu pengukuran Pagi Intensitas Siang Intensitas Sore Intensitas ( ) (lux) ( ) (lux) ( ) (lux) Range Intensitas Cahaya Menurut hasil pengambilan data intensitas cahaya yang ditampilkan dalam tabel di atas, menunjukkan pada saat pagi hari tingkat intensitas cahaya cenderung rendah, yaitu sekitar lux. Sedangkan pengambilan data yang dilakukan pada saat siang hari intensitas cahaya tinggi yang berkisar antara Pada waktu sore hari pada pukul intensitas cahaya kembali 37

11 menurun sekitar lux. Citra yang terkumpul dianalisis terpisah berdasarkan tingkat intensitas cahaya. Analisis yang dilakukan adalah 1) intensitas cahaya lux, 2) intensitas cahaya lux, dan 3) intensitas cahaya > lux. Hasil pengolahan analisis citra dengan pengenalan pola knn menyimpulkan bahwa waktu yang terbaik untuk pengambilan citra dilakukan pada saat pagi hari atau sore hari. Intensitas pagi hari dan sore hari relatif kecil, sehingga dengan kesimpulan tersebut, intensitas cahaya yang terbaik untuk pengambilan citra adalah sekitar lux. Intensitas berpengaruh terhadap kecerahan frame citra. Hasil pengolahan analisis citra pengenalan pola dengan knn menyimpulkan bahwa pemotretan dilakukan pada intensitas rendah dengan selang intensitas cahaya lux, sehingga waktu yang cocok untuk pengambilan citra daun padi dilakukan pada saat pagi hari pada pukul WIB dan sore hari pada pukul WIB. F. Analisis citra dengan frame citra telapak tangan Frame citra akan mempengaruhi nilai variabel RGB (red, green, blue). Pengambilan citra dilakukan pada dua bentuk frame citra yaitu pengambilan citra dengan frame yang dipenuhi citra telapak tangan dan pengambilan citra dengan frame yang tidak terpenuhi oleh citra telapak tangan. Hal ini dianalisi karena diyakini ada perbedaan penciri nilai variabel RGB dalam proses ekstraksi komponen RGB. Cakupan kecerahan frame dipengaruhi dipengaruhi oleh intensitas cahaya atau kecerahan objek-objek yang berada di dalam frame citra. Di antara 6 variabel penciri, yaitu Rd, Gd, Bd, Rt, Gt, dan Bt telah ditemukan bahwa Gd dan Bd berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% terhadap tingkat warna daun. Hal ini dapat dipahami karena perbedaan tingkat warna daun lebih banyak dicirikan dengan perbedaan tingkat kehijuannya. Namun perbedaan ini tidak terjadi secara konsisten atau proporsional karena dipengaruhi oleh warna latar belakang (warna telapak tangan). Kamera digital pada telepon seluler bekerja secara automatis dalam menjaga kecerahan hasil citra. 1. Citra dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan intensitas rendah Frame citra yang dipenuhi oleh citra telapak tangan maka warna telapak tangan akan dominan mempengaruhi pengaturan eksposure (pengaturan kecerahan) kamera. Hasil data pengolahan komponen RGB akan sangat berpengaruh pada nilai variabel Rt, Gt, Bt. Hasil pengolahan ekstraksi komponen RGB dengan frame citra yang dipenuhi terlihat konstan dan memiliki akurasi yang tinggi. Hasil pendugaan dengan progra pengenalan pola k-nn menunjukkan hasil yang sempurna. Tingkat kepercayaan pendugaan dilihat pada ketepatan pendugaan oleh program pengenalan pola knn. Gambar 31. Citra dengan frame yang dipenuhi citra telapak tangan 38

12 Pengambilan citra dilakukan dengan frame yang dipenuhi citra telapak tangan dan pada saat intensitas rendah. Hasil yang diperoleh sebelumnya bahwa intensitas rendah akan memiliki nilai variabel RGB yang konstan. Tingkat warna daun (TWD) yang dipakai adalah 2, 2.5, 3, 3.5 dan Samsung Ace Pengenalan pola k-nn dilakukan terhadap semua telepon seluler yang dipakai dalam penelitian. Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Samsung Ace memiliki hasil pendugaan antara 79% - 94%. Akurasi yang baik dihasilkan dengan cara penggambilan citra dengan frame dipenuhi oleh citra telapak tangan dan intensitas yang rendah, hal ini disebabkan kecerahan citra konstan dipengaruhi oleh frame citra telapak tangan yang ditandai dengan tidak adanya objek benda lain disekitar citra. Cahaya dari luar tidak masuk ke dalam frame agar menghasilkan nilai variabel penciri yang konsisten. Cahaya sekitar pengambilan citra rendah sehingga tidak akan mempengaruhi pengaturan kecerahan yang dimiliki kamera Samsung Ace. Hasil pendugaan tingkat warna daun dengan kamera telepon seluler Samsung Ace saat intesitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata Sony Ericsson SK17i Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Sony Ericsson memiliki akurasi pendugaan antara 91% - 97%. Akurasi yang dihasilkan sangat baik. Kamera yang dimiliki sangat memiliki fokus yang baik, kualitas citra bagus sehingga nilai variabel komponen ekstraksi konsisten dan tidak menghasilkan nilai yang beragam. Hasil pendugaan tingkat warna daun dengan kamera telepon seluler Sony Ericsson saat intesitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata

13 Pengambilan citra dilakukan dengan memenuhi frame citra latar belakang telapak tangan dan pada saat intensitas rendah. Frame penuh tidak ditandai dengan adanya objek lain disekitar citra, sehingga menghasilkan nilai variabel penciri yang tepat, yaitu RGB tangan dan RGB daun. Kondisi intensitas cahaya yang rendah akan membuat kecerahan yang konstan saat pengambilan citra, hal ini disebabkan karena pengaturan kecerahan otomatis yang dimiliki oleh kamera Sony Ericsson tidak mempengaruhi nilai variabel penciri. Pengenalan pola dilakukan dengan program KNN dengan mencoba melakukan pengenalan sebanyak 500 citra. Tingkat warna daun 4 memiliki akurasi 96.8%, sebanyak 95 citra yang dicoba dalam KNN mengenali 92 tingkat warna daun LG Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler LG memiliki akurasi pendugaan antara 88% - 94%. Hasil pendugaan tingkat warna daun saat intesitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata Samsung GT Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Samsung GT memiliki akurasi pendugaan antara 85% - 93%. Kamera Samsung GT memiliki pengaturan sangat sensitif terhadap perubahan intensitas cahaya, kamera akan otomatis menyeimbangkan kecerahan apabila terjadi perubahan intensitas cahaya. Hasil pendugaan tingkat warna daun oleh kamera telepon seluler Samsung GT saat intesitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata

14 5. Nexian Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Nexian memiliki akurasi pendugaan antara 92% - 93%. Hasil pendugaan tingkat warna daun oleh kamera telepon seluler Nexian saat intesitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata Citra tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan intensitas rendah Cakupan frame berpengaruh karena kecerahan suatu kecerahan citra dipengaruhi oleh intensitas cahaya atau kecerahan objek-objek yang berada di dalam frame citra. Frame citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan ditandai dengan adanya citra objek lain, maka kecerahan citra pun akan dipengaruhi oleh citra objek-objek tersebut. Akibatnya nilai variabel-variabel penciri juga berubah. Pengambilan citra seperti ini sangat mungkin terjadi di lapangan jika dilakukan oleh petani. Frame-frame citra yang dipengaruhi secara bersama-sama oleh perbedaan intensitas cahaya, perbedaan warna telapak tangan, dan akibat banyaknya frame citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan. Citra yang diambil oleh petani banyak mengalami kegagalan dengan hasil citra tidak dapat dianalisi didalam program knn yang telah dibuat oleh Astika (2010) hal ini disebakan karena penempatan daun dan posisi pengambilan citra yang kurang tepat. Citra yang diambil dengan jarak terlalu dekat maupun jauh menghasilkan focus yang kurang baik. Citra yang diambil dengan jarak yang tidak tepat akan mengakibatkan frame citra tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan. Objek lain ada di dalam citra adalah akibat ketidaktepatatan jarak pengambilan citra. Hasil analisis menunjukkan bahwa citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapk tangan menghasilkan akurasi yang rendah. Gambar 32. Citra dengan frame yang tidak dipenuhi citra telapak tangan 41

15 1. Samsung Ace Tabel 14 menunjukkan akurasi yang dihasilkan oleh frame-frame citra yang dipengaruhi secara bersama-sama oleh perbedaan intensitas cahaya, perbedaan warna telapak tangan, dan frame citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan. Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Samsung Ace dengan frame tidak terpenuhi oleh citra telapak tangann memiliki akurasi pendugaan antara 39% - 80%. Kesimpulan bahwa hasil pendugaan sangat banyak meleset dari target. Rendahnya akurasi yang dihasilkan memaksa adanya penanggulangan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kombinasi komponen RGB daun dan RGB tangan. Rendahnya akurasi ini disebabkan karena Frame citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan. Sehingga akibatnya kecerahan citra akan dipengaruhi oleh citra objek-objek lain yang ada di dalam frame. Kecerahan ini membuat nilai variabel-variabel penciri juga berubah. Tabel 14. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata Sony Ericsson SK17i Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Sony Ericsson dengan frame tidak terpenuhi oleh citra telapak tangan memiliki akurasi pendugaan antara 50% - 75%. Kamera Sony Ericsson memiliki pengaturan kesimbangan pencerahan sangat sensitife sehingga mengakibatkan perubahan nilai variabel RGB juga sangat sensitif. Nilai variabel komponen penciri cenderung tidak konstan. Obyek yang masuk ke dalam frame akan diseimbangkan oleh pengaturan kecerahan warna. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata

16 3. LG Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler LG dengan frame tidak terpenuhi oleh citra telapak tangan memiliki akurasi pendugaan antara 33% - 78%. Tingkat warna daun 3 memiliki nilai akurasi yang sangat rendah hanya sebesar 33%, sangat meleset dari target pendugaan. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 16 Tabel 16. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Samsung GT Rata-rata Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Samsung GT dengan frame tidak terpenuhi oleh citra telapak tangan memiliki akurasi pendugaan antara 36% - 81%. Rendahnya akurasi yang dihasilkan memaksa adanya penanggulangan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kombinasi komponen RGB daun dan RGB tangan. Rendahnya akurasi ini disebabkan karena Frame citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan. Sehingga akibatnya kecerahan citra akan dipengaruhi oleh citra objek-objek lain yang ada di dalam frame. Kecerahan ini membuat nilai variabel-variabel penciri juga berubah. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata

17 5. Nexian Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Nexian dengan frame tidak terpenuhi oleh citra telapak tangan memiliki akurasi pendugaan antara 63% - 80%. Rendahnya akurasi ini disebabkan karena frame citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata Pencampuran antara citra yang dipenuhi oleh frame dan tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan saat intensitas rendah Pengambilan citra antara frame yang dipenuhi dengan citra telapak tangan dicampur dengan citra yang tidak dipenuhi frame telapak tangan dianalisis agar mengetahui pengaruhnya terhadap nilai variabel penciri yaitu RGB daun dan RGB tangan. Tingkat akurasi yang dihasilkan untuk setiap tingkat warna daun tidak konsisten memiliki nilai yang baik untuk beberapa merek kamera telepon seluler, dan sebagian merek telepon seluler yang dipakai memiliki akurasi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh pengaturan kecerahan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh setiap amera telepon seluler. Frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan ditandai dengan adanya objek lain yang masuk di sekitar frame, sehingga mengakibatkan perubahan nilai variabel penciri dan akibatnya target pendugaan dengan program knn memiliki hasil akurasi yang rendah. Frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan memiliki akurasi pendugaan yang baik, sedangkan akurasi pendugaan frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan menghasilkan akurasi yang cenderung rendah. Telepon seluler bekerja otomatis untuk mencerahkan frame, sehingga apabila warna kulit telapak tangan gelap, kamera akan menyesuaikan kecerahan frame citra, sehingga mengakibatkan nilai variabel penciri berubah. 1. Samsung Ace Tabel 19 menunjukkan akurasi yang dihasilkan oleh frame-frame citra yang dipengaruhi secara bersama-sama oleh intensitas cahaya rendah, perbedaan warna telapak tangan, frame citra yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dan frame citra yang dipenuhi dengan citra telapak tangan. Akurasi pendugaan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Samsung Ace adalah 70% - 84%. Akurasi pendugaan tingkat warna daun degan frame yang tidak 44

18 dipenuhi oleh citra telapak tangan dicampur dengan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Akurasi pendugaan tingkat warna daun citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan dicampur dengan citra yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dengan intensitas rendah. Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata Sony Ericsson SK17i Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Sony Ericsson dengan frame tidak terpenuhi oleh citra telapak tangan dicampur dengan frame yang penuh oleh citra telapak tangan memiliki akurasi pendugaan antara 53% - 80%. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan frame tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Akurasi pendugaan tingkat warna daun citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan dicampur dengan citra yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata LG Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler LG memiliki akurasi pendugaan antara 83% - 87%. Faktor yang mempengaruhi terhadap nilai akurasi 45

19 tersebut karena tidak adanya objek lain di sekitar citra, sehingga menghasilkan nilai vaiabel penciri yang konsisten dicampur dengan citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan menghasilkan akurasi yang hampir semua tingkat warna daun 2, 2.5, 3, dan 3.5. Hasil pendugaan tingkat warna daun saat intesitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dicampur dengan frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Akurasi pendugaan tingkat warna daun citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan dicampur dengan citra yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata Samsung GT Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Samsung GT dengan frame tidak terpenuhi oleh citra telapak tangan dicampur dengan citra yang dipenuhi oleh frame citra telapak tangan memiliki akurasi pendugaan antara 78% - 90%. Rendahnya akurasi ini disebabkan karena frame citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan. Hasil pendugaan tingkat warna daun saat intesitas rendah, frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dicampur dengan frame tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Akurasi pendugaan tingkat warna daun citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan dicampur dengan citra yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata

20 5. Nexian Hasil pengolahan yang diperoleh dari program pengenalan pola knn untuk telepon seluler Nexian dengan frame tidak terpenuhi oleh citra telapak tangan memiliki akurasi pendugaan antara 74% - 78%. Rendahnya akurasi ini disebabkan karena frame citra yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dicampur dengan frame citra yang dipenuhi oleh citra telapak tangan. Akurasi pendugaan tingkat warna daun dengan frame yang tidak dipenuhi oleh citra telapak tangan dicampur dengan citra dengan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Akurasi pendugaan tingkat warna daun citra yang tidak dipenuhi oleh frame citra telapak tangan dengan dicampur dengan citra yang dipenuhi oleh citra telapak tangan dengan intensitas rendah Hasil Pendugaan Akurasi (%) Rata-rata G. Pemotretan Citra pada Berbagai Warna Kulit Telapak Tangan Hasil pengambilan citra dengan beragam intensitas cahaya menyimpulkan bahwa intensitas yang baik untuk pengambilan citra dilakukan pada saat intensitas rendah. Maka dari itu analisis tidak perlu dilakukan lagi dengan intensitas tinggi. Analisis selanjutnya adalah melakukan pengambilan citra pada berbagai warna kulit telapak tangan. Citra yang terkumpul dianalisis terpisah berdasarkan warna kulit telapak tangan. Analisis yang dilakukan berdasarkan warna kulit telapak tangan adalah 1) warna kulit telapak tangan putih, 2) warna kulit telapak tangan putih sedang, dan 3) warna kulit telapak tangan hitam. Enam variabel penciri, yaitu Rd, Gd, Bd, Rt, Gt, dan Bt telah ditemukan bahwa Gd dan Bd berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% terhadap tingkat warna daun. Hal ini dapat dipahami karena perbedaan tingkat warna daun lebih banyak dicirikan dengan perbedaan tingkat kehijuannya. Namun perbedaan ini tidak terjadi secara konsisten atau proporsional karena dipengaruhi oleh warna latar belakang (warna telapak tangan). Akurasi pendugaan tingkat warna daun berdasarkan warna kulit telapak tangan untuk Samsung Ace dapat dilihat pada Tabel 24. Kamera digital pada telepon seluler bekerja secara automatis dalam menjaga kecerahan hasil citra. Jika latar belakang gelap (misalnya sebagai akibat kulit telapak tangan agak hitam), maka kamera akan meningkatkan kecerahan. Hal ini juga akan mengakibatkan objek daun padi menjadi lebih cerah, yang kemudian berakibat pada meningkatnya nilai Rd, Gd, dan Bd. Sebaliknya jika warna latar cerah (karena kulit telapak tangan berwarna keputihan) maka kamera membuatnya menjadi lebih gelap, yang kemudian berakibat pada menurunnya nilai Rd, Gd, dan Bd. 47

21 Tingkat warna daun yang sama bisa jadi akan memiliki nilai Rd, Gd, dan Bd yang berbeda sebagai akibat dari perbedaan kecerahan latar belakang, yang dicirikan oleh nilai Rt, Gt, dan Bt. Dua tingkat warna daun yang sama memungkinkan hasil tingkat daun yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh warna latar belakang yang menghasilkan kemiripan nilai variabel RGB daun dan RGB tangan. Untuk menghindari pengaruh kecerahan citra karena latar belakang warna telapak tangan yang berbeda (putih, putih sedang, dan hitam) dapat dilakukan dengan dua faktor yaitu : intensitas cahaya dan frame latar belakang. Pengolahan pengenalan pola knn yang telah dilakukan menunjukkan adanya perbaikan akurasi dengan memperhatikan kedua faktor tersebut. Hasil pengolahan analisis citra dengan pengenalan pola knn menyimpulkan bahwa adalah bahwa efek warna latar belakang tangan dapat diminimalis dengan pengambilan citra dilakukan saat intensitas rendah ( lux). Pengambilan citra dilakukan pada saat intensitas relatif tinggi menghasilkan pengaruh yang besar terhadap kecerahan citra. Hal ini dikarenakan karena prinsip kerja kamera akan menyeimbangkan kecerahan citra dengan intensitas cahaya yang mengenai frame. 1. Samsung Ace Tabel 24. Akurasi pendugaan tingkat warna daun berdasarkan warna kulit telapak tangan, intensitas rendah dan frame dipenuhi oleh citra telapak tangan Warna Kulit telapak Jumlah Data Tingkat Warna Daun Hasil Pendugaan tangan Target 2 2,5 3 3,5 4 Akurasi , Putih , (%) Rata-rata , Putih sedang , Rata-rata , Hitam , Rata-rata 77 48

22 2. Sony Ericsson SK17i Tabel 25. Akurasi pendugaan tingkat warna daun berdasarkan warna kulit telapak tangan, intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Warna Kulit Hasil Pendugaan Akurasi (%) telapak tangan 2 2,5 3 3, , Putih , Rata-rata , Putih sedang , Rata-rata , Hitam , Rata-rata LG Tabel 26. Akurasi pendugaan tingkat warna daun berdasarkan warna kulit telapak tangan, intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Warna Kulit Hasil Pendugaan Akurasi (%) telapak tangan 2 2,5 3 3, , Putih , Rata-rata , Putih sedang , Rata-rata ,5 0 0 Hitam , Rata-rata

23 4. Samsung GT Tabel 27. Akurasi pendugaan tingkat warna daun berdasarkan warna kulit telapak tangan, intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Warna Kulit Tingkat Warna Daun Hasil Pendugaan Akurasi (%) telapak tangan Target 2 2,5 3 3, , Putih , Rata-rata , Putih sedang , Rata-rata , Hitam , Rata-rata Nexian Tabel 28. Akurasi pendugaan tingkat warna daun berdasarkan warna kulit telapak tangan, intensitas rendah dan frame yang dipenuhi oleh citra telapak tangan Warna Kulit Tingkat Warna Daun Hasil Pendugaan Akurasi (%) telapak tangan Target 2 2,5 3 3, , Putih , Rata-rata , Putih sedang , Rata-rata ,5 0 Hitam , Rata-rata

24 H. Analisis Statistika Analisa statistika dilakukan untuk mengetahui uji beda nyata antar tingkat warna daun. Tingkat warna daun antara 2 dan 2.5, tingkat warna daun 2 dengan 3, tingkat warna daun 2 dengan 3.5, dan seterusnya. Tingkat warna daun tersebut mempunyai variabel. Variabel penciri terdiri dari RGB daun (Rd, Gd, Bd) dan RGB tangan (Rt, Gt, Bt). Analisis perlu dilakukan untuk mengetahui variabel pembeda antar tingkta warna daun. Aplikasi yang digunakan SPSS 17. SPSS adalah singkatan dari Statistical and Service Solution. SPSS merupakan program komputer yang digunakan untuk melakukan perhitungan statistik. Uji yang dilakukan adalah uji beda nyata. Pengolahan data statistik dilakukan dengan analisis one way annova. Data yang dipakai untuk melakukan perhitungan statistika adalah hasil data olahan dengan program ekstraksi komponen RGB daun dan RGB tangan menggunakan program Visual Basic. Uji beda nyata dilakukan untuk masing-masing telepon seluler yang dipakai. Hasil yang diperoleh dari pengolahan analisis uji beda nyata telah ditemukan bahwa Gd dan Bd merupakan variabel penciri yang berbeda nyata antar tingkta warna daun. Tingkat kepercayaan uji beda nyata yang dilakukan mencapai 95% oleh karena itu dipastikan variabel penciri berbeda nyata antar tingkat warna daun adalah variabel Gd dan Bd. Variabel RGB tangan cenderung mempunyai beda nyata yang tidak konstan. Uji beda nyata dilakukan setiap telepon seluler. Setiap telepon seluler dilakukan uji beda nyata berdasarkan tingkat intensitas. Uji beda nyata untuk beragam intensitas dibagi menjadi 3 analisis, analisis pertama untuk tingkat intensitas cahaya lux, analisis kedua tingkat intensitas cahaya lux, dan analisis ketiga tingkat intensitas lebih besar dari lux. Uji dilakukan terhadap beragam warna kulit telapak tangan, yaitu warna kulit putih, putih sedang, dan hitam. Uji beda nyata berikutnya adalah menggabung semua data berdasarkan tingkat warna daun, intensitas, dan warna kulit telapak tangan. Semua data digabung tanpa memperhatikan intensitas cahaya, warna kulit telapak tangan, dan tingkat warna daun. Uji ini dilakukan untuk setiap telepon seluler yang dipakai dalam penelitian. Uji beda nyata berdasarkan intensitas cahaya, intesitas cahaya antara lux menghasilkan signifikan 95%, artinya variabel penciri berbeda nyata antar tingkat warna daun. Varibel penciri yang memebdakan antar tingkat warna daun adalah variabel Gd dan Bd, nilai signifikan Gd dan Bd 99% dan cenderung memiliki nilai signifikan yang selalu konstan. Intensitas cahaya lux menghasilkan signifikan 87%, Sedangkan untuk intensitas cahaya diatas lux menghasilkan nilai signifikan 30% dan disimpulkan tidak berbeda nyata. Uji beda nyata berdasarkan warna kulit telapak tangan mengahasilkan nilai signifikan yang beragam hal ini diyakini kaerna pencerahan otomatis yang dimiliki kamera telepon seluler sehingga menghasilkan nilai variabel penciri tidak konsisten. Uji beda nyata berdasarkan kulit telapak tangan warna putih dilakukan untuk masing-masing telepon seluler. Nilai signifikan yang dihasilkan untuk telapak tangan berwarna putih menghasilkan beda nyata 90%. Variabel penciri beda nyata berdasarkan kulit berwarna putih adalah Gd, Bd, dan Gt. Nilai signifikan Gd adalah 0.000, Bd dan Gt Warna kulit telapak tangan agak putih mempunyai nilai signifikan yang hampir sama dengan warna kulit telapak tangan putih. Warna telapak tangan hitam menghasilkan tingkat kepercayaan 78%, berdasarkan nilai signifikan untuk setiap telepon seluler cenderung berubah dan tidak konsisten. Hai ini diyakini karena efek pencerahan otomatis yang dimiliki kamera telepon seluler, sehingga dengan latar belakang frame citra telapak tangan hitam, telepon seluler akan menyeimbangkan pencerahan citra, sehinggga nilai variabel penciri tidak konsisten. 51

PENGUKURAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DAN DOSIS PEMUPUKAN DENGAN TELEPON SELULER ANDROID

PENGUKURAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DAN DOSIS PEMUPUKAN DENGAN TELEPON SELULER ANDROID 0874: I Wayan Astika dkk. PG-43 PENGUKURAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DAN DOSIS PEMUPUKAN DENGAN TELEPON SELULER ANDROID I Wayan Astika 1, Sugiyanta 2, dan Marko M. Cibro 3 1 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai dengan Oktober 2010. Perancangan alat dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai Agustus 2010 di Bengkel Departemen

Lebih terperinci

jaringan : GSM 850/900 /1800/1900 dan HSDPA 900 / 2100 : 800 MHz ARM 11, Qualcomm QCT MSM Turbo : internal 160 Mb, eksternal : microsd 32GB

jaringan : GSM 850/900 /1800/1900 dan HSDPA 900 / 2100 : 800 MHz ARM 11, Qualcomm QCT MSM Turbo : internal 160 Mb, eksternal : microsd 32GB LAMPIRAN 57 Lampiran 1. Spesifikasi Singkat Telepon Seluler 1.1 Samsung Galaxy Ace S5830 Sistem Operasi : Android OS, v2.2 jaringan : GSM 850/900 /1800/1900 dan HSDPA 900 / 2100 Prosessor Memori Kamera

Lebih terperinci

PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI

PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI PEMETAAN KERAGAMAN WARNA DAUN PADI DENGAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI I Wayan Astika 1, Radite P. A. Setiawan 1, M. Ardiyansah 2 1 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERANCANGAN ALAT Perancangan alat terdiri atas beberapa tahap. Tahap pertama membuat rancangan alat pengambilan citra, yakni, rangka penjepit roda, rangka alas, rangka dudukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi ( Oryzasativa,sp ) termasuk kelompok tanaman pangan yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Sampai saat ini, lebih dari

Lebih terperinci

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI I Wayan Astika 1, Hasbi M. Suud 2, Radite P.A. Setiawan 1, M. Faiz Syuaib 1, M. Solahudin 1 1 Departemen Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.) Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR Eko Subiyantoro, Yan Permana Agung Putra Program Studi Teknik

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Alat sensor citra tampak tanaman kedelai ini adalah alat berupa gerobak yang terdapat kamera CCD di bagian depannya yang digunakan untuk mengambil citra tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDISI PEMOTRETAN OPTIMUM UNTUK PENDUGAAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DENGAN MENGGUNAKAN KAMERA TELEPON SELULER SKRIPSI

PENENTUAN KONDISI PEMOTRETAN OPTIMUM UNTUK PENDUGAAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DENGAN MENGGUNAKAN KAMERA TELEPON SELULER SKRIPSI PENENTUAN KONDISI PEMOTRETAN OPTIMUM UNTUK PENDUGAAN TINGKAT WARNA DAUN PADI DENGAN MENGGUNAKAN KAMERA TELEPON SELULER SKRIPSI MARKO MITOKONA CIBRO F14070096 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS

Lebih terperinci

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan 6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA Pendahuluan Praktek pengendalian gulma yang biasa dilakukan pada pertanian tanaman pangan adalah pengendalian praolah dan pascatumbuh. Aplikasi kegiatan Praolah dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Jl. Seroja Kulim Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. Analisis bahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. komputer dan sistem operasi dengan spesifikasi sebagai berikut : 2. Memory : 4,00 GB (3,85 GB usable)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. komputer dan sistem operasi dengan spesifikasi sebagai berikut : 2. Memory : 4,00 GB (3,85 GB usable) BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Hardware Dalam perancangan program aplikasi ini, penulis menggunakan komputer dan sistem operasi dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Processor

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek, Kel. Karang Besuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Penelitian ini dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan ini dilakukan beberapa percobaan yang terkait dengan sensor yang akan digunakan. Untuk pemilihan sensor sinar laser yang tepat,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2007 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

PEMETAAN KERAGAMAN TINGKAT PENUTUPAN GULMA SEBAGAI PATOKAN APLIKASI HERBISIDA SECARA LAJU VARIABEL

PEMETAAN KERAGAMAN TINGKAT PENUTUPAN GULMA SEBAGAI PATOKAN APLIKASI HERBISIDA SECARA LAJU VARIABEL PEMETAAN KERAGAMAN TINGKAT PENUTUPAN GULMA SEBAGAI PATOKAN APLIKASI HERBISIDA SECARA LAJU VARIABEL I Wayan Astika 1, Dodik Ariyanto 2, M. Faiz Syuaib 1, M. Solahudin 1 1 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

Gambar 4.1 Diagram Percobaan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Pada bab ini dilakukan pembahasan dari implementasi terhadap sistem yang telah dirancang, berupa cara kerja sistem dan pembahasan data-data percobaan yang

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

PENDUGAAN KANDUNGAN KLOROFIL DAUN TANAMAN PADI (Oryza Sativa) MELALUI PENDUGAAN TINGKAT WARNA DAUN DENGAN TELEPON SELULER TRI DIMAS ARJUNA

PENDUGAAN KANDUNGAN KLOROFIL DAUN TANAMAN PADI (Oryza Sativa) MELALUI PENDUGAAN TINGKAT WARNA DAUN DENGAN TELEPON SELULER TRI DIMAS ARJUNA PENDUGAAN KANDUNGAN KLOROFIL DAUN TANAMAN PADI (Oryza Sativa) MELALUI PENDUGAAN TINGKAT WARNA DAUN DENGAN TELEPON SELULER TRI DIMAS ARJUNA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas KM 15

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

Kreasi Foto Hitam. Teknik Editing I

Kreasi Foto Hitam. Teknik Editing I 2 Kreasi Foto o Hitam Putih Jika Anda punya foto yang tampak biasa-biasa saja, mungkin karena warnanya terlalu umum. Bagaimana kalau foto itu diubah saja menjadi format hitam-putih? Jika penanganannya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Pelaksanaan penelitian lapang meliputi persiapan pupuk, penanaman sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

Dasar-dasar Photoshop

Dasar-dasar Photoshop B a b 1 Dasar-dasar Photoshop Bab 2 Memperbaiki Foto 2.1 Pencahayaan Gambar 2.1 Melihat distribusi cahaya dan warna melalui histogram 1 Bab 2 Jumlah pixel dalam gambar Gelap (shadow) Terang (highlight)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan, dan masing-masing

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei 2013 di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Desain frame grabber Desain frame grabberdiawali dengan pemilihan perangkat kamera yang akan digunakan. Video akan muncul komponen VideoWindow1 yang secara realtime terhubung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Pergeseran Rata-Rata, Pergeseran Logaritma, dan Alpha Blending Dalam Proses Metamorfosis dari Dua Gambar Dijital

Perbandingan Metode Pergeseran Rata-Rata, Pergeseran Logaritma, dan Alpha Blending Dalam Proses Metamorfosis dari Dua Gambar Dijital 81 ISSN 1979-2867 (print) Electrical Engineering Journal Vol. 1 (2010) No. 1, pp. 81-95 Perbandingan Metode Pergeseran Rata-Rata, Pergeseran Logaritma, dan Alpha Blending Dalam Proses Metamorfosis dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PEMUPUKAN BUDIDAYA PADI ORGANIK rekommendasi BWD. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PEMUPUKAN BUDIDAYA PADI ORGANIK rekommendasi BWD. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PEMUPUKAN BUDIDAYA PADI ORGANIK rekommendasi BWD Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Pupuk Organik adalah Pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut. 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Pelaksanaan percobaan berlangsung di Kebun Percobaan dan Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 54 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah : Processor

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di III. BAHAN DAN MATODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini dibahas mengenai implementasi serta evaluasi terhadap metode transformasi wavelet dalam sistem pengenalan sidik jari yang dirancang. Untuk mempermudah evaluasi,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN UMUM

BAB V PEMBAHASAN UMUM BAB V PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini pada prinsipnya bertujuan untuk menghasilkan sebuah metode dan algoritma yang dapat digunakan untuk menentukan posisi tiga dimensi dari obyek pertanian, yaitu jeruk

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE

I. MATERI DAN METODE I. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kelurahan Maharatu kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru pada bulan September 2013 sampai dengan bulan November 2013. 3.2.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai bulan Juli September 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh : PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI Oleh : BP3K KECAMATAN SELOPURO 2016 I. Latar Belakang PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta

IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta Hasil penilaian yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun III. METODE PELAKSAAA 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun percobaan Rambatan, Tanah Datar pada ketinggian 525 m dari permukaan laut. Percobaan dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci