RESPON ANATOMI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING, MORFOLOGI, DAN FISIOLOGI BUAH MANGGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON ANATOMI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING, MORFOLOGI, DAN FISIOLOGI BUAH MANGGIS"

Transkripsi

1 RESPON ANATOMI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING, MORFOLOGI, DAN FISIOLOGI BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP APLIKASI KALSIUM SECARA EKSTERNAL YAHMI IRA SETYANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Respon Anatomi Struktur Sekretori Getah Kuning, Morfologi, dan Fisiologi Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2011 Yahmi Ira Setyaningrum NIM G

3 ABSTRACT YAHMI IRA SETYANINGRUM. Structure Anatomy of Yellow Latex Secretory Duct, Morphology and Physiology on Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) Response on External Calcium Application. Under supervision of HAMIM and DORLY. Yellow latex (gamboges) in mangosteen (Garcinia mangostana L.) resulted from the damage of epithelium wall secretory duct in the pericarp is presumably caused by deficiency of calcium. The application of Ca to the soil in previous experiment didn t increase calcium content on the fruit s pericarp sufficiently. Therefore, the alternative method may need to be tried to improve Ca content. The objective of this research was to study the effect of calcium spraying to the growing mangosteen fruit on the anatomical structure of yellow latex secretory duct, morphological and physiological response. The Randomized Block Design with three replications was applied on fruit surface of ±30 years old mangosteen trees in Leuwiliang sub district. The treatments were CaCl M, CaCl M, CaCl 2 1 M, Ca(OH) M, Ca(OH) M, and Ca(OH) 2 1 M that was performed at the 2 nd, 4 th, 6 th, 8 th weeks after anthesis (WAA). The parameters analyzed were the thickness, length and wide of epithelium secretory duct cell wall, yellow latex score, physical and chemical characteristics, calcium content and. The result showed that Ca application was generally able to decrease yellow latex score on the skin as well as in the aril, but there was different respond between CaCl 2 and Ca(OH) 2 treatment. The reduction of yellow latex score on skin was highest on Ca(OH) 2 1M treatment (26%) while on the aril it was CaCl M treatment (28%). The physiology respond showed that the increase Ca pectat was in accordance to the reduction of yellow latex score on the skin fruit. The application of Ca didn t influence physical and chemical characteristics of the fruit neither total Ca content of the pericarp significantly. Keywords: Garcinia mangostana L., calcium, yellow latex

4 RINGKASAN YAHMI IRA SETYANINGRUM. Respon Anatomi Struktur Sekretori Getah Kuning, Morfologi, dan Fisiologi Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal. Dibimbing oleh HAMIM dan DORLY Manggis (Garcinia mangostana L.) dijuluki sebagai Queen of tropical fruit, bernilai ekonomi tinggi dan prospektif untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Sifat buah manggis yang layak ekspor kurang dari 10% total produksi nasional, salah satu penyebabnya adalah getah kuning. Getah kuning menyebabkan penampilan buah menjadi tidak menarik, buah mengeras, mencemari daging buah (aril) sehingga rasanya pahit dan tidak layak untuk dikonsumsi. Getah kuning yang dijumpai pada aril dan kulit buah disebabkan oleh kerusakan sel epitel penyusun saluran sekretori getah kuning pada perikarp, yang diduga kekurangan kalsium. Kandungan kalsium pada tanah di Leuwiliang cukup rendah (±0.9 me/100g). Hal tersebut telah diatasi dengan aplikasi pengapuran dolomit, akan tetapi tidak efektif menurunkan skor getah kuning pada kulit maupun aril buah manggis dan tidak meningkatkan kandungan kalsium perikarp buah sebagai salah satu komponen penyusun lamela tengah (dinding sel epitel saluran getah). Kandungan kalsium pada perikarp buah jauh lebih rendah dibandingkan pada daun. Hal ini berhubungan dengan mekanisme pergerakan kalsium pada tanaman. Unsur kalsium bersifat imobil, translokasi melalui jaringan xilem mengikuti aliran transpirasi. Pengapuran pada tanah kurang efektif meningkatkan kalsium pada perikarp buah. Oleh karenanya, agar lebih efektif kalsium perlu diaplikasikan secara langsung pada buah. Efektivitas aplikasi kalsium secara eksternal untuk mengurangi getah kuning perlu dikaji lebih jauh dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari respon anatomi struktur sekretori saluran getah kuning, morfologi dan fisiologi buah manggis. Penelitian dilakukan di sentra produksi manggis kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor pada bulan Oktober Januari Bahan tanaman yang digunakan adalah buah manggis dari pohon yang berumur ±30 tahun. Rancangan percobaan menggunakan RAK (Rancangan acak kelompok) dangan 7 perlakuan (masing-masing 3 ulangan) yaitu kontrol, kalsium klorida (CaCl 2 ) dan kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) dengan konsentrasi 0.25, 0.5 dan 1M. Kalsium tersebut dilarutkan dalam 1 liter air kemudian ditambahkan asam sitrat 5 gr dan surfactant pro stiker dengan konsentrasi 0.5 ml/l larutan. Penyemprotan larutan kalsium dilakukan dengan menggunakan hand sprayer secara langsung ke buah dengan beberapa kali semprotan sampai seluruh permukaan buah basah dengan volume semprot sekitar 10 ml per buah pada buah berumur 2, 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Anthesis (MSA). Pada umur 10 MSA dan MSA dilakukan panen buah untuk pengamatan anatomi, morfologi dan fisiologi. Pengamatan anatomi struktur sekretori getah kuning dengan metode sediaan mikroskopis dengan parafin. Karakter yang diamati diameter saluran getah, panjang dan lebar sel epitel saluran getah. Ketebalan dinding sel saluran getah diamati dengan menggunakan Transmisi Elektron Mikroskop (TEM). Pengamatan respon morfologi meliputi pengamatan skor getah kuning pada kulit dan aril, sifat

5 fisik buah manggis (diameter longitudinal dan transversal, tebal kulit, edible portion dan kekerasan kulit buah) dan sifat kimia buah (padatan total terlarut (PTT) dan total asam tertitrasi (TAT). Respon fisiologis diperoleh dengan mengukur kandungan kalsium total perikarp umur MSA, kalsium terlarut, pektat, fosfat dan oksalat pada perikap buah berumur 10 dan MSA. Anatomi struktur sekretori saluran getah kuning merupakan sebuah lumen besar yang dikelilingi oleh sel epitel yang bersifat spesifik yang tersebar pada bagian eksokarp, mesokarp dan endokarp. Aplikasi Ca(OH) 2 1M mampu menurunkan ukuran diameter getah sebesar 26%, akan tetapi umumnya aplikasi kalsium secara eksternal tidak menurunkan panjang dan lebar sel epitel saluran getah. Ketebalan dinding sel epitel saluran getah kuning perlakuan CaCl M sebesar nm, sedangkan kontrol sebesar nm. Ketebalan dinding sel epitel tidak meningkat secara signifikan, tetapi aplikasi kalsium telah mampu menyediakan Ca dalam sel untuk mencegah kebocoran membran dan kerusakan dinding sel. Hal tersebut tercermin dari penurunan skor getah kuning pada kulit maupun aril, setelah aplikasi kalsium secara eksternal dilakukan. Penurunan skor getah kuning pada kulit tertinggi pada perlakuan Ca(OH) 2 1 M sebesar 26%, sedangkan penurunan skor getah kuning pada aril tertinggi pada perlakuan CaCl M sebesar 28%. Peningkatan konsentrasi Ca(OH) 2 hingga 1M cenderung menurunkan skor getah kuning pada kulit, dengan berkorelasi negatif (R 2 =0.56, r=-0.74, p<0.05), tetapi tidak berkorelasi dengan skor getah kuning pada aril (R 2 =0.18, r=-0.42, p>0.05). Hal ini berbeda dengan aplikasi CaCl 2 yang menurunkan skor getah kuning pada aril tertinggi pada konsentrasi 0.5 M. Diduga jenis kalsium yang diaplikasikan dan konsentrasinya berpengaruh terhadap penetrasi masuknya kalsium ke dalam kulit buah. Penetrasi CaCl 2 lebih baik karena bersifat higroskopis, sedangkan Ca(OH) 2 sulit larut air pada konsentrasi yang tinggi sehingga sulit masuk ke dalam kulit buah. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi antara skor getah kuning yang terdapat pada kulit bagian luar dengan skor getah pada aril (R 2 =0.08, r=0.29, p>0.05). Getah kuning pada aril lebih disebabkan faktor endogen (fisiologi), sedangkan getah pada kulit disebabkan faktor endogen dan eksogen. Aplikasi Ca tidak menyebabkan perubahan sifat fisik buah manggis seperti pertambahan ukuran diameter, edible portion, tebal kulit dan kekerasan buah. Aplikasi Ca(OH) 2 dan CaCl 2 secara eksternal juga tidak mempengaruhi sifat kimia buah manggis, seperti rasa manis buah (PTT) tidak menurun dan rasa asam buah (TAT) tidak meningkat. Respon fisiologi menunjukkan akumulasi kalsium pada perikap tidak meningkat secara nyata pada saat buah dewasa (15-16 MSA), meskipun demikian terdapat kecenderungan korelasi negatif (R 2 =0.37, r=-0.61, p<0.05) antara skor getah kuning pada kulit dengan Ca pektat. Penyerapan kalsium pada permukaan buah cukup sulit, mekanisme aktif yang mengerakkan kalsium dari permukaan buah ke dalam jaringan buah sangat kurang, kalsium unsur yang sedikit mobile dan mekanisme translokasinya masih belum jelas menjadi faktor penyebab kegagalan peningkatan Ca perikarp. Penyerapan kalsium adalah proses pasif yang tergantung pada saluran stomata. Stomata pada buah umumnya memiliki densitas lebih rendah dari pada daun dan seringkali tidak fungsional, meskipun demikian aplikasi kalsium secara eksternal telah dapat menekan munculnya getah kuning pada buah manggis.

6 RESPON ANATOMI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING, MORFOLOGI, DAN FISIOLOGI BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP APLIKASI KALSIUM SECARA EKSTERNAL YAHMI IRA SETYANINGRUM Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi Tumbuhan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

7 Judul Tesis Nama NIM : Respon Anatomi Struktur Sekretori Getah Kuning, Morfologi, dan Fisiologi Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal : Yahmi Ira Setyaningrum : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Hamim, MSi Ketua Dr. Ir. Dorly, MSi Anggota Diketahui Ketua Program Studi Biologi Tumbuhan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Miftahudin, MSi Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr Tanggal Ujian: 9 Juni 2011 (tanggal pelaksanaan ujian tesis) Tanggal Lulus: (tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah Pascasarjana)

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Sulistijorini, MSi.

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2009 sampai Januari 2011 adalah getah kuning pada manggis, dengan judul Respon Anatomi Struktur Sekretori Getah Kuning, Morfologi dan Fisiologi Buah Manggis terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian ini didanai oleh Departemen Agama Republik Indonesia melalui beasiswa utusan daerah (BUD Depag). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hamim, MSi dan Ibu Dr. Ir. Dorly, MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Sulistijorini, MSi dan Bapak Dr. Ir. Miftahudin, MSi yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Nanang selaku pemilik kebun manggis di Leuwiliang, Bapak Atin, Wardi dan Markus yang telah membantu pelaksanaan pelabelan, penyemprotan dan pemanenan manggis, serta Bapak Sobir beserta staf Pusat Kajian Buah Tropis (PKBT), Balai Penelitian Tanah (BPT) Bogor, Ibu Tini, Bapak Edi, Bapak Suparman Laboran di laboratorium departemen Biologi IPB, Ibu Siti dan Ibu Ita dari Eijkman Institute. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa terima kasih juga diucapkan kepada teman-teman BUD Depag angkatan 2009 dan teman-teman guru di MTs-MA Nurul Ulum Malang atas semua bantuan dan dukungannya selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2011 Yahmi Ira Setyaningrum

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 1 Maret 1983 dari ayah Turiman Spd. dan Ibu Nanik Hartini Spd. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 5 Malang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk universitas Brawijaya melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan lulus pada tahun Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada mayor Biologi Tumbuhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Agama Republik Indonesia melalui program Beasiswa Utusan Daerah. Penulis bekerja sebagai guru Biologi di MTS Nurul Ulum Malang sejak tahun Selama mengikuti program S2, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Biologi Pascasarjana. Karya ilmiah berjudul Respon Morfologi Buah dan Kemunculan Getah Kuning terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Pada Buah Manggis (Garcinia mangostana) telah disajikan pada Seminar Nasional Sains di Bogor pada bulan November 2010.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang Permasalahan... 1 Tujuan Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Manggis... 3 Getah Kuning Pada Buah Manggis... 5 Peran Kalsium... 5 Mekanisme Transportasi Kalsium... 6 Aplikasi Kalsium Secara Eksternal... 8 METODE Tempat dan Waktu Penelitian... 9 Bahan dan Alat... 9 Rancangan Penelitian... 9 Pengamatan Anatomi Struktur Sekretori Getah Kuning Data Morfologi Pengumpulan Data Fisiologis Analisa Data HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Anatomi terhadap Aplikasi Kalsium secara Eksternal Respon Morfologi Buah Manggis tehadap Aplikasi Kalsium Respon Fisiologi Aplikasi Kalsium secara Eksternal Korelasi antara Skor Getah dan Konsentrasi Ca Pektat KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Pengaruh aplikasi Ca secara eksternal terhadap diameter saluran getah kuning pada umur 10 MSA dan MSA Pengaruh aplikasi Ca secara eksternal terhadap panjang dan lebar sel epitel saluran getah kuning pada umur 10 MSA dan MSA Pengaruh aplikasi kalsium secara eksternal terhadap skor getah kuning pada buah manggis umur MSA Pengaruh aplikasi kalsium secara eksternal terhadap sifat fisik buah manggis umur MSA Pengaruh aplikasi kalsium secara eksternal terhadap sifat kimia (PTT, TAT, dan rasio PTT/TAT) buah manggis umur MSA... 26

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Buah manggis tanpa cemaran getah kuning Diagram alir penelitian Prosedur ekstraksi berbagai bentuk kalsium yang berbeda dalam jaringan tumbuhan Struktur sekretori getah kuning umur MSA Efek penyemprotan kalsium terhadap diameter saluran getah kuning bagian endokarp Efek penyemprotan kalsium terhadap diameter getah, panjang dan lebar sel epitel saluran getah kuning pada bagian mesokarp Struktur sekretori getah kuning sayatan TEM Hubungan antara skor getah kuning pada kulit dan aril pada buah manggis umur MSA dengan konsentrasi kalsium yang diaplikasikan pada permukaan buah muda Efek 4 kali penyemprotan kalsium klorida dan kalsium hidroksida terhadap konsentrasi kalsium total pada perikarp buah manggis Efek 4 kali penyemprotan CaCl 2 dan Ca(OH) 2 terhadap konsentrasi beberapa bentuk kalsium pada perikarp buah manggis... 28

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Denah Lokasi Penelitian Komposisi larutan Gifford Analisis Varian (Anova) Komposisi larutan seri Johansen... 38

16

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah tropika yang digemari oleh masyarakat dan dijuluki sebagai Queen of tropical fruit (Ramage et al. 2004). Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Indonesia merupakan negara pengekspor manggis utama di pasar internasional. Pada tahun 2008 volume ekspor manggis Indonesia 9.09 ribu ton, akan tetapi kualitas buah manggis yang layak diekspor kurang dari 10% total produksi nasional (Deptan 2009). Hal ini disebabkan kualitas buah manggis yang dihasilkan petani umumnya kurang baik, sehingga tidak memenuhi syarat untuk ekspor. Salah satu penyebab rendahnya kualitas buah manggis adalah adanya getah kuning. Getah kuning menyebabkan penampilan buah menjadi tidak menarik, buah mengeras, mencemari daging buah (aril) sehingga rasanya pahit dan tidak layak untuk dikonsumsi. Getah kuning pada buah manggis disebabkan oleh kerusakan sel epitel penyusun saluran sekretori getah kuning pada perikarp, saluran getah pecah dan mengeluarkan eksudat getah yang mencemari kulit maupun aril buah (Dorly et al. 2008). Getah kuning disebabkan faktor fisik/mekanik seperti tusukan serangga penghisap (capsids), angin kencang, pemetikan dan penanganan secara kasar (Verheij 1997). Faktor fisiologi seperti stres air (Sdoodee & Chiarawipa 2005), perubahan air tanah yang berfluktuatif ekstrim selama manggis dalam fase berbuah diduga menyebabkan getah kuning pada buah manggis (Syah et al. 2007). Perubahan air tanah menyebabkan perubahan tekanan turgor, dinding sel yang tidak terlalu kuat menghadapi tekanan turgor yang berlebihan akan pecah dan membuka saluran getah kuning yang mencemari kulit maupun aril. Kekuatan dan rigiditas dinding sel dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium yang berikatan dengan pektat, diduga kalsium pada buah manggis rendah sehingga dinding sel saluran mudah pecah. Fenomena pecah buah pada leci (Nephelium litchi) (Huang et al. 2005) dan ceri manis (Prunus avium) diduga kuat disebabkan oleh kekurangan kalsium (Callan 1986). Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa penyemprotan

18 kalsium efektif dan berpotensi menurunkan pecah buah pada ceri manis (Brown et al. 1995) dan leci (Huang et al. 2005). Penyemprotan kalsium pada permukaan buah apel muda mampu meningkatkan kandungan kalsium buah (Chen & Zhou 2004). Kandungan kalsium pada tanah yang rendah diduga menjadi salah satu penyebab getah kuning mencemari kulit maupun aril. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Gunawan (2007), yang melaporkan bahwa populasi buah manggis Leuwiliang tumbuh pada tanah latosol yang memiliki ph sekitar 4 disertai dengan kandungan kalsium pada tanah yang cukup rendah sekitar 0.9 me/100g. Aplikasi pengapuran dolomit pada tanah telah dilakukan, tetapi tidak efektif mengurangi getah kuning pada buah manggis serta tidak mampu meningkatkan konsentrasi kalsium pada perikap buah. Peningkatan konsentrasi kalsium justru terjadi pada daun manggis, kandungan kalsium pada daun menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan pada perikarp buah (Dorly et al. 2011). Hal ini berhubungan dengan mekanisme pergerakan kalsium pada tanaman. Unsur kalsium bersifat imobil, translokasi melalui jaringan xilem mengikuti aliran transpirasi (White 2000). Oleh karenanya, agar lebih efektif kalsium diaplikasikan secara langsung pada buah. Penyemprotan kalsium dalam bentuk cair mengandung komponen hidrofilik yang menghambat penetrasi dalam buah (Baur 1999). Penambahan surfaktan dan agen pengkelat diperlukan untuk menarik residu kalsium agar penyerapan dan penetrasi kalsium pada buah meningkat. Penambahan agen pengkelat seperti asam sitrat memberikan efek nyata meningkatkan kandungan kalsium buah (Callan 1986). Penyemprotan kalsium dilakukan pada permukaan buah muda selama tahap awal perkembangan buah, paling efektif setelah 2 minggu setelah antesis (Huang et al. 2005). Efektifitas aplikasi kalsium secara eksternal untuk mengurangi getah kuning perlu dikaji lebih jauh dalam suatu penelitian. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon anatomi struktur sekretori getah kuning, morfologi dan fisiologi buah manggis, setelah aplikasi kalsium secara eksternal.

19 TINJAUAN PUSTAKA Manggis Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah eksotik, memiliki warna menarik dan kandungan gizi tinggi, yang populer di Asia tenggara dan Australia utara (Ramage et al. 2004). Manggis (Garcinia mangostana L.) sinonim Mangostana garcinia Gaertner (1790), diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Clusiaceae (sinonim Guttiferae) Genus : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana L. Pohon manggis memiliki ciri-ciri: berdaun rapat (rimbun), tinggi dapat mencapai 6-25 m, batang lurus, cabang simetris, dan membentuk piramid ke arah ujung tanaman. Duduk daun berlawanan, tangkai daun pendek, daun berukuran tebal dan lebar, warna hijau kekuning-kuningan pada bagian sisi bawah sedangkan pada bagian dekat tulang daun utama berwarna pucat (Osman & Milan 2006). Bunga manggis berpasangan di ujung ranting, tangkai bunga pendek dan tebal, berdiameter kira-kira 5.5 cm, daun kelopak dan daun mahkota berjumlah 2 pasang, berwarna hijau-kuning dengan pinggir kemerah-merahan, benang sari semu dan biasanya banyak, bakal buah berbentuk agak bulat beruang 4, memiliki kepala putik yang tidak bertangkai dan bercuping 4-8 (Verheij 1997). Buah manggis memiliki diameter 4-8 cm, panjang 4-8 cm dan tebal kulit 0.9 cm. Warna kulit buah yang telah matang berubah menjadi hitam kemerahan, kelopak bunganya tetap menempel pada bagian dasar buah. Kulit buah manggis berwarna merah lembayung dengan ruang bakal buah berisi 0-3 biji. Bekas kepala putik masih melekat dan tampak seperti bintang pada ujung buah (Verheij 1997). Manggis merupakan buah buni yang mempunyai kulit buah tebal namun mudah pecah, dengan biji berlapis daging (pulp/aril). Aril dapat dimakan (edible aril) berwarna putih, mengandung banyak air, manis dan sedikit asam dengan rasa yang menyenangkan. Aril terletak di dalam perikarp ungu gelap yang kaya

20 bioaktif metabolit sekunder termasuk anthosianin, oligomerik proanthosianin dan xanthones. Komposisi per 100 g bagian yang dapat dimakan dari buah manggis terdiri dari 79.2 g air, nilai energinya 340 kj/100g, 0.5 protein, 0 g lemak, 19.8 g karbohidrat, 0.3 g serat, 11 g kalsium, 17 g fosfor, 0.9 g besi, vitamin A 14 SI dan vitamin C 66 mg (Verheij 1997). Kulit manggis berwarna coklat, merah dan sewaktu matang berubah menjadi berwarna ungu dengan daun kelopak yang tetap menempel dan tetap dihiasi oleh cuping kepala putik atau dikenal dengan sepal. Bagian dalam terdapat daging buah manggis sebanyak 4-7 daging buah dengan ukuran yang berbeda. Tebal daging buah sekitar 0.9 cm dengan karakteristik warna putih susu, lunak, manis, dan segar. Setiap daging buah memiliki bakal biji, namun tidak semua bakal biji akan menjadi biji. Umumnya biji dalam daging buah sebanyak 1-2 buah. Buah ini juga bergetah, namun semakin tua getah akan semakin berkurang (Pantastico 1986). Buah manggis yang telah matang (tua) ada yang bebas dari cemaran getah kuning, ada pula yang tercemar getah kuning pada kulit atau aril buah (Gambar 1). A B C Gambar 1 A. Buah manggis tanpa cemaran getah kuning, B. Buah manggis yang tercemar getah kuning pada kulit buah, C. Buah manggis yang tercemar getah kuning pada aril buah. Biji manggis merupakan biji apomiksis obligat. Embrio manggis berkembang dari sel nuselus pada jaringan ovul, sehingga embrio manggis yang muncul merupakan embrio somatik dan secara genetik mewarisi sifat dari induknya. Mekanisme reproduksi apomiksis pada manggis termasuk ke dalam adventitious/nuclear embryony, yaitu: perkembangan embrio adventif dari integumen bagian luar tanpa adanya stimulasi dari perkembangan seksual (Richard 1990).

21 Getah Kuning pada Buah Manggis Getah kuning merupakan eksudat resin yang dijumpai pada berbagai tanaman dari famili Guttiferae yang berasal dari saluran resin yang rusak (Asano et al. 1996). Getah kuning merupakan produk metabolit sekunder yang mengandung komponen terpenoid, flavonoid dan tanin (Dorly et al. 2008). Semua bagian tanaman manggis mengeluarkan getah kuning (Osman & Milan 2006). Struktur sekretori saluran getah kuning yang ditemukan pada tunas, ovari bunga, perikarp dan aril sama dengan yang ditemukan pada tangkai buah, batang dan daun (Dorly et al. 2008). Getah kuning merupakan salah satu masalah yang terdapat pada buah manggis, ditunjukkan oleh adanya getah kuning yang mencemari kulit di permukaan luar dan daging buah (Yaacob & Tindall 1995). Getah kuning disebut gamboge yang mengucur dari pembuluh getah, seringkali mengotori buah manggis. Gamboge dijumpai berbentuk bintik kuning pada kulit buah atau pada daging buah. Gamboge yang menembus ke dalam segmen daging buah menyebabkan warna putih pada aril berubah menjadi bening dan rasanya pahit. Buah yang tercemari getah kuning akan menurun kualitasnya sehingga tidak layak untuk diekspor (Verheij 1997). Getah kuning disebabkan kerusakan secara fisik terhadap pembuluhpembuluh getah (Verheij 1997), akibat penyakit, insekta, luka mekanis, serta gangguan fisiologi dalam tumbuhan (Fahn 1990). Gangguan fisiologis karena pemberian air secara berlebihan setelah kekeringan mengakibatkan adanya perubahan tekanan turgor yang memicu terjadinya pecah buah (Syah et al. 2007). Peningkatan tekanan turgor akibat pemberian air yang berlebihan (water injury), menyebabkan area dinding sel epidermis mengalami pembengkakan, sehingga kutikula patah dan umumnya memicu terjadinya pecah buah pada ceri manis (Glenn & Poovaiah 1989). Peran Kalsium Kalsium merupakan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman. Kalsium berperan sebagai penyusun struktur dinding sel dan membran, penyeimbang kation inorganik dan anion organik dalam vakuola, serta

22 menyampaikan pesan intraseluler di sitosol (White & Broadley 2003). Konsentrasi kalsium tertinggi (diperkirakan 60% dari total Ca 2+ ) terdapat pada dinding sel (Glenn & Poovaiah 1989). Kalsium dalam tanaman terdapat dalam bentuk terlarut, dan terikat dalam pektat, oksalat, nitrat dan fosfat. Kalsium dalam bentuk terikat oleh pektat banyak terdapat dalam dinding sel (Saure 2005). Dinding sel pada sel tumbuhan berperan sebagai kekuatan mekanis, eksoskeleton yang berfungsi untuk melindungi dan mempertahankan bentuk sel, serta menentukan hubungan antara tekanan turgor dengan volume sel (Taiz & Zeiger 2002). Dinding sel lebih tebal dari membran plasma, ketebalannya berkisar antara 0.1 µm hingga beberapa mikrometer. Komposisi kimiawi dinding sel berupa mikrofibril yang terbuat dari selulosa polisakarida yang tertanam di dalam matriks yang terdiri dari polisakarida lain dan protein (Campbell et al. 2000). Dinding sel umumnya diklasifikasikan menjadi dinding sel primer dan dinding sel sekunder (Taiz & Zeiger 2002). Sel tumbuhan muda pertama-tama mensekresi dinding yang relatif tipis dan lentur yang disebut dinding sel primer. Dinding sel sekunder terbentuk setelah sel berhenti melakukan pertumbuhan (pembesaran sel). Lamela tengah terletak diantara dinding sel primer yang berdekatan. Lamela tengah mengandung polisakarida lengket yang disebut pektin (Campbell et al. 2000). Kompleks kalsium pektat juga berkontribusi untuk meningkatkan kekuatan dan rigiditas dinding sel (Lambers et al. 1998). Kalsium merupakan unsur yang fundamental dari proses fisiologi tumbuhan dan termasuk penyusun dinding sel. Kalsium pada dinding sel (kalsium pektat) pada tanaman tomat meningkat selama perkembangan buah dan menurun ketika buah matang. Hal tersebut terjadi karena kalsium terlarut yang terletak pada sitoplasma akan mengalami depolarisasi sehingga struktur dinding sel menjadi lunak. Kuantitas konsentrasi kalsium terikat berbanding terbalik dengan konsentrasi kalsium terlarut. Pada saat buah matang kemungkinan terjadi perombakan kalsium terikat menjadi kalsium terlarut (Rigney & Wills 1981). Mekanisme Transportasi Kalsium Kalsium diserap oleh akar dari larutan yang ada di dalam tanah dan dikirimkan ke tajuk melewati xilem. Mekanisme transportasi kalsium antar sel

23 terjadi secara difusi melewati plasmodesmata (simplas) dan ruang-ruang antar sel (apoplas) (White & Broadley 2003). Translokasi kalsium dari akar menuju tajuk digerakkan oleh aliran masa transpirasi dan lewat pertukaran kation (Saure 2005). Suplai kalsium lewat xilem sangat tergantung aliran transpirasi, dan transpirasi yang terjadi di buah, daun muda dan jaringan yang tertutup rendah (White & Broadley 2003). Pemindahan Ca dapat terjadi di apoplas lewat mekanisme pertukaran kation (Habib & Donnelly 2002). Kalsium tidak dapat dipindahkan dari jaringan lebih tua dan didistribusikan kembali lewat floem (White & Broadley 2003). Penyemprotan kalsium ke permukaan buah direkomendasikan untuk mengatasi defisiensi kalsium dalam buah dan meningkatkan kualitas buah. Hal ini disebabkan kalsium yang diaplikasikan dalam tanah atau permukaan daun tidak berpindah ke buah dan tidak berkontribusi untuk meningkatkan Ca dalam buah (Saure 2005). Penetrasi kalsium ke dalam permukaan buah dapat melewati trikoma, stomata, lentisel dan kutikula (Saure 2005). Kation kalsium harus masuk ke dalam jaringan perikarp, agar aplikasi kalsium efektif. Penetrasi kalsium melewati lapisan kutikula sangat sulit karena harus melewati lintasan lipofilik, sehingga penyerapan kalsium yang diaplikasikan ke permukaan buah sebagian sesar melalui stomata (Huang et al. 2005). Penetrasi kalsium melewati kutikula melalui akuapori dengan lintasan lipofilik. Penambahan surfaktan diperlukan untuk meningkatkan penetrasi. Surfaktan memiliki gugus kepala dan ekor. Gugus kepala bersifat lipofilik yang mampu menembus lapisan lilin pada kutikula, sedangkan gugus ekor bersifat hidrofilik yang mampu berikatan dengan kalsium yang telah dilarutkan dalam air (Schonherr 2000). Agen pengkelat seperti asam sitrat diperlukan untuk mengikat (mengkelat) residu kalsium agar berpindah ke dalam perikarp buah (Callan 1986). Kalsium yang diaplikasikan secara langsung pada permukaan buah, setelah memasuki perikarp harus ditranslokasikan ke dinding sel. Kalsium merupakan elemen yang sedikit mobil, mekanisme transportasinya belum jelas. Kalsium yang diaplikasikan kemungkinan besar akan mengendap bersama asam organik di dalam perikarp, seperti asam oksalat. Berdasarkan hasil observasi dengan sinar X terungkap bahwa sel epidermis pada perikarp kaya akan padatan kalsium terutama

24 pada sitoplasma. Kalsium yang diendapkan pada sitoplasma akan mengurangi ketersediaan Ca di dinding sel. Kalsium yang berikatan dengan pektin sangat tergantung pada ketersediaan grup karbonik (uronik grup), meskipun demikian kalsium merupakan struktur penting yang mempengaruhi sintesis dan metabolisme pektin di dinding sel (Huang et al. 2005). Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Jenis kalsium yang diaplikasi kalsium secara eksternal pada permukaan buah antara lain Ca asetat, Ca kasianat, Ca(NO 3 ) 2, CaCl 2 dan Ca(OH) 2, dengan derajat kesuksesan yang bervariasi. Callan (1986) melaporkan bahwa Ca(OH) 2 lebih efektif dari pada CaCl 2 untuk mengurangi pecah buah pada sweet cherry. Penambahan agen pengkelat seperti asam sitrat dan NAA ke dalam larutan CaCl 2 memberikan efek tingkat pecah buah yang lebih rendah pada leci (Huang et al. 2005). Penyemprotan kalsium pada tahap awal perkembangan buah (2 minggu setelah antesis (MSA)) paling efektif. Hal ini disebabkan pada tahap tersebut pertumbuhan aril berlangsung sangat cepat dan saat utama aril melakukan ekspansi sel yang sangat penting untuk resistensi terhadap pecah buah pada leci (Huang et al. 2005). Konsentrasi kalsium menurun secara teratur selama periode pertumbuhan pada buah tomat, penurunan paling tajam umur 5-8 MSA (Clark et al. 1989). Kalsium yang diaplikasikan melewati stomata, sehingga semakin tinggi densitas stomata maka peluang kalsium yang masuk ke perikarp lebih besar. Densitas stomata pada buah manggis meningkat dari umur 2-8 MSA, dan menurun pada umur 10 MSA. Aplikasi CaCl 2 selama 4 kali pada umur 2, 4, 6, dan 8 MSA dengan konsentrasi yang makin meningkat sampai 0.25 M, semakin menurunkan skor getah kuning pada kulit maupun aril (Dorly 2009).

25 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penyemprotan kalsium pada buah manggis dilakukan di sentra produksi manggis yaitu di kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pengamatan sifat fisik dan kimia buah dilakukan di laboratorium PKBT (Pusat Kajian Buah Tropik). Analisis kandungan kalsium pada perikarp dilakukan di laboratorium Balai Penelitian Tanah (BPT) Bogor. Analisis anatomi sekretori getah kuning manggis di laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Waktu Penelitian Oktober 2009-Januari Bahan dan Alat Bahan tanaman yaitu populasi buah manggis Leuwiliang yang sudah berproduksi, berumur kurang lebih 30 tahun. Bahan untuk penyemprotan antara lain kalsium klorida (CaCl 2 ), kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ), air, asam sitrat, surfaktan. Bahan kimia yang digunakan antara lain NaOH, indikator phenolftalin, akuades, air bebas ion, NaCl, asam asetat, HCl, larutan Johansen dan parafin. Peralatan yang digunakan antara lain jangka sorong, neraca analitik, penetrometer, refraktometer, perangkat titrasi, AAS (Atomic Absorption Spektometer) merk Perkin Elmer-Model 2380, mikrotom, hot plate, mikroskop, dan peralatan laboratorium yang menunjang. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak kelompok (RAK) dengan blok berupa lereng dari denah lokasi penelitian (Lampiran 4). Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian yaitu : 1. Kontrol 2. CaCl 2 konsentrasi 0.25 M 3. CaCl 2 konsentrasi 0.5 M 4. CaCl 2 konsentrasi 1 M 5. Ca(OH) 2 konsentrasi 0.25 M 6. Ca(OH) 2 konsentrasi 0.5 M 7. Ca(OH) 2 konsentrasi 1 M

26 CaCl 2 dan Ca(OH) 2 dengan konsentrasi 0.25 M, 0.5 M dan 1 M dilarutkan dengan 1 liter air, kemudian ditambahkan asam sitrat 5 gram (pengkelat) dan surfactant pro stiker dengan konsentrasi 0.5 ml/l larutan. Penelitian dilakukan sesuai diagram alir penelitian (Gambar 2). Pemilihan tanaman, persiapan alat dan bahan Pelabelan pada antesis Penyemprotan Kalsium Pada Buah berumur 2, 4, 6, 8 MSA Pemanenan Buah Manggis Umur 10, 13 dan 16 MSA Pengumpulan data : 1. Anatomi sekretori getah kuning 2. Morfologi buah manggis 3. Fisiologis (kandungan kalsium perikarp) Pengolahan dan Analisis Data Gambar 2 Diagram alir penelitian Pelabelan dilakukan pada saat antesis/bunga mekar (0 MSA). Jumlah pohon yang diperlukan adalah 21 pohon (7 perlakuan dengan 3 ulangan), masing-masing pohon dilabel sebanyak 40 bunga. Penyemprotan dilakukan pada permukaan buah manggis muda yang berumur 2, 4, 6,dan 8 MSA. Penyemprotan larutan kalsium dilakukan dengan menggunakan hand sprayer secara langsung ke buah dengan beberapa kali semprotan sampai seluruh permukaan buah basah dengan volume semprot sekitar 10 ml per buah. Pengamatan Anatomi Struktur Sekretori Getah Kuning Pengamatan anatomi struktur sekretori getah kuning dilakukan setelah aplikasi pemberian kalsium secara eksternal mulai 10 dan MSA. Sampel

27 buah sebanyak 3 ulangan diambil, kemudian diamati struktur sekretorinya pada perikarp buah. Sediaan mikroskopi dibuat dengan menggunakan metode parafin dan pengamatan dengan TEM. 1. Metode Parafin Metode yang digunakan untuk pengamatan sediaan mikrospis dengan metode parafin (Johansen 1940). Sampel difiksasi dalam larutan FAA (5 ml formalin, 5 ml asam asetat glasial, 90 ml alkohol 70%). Sampel yang telah difiksasi, selanjutnya dicuci dengan alkohol 70%. Proses penghilangan air dari jaringan (dehidrasi) dilakukan dengan merendam sampel dalam larutan seri Johansen (Lampiran 1). Infiltrasi parafin ke dalam jaringan dilakukan secara bertahap dengan menambahkan parafin beku ke dalam wadah berisi sampel, tertier butil alkohol (TBA) dan minyak parafin, lalu dibiarkan terbuka pada suhu ruang selama 1-4 jam dan dilanjutkan dalam oven pada suhu 60 0 C. Setelah melalui infiltrasi jaringan ditanam dalam blok parafin. Kemudian sampel di dalam blok parafin dilunakkan dengan merendam di dalam larutan Gifford (Lampiran 2) selama 3 bulan. Sampel diiris menggunakan mikrotom putar dengan ketebalan 10 µm. Pita parafin yang diperoleh direkatkan pada gelas obyek yang telah diolesi dengan perekat albumin-gliserin dan dikeringkan di atas hotplate dengan suhu 40 0 C selama 5-6 jam. Selanjutnya dilakukan pewarnaan rangkap dua yaitu safranin 1% dan fastgreen 0,5%. Preparat yang telah diwarnai ditetesi entelan lalu ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati di bawah mikroskop. Parameter yang diamati yaitu diameter saluran getah (400X), panjang dan lebar sel epitel saluran getah (1000X). 2. Pengamatan dengan TEM Perikarp buah manggis yang berumur MSA berukuran 1 x 1 x 1 mm difiksasi menggunakan fiksatif glutaraldehid 2.5% (dalam 0.1 M bufer kakodilat+3% sukrosa) dan postfiksasi menggunakan fiksatif osmium tetroksida 2% (dalam % K 3 Fe(CN) 6 +3% sukrosa) pada suhu 4 0 C selama 2 jam. Sampel yang sudah difiksasi, kemudian didehidrasi di dalam seri etanol bertingkat mulai dari etanol 10% sampai dengan 100% di atas shaker 4 0 C. Infiltrasi dilakukan secara bertahap dalam campuran etanol:propilen oxide 3:1, 1:1 dan 3:1 masing-

28 masing selama 30 menit. Sampel ditanam dalam spurr resin, disayat dengan ultra mikrotom setebal 70 nm dengan pisau intan. Sayatan ditempel pada grid berukuran 200 mesh, kemudian diwarnai dengan uranil asetat 2% dan triple lead 4%. Preparat yang telah diwarnai diamati dibawah mikroskop elektron tipe JEM 1010 pada 80 kv. Parameter yang diamati ketebalan dinding sel epitel saluran getah kuning (30000X) Data Morfologi Data morfologi meliputi skor getah kuning pada kulit dan aril buah manggis, sifat fisik buah buah manggis yaitu diameter buah, edible portion, ketebalan kulit buah (perikarp), dan kekerasan kulit buah. 1. Pengamatan skor getah kuning pada kulit buah dan aril dilakukan secara langsung dengan menghitung jumlah getah pada permukaan kulit buah dan aril. Pengamatan skor getah kuning mengikuti Kartika (2004). a. Skor getah kuning pada kulit buah Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning Skor 2 : baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam b. Adapun skor getah kuning pada aril yaitu : Skor 1 : baik sekali, aril putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik di antara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah Skor 2 : baik, aril putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit Skor 5 : buruk sekali, terapat noda (gumpalan) baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna aril menjadi bening

29 2. Sifat fisik buah Manggis a. Diameter buah (cm) Diameter buah diukur secara transversal dan longitudinal, alat yang digunakan jangka sorong dengan satuan cm, diukur secara melintang pada bagian tengah buah, sedangkan diameter longitudinal diukur secara membujur dari ujung sampai pangkal buah. b. Edible portion (%) Edible portion (porsi yang dapat dimakan) merupakan bobot daging buah (selisih antara bobot aril dengan bobot biji) yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Edible portion dirumuskan sebagai berikut : Edible portion = c. Ketebalan kulit buah (mm) (bobot aril bobot biji) X 100% bobot buah utuh Pengamatan ketebalan kulit buah (mm) dilakukan dengan cara membelah kulit manggis secara transversal, kemudian kulit buah diukur dengan jangka sorong. d. Kekerasan kulit buah (mm/kg) Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan penetrometer. Pengukuran kekerasan kulit buah meliputi bagian ujung, tengah dan pangkal buah. Kekerasan kulit buah dihitung dari nilai rata-rata dari bagian ujung, tengah dan pangkal buah. 3. Sifat kimia buah Manggis a. Padatan Total Terlarut (PTT) Padatan total terlarut ( 0 brix) diukur dengan menggunakan refraktometer, dilakukan dengan meletakkan air perasan daging buah pada refraktometer dan angka dibaca melalui lensa refraktometer b. Total Asam Tertitrasi (TAT) Total Asam Tertitrasi (%) dihitung melalui asam tertitrasi mengacu AOAC (2007). Sejumlah 10 g hancuran buah ditambahkan akuades hingga 100 ml lalu disaring. Sejumlah 25 ml filtrat ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolftalin (pp) dititrasi dengan NaOH 0,1 N sehingga terjadi perubahan warna menjadi merah jambu yang stabil. Titrasi dilakukan duplo. Total

30 asam tertitrasi dihitung dalam bentuk persentase asam organik yaitu asam sitrat, dengan rumus : TAT (%) = N : Normalitas larutan NaOH Fp : Faktor pengenceran (100/25) BE : bobot ekivalen = 64 ml titran N NaOH fp BE 100% bobot contoh (g) Pengumpulan Data Fisiologis Data fisiologis dikumpulkan dengan cara mengukur kandungan kalsium perikap buah manggis umur 10 dan MSA. Metode penentuan kalsium terlarut dan kalsium terikat menurut Suwwan dan Poovaiah (1978), sedangkan ekstraksi kalsium terikat dilakukan secara bertingkat mengikuti prosedur ekstraksi metode Chen dan Uetomo (1976) (Gambar 3.) Jaringan Tumbuhan Dihaluskan dalam air bebas ion selama 2 jam Sentrifugasi supernatan kalsium larut dalam air Endapan suspensi ditambah dengan 1 mol/l larutan NaCl selama 2 jam Sentrifugasi supernatan kalsium pektat Endapan suspensi ditambah dengan 2% larutan asam asetat selama 2 jam Sentrifugasi supernatan kalsium fosfat Endapan suspensi ditambah dengan 0.6 mol/l larutan HCl selama 2 jam Sentrifugasi supernatan kalsium oksalat Gambar 3 Endapan kalsium silikat Prosedur ekstraksi berbagai bentuk kalsium yang berbeda dalam jaringan tumbuhan (Chen & Oetomo 1976).

31 Sampel yang berupa buah manggis dibersihkan, perikarp dipisahkan dari aril dan biji, kemudian dikeringkan dalam oven suhu 60 0 C sampai kering dan dihancurkan sampai berukuran 50 mesh. Sampel ditambahkan air bebas ion, kemudian dikocok selama 1 jam dan disentrifugasi pada kecepatan rpm selama 15 menit. Supernatan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no 541 untuk memisahkan filtrat dan pelet. Filtrat dianalisis kalsium terlarutnya dengan alat AAS. Filtrat yang telah dipisahkan dari supernatan sesuai prosedur Chen dan Oetomo (1976) dianalisis dengan AAS pada panjang gelombang 422,7 nm untuk mendapatkan data kalsium pektat, kalsium fosfat dan kalsium oksalat. Pengukuran kalsium total mengunakan metode standar pengabuan basah (BPT, 2009). Analisis Data Data dianalisis secara statistik dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan Duncan Multiple s Range Test (DMRT) pada taraf 5% menggunakan software SPSS.

32 HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Anatomi terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Struktur sekretori getah kuning (sayatan longitudinal) merupakan sebuah saluran yang panjang dan bercabang dengan tipe seperti kanal (Fann 1990), sedangkan berdasarkan hasil sayatan melintang merupakan sebuah lumen besar yang dikelilingi sel epitel yang bersifat spesifik (Dorly et al. 2008). Saluran getah kuning yang terdapat pada perikap buah manggis berumur 10 dan MSA tersebar pada bagian eksokarp, mesokarp dan endokarp (Gambar 4). B C A D Gambar 4 Struktur sekretori getah kuning umur MSA. A. Bagian Eksokarp, B. Bagian Mesokarp, C. Endokarp, dan D. Aril (Skala: 500 µm, Sumber Dorly et al. 2008). Saluran getah kuning (lumen besar) berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter yang semakin meningkat berturut-turut dari bagian eksokarp, mesokarp ke endokarp pada umur 10 dan MSA. Aplikasi kalsium secara eksternal tidak mempengaruhi ukuran diameter saluran getah kuning pada umur 10 MSA (eksokarp, mesokarp dan endokarp). Pada umur MSA ukuran diameter getah bagian mesokarp dan endokarp juga tidak dipengaruhi oleh aplikasi kalsium secara eksternal pada permukaan buah muda (2, 4, 6 dan 8 MSA), tetapi pada bagian eksokarp ukuran diameter getah menurun sebesar 26% pada aplikasi Ca(OH) 2 konsentrasi 1 M dibanding kontrol (Tabel 1 dan Gambar 5).

33 Tabel 1 Pengaruh aplikasi Ca secara eksternal terhadap diameter saluran getah kuning pada umur 10 MSA dan MSA Perlakuan Diameter saluran getah kuning (µm) umur 10 MSA Eksokarp Mesokarp Endokarp Kontrol 50.50± ± ±28.10 CaCl M 46.92± ± ±26.38 CaCl 2 0.5M 40.08± ± ±20.68 CaCl 2 1M 40.42± ± ±17.15 Ca(OH) M 40.92± ± ±29.90 Ca(OH) 2 0.5M 48.83± ± ±16.46 Ca(OH) 2 1M 51.83± ± ± 4.25 Diameter saluran getah kuning (µm) umur MSA Eksokarp Mesokarp Endokarp Kontrol 49.75±1.25 bc 77.58± ±26.13 CaCl M 54.03±4.91 c 74.50± ±29.61 CaCl 2 0.5M 42.54±8.60 ab 61.50± ±11.54 CaCl 2 1M 50.58±5.51 bc 70.92± ±11.73 Ca(OH) M 47.42±4.47 bc 74.25± ±11.11 Ca(OH) 2 0.5M 43.92±1.13 ab 73.75± ±7.96 Ca(OH) 2 1M 36.75±5.56 a 93.42± ±40.71 Keterangan : Nilai (Rata-rata±Standar Deviasi) angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menujukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. LD EC LD EC A B Gambar 5 Efek penyemprotan kalsium terhadap diameter getah (lumen) saluran getah kuning bagian endokarp. A. Kontrol MSA, B. Ca(OH) 2 1M umur MSA (tanda panah menunjukkan struktur sekretori EC: epithelium cell, LD: yellow latex duct, skala: 30 µm). Penurunan diameter saluran getah (53%) pada eksokarp selaras dengan penurunan skor getah kuning pada aril tertinggi pada perlakuan Ca(OH) 2 1 M sebesar 26%. Skor getah pada kulit memiliki korelasi (r=0.74, p<0.05) dengan ukuran diameter getah bagian eksokarp. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa ukuran diameter saluran getah yang semakin kecil akan cenderung menurunkan skor getah kuning. Lumen saluran getah merupakan tempat penimbunan eksudat

34 getah kuning, semakin kecil diameter sebuah lumen diduga akan mengurangi jumlah eksudat getah. Diameter saluran getah (lumen) umumnya meningkat dari umur 10 ke MSA. Diameter saluran getah kuning bagian mesokarp cenderung menunjukkan peningkatan selama umur 10 ke MSA (Gambar 6). EC LD LD EC A B EC EC LD LD C D EC EC LD LD E F Gambar 6 Efek penyemprotan kalsium terhadap diameter getah, panjang dan lebar sel epitel saluran getah kuning bagian mesokarp. A. Kontrol 10 MSA, B. Kontrol MSA, C. CaCl 2 0.5M 10 MSA, D. CaCl 2 0.5M MSA, E. Ca(OH) 2 1M 10 MSA, F. Ca(OH) 2 1M umur MSA (tanda panah menunjukkan struktur sekretori EC: epithelium cell, LD: yellow latex duct, skala: 30 µm).

35 Diameter getah (lumen) bagian mesokarp menunjukkan peningkatan yang konsisten untuk seluruh perlakuan dari umur 10 ke MSA. Hal ini berbeda dengan bagian eksokarp peningkatan ukuran diameter getah sebesar 2-10 µm setelah aplikasi CaCl M, 0.5 M, 1 M, dan Ca(OH) M, sedangkan perlakuan kontrol, Ca(OH) 2 0.5M dan 1M cenderung menurun µm. Diameter saluran getah bagian endokarp meningkat 7-47 µm selama umur 10 hingga MSA pada perlakuan kontrol, CaCl 2 1 M dan Ca(OH) 2 1 M, sedangkan untuk perlakuan CaCl M, 0.5M, Ca(OH) M dan 0.5M cenderung menurun sebesar 4-20 µm. Lumen saluran getah dikelilingi oleh sel epitel yang bersifat spesifik. Sel epitel tersebut merupakan sel hidup yang mengandung sitoplasma dengan organel seperti plastid, mitokondria, dan aparatus golgi (Dorly et al. 2008). Aplikasi kalsium secara eksternal tidak meningkatkan panjang dan lebar sel epitel saluran getah pada bagian eksokarp, mesokarp dan endokarp buah manggis umur 10 MSA. Aplikasi kalsium secara eksternal juga tidak meningkatkan panjang sel epitel saluran getah baik di bagian eksokarp, mesokarp maupun endokarp pada buah manggis umur MSA. Hal ini berbeda dengan ukuran lebar sel epitel saluran getah bagian eksokarp buah manggis umur MSA yang cenderung menurun sampai µm atau sekitar 26% dibandingkan kontrol setelah aplikasi CaCl 2 konsentrasi 0.5M. Pada bagian mesokarp umur MSA aplikasi kalsium tidak mempengaruhi peningkatan ataupun penurunan ukuran lebar sel epitel saluran getah. Pada bagian endokarp umur MSA, lebar sel epitel saluran getah cenderung meningkat sampai µm (sekitar 95%) dibandingkan kontrol (12.87µm) setelah aplikasi Ca(OH) 2 konsentrasi 0.25M. Peningkatan lebar sel epitel saluran getah pada bagian endokarp dan penurunan lebar sel epitel saluran getah tidak selaras dengan penurunan skor getah kuning pada kulit maupun aril buah. Aplikasi kalsium secara eksternal cenderung menurunkan skor getah kuning pada kulit dan aril, sedangkan panjang sel epitel saluran getah tidak menurun secara nyata dibandingkan kontrol dan lebar sel epitel saluran getah hanya menurun di bagian eksokarp dan meningkat hanya di bagian endokarp. Peningkatan panjang dan lebar saluran getah diduga tidak

36 mempengaruhi penurunan skor getah kuning baik pada kulit maupun aril buah (Tabel 2). Tabel 2 Pengaruh aplikasi Ca secara eksternal terhadap panjang dan lebar sel epitel saluran getah kuning umur 10 dan MSA Perlakuan Eksokarp Panjang sel epitel (µm) Lebar sel epitel (µm) 10 MSA MSA 10 MSA MSA Kontrol 26.53± ± ± ±0.95 ab CaCl M 31.47± ± ± ±1.10 bc CaCl 2 0.5M 29.67± ± ± ±0.50 a CaCl 2 1M 30.27± ± ± ±0.72 bc Ca(OH) M 34.87± ± ± ±0.23 c Ca(OH) 2 0.5M 31.20± ± ± ±1.80abc Ca(OH) 2 1M 33.93± ± ± ±1.71 bc Mesokarp Panjang sel epitel (µm) Lebar sel epitel (µm) 10 MSA MSA 10 MSA MSA Kontrol 43.40± ± ± ±3.03 CaCl M 50.07± ± ± ±1.36 CaCl 2 0.5M 44.20± ± ± ±2.42 CaCl 2 1M 46.27± ± ± ±1.11 Ca(OH) M 47.20± ± ± ±3.33 Ca(OH) 2 0.5M 50.20± ± ± ±1.27 Ca(OH) 2 1M 45.93± ± ± ±4.68 Endokarp Panjang sel epitel (µm) Lebar sel epitel (µm) 10 MSA MSA 10 MSA MSA Kontrol 47.73± ± ± ±3.10 a CaCl M 56.60± ± ± ±4.52 b CaCl 2 0.5M 51.60± ± ± ±2.88ab CaCl 2 1M 51.40± ± ± ±0.70ab Ca(OH) M 60.87± ± ± ±0.70 c Ca(OH) 2 0.5M 58.80± ± ± ±3.30ab Ca(OH) 2 1M 54.80± ± ± ±2.55 b Keterangan : Nilai (Rata-rata±Standar Deviasi) angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menujukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Aplikasi kalsium secara eksternal telah mampu menurunkan skor getah kuning baik pada aril maupun pada kulit buah manggis, akan tetapi ketebalan dinding sel epitel saluran getah berdasarkan pengamatan TEM tidak menunjukkan perbedaan yang berarti (Gambar 7).

37 EC LD A B LD CW 1 M M CW CW 2 C Gambar 7 D Struktur sekretori getah kuning A. Sayatan transversal dengan mikroskop cahaya perbesaran 1000X, B. Sayatan TEM perbesaran 6000X (sumber Dorly et al. 2008), C. Sayatan TEM transversal dinding sel epitel saluran getah (30000X) perlakuan kontrol, D. Aplikasi CaCl 2 (mt: mitochondria, CW: cell wall, V: vacuole, TW: thickened cell wall, EC: epithelium cell, LD: yellow latex duct, P: plastid, G: golgi apparatus, NC: neighbour cell, LP: yellow latex particles, M: middle lamella, skala: 200 nm). Ketebalan dinding sel epitel saluran getah bagian mesokarp aplikasi CaCl 2 konsentrasi 0.5M sebesar nm, sedangkan kontrol sebesar nm. Aplikasi kalsium klorida secara eksternal telah mampu menurunkan skor getah kuning pada aril tertinggi (28%), walaupun ketebalan dinding sel epitel saluran getah tidak bertambah. Kalsium memiliki peran unik dan penting untuk menstabilkan membran sel, karena kebocoran membran sel sangat dipengaruhi oleh konsentrasi Ca di sekeliling sel (Bangerth 1979). Kalsium menurunkan permeabilitas hidrolik air dari membran sel dan menurunkan tingkat penyerapan air pada buah ceri (Glenn & Poovaiah 1989). Ion kalsium menghambat kerusakan polisakarida yang berikatan dengan pektin (Konno et al. 1984). Kalsium juga

METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Penelitian

METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Penelitian METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penyemprotan kalsium pada buah manggis dilakukan di sentra produksi manggis yaitu di kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pengamatan sifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Manggis TINJAUAN PUSTAKA Manggis Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah eksotik, memiliki warna menarik dan kandungan gizi tinggi, yang populer di Asia tenggara dan Australia utara (Ramage et al.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Anatomi terhadap Aplikasi Kalsium Secara Eksternal Struktur sekretori getah kuning (sayatan longitudinal) merupakan sebuah saluran yang panjang dan bercabang dengan tipe seperti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN

Ca(OH) 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-3(2) JALAN LAMPIRAN 36 U Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian T B Lereng Atas Blok 3 Kontrol-(3) Ca(OH) 2-2(3) Ca(OH) 2-3(3) Ca(OH) 2-1(3) S CaCl 2-3(3) CaCl 2-1(3) CaCl 2-2(3) Ca(OH) 2-3(2) Ca(OH) 2-1(2) Kontrol-(2)

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 5 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Manggis Tanaman manggis dapat tumbuh optimal pada tanah lempung berpasir dan gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta drainase yang baik. Derajat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian berlangsung pada akhir Bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L)

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L) TINJAUAN PUSTAKA Manggis (Garcinia mangostana L) Manggis merupakan tumbuhan dioceus dengan tinggi tanaman mencapai 6-25 m, berdaun rapat (rimbun), duduk daun berlawanan, tangkai daun pendek, daunnya tebal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL dan dihitung status air medianya (Lampiran 1). Pengukuran kadar air relatif dilakukan dengan mengambil 1 potongan melingkar dari daun yang telah berkembang penuh (daun ke-3 dari atas) dengan diameter 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) The Effect of Dolomite Aplication on Gamboge in Mangosteen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) The Effect of Calcium Application on Gamboge in Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) Indah Wulandari 1 dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis TINJAUAN PUSTAKA 18 Morfologi Tanaman Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) berasal dari Semenanjung Malaysia, merupakan sumber protein, vitamin dan mineral, juga mengandung bahan antioksidan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan tercantum dalam Lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis berasal dari kawasan Asia Tenggara (hutan tropis Malaysia-Indonesia), namun budi dayanya sudah berkembang semakin meluas selain di Asia Tenggara juga ke

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Alat dan Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel daun jambu semarang Buah Pink, Hijau Bulat, Unsoed, Merah Lebar', Kaget Merah, Camplong Putih, Irung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Buah yang digunakan untuk bahan penelitian berasal dari kebun petani sentra produksi manggis Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2009

Lebih terperinci

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM

Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM Jurnal AgroPet Vol. 11 Nomor 1 Desember 2014 ISSN: 1693-9158 PENGENDALIAN GETAH KUNING MANGGIS MELALUI PENGATURAN DOSIS SUMBER KALSIUM Oleh: Yulinda Tanari 1), Dolfie DD. Tinggogoy 2) ABSTRAK Getah kuning

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan karakter fisik serta pengamatan mutu kimia buah manggis dilakukan di Laboratorium Pasca Panen, analisis senyawa fenol dan aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku.

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku. 4 Tabel 1 Rancangan pemberian MeJA 750 mm secara berulang. Induksi / Pengamatan Perlakuan (hari ke-) Induksi 0 10 25 50 75 M1 * * * * M2 * * * M3 * * M4 * Keterangan : = pemberian * = pengamatan M1= Perlakuan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN BOGOR DAN PURWOREJO FAHROYATI NORA HANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DHIKA PRITA HAPSARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah Hasil analisis sampel tanah sebelum perlakuan menunjukkan sifat-sifat kimia tanah sebagai berikut: ph= 5.4 (sangat rendah), C-Org= 1.54% (rendah), N-Total= 0.16%

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) STUDI WAKTU APLIKASI KALSIUM TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) 1 SUSI OCTAVIANI SEMBIRING DEPARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan September sampai November 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2012. Pengamatan berat telur, indeks bentuk telur, kedalaman kantung udara, ketebalan kerabang, berat kerabang

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO SITI NURJANNAH DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

STUDI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING DAN PENGARUH KALSIUM TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.

STUDI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING DAN PENGARUH KALSIUM TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L. STUDI STRUKTUR SEKRETORI GETAH KUNING DAN PENGARUH KALSIUM TERHADAP CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DORLY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Darmaga Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 di laboratorium Struktur Tumbuhan Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi fosfor dalam media kultur

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk, pembuatan sherbet

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL ) disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat 25 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Juli 2011. Pengambilan sampel dilakukan di kawasan restorasi resort Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai kajian semi-cutting dan pelilinan terhadap beberapa parameter mutu buah manggis (Garciana mangostana L.) selama penyimpanan dingin dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci