GAMBARAN PROSES PENERIMAAN DIRI REMAJA TUNADAKSA KARENA KECELAKAAN LALU LINTAS. Hana Zafirah Ardani* & Indri Kemala Nasution* ABSTRAK
|
|
- Sukarno Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN PROSES PENERIMAAN DIRI REMAJA TUNADAKSA KARENA KECELAKAAN LALU LINTAS Hana Zafirah Ardani* & Indri Kemala Nasution* ABSTRAK Penelitian ini bertujun untuk mengetahui bagaimana proses penerimaan diri remaja tunadaksa karena kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil wawancara pada dua orang partisipan, didapati bahwa kedua partisipan merasa malu ketika berinteraksi dengan orang lain dan hal itu membuat kedua partisipan sering mempunyai keinginan untuk kembali dengan tubuhnya yang normal. Tahapan penerimaan diri kedua partisipan berbeda, partisipan 1 berada pada tahap ketiga yang ditandai dengan keinginannya untuk menghilangkan perasaan dan pikiran mengenai kecelakaan dan keinginan untuk kembali sempurna. Sedangkan partisipan 2 sudah mencapai tahap keempat di mana dia memilih untuk tidak terlalu memikirkan mengenai pikiran dan perasaan akan ketidaksempurnaannya. Kata Kunci: penerimaan diri, remaja tunadaksa, kecelakaan lalu lintas THE DESCRIPTION OF SELF ACCEPTANCE PROCESS ON ADOLESCENT WITH PHYSICAL DISABILITIES DUE TO TRAFFIC ACCIDENT ABSTRACT The purpose of this study is to describe the self acceptance process on adolescent with physical disabilities due to traffic accident by using qualitative approach. Based on an interview s results with two participants, we found that both participants feel a shame when interacted with other persons and it makes both participants have a desire to back with their normal body. Both participants have a different stage of self acceptance process, participant 1 is on the third stage which marked with her willingness to remove the feeling and a thought about the accident and desire to back with her perfect body. Whereas, participant 2 has reached the fourth stage which she choose not to think too much about her thought and feeling of her imperfection. Keywords: self acceptance, adolescent with physical disabilities, traffic accident PENDAHULUAN Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja sudah menjadi hal yang sangat diperhatikan dan membuat remaja tersebut gelisah, hal ini dikarenakan remaja mulai sadar bahwa penampilan merupakan hal penting dalam kehidupan sosial (Hurlock, 1993). Pada remaja penyandang tunadaksa tentunya akan mengalami kesulitan untuk menerima keadaan fisiknya karena kondisinya sudah sangat jauh dari kata ideal, terlebih lagi apabila sebelumnya dia mempunyai tubuh yang normal/ideal. Anak yang baru mengalami kejadian yang menyebabkan dirinya menyandang tunadaksa umumnya menganggap hal yang terjadi pada dirinya merupakan kemunduran dan sangat sulit untuk menerima *Korespondensi mengenai penelitian ini dapat dilayangkan kepada Hana Zafirah Ardani melalui hanardani@yahoo.com
2 kondisi tersebut (Somantri, 2006). Dampak-dampak yang terlihat adalah seperti konsep diri yang negatif, menarik diri dari lingkungan, cemas, rendah diri, dan agresif. Dampak-dampak tunadaksa (Somantri, 2006) akibat kecelakaan pada remaja dapat ditanggulangi dengan kemampuan remaja tersebut untuk bisa menerima diri mereka dengan kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Dengan penerimaan diri remaja akan memiliki penyesuaian diri dan sosial yang lebih baik yang membuat seseorang menjadi sukses, bahagia, dan memiliki kehidupan yang penuh makna (Hurlock, 1974). Selain itu, pada remaja penerimaan akan kondisi tubuhnya juga termasuk salah satu hal yang dapat membuat remaja tersebut bahagia (Hurlock, 1993). Selain itu, cepat atau lambatnya penerimaan diri seseorang dapat juga dilihat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penerimaan diri tersebut. PENERIMAAN DIRI Germer (2009) menyatakan bahwa orang yang menerima dirinya adalah orang yang sadar bahwa dirinya mengalami sebuah sensasi, perasaan, maupun pikiran yang ada pada dirinya dari waktu ke waktu. Orang yang menerima dirinya juga mampu merangkul apapun yang muncul atau ada dalam dirinya, menerima dari waktu ke waktu sebagaimana yang ada pada dirinya. Germer (2009) juga menyatakan bahwa proses penerimaan diri sebagai bentuk keadaan melawan ketidaknyamanan terjadi dalam tahapan-tahapan. Adapun tahapantahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Tahap 1: Aversion kebencian/ keengganan, menghindari, resisten. Kebencian/keengganan ini dapat membentuk keterikatan mental atau perenungan mencoba mencari tahu bagaimana cara untuk menghilangkan perasaan tersebut. 2. Tahap 2: Curiosity melawan rasa tidak nyaman dengan perhatian. Pada tahapan ini individu mulai memiliki pertanyaan-pertanyaan pada hal-hal yang dirasa perlu untuk diperhatikan. 3. Tahap 3: Tolerance - menanggung derita dengan aman. Toleransi berarti menanggung rasa sakit emosional yang dirasakan, tetapi individu tetap melawannya dan berharap perasaan tersebut akan segera hilang. 4. Tahap 4: Allowing membiarkan perasaan datang dan pergi. Pada tahapan ini individu membiarkan perasaan tidak nyamannya datang dan pergi. 5. Tahap 5: Friendship merangkul, melihat nilai-nilai yang tersembunyi. Individu melihat nilai-nilai yang ada pada waktu keadaan sulit menimpanya. Pencapaian setiap tahapan penerimaan diri dapat dibantu dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri yang dikemukakan oleh Hurlock (1974). Faktor-faktor tersebut adalah seperti: (1) memahami dirinya agar mengetahui potensi dalam dirinya yang dapat membantu untuk menciptakan konsep diri yang ideal untuk dirinya; (2) harapan yang realistik, di mana harapan dengan pencapaian yang realistik akan memberikan kepuasan diri yang berpengaruh terhadap penerimaan diri; (3) tidak adanya hambatan di dalam lingkungan, seseorang yang tidak mempunyai hambatan dalam lingkungannya akan lebih mudah mengetahui potensi yang ada pada dirinya dan mudah untuk menerima dirinya; (4) mendapatkan perlakuan yang menyenangkan dari masyarakat; (5) tidak adanya gangguan emosional yang berat, orang yang tidak memiliki gangguan emosional seperti stres akan lebih bahagia dan dapat memberikan *Dosen Universitas Sumatera Utara 31
3 evaluasi sosial yang baik yang menjadi dasar dari evaluasi dan penerimaan diri yang baik pula; (6) pengaruh keberhasilan, orang yang berhasil dan memperoleh kesuksesan akan mengarah terhadap penerimaan diri; (7) identifikasi terhadap orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan mengembangkan sikap positif pada diri seseorang yang nantinya berpengaruh terhadap penilaian dan penerimaan diri yang baik; (8) perspektif diri, orang yang melihat dirinya sama seperti orang lain melihat dirinya dikatakan dapat mendukung penerimaan diri; (9) pola asuh dimasa kecil yang berkontribusi terhadap konsep diri seseorang; dan (10) konsep diri yang stabil, di mana dalam hal ini seseorang yang menerima dirinya akan mampu melihat apa yang ada pada dirinya dengan cara yang sama sepanjang waktu. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus intrinsik. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah dua orang. Teknik pengambilan sampel yang berfokus pada intensitas merupakan teknik yang dipilih untuk pengambilan partisipan (Poerwandari, 2007). Pengambilan data diperoleh dengan menggunakan metode wawancara mendalam. Penelitian dilakukan di kota Medan. Partisipan Penelitian ini melibatkan dua orang remaja perempuan (selanjutnya disebut Partisipan 1 dan Partisipan 2), dengan kriteria: (1) remaja dengan rentang usia tahun dan (2) mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan subjek kehilangan salah satu anggota tubuh. Prosedur Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dengan mengikut pada pedoman wawancara. Dalam prosesnya, wawancara tidak hanya berlangsung secara terstruktur, namun dimungkinkan adanya pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menambah topik-topik baru. Penggunaan pedoman wawancara membantu peneliti agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Prosedur pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Pertama, tahap pralapangan di mana peneliti mengumpulkan informasi dan teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, menyusun pedoman wawancara, mencari partisipan penelitian, dan selanjutnya membangun rapport. Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan penelitian yang ditandai dengan wawancara. Yang terakhir adalah tahap pencatatan data, di mana peneliti membuat verbatim dari wawancara yang telah dilakukan. Pengolahan Data Adapun metode analisis data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut. 1. Pembubuhan kode-kode pada materi yang diperoleh. Proses pengkodingan akan dilakukan setelah wawancara berlangsung yang berguna untuk memudahkan peneliti dalam mengarsipkan data-data yang didapat dari lapangan. 2. Mengorganisasi data dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh dari lapangan. 3. Melakukan analisis tematik yang merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, dan kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Sehingga dapat mendeskripsikan fenomena dan memungkinkan interpretasi fenomena. *Dosen Universitas Sumatera Utara 32
4 4. Pengujian terhadap dugaan, tematema dan pola-pola ditemukan akan dipelajari oleh peneliti yang akhirnya menghasilkan dugaan-dugaan yang harus dipertajam dan diuji ketepatannya. 5. Menginterpretasi data-data yang ada dengan lebih mendalam agar dapat ditemukan hubungan-hubungan antar tema dan keterkaitan dengan pertanyaan penelitian. HASIL Hasil Utama Tahapan Penerimaan Diri Partisipan 1 Kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh partispan 1 membuatnya kehilangan seluruh kaki bagian kirinya. Hal tersebut memberikan dampak secara psikologis yang membuat partisipan 1 menjadi sedih. Terlebih lagi dengan kecacatannya ia mengalami kesulitan untuk beraktifitas. Tahap aversion pada partisipan 1 terlihat dengan perasaan benci yang timbul akibat perubahan-perubahan yang ada. Rasa benci tersebut akhirnya menimbulkan perasaan minder dan menyesal. Kadang pun pingin kenapa aku jadi aku, kalau bisa aku jangan jadi aku. Ga mau jadi kayak gini. Maunya jadi orang lain. Kenapa hanya sama aku. Kenapa bisa kayak gini, yaa gitu-gitu lah. Partisipan 1 mulai merasa khawatir akan masa depannya baik yang berkaitan dengan pasangan hidup ataupun cara melakukan aktifitas seharihari yang akan dilalui dengan kecacatan. Hal ini yang menunjukan partisipan 1 memasuki tahapan curiosity....kalau kayak gini pun, nanti kalau pasang kaki palsu apa ada yang mau sama aku, kadang gitu juga, kak. Bingung juga. Kayak gini apa bisa terima aku apa adanya. Kadang mikir sampai gitu juga, kak. Nanti kalau aku nikah anak aku kayak mana? Ngurusnya kayak mana aku ga ada kakinya. Kadang gitu juga mikirnya, kak. Bingung. Tapi, kan jodoh udah diatur. Tujuh bulan pasca kecelakaan, partisipan 1 memasuki tahap tolerance dengan menunjukkan sikap malas untuk mengingat kejadian kecelakaan yang menimpa dirinya dan ingin menghilangkn perasaan tersebut. Partisipan 1 juga menyatakan sikapnya tersebut didukung karena sudah mulai terbiasanya ia hidup dengan kecacatannya. Ya malas mikirinya, kak. Ngapai. Ya ga enak gitu kalau ga ada kakinya. Makin sedih. Malas, kak, dipikir-pikiri. Galau nanti. Partisipan 2 Kecelakaan lalu lintas yang menimpa partisipan 2 mengakibatkan ia kehilangan seluruh tangan kanannya. Partisipan 2 mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, partisipan 2 juga dijauhi oleh teman-temannya, hal ini menambah kesedihan partisipan 2. Sikap awal yang menandai tahap aversion ditunjukkan partisipan 2 adalah rasa sedih dan khawatir mengenai tanggapan orangtuanya akan kecacatan dirinya. Ia juga merasa malu dan minder dengan kondisi fisiknya....jujur aja aku bilang, aku ingin seperti dulu, aku kemana-mana bisa serba sendiri tanpa ada teman, tanpa ada kakak yang harus temenin aku. Bisa ngelakuin kegiatan yang sekarang ini aku belum bisa kan, gitu. Tahap curiosity pada partisipan 2 mulai terlihat setelah partisipan 2 kembali memutuskan untuk belajar beraktifitas sehari-hari dengan kondisi ketunaannya. Namun, ia tetap memikirkan mengenai masa depan yang akan dilalui dengan ketunaannya....pernah berpikiran, kayakmana aku melakukan apa yang terbiasa aku lakukan? Ibaratnya kalau 2 tangan kita melakukan sendiri itu kan bisa, kalau kita mandi, kita nyuci, apalagi kan orang selalu bertanya, kamu makan ini semua kayakmana? Kamu mandi gimana, kamu pakai baju gimana? Apalagi cuci piring. Itu aku selalu jawab kayak gini, Ya, *Dosen Universitas Sumatera Utara 33
5 tangan 2 aja bisa kenapa tangan 1 ga bisa? Pada tahap tolerence partisipan 2 menunjukkan dengan mulai terbiasanya ia dengan kondisinya. Tetapi rasa minder masih sering muncul mana kala partisipan 2 berinteraksi dengan orang lain....minder juga lah. Tapi dikuat-kuatkan lah. Kalau ga dikuatan nanti yang ada malah gimana-gimana, ya udah. Setelah 2 tahun pasca kecelakaan yang dialaminya, partisipan 2 mengaku sudah nyaman hidup dengan cacat fisik yang dimiliki tetapi, keinginan untuk mempunyai fisik sempurna masih ada. Partisipan 2 memilih untuk tidak terlalu memikirkan keinginannya itu. Hal tersebut yang menunjukkan pencapaian partisipan 2 pada tahap allowing....kalau aku ga kayak gini pasti aku itu bisa bawa kereta. Kalau aku ga kayak gini pasti banyak tu cowok yang ngumpulngumpul di rumah gitu kan. Kalau aku ga kayak gini pasti aku gampang dapat kecengan (pacar). Tapi ya udah lah, jalani aja. Itu kan hanya pikiran yang gimana gitu. Kerjaan, rezeki, apapun itu pokoknya udah ada yang ngatur. Ini jalan aku harus aku lakuin. Apapun yang terjadi sama aku ya aku jalani. Hasil Tambahan Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Dalam penelitian ini terdapat hasil tambahan berupa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri. Faktorfaktor yang terdapat pada masingmasing partisipan berbeda. Dari sepuluh faktor penerimaan diri menurut Hurlock (1974), partisipan 1 dipengaruhi dua faktor dan partisipan 2 dipengaruhi satu dari sepuluh faktor yang ada. Partisipan 1 Kondisi lingkungan disekitar partisipan 1 sangat membatu partisipan 1 untuk menerima kecacatannya. Lingkungan turut membantu partisipan 1 ketika belajar mandiri melakukan aktifitas sehari-hari Faktor lain yang mempengaruhi adalah sikap keluarga ataupun teman-teman partisipan 1 tidak ada yang berubah terhadapnya....lama-lama kan banyak orang ngasih motivasi, sabar aja, gini-gini Kan Allah ngasih cobaan, pasti ada jalannya. Udah, kak. Baru, mau apa orang ngomong. Partisipan 2 Tidak adanya hambatan dari lingkungan merupakan faktor pendukung penerimaan diri yang ada pada partisipan 2. Keluarganya tidak pernah berhenti untuk terus menyemangati dan mengajarkan aktifitas sehari-hari ada partisipan 2. Belajar nulis aja di rumah kakek. Pulang dari rumah sakit langsung sorenya itu dikasih buku. Kan kakak DNR sepupu kan ada yang guru, langsung dibilangnya, Ini coba kau belajar nulis. Langsung belajar nulis. Pertama tulisannya jelek kali. Ga pandai. Pegang pulpen pun gemetar, jelek kali. (Partisipan 2 ) DISKUSI Kedua partisipan sama-sama mengalami perubahan fisik, psikologis, dan aktifitas sehari-hari. Reaksi yang sering terlihat pada individu yang merasakan ketidaknyamanan adalah kebencian atau keengganan akan hal tersebut (Germer, 2009). Pada kedua partisipan perasaan tidak nyaman akan kecacatannya itu memunculkan rasa marah dan benci. Rasa marah dan benci ini mempengaruhi kehidupan sosial kedua partisipan. Kedua partisipan merasa minder dan malu akan kondisinya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Somantri (2006) sebagai dampak penyandang tunadaksa secara perkembangan sosial, yang salah satunya adalah lingkungan disekitar anak tunadaksa akan mempengaruhi pergaulan sosial mereka. Pada tahap curiosity kedua partisipan sama-sama *Dosen Universitas Sumatera Utara 34
6 mengkhawatirkan masa depannya. Kedua partisipan khawatir bagaimana jika nanti mereka akan menikah dan mempunyai anak. Diusia mereka yang masih remaja merupakan hal yang wajar untuk berpikiran mengenai perkawinan dan kehidupan berkeluarga, karena itu merupakan salah satu tugas perkembangan remaja yang dinyatakan Havighurst (dalam Agustiani, 2006). Kedua partisipan memang belum mencapai tahap friendship yang merupakan tahap akhir dari tahapan penerimaan diri, tetapi kedua partisipan sudah menunjukkan semangat untuk kembali bangkit. Terbiasa dengan kondisi yang ada merupakan salah satu penyebab kedua partisipan mampu berada pada tahap tolerance. Partisipan 1 masih berada pada tahap ini karena pikiran mengenai kecelakaan dan kondisi fisiknya masih sering kali datang dikala partisipan sendirian. Partisipan 1 juga berusaha untuk menghilangkan pikiran tersebut dengan mencari kesibukan. Sedangkan partisipan 2 sudah mampu masuk pada tahap allowing. Partisipan 2 sudah merasa nyaman dengan cacat yang dideritanya dan terkadang tidak lagi memperdulikan anggapan orang mengenai kecacatannya. Memang keinginan untuk kembali mempunyai kondisi fisik layaknya orang normal masih ada, namun partisipan 2 memilih untuk tidak terlalu memikirkannya. Dukungan dan motivasi dari orang sekitar sangat dibutuhkan guna untuk membangkitkan semangat penyandang tunadaksa dengan kasus seperti kedua partisipan. Keberadaan orang-orang dilingkungannya sangat berarti agar mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian. Kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya teknik observasi dalam metode pengambilan data. Sehingga bentuk nyata perilaku penerimaan diri partisipan tidak bisa terlihat dengan jelas. Selain itu, perlu juga kiranya dilakukan pengambilan data pada orang-orang terdekat partisipan, karena dampak-dampak emosional yang disebabkan oleh ketunadaksaan tidak hanya dialami oleh penderitanya namun bisa juga dirasakan oleh orang-orang terdekat partisipan. Hal ini nantinya dapat membantu mempercepat penerimaan diri karena kedua belah pihak sama-sama berpikir positif untuk menghadapi masalahmasalah yang akan terjadi. DAFTAR PUSTAKA Agustiani, H Psikologi perkembangan: Pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT Refika Aditama. Germer, C.K The mindful path to self-compassion. USA: The Guilford Press. Hurlock, E.B Personality development. New Delhi: McGraw- Hill. Hurlock, E.B Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga. Poerwandari, E.K Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia: Lembaga Pembangunan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Somantri, S Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT Refika Aditama. *Dosen Universitas Sumatera Utara 35
BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
13 BAB II LANDASAN TEORI II.1Penerimaan Diri II.1.A Definisi Germer (2009) menyatakan bahwa orang yang menerima dirinya adalah orang yang sadar bahwa dirinya mengalami sebuah sensasi, perasaan, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ketika seorang anak menjadi remaja dan kemudian remaja berkembang menuju ke tingkat dewasa, banyak perubahan yang akan dialami (Susilowati, 2013: 103). Sebagai manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga disebabkan oleh bawaan sejak lahir (Somantri, 2007). Tunadaksa sendiri dapat digolongkan dalam beberapa macam.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tidak semua manusia beruntung dilahirkan dalam keadaan fisik yang normal dan sempurna. Beberapa dari mereka terlahir dengan memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai mahluk sosial,
Lebih terperinciTranskrip Wawancara dengan Suami Broken Home
Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,
Lebih terperinciLampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)
131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
Lebih terperinciSTRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI
STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan mampu menjalani kehidupannya dengan baik, akan tetapi tidak semua orang mampu mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang indah, dimana seorang ibu mengharapkan anak yang ada dalam kandungannya lahir dengan sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?
LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang sebenar-benarnya, dan hal ini tidak dapat muncul dengan sendirinya, melainkan harus dikembangkan oleh individu.
BAB II LANDASAN TEORI A. PENERIMAAN DIRI A.1. Definisi Penerimaan Diri Germer (2009) mendefinisikan penerimaan diri sebagai kemampuan individu untuk dapat memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Setiap manusia pada hakikatnya pasti ingin dilahirkan secara sempurna dan normal secara fisik. Pada kenyataannya, tidak semua manusia mendapatkan keinginan
Lebih terperinciGambaran Penerimaan Diri dan Kondisi yang Mendukungnya pada Male-to- Female Transeksual SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Gambaran Penerimaan Diri dan Kondisi yang Mendukungnya pada Male-to- Female Transeksual SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: RISMA ARYANTI PRATIWI 091301049 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Setiap orang tua mengharapkan anak yang dilahirkan kelak tumbuh menjadi anak yang menyenangkan,
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciperkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu
KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,
Lebih terperinciSKRIPSI EKY JULIANY FAMY LUBIS
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL IBU TIRI TERHADAP ANAK TIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : EKY JULIANY FAMY LUBIS 061301020 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI
PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEKERASAN EMOSI 1. Pengertian Kekerasan Emosi Kekerasan emosi didefinisikan sebagai bentuk kekerasan yang dilakukan secara sengaja tujuan untuk mempertahankan dan menguasai individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciPERAN ORANG TUA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG CACAT FISIK DI NAGARI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACK
PERAN ORANG TUA DALAM PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG CACAT FISIK DI NAGARI AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Rafiqal Sadli * Fitria Kasih** Zulkifli** *Mahasiswa Bimbingan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani
80 BAB IV ANALISIS DATA Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani Pola Pikir dan Perilaku Lesbian pada Remaja di Jeruk Lakarsantri Surabaya Setelah menyajikan data di lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat 2 sampai 2,5 persen beresiko cerebral palsy(nasution, 2013). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar tiga sampai lima menit bayi lahir dan dari seribu kelahiran hidup, terdapat 2 sampai 2,5 persen beresiko cerebral palsy(nasution, 2013). Menurut Illingwort
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut salah satu teori utama pemilihan pasangan, Developmental
BAB II LANDASAN TEORI A. Pemilihan Pasangan 1. Pengertian Pemilihan Pasangan Menurut salah satu teori utama pemilihan pasangan, Developmental Process Theories, pemilihan pasangan adalah suatu proses penyaringan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kematian orangtua bagi remaja. Kematian merupakan fenomena yang pasti terjadi pada setiap individu dan
Lebih terperinciBAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu
BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu Upaya orang tua dalam membina emosi anak akibat perceraian di Kecamatan Bukit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi idaman semua orang. Bentuk tubuh yang ideal adalah bentuk tubuh yang diinginkan oleh kaum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju masa dewasa, atau dianggap tumbuh mengarah pada arah kematangan (Sarwono, 2011: 11 & 48). Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan suami istri. Kehadiran seorang anak sangat dinantikan karena anak merupakan generasi penerus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia menjalani hidupnya dalam berbagai rentang kehidupan. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menjalani hidupnya dalam berbagai rentang kehidupan. Salah satu rentang hidup yang dijalani oleh setiap individu adalah masa dewasa. Papalia (2008) mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH
PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH Disusun Oleh Nama : Auliya Karimah NPM : 10507030 Pembimbing : Wahyu Rahardjo, S.Psi., M.si Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA. seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena mereka akan meneruskan ke tingkat Perguruan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengarah pada suatu perkembangan jasmani maupun rohani. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya banyak mengalami perubahan yang mengarah pada suatu perkembangan jasmani maupun rohani. Perkembangan manusia menurut Hurlock
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Alkitab, 2007). Setiap manusia memiliki keunikannya
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Ibu Tiri, Anak Tunarungu, Penerimaan Diri. *Dosen Universitas Sumatera Utara 18
Gambaran Penerimaan Diri Ibu Tiri yang Memiliki Anak Tunarungu (The Overview of Stepmother s Self-Acceptance who has a Deaf Child) Debby Anggraini Daulay & Rizqi Chairiyah* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
Lebih terperinciPENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)
58 Penyesuaian Sosial Siswa Tunarungu PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) Karina Ulfa Zetira 1 Dra. Atiek Sismiati Subagyo 2 Dr. Dede Rahmat Hidayat, M.Psi 3 Abstrak
Lebih terperinciBAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal
BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang
Lebih terperincia. Berapa lama mereka menikah b. Apa yang diharapkan dari hubungan pernikahan yang sedang dijalani 4. Perbedaan Tingkat Pendidikan
LAMIRAN 49 50 51 52 Lampiran 3. edoman Wawancara 1. Identitas ubjek a. Nama b. Usia c. endidikan d. ekerjaan 2. Identitas uami ubjek a. Nama b. Usia c. endidikan d. ekerjaan 3. Hubungan ubjek dengan uami
Lebih terperinciINTERAKSI SOSIAL PADA PENDERITA DIFABEL. Risa Diana Putri 1), Harry Theozard Fikri 2)
INTERAKSI SOSIAL PADA PENDERITA DIFABEL Risa Diana Putri 1), Harry Theozard Fikri 2) 1) Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Risa.diana11@yahoo.com 2) Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia dihadapkan dengan tugas-tugas perkembangan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika memasuki masa dewasa salah satu tugas perkembangan yang akan dilalui seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi
Lebih terperinciPENYESUAIAN SOSIAL REMAJA TUNADAKSA BUKAN BAWAAN LAHIR ARTIKEL E-JOURNAL
PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA TUNADAKSA BUKAN BAWAAN LAHIR ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini kebanyakan definisi lansia lebih didasarkan pada patokan umur semata. Sebenarnya hal itu
Lebih terperinciSUSI RACHMAWATI F
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciIdentifikasi Masalah Siswa
Identifikasi Masalah Siswa SERI : SMA / MA Disusun oleh : Andori, S.Pd.,Kons. JALAN JEND. GATOT SUBROTO PEMALANG 52319 2009 PETUNJUK PENGISIAN. Instrumen IMS ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Merangin adalah salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jambi dengan ibukota berkedudukan di Bangko. Daerah merangin terdiri dari beragam suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam Penelitian ini Peneliti menggunakan jenis Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi. Istilah fenomenologi sering digunakan
Lebih terperinciDATA PERCAKAPAN. pada saat anak sedang mengerjakan tugas di dalam kelas)
Lampiran I DATA PERCAKAPAN 1. Percakapan, dan (konteks peneliti mengajak anak bercerita pada saat anak sedang mengerjakan tugas di dalam kelas) : Kau suka pelajaran apa th? : Gelas suka, bola suka. : Apa?
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak
Lebih terperinciKECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI
KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : WIDYA YULI SANTININGTYAS F100.050.270 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan manusia. Peristiwa tragis yang mengakibatkan penderitaan kadangkala terjadi dan tidak dapat dihindari. Penderitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan individu dan sudah pasti tidak dapat dipisahkan. Secara umum, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semasa hidup, manusia akan melewati tahap-tahap perkembangan tertentu. Perkembangan manusia diawali dari pertumbuhan janin di dalam rahim hingga masa lansia. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permulaan masa pertengahan dan akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Usia Lanjut merupakan bagian dari anggota keluarga dananggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda. Kesempurnaan tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. Umumnya seseorang
Lebih terperinciTranskrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home
Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Kecacatan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh setiap individu karena dengan kondisi cacat individu mempunyai keterbatasan atau hambatan untuk
Lebih terperinci5. PENUTUP. Universitas Indonesia
126 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Reaksi yang ditunjukkan oleh ketiga subjek ketika mengetahui anaknya mengalami tunaganda-netra adalah terkejut, sedih, dan marah. Ketiganya pun merasa bersalah terhadap ketunaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena dianggap
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinci1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?
Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama
Lebih terperinci