BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kete Kesu Sejarah Suku Toraja Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar satu juta jiwa, dengan di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Sebelum abad ke-20 Suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen, akan tetapi saat ini mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma. Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat kepercayaan tradisional dan agraris menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen. Sekalipun mayoritas masyarakat beragama Kristen, akan tetapi masyarakat masih berpegang teguh pada kepercayaan adat istiadat yang telah di anut sejak zaman nenek moyang baik itu pada ritual kelahiran, pernikahan maupun pada kematian. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Seiring berjalannya waktu, objek wisata Ke te Kesu semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia

2 menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Dalam upacara Rambu Solo ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses pembungkusan jenazah, pembubuhan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir pada Patane Pong Massangka (kuburan dari kayu berbentuk rumah Toraja), kuburan (liang) purba, peti jenazah digantung pada tebing serta diletakkan pada makam-makan modern yang semuanya itu terdapat pada objek wisata Ke te Kesu Profil Kete Kesu Kete Kesu merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh suku Toraja melakukan ritual pemakaman atau yang disebut dengan Rambu Solo. Objek wisata Kete Kesu sudah ada sejak zaman nenek moyang Suku Toraja, akan tetapi secara objek wisata Ke te Kesu mulai menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan norma-norma pemerintah mulai dari tahun 1970 sampai sekarang. Objek wisata Ke te Kesu sudah populer diantara turis domestik dan asing sejak 1979 dan seiring berjalannya waktu pihak-pihak pengelola melengkapi secara perlahan-lahan fasilitas untuk pemeliharaan lingkungan objek wisata tersebut. Kete Kesu ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya dengan nomor registrasi 290 yang perlu dilestarikan atau dilindungi. Objek wisata Ke te Kesu ini sangat menarik karena memiliki suatu kompleks perumahan adat Toraja yang masih asli yang terdiri dari enam Tongkonan lengkap dengan 12 alang sura (lumbung padinya). Tongkonan tersebut dari leluhur Puang ri Kesu difungsikan sebagai tempat bermusyawarah, mengelola, menetapkan dan melaksanakan aturan-aturan adat, baik aluk maupun pemali yang digunakan sebagai aturan hidup dan bermasyarakat di daerah Kesu dan juga di seluruh Tana Toraja yang disebut aluk Sanda Pituma. Tongkonan dan hak kepemilikan objek wisata Ke te Kesu hingga saat ini diwariskan secara turun temurun dan turunan Puang ri Kesu masih hidup sampai sekarang. Tongkonan tersebut menjadi cagar budaya, tetap digunakan sebagai ajang kegiatan adat tetapi kini tongkonan tersebut sudah tidak

3 ditinggali melainkan Ke te Kesu saat ini telah dikelola beberapa pihak keluarga dan pemerintah yang saling bekerja sama dalam mengelola objek wisata Ke te Kesu. daftar ketua pengelola objek wisata Ke te Kesu yang pertama hingga saat ini dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Daftar Ketua Objek Wisata Ke te Kesu No Nama Tahun Menjabat 1. F. K. Sarungallo Layuk Sarungallo Tinting Sarungallo Emba Sarungallo Layuk Sarungallo 2004-Sekarang Sumber : Badan Pengurus Ke te Kesu (2014). Kete Kesu adalah potret kebudayaan megalitik di Tana Toraja yang paling lengkap. Tongkonan-tongkonan di Kete Kesu memiliki ukiran yang indah. Tanduk kerbau berderet di depannya menandakan tingginya status sosial si pemilik rumah. Tongkonan dan alang sura dimiliki secara turun temurun. Tongkonan-tongkonan di Kete Kesu sudah tua, bahkan ada yang diperkirakan berumur sekitar 300 tahun. Atap tongkonan yang terbuat dari susunan bambu sudah ditumbuhi rumput liar akan tetapi, Badan Pengurus sengaja tidak sering membersihkannya karena rumput ini bisa berguna untuk mencegah kebocoran dari air hujan. Ke te Kesu terletak di Desa Panta nakan Lolo dengan alamat Jl. Ke te Kesu 98A, Kecamatan Rantepao, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Objek wisata Ke'te Kesu dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jarak tempuh dari kota Rantepao kurang lebih lima km dengan waktu sekitar 20 sampai 25 menit. Berdasarkan pembagian jenis pariwisata menurut Spille (1987), Ke te Kesu termasuk merupakan pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism) dan alam yang merupakan tempat untuk mempelajari adatistiadat serta sebagai tempat untuk mengunjungi bangunan dan benda-benda bersejarah peninggalan masa lalu dan menikmati pemandangan alam yang dimiliki objek wisata dengan kondisi lingkungan objek wisata Ke te Kesu pada tahun 2013 termasuk kurang terawat. Jumlah pegawai pengelola objek wisata Ke te Kesu terdiri dari 16 orang yang di dalamnya sudah termasuk keluarga

4 selaku pemilik objek wisata Ke te Kesu yang memiliki tugas pada penjualan tiket masuk. Data jumlah pegawai dapat dilihat pada lampiran E-1. Topografi wilayah objek wisata Ke te Kesu berbukit tebing dengan ketinggian lahan ± 300 m sampai dengan m di atas permukaan laut dengan jumlah anak tangga menuju bukit tebing sebanyak 57 anak tangga serta luas wilayah objek wisata Ke te Kesu seluas km 2. Berada pada zona waktu Indonesia Tengah, secara klimatologi Kabupaten Tana Toraja khususnya Desa Panta nakan Lolo termasuk ke dalam daerah yang beriklim Tropis Basah. Hal ini dapat diketahui melihat letak keberadaan tempat yang berada di daerah pegunungan. Dalam segi temperatur udara, suhu di Tana Toraja berkisar antara 15 ºc 28ºc dengan kelembaban udara yang berkisar antara 82% 86%. Curah hujan rata-rata berada pada kisaran 1500 mm/thn sampai lebih dari 3500 mm/thn. Ke te Kesu memiliki banyak ukiran dan pahatan patung. Beberapa penduduk desa memang sudah terkenal sebagai ahli mengukir dan memahat patung dan juga terbiasa membuat tau-tau yang merupakan patung yang digunakan untuk upacara pemakaman dalam adat Toraja. Penduduk desa juga sering menggunakan keahlian untuk mengukir peti mati dan rumah adat. Di belakang deretan tongkonan, terdapat kompleks pemakaman yang berdinding batu kapur. Menurut cerita para orang tua, makam-makam tua tersebut berumur hingga 700 tahun. Tulang-tulang dan tengkorak berserakan di dalam gua dan di sekitar pemakaman. Peti-peti mati atau erong dipahat menyerupai bentuk perahu, kerbau, babi serta terdapat juga patene atau makam modern yang berbentuk rumahrumahan. Terdapat puluhan tau-tau di dalam sebuah ruangan khusus. Sejak tahun 1960-an. Masyarakat di sekitar objek wisata Ke te Kesu mulai mengenal semen dan membuat bangunan bagi pemakaman keluarga. Kete Kesu merupakan salah satu warisan Toraja yang istimewa dengan menyimpan banyak cerita tentang budaya Toraja. Objek wisata Ke te Kesu Berada di Kecamatan Kesu dengan total jumlah penduduk kecamatan Kesu sebanyak jiwa yang terdiri dari lakilaki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Adapun Kecamatan Kesu terbagi menjadi tujuh desa yaitu Desa Angin-angin, Desa Ba tan, Desa Rinding Batu, Desa Panta nakan Lolo, Desa Sangbua (Sangubua),

5 Desa Tadongkon, Desa Talulolo. Jumlah penduduk pada tiap-tiap desa yang berada di Kecamatan Kesu dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Kesu No NAMA DESA/KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA) Laki-laki Perempuan Total 1. Panta nakan Lolo Ba tan Rinding Batu Angin-angin Sangbua (Sangubua) Tadongkon Talulolo JUMLAH Sumber : Kecamatan Kesu' (2013) Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk banyak adalah Desa Panta nakan Lolo dengan total jumlah penduduk 2988 jiwa yang terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa dengan mata pencaharian penduduk sekitar sebagian besar adalah petani dan pengrajin dengan penghasilan Rp sampai Rp per bulan sehingga dengan beroperasinya objek wisata Ke te Kesu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penghasilan masyarakat Panta nakan Lolo karena dengan beroperasinya objek wisata Ke te Kesu maka masyarakat dapat menjual hasil kerajinan tangan mereka kepada wisatawan objek wisata Ke te Kesu sebagai salah satu mata pencaharian masyarakat (Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran wawancara B-23) Visi dan Misi Sebuah organisasi dikatakan berhasil jika di dalam organisasi tersebut semua orang yang terlibat memiliki visi dan misi yang sama. Jika visi dan misi yang dijalankan oleh setiap anggota berbeda-beda maka organisasi yang dijalankan tidak akan berkembang melainkan justru mengalami kemunduran yang berujung pada kehancuran. Objek wisata Ke te Kesu memiliki visi yaitu Menjadi pusat objek wisata budaya yang bermanfaat, aman dan nyaman dengan

6 melestarikan adat dan budaya Toraja. Visi dari dalam organisasi dapat tercapai apabila didorong dengan misi yang jelas. Untuk mencapai visinya objek wisata Ke te Kesu memiliki misi sebagai berikut : 1. Melakukan ritual upacara pemakaman sesuai dengan tata cara adat Toraja. 2. Meningkatkan pemeliharaan dan keamanan lingkungan, bangunan dan benda cagar budaya. 3. Menciptakan budaya tata krama. 4. Memanfaatkan, mengelola dan melestarikan sumber daya alam dengan menerapkan sistem tebang pilih. Dari visi dan misi yang ditetapkan oleh pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu terlihat bahwa Ke te Kesu mengutamakan usaha untuk menciptakan kondisi yang aman dan nyaman pada objek wisata Ke te Kesu dengan meningkatkan pemeliharaan pada lingkungan, bangunan dan benda cagar budaya yang terdapat pada objek wisata Ke te Kesu. Terwujudnya visi dan misi tersebut dapat memacu orang-orang untuk mengunjungi objek wisata Ke te Kesu bukan hanya sekali melainkan hingga berulang-ulang kali yang tentunya dapat menunjang penerimaan objek wisata Ke te Kesu. Visi dan misi di atas juga di dukung oleh kerja keras yang berdasarkan pada pencapaian sapta pesona dengan mewujudkan kondisi yang dapat menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau tempat agar wisatawan memperpanjang masa tinggal disuatu daerah serta memperoleh kepuasan atas kunjungannya. Sapta pesona terdiri dari tujuh unsur (Amzis, 2014), yaitu: 1. Aman Wisatawan akan senang berkunjung dan tinggal di suatu tempat apabila mereka merasa aman baik bagi dirinya maupun harta bendanya. 2. Tertib Kondisi yang tertib adalah sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang, termasuk wisatawan yang tercermin dari suasana yang teratur, rapi, adanya disiplin yang tinggi

7 3. Bersih Suatu kondisi lingkungan dan suasana yang menampilkan kebersihan dan kesehatan di semua tempat yang menjadi kegiatan manusia baik ditempat umum maupun di daerah-daerah tempat tujuan. 4. Sejuk Suatu kondisi yang menampilkan lingkungan dan suasana yang sejuk, nyaman dan tenteram karena lingkungan yang serba hijau, segar dan asri. 5. Indah Kondisi yang menampilkan suasana yang menunjukkan keserasian dan keselarasan suatu lingkungan seperti tata warna, tata letak, tata bentuk ruang, gaya, gerak serasi dan selaras di objek wisata serta akomodasi sehingga memberi nuansa indah yang memenuhi nilai-nilai estetika. 6. Ramah Ramah-tamah adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, sopan dan senang membantu. Ramah-tamah sebagaimana yang dimaksud merupakan watak dan budaya Indonesia yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah-tamah ini menjadi salah satu hal yang sangat menarik bagi wisatawan. 7. Kenangan Suatu kesan yang melekat kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan wisatawan adalah kenangan indah dan menyenangkan dalam berwisata Struktur Organisasi dan Tugas Pengurus Objek wisata Ke te Kesu Objek wisata Ke te Kesu mulai menjalankan kegiatan operasionalnya secara resmi mulai dari tahun Didirikan oleh Renda Sarungallo yang merupakan ketua Badan Pendiri Yayasan dan dibantu oleh M. Menggiling yang merupakan wakil ketua dan F. B Rombelayuk yang merupakan sekertaris. Ketua Badan Pendiri Yayasan membawahi Badan Pengurus dengan Layuk Sarungallo yang merupakan ketua Badan Pengurus dan dibantu oleh Tino Sarungallo yang

8 merupakan wakil ketua, Y. S. Dalipang dan Malengko Sarungallo yang merupakan sekretaris dan wakil sekretaris serta M. Bunga dan PK. Layuk Sugi yang merupakan bendahara dan wakil bendahara. Ketua Badan Pengurus membawahi pegawai-pegawai yang bertugas membantu badan pengurus dalam mewujudkan visi dan misi objek wisata Ke te Kesu. Struktur organisasi objek wisata Ke te Kesu dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Objek Wisata Ke te Kesu Sumber : Data diolah (2014) Struktur organisasi objek wisata Ke te Kesu masih terdapat kelemahan karena baik Badan Pendiri Yayasan, Badan Pengurus maupun pegawai masih memiliki tugas yang lain selain tugas yang telah dijelaskan, dimana mereka dibagi lagi menjadi empat team atau unit dalam mengelola objek wisata Ke te Ke su (Lampiran B-3). Empat team atau unit tersebut yaitu : 1. Perencanaan Pelestarian Rumah Tongkonan Team ini terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara Badan Pengurus. Tugas dari unit ini yaitu : a. Melakukan perencanaan terhadap pelestarian aset yang terdapat di objek wisata Ke te Kesu. b. Melakukan perencanaan terhadap keberhasilan pelaksanaan proses operasional sehingga dapat memperoleh penghasilan yang digunakan

9 dalam memenuhi kebutuhan objek wisata Ke te Kesu seperti pembayaran listrik, pembayaran air dll. 2. Pemeliharaan Lingkungan Team ini terdiri dari petugas kebersihan, juru pelihara dan petugas keamanan. Tugas dari unit ini yaitu berfokus pada pemeliharaan dan pelestarian lingkungan objek wisata Ke te Kesu. 3. Sumber Daya Manusia Team ini terdiri dari tenaga admin, wakil sekretaris Badan Pengurus, dan wakil bendahara Badan Pengurus. Tugas dari unit ini yaitu melakukan pengembangan dan pemberdayaan manusia khususnya masyarakat yang terdapat di sekitar objek wisata Ke te Kesu dengan mengembangkan keterampilan masyarakat sekitar dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada sebagai penunjang mata pencaharian masyarakat serta memperkenalkan hasil karya ciri khas masyarakat Toraja kepada para wisatawan yang datang baik itu berupa manik-manik, baju dan tas Toraja dll. 4. Penasehat Unit penasehat ini terdiri dari petua-petua yaitu ketua, wakil ketua dan sekretaris Badan Pendiri Yayasan yang bertugas dalam memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan dalam meningkatkan pengelolaan objek wisata Ke te Kesu. Penjelasan uraian tugas dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi objek wisata Ke te Kesu adalah sebagai berikut : 1. Tugas Badan Pendiri Yayasan a. Ketua Ketua Badan Pendiri Yayasan bertugas dalam merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan pendirian yayasan dan proses pengelolaan objek wisata yang dilaksanakan oleh badan pengurus dan ikut mengusahakan serta mengendalikan administrasi sumber daya yang diperlukan.

10 b. Wakil Ketua Wakil ketua bertangung jawab kepada ketua Badan Pendiri Yayasan yang bertugas bersama-sama dengan ketua dalam menetapkan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan. c. Sekretaris Sekretaris bertanggung jawab kepada ketua Badan Pendiri Yayasan yang bertugas untuk mendampingi ketua dalam setiap rapat dan melakukan pencatatan dalam setiap pengambilan keputusan kemudian disampaikan kepada Ketua Badan Pengurus. 2. Badan Pengurus a. Ketua Ketua Badan Pengurus bertanggung jawab kepada ketua Badan Pendiri Yayasan yang merupakan badan pengurus harian yayasan dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Uraian tugas dari ketua Badan Pengurus yaitu : 1) Memimpin yayasan dengan baik dan bijaksana. 2) Mengkoordinasi semua rapat yang dilakukan oleh badan pengurus. 3) Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh rapat Badan Pengurus. 4) Memimpin rapat. 5) Menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat. 6) Mengkoordinasikan pegawai kebersihan dan juru pelihara. b. Wakil Ketua Wakil ketua Badan Pengurus bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus dan uraian tugas dari wakil ketua yaitu : 1) Bersama-sama ketua menetapkan kebijaksanaan. 2) Memberikan saran kepada ketua dalam mengambil keputusan. 3) Menggantikan ketua apabila ketua berhalangan. 4) Membantu ketua dalam rangka melaksanakan tugasnya. 5) Bertanggung jawab kepada ketua. 6) Mengkoordinasikan petugas keamanan dan tenaga admin.

11 c. Sekretaris Sekretaris Badan Pengurus bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus dan uraian tugas dari sekretaris yaitu : 1) Mendampingi ketua dalam setiap rapat 2) Menyiapkan, mendistribusikan serta menyimpan surat serta arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan 3) Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat, dan evaluasi kegiatan 4) Bersama ketua menandatangani setiap surat 5) Bertanggung jawab atas tertib administrasi yayasan d. Wakil Sekretaris Wakil sekretaris Badan Pengurus bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus, akan tetapi wakil sekretaris telah meninggal dunia dan hingga saat ini belum ada yang menggantikan posisi sekretaris sehingga tugas wakil sekretaris saat ini dialihkan kepada sekretaris dan ketua. Uraian tugas dari wakil sekretaris yaitu : 1) Aktif membantu pelaksanaan tugas sekretaris. 2) Memberi saran kepada ketua dalam mengambil keputusan. 3) Bertindak sebagai notulen dalam rapat. 4) Menggantikan sekretaris jika sekretaris berhalangan. e. Bendahara Bendahara Badan Pengurus bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus dan uraian tugas dari bendahara yaitu : 1) Bertanggung jawab dan mengetahui segala penerimaan/pengeluaran uang/biaya yang diperlukan. 2) Membuat tanda bukit kuitansi setiap penerimaan /pengeluaran uang untuk pertanggungjawaban. 3) Menyampaikan laporan kas secara berkala. f. Wakil Bendahara Wakil Bendahara Badan Pengurus bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus dan uraian tugas dari wakil bendahara yaitu: 1) Membantu bendahara dalam segala urusan keuangan yang diperlukan.

12 2) Ikut membantu mengawasi penerimaan/pengeluaran yang diperlukan. 3) Membantu mencatat segala kegiatan untuk bahan laporan keuangan secara berkala dan menyiapkan tanda bukti pembayaran kuitansi. 3. Pegawai a. Pegawai Kebersihan Pegawai kebersihan bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus yang terdiri satu orang yang bertugas memelihara kebersihan lingkungan objek wisata serta melakukan pembuangan sampah (Lampiran B-11). b. Juru Pelihara Juru pelihara bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus dan ada dua orang yang bertugas untuk menjaga dan melestarikan bendabenda dan bangunan cagar budaya yang terdapat di objek wisata Ke te Kesu serta membantu pegawai kebersihan (Lampiran B-14). c. Petugas Keamanan Petugas keamanan bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus dan terdapat dua orang yaitu satu orang dari pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu dan satu orang lagi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya. Tugas dari petugas keamanan adalah menjaga keamanan di sekitar objek wisata Ke te Kesu dan mengawasi para wisatawan yang datang mengunjungi objek wisata Ke te Kesu (Lampiran B-17). d. Tenaga Admin Tenaga admin bertanggung jawab kepada Ketua Badan Pengurus dan bertugas membantu administrasi di yayasan objek wisata Ke te Kesu serta mendata jumlah pengunjung. 4.2 Analisis Data dan Pembahasan Hasil Dokumentasi Pada penelitian ini telah dilakukan dokumentasi dengan mengumpulkan berbagai dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini. Dokumen yang telah diperoleh yaitu sejarah objek wisata Ke te Kesu, struktur organisasi, visi dan

13 misi objek wisata Ke te Kesu, daftar pegawai berdasarkan latar belakang pendidikan (lampiran D-1), jumlah wisatawan (lampiran F-1), daftar alat kebersihan yang rusak, rincian pengeluaran alat kebersihan (lampiran E), foto-foto yang berkaitan dengan aktivitas yang terjadi di dalam objek wisata (lampiran H) serta laporan kas tahun 2013 (lampiran G). Objek wisata Ke te merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Kabupaten Toraja Utara. Melalui data yang diperoleh dapat diketahui bahwa ratarata jumlah wisatawan selama periode tahun 2013 yaitu wisatawan nusantara 717,58 jiwa dan wisatawan mancanegara 3.021,50 jiwa (Lampiran F-1). Kunjungan wisatawan merupakan satu-satunya sumber penerimaan objek wisata Ke te Kesu yang akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan sepanjang menjalankan aktivitas operasionalnya. Harga tiket masuk untuk setiap wisatawan berbeda-beda dimana harga tiket masuk untuk wisatawan domestik sebesar Rp /orang, wisatawan mancanegara sebesar Rp /orang dan untuk pelajar sebesar Rp 3.000/orang. Penerimaan objek wisata Ke te Kesu tidak semuanya digunakan untuk operasional objek wisata melainkan dari total penerimaan 40% harus diserahkan kepada pihak Pemerintah Daerah, 3% diserahkan kepada Restitusi Guide yang merupakan suatu lembaga Guide yang berada di Kabupaten Toraja Utara dan 7% digunakan untuk membayar upah petugas pos. Melalui data tersebut maka dapat diketahui bahwa pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu hanya menggunakan 50% dari total pemasukannya untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Objek wisata Ke te Kesu telah melakukan pengelolaan lingkungan yang tentunya harus mengeluarkan biaya-biaya yang jumlahnya tidak sedikit. Akan tetapi pencatatan biaya yang dikeluarkan untuk lingkungan masih belum cukup baik. Selama beberapa tahun ini pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu masih menganggap biaya tersebut sebagai biaya umum sehingga pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu mencatatnya dalam laporan kas. Namun saat ini pihak pengelola objek wisata mulai merasa bahwa mereka perlu melakukan pencatatan biaya lingkungan secara terpisah untuk dapat mengetahui rincian pengeluaran terkait biaya lingkungan dalam suatu periode. Rincian pengeluaran yang dilakukan objek wisata Ke te Kesu dapat dilihat pada tabel 4.3.

14 Tabel 4.3 Pengeluaran Objek Wisata Ke te Kesu Tahun 2013 Aktivitas Biaya Gaji Pegawai Rp PEMDA (40%) Rp Restitusi Guide (3%) Rp Petugas Pos (7%) Rp Membayar rekening listrik Rp Membayar PAM Rp Biaya foto copy LPJ/ akhir bulan Rp Biaya belanja ATK Rp Biaya alat kebersihan Rp Bahan Bakar Minyak (BBM) Rp Iuran sampah Rp Penataan Lokasi Rp Pemeliharaan bangunan Rp Transportasi (perjalanan Dinas) Rp Perbaikan jalan Rp Pelatihan pegawai Rp Petugas kebersihan Rp Total Pengeluaran Rp Sumber : Data diolah (2014) Dapat dilihat pada tabel 4.3 bahwa total pengeluaran objek wisata Ke te Kesu selama periode tahun 2013 sebesar Rp Total penerimaan selama periode tahun 2013 sebesar Rp sehingga dapat diketahui bahwa surplus objek wisata Ke te Kesu sebesar Rp Laporan kas inilah yang dipertanggungjawabkan oleh pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu kepada Badan Pendiri Yayasan selaku perwakilan dari seluruh keluarga yang memiliki hak kepemilikan atas objek wisata Ke te Kesu. Rincian penerimaan dan pengeluaran objek wisata Ke te Kesu untuk setiap bulannya dapat dilihat pada lampiran G. Pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu mengakui bahwa pentacatan akuntansi yang dilakukan masih sangat sederhana terkait dengan rincian penerimaan dan pengeluaran objek wisata Ke te Kesu. Hal ini disebabkan karena baik bendahara maupun wakil bendahara bukan merupakan lulusan

15 fakultas ekonomi khususnya jurusan akuntansi melainkan bendahara merupakan lulusan fakultas teknik dan wakil bendahara merupakan lulusan fakultas hukum sehingga selama ini mereka melakukan pencatatan hanya dengan melihat contoh dari pencatatan yang dilakukan oleh bendahara yang menjabat diperiode-periode sebelumnya Hasil Observasi Pada penelitian ini telah dilakukan observasi di lapangan sehingga dapat melihat secara langsung aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam objek wisata, kondisi serta cara pemeliharaan kebersihan lingkungan kantor, halaman, rumah Tongkonan, lumbung padi, kuburan patane serta kuburan tebing yang berisi petipeti kuno, tengkorak manusia dan Tau-Tau. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat aktivitas yang terjadi di lokasi objek wisata yang berdampak terhadap lingkungan seperti aktivitas wisatawan yang melakukan pembuangan sampah seperti bungkus rokok dan bungkus makanan bukan pada tempatnya sehingga terdapat sampah yang berserakan, aktivitas yang dilakukan oleh pegawai di dalam kantor yang menghasilkan sampah berupa kertas yang sudah tidak terpakai. Selain itu terdapat juga hewan yang memasuki lokasi objek wisata seperti kerbau yang masuk ke dalam lokasi objek wisata yang sehingga terdapat kotoran kerbau yang merusak pemandangan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Terdapat juga tumbuhan dan pohon besar yang terdapat di lokasi objek wisata yang menghasilkan sampah dari daun-daun yang berguguran akan tetapi jarang dibersihkan oleh petugas kebersihan sehingga membuat lingkungan objek wisata Ke te Kesu terlihat kotor, serta dilakukannya pembuangan sampah pada lokasi objek wisata Ke te Kesu di jalan sebelah kiri menuju Rumah Tongkonan yang mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap (Lampiran C-21). Selain melihat dan mengetahui aktivitas yang terjadi di objek wisata Ke te Kesu yang berdampak pada lingkungan, observasi dilakukan dengan melakukan pencocokan antara biaya yang telah dilaporkan pada tabel 4.5 terkait dengan lingkungan apakah benar-benar sudah terealisasi atau tidak. Berdasarkan objek yang diobservasi maka hasil observasi yaitu sebagai berikut :

16 1. Pagar Pada penelitian ini dilakukan observasi pada pagar yang membatasi wilayah objek wisata Ke te Kesu dengan lahan warga, akan tetapi setelah dilakukan observasi diketahui bahwa tidak terdapat pagar yang membatasi wilayah objek wisata Ke te Kesu dengan lahan warga serta tidak terdapat pintu gerbang (Lampiran C-1). 2. Tempat parkir Lokasi tempat parkir kendaraan objek wisata Ke te Kesu bersih dengan adanya pagar yang membatasi lokasi parkir dengan sawah untuk menjaga keamanan kendaraan terjatuh ke bawah sawah, akan tetapi luas area parkir masih kurang luas dimana hanya dapat menampung empat mobil dan enam sampai tujuh motor dan tidak tersedia tempat sampah. (Lampiran C- 2 dan H-8) 3. Bak pembakaran sampah Terdapat bak pembakaran sampah pada objek wisata Ke te Kesu yang berukuran dengan panjang 2m, lebar 1m dan tinggi 2m, akan tetapi bak pembakaran sampah tersebut terletak di area parkir kendaraan yang dapat berakibat tidak baik pada keselamatan kendaraan yang diparkir. (Lampiran C-3 dan H-8) 4. Loket pembelian tiket Letak loket pembelian tiket masuk objek wisata Ke te Kesu terletak tepat di teras kantor dengan luas panjang 2m, lebar 1m, dan tinggi ± 5m. Letak loket pembelian tiket di teras kantor sangat mengganggu ketenangan pegawai di dalam kantor karena apabila terdapat banyak wisatawan yang datang berkunjung maka akan terdengar ke dalam kantor yang tentunya dapat mengganggu konsentrasi pegawai ketika bekerja. (Lampiran C-4 dan H-9) 5. Kantor Kondisi di dalam ruangan kantor tidak rapi dan terdapat berbagai peralatan dapur, kulkas, tikar dan alat kebersihan di dalam kantor. Kursi dan meja yang tidak tertata dengan rapi. Lantai dan teras kantor tidak menggunakan keramik dan terdapat beberapa titik yang sudah retak dan berlubang serta

17 kedap air. Dinding kantor yang masih cukup bagus sekalipun dibangun dengan menggunakan papan akan tetapi terlihat rapi namun cat dinding sudah mulai pudar. Atap kantor yang sudah tua, terdapat lumut dan banyak yang bocor dan pada kantor tidak terdapat langit-langit sehingga apabila terjadi hujan maka di beberapa titik air akan masuk membasahi ruangan.. (Lampiran C-5, H-9 dan H-10) 6. Aktivitas di dalam kantor Jam masuk pegawai pukul pagi sore, akan tetapi banyak pegawai yang datang di atas pukul pagi. Aktivitas yang terjadi di dalam kantor ialah melakukan pencacatan laporan kas, print berbagai dokumen-dokumen, melakukan rapat. Limbah yang dihasilkan adalah sampah berupa kertas-kertas yang sudah tidak terpakai (Lampiran C-5). 7. Selokan Selokan yang terletak di samping kantor terlihat sangat kotor dengan adanya tumpukan sampah yang membuat air tidak mengalir dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Aktivitas yang dilakukan wisatawan yaitu membuang sampah pada selokan baik itu sampah berupa bungkus rokok maupun bungkus makanan serta daun-daun yang berjatuhan dari pohon yang menimbulkan terjadinya penumpukan sampah. (Lampiran C-7 dan H-11) 8. Toilet Kondisi toilet terlihat bersih dengan air yang lancar, bersih dan tidak berbau, akan tetapi tidak ada pemisahan antara toilet wanita dan pria dan tidak ada pemisahan antara toilet pegawai dan toilet wisatawan. Saluran pembuangan air limbah dibuang ke septic tank. Terdapat satu keranjang sampah kecil. Tidak disediakan lap pengering atau tissue. Terdapat satu timba/gayung, tidak terdapat sikat kloset dan sikat lantai. Terdapat toilet yang terletak lokasi menuju kuburan akan tetapi tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan dan hingga saat ini belum juga diperbaiki. (Lampiran C-8, H-11 dan H-12)

18 9. Wastafel Kondisi Wastafel terlihat bersih dengan air yang lancar dan bersih, serta keran berfungsi dengan baik, terdapat cermin, tidak disediakan tissue atau lap tangan dan tidak tersedia zat antiseptic. (Lampiran C-9 dan H-12) 10. Tempat pembuangan sampah Terdapat tempat pembuangan sampah pada lokasi objek wisata Ke te Kesu yang terletak di sebelah kiri jalan menuju Rumah Tongkonan. Pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu seharusnya tidak melakukan pembuangan sampah pada tempat ini karena terjadi penumpukan sampah yang menimbulkan bau yang tidak sedap dan merusak pemandangan serta banyak lalat yang mengerumuni tumpukan sampah. (Lampiran C-10 dan H-13) 11. Jalan menuju Rumah Tongkonan Kondisi bangunan jalan menuju Rumah Tongkonan masih bagus dimana tidak terdapat tembok yang retak akan tetapi terlihat kotor dengan kotoran kerbau yang terdapat di tengah jalan yang menimbulkan bau yang tidak sedap. (Lampiran C-11 dan H-13) 12. Rumah Tongkonan dan lumbung padi Kondisi lingkungan rumah tongkonan terlihat bersih akan tetapi terdapat rumput-rumput liar yang tumbuh di ratiang banua (atap) Rumah Tongkonan, tidak terdapat tiang yang retak, tidak kedap air dan mudah dibersihkan, terdapat tumpukan kayu-kayu dan bambu-bambu pada lokasi lumbung padi yang membuat lingkungan menjadi terlihat kotor dan membahayakan wisatawan khsususnya anak-anak yang bermain disekitar tumpukan kayu dan bambu tersebut. (Lampiran C-12 dan H-15) 13. Pot bunga dan Tanaman/bunga Penanaman bunga hanya pada lokasi lumbung padi saja dan beberapa diantaranya sudah mati serta terdapat pot yang pecah (Lampiran C-13). 14. Tempat sampah Total jumlah tempat sampah sebanyak 11 buah dan jarak tempat sampah yang satu dengan tempat sampah lainnya tidak menentu dimana ada yang 5m, 8m, bahkan 10m. Beberapa diantaranya sudah mengalami kerusakan,

19 Sebagian besar tempat sampah tidak tertutup rapat bahkan ada tutup tempat sampah yang sudah hilang, tempat sampah kedap air, akan tetapi mudah dibersihkan dan mudah di angkat, adanya pemisahan sampah organik dan an organik, pengosongan tempat sampah tidak menentu, serta tempat sampah gandeng yang sudah rusak bahkan hilang. Tersedia tempat sampah di area tongkonan, keranjang sampah di dalam kantor, dan di tempat penjual. (Lampiran C-14 dan H-15) 15. Jalan menuju lokasi kuburan Hasil observasi pada saat ini menunjukkan bahwa pada lokasi kuburan terdapat jalan setapak yang mengalami kerusakan dan apabila kondisi ini terus dibiarkan maka dapat menimbulkan kerusakan yang semakin besar sehingga membutuhkan biaya perbaikan yang lebih besar lagi, serta terdapat sampah daun-daun yang berjatuhan dari pagi hingga sore tidak dibersihkan oleh petugas kebersihan. (Lampiran C-6, C-15 dan H-16) 16. Kuburan patane Terdapat kuburan patane yang rubuh dan hancur namun hingga saat ini tidak dibersihkan dan dibenahi oleh pihak Ke te Kesu dan terdapat rumput liar yang tumbuh. Di lokasi kuburan patane pada pagi hari hingga sore hari terdapat banyak daun-daun yang berjatuhan dari pohon namun tidak dibersihkan. (Lampiran C-16, H-19 dan H-17) 17. Kuburan tebing Pada lokasi kuburan tebing yang masih sangat banyak sampah-sampah yang berserakan di mana-mana, kurangnya tempat sampah membuat wisatawan malas untuk mencari tempat sampah yang letaknya jauh dari lokasi kuburan tebing sehingga membuat mereka lebih memilih untuk membuang sampah dengan sembarangan serta peti mati yang sudah lapuk yang digantung pada tebing dibiarkan jatuh dan tidak ditata dengan rapi sehingga terlihat berantakan. (Lampiran C-17, H-17, H-18, H-19 dan H- 20) 18. Petugas kebersihan Petugas kebersihan yang hanya berjumlah satu orang merasa kewalahan dalam membersihkan wilayah objek wisata Ke te Kesu yang sangat luas,

20 akan tetapi petugas kebersihan tetap menjalankan tugasnya sebagai petugas kebersihan (Lampiran C-18). 19. Cuaca Cuaca di objek wisata Ke te Kesu dapat dikatakan dingin mulai dengan suhu 15ºC-28ºC sehingga dengan cuaca yang dingin membuat mayat dan tengkorak manusia tidak mudah busuk dan tidak berbau dapat dilihat pada keadaan tengkorak manusia yang sudah bertahun-tahun tidak hancur hingga saat ini. Namun, pada bulan November hingga bulan Juni Toraja Utara mengalami musim hujan akan tetapi pada objek wisata Ke te Kesu khususnya pada kuburan tebing tidak ada pelindung untuk peti mati dan tengkorak manusia sehingga perlahan-lahan dapat membuat peti mati dan tengkorak manusia menjadi lapuk dan hancur (Lampiran C-19). 20. Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Berdasarkan hasil observasi di lapangan objek wisata Ke te Kesu selama ini belum memiliki TPA. Sejak tahun 1987 sampai sekarang pembuangan sampah dilakukan di salah satu lahan warga yang terletak di Desa Rantebua yang berada sekitar 18 km dari kota Rantepao dan 15 km dari lokasi objek wisata Ke te Kesu dengan luas satu hektar, akan tetapi peneliti tidak melakukan observasi secara langsung di Desa Rantebua melainkan hanya dilakukan observasi di lokasi objek wisata Ke te Kesu di sebelah kiri jalan menuju lokasi Rumah Tongkonan yang juga merupakan salah satu tempat pembuangan sampah. Kondisi objek wisata Ke te Kesu yang seperti ini tentu menimbulkan dampak negatif baik bagi masyrakat di sekitar lahan tempat pembuangan sampah maupun pada wisatawan yang datang mengunjungi objek wisata. Penyediaan TPA bagi objek wisata Ke te Kesu sangat penting melihat kondisi TPA objek wisata Ke te Kesu yang diletakkan pada salah satu lahan warga dapat menimbulkan ketidaknyamanan warga setempat terhadap sampah-sampah dan pembakaran sampah yang dilakukan oleh pihak objek wisata Ke te Kesu (Lampiran C-20). Pembakaran sampah yang berdekatan dengan warga dapat menimbulkan dampak negatif pada warga setempat karena sampah yang dibakar dapat menghasilkan dioksin yaitu ratusan senyawa

21 kimia berbahaya seperti CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF (chlorinated dibenzo furan), dan PBC (poly chlorinated biphenyl) yang sangat membahayakan kesehatan tubuh manusia karena zat kimia ini akan terakumulasi dalam jaringan lemak tubuh manusia dan intervensinya pada tingkat jaringan sel yang kemudian mempengaruhi DNA sel, metabolisme hormon, sistem endokrin, sistem reproduksi, fungsi imunitas dan faktor pertumbuhan (Hadisuwito, 2013). 21. Halaman (taman dan jalan) Setelah dilakukan observasi di lapangan maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat taman pada lokasi objek wisata Ke te Kesu, akan tetapi jalanan di dalam lokasi objek wisata tertata dengan rapi dan tersedia tempat sampah walaupun terdapat beberapa lokasi di dalam objek wisata Ke te Kesu tidak terdapat tempat sampah (Lampiran C-22). Melalui observasi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa objek wisata Ke te Kesu belum menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan peraturan UU RI No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Dapat dilihat pada pasal 26 poin k bahwa kondisi lingkungan objek wisata belum dapat dikatakan bersih, sehat, dan asri. Melalui data yang diperoleh dari hasil observasi yang telah dilakukan di lapangan, jika dilihat secara keseluruhan kebersihan lingkungan objek wisata Ke te Kesu baik internal maupun eksternal masih sangat memprihatinkan dengan kondisi lingkungan yang terlihat tidak bersih dan tidak aman. Objek wisata Ke te Kesu yang merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Kabupaten Toraja Utara menjadi salah satu pusat perhatian masyarakat dan wisatawan yang datang baik itu wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Salah satu penyebab kurang terpelihara dan kurang bersihnya lokasi objek wisata Ke te Kesu disebabkan karena kurang didukungnya ketersediaan peralatan kebersihan yang ada. Berdasarkan hasil observasi di lapangan pihak objek wisata Ke te Kesu juga kurang melakukan perawatan terhadap alat-alat kebersihan yang ada. Rincian alat kebersihan yang telah rusak dapat dilihat pada tabel 4.4 yang diperoleh dari bagian inventaris serta berdasarkan hasil observasi di kantor dan lingkungan objek wisata Ke te Kesu

22 Tabel 4.4 Daftar Alat Kebersihan yang Telah Rusak NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN UNIT 1. Tempat sampah model gandeng (sampah organik dan non organik) 5 buah 2 Rusak 1 Rusak Ringan 2. Tempat sampah model tong 3 buah 1 Rusak Ringan 3. Keranjang sampah 2 buah 1 Rusak Ringan 4. Skop Sampah 3 buah 2 Rusak 1 Rusak Ringan 5. Sapu lantai 3 buah 2 Rusak 6. Sapu lidi 8 6 Rusak 7. Sapu panjang untuk laba-laba 3 2 Rusak 8. Sikat kloset 3 2 Rusak 9. Timba 4 2 Rusak 10. Ember 2 1 Rusak 11. Tempat Sampah bsr (untuk toilet) 2 2 Rusak 12. Sikat Lantai 2 1 Rusak 13. Keranjang sampah 3 1 Rusak 14. Sikat lantai bertangkai 2 1 Rusak 15. Kemoceng 2 1 Rusak 16. Kain Pel 3 1 Rusak Sumber : Badan Pengurus Objek Wisata Ke te Kesu (2014) Dari data yang terdapat pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa alat-alat kebersihan yang terdapat pada objek wisata Ke te Kesu masih sangat kurang untuk dapat menunjang kebersihan lingkungan objek wisata bahkan sebagian alatalat kebersihan yang ada pun sudah banyak yang rusak. Melihat jumlah alat kebersihan yang masih sangat sedikit, seharusnya pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu perlu melakukan penambahan jumlah alat-alat kebersihan serta melakukan pemeliharaan terhadap alat-alat kebersihan agar dapat menunjang dalam peningkatan kebersihan pada objek wisata Ke te Kesu. Pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu telah melakukan upaya dalam meningkatkan kebersihan dan pemeliharaan lingkungan objek wisata. Masalah pada objek wisata Ke te Kesu yang berkaitan dengan lingkungan objek wisata bukan hanya sebatas pada TPA dan kurangnya jumlah peralatan kebersihan saja saja melainkan juga pada sumber manusia dan tingkat keamanan. Pegawai pengelola objek wisata Ke te Kesu dengan jumlah 16 orang masih sangat kurang dalam mengelola objek wisata Ke te Kesu dengan seluas km 2, enam Tongkonan dan 12 lumbung padi, kuburan tebing serta banyaknya benda-benda cagar budaya. Secara khusus tenaga kebersihan hanya berjumlah satu orang, tenaga pemeliharaan hanya berjumlah dua orang serta petugas keamanan hanya

23 berjumlah dua orang tentu masih belum dapat memaksimalkan kebersihan lingkungan dan keamanan lingkungan objek wisata Ke te Kesu. Data yang diperoleh melalui proses wawancara yang dilakukan dengan ketua Badan Pengurus Objek wisata Ke te Kesu mengatakan bahwa pada tahun 2004 telah dibentuk empat unit atau team yaitu perencanaan pelestarian Rumah Tongkonan, pemeliharaan lingkungan, sumber daya manusia, dan penasehat (Lampiran B-3). Berdasarkan observasi di lapangan, terbentuknya team ini tidak menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan karena orang-orang yang dibagi ke dalam team ini adalah ke 16 orang yang sudah termasuk di dalam Badan Pendiri Yayasan, Badan Pengurus dan pegawai-pegawai. Dibentuknya team ini memberikan tugas yang rangkap kepada pegawai-pegawai yang ada sehingga membuat mereka tidak dapat memberikan hasil kinerja yang maksimal untuk setiap tanggung jawab yang diberikan Hasil Wawancara Pada penelitian ini telah dilakukan proses wawancara dengan berbagai pihak untuk memperoleh sejumlah data dan informasi yang dibutuhkan yaitu sejarah objek wisata Ke te Kesu, visi dan misi, pendapat dan saran untuk perbaikan lingkungan bagi pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu dari wisatawan, masyarakat sekitar, kepala Desa Panta nakan Lolo dan Bapak Camat Kesu, dan biaya-biaya serta aktivitas yang berhubungan dengan lingkungan. Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka dan juga melalui handphone. Melalui proses wawancara yang telah dilakukan diperoleh berbagai informasi tentang lingkungan bahwa objek wisata Ke te Kesu belum dapat dikatakan sebagai objek wisata yang memiliki kondisi lingkungan yang bersih, sehat dan asri. Pihak pemerintah, masyarakat sekitar serta wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara mengatakan bahwa kondisi lingkungan objek wisata Ke te Kesu masih sangat memprihatinkan dengan melihat banyaknya sampah yang tidak dibersihkan dan tidak dibuang pada tempatnya di seluruh wilayah objek wisata mulai lagi lokasi parkir, kantor, Rumah Tongkonan, lumbung padi, kuburan patane serta kuburan tebing. Selain kondisi lingkungan objek wisata Ke te Kesu yang terdapat sampah dimana-mana,

24 informasi penting yang juga didapatkan dari proses wawancara yang telah dilakukan adalah objek wisata Ke te Kesu selama ini belum memiliki lokasi TPA yang tepat sehingga mengharuskan pihak pengelola objek wisata melakukan pembuangan dan penumpukan sampah pada salah satu lahan warga dan di dalam lokasi objek wisata Ke te Kesu. (Lampiran B-19, B-21, B-23, B-25, dan B-27) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan warga Desa Rantebua dapat diketahui bahwa warga yang secara khusus berada di sekitar lahan pembuangan sampah merasa terganggu dengan adanya penumpukan sampah dan pembakaran sampah yang dilakukan oleh pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu. Pihak warga Desa Rantebua, pemerintah khususnya kepala Desa Panta nakan Lolo dan Bapak Camat Kesu merekomendasikan agar pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu lebih memperhatikan dan meningkatkan kebersihan lingkungan objek wisata untuk menciptakan lingkungan yang sehat, bersih dan asri dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan menyediakan tempat pembuangan akhir (TPA) secara khusus agar tidak menganggu kenyamanan warga atau menemukan tempat pembakaran sampah yang tepat. (Lampiran B-30, B-28, dan B-32) Pada kenyataannya saat ini, beroperasinya objek wisata Ke te Kesu dapat dikatakan mengurangi tingkat kesejahteraan dan kemakmuran rakyat karena hasil dari aktivitas yang terjadi di objek wisata menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat terkait dengan adanya pembuangan, penumpukan serta pembakaran sampah yang dilakukan di Desa Rantebua. Sebagai suatu organisasi yang menjalankan operasionalnya di Indonesia maka objek wisata Ke te Kesu harus tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan itu, diperlukan keterpaduan peranan pemerintah, badan usaha dan masyarakat secara serasi, selaras dan seimbang agar dapat mewujudkan potensi pariwisata nasional yang memiliki kemampuan daya saing baik di tingkat regional maupun global. Melalui penelitian ini diketahui bahwa perwujudan tujuan penyelenggaraan kepariwisataan khususnya pada objek wisata Ke te Kesu belum ada keterpaduan yang serasi, selaras dan seimbang antara peran pemerintah, pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu dan masyarakat. Melalui

25 hasil wawancara yang dilakukan kepada pemerintah setempat dan pihak pengelola objek wisata diketahui bahwa pemerintah belum melakukan perannya sebagaimana mestinya. Seperti yang telah dijelaskan pada landasan teori mengenai peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur, menyediakan pendanaan yang dibutuhkan dalam pengembangan wisata, memperluas pelbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri. Pada kenyataan yang terjadi di Kabupaten Toraja Utara khususnya di Kecamatan Kesu dapat diketahui bahwa pemerintah setempat belum menjalankan perannya sebagaimana mestinya dan hal tersebut dapat diketahui melalui hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ketua Badan Pengurus objek wisata Ke te Kesu yang mengatakan bahwa mereka telah melakukan permintaan pencairan dana mengenai penyediaan TPA, akan tetapi pihak pemerintah hingga saat ini belum menanggapinya. Hal tersebut juga semakin diperkuat dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah setempat melalui proses wawancara yang dilakukan dengan kepada Desa Panta nakan Lolo dan kepala Camat Kesu yang mengatakan bahwa pihak pemerintah hingga saat ini memang benar belum dapat memberikan pencairan dana mengenai pembangunan TPA untuk objek wisata Ke te Kesu dan hal tersebut disebabkan karena belum adanya persetujuan hingga saat ini dari pihak Pemerintah Daerah. (Lampiran B-2, B-9, dan B-27) Penyediaan TPA bagi objek wisata Ke te Kesu sangat penting melihat kondisi TPA objek wisata Ke te Kesu yang diletakkan pada salah satu lahan warga menciptakan ketidaknyamanan warga setempat akibat dari adanya penumpukan sampah dan pembakaran sampah yang dilakukan oleh pihak objek wisata Ke te Kesu. Melihat kondisi seperti ini, pemerintah setempat seharusnya menjalankan perannya dengan baik dalam menyediakan fasilitas dan menyediakan pendanaan yang dibutuhkan dalam pengembangan objek wisata demi menciptakan kesejahteraan masyarakat serta melihat objek wisata Ke te Kesu sebagai salah satu objek wisata yang terkenal di Kabupaten Toraja Utara dan sebagai penyumbang retribusi terbesar di Kecamatan Kesu yang sangat menunjang PAD setempat (Lampiran B-27).

26 4.2.4 Laporan Biaya Lingkungan Tahun 2013 Objek wisata Ke te Kesu telah melakukan pengelolaan lingkungan, akan tetapi melalui data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dengan analisis setiap aktivitas yang berdampak pada lingkungan yang terjadi, objek wisata Ke te Kesu dapat dikatakan belum memberikan kinerja yang maksimal dalam menjaga kebersihan dan mengatasi sampah-sampah yang dihasilkan dari setiap aktivitas. Melihat kondisi lingkungan dan kinerja pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu, maka sangat penting bagi pihak pengelola objek wisata untuk membuat laporan biaya lingkungan. Laporan biaya lingkungan sangat penting dilakukan apabila sebuah organisasi memberikan prioritas dalam memperbaiki kinerja lingkungan. Terdapat biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas lingkungan yang dikeluarkan oleh pihak pengelola objek wisata Ke te Kesu selama melakukan pengelolaan lingkungan di objek wisata dan biaya-biaya tersebut dicatat di dalam laporan kas digabungkan dengan biaya-biaya yang tidak berhubungan dengan lingkungan. Laporan yang dibuat oleh pihak objek wisata Ke te Kesu masih sangat sederhana, oleh sebab itu pada penelitian ini akan dibuatkan laporan biaya lingkungan berdasarkan data pengeluaran objek wisata Ke te Kesu tahun 2013 yang terdapat pada tabel 4.1. Total pengeluaran objek wisata pada tabel 4.1 dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pengeluaran untuk aktivitas lingkungan dan pengeluaran untuk aktivitas non lingkungan. Pembagian ini bertujuan untuk mengetahui dari total pengeluaran yang telah dikeluarkan oleh pihak objek wisata Ke te Kesu, berapa banyak pengeluaran yang telah dikeluarkan oleh objek wisata Ke te Kesu dalam melakukan pengelolaan lingkungan sehingga dapat diketahui akun apa saja yang dapat dimasukkan ke dalam laporan biaya lingkungan tahun Pembagian pengeluaran berdasarkan aktivitas lingkungan dan non aktivitas lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.5.

27 Tabel 4.5 Pengeluaran Aktivitas Lingkungan dan Aktivitas Non Lingkungan Pengeluaran Aktivitas Lingkungan Biaya (Rp) Pengeluaran Aktivitas Non lingkungan Biaya (Rp) Upah petugas Gaji pegawai Rp kebersihan Rp PEMDA (40%) Rp Pemeliharaan bangunan Rp Restitusi Guide (3%) Rp Membayar rekening Biaya alat kebersihan Rp listrik Rp Perbaikan jalan Rp Membayar PAM Rp Pelatihan pegawai Biaya foto copy LPJ/ Rp akhir bulan Rp Iuran sampah Rp Biaya belanja ATK Rp Penataan lokasi Bahan Bakar Minyak Rp (BBM) Rp Transportasi (perjalanan Dinas) Rp Upah petugas Pos (7%) Rp Total Pengeluaran aktivitas lingkungan Rp Total Pengeluaran aktivitas non lingkungan Rp Sumber : Data diolah (2014) Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa total pengeluaran aktivitas lingkungan sebesar Rp Pengeluaran ini terdiri dari biaya untuk membayar petugas kebersihan, biaya untuk pemeliharaan bangunan, biaya alat kebersihan, perbaikan jalan, pelatihan pegawai dan biaya pembayaran iuran sampah dan akun-akun inilah yang akan dimasukkan ke dalam laporan biaya lingkungan tahun Total untuk pengeluaran aktivitas non lingkungan adalah Rp Dari data yang terdapat pada tabel 4.3 Dapat dilihat bahwa selama tahun 2013 objek Wisata Ke te Kesu mengeluarkan biaya untuk peralatan kebersihan masih sangat sedikit dengan total biaya alat kebersihan selama tahun 2013 sebesar Rp Berdasarkan observasi lapangan, peralatan kebersihan di objek wisata Ke te Kesu masih sedikit bahkan sebagian besar mengalami kerusakan sehingga pihak pegelola objek wisata Ke te Kesu seharusnya meningkatkan pembelian peralatan kebersihan karena alat kebersihan inilah yang merupakan salah satu penunjang dalam meningkatkan kebersihan lingkungan. Dari data yang terdapat pada tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa gaji petugas kebersihan selama tahun 2013 masih sangat sedikit yaitu sebesar Rp Sedikitnya biaya yang dikeluarkan untuk gaji petugas kebersihan disebabkan karena jumlah petugas kebersihan masih sangat kurang untuk melakukan tugas petugas kebersihan yaitu memelihara kebersihan lingkungan objek wisata serta melakukan pembuangan sampah dengan luas wilayah objek

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk membuat pelaporan biaya lingkungan objek wisata Ke te Kesu tahun 2014 dan melakukan proyeksi laporan biaya lingkungan tahun 2014 dan tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Utama dan Mahadewi (2012), penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

Oleh HY. Agus Murdiyastomo. Oleh HY. Agus Murdiyastomo hy.agusmurdiyastomo@yahoo.com Kegiatan perjalanan, atau sebagian dari kegiatan tersebut, yang dilakukan secara sukarela, dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI Pembentukan kelompok sadar wisata dilakukan melalui pemerintah desa dan kabupaten, yang diharapkan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Analisis situai dari pelaksanaan program KKN PPM periode 2016 di Desa Tunjuk Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan adalah sebagai berikut. 1.1.1 Letak Geografis Desa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesiapan sangat penting dalam memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan, apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar dan hasil yang

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN No LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI 060934 DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2016 Menurut 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan hasil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN Perkembangan kegiatan pariwisata menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini Desa Tenganan Pegringsingan II Oleh: I Ketut Darsana, Dosen PS Seni Tari Jika dilihat dari bentuk geografisnya, desa Tenganan Pegringsingan berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara.

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

RANGKUMAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN dan BUDAYA JAKARTA (PLBJ) KALI BERSIH. 1.2 Mengenal manfaat kali bersih. 1.3 Membiasakan menjaga kebersihan kali

RANGKUMAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN dan BUDAYA JAKARTA (PLBJ) KALI BERSIH. 1.2 Mengenal manfaat kali bersih. 1.3 Membiasakan menjaga kebersihan kali RANGKUMAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN dan BUDAYA JAKARTA (PLBJ) KALI BERSIH Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya kali bersih : 1.1 Mengidentifikasi kali bersih 1.2 Mengenal manfaat kali bersih 1.3 Membiasakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN 68 BAB VI RENCANA PENGELOLAAN Konsep dasar rencana pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung adalah mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan orang-orang semakin memiliki kemampuan untuk berwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan orang-orang semakin memiliki kemampuan untuk berwisata dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia dan akan terus berkembang dengan perkembangan industrialisasi dan perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa keadaan

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 24 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalanan pariwisata sudah dikenal sejak zaman dahulu. Awal mula penjelajahan dilakukan oleh para pemerintah swasta, pejabat dan orang yang memiliki banyak

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO Oleh: Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum Dra. Emy Wuryani, M.Hum Disampaikan dalam Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat (IbM) Bekerjasama

Lebih terperinci

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI Disusun oleh : Lucky Indra Pradipta (07312244072) Agus Satmoko (07312244081) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSUTAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI STANDAR USAHA TAMAN REKREASI I. PRODUK A. Tempat dan Ruang B. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk, dan sifat kegiatan warga masyarakat. Perkembangan ini menuntut industri pariwisata agar

Lebih terperinci

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016 Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (KRC) - LIPI, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Pada satu sisi pertambahan jumlah kota-kota modern menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Pada satu sisi pertambahan jumlah kota-kota modern menengah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti oleh perubahan gaya hidup masyarakat telah memunculkan berbagai indikasi yang mengarah pada krisis lingkungan. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap TEMA : Pengembangan Pariwisata (Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap Oleh Kartika Pemilia Lestari Ekowisata menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan. BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. mengembangkan pariwisata dengan daya tarik wisata alam. Alternatif terbaik untuk

BAB I. Pendahuluan. mengembangkan pariwisata dengan daya tarik wisata alam. Alternatif terbaik untuk BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar juga dikenal sebagai kota pariwisata. Melihat kondisi geografis Kota Yogyakarta, kecil kemungkinan untuk bisa mengembangkan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri terbesar abad ini, hal ini bisa dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan dunia serta penyerapan tenaga kerja yang menjadikan

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

1. Untuk membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan setiap ruangan dalam gedung klien kami

1. Untuk membantu menjaga kebersihan dan kenyamanan setiap ruangan dalam gedung klien kami CLEANING AND CARRYING SERVICE I. LATAR BELAKANG Di era globalisasi dan modern ini, kebanyakan orang atau perusahaan dan instansi menyukai hal yang instan, cepat, hemat, dan efisien. Termasuk dalam hal

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 Pengertian pasar tradisional menurut peraturan Menteri perdagangan RI, (2008): Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga.

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga. Wisata Alam merupakan salah satu pilihan wisata yang menarik bagi para wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Bagi sebagian orang, wisata alam bisa di jadikan sebagai alternatif untuk

Lebih terperinci