TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW JOHN PANTAU DI TRANS TV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW JOHN PANTAU DI TRANS TV"

Transkripsi

1 TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW JOHN PANTAU DI TRANS TV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh DEVI ANDRIYANI C FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW JOHN PANTAU DI TRANS TV Disusun oleh DEVI ANDRIYANI C Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum. NIP Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP ii

3 TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM REALITY SHOW JOHN PANTAU DI TRANS TV Disusun oleh DEVI ANDRIYANI C Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Sekretaris Penguji I Penguji II Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP Drs. F. X. Sawardi, M. Hum. NIP Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum. NIP Miftah Nugroho, S.S, M. Hum. NIP Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Drs. Sudarno, M. A. NIP iii

4 PERNYATAAN Nama : Devi Andriyani NIM : C Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Ekspresif Dalam Reality Show Pantau Di Trans TV adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, 5 Januari 2010 Yang membuat pernyataan, Devi Andriyani iv

5 PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, kakak dan adikku, serta teman-teman yang setia mendampingi pada saat suka maupun duka. v

6 MOTTO Mari berlari meraih mimpi Menggapai langit yang tinggi Jalani hari dengan berani Tegaskan suara hati Kuatkan diri dan janganlah kau ragu Takkan ada yang hentikan langkahmu (J-Rocks) vi

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah s.w.t yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad s.a.w, keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya. Skripsi ini pun tidak mungkin dapat penulis selesaikan tanpa dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak. Penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Drs. Sudarno, M. A., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi. 2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kepercayaan dan kemudahan selama penyusunan skripsi berlangsung. 3. Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum., sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan perhatian secara penuh selama berlangsungnya penyusunan skripsi. 4. Drs. F. X. Sawardi, M. Hum., sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi. 5. Bapak dan ibu dosen jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membimbing dan membekali ilmu pengetahuan. vii

8 6. Orang-orang tercinta: ibunda, ayahanda, almarhumah Mbah Putri, Mbah Kakung, Mas Wawan, Mbak Uut, Dik Delta, dan Dik Lala, terima kasih atas semua curahan kasih sayang, motivasi, dan pengertiannya. 7. Kawan-kawan Sastra Indonesia angkatan 05 Universitas Sebelas Maret Surakarta: Nina, Lita, Epit, Dea, Mami, Ian, Said, Eko, Alif, Opix, Hendry, Erwin, Nisa, Andi, Ruri, Indah, Mila, Lina, Sinta, Maya, Ana, Changgih, Wiwit, A am, Septi, Agus, Sigit, dan Wira, terima kasih atas kebersamaannya. 8. Mbak Hilda, Mbak Yayuk, dan Muryanto atas semua nasihat dan bantuannya. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan karya ini. Surakarta, 5 Januari 2010 Penulis viii

9 DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Penguji Skripsi iii Pernyataan... iv Persembahan... v Motto... vi Kata Pengantar... vii Daftar Isi... ix Daftar Tanda... xiii Daftar Tabel... xiv Abstrak... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan Masalah... 5 C. Perumusan Masalah... 5 D. Tujuan Penelitian... 6 E. Manfaat Penelitian... 6 F. Sistematika Penulisan... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR... 8 A. Tinjauan Pustaka B. Landasan Teori Definisi Pragmatik Situasi Tutur ix

10 3. Tindak Tutur Tindak Tutur Ekspresif Reality Show C. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Sumber Data dan Data C. Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data E. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data F. Teknik Penarikan Simpulan BAB IV ANALISIS DATA A. Tindak Tutur Ekspresif dan Penyebab Terjadinya Tindak Tutur Ekspresif dalam RSJP Berterima Kasih Memuji Menolak Menyalahkan Mencurigai Menuduh Menyindir Mengkritik Meminta Maaf x

11 10. Mengejek Menyayangkan Mengungkapkan Rasa Heran Mengungkapkan Rasa Kaget atau Terkejut Mengungkapkan Rasa Jengkel atau Sebal Mengungkapkan Rasa Marah Mengungkapkan Rasa Bangga Mengungkapkan Rasa Malu Mengungkapkan Rasa Takut Mengungkapkan Rasa Simpati Mengungkapkan Rasa Kecewa B. Efek Perlokusi yang Ditimbulkan oleh Tindak Tutur Ekspresif dalam RSJP Efek Perlokusi Menyenangkan Mitra Tutur Efek Perlokusi Melegakan Efek Perlokusi Membujuk Efek Perlokusi Menjengkelkan Mitra Tutur Efek Perlokusi Mendorong Efek Perlokusi Membuat Mitra Tutur Tahu Bahwa Membuat Mitra Tutur Berpikir Tentang Efek Perlokusi Membuat Mitra Tutur Melakukan Sesuatu Efek Perlokusi Mempermalukan Mitra Tutur. 102 BAB V PENUTUP A. Simpulan xi

12 B. Saran Daftar Pustaka Lampiran Sumber Data xii xii

13 DAFTAR TANDA I : Untuk episode tayangan tanggal 15 Maret 2009 II : Untuk episode tayangan tanggal 22 Maret 2009 III : Untuk episode tayangan tanggal 29 Maret 2009 IV : Untuk episode tayangan tanggal 12 April 2009 V : Untuk episode tayangan tanggal 19 April 2009 VI : Untuk episode tayangan tanggal 10 Mei 2009 xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 1 Tindak Tutur Ekspresif dan penyebab dari tindak tutur ekspresif dalam RSJP Tabel 2 Efek Perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP xiv

15 ABSTRAK Devi Andriyani. C Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality Show Pantau. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini mengkaji tentang tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam reality show Pantau. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam reality show Pantau dan apa penyebab tindak tutur ekspresif tersebut? (2) efek perlokusi apa saja yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam reality show Pantau? Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa teknik rekam dan teknik catat. Data penelitian adalah tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif dalam reality show Pantau. Sumber data penelitian ini terdiri atas enam hari episode penayangan. Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik analisis padan dan teknik analisis kontekstual. Teknik penarikan simpulan dalam penelitian ini menggunakan teknik induktif. Berdasarkan analisis data, dalam RSJP ditemukan 20 tindak tutur ekspresif. Pengelompokan 20 jenis tindak tutur ekspresif tersebut, yaitu: (1) tindak tutur berterima kasih yang terjadi karena mitra tutur bersedia melakukan apa yang diminta oleh penutur, karena tuturan memuji yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur dan karena kebaikan hati penutur yang telah memberikan sesuatu kepada mitra tutur, (2) tindak tutur memuji yang terjadi karena kondisi dari mitra tutur, karena penutur ingin melegakan hati mitra tutur, karena penutur ingin merayu mitra tutur, karena penutur telah bersedia meminta maaf dan berjanji kepada anaknya, karena penutur ingin menyenangkan hati mitra tutur dan karena perbuatan terpuji yang dilakukan oleh penutur, (3) tindak tutur menolak yang terjadi karena mitra tutur tidak mau melakukan apa yang diminta oleh penutur dan karena mitra tutur tidak mau menerima pemberian dari penutur, (4) tindak tutur menyalahkan yang terjadi karena kesalahan yang dilakukan oleh mitra tutur, karena mitra tutur tidak mau bertanggung jawab akan kesalahan yang telah diperbuatnya dan karena mitra tutur ingin melepaskan diri dari suatu kesalahan, (5) tindak tutur mencurigai yang terjadi karena penutur mempunyai anggapan bahwa mitra tutur telah berbuat sesuatu yang kurang baik, (6) tindak tutur menuduh yang terjadi karena penutur ingin membuktikan anggapannya bahwa mitra tutur telah melakukan sesuatu yang kurang baik, (7) tindak tutur menyindir yang karena penutur tidak suka dengan apa yang dilakukan atau dituturkan mitra tutur, karena penutur menyampaikan alasan-alasan yang tidak masuk akal kepada mitra tutur, dan karena tuturan pertanyaan penutur terhadap mitra tutur, (8) tindak tutur mengkritik yang karena penutur merasa jijik dengan apa yang dilakukan oleh mitra tutur dan karena penutur tidak suka atau tidak sependapat dengan apa yang dilakukan atau dituturkan mitra tutur, (9) tindak tutur meminta maaf yang terjadi karena permintaan mitra tutur, karena perasaan tidak enak penutur terhadap mitra tutur karena telah mengganggu waktu mitra tutur, (10) tindak tutur mengejek yang terjadi karena sikap mitra tutur yang tidak bersedia menuruti permintaan penutur dan karena penutur tidak suka dengan sikap dan tuturan tidak terpuji yang dilakukan oleh mitra tutur, (11) tindak tutur menyayangkan yang xv

16 terjadi karena penutur merasa iba atau kasihan terhadap mitra tutur, (12) tindak tutur mengungkapkan rasa heran yang terjadi karena rasa keheranan penutur terhadap sikap atau tuturan mitra tutur, (13) tindak tutur mengungkapkan rasa kaget atau terkejut yang diterjadi karena rasa kaget yang dirasakan oleh penutur terhadap sikap atau tuturan mitra tutur, (14) tindak tutur mengungkapkan rasa jengkel atau sebal yang terjadi karena penutur merasa kesal terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur, (15) tindak tutur mengungkapkan rasa marah yang terjadi karena perasaan sangat tidak senang mitra tutur terhadap sikap penutur, dan karena rasa takut yang dirasakan penutur terhadap apa yang sedang dilakukan mitra tutur, (16) tindak tutur mengungkapkan rasa bangga yang terjadi karena penutur merasa mempunyai keunggulan dibandingkan orang lain, (17) tindak tutur mengungkapkan rasa malu yang terjadi karena penutur merasa sangat tidak enak hati terhadap mitra tutur, (18) tindak tutur mengungkapkan rasa takut yang terjadi karena perasaan takut penutur terhadap sesuatu, (19) tindak tutur mengungkapkan rasa simpati yang terjadi karena rasa keikutsertaan penutur merasakan perasaan sedih yang sedang dirasakan oleh mitra tutur, (20) tindak tutur mengungkapkan rasa kecewa yang terjadi karena rasa kecil hati penutur terhadap apa yang dilakukan oleh mitra tutur. Dalam RSJP terdapat 23 tuturan yang mengandung efek perlokusi. Dari 23 tuturan tersebut terbagai menjadi 9 efek perlokusi, yaitu: (1) efek perlokusi menyenangkan mitra tutur, (2) efek perlokusi melegakan, (3) efek perlokusi membujuk, (4) efek perlokusi menjengkelkan mitra tutur, (5) efek perlokusi mendorong, (6) efek perlokusi membuat mitra tutur tahu bahwa, (7) efek perlokusi membuat mitra tutur berpikir tentang, (8) efek perlokusi membuat mitra tutur melakukan sesuatu, dan (9) efek perlokusi mempermalukan mitra tutur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Manusia berkomunikasi dengan sesamanya dengan menggunakan bahasa. Bahasa digunakan untuk berinteraksi antara manusia satu dengan manusia lain. Bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan; alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi (Samsuri, 1982:4). Bahasa, selain digunakan sebagai alat untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, juga digunakan untuk xvi

17 menyampaikan pesan, berita, dan amanat pada media komunikasi, seperti media cetak dan media elektronik. Semakin pentingnya komunikasi, mendorong manusia untuk menciptakan media-media baru. Media-media baru yang diciptakan oleh manusia dapat mempermudah proses komunikasi. Wujud kemudahan dalam berkomunikasi misalnya dalam bentuk media cetak dan elektronik. Yang termasuk media cetak misalnya surat kabar, majalah, tabloid, dan buku, sedangkan media elektronik misalnya radio, televisi dan internet. Media cetak dan media elektronik merupakan sarana komunikasi yang tidak langsung antara penutur dan mitra tutur. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Dari berbagai media di tanah air saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Iswandi Syahputra, 2006:70). Hal ini karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan lainnya adalah penggunaan frekuensi milik publik. Stasiun televisi Trans TV merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang diminati oleh pemirsa. Trans TV atau televisi Transformasi Indonesia yang berdiri tahun 2001 sudah bisa menunjukkan prestasinya. Dengan usia yang masih sangat muda Trans TV mampu merebut perhatian para pemirsa televisi sebagai stasiun televisi terbaik mengalahkan pendahulu-pendahulunya. Pada tahun 2007 Trans TV untuk ketiga kalinya berhasil memenangkan Cakram Award sebagai stasiun televisi terbaik ( Trans TV mampu memecahkan kejenuhan xvii

18 pemirsa televisi negeri ini dengan program buatan sendiri yang menarik dan inovatif. Dengan motto Milik Kita Bersama Trans TV terus melakukan inovasi dalam program acaranya. Salah satu program acara hasil inovasi Trans TV adalah program reality show Pantau (untuk selanjutnya peneliti singkat menjadi RSJP). Pantau adalah salah satu program acara yang mengisahkan petualangan seorang reporter bernama. Pantau merekam penyimpangan dan pelanggaran masyarakat yang dibiarkan karena terlampau sering terjadi. Program ini menayangkan rekaman hasil wawancara reporter acara tersebut dengan pelaku penyimpangan, dan tanggapan pihak berwenang. Keseluruhan program disajikan dengan gaya santai, menghibur dan sedikit konyol, tanpa berusaha menghakimi pihak yang terlibat. Pantau merupakan salah satu program yang menarik di hati para pemirsa televisi. Hal ini terlihat dari ratingnya yang mencapai 1, 8 poin. Pantau sebelumnya merupakan salah satu segmen di acara Jelang Sore, karena besarnya animo pemirsa maka Pantau dijadikan program tersendiri ( co.id). Selain Pantau, acara sejenis juga ditayangkan di Metro TV lewat acara Snapshot dan TV One yang menayangkan Mata Kamera. Tayangan Pantau memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan tayangan Snapshot dan Mata Kamera. Pantau selalu hadir dengan pantauan yang menangkap basah pelaku pelanggaran aturan atau larangan, dengan tujuan agar pelaku pelanggaran dapat memahami mana yang benar dan mana yang salah. Ciri khas dari Pantau adalah sejumlah kasus pelanggaran dikemas secara menyenangkan dan menghibur Potret pelanggaran yang terdapat dalam Pantau dibingkai secara lucu, tidak seperti Snapshot dan Mata Kamera yang dibingkai secara serius. Tayangan ini xviii

19 mengemas acaranya dengan format humor, sehingga yang diwawancarai tidak tersinggung ( Dalam RSJP terdapat percakapan-percakapan yang merupakan sebuah bentuk komunikasi antara reporter acara tersebut, yaitu, dengan masyarakat yang melakukan penyimpangan sesuai dengan tema-tema pantauan setiap episodenya, tanpa menggunakan skenario. Tayangan yang berlangsung tanpa skenario ini menghasilkan percakapan-percakapan yang spontan, sehingga tuturan-tuturannya alami. Tuturan-tuturan yang alami tersebut memuat unsur-unsur pragmatik seperti tindak tutur, prinsip kesopanan, prinsip kerja sama, implikatur, dan efek perlokusi. Bahasa yang digunakan oleh para penutur dalam RSJP merupakan bahasa yang alami. Dikatakan alami karena reporter acara RSJP mewawancarai masyarakat yang tertangkap basah melakukan pelanggaran, sehingga masyarakat yang melakukan pelanggaran menuturkan tuturan yang spontan. Dalam tuturan-tuturan yang spontan tersebut terdapat banyak tuturan yang berupa ungkapan perasaan para penuturnya, atau yang disebut dengan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif (expressives utterances) adalah tindak tutur yang mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi (Cruse, 2000:342). Tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP dituturkan oleh penuturnya untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami. Tuturan-tuturan ekspresif yang mengungkapkan perasaan yang sedang dialami oleh penutur dalam Pantau dapat digambarkan pada contoh berikut. Tukang ojek (2) : Ini lagi ngapain, Mas? : Lagi : Maaf ganggu sebentar ya (RSJP/III/62) xix

20 Tuturan Maaf ganggu sebentar ya tersebut merupakan ungkapan perasaan. Tuturan tersebut dituturkan karena merasa telah mengganggu tukang ojek yang sedang merokok di area SPBU. Tuturan yang dituturkan oleh tersebut termasuk dalam tindak tutur ekspresif meminta maaf. Pada saat itu menangkap basah tukang ojek yang sedang merokok di area SPBU. Merujuk pada contoh tuturan di atas, dapat dinyatakan bahwa suatu tuturan dapat berisi ungkapan perasaan para penuturnya. Tuturan-tuturan yang mengandung ungkapan perasaan penuturnya banyak ditemukan dalam percakapan antara reporter acara RSJP dengan masyarakat pelaku penyimpangan, serta pihak berwenang. Oleh karena itu, maka Pantau sarat dengan tindak tutur ekspresif. Fenomena kebahasaan inilah yang mendorong penulis untuk menjadikan RSJP sebagai objek penelitian ilmu pragmatik, khususnya tentang tindak tutur ekspresif. Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap reality show yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan penggunaan bahasa sebagai media berinteraksi para penutur dalam Pantau yang tertuang dalam percakapan atau dialognya. Penelitian ini membahas permasalahan dengan menggunakan teori pragmatik sebagai landasan teori berdasarkan alasan bahwa ilmu pragmatik mempelajari struktur bahasa secara eksternal, artinya, bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi dipelajari dalam ilmu pragmatik (I Dewa Putu Wijana, 1996:1). Hal ini yang menjadikan ilmu pragmatik tepat apabila digunakan untuk menjawab permasalahan yang dipertanyakan dalam penelitian ini. B. Pembatasan Masalah xx

21 Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan mempermudah peneliti dalam menentukan data yang diperlukan. Penelitian ini penulis fokuskan pada masalah pemakaian bahasa yang digunakan dalam percakapan RSJP yang ditayangkan di Trans TV. Permasalahan pemakaian bahasa tersebut ditinjau dengan ilmu pragmatik. Aspek pragmatik yang penulis bahas dalam penelitian ini terbatas pada masalah tindak tutur ekspresif. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam RSJP dan apa penyebab terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut? 2. Efek perlokusi apa saja yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP? D. Tujuan Penelitian Suatu penelitian yang baik, harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RSJP dan penyebab terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut. 2. Mendeskripsikan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP. E. Manfaat Penelitian xxi

22 Hasil kajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu dan dalam hal ini ilmu kebahasaan atau linguistik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai studi tentang tindak tutur, khususnya tindak tutur ekspresif dalam pragmatik dan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif tersebut. Selain itu, dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan model analisis percakapan atau dialog atas salah satu bentuk wacana yang terdapat dalam media jurnalistik audio visual khususnya pada program reality show. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap percakapan atau dialog reality show, terutama dalam memahami tindak tutur ekspresif dan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif dalam RSJP. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian diperlukan agar penulisan dapat dilakukan secara runtut dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. xxii

23 Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi teori teori yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam sebuah penelitian. Selain itu, juga berisi gambaran secara jelas kerangka pikir yang digunakan untuk mengkaji dan memahami masalah yang diteliti. Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis data dan teknik penarikan simpulan. Bab keempat berisi analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama. Bab kelima merupakan simpulan. Berisi simpulan dari hasil penelitian dan dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan proses penelitian yang telah diselesaikan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Dalam bab II ini dikemukakan tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka pikir. Dalam tinjauan pustaka dipaparkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan tindak tutur pada khususnya dan pragmatik pada umumnya. Penelitian-penelitian tersebut berupa tesis, disertasi, maupun skripsi. Dalam landasan teori dijelaskan mengenai pragmatik, peristiwa tutur, tindak tutur, xxiii

24 situasi tutur, dan reality show. Dalam kerangka pikir dijelaskan rumusan kerangka pikir penelitian. A. Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian tentang tindak tutur sudah pernah dilakukan dengan menggunakan sumber data tertulis. Penelitian tentang tindak tutur yang bersumber data dari media komunikasi audio visual atau televisi, terutama yang bersumber dari reality show, masih sedikit dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dalam upaya menyusun skripsi ini dan berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut. Agus Rinto Basuki (2002) dalam tesisnya Tindak Tutur Ilokusif dalam Seni Pertunjukkan Ketoprak, mendeskripsikan analisisnya sebagai berikut. (1) menguraikan jenis-jenis tindak tutur dan membagi ke dalam lima kategori seperti yang dilakukan oleh Searle. Kelima kategori tersebut adalah asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Masing-masing kategori tersebut memiliki sub bagian dengan jumlah total delapan puluh satu macam tindak tutur. (2) Adanya penanda lingual ke dalam dua kelompok, yaitu berdasarkan bentuk yang terdiri dari kata, frasa, dan klausa, selanjutnya berdasarkan sifat yang terdiri dari semu dan nyata. (3) Faktor-faktor yang melatari terjadinya tindak tutur, antara lain penutur, isi tuturan, tujuan tuturan, status sosial, jarak sosial, intonasi, dan implikatur. Tesis Adventina Putranti (2007) yang berjudul Kajian Terjemahan Tindak Ilokusif Ekspresif dalam Teks Terjemahan Film American Beauty, mendeskripsikan dari hasil penelitian ditemukan 117 tindak ilokusi ekspresif yang dapat dikelompokkan menjadi 15 jenis, yaitu: (1) mengungkapkan rasa benci atau tidak xxiv

25 suka sebanyak 27 tuturan; (2) mengungkapkan rasa suka senang, puas, atau lega sebanyak 17 tuturan; (3) berterima kasih sebanyak 9 tuturan; (4) mengungkapkan rasa kagum, heran, atau takjub sebanyak 10 tuturan; (5) mengungkapkan rasa kaget, atau terkejut sebanyak 10 tuturan; (6) memuji sebanyak 9 tuturan; (7) mengungkapkan rasa jengkel atau sebal sebanyak 4 tuturan; (8) mengungkapkan rasa marah sebanyak 8 tuturan; (9) meminta maaf sebanyak 15 tuturan; (10) memaafkan sebanyak 3 tuturan; (11) bersimpati; (12) mengungkapkan rasa malu; (13) mengungkapkan rasa putus asa; (14) menyalahkan; (15) mengungkapkan rasa bangga masing-masing sebanyak satu tuturan. Dari ke-117 tuturan tersebut, 53 tuturan (45%) terjemahannya sudah sepadan, 47 tuturan (40%) tidak sepadan, tetapi 29 tuturan (25%) di antaranya tetap berterima terjemahannya karena didukung aspek visual film. Sementara itu terdapat juga 17 tuturan (15%) tidak diterjemahkan yang mengakibatkan ketakberterimaan karena tidak didukung aspek visual film. Tesis dari Wimy Winatama (2007) yang berjudul Pengungkapan Cinta dalam Reality Show Katakan Cinta: Kajian Sosiopragmatik, mendeskripsikan bentuk tuturan laki-laki dan perempuan dalam menyatakan cinta, mendeskripsikan perbedaan tuturan laki-laki dan perempuan dalam menyatakan cinta, dan mendeskripsikan cara yang dilakukan mitra tutur saat memberi jawaban (menerima atau menolak) kepada si penutur. Hasil kajian penelitian tersebut adalah bahwa kita dapat mengetahui dan mendeskripsikan bentuk tuturan laki-laki dan perempuan dalam menyatakan cintanya, terdapat perbedaan antara tuturan laki-laki dan perempuan dalam mengungkapkan cinta baik secara verbal maupun nonverbal, dan meskipun terdapat perbedaan, baik dalam kosakata yang dipilih maupun cara xxv

26 penyampaiannya, akan tetapi para penutur (laki-laki dan perempuan) mempunyai tujuan yang sama, yakni mendapatkan cintanya ( Siti Munawaroh (2008) dalam skripsinya Dialog Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata: Sebuah Tinjauan Pragmatik, mendeskripsikan hasil kajiannya sebagai berikut: (1) pelanggaran maksim prinsip kerja sama dalam dialog film Berbagi Suami karya Nia Dinata berupa pelanggaran maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara; (2) pelanggaran maksim prinsip kesopanan berupa pelanggaran maksim kearifan dan maksim kedermawanan, maksim pujian dan maksim kerendahan hati, serta maksim kesepakatan dan maksim simpati; (3) terdapat tuturan-tuturan yang memaksa, memerintah, mengkritik, mengeluh, menawarkan, marah, menyombongkan diri, mengejek, menyatakan pendapat, dan menasehati. Tuturan berimplikatur dalam dialog Berbagi Suami karya Nia Dinata ini dinyatakan dalam bentuk kalimat perintah, tanya maupun jawaban yang berupa kalimat representatif (asertif), direktif (impositif), komisif dan ekspresif (evaluatif); (4) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, efek perlokusi yang terdapat dalam dialog film Berbagi Suami terbagi menjadi sebelas verba penentu, yakni membuat mitra tutur melakukan sesuatu, menyenangkan, membuat mitra tutur tahu bahwa, membujuk, mengalihkan perhatian, membuat mitra berpikir tentang, melegakan, menjengkelkan, menakuti mitra tutur dan menarik perhatian. Penelitian Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality Show Pantau ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Penelitian ini merupakan penelitian mengenai tindak tutur dalam reality show di televisi yang menfokuskan pada tindak ilokusif ekspresif. Dari beberapa tinjauan kajian di atas terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Penelitian tindak tutur, tindak tutur ilokusif, tindak tutur ekspresif dan xxvi

27 reality show memang pernah dilakukan, namun tidak sama dengan penelitian ini. Dalam penelitian tindak tutur ekspresif yang dilakukan oleh Adventina Putranti objek kajiannya bukan acara reality show, sedangkan penelitian tentang reality show terdahulu yang dilakukan oleh Wimy Winatama lebih memfokuskan pada masalah sosiopragmatik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada tindak tutur ilokusif ekspresif yang terdapat dalam reality show. B. Landasan Teori 1. Definisi Pragmatik Pragmatik pada tahun 1938 terus berkembang, yakni ditandai dengan semakin banyaknya teori-teori yang dikeluarkan oleh para ahli. Para ahli seperti Austin, Searle dan Grice menghasilkan teori-teori baru tentang ilmu pragmatik. Austin dan Searle mengemukakan teori-teori tentang tindak tutur (speech act), sedangkan Grice tentang prinsip kerja sama (cooperative principles) dan implikatur percakapan (conversational implicature) (dalam Rustono, 1999:1). Ahli bahasa lain seperti Leech juga memberikan batasan dalam ilmu pragmatik. Dalam buku Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka), Leech mengatakan pragmatik adalah studi tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi ujar (speech situation) (1993:8). Leech melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang xxvii

28 saling melengkapi. Karya Leech yang paling menonjol di bidang pragmatik adalah teori prinsip kesantunan (politeness principles). Thomas (1995) dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics juga memberikan batasan dalam ilmu pragmatik. Menurut Thomas (1995:22), pragmatik adalah bidang ilmu yang mengkaji makna dalam interaksi atau meaning in interaction. Pengertian tersebut dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran. Thomas (1995:2) membagi pragmatik menjadi dua bagian, yaitu menggunakan sudut pandang sosial dan menggunakan sudut pandang kognitif. Dengan menggunakan sudut pandang sosial, berarti menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara atau speaker meaning. Pragmatik yang menggunakan sudut pandang kognitif, berarti menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran atau utterance interpretation. Pendekatan kognitif sering digunakan oleh para ahli pragmatik, lebih terfokus pada pendengar karena berkaitan dengan menginterpretasikan sebuah tuturan. Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab ) menyebutkan beberapa batasan ilmu pragmatik. Menurutnya (2006:3-4) ilmu pragmatik mempunyai empat batasan. Keempat batasan itu, yakni: 1. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur. 2. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual. xxviii

29 3. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. 4. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak hubungan. Di dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa. I Dewa Putu Wijana (1996:1) mengemukakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Pragmatik menelaah makna-makna satuan lingual yang terikat dengan konteks. Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:83-84), pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan. Pragmatik mengungkap maksud suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi. Maksud tuturan, terutama yang implikatif, hanya dapat dikenali melalui penggunaan bahasa secara konkret dengan mempertimbangkan situasi tutur (Rustono, 1999:17). Pragmatik semakin berkembang dengan banyaknya teori-teori yang dikeluarkan oleh para ahli bahasa. Tahun 1962, seorang ahli bahasa yang bernama J.L. Austin menelusuri hakikat tindak tutur. Melalui karyanya yang berjudul How To Do Things With Words, Austin mengungkapkan terminologi-terminologi dalam tindak tutur. Pertama-tama ia mengungkapkan tindak konstatif (constative) dan performatif (performative). Dari dua terminologi itu, Austin kemudian membedakan antara tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Selanjutnya, dari tindak xxix

30 ilokusi, Austin mengklasifikasikannya menjadi lima macam tindak tutur yaitu verdictives, exercitives, commissives, behabitives, dan expositives (1962: ). Searle, salah seorang murid Austin, meneruskan pemikiran-pemikiran Austin tentang tindak tutur. Menurut Searle, dalam praktik penggunaan bahasa terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur, yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusi (perlocutionary acts) (1974:23-24). Selanjutnya, Searle membagi tindak ilokusioner menjadi lima macam tindak tutur. Kelima macam tindak tutur itu yaitu, tindak tutur asertif (assertives), tindak tutur direktif (directives), tindak tutur ekspresif (expressives), tindak tutur komisif (commissives), dan tindak tutur deklarasi (declarations) (dalam Cruse, 2000: ). Karya lain selain teori tindak tutur adalah teori prinsip kerja sama dan implikatur percakapan yang dikemukakan oleh Grice. Dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation, yang dimuat dalam bunga rampai Syntax and Semantics: Speech Acts suntingan Cole dan Morgan, Grice mengemukakan buah pikirannya tentang prinsip kerja sama dan implikatur percakapan (dalam Rustono, 1999:5). Prinsip kerja sama Grice itu seluruhnya meliputi empat maksim, yaitu maksim kuantitas (quantity maxim), maksim kualitas (quality maxim, maksim relasi (relation maxim), dan maksim cara (manner maxim) (dalam Kunjana Rahardi, 2005:52). Selanjutnya, tahun 1978 Brown dan Levinson mengemukakan teori kesantunan (theory of politeness) berbahasa yang berkenaan dengan muka. Teori kesantunan Brown dan Levinson menyangkut strategi-strategi yang dapat menentukan tuturan penutur itu santun atau tidak (dalam Thomas, 1995:169). xxx

31 Strategi tersebut mencakup lima macam, yaitu: (1) melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa berbasa-basi, dengan mematuhi prinsip kerja sama Grice; (2) melakukan tuturan dengan menggunakan kesantunan positif; (3) melakukan tuturan dengan menggunakan kesantunan negatif; (4) melakukan tindak tutur secara off record; (5) tidak melakukan tindak tutur atau diam saja. Berbeda dengan teori kesantunan Brown dan Levinson, Leech dalam bukunya yang berjudul Principles of Pragmatics (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka) menyebutkan prinsip kesantunan (politeness principle) yang terdiri atas enam maksim (1993: ). Keenam maksim itu yaitu, maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim pujian (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (symphaty maxim). Teori kesantunan Brown dan Levinson dan prinsip kesantunan Leech merupakan reaksi atas prinsip kerja sama Grice. 2. Situasi Tutur Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan (Rustono, 1999:25). Situasi tutur merupakan sebab, sedangkan tuturan merupakan akibatnya. Leech (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993:19-20) membagi aspek-aspek situasi ujar menjadi lima macam yaitu: a. Penutur dan Mitra tutur Penyapa adalah orang yang menyapa. Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyampaikan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pertuturan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur ini xxxi

32 adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan lain sebagainya. b. Konteks Sebuah Tuturan Konteks merupakan suatu pengetahuan latar belakang bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut dengan konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu berarti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. c. Tujuan Sebuah Tuturan Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Di dalam peristiwa tutur, bermacammacam tuturan dapat diekspresikan untuk menyatakan suatu tujuan, dan bermacammacam tujuan dapat dinyatakan dengan tuturan yang sama. d. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau Kegiatan (Tindak Ujar) Tindak tutur merupakan suatu aktivitas. Menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Tindak tutur sebagai suatu tindakan itu sama dengan tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan yang berbeda. Pada tindakan bertutur bagian tubuh yang berperan adalah alat ucap. e. Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal xxxii

33 Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Tuturan tercipta melalui tindakan verbal, maka tuturan itu merupakan hasil tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindakan mengekspresikan kata-kata atau bahasa. 3. Tindak Tutur Di dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Istilah tindak tutur atau speech act sendiri mulai diperkenalkan oleh seorang filosof Inggris J. L. Austin pada pidato kuliahnya yang dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul How to do things with words (1962). Melalui buku itu, Austin mengemukakan pandangan bahwa bahasa tidak hanya berfungsi untuk mengatakan sesuatu, bahasa juga dapat digunakan untuk melakukan sesuatu. Pandangan Austin ini bertentangan dengan para filosof sebelumnya, yang mengatakan bahwa berbahasa hanyalah aktivitas mengatakan sesuatu. Berkaitan dengan teori tindak tutur Austin (1962) mengemukakan dua terminologi, yaitu tuturan konstantif (constative) dan tuturan performatif (performative). Tuturan konstatif adalah tuturan yang pengutaraannya hanya dipergunakan untuk menyatakan sesuatu (1962:4-6). Tuturan performatif adalah tuturan pengutaraannya dipergunakan untuk melakukan sesuatu (1962:4-11). Searle, salah seorang murid Austin, yang menjadi pendukung dan juga pengritik gagasan Austin sekaligus membuat formula-formula pelengkap yang menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. xxxiii

34 Menurut Searle (1979:16) tindak tutur adalah penghasilan kalimat dalam kondisikondisi tertentu. Searle juga mengatakan bahwa tindak tutur adalah dasar atau minimal unit komunikasi ilmu bahasa. Menurut Searle, inti dari tindak tutur adalah tindak ilokusi. Menurutnya, dalam tindak ilokusi, penutur dalam mengatakan sesuatu juga melakukan sesuatu. Sehubungan dengan itu, Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif dan tindak tutur deklaratif (dalam Cruse, 2000: ). Dalam berkomunikasi setiap penutur akan melakukan kegiatan yang mengujarkan tuturan. Kegiatan yang mengujarkan tuturan tersebut dinamakan tindak tutur (Rustono, 1999:31). Tindak tutur adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Setiap tindak tutur yang diucapkan oleh seorang penutur mempunyai makna tertentu. Austin (1962:94-109) membedakan tindak tutur menjadi tiga macam, yaitu:, 1) Tindak lokusi (locutionary act): tindak tutur yang hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu atau the act of saying something (1962:94). 2) Tindak ilokusi (illocutionary act): tindak tutur yang digunakan untuk melakukan sesuatu atau disebut the act of to do something, misalnya melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterimakasih (1962:99-100). xxxiv

35 3) Tindak perlokusi (perlocutionary act): tindak tutur yang menghasilkan efek (pengaruh) kepada mitra tutur atau the act of affecting someone. Tindak perlokusi adalah efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu (1962:101). Austin (1962: ) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori, yaitu: 1) Verdiktif (verdictives utterances): dilambangkan dengan memberi keputusan, misalnya keputusan hakim, juri, dan penengah atau wasit, perkiraan, dan penilaian. Verba tindak tutur verdiktif antara lain, menilai, menandai, memperhitungkan, menempatkan, menguraikan, menganalisis. 2) Eksersitif (exercitives utterances): tindak tutur yang menyatakan perjanjian, nasihat, peringatan, dan sebagainya. Verba yang menandai antara lain, mewariskan, membujuk, menyatakan, membatalkan perintah (lampau), memperingatkan, menurunkan pangkat 3) Komisif (commissives utterances): dilambangkan dengan harapan atau dengan kata lain perjanjian; menjanjikan untuk melakukan sesuatu, tapi juga termasuk pengumuman atau pemberitahuan, yang bukan janji. Verba yang menandai antara lain, berjanji, mengambil-alih atau tanggungjawab, mengajukan, menjamin, bersumpah, menyetujui. 4) Behabitif (behabitives utterances): meliputi reaksi-reaksi terhadap kebiasaan dan keberuntungan orang lain dan merupakan sikap serta ekspresi seseorang terhadap kebiasaan orang lain, misalnya meminta maaf, berterima kasih, bersimpati, menantang, mengucapkan salam, mengucapkan selamat. xxxv

36 5) Ekspositif (expositives utterances): tindak tutur yang memberi penjelasan, keterangan, atau perincian kepada seseorang, misalnya menyangkal, menguraikan, menyebutkan, menginformasikan, mengabarkan, bersaksi. Searle (dalam Cruse, 2000: ) menggolongkan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis tindak tutur. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu: 1) Asertif (assertive utterances): mengikat penuturnya akan kebenaran atas proposisi yang diungkapkannya, misalnya menyatakan, menganjurkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan (Cruse, 2000:342). 2) Direktif (directives utterances): bertujuan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasehat, memperingatkan (Cruse, 2000:342). 3) Komisif (commissives utterances): mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya, misalnya berjanji, mengancam, berkaul dan menawarkan (Cruse, 2000:342). 4) Ekspresif (expressives utterances): tindak tutur yang mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapkan belasungkawa, memberi maaf, mengecam, memuji, dan mengampuni (Cruse, 2000:342) 5) Deklaratif (declaration utterances): tindak tutur yang mengungkapkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya mengundurkan diri, xxxvi

37 membaptis, mencerai (talak), memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman (Cruse, 2000:342). Ahli lain, Leech (dalam terjemahan M. D. D. Oka, 1993: ) mengklasifikasikan tindak tutur menjadi lima macam, yaitu: 1) Asertif: merupakan tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang dituturkan, misalnya menceritakan, melaporkan, mengemukakan, menyatakan, mengumumkan, mendesak. 2) Direktif: bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sesuatu tindakan, misalnya memohon, meminta, memberi perintah, menuntut, melarang. 3) Komisif: tindak tutur yang menyatakan janji atau penawaran, misalnya menawarkan, menawarkan diri, menjanjikan, berkaul, bersumpah. 4) Ekspresif: tindak tutur yang berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami oleh mitra tutur, misalnya mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati, meminta maaf. 5) Deklaratif: tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya memecat, membabptis, menikahkan, mengangkat, menghukum, memutuskan 6) Rogatif: tindak tutur yang dinyatakan oleh penutur untuk menanyakan jika bermotif langsung atau mempertanyakan jika bermotif ragu-ragu, misalnya menanyakan, mempertanyakan, dan menyangsikan. Kreidler (1998: ) membagi tindak tutur menjadi tujuh, yaitu: xxxvii

38 1) Asertif (Assertif Utterances): penutur menggunakan bahasa untuk menceritakan apa yang mereka ketahui dan percayai, misalnya mengatakan, mengumumkan, menjelaskan, menunjukkan, menyebutkan, melaporkan (Kreidler, 1998:183). 2) Performatif (Performative Utterances): tindak tutur yang membuat atau menyebabkan resminya apa yang diucapkan, misalnya mengumumkan, membabtis, menyebut, mencalonkan, menamakan, menjatuhkan hukuman (Kreidler, 1998:185). 3) Verdiktif (Verdictive Utterances): penutur membuat penilaian terhadap tindakan orang lain, biasanya mitra tutur, misalnya menuduh, bertanggung jawab, berterima kasih (Kreidler, 1998:187). 4) Ekspresif (Exspressive Utterances): tindak tutur ekspresif terjadi karena tindakan penutur, kegagalan penutur serta akibat yang ditimbulkan kegagalan itu, misalnya mengakui, bersimpati, memaafkan, dan sebagainya. 5) Direktif (Directive Utterances ): penutur meminta mitra tutur untuk melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan. Tindak tutur direktif terbagi menjadi tiga macam, yaitu perintah (commands), permohonan (request), dan anjuran (suggestions). 6) Komisif (Commissive Utterances): tindak tutur yang mengikat seorang penutur untuk melakukan suatu tindakan, misalnya menyetujui, bertanya, menawarkan, menolak, berjanji, bersumpah (Kreidler, 1998:192). 7) Fatis (Phatic Utterances): tindak tutur yang bertujuan untuk menciptakan hubungan antara penutur dan mitra tutur (1998:194). Tindak tutur fatis xxxviii

39 meliputi ucapan salam, ucapan salam berpisah, cara-cara yang sopan seperti thank you, you are welcome, excuse me yang tidak berfungsi verdiktif atau ekspresif. Fraser dalam Nadar (2009:16-17) mengklasifikasikan tindak tutur menjadi delapan macam, yaitu: 1) Tindakan asertif (act of asserting): ditandai dengan verba menuduh, mengakui, menyimpulkan, memberi tahu, menyatakan, menyatakan yakin. 2) Tindakan evaluasi (acts of evaluating): ditandai dengan verba mendesak, memerikan, mengevaluasi, menganggap, memvonis, menerka. 3) Tindakan refleksi perilaku pembicara (acts of reflecting speaker attitude): ditandai dengan verba memuji, mengeluh, merasa ikut bersimpati, menuduh, menyayangkan, meminta maaf. 4) Tindakan penetapan (acts of stipulating): ditandai dengan verba menetapkan, mencalonkan, memilih, mengumumkan, mengatur, menggolongkan. 5) Tindakan permohonan (acts of requesting): ditandai dengan verba menuntut, memohon, menawarkan, mengundang, mengarahkan, melarang. 6) Tindakan menyarankan (acts of suggesting): ditandai dengan verba memperingatkan, merekomendasikan, menyarankan, mengusulkan, mendukung, menasehati. 7) Tindakan dari penggunaan kekuasaan (acts of exercising authority): ditandai dengan verba membatalkan, memutuskan, memecat, menurunkan gaji, mewariskan, menghukum. 8) Tindakan komisif (acts of committing): ditandai dengan verba bersumpah, berjanji, menawarkan diri, menyakinkan, berikrar, berkaul. xxxix

40 Selain tersebut di atas, yaitu tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin, Searle, Leech, Kreidler dan Fraser, tindak tutur dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik penyampaian dan interaksi makna. Berdasarkan teknik penyampaian tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Berdasarkan interaksi makna, tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur literal dan tindak tutur nonliteral. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (I Dewa Putu Wijana, 1996:30). Pada sisi yang lain, apabila tuturan perintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya yang bertujuan agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah, maka tindak tutur yang demikian disebut tindak tutur tidak langsung atau indirect speech act (I Dewa Putu Wijana, 1996:30). Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya (I Dewa Putu Wijana, 1996:32). Tindak tutur yang berlawanan dengan tindak tutur literal adalah tindak tutur tidak literal. Menurut I Dewa Putu Wijana (1996:32) tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Berdasarkan pemilahan tindak tutur sebagaimana yang dikemukakan oleh Austin, Searle, Leech, Kreidler, dan Fraser di atas menunjukkan bahwa meskipun jumlah dan bentuk pengklasifikasiannya berbeda, namun, ditandai oleh terdapatnya salah satu bentuk tindak tutur yang sama, yaitu tindak tutur ekspresif. Hal itu menunjukkan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan salah satu tindak tutur yang xl

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM KOMENTAR ARTIKEL KOMPASIANA

TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM KOMENTAR ARTIKEL KOMPASIANA digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM KOMENTAR ARTIKEL KOMPASIANA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik) TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ACARA TATAP MATA DI TRANS 7 (Suatu Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik)

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Erly Haniyati Nisak NIM 100210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY 2.1 Pragmatik Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996) dalam Makyun Subuki (http://tulisanmakyun.blogspot.com/2007/07/linguistikpragmatik.html)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. dilakukan. Beberapa kajian terdahulu yang penulis temukan yang sejenis dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. dilakukan. Beberapa kajian terdahulu yang penulis temukan yang sejenis dan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur sudah banyak dilakukan. Beberapa kajian terdahulu yang penulis temukan yang sejenis dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA YUK KEEP SMILE DI TRANS TV (Suatu Kajian Pragmatik)

KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA YUK KEEP SMILE DI TRANS TV (Suatu Kajian Pragmatik) KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA YUK KEEP SMILE DI TRANS TV (Suatu Kajian Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur yang menggunakan pendekatan pragmatik sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TALK SHOW SATU JAM LEBIH DEKAT DI TV ONE

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TALK SHOW SATU JAM LEBIH DEKAT DI TV ONE PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TALK SHOW SATU JAM LEBIH DEKAT DI TV ONE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA

DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM SANDIWARA RADIO KISAH RELIGI CINTA YANG HILANG DI RADIO RETJO BUNTUNG YOGYAKARTA (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan pesan baik itu berupa ide, gagasan, maupun informasi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan pesan baik itu berupa ide, gagasan, maupun informasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana komunikasi penting bagi kehidupan manusia. Manusia tidak akan lepas dari bahasa. Melalui bahasa, manusia dapat menyampaikan pesan baik itu berupa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk memudahkan makhluk hidup berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penyampaiannya, komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH 1. Pendahuluan KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK Ratna Zulyani Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi bagi kehidupan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM PROSES JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL SURAKARTA

TINDAK TUTUR DALAM PROSES JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL SURAKARTA TINDAK TUTUR DALAM PROSES JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL SURAKARTA Ririn Linda Tunggal Sari, Sumarlam, Dwi Purnanto Megister Linguistik Deskriptif Pascasarjana Universitas Sebelas Maret rye2_12@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO SKRIPSI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO SKRIPSI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh : ANDI WINDARTO

Lebih terperinci

KETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik)

KETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik) KETIDAKPATUHAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR DALAM TALK SHOW SUDUT PANDANG DI METRO TV (Sebuah Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang biasa disapa Ahok adalah seorang politisi yang memiliki fungsi dan kedudukan khusus di DKI Jakarta. Ahok dikenal sebagai seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA UPS SALAH, JEBAKAN BETMEN, DAN ILL FEEL DI TELEVISI: Sebuah Tinjauan Pragmatik

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA UPS SALAH, JEBAKAN BETMEN, DAN ILL FEEL DI TELEVISI: Sebuah Tinjauan Pragmatik digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM ACARA UPS SALAH, JEBAKAN BETMEN, DAN ILL FEEL DI TELEVISI: Sebuah Tinjauan Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR DEPOK JAYA KOTA DEPOK (Suatu Tinjauan Pragmatik)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR DEPOK JAYA KOTA DEPOK (Suatu Tinjauan Pragmatik) TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR DEPOK JAYA KOTA DEPOK (Suatu Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM JUAL BELI ONLINE DI FACEBOOK

TINDAK TUTUR DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM JUAL BELI ONLINE DI FACEBOOK TINDAK TUTUR DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM JUAL BELI ONLINE DI FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun 1994. Ilmu pragmatik merupakan salah satu pokok bahasan yang harus diberikan dalam pengajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK) TINDAK TUTUR ILOKUSI DIALOG FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO (SEBUAH TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Penelitian mengenai pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Penelitian mengenai pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian mengenai pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur sudah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN JURI DALAM ACARA INDONESIAN IDOL MUSIM KETUJUH DI RCTI, MASTER CHEF INDONESIA MUSIM KEDUA DI RCTI, DAN INDONESIA MENCARI BAKAT 3 DI TRANS TV SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik) TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar

Lebih terperinci

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN 12 BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa landasan teori yang akan diperlukan untuk menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA TALK SHOW HITAM PUTIH DI TRANS 7 (Suatu Pendekatan Pragmatik)

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA TALK SHOW HITAM PUTIH DI TRANS 7 (Suatu Pendekatan Pragmatik) PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA TALK SHOW HITAM PUTIH DI TRANS 7 (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA DALAM PROGRAM KONSULTASI SEKS RADIO FM DI SURAKARTA

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA DALAM PROGRAM KONSULTASI SEKS RADIO FM DI SURAKARTA KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA DALAM PROGRAM KONSULTASI SEKS RADIO FM DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN IRONI SERTA KELAKAR DALAM ACARA BUAYA SHOW DI INDOSIAR: Suatu Tinjauan Pragmatik

PRINSIP KESANTUNAN DAN IRONI SERTA KELAKAR DALAM ACARA BUAYA SHOW DI INDOSIAR: Suatu Tinjauan Pragmatik PRINSIP KESANTUNAN DAN IRONI SERTA KELAKAR DALAM ACARA BUAYA SHOW DI INDOSIAR: Suatu Tinjauan Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM DAKWAH USTAD MAULANA PADA ACARA ISLAM ITU INDAH DI TRANSTV. Jurnal Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM DAKWAH USTAD MAULANA PADA ACARA ISLAM ITU INDAH DI TRANSTV. Jurnal Ilmiah TINDAK TUTUR PERLOKUSI DALAM DAKWAH USTAD MAULANA PADA ACARA ISLAM ITU INDAH DI TRANSTV Jurnal Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisah. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisah. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia adalah dua hal yang tidak terpisah. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan seharihari. Menurut Chaer

Lebih terperinci