I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
|
|
- Hendra Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas industri manufaktur, termasuk di Indonesia, diibaratkan sebagai dua sisi mata pisau karena menghasilkan produk industri yang dibutuhkan untuk kehidupan, sekaligus menyebabkan pencemaran lingkungan. Pencemaran air permukaan, air tanah, sungai, danau, dan laut oleh residu bahan kimia organik maupun anorganik serta perubahan iklim global merupakan dampak langsung maupun tidak langsung dari aktivitas tersebut. Diperlukan upaya sistematis untuk mengatasi permasalahan tersebut, seperti perubahan pola hidup manusia ataupun penerapan pendekatan pengelolaan aktivitas industri manufaktur secara komprehensif. Upaya untuk mengatasi pencemaran industri di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, dimulai sejak era tahun 1970an. Pendekatan utama yang digunakan adalah command-and-control dengan orientasi end-of-pipe (kebijakan dengan paradigma mengatasi masalah bukan mencegah terjadinya masalah). Kritik banyak diberikan pada pendekatan ini terutama karena tidak adanya insentif bagi pelaku industri untuk berbuat lebih baik dari yang dipersyaratkan peraturan lingkungan. Juga, penanganan pencemaran industri dilakukan tidak dalam konteks efektif dan efisien. Para kritikus tersebut, selanjutnya mengajukan pendekatan lain yaitu market-based incentives, seperti tax, charges, subsidi, dan transferable discharge permits (TDP). Namun, kedua pendekatan tersebut memandang sistem produksi industri manufaktur sebagai suatu proses linear, di sisi yang satu adalah input sedangkan di sisi yang lain adalah produk dan limbah industri. Ekologi industri (industrial ecology) adalah disiplin ilmu yang mensinergikan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial untuk mencapai tujuan industri yang berkelanjutan (Chertow 1988). Ekologi industri merupakan disiplin ilmu baru, yang memandang proses produksi industri manufaktur bukan sebagai proses linear tetapi sebagai proses tertutup (closed-loop process). Pada tahun 1989, Frosch dan Gallopoulos mempopulerkan konsep ini dengan menyatakan kenapa tidak, sistem industri bertingkah-laku seperti sebuah ekosistem, dimana limbah dari suatu spesies dapat menjadi input bagi spesies lain? Kenapa tidak, output dari suatu industri menjadi input bagi industri lainnya, sehingga
2 2 mengurangi penggunaan bahan mentah, pencemaran, dan menghemat perlakuan atas limbah? (Frosch & Gallopoulos 1989 dalam Peck 1996). Beberapa penelitian terhadap konsep ekologi industri telah dilakukan. Korhonen (2001) melakukan studi terhadap industri perkayuan di Finlandia dan menformulasi model pengembangan industri perkayuan yang meliputi faktorfaktor: roundput, keragaman, saling ketergantungan dan lokalitas. Kassinas (1997) menyimpulkan bahwa jaringan co-location dan inter-firm dapat memperkuat kemampuan bersama perusahan maupun publik untuk mendapatkan keuntungan lingkungan. Li (2005) menunjukkan bahwa konsep ekologi industri dapat menjadi penyokong dicapainya keuntungan kompetitif jika hambatan-hambatan seperti kesadaran perlindungan lingkungan dan kurangnya tekanan terhadap kesadaran perlindungan lingkungan dan kurangnya kerjasama antara usaha dapat dihilangkan. Juga ditemukan bahwa perlu adanya pemberian fasilitas kepada sektor usaha industri melalui pendekatan fasilitatif. Aplikasi konsep ekologi industri ke dalam konsep kawasan industri melahirkan istilah eco-industrial park (EIP), dimana eco merupakan integrasi dari ekologi dan ekonomi (Ayres dan Ayres 2002; Li 2005). Pembangunan EIP pertama dilakukan pada tahun 1995 di Amerika Serikat yang disponsori oleh the US President s Council for Sustainable Development. Sejak itu, konsep EIP dikenal secara luas sebagai cara baru pengembangan industri (Koenig 2005). Beberapa penelitian terhadap konsep EIP telah dilakukan. Hewes (2005) menyatakan bahwa agar supaya konsepsi Industrial Symbiosis (IS) dan EIP dapat terwujud maka keterkaitan manusiawi diperlukan. Hasil kajian dari Hewes menunjukkan bahwa strategi yang paling berhasil dalam pengembangan IS dan EIP bukan pada bagaimana memecahkan masalah teknis tapi bagaimana membangun hubungan sosial, yang merupakan faktor yang sering kurang diperhitungkan dalam ekologi industri. Geng (2004) mendapati bahwa penggunaan air segar maupun pembuangan limbah cair di kawasan industri dapat dihemat dengan biaya sistem yang minimal. Implementasi dari konsep ekologi industri maupun EIP di negara-negara berkembang perlu didahului oleh studi yang mendalam. Chiu dan Yong (2004) menyarankan kepada negara-negara berkembang di Asia yang bermaksud mengaplikasi model tersebut untuk terlebih dahulu melakukan kajian yang mendalam dan merumuskan strategi yang sesuai, bukan menerapkan secara mentah model yang telah dikembangkan di negara-negara maju. Sampai saat
3 3 ini Indonesia belum mengembangkan strategi nasional bagi pengembangan eco-industrial park. Upaya untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia antara lain dilakukan dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri yang merupakan revisi atas Keppres No. 41 tahun 1996 tentang Kawasan Industri. Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri, dan meningkatkan upaya pembangunan industri berwawasan lingkungan. Revisi di atas dilakukan karena tujuan-tujuan tersebut belum dapat dicapai secara optimal Salah satu tujuannya yaitu mendorong kegiatan industri manufaktur untuk berlokasi di kawasan industri belum tercapai secara optimal. Salah satu indikator belum tercapainya tujuan di atas adalah tingginya tingkat pencemaran udara atau tercemarnya sungai-sungai, khususnya di perkotaan. Terpencarnya pabrik/industri menyulitkan pemerintah untuk melakukan pengawasan dan atau penegakan hukum lingkungan (Kristanto 2002). Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 10 persen dari industri yang ada di Indonesia berada/berlokasi di dalam kawasan industri. Kristanto berargumen bahwa upaya untuk mendorong kegiatan industri berlokasi di suatu kawasan industri tidak dilengkapi dengan instrumen penegakan hukum sehingga kurang optimal dalam pencapaian sasarannya. Pencemaran industri yang semakin besar, munculnya kesadaran dan kebutuhan untuk mengatasinya, serta kebijakan pemerintah untuk menurunkan tingkat pencemaran dengan cara merumuskan kebijakan penataan kawasan industri yang baru merupakan momentum yang tepat untuk mengkaji model pengembangan agro-eco-industrial park (AEIP) Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan: (1) Sesuai Peta Arahan Kawasan Strategis Nasional menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Utara , pengembangan Kawasan Industri dilakukan di Koridor Bitung-Kema (Bappeda Kota Bitung, 2007). (2). Lokasi penelitian terletak di wilayah yang memiliki infrastrukur yang sangat memadai, antara lain sangat dekat Pelabuhan Laut Samudra Bitung (6 km), Pelabuhan Udara Sam Ratulangi (48 km), jalan akses penghubung ke Manado, (3) Perkembangan dan pertumbuhan industri di lokasi penelitian diduga kurang
4 4 memadai dari yang diharapkan, (4) Mulai adanya protes atas dampak negatif dari aktivitas industri manufaktur, dan (5) Mulai bermasalahnya suplai bahan baku, energi, dan air, serta (6) Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) belum memadai Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Membangun model pengembangan agro-eco-industrial park (AEIP) Bitung, Provinsi Sulawesi Utara Tujuan Khusus 1. Mengevaluasi kondisi aktual dari industri agro/manufaktur di Kota Bitung. 2. Menganalisis program pengembangan AEIP Bitung. 3. Menganalisis implikasi dan rekomendasi kebijakan penerapan model AEIP Bitung Kerangka Pemikiran Rencana penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa mayoritas aktivitas industri manufaktur konvensional saat ini bergantung sepenuhnya pada kemajuan dan perubahan teknologi dan eksploitasi sumberdaya alam. Proses produksi sumber daya alam menjadi bahan baku atau barang jadi dan pemanfaatannya oleh konsumen telah menghasilkan limbah industri dalam jumlah besar sehingga telah berakibat pada perubahan lingkungan global, hujan asam, akumulasi logam berat, dan residu pestisida. Kesadaran akan peran industri sebagai dua mata pisau (menghasilkan produk dan sekaligus pencemaran) pada akhirnya mengkristal dan diadopsi menjadi salah satu perhatian Perserikatan Bangsa Bangsa melalui pembentukan World Commision on Environment and Development (WCED), yang merumuskan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) (Brundtland 1987). Selanjutnya disebutkan dalam Brundtland Report, tantangan industri abad ke-21 mengarahkan pada perubahan pemikiran atas hubungan antara pembangunan industri dan perlindungan lingkungan, yang melahirkan konsep industrial sustainability (pembangunan industri berkelanjutan), konsep yang merujuk pada laporan dari WCED, yang selanjutnya melahirkan konsep ekologi industri (industrial ecology). Aplikasi konsep ekologi industri ke dalam sistem pemusatan industri (kawasan industri) melahirkan konsep Eco-Industrial Park (EIP).
5 5 Aspek legal pengembangan industri manufaktur diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 24/2009 tentang Kawasan Industri. Salah satu poin penting dari PP tersebut adalah dorongan kepada industri manufaktur untuk berlokasi di dalam Kawasan Industri. Potensi keuntungan teoritis dan pengalaman penerapannya di negaranegara maju memunculkan tantangan untuk menerapkannya di negara-negara berkembang. Jawaban terhadap tantangan tersebut perlu dilandasi oleh kajian komprehensif, cermat, dan mendalam terhadap faktor-faktor seperti dasar-dasar teoritis; batasan dan asumsi; situasi industri manufaktur terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan; prinsip-prinsip ekologi industri, dan elemenelemen penyusun model, yang merupakan arsitektur dari model. Sintesis terhadap arsitektur model menggunakan peralatan analisis seperti ISM, AHP, dan Powersim menghasilkan Model Pengembangan AEIP Bitung. Kerangka pemikiran penelitian yang berisi keterkaitan antara faktor-faktor di dalamnya adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan pengembangan AEIP. Selain itu, output dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dan atau pemangku kepentingan lain dalam rangka pengembangan industri, antara lain melalui penerapan kebijakan pengembangan kawasan industri Novelty Nilai kebaharuan penelitian ini terletak pada kajian komprehensif terhadap penyusunan Model Pengembangan AEIP Bitung, Provinsi Sulawesi Utara melalui sintesis terhadap komponen-komponen penyusun arsitektur model.
6 6 Sistem Produksi Industri Manufaktur Tantangan Industri Abad XXI Keberlanjutan Industri Peraturan Perundangan (UU No. 5/1985; PP 24/2009; UU 39/29; PERDA, dll) Ekologi Industri Kawasan Industri Eco-Industrial Park (EIP) Industri Manufaktur/ Agro di Kota Bitung Tantangan Penerapan di Negara-negara Berkembang Arsitektur Model Peralatan Analisis Dasardasar Teori Batasan/ asumsi Prinsip-prinsip ekologi industri Elemen Struktural Elemen Fungsional Situasi Aktivitas Industri Agro MP-AEIP Bitung Implikasi Kebijakan Rekomendasi Kebijakan Gambar 1.1. Kerangka Penelitian
III. METODE PENELITIAN
34 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual 3.1.1. Definisi Eco-Industrial Park yang digunakan Model eco-al park (EIP) adalah suatu sistem dimana terjadi pertukaran material dan energi secara terencana
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN AGRO-ECO-INDUSTRIAL PARK BITUNG, PROVINSI SULAWESI UTARA BROERIE POJOH
MODEL PENGEMBANGAN AGRO-ECO-INDUSTRIAL PARK BITUNG, PROVINSI SULAWESI UTARA BROERIE POJOH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK INVESTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH SEKTOR INDUSTRI
IDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK INVESTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH SEKTOR INDUSTRI (Studi Kasus: PT Coca Cola Bottling Indonesia Divisi Jawa Tengah, PT. Leo Agung Raya, PT Djarum Kudus, dan Sentra Industri
Lebih terperinci2.2 INDUSTRI DAN LINGKUNGAN
2.2 INDUSTRI DAN LINGKUNGAN PENTINGKAH? Merupakan motor penggerak bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan Essensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain
Lebih terperinciHISTORY OF ECO-INDUSTRIAL
HISTORY OF ECO-INDUSTRIAL 1898 - Robert Frosch (Journal Scientific American) Mengapa sistem industri tidak seperti ekosistem alam? 1972 - Harry Zhi Evan (Seminar + Journal for International Labour Review)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak DPR dan pemerintah sepakat memasukan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai suatu kewajiban dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eco Industrial Park merupakan komunitas industri dan bisnis yang terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan pada peningkatan kualitas
Lebih terperinciANALISIS BIAYA MANFAAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN SENTRA INDUSTRI KECIL TAHU JOMBLANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
ANALISIS BIAYA MANFAAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN SENTRA INDUSTRI KECIL TAHU JOMBLANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: ERY DYAH WULANDARI L2D 002 404 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan
Lebih terperincipemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tren Eco-Friendly telah masuk dalam dunia perumahsakitan. Konsep Green Hospital saat ini telah berkembang menjadi pendekatan sisi baru dalam pengelolaan Rumah
Lebih terperinciPenataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN
Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti
Lebih terperinci5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir
BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal,
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lingkungan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan saat ini. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal, yang berarti meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.508 buah pulau dan mempunyai panjang garis pantai 81.791 km (Supriharyono, 2002).
Lebih terperinciPendahuluan. Isi kuliah: Sejarah singkat. Latar Belakang EI. MODUL 11 Ekologi Industri. Konsep Ekosistem. Latar belakang
MODUL 11 Ekologi Industri Pendahuluan Konsep Ekosistem Komponen Biotik : produsen, konsumen, pengurai Komponen Abiotik : oksigen, kelembapan, suhu, air dan garam mineral, matahari & tanah Isi kuliah: Latar
Lebih terperinciVideo Sustainability. Nadya Nurul Utami Video 01. Sustainability Definition
Video Sustainability Nadya Nurul Utami 15313082 Video 01. Sustainability Definition 1. Definisi Sustainable Development menurut Bruntland adalah, pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dunia industri merupakan salah satu indikator yang memberikan penggambaran untuk menilai perkembangan ekonomi suatu Negara. Kemajuan industri di Indonesia
Lebih terperinciN, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sebagai makhluk sosial haruslah berinteraksi dengan manusia lain maupun dengan alam. Dan juga dengan semakin berkembangnya kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Hasil industri manufaktur Indonesia kian merambat ke pasar dunia. World Bank memprediksi industri manufaktur tumbuh 40 persen tahun 2013. Perusahaanperusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian keuntungan semata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat. Dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari banyaknya jumlah industri yang terdapat di negara tersebut. Jumlah industri di Indonesia yang tercatat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu upaya pemerintah dalam memacu proses industrialisasi pertanian adalah dengan introduksi sistem pertanian yang mampu mendorong produksi dan produktivitas
Lebih terperinciPEMBINAAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA BAGI INDUSTRI
PEMBINAAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DAN UDARA BAGI INDUSTRI A. Latar Belakang Pengelolaan Lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, merupakan masalah yang sangat penting dalam hubungannya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan informasi oleh perusahaan merupakan hal yang penting khususnya bagi para investor. Pengungkapan informasi tersebut disajikan perusahaan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (CSR) telah menjadi konsep yang kerap terdengar. Konsep yang digagas Howard
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi konsep yang kerap terdengar. Konsep yang digagas Howard Rothmann Bowen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita pikirkan bersama mengingat dampak yang buruk dari pengelolaan lingkungan. Sebagaimana
Lebih terperinciPeningkatan Daya Saing Industri Manufaktur
XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis multi-dimensional yang terjadi akhir-akhir ini secara global, baik krisis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multi-dimensional yang terjadi akhir-akhir ini secara global, baik krisis energi, krisis pangan, krisis lingkungan, dan krisis finansial telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi DKI Jakarta. Areal sepanjang pantai sekitar 32 km tersebut merupakan pintu gerbang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Saat ini arus globalisasi bergerak semakin cepat dan hal ini memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini arus globalisasi bergerak semakin cepat dan hal ini memberikan dampak pada berbagai sektor, seperti bidang perekonomian, kebudayaan, pariwisata, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan industri diperlukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi, namun dilain pihak aktifitas industri juga dapat menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perusakan ekosistem sebagai akibat dari ragam aktivitas ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Lingkungan merupakan hal penting untuk dibahas yang erat kaitannya dengan perusakan ekosistem sebagai akibat dari ragam aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Sektor industri makin berperan sangat strategis sebagai motor penggerak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung jawab perusahaan semata-mata berorientasi hanya kepada pemilik modal (investor dan kreditur), sedangkan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinci17 BAB 1 PENDAHULUAN
17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Sudah lama kita ketahui bahwa tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari keuntungan atau laba, laba sendiri merupakan hasil yang diperoleh
Lebih terperinciVII. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
160 VII. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai Perancangan Model Pengembangan Agro-Eco-Industrial Park (MP-AEIP) Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Hasil yang diperoleh
Lebih terperinciPuji dan syukur di panjatkan kehadirat Allh swt, yang telah memberikan rachmat dan hidayah-
MEMAHAMI AMDAL Edisi 2 oleh Mursid Raharjo Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi
Lebih terperinciPB 3. Pembangunan berkelanjutan
PB 3 Pembangunan berkelanjutan 1 Apakah Pembangunan Berkelanjutan itu? 1. Prinsip dasar piagam bumi (normatif, sistim nilai) 2. Kesepakatan global (partisipatif, lintas pelaku) 3. Rencana Tindak (RPJP/D,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana mengenai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang semakin mengarah pada kebijakan untuk menciptakan kawasan-kawasan terpadu sebagai cara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Umum Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dana dari bagian laba BUMN.
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
Lebih terperinci1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.
37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.
Lebih terperinciPENTINGNYA PENERAPAN ECO INDUSTRIAL PARK (EIP) DI INDONESIA
J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 09-14 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENTINGNYA PENERAPAN ECO INDUSTRIAL PARK (EIP) DI INDONESIA Lestario Widodo Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani
Lebih terperinciKonsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI
Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI PENGERTIAN Kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang (Brundtland,1987) suatu interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat dunia tentang pentingnya pelestarian lingkungan, hal ini tentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim meningkat pesat akhir-akhir ini. Berbagai gerakan hijau dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggungjawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya interelasi antara pihak perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan dari berbagai dampak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya tujuan utama yang ingin dicapai oleh semua perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Karena keberlangsungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan sosial ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan adanya revolusi perubahan bagi dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi dan keterbukaan pasar membuat perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan pertanggungjawaban
Lebih terperinci8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI
8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan dalam dunia usaha menjadi bertambah ketat. Banyak badan usaha yang membangun usaha kecil menengah yang memerlukan
Lebih terperinciSTANDAR INDUSTRI HIJAU
Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan
Lebih terperinciWawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN
Wawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Terminologi Berkaitan dengan Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN LITERATUR
BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi Negara tersebut. Salah satu dampak positif dari pekembangan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang belum banyak dimanfaatkan
Lebih terperinciREPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Konsep akuntansi lingkungan berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Pada
BABl PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang Masalah Konsep akuntansi lingkungan berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa. Pada pertengahan tahun 1990-an komite standar akuntansi internasional ( The International
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Isu mengenai lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)
Lebih terperinciMenghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung
ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara kita sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi. Di dalam pembangunan ekonomi, di negara yang sudah maju sekalipun selalu tergantung pada sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku
Lebih terperinciSKENARIO STRATEGI SISTEM KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR CITARUM JAWA BARAT
SKENARIO STRATEGI SISTEM KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR CITARUM JAWA BARAT Hasil kinerja sistem berdasarkan hasil analisis keberlanjutan sistem dan kinerja model sistem menunjukkan bahwa sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat ketat, hal itu juga berdampak pada perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggurunan, serta kematian bentuk-bentuk kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dan lingkungannya adalah dua hal yang tidak terpisahkan dan saling berkaitan. Keduanya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi, terkhusus bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah
Lebih terperinciIII. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas
Lebih terperinciPENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Usaha secara sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar dapat terpenuhi Bersifat lentur, karena adanya kebutuhan yang berbeda baik daerah
Lebih terperinciPENTINGKAH COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY?
PENTINGKAH COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY? Ade Parlaungan Nasution Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kepulauan Batam Secara terminology Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
Lebih terperinciDISAIN KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:
DISAIN KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA OTONOMI DAERAH: LESSON LEARNED & MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Agus Syarip Hidayat Pusat Penelitian Ekonomi, LIPI FKP Palembang, 12 Maret 2014 PENGANTAR UU No.32
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata
Lebih terperinciRepositori STIE Ekuitas
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-21 Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR (Corporate
Lebih terperinciPENILAIAN KESIAPAN KAWASAN INDUSTRI CANDI UNTUK MENJADI ECO- INDUSTRIAL PARK
PENILAIAN KESIAPAN KAWASAN INDUSTRI CANDI UNTUK MENJADI ECO- INDUSTRIAL PARK Diery Leonardo Sipayung 1, Aries Susanty 2 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro dierysipayung@gmail.com, ariessusanty@yahoo.com
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA
VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan dominasi mesin sebagai alat produksi (Kartasasmita, 1996). Revolusi ini melahirkan
Lebih terperinciKomponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.
MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinci