Modul: Batu Ureter. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :
|
|
- Hadian Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Modul: Batu Ureter Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12 minggu (facilitation and assessment) Tujuan Umum Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang, melakukan diagnsosis, melakukan penatalaksanaan dan mengangani komplikasi batu ureter Tujuan Khusus / Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : 1. menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ureter 2. mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ureter 3. Melakukan langkah- langkah diagnosis penderita batu ureter 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ureter 5. melakukan pilihan terapi pada batu ureter 6. melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ureter 7. melakukan langkah follow- up penderita batu ureter 1
2 Proses Pembelajaran Ø Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik Ø Tujuan 1 : Menjelaskan Kuliah singkat dan diskujsi tentang patofisiologi batu ureter yang mencakup proses terjadinya pembentukan batu ureter secara singkat (must to know pointers) Kuliah singkat dan diskusi tentang epidemiologi singkat batu ureter Ø Tujuan 2 : mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ureter Curah pendaat dan diskusi tentang gejala, tanda dan komplikasi penderita dengan batu ureter (must to know pointers) Ø Tujuan 3 : melakukan langkah langkah diagnosis penderita batu ureter Coaching dan praktek pada pasien sungguhan yang berupa : Melakukan anamnesa gejala penderita batu ureter Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita batu ureter Merencanakan pemeriksaan DL,RFT, SE, Urinalisis, dan kultur urin Merencanakan pemeriksaan foto polos abdomen, IVP dan juga USG urologi sesuai indikasi / kontraindikasi 2
3 Ø Tujuan 4 : Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ureter Coaching dan praktek pada pasien sungguhan yang berupa : Melakukan anamnesa gejala komplikasi penderita batu ureter Melakukan pemeriksaan fisik pada komplikasi penderita batu ureter Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, BGA, urinalisis dan kultur urin Merencanakan pemeriksaan renogram Mampu melakukan tindakan nefrostomi perkutan dan nefrostomi terbuka F Catatan : lihat modul tindakan nefrostomi perkutan dan nefrostomi terbuka Ø Tujuan 5 : Melakukan pilihan terapi penderita batu ureter Coaching dan praktek pada pasien sungguhan yang berupa : Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada penderita batu ureter: terapi medikamentosa, ESWL, pembedahan endourologi dan pembedahan terbuka. Diskusi coaching tentang pilihan penatalaksanaan batu ureter Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pemilihan terapi dan komplikasi masing masing terapi Ø Tujuan 6 : Melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ureter Coaching dan praktek pada pasien sungguhan yang berupa : Video operasi terbuka dan endourolgi Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan Asistensi operasi membantu pembimbing Operasi sendiri dengan pengawasan 3
4 Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung F Catatan : lihat modul ESWL, ureteroskopi dan ureterolithotomi Ø Tujuan 7 : Melakukan langkah follow up batu ureter Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow- up penderita batu ureter pada setiap pilihan terapi Persiapan sesi Peralatan audiovisual Materi presentasi : Power Point tentang batu ureter Kasus : 1. Penderita batu ureter distal Alat bantu latih : model gambar anatomi dari teks dan alat peraga Referensi : 1. Campbell s Urology edisi 9 2. Smith's General Urology Edisi Guidelines IAUI tentang penatalaksanaan penyakit batu saluran kemih 2007 Kompetensi Mengenali dan memahami penatalaksanaan tentang batu ginjal. Kompetensi yang diharapkan adalah K3, P4, A4 dengan tingkat kinerja skill competency Keterampilan Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil 1. menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ureter 2. mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ureter 3. Melakukan langkah- langkah diagnosis penderita batu ureter 4
5 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ureter 5. melakukan pilihan terapi pada batu ureter 6. melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ureter 7. melakukan langkah follow- up penderita batu ureter Gambaran Umum Batu ureter adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke ureter. Gejala yang umumnya dikeluhkan adalah nyeri pinggang baik kolik maupun non kolik. Tanda yang mungkin didapatkan adalah nyeri ketok di daerah kostovertebra. Penanganannya umumnya adalah tindakan minimal invasif atau operatif. Bila tidak ditangani penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi yang bisa menimbulkan morbiditas dan penurunan kualitas hidup yang signifikan. Penjelasan / Latar Belakang Sehubungan dengan penjelasan pada gambaran umum yang menyatakan bahwa penatalaksanaan batu ureter adalah operasi endourolgoi operasi terbuka dan ESWL maka komponen pengetahuan pada modul ini mempunyai kapasitas yang lebih kecil dari pada komponen psikomotor. Dengan demikian sesi praktik klinik ditekankan pada kompetensi melakukan pemeriksaan fisik, interpretasi hasil laboratorium, pemeriksaan radiologis dan ultrasonografi dalam kaitannya dengan identifikasi dan diagnosis batu ureter. Selain itu pada akhir sesi praktek peserta didik kompeten untuk melakukan tindakan endourologi maupun terbuka untuk pengambilan batu ureter. Contoh Kasus Penderita pria 45 tahun dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 1 hari yang lalu. Disamping itu juga dikeluhkan adanya mual. Nyeri pinggang timbul tiba tiba dan menjalar ke perut dan kemaluannya. Nyeri juga dirasakan pasien bila kencing dan sering kencing. Kadang kadang kencingnya kemerah- merahan. Penderita mengeluh pernah mengalami nyeri yang sama beberapa kali. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok di pinggang kiri dan Nadi 96 kali permenit serta temperature 37,4 o C. 5
6 Diskusi faktor predisposisi timbulnya batu ureter pada kasus di atas? Bagaimana proses terjadinya batu ureter? Bagaimana cara mendiagnosis batu ureter? Bagaimana cara menatalaksana kasus ini? Rangkuman hasil diskusi Faktor intrinsik (herediter, umur, jenis kelamin) dan Faktor ekstrinsik (Geografi, iklim dan temperature) sebagai factor predisposisi Batu ureter merupakan batu dari sistim pelvikokalises yang turun dan menyangkut di ureter. Diagnosis : o Anamnesis : riwayat nyeri pinggang yang menjalar ke perut dan kemaluan o Pemeriksaan fisik : Nyeri ketok pada sudut kosto vertebra Tatalaksana : Prosedur endourologi dan operasi terbuka Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : 1. menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ureter 2. mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ureter 3. Melakukan langkah- langkah diagnosis penderita batu ureter 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ureter 5. melakukan pilihan terapi pada batu ureter 6. melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ureter 7. melakukan langkah follow- up penderita batu ureter 6
7 Proses Pembelajaran Ø Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik Ø Tujuan 1 : menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ureter Kuliah singkat dan diskujsi tentang epidemiologi dan patofisiologi batu ureter yang mencakup proses terjadinya pembentukan batu ureter secara singkat (must to know pointers) Tugas Baca/Literature Review Curah Pendapat & Diskusi Must to know keypoints : Ø Tujuan 2 : mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ureter Curah pendapat dan diskusi tentang gejala dan tanda dan komplikasi penderita batu ureter Bedside teaching Praktik klinik Must to know keypoints : Gejala : (Keluhan subjektif)
8 Tanda: (temuan objektif) Komplikasi : Ø Tujuan 3 : melakukan langkah langkah diagnosis penderita batu ureter Coaching dan praktek pada pasien sungguhan yang berupa : Melakukan anamnesa gejala penderita batu ureter Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita batu ureter Merencanakan pemeriksaan DL,RFT, SE, Urinalisis, dan kultur urin Merencanakan pemeriksaan foto polos abdomen, IVP dan juga USG urologi sesuai indikasi / kontraindikasi Ø Tujuan 4 : Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ureter Coaching dan praktek pada pasien sungguhan yang berupa : Melakukan anamnesa gejala komplikasi penderita batu ureter Melakukan pemeriksaan fisik pada komplikasi penderita batu ureter Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, BGA, urinalisis dan kultur urin Merencanakan pemeriksaan renogram Mampu melakukan tindakan nefrostomi perkutan dan nefrostomi terbuka 8
9 Ø Tujuan 5 : Melakukan pilihan terapi penderita batu ureter Coaching dan praktek pada pasien sungguhan yang berupa : Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada penderita batu ureter: terapi medikamentosa, ESWL, pembedahan endourologi dan pembedahan terbuka. Diskusi coaching tentang pilihan penatalaksanaan batu ureter Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pemilihan terapi dan komplikasi masing masing terapi Ø Tujuan 6 : Melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ureter Coaching dan praktek pada pasien sungguhan yang berupa : Video operasi terbuka dan endourolgi Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan Asistensi operasi membantu pembimbing Operasi sendiri dengan pengawasan Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung F Catatan : lihat modul ESWL, ureteroskopi dan ureterolithotomi Ø Tujuan 7 : Melakukan langkah follow up batu ureter Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow- up penderita batu ureter pada setiap pilihan terapi 9
10 Kasus untuk proses pembelajaran Penderita pria 45 tahun dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 1 hari yang lalu. Disamping itu juga dikeluhkan adanya mual. Nyeri pinggang timbul tiba tiba dan menjalar ke perut dan kemaluannya. Nyeri juga dirasakan pasien bila kencing dan sering kencing. Kadang kadang kencingnya kemerah- merahan. Penderita mengeluh pernah mengalami nyeri yang sama beberapa kali. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok di pinggang kiri dan Nadi 96 kali permenit serta temperature 37,4 o C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit dan leukosit urin penuh. Kreatinin 1,5. Pemeriksaan radiologis pada foto polos abdomen menunjukkan gambaran batu di distal ureter kiri. USG menunjukkan hidronefrosis ringan ginjal kiri dan IVP menunjukkan adanya hidronefrosis ringan ginjal kiri dan hidroureter kiri. Diskusi : Manakah data yang menyokong diagnosis saat itu? Data mana yang membuat pemeriksa perlu membuat diagnosis banding? Apakah tindakan terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut? Rangkuman Diskusi Data penyokong diagnosis adalah Gejala dan tanda yang menyebabkan perlunya dibuat diagnosis banding......tinda kan terpilih untuk mengatasi gangguan ini adalah... Pada modul ini peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang patofisiologi, gejala,tanda dan komplikasi serta penatalaksanaan diagnosis dan terapi menyeluruh penderita batu ureter. Modul batu ureter ini mempunyai link ke 3 modul ketrampilan (operasi ureterolitotomi, endourologi dan ESWL). Penilaian Kompetensi Ø Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan ketrampilan Ø Hasil kuesioner Ø Hasil penilaian peragaan ketrampilan 10
11 Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif Kuesioner sebelum sesi dimulai I. Modul Batu Ureter BAB I Patofisiologi 1. Batu saluran kemih pada pria tiga kali lebih banyak daripada wanita S/B 2. Batu ureter timbul oleh karena proses stasis urin di ureter S/B 3. Batu yang paling banyak dijumpai adalah batu kalsium S/B Kuesioner tengah pelatihan I. Modul Batu Ureter BAB I Patofisiologi 1. Batu ureter sebagian besar berukuran : a. > 5 mm b. < 5 mm c mm d mm 2. Batu yang mempunyai sifat non opak : a. Batu kalsium b Batu asam urat c. Batu oksalat d. Batu struvit 11
12 3. Tempat penyempitan di ureter yang memungkin timbulnya batu ureter adalah, kecuali : a. Ureteropelvic juntion (UPJ) b. Persilangan ureter dengan vasa iliaka c. Muara ureter dengan dinding buli d. Ureter sejajar dengan umbilikus 12
13 Batu Ureter Batasan Batu ureter adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ), persilangan ureter dengan vasa iliaka dan muara ureter di dinding buli. Untuk kepentingan alternatif terapi (minimal invasif), ureter dibagi 2 saja, yaitu proksimal (diatas pelvic brim) dan distal (dibawah pelvic brim). Gejala dan tanda Gejala yang ditimbulkan tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yan paling dirasakan pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises atau pun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Nyeri pada pinggang bisa disertai nyeri rujukan pada kandung kemih, vulva atau skrotum dan testis. Hematuria bisa dikeluhkan oleh karena trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotik. Tanda yang terjadi mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto- vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda tanda gagal ginjal, retensi urin, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil. Diagnosis Diagnosis batu ureter dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya. 13
14 Pada anamnesa, berdasarkan keluhan kolik yang disertai nyeri rujukan ke daerah ke lipat paha, testis atau sampai ujung penis, tergantung pada lokasi obstruksi. Hematuria baik gross maupun mikroskopis juga bisa dikeluhkan. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan sedimen urin, fungsi ginjal, dan juga kultur urin. Terapi Terapi Konservatif Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm, dimana batu dengan ukuran tersebut bisa keluar spontan. Karena itu dimungkinkan untuk pilihan terapi konservatif berupa : a. Minum sehingga diuresis 2 liter/hari b. α blocker c. NSAID Batas lama konservatif adalah 6 minggu. Disamping ukuran batu syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal transplan dan penurunan fungsi ginjal) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi. Shock Wave Lithotripsy (SWL) SWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kencing. Prinsip SWL adalah memecah batu saluran kencing dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dan luar tubuh. Ureteroskopi Batu ureter dapat diekstraksi langsung dengan tuntunan URS. Dikembangkannya semirigid URS dan fleksibel URS telah menambah cakupan penggunaan URS untuk terapi batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar. Sehingga perlu alat pemecah batu seperti ESWL, Laser dll. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing masing operator 14
15 PNL PNL lebih diindikasikan untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat Bedah Terbuka Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Meskipun demikian dewasa ini operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1-2 persen saja, terutama pada penderita penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar. Pemasangan Stent Merupakan tindakan tambahan dalam penanganan batu ureter, misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted) Pedoman Pilihan Terapi Pedoman pilihan terapi dibagi dalam beberapa kategori. Berikut ini untuk tiga pedoman pertama digunakan pada batu ureter proksimal dan distal, sedang pedoman selanjutnya dibedakan antara batu ureter proksimal dan distal : 1. Pedoman untuk batu ureter dengan kemungkinan kecil keluar spontan : Batu ureter yang kemungkinan kecil keluar spontan harus diberitahu kepada pasiennnya tentang perlunya tindakan aktif dengan berbagai modalitas terapi yang sesuai, termasuk juga keuntungan dan resiko dari masing masing modalitas terapi. 2. Pedoman untuk batu ureter dengan kemungkinan besar keluar spontan: Batu ureter yang baru terdiagnosis dan kemungkinan besar keluar spontan, yang keluhan/gejalanya dapat diatasi, direkomendasikan untuk dilakukan terapi konservatif dengan observasi secara periodik sebagai penanganan awal. 3. Penanganan batu ureter dengan SWL Stenting rutin untuk meningkatkan efisiensi pemecahan batu tidak direkomendasikan sebagai bagian dari SWL. 15
16 4. Untuk batu < 1 cm di ureter proximal Pilihan terapi : a. SWL b. URS + Litotripsi c. Ureterolitotomi 5. Untuk batu > 1 cm di ureter proximal Pilihan terapi : a. Ureterolitotomi b. SWL, PNL dan URS + Litotripsi 6. Untuk batu < 1 cm di ureter distal Pilihan terapi: a. SWL atau URS + litotripsi b. Ureterolitotomi 7. Untuk batu > 1 cm di ureter distal Pilihan terapi : a. URS + Litotripsi b. Ureterolitotomi c. SWL 16
Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan:
Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga
Lebih terperinciModul : Batu Ginjal. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :
Modul : Batu Ginjal Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12
Lebih terperinciCONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM
CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM Batasan Kongenital divertikel dari urethra atau biasa di sebut anterior urethral valve, adalah kelainan dengan adanya defek pada korpus spongiosum, defek ini menyebabkan
Lebih terperinciMetodologi. Persetujuan Tindakan Kedokteran/Medik (informed consent)
PENDAHULUAN Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia belum dapat
Lebih terperinciSTRIKTURA URETRA Batasan Gejala dan Tanda Terapi / Tindakan
STRIKTURA URETRA Batasan Striktur urethra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya dengan berbagai kedalaman, densitas dan panjang fibrosis tergantung pada etiologi, luas operasi
Lebih terperinci195 Batu Saluran Kemih
195 Batu Saluran Kemih Waktu : Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinci(VUR = Vesikoureteral Refluks)
(VUR = Vesikoureteral ) Batasan Vesikoureteral refluks (VUR) merupakan kejadian aliran balik atau regurgitasi urine dari buli kembali ke traktus urinarius bagian atas (ureter sampai dengan sistem pelviokaliseal
Lebih terperinciFistula Urethra Batasan Gambaran Klinis Diagnosa Penatalaksanaan
Fistula Urethra Batasan Fistula urethra adalah saluran yang menghubungka antara urehtra dengan organ-organ sekitar ynag pada proses normal tidak terbentuk. Fistula urethra dapat merupakan suatu kelainan
Lebih terperinciINFERTILITAS PRIA BATASAN
INFERTILITAS PRIA BATASAN Infertilitas adalah ketidak mampuan pasangan yang seksual aktif dan tanpa kontraseptif untuk terjadi kehamilan dalam waktu satu tahun. DIAGNOSIS Diagnosis dari infertilitas pria
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi Kode Blok Blok Bobot Semester Standar Kompetensi : Pendidikan Dokter : KBK403 : UROGENITAL : 4 SKS : IV : Mengidentifikasi dan menyusun
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun
Lebih terperinciMODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh
MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal di dalam
Lebih terperinciTRAUMA GINJAL. Batasan
TRAUMA GINJAL Batasan Definisi dari trauma adalah suatu keadaan yang menyebabkan kerusakan tubuh atau organ tubuh dimana faktor penyebab berasal dari luar tubuh. Salah satu trauma yang dapat terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinciBATU SALURAN KEMIH. Dr. Maimun Syukri, Sp.PD
BATU SALURAN KEMIH Dr. Maimun Syukri, Sp.PD PENDAHULUAN BSK Masalah masa kini dan mendatang Batu kandung kemih Batu ginjal PATOGENESIS BSK Faktor Genetik Kurangnya faktor protektif Faktor biologis Perubahan
Lebih terperinciBatu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa. keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran
Definisi Batu Saluran Kemih Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan
Lebih terperinciPERSAMAAN PERSEPSI TUTORIAL SISTEM UROGENITALIA 13 APRIL Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ
PERSAMAAN PERSEPSI TUTORIAL SISTEM UROGENITALIA 13 APRIL 2015 Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ Modul tutorial Modul 1 (bengkak pada wajah dan perut) Modul 2 ( produksi kencing menurun) Modul 3 (
Lebih terperinciKriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :
Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kategori Presentasi Klinis Laboratorium ISK non-komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita Pielonefritis non komplikata akut ISK komplikata
Lebih terperinciTERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi.
MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI NOMOR MODUL TOPIK SUB TOPIK I. Waktu : B02 : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru : Terapi Inhalasi TERAPI INHALASI Mengembangkan kompetensi Sesi Tutorial Diskusi
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 5 Bedah Anak BUSINASI (No. ICOPIM: 5-731) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari anal canal, diagnosis dan pengelolaan
Lebih terperinciModul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640)
Modul 4 Bedah Anak SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi preputium penis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi disamping infeksi
Lebih terperinciModul : Kelainan adrenal
Modul : Kelainan adrenal Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 3 Bedah Urologi VESIKOLITOTOMI (No. ICOPIM: 5-571) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi, histologi, fisiologi
Lebih terperinciModul 23 ORCHIDOPEXI/ORCHIDOTOMI PADA UNDESCENSUS TESTIS (UDT) (No. ICOPIM: 5-624, 5-620)
Modul 23 Bedah Anak ORCHIDOPEXI/ORCHIDOTOMI PADA UNDESCENSUS TESTIS (UDT) (No. ICOPIM: 5-624, 5-620) 1. TUJUAN: 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti
Lebih terperinciTumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading :
Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal - Definisi Massa abnormal yang berkembang di ginjal - Epidemiologi Ketiga terbanyak setelah ca prostat dan ca buli-buli Dekade 5-6 (50-60 tahun) Pria > Wanita : 2 > 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau hiperplasia prostat. Kelainan kelenjar prostat dapat
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 1 Bedah Urologi KATETERISASI (No. ICOPIM: 8-134) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, histologi dan fisiologi urethra,
Lebih terperinciBab II Landasan Teori
Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu ginjal. ESWL sebenarnya
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 2 Bedah Anak POLIPEKTOMI REKTAL (No. ICOPIM: 5-482) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi rektum dan isinya, menegakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker kedua terbanyak yang menyebabkan kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari 250.000 perempuan diseluruh dunia
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Saluran Kemih Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini apendisitis merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi pada anak-anak. Selain itu apendisitis yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan
Lebih terperinciEXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITHOTRIPSY (ESWL) ON RENAL STONE
EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITHOTRIPSY (ESWL) PADA BATU GINJAL Anak Agung Sri Satyawati Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Latar Belakang. Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL) merupakan
Lebih terperinciDEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE
DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Definisi Inkontiensia Urine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) merupakan kondisi patologis yang paling umum terjadi pada pria lansia dan penyebab kedua untuk intervensi medis pada pria diatas usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses inflamasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batu ginjal 1. Pengertian Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim
Lebih terperinci15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum
15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 1 X 50 menit (coaching session) Sesi
Lebih terperinci68 Gagal Ginjal Kronik (GGK)
68 Gagal Ginjal Kronik (GGK) Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostate Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak merupakan suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan menyebabkan pembesaran dari
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 2 Bedah Urologi VASEKTOMI (No. ICOPIM: 5-636) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi, histologi, fisiologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan
Lebih terperinciModul 26 DETORSI TESTIS DAN ORCHIDOPEXI (No. ICOPIM: 5-634)
Modul 26 Bedah Anak DETORSI TESTIS DAN ORCHIDOPEXI (No. ICOPIM: 5-634) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari testis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra
Lebih terperinciGambaran Klinis dan Tata Kelola Batu Saluran Kemih pada Bayi dan Anak-anak
Gambaran Klinis dan Tata Kelola Batu Saluran Kemih pada Bayi dan Anak-anak Ahmad Ricardo Rumah Sakit Imanuel Way Halim Bandar Lampung Alamat Korespondensi: ahmadrs.md@gmail.com Tinjauan Pustaka Abstrak
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari
Lebih terperinciModul 20 RESEKSI/ EKSISI ANEURISMA PERIFER (No. ICOPIM: 5-382)
Modul 20 Bedah TKV RESEKSI/ EKSISI ANEURISMA PERIFER (No. ICOPIM: 5-382) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi pembuluh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Batu Saluran Kemih Batu saluran kemih atau BSK adalah terbentuknya batu di saluran kemih yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Universitas Lampung
NEFROLITHIASIS DAN HIDRONEFROSIS SINISTRA DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH ATAS Nahdi TF 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Latar Belakang. Batu Saluran Kemih (BSK) adalah terbentuknya
Lebih terperinciModul 6 NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550)
Modul 6 Bedah Urologi NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinci( No. ICOPIM : )
Modul 13 Bedah TKV TORAKOSTOSMI TERBUKA ( No. ICOPIM : 5-340 ) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, dari pleura dan
Lebih terperinciKOLELITIASIS A. PENGERTIAN
KOLELITIASIS A. PENGERTIAN Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batu Saluran Kemih 2.1.1 Definisi Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih
Lebih terperinciPenyakit di dalam daftar ini dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia disertai. tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir masa pendidikan.
Sistematika daftar penyakit (SKDI,2012) Penyakit di dalam daftar ini dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia disertai tingkat kemampuan yang harus dicapai pada akhir masa pendidikan. Tingkat kemampuan
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciPortofolio Kasus 1 SUBJEKTIF OBJEKTIF
Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF Pasien Tn.D, 22 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 3 hari yang lalu, mual dan muntah sebanyak 3 kali sejak 2 malam yang lalu. Selain itu os juga mengeluhkan
Lebih terperinciTATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :
Revisi Halaman 1. Pengertian Skistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke). 2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam
Lebih terperinci16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis
16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 2 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik
Lebih terperinci10 Usaha Kesehatan Sekolah Dan Remaja
10 Usaha Kesehatan Sekolah Dan Remaja Waktu Pencapaian kompetensi Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 2 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia laki-laki yang terletak mengelilingi vesica urinaria dan uretra proksimalis. Kelenjar prostat dapat mengalami pembesaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring peningkatan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, semakin meningkat pula kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 5 Bedah Urologi HIDROKELEKTOMI (No. ICOPIM: 5-611) 1. TUJAUN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, histologi, fisiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : Blok : REPRODUKSI Bobot : 4 SKS Semester : IV Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: - Menjelaskan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang memerlukan tindakan pembedahan. Diagnosis apendisitis akut merupakan hal yang
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciModul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)
Modul 34 Bedah Digestif EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun yang dilakukan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan kasus paling sering dilakukan pembedahaan pada anak, walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi keterlambatan
Lebih terperinciModul 26 PENUTUPAN STOMA (TUTUP KOLOSTOMI / ILEOSTOMI) ( No. ICOPIM 5-465)
Modul 26 Bedah Digestif PENUTUPAN STOMA (TUTUP KOLOSTOMI / ILEOSTOMI) ( No. ICOPIM 5-465) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran umum: Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam liang vagina atau sampai dengan keluar introitus vagina, yang diikuti oleh organ-organ
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR TEORI
BAB I KONSEP DASAR TEORI A. Pengertian Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit (Tambayong, 2000
Lebih terperinci1 Tumbuh Kembang Anak
1 Tumbuh Kembang Anak Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 4 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan
Lebih terperincidisebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,
Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan
Lebih terperinciGAGAL GINJAL UREUM DAN KREATININ
Ada 4 grade hidronefrosis, antara lain : a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul. b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis
Lebih terperinciMODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT
TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens apendisitis akut di Negara
Lebih terperinciSIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan
Lebih terperinciSAKIT PERUT PADA ANAK
SAKIT PERUT PADA ANAK Oleh dr Ruankha Bilommi Spesialis Bedah Anak Lebih dari 1/3 anak mengeluh sakit perut dan ini menyebabkan orang tua membawa ke dokter. Sakit perut pada anak bisa bersifat akut dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang terletak di persimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainnya, mengemban tugas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan masalah kesehatan yang serius mengenai jutaan populasi manusia setiap tahunnya. ISK merupakan penyebab sepsis terbanyak setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah proses penurunan secara bertahap kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal tubuh dan memulihkannya kembali apabila terjadi kerusakan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang masih menimbulkan beban kesehatan yang signifikan pada populasi usia kerja,dan merupakan tiga penyakit
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benign Prostate Hyperplasia (BPH) 2.1.1. Pengertian BPH Menurut Anonim (2009) dalam Hamawi (2010), BPH secara umumnya dinyatakan sebagai Pembesaran Prostat Jinak. Maka jelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden kematian apendisitis pada anak semakin meningkat, hal ini disebabkan kesulitan mendiagnosis appendik secara dini. Ini disebabkan komunikasi yang sulit antara
Lebih terperinciAulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked
Authors : Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed.tk 0 PENDAHULUAN
Lebih terperinciTUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1
TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1. Definisi Bladder
Lebih terperinci