STUDI SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY"

Transkripsi

1 STUDI SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. NITYASA IDOLA DI KALIMANTAN BARAT HASAN SLAMET RAMDHANI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 STUDI SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT NITYASA IDOLA DI KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Oleh HASAN SLAMET RAMDHANI E DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 Judul Skripsi Nama NIM : Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat. : Hasan Slamet Ramdhani : E Menyetujui: Komisi Pembimbing Ketua Anggota Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop NIP Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc. F.Trop NIP Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP Tanggal Lulus:

4 RINGKASAN HASAN SLAMET RAMDHANI. Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Dibimbimg oleh Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop dan Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, F.Trop Sebagai salah satu pelaku dalam pembangunan ekonomi nasional, sebuah perusahaan sudah seharusnya memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan sekitarnya. PT Nityasa Idola merupakan salah satu perusahaan yang memegang sertifikat IUPHHK-HTI, telah menjalankan program CSR dalam upaya tanggung jawab sosial bagi masyarakat sekitarnya. Selain merupakan tanggung jawab sosial perusahaan, kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Nityasa Idola untuk meraih simpati masyarakat agar dapat memperoleh izin dalam pemanfaatan lahan konsesi yang diklaim milik masyarakat. Namun hasil kegiatan CSR belum memberikan feedback positif bagi perusahaan dalam meningkatkan produksi tanam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar perusahaan, mengevaluasi implementasi CSR perusahaan, dan menganalisis persepsi masyarakat sekitar perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis garis kemiskinan Sajogyo (1996), analisis skala Likert dan analisis trend linear. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan kondisi sosial masyarakat dan implementasi kegiatan CSR perusahaan. Analisis garis kemiskinan Sajogyo digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat. Sedangkan analisis skala Likert dan trend linear digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perusahaan. Berdasarkan hasil observasi lapang diketahui bahwa implementasi CSR sudah dirasakan cukup bermanfaat bagi masyarakat. Perusahaan belum merasakan feedback positif implementasi CSR dari masyarakat dalam meningkatkan produksi tanam disebabkan rendahnya kinerja perusahaan dalam menjalankan hasil kerjasama lahan bersama masyarakat. Oleh karena itu perusahaan seharusnya memperbaiki kinerja teknis di lapangan serta menyusun program CSR jangka pendek dan jangka panjang yang lebih sistematis. Kata kunci: Karakteristik Sosial, Persepsi, CSR

5 SUMMARY HASAN SLAMET RAMDHANI. A Study on Socio Economy and Public Perception toward Corporate Social Responsibility (CSR) in Industrial Plantation Forest Company, PT Nityasa Idola, West Kalimantan. Supervised by Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat M.Sc, F.Trop. and Dr. Ir. Leti Sundawati M.Sc, F.Trop. As one of the agents in national economic development, a company has to take part in the aspects of economy, social and environment of its neighboring area. PT Nityasa Idola, one of the companies holding IUPHHK-HTI certificate, has implemented CSR programs as an attempt for social responsibility for its surrounding community. In addition to this, CSR activities conducted by PT Nityasa Idola were aimed to acquire the sympathy of the community in order to obtain a license to utilize concession area belonging to community. Nevertheless, such activities have not provided positive feedback for the company to increase its production plants. The aims of this study were to discern the social-economic conditions of the community adjacent to the company, evaluate the implementation of company s CSR, and analyze the perception of the neighboring community. The research methods used were descriptive analysis, Sajogyo s (1996) poverty line analysis, Likert scale analysis, and trend linear analysis. Descriptive analysis was used to describe not only community s social conditions but also the implementation of company s CSR activities, while Sajogyo s poverty line is employed to reveal community s economic conditions. Furthermore, both Likert-scale analysis and trend linear are utilized to identify community s perception towards the company. Based on the field observation, it was found that the implementation of CSR was relatively beneficial for the community. However, that the company has not undergone positive feedback in increasing its planting production was due to the company s low performance in carrying out land-cooperation results with the community. Accordingly, the company should improve its technical performance in the field and organize more systematic short-term and long-term CSR programs. Key words: Social characteristics, Perception, CSR

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat adalah benarbenar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, Mei 2011 Hasan Slamet Ramdhani NRP E

7 i KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan limpahan nikmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat yang mendapatkan kegiatan tanggung jawab sosial terhadap perusahaan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua, kakak, adik serta seluruh keluarga atas segala dukungan dan kasih sayangnya. 2. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop dan Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, F.Trop atas bimbingan dan arahan serta saran yang telah diberikan selama ini. 3. PT. Nityasa Idola atas sarana prasarana yang disediakan dan dana penelitian yang diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. 4. Bapak Edi Riyanto, Bapak Emil, Ibu Angel dan Bapak Yohanes dari PT. Nityasa Idola yang telah membimbing di lapangan, serta seluruh karyawan PT. Nityasa Idola yang telah membantu dalam pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama PT. Nityasa Idola. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Bogor, Mei 2011 Penulis

8 ii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 22 April 1988 sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan Anda Gandayuda dan Nonok Rokayah. Pendidikan penulis dimulai dari TK Khusnul Khotimah Tangerang ( ), SDN Cipondoh IV Tangerang ( ), SDN Sejahtera III Bandung ( ), MTs Persis Tarogong Garut ( ), SMA Terpadu Hayatan Thayyibah ( ). Tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu di LDK Al Hurriyyah IPB. Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Jawa Barat, tepatnya di Sancang dan Kamojang pada tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Sukabumi dan Cianjur pada tahun 2009, serta mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HTI PT Nityasa Idola, Kalimantan Barat pada tahun Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Studi Sosial Ekonomi dan Persepsi Masyarakat terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Hutan Tanaman Industri PT Nityasa Idola di Kalimantan Barat yang dibimbing oleh Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop dan Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, F.Trop.

9 iii DAFTAR ISI No. Halaman KATA PENGANTAR...i RIWAYAT HIDUP... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...2 II. TINJAUAN PUSTAKA Hutan Tanaman Industri Corporate Social Responsibility (CSR) Pengertian CSR Pandangan Perusahaan terhadap CSR Pengembangan Masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Implementasi CSR Manfaat CSR ,3 Persepsi Pengertian Persepsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Pentingnya Persepsi Masyarakat III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Lokasi dan waktu Penelitian Jenis Data Metode Pengumpulan Data Metode Pemilihan Responden Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data karakteristik responden Analisis pendapatan Tingkat persepsi masyarakat... 17

10 iv Dampak program CSR perusahaan IV. PROFIL PERUSAHAAN DAN KEADAAN LOKASI PENELITIAN Sejarah Perusahaan Letak dan Luas Areal Kerja Iklim dan Hidrologi Kondisi Hutan Jenis Tanaman HTI PT. Nityasa Idola Pola Kemitraan dengan Masyarakat Kondisi Sosial Ekonomi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Umur Tingkat Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga Mata Pencaharian Pendapatan Responden Analisis pendapatan per kapita Akses Masyarakat Terhadap Informasi Pandangan Perusahaan terhadap CSR Upaya Perusahaan Membina Hubungan dengan Masyarakat Implementasi dan Evaluasi Program CSR Partisipasi Masyarakat Analisis Implementasi CSR Persepsi dan Harapan Masyarakat Persepsi masyarakat terhadap CSR perusahaan Persepsi masyarakat terhadap kinerja teknis perusahaan Harapan Masyarakat VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 55

11 v DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial Tingkat persepsi berdasarkan skala Likert Keadaan hutan pada areal kerja IUPHHK-HTI PT Nityasa Idola berdasarkan peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat Keadaan penutupan lahan berdasarkan peta hasil penafsiran citra satelit Jumlah penduduk, agama, mata pencaharian dan fasilitas umum Distribusi responden menurut kelompok umur Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga responden Mata pencaharian responden Sebaran tingkat pendapatan warga Akses masyarakat terhadap informasi CSR perusahaan Jumlah responden yang terlibat dalam program CSR perusahaan Persepsi Dusun Ampadi terhadap CSR perusahaan Persepsi Dusun Ompeng terhadap CSR perusahaan Analisis persepsi responden terhadap program CSR PT Nityasa Idola dalam skala Liket Persepsi responden terhadap kinerja teknis PT Nityasa Persepsi responden Dusun Ompeng terhadap kinerja PT Nityasa Idola dalam menjalankan usaha yang telah dikerjasamakan bersama masyarakat Persepsi responden Dusun Ampadi terhadap kinerja PT Nityasa Idola dalam menjalankan usaha yang telah dikerjasamakan bersama masyarakat Bentuk bantuan yang diharapkan warga Harapan masyarakat terhadap perusahaan

12 vi DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka pemikiran operasional Perbandingan PCI responden dengan standar garis kemiskinan Sajogyo Trend pengaruh umur terhadap persepsi pada CSR Trend pengaruh tingkat pendidikan terhadap persepsi pada CSR Trend pengaruh jumlah keluarga terhadap persepsi pada CSR Trend pengaruh mata pencaharian terhadap persepsi pada CSR Trend pengaruh pendapatan terhadap persepsi pada CSR Trend pengaruh umur terhadap persepsi pada kinerja perusahaan Trend pengaruh pendidikan terhadap persepsi pada kinerja perusahaan Trend pengaruh jumlah keluarga terhadap persepsi pada kinerja perusahaan Trend pengaruh mata pencaharian terhadap persepsi pada kinerja perusahaan Trend pengaruh pendapatan terhadap persepsi pada kinerja perusahaan... 48

13 vii DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. PCI Dusun Ampadi PCI Dusun Ompeng Standar garis kemiskinan Sajogyo Pendapatan responden Dusun Ampadi Pendapatan responden Dusun Ompeng Perhitungan persepsi responden Dusun Ompeng terhadap CSR perusahaan Perhitungan persepsi responden Dusun Ampadi terhadap CSR perusahaan Foto-foto penelitian... 63

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu pelaku dalam pembangunan ekonomi nasional, sudah selayaknya tidak hanya bertujuan memperoleh keuntungan finansial namun juga perlu berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Wibisono (2007) bahwa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Oleh karenanya dalam dunia usaha kini hadir konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk nyata kepedulian perusahaan akan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Perusahaan kehutanan juga memiliki tanggung jawab sosial untuk berkontribusi kepada masyarakat di sekitarnya. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 4795/Kpts-II/2002 tentang Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari dan Keputusan Menteri Kehutanan No. P.11/Menhut- II/2004, maka penyelenggaraan pembinaan masyarakat desa hutan oleh pemegang IUPHHK pada Hutan Alam dan IUPHHK pada Hutan Tanaman menjadi satu kesatuan di dalam pengelolaan hutan secara lestari. Menurut Wibisono (2007), implementasi program-program CSR sangat bergantung pada cara setiap perusahaan memandang makna atau motivasi perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kenyataannya, terdapat perusahaan yang hanya melihat program-program CSR dari perspektif ekonomi, sehingga kegiatan tersebut dimaknai sebagai programprogram yang hanya menghabiskan dana perusahaan saja. Namun, ada juga perusahaan yang memandang program-program CSR dengan perspektif goodwill yang memaknai setiap kegiatan berorientasi masyarakat yang didanai perusahaan sebagai program yang mampu menarik dan menumbuhkan simpati dari stakeholder, investor, masyarakat luas, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis perusahaan tersebut.

15 2 PT. Nityasa Idola merupakan salah satu perusahaan IUPHHK-HTI yang kini telah menerapkan program CSR untuk masyarakat lokal di sekitarnya. Meskipun demikian, seperti yang disampaikan oleh pihak perusahaan bahwa program CSR yang diberikan kepada masyarakat hingga saat ini belum banyak memberikan dampak (feedback) yang baik dari masyarakat kepada perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat sekitar PT. Nityasa Idola terhadap program CSR PT. Nityasa Idola yang telah dijalankan. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengkaji kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar PT. Nityasa Idola 2. Mengevaluasi penerapan program CSR PT. Nityasa Idola 3. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kegiatan CSR PT. Nityasa Idola 4. Menganalisis dampak kegiatan CSR PT. Nityasa Idola. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap perusahaan PT Nityasa Idola khususnya sebagai informasi dalam pengembangan dan implementasi CSR di masa yang akan datang, dan untuk memberikan nilai tambah perusahaan kepada semua stakeholder.

16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat banyak dengan tetap menjaga kelangsungan fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup. Hutan sebagai salah satu sumber daya alam telah memberikan hasil dan peranannya dalam pembangunan nasional melalui pengelolaan dan pemanfaatan hutan alam maupun hutan tanaman. Peranan strategis hutan dalam pembangunan nasional selama ini hampir sepenuhnya bertumpu pada hutan alam yang harus mampu menyediakan bahan baku bagi industri yang ada. Pengaturan pengusahaan hutan alam tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan. Perkembangan industri hasil hutan menuntut kebutuhan bahan baku yang semakin besar, namun hal itu semakin sulit dipenuhi dari potensi hutan alam yang ada, sekalipun efisiensi pemungutan dan pemanfaatannya telah ditingkatkan. Menurunnya potensi hutan akibat kebakaran, pembalakan liar dan sebab-sebab lain belum sepenuhnya dapat ditanggulangi. Selain penerapan sistim Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI) secara lengkap dan benar pada hutan alam, pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Pembangunan HTI tersebut tidak semata-mata ditujukan untuk mendukung industri hasil hutan, melainkan sekaligus juga bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup melalui konservasi hutan. Wilayah hutan yang merupakan sasaran utama pembangunan HTI adalah wilayah hutan yang tidak berhutan yang perlu dihutankan kembali dan dipertahankan sebagai hutan tetap sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan (Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1990). Kegiatan Pengusahaan hutan di HTI, meliputi: penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengelolaan dan

17 4 pemasaran. Pengusahaan HTI bertujuan untuk: 1) Menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa. 2) Meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup, serta 3) Memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah kawasan hutan produksi tetap yang tidak produktif. Menteri menetapkan lokasi areal hutan untuk pembangunan HTI. Untuk mendukung industri pulp ditetapkan seluasluasnya Ha. Untuk mendukung industri kayu pertukangan atau industri lainnya ditetapkan seluas-luasnya Ha. 2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) Pengertian CSR Corporate Social Responsibility (CSR) mulai dikenal sejak awal 1970-an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (WBCSD dalam Meita 2009). Konsep CSR merupakan konsep yang berkembang di dunia usaha sebagai bentuk kepedulian dan peran serta perusahaan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dapat dikatakan dengan adanya CSR berarti perusahaan mampu bertanggung jawab terhadap semua kegiatannya yang berpengaruh terhadap manusia, komunitas, dan lingkungan. Hal tersebut berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Sehingga perusahaan hendaknya tidak mementingkan keuntungan

18 5 secara finansial namun memperhitungkan keuntungan sosial untuk keberlangsungan perusahaan jangka panjang. Kotler dan Lee (2005) menyebutkan bahwa CSR merupakan instrumen penting untuk menunjang strategi perusahaan, yaitu membangun citra perusahaan sekaligus meningkatkan profit jangka panjang. Dalam buku tersebut disebutkan ada enam cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan program CSR ini, yaitu: 1) Cause Promotion menjadi sponsor kegiatan yang sedang menjadi perhatian masyarakat. 2) Cause Related Marketing mengalokasikan sekian persen pendapatan untuk kegiatan sosial. 3) Corporate Social Marketing mengadakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat. 4) Corporate Philanthropy memberikan donasi atau sumbangan kepada masyarakat. 5) Community Volunteering mengerahkan karyawan untuk kegiatan sosial. 6) Social Responsible Business Practices praktek produksi menyesuaikan dengan isu sosial. Komitmen dunia usaha dalam menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan ke dalam bentuk program CSR. Apabila perusahaan melakukan program-program CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin dengan baik dan membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Oleh karena itu, program-program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan Pandangan Perusahaan terhadap CSR Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki tiga cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap CSR yaitu: 1) Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena

19 6 terjadi masalah lingkungan) dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). 2) Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya. 3) CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan Pengembangan Masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Wibisono (2007), perubahan paradigma perusahaan atau dunia usaha yang kini mengarah pada sikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial diwujudkan melalui kegiatan karitatif, filantropis dan menyelenggarakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (community development). Ada tiga alasan penting yang dikemukakan Wibisono (2007) mengapa kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isi CSR sejalan dengan operasi usahanya, yaitu: 1) Perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga perusahaan perlu memperhatikan kepentingan masyarakat. 2) Hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme antara kalangan dunia usaha dan masyarakat yaitu sebagai bentuk licence to operate masyarakat dan kontribusi perusahaan kepada masyarakat. 3) CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau menghindari konflik sosial. Menurut Saidi (2003) dalam Meita (2009) dari upaya pengembangan konsep kedermawanan sosial perusahaan berorientasi pada keberlanjutan kegiatan sosial itu sendiri sehingga mendorong kegiatan bersedekah, pengembangan, dan akhirnya pemberdayaan masyarakat. Tahapan kedermawanan sosial perusahaan diawali dengan bentuk charity yang kemudian mengarah pada philantrophy dan akhirnya menuju corporate citizenship dengan menggunakan karakteristik seperti

20 7 motivasi, misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi serta inspirasi. Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial Tahapan Charity Philantrophy Corporate Citizenship Motivasi Agama, Tradisi, Adat Norma, etika, dan hukum universal redistribusi kekayaan Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Misi Mengatasi masalah sesaat Mencari dan mengatasi akar masalah Memberikan kontribusi kepada masyarakat Pengelolaan Jangka pendek menyelesaikan masalah besar Terencana dan terorganisir serta terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/ Dana abadi: profesionalitas Keterlibatan baik dana maupun sumber dana lain. Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan Perusahaan Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial maupun pembangunan) keterlibatan sosial. Inspirasi Kewajiban Kepentingan Bersama Sumber: Zaim Saidi (2003) dalam Meita (2009). Sumbangan Sosial Perusahaan Profil dan pola distribusinya di Indonesia: Survei 226 Perusahaan di 10 kota oleh PIRAC. Ford Foundation. Tabel 1 memperlihatkan bahwa menurut sifatnya sumbangan dapat dibagi atas dua dimensi. Pertama karitas (charity) yakni memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat dan mendesak. Kedua filantropi yaitu sumbangan atau berupa hibah yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat dan umumnya membutuhkan pengelolaan yang sistematis dan terencana (Saidi 2003 dalam Meita 2009) Implementasi CSR Implementasi CSR di perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah komitmen pimpinannya, ukuran atau kematangan perusahaan, regulasi atau sistem perpajakan yang diatur pemerintah dan sebagainya (Wibisono 2007). Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2005), ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu: 1) Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau

21 8 menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager untuk menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2) Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. 3) Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasai non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4) Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama Manfaat CSR CSR mendatangkan berbagai manfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang terlibat dalam menjalankannya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu: dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholder, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang

22 9 mendapatkan penghargaan. Sedangkan manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat. Menurut Rogovsky (2000) dalam Wibisono (2007) menunjukkan manfaat program ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat bagi indvidu karyawan: belajar metode alternatif dalam berbisnis, menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam lingkungan baru, mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru, memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan memberi kontribusi bagi komunitas lokal, dan mendapatkan persepsi baru atas bisnis. 2) Manfaat bagi penerima program: mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya, mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang segar dan kreatif dalam memecahkan masalah, dan memperoleh pengalaman dari organisasi besar sehingga melahirkan pengelolaan organisasi seperti menjalankan bisnis. 3) Manfaat bagi perusahaan: memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas kerjasama komunitas: peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas, meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal, meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan menjadi duta besar bagi perusahaan. Perwujudan CSR terhadap masyarakat sekitarnya adalah dengan membuat berbagai program pengembangan masyarakat. Program-program ini dibuat dengan melibatkan masyarakat secara penuh, tidak hanya sebagai objek tetapi subjek dari pembangunan. 2,3 Persepsi Pengertian Persepsi Menurut Rakhmat (2005) persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

23 10 informasi dan menafsirkan pesan. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi berasal dari lingkungan yang kemudian diterima oleh panca indera manusia kemudian diproses dalam pikiran yang dipengaruhi oleh sensasi, atensi, ekspektuasi, motivasi dan memori sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dari informasi yang diperoleh tersebut. Persepsi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah persepsi beberapa individu yang dianggap dapat mewakili masyarakat lainnya dalam wilayah yang sama Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat 2005). Krech dalam Rakhmat (2005) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Faktor fungsional: faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut. 2) Faktor struktural: faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efekefek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Selain faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara individu melihat dunia adalah berasal dari kelompoknya serta keanggotaannya dalam masyarakat. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat dunia yang dapat dikatakan sebagai tekanantekanan sosial. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan individu merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi persepsi individu tersebut terhadap suatu obyek. Berkaitan dengan penelitian ini maka faktor personal atau faktor internal yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap perusahaan, yaitu: umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga.

24 11 Yuwono (2006) mengatakan bahwa umur merupakan karakteristik individu yang menggambarkan pengalaman dalam diri individu tersebut. Pada umumnya semakin tua seorang petani semakin sulit menerima suatu perubahan atau dengan kata lain sudah puas dengan kondisi yang dicapai. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa umur petani hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap tingkat persepsi. Pada umumnya semakin tua umur seorang petani maka persepsi terhadap hutan semakin buruk dan semakin muda umur petani maka persepsi terhadap hutan semakin baik. Salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan akan semakin rasional pola pikir dan daya nalarnya. Pendidikan sebagai suatu proses yang berpengaruh pada pembentukan sikap (termasuk persepsi), karena pendidikan meletakkan dasar pengetahuan dan konsep moral dalam diri individu. Pendidikan baik formal maupun nonformal adalah sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pada umumnya warga yang berpendidikan lebih baik akan lebih mudah dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik (Azahari 1988). Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Jumlah anggota keluarga pada umumnya akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga (Sukandar 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan menurun dengan peningkatan jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota dalam keluarga inti responden. Jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang. Keluarga sedang adalah keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga antara lima sampai tujuh orang dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih atau sama dengan delapan orang (Hurlock 1980).

25 Pentingnya Persepsi Hubungannya dengan pelaksanaan kegiatan, tinggi rendahnya tingkat persepsi seseorang atau kelompok akan mendasari atau mempengaruhi tingkat peran serta dalam kegiatan. Persepsi yang baik terhadap sebuah program akan merupakan dasar dukungan dan motivasi positif untuk berperan serta, begitu pula sebaliknya persepsi yang buruk terhadap sebuah program merupakan penghambat bagi seseorang atau kelompok orang untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan (Susiatik 1998). 2.4 Masyarakat Pengertian masyarakat sering dihubungkan dengan kelompok orang yang hidup bersama di suatu tempat dan mempunyai nilai dan norma. Menurut Suparlan (1990), masyarakat adalah kumpulan dari sejumlah orang dalam suatu tempat tertentu yang menunjukkan adanya kepemilikan norma-norma hidup bersama walaupun di dalamnya terdapat berbagai lapisan atau lingkungan sosial. Menurut Mayo (1998) sebagaimana dikutip oleh Suharto (2005), masyarakat dapat diartikan dua konsep, yaitu: (1) masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama dan (2) masyarakat sebagai kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Dari kedua pengertian di atas, masyarakat merupakan sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu, dengan aturan yang berlaku di tempat tersebut berupa norma dan nilai atau dengan kata lain mempunyai adat istiadat sebagai hasil dari interaksi yang mereka lakukan sejak lama.

26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam rangka menuju good corporate governance, IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola kini telah membentuk bagian khusus CSR dalam perusahaannya. Perwujudan penerapan CSR dapat dilihat dari pandangan perusahaan terhadap CSR, dan tahap impelementasi CSR. Penilaian keberhasilan pelaksanaan CSR dilakukan melalui analisis persepsi masyarakat terhadap program CSR yang telah dilaksanakan IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola. Persepsi masyarakat sebenarnya merupakan kumpulan persepsi dari individu-individu. Adapun persepsi individu tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya (faktor individu) dan faktor yang berasal dari luar dirinya atau lingkungannya (faktor lingkungan). Penilaian tingkat persepsi dibuat ke dalam tiga kelompok persepsi, yaitu: positif, netral dan negatif. Implementasi CSR yang dikaji dilihat dari pelaksanaan CSR perusahaan berupa bantuan fisik dan bantuan program. Bantuan fisik merupakan bantuan dari perusahaan dalam bentuk bangunan fisik di lingkungan masyarakat. Bantuan program merupakan bantuan berupa program kegiatan. Kerangka pemikiran operasional disajikan pada Gambar 1.

27 14 Rekomendasi CSR PT. Nityasa Idola Persepsi Masyarakat Implementasi CSR Positif - Sangat baik - Baik Netral Negatif - Buruk - Sangat buruk Bantuan Fisik Bantuan Program Karakteristik individu dan lingkungan Observasi lapang dan wawancara person kunci Observasi lapang dan wawancara rumah tangga Gambar 1. Kerangka pemikiran operasional 3.2 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola di Kecamatan Meranti Kabupaten Landak, pada bulan Juli sampai bulan September Dusun yang menjadi objek penelitian ini adalah Dusun Ampadi dan Dusun Ompeng. Kedua dusun tersebut dipilih karena telah mendapatkan program CSR dari perusahaan. 3.3 Jenis Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh langsung dari wawancara dengan masyarakat dan tokoh kunci yang terkait dengan penelitian. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:

28 15 1) Karakteristik responden, meliputi: nama, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan mata pencaharian. 2) Persepsi masyarakat 3) Keterlibatan masyarakat terhadap program CSR perusahaan. 4) Dampak yang diperoleh masyarakat dengan adanya program CSR perusahaan. 5) Implementasi CSR perusahaan 6) Dampak yang diperoleh perusahaan, meliputi: citra perusahaan di mata masyarakat menjadi baik, peningkatan produksi tanaman hasil kerjasama lahan dengan masyarakat. Data sekunder mencakup keadaan lingkungan baik fisik maupun sosial ekonomi masyarakat yang telah tersedia baik dari tingkat desa maupun dari instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Keadaan umum lokasi penelitian, meliputi: sejarah perusahaan dan keadaan fisik lingkungan. 2) Keadaan umum penduduk, meliputi: jumlah penduduk, pendidikan, agama dan mata pencaharian penduduk. 3) Data perusahaan berupa dokumen Rencana Kerja Umum (RKU) dan dokumen rencana dan realisasi CSR. 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan wawancara, serta pengumpulan data statistik yang turut membantu dalam penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada pihak perusahaan dan masyarakat sekitar yang berada dalam wilayah kerja IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola. Kuisioner berisikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan CSR perusahaan, pandangan dan dampak yang diperoleh setelah diadakannya kegiatan CSR.

29 Metode Pemilihan Responden Subyek dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi responden dan informan. Responden adalah masyarakat yang merasakan program CSR yang diadakan oleh PT. Nityasa Idola. Informan adalah pihak PT. Nityasa Idola sebagai perusahaan yang menjalankan CSR dan juga pihak-pihak lain yang terkait. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 29 orang, 20 responden berasal dari Dusun Ampadi dan 9 responden berasal dari Dusun Ompeng. Jumlah informan yang diwawancarai sebanyak tiga orang, yakni dua orang merupakan staf bagian CSR PT. Nityasa Idola dan satu orang merupakan kepala bagian farmasi Puskesmas Kecamatan Meranti. Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling, yakni dengan memilih masyarakat yang berada di sekitar wilayah kerja PT. Nityasa Idola yang merasakan program CSR perusahaan sebagai sample. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar responden dapat merepresentasikan keadaan masyarakat yang merasakan program CSR perusahaan secara keseluruhan. 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif. Analisis data primer dan data sekunder diolah menggunakan tiga tahapan analisis cara dan dilakukan bersamaan, yaitu: reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sitorus 1998). Berdasarkan deskripsi dan hubungan antar variabel yang ada di lapangan, dilakukan analisis, yaitu: 1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat secara umum disekitar kawasan perusahaan, 2) Analisis persepsi masyarakat umum terhadap kegiatan CSR perusahaan dan terhadap perusahaan secara umum, 3) Analisis implementasi CSR perusahaan, dan 4) Analisis dampak keberadaan perusahaan terhadap lingkungan, dan sosial ekonomi masyarakat Analisis data karakteristik responden Karakteristik individu adalah ciri-ciri dan kondisi sosial ekonomi responden pada daerah contoh yang kemudian dibagi menjadi usia, tingkat

30 17 pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, dan pendapatan. Pengolahan data dilakukan dengan statistika dasar yang kemudian dideskripsikan Analisis pendapatan Analisis pendapatan dilakukan dengan menggunakan metode analisis garis kemiskinan Sajogyo (1996). Seseorang digolongkan berada di bawah garis kemiskinan apabila memiliki pendapatan per kapita kurang dari nilai 320 kg beras ekuivalen per kapita/tahun (Sajogyo 1996). Nilai tersebut digunakan mengingat lokasi penelitian adalah di pedesaan. Perhitungan pendapatan per kapita pada penelitian ini diperoleh dari hasil pendapatan total responden per tahun dibagi dengan jumlah tanggungan keluarga. Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu wilayah per tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu wilayah pada tahun tersebut Tingkat persepsi masyarakat Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Skala Likert 5. Skala Likert merupakan skala yang paling banyak digunakan untuk pengukuran sikap maupun persepsi. Tanggapan dari Skala Likert 5, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Biasa (B), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) secara berturut bernilai 5, 4, 3, 2, 1. Pernyataan dalam item-item favorable mengandung nilainilai yang positif sampai item-item unfavorable yang mengandung nilai negatif (Ridwan dan Sunarto 2007). Data yang didapatkan dilakukan editing, untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner, setelah itu dilakukan coding di buku kode untuk mempermudah pengolahan data, sistem scoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan dan selanjutnya akan dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara

31 18 normatif yang dikategorikan berdasarkan interval kelas (Slamet 1993) sebagai berikut: Keterangan: n = batas selang Max = nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor Min = nilai minimum yang diperoleh dari skor = jumlah kategori Tabel 2 Tingkat persepsi berdasarkan skala Likert No Interval nilai tanggapan Tingkat persepsi 1 4,2-5,0 Sangat baik 2 3,4-4,2 Baik 3 2,6-3,4 Sedang 4 1,8-2,6 Buruk 5 1,0-1,8 Sangat buruk Data untuk mengetahui informasi persepsi diantaranya adalah: 1) Persepsi responden terhadap keberadaan hutan. 2) Persepsi responden terhadap program CSR perusahaan. 3) Persepsi responden terhadap kinerja perusahaan dalam pelaksanaan usaha yang dikerjasamakan bersama masyarakat. Selain itu dilakukan analisis pengaruh karakteristik responden terhadap persepsi responden. Analisis hubungan karakteristik terhadap persepsi digunakan untuk mengetahui trend pengaruh karakteristik responden terhadap persepsi pada perusahaan. Analisis hubungan ini dilakukan dengan menggunakan program software Mini Tab Dampak program CSR perusahaan Keberhasilan sebuah program akan terlihat jika dinilai dari dua pihak, yakni dari pihak penyelenggara program dan dari pihak yang menerima program.

32 19 Dampak bagi masyarakat adalah efek yang terjadi pada masyarakat dalam hal sosial ekonomi setelah dilaksanakannya CSR oleh perusahaan. Sedangkan dampak pada perusahaan adalah efek balik yang diberikan masyarakat setelah dilaksanakannya program dari perusahaan. Variabel dampak yang ingin diketahui diantaranya adalah: 1) Penambahan sarana prasarana umum di lingkungan masyarakat, 2) Peningkatan ekonomi masyarakat, 3) Citra positif masyarakat terhadap perusahaan, 4) Peningkatan produksi tanam perusahaan.

33 IV. PROFIL PERUSAHAAN DAN KEADAAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Perusahaan Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No. 329/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri kepada PT. Nityasa Idola seluas Ha. Sejarah perkembangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT. Nityasa Idola disajikan dalam uraian berikut. Berdasarkan Surat Ditjen Pengusahaan Hutan No. 1936/IV-PPH/1994 mulai tahun 1995 PT. Nityasa Idola melaksanakan uji tanaman seluas 200 hektar di Kecamatan Ledo Kabupaten Sambas, namun mengalami hambatan dari masyarakat. Kegiatan usaha perusahaan semakin terganggu dengan terjadinya konflik sosial masyarakat antar Suku Dayak dan Suku Madura pada tahun 1997 hingga akhirnya perusahaan harus meninggalkan areal konsesinya demi keselamatan para pegawai. Pada tahun 2006 PT. Nityasa Idola kembali mengajukan pembaharuan izin usaha kepada Menteri Kehutanan dan melakukan pengulangan kegiatan uji tanaman areal seluas 200 hektar yang terletak di Kampung Malosa dan Sukamulya, Kecamatan Bengkayang yang sudah mencapai tahap penanaman. Penanaman berdasarkan Rencana Karya Tahunan (RKT), dilakukan untuk RKT 1998/1999 mencapai sekitar 600 hektar ditambah percobaan penanaman seluas 200 hektar. Selain penanaman, selama pelaksanaan RKT tersebut dibangun persemaian permanen yang mampu memproduksi bibit 2 juta bibit/tahun. Sedangkan bibit yang sudah diproduksi bibit yang terdiri dari jenis Acacia mangium, Gmelina arborea dan Eucalyptus spp. Bina desa hutan yang telah dilakukan oleh PT. Nityasa Idola sampai dengan tahun 1999 adalah pembangunan sarana dan prasarana peribadatan satu buah seluas 60 m 2, bangunan serba guna satu buah seluas 60 m 2, pengembangan karet rakyat seluas 10 ha, demplot pertanian tumpangsari seluas 1,6 hektar serta mengadakan sarasehan dan penyuluhan sebulan sekali. Kegiatan ini terus

34 21 berlangsung hingga pecahnya kerusuhan besar di Kalimantan Barat pada tahun 1997 yang terulang dengan skala yang lebih luas pada tahun Kondisi keamanan dan perkembangan sosial masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat pasca kerusuhan tahun 1997 dan 1999 membuat situasi menjadi sangat tidak kondusif untuk pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan hutan tanaman dan investasi pada umumnya antara lain dengan terjadinya penguasaan dan penggunaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar hutan yang mengakibatkan luas areal yang dapat ditanami tidak lagi sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKPHTI) yang telah disetujui oleh Dirjen Pengusahaan Hutan dengan Surat Keputusan Nomor 251/Kpts/VI/1999 tanggal 27 Desember 1999 dimana direncanakan bahwa luas efektif tanaman adalah hektar, dengan daur tanaman 8 tahun dengan jenis tanaman Acacia mangium, Gmelina arborea dan Paraserianthes falcataria. Mempertimbangkan perubahan yang terjadi, PT. Nityasa Idola pada akhir tahun 2006 memohon persetujuan untuk perubahan (revisi) Rencana Kerja Umum Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) HTI. Pada tanggal 4 Oktober 2007, PT. Nityasa Idola memperoleh pengesahan atas revisi Rencana Kerja IUPHHK HTI dalam Hutan Tanaman periode tahun 1998 sampai dengan 2041 dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. 248/VI-BPHT/2007 tentang Persetujuan dan pengesahan Revisi Keputusan Direktur Jendral Pengusahaan Hutan Produksi Nomor 351/Kpts-VI/1999 tentang pengesahan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman (RKPHT) yang meliputi seluruh jangka waktu pengusahaan hutan atas nama PT. Nityasa Idola di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan revisi rencana kerja ini, mulai tahun 2007 PT. Nityasa Idola melakukan kegiatan pembuatan tanaman dan sampai akhir tanam 2008 telah menyelesaikan penanaman seluas 280 hektar dengan jenis tanaman sengon serta membangun tiga buah persemaian yang dikelola bersama masyarakat masingmasing dengan kapasitas produksi batang bibit per tahun.

35 Letak dan Luas Areal Kerja Areal IUPHHK HTI yang dikelola oleh PT. Nityasa Idola terletak di dua administrasi pemerintahan otonom, yaitu Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Landak. Keduanya terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Secara fisik, areal IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentang lahan yaitu satu bentang di Kabupaten Bengkayang dan dua bentang lahan di Kabupaten Landak. Areal kerja IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola secara geografis terletak pada garis lintang Lintang Utara dan garis bujur Bujur Timur. Secara administrasi areal kerja IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola terletak di Kabupaten Landak dan Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Untuk di Kabupaten Bengkayang wilayah mencakup Kecamatan Samalantan, Bengkayang, Ledo, Sanggau Ledo, Seluas, Sungai Raya, Capkala, Monterado, Teriak, Sungai Betung, Suti Semarang, Lumar, Jagoi Babang dan Siding. Sedangkan untuk di Kabupaten Landak, terletak di wilayah Kecamatan Kuala Behe, Air Besar, Sebangki, Ngabang, Meranti, Menyuke, Mempawah Hulu, Menjalin, Mandor dan Sengah Temila. IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola memiliki luas total areal konsesi sebesar Ha. 4.3 Iklim dan Hidrologi Iklim di kawasan konsesi IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola dapat dimasukkan dalam tipe A menurut pembagian iklim Schmidt Ferguson. Cara pembagian iklim menurut Schimdt Fergusson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan terbasah setiap tahun kemudian dirataratakan. Untuk bulan terbasah (dengan curah hujan tertinggi) adalah bulan Januari dengan curah hujan sebesar 430 mm/bulan. Sedangkan untuk bulan terkering (dengan curah hujan terendah) adalah bulan Agustus dengan curah hujan sebesar 87 mm/bulan (PT. Nityasa Idola 2007). Di wilayah konsesi IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola mengalir beberapa sungai, yaitu: Sintangan, Ledo, Tumek, Sebalau, Menyuke, Sengah, Perabe, Behe dan Beringin.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Perusahaan Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No 329/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 20 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1.Sejarah Perusahaan Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No 329/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Hutan tanaman pola kemitraan merupakan kolaborasi antara PT. Nityasa Idola dengan masyarakat lokal. Masyarakat desa sudah lama mengklaim bahwa areal

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Paradigma dalam CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-7 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Public Relations (PR) 2.1.1.1 Pengertian PR Institute of Public Relations dalam Jefkins (2003) menyatakan definisi PR adalah keseluruhan upaya yang

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT KAMPUNG TASUK DI KABUPATEN BERAU TERHADAP KEBERADAAN PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA

PERSEPSI MASYARAKAT KAMPUNG TASUK DI KABUPATEN BERAU TERHADAP KEBERADAAN PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA 1 PERSEPSI MASYARAKAT KAMPUNG TASUK DI KABUPATEN BERAU TERHADAP KEBERADAAN PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA Nahwani Fadelan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Tanjung Redeb ABSTRACT This study aims to

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. IKH termuat di dalam Akte Pendirian Perseroan. Akte ini telah disahkan oleh

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. IKH termuat di dalam Akte Pendirian Perseroan. Akte ini telah disahkan oleh BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat PT. IKH didirikan pada tanggal 19 Mei 1997. Anggaran dasar PT. IKH termuat di dalam Akte Pendirian Perseroan. Akte ini telah disahkan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa hutan merupakan suatu potensi kekayaan alam yang dapat diperbaharui,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hutan merupakan suatu potensi kekayaan alam

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1.1 Konsep Corporate Social Responsibility Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki banyak definisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 07 TH 1990

PERATURAN PEMERINTAH NO. 07 TH 1990 PERATURAN PEMERINTAH NO. 07 TH 1990 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHA HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa hutan merupakan

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa hutan merupakan suatu potensi kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dan masyarakat yang bermukim di sekitarnya merupakan dua komponen yang saling mempengaruhi. Aktivitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan memiliki dampak

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya transportasi darat, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) masih senantiasa bertahan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

Lebih terperinci

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Modul ke: Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Bentuk Khusus Media Komunikasi Pemasaran Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Marketing Public Relation

Lebih terperinci

DI AREAL TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL)

DI AREAL TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL) ANALISIS EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT Eks PENGUNGSI DI AREAL TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL) (Studi Kasus: Dusun Damar Hitam dan Dusun Sei Minyak Kecamatan Sei Lepan dan Kecamatan Besitang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) SKRIPSI DEWI SHINTA KOMALA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR

PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR Oleh : RISA ANJASARI L2D 005 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PP 7/1990, HAK PENGUSAHAAN... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tanggal: 16 MARET 1990 (JAKARTA) Sumber: LN 1990/11; TLN NO. 3404 Tentang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG, 1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR P.7/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016 TENTANG STANDAR OPERASIONALISASI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR )

Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR ) Bussiness Ethic and Good Governence Corporate Social Responsibility ( CSR ) Dr.H. Ahmad Badawi Saluy, SE.,MM www.mercubuana.ac.id Corporate Social Responcibility Definisi World Bank komitmen dunia usaha

Lebih terperinci

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja No. 1327, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Hutan Berkala. Rencana Kerja. Izin. Hasil Hutan. Restorasi Ekosistem. Inventarisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 365/Kpts-II/2003 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN TANAMAN KEPADA PT. BUKIT BATU HUTANI

Lebih terperinci

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia www.greenomics.org MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia 5 Desember 2011 HPH PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa -- yang beroperasi di Provinsi Riau -- melakukan land-clearing hutan

Lebih terperinci

FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN ALAM

FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN ALAM Lampiran : I Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : 51/KPTS/VI-PHP/2003 Tanggal : 28 Oktober 2003 BENTUK DAN ISI A. Bentuk FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT. SARI BUMI KUSUMA UNIT SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH) IRVAN DALI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : 1:1414 PERATURAN PEMERINTAH NO.7 TAHUN1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Menimbang : a. bahwa hutan merupakan suatu potensi kekayaan alam yang dapat diperbaharui, yang perlu dimanfaatkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA 1 PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: Yan Alfred Sigalingging 061201030 Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG INVENTARISASI HUTAN BERKALA DAN RENCANA KERJA PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU RESTORASI EKOSISTEM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan suatu negara menjadi tanggung jawab semua insan yang berada di dalam negara tersebut, tidak terkecuali perusahaan ataupun industri, untuk mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu,csr

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif dengan tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif dengan tipe BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TIPE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif dengan tipe deskriptif analitis. Menurut Moleong (2009) 39 penelitian kualitatif adalah untuk

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E14101043 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN LUKMANUL HAKIM.

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hutan produksi di Indonesia

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan CSR merupakan bagian dari kebijakan bisnis Trans TV, dan merupakan bentuk komitmen manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki kawasan hutan yang luas. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.35/Menhut-II/2013 tanggal 15 Januari 2013 tentang perubahan atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT P.P LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk MEDAN

TINJAUAN PELAKSANAAN COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT P.P LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk MEDAN TINJAUAN PELAKSANAAN COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT P.P LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk MEDAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3 Oleh DIANA FEBRY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT PAP DALAM BIDANG PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT DESA MADAK

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT PAP DALAM BIDANG PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT DESA MADAK TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT PAP DALAM BIDANG PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT DESA MADAK Mertika, Yohanes Bahari, Nuraini Asriati Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Email: mertika_pensos@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG DRAFT 15 30 Des 2011 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.19/Menhut-II/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.62/MENHUT-II/2008 TENTANG RENCANA KERJA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di Cilacap. Hal ini disebabkan lokasi PT Rekayasa Industri berada di Kalibata Timur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hutan produksi di Indonesia

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT Oleh: NIA ROSIANA A14104045 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI BETUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI BETUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI BETUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha kini berkembang pesat seiring dengan perkembangan pesat dalam dunia teknologi dan informasi yang kemudian melahirkan era globalisasi dan memicu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN TANAMAN KEPADA PT. KELAWIT WANALESTARI

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG INVENTARISASI HUTAN MENYELURUH BERKALA DAN RENCANA KERJA PADA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dalam dunia usaha hingga saat ini yaitu terkait tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. CSR dengan citra perusahaan. Menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan

BAB III METODOLOGI. CSR dengan citra perusahaan. Menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan 26 BAB III METODOLOGI 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan implementasi program CSR dengan citra perusahaan. Menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) ARIEF KURNIAWAN NASUTION DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 183, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3904)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 183, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3904) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 183, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3904) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

LUAS KAWASAN (ha)

LUAS KAWASAN (ha) 1 2 3 Berdasarkan Revisi Pola Ruang Substansi Kehutanan sesuai amanat UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang mengalami perubahan yang telah disetujui Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 936/Kpts-II/2013

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DATA KEHUTANAN

PENGUMPULAN DATA KEHUTANAN PENGUMPULAN DATA KEHUTANAN TRIWULANAN 2014 PEDOMAN PENCACAHAN BADAN PUSAT STATISTIK ii KATA PENGANTAR Kegiatan pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan (DKT) dilakukan untuk menyediakan data kehutanan per

Lebih terperinci

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING)

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Modul ke: BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Fakultas Pascasarjana Dr. Anik Tri Suwarni, MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id KASUS PEMBUKA Pandangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN BERBAGAI JENIS PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan ANALISIS SOSIAL BUDAYA REDD+ 2011 Penyusunan Kriteria Indikator Pemilihan Lokasi dan Strategi Keberhasilan Implementasi REDD dari Perspektif Struktur Sosial Budaya Tim Peneliti PUSPIJAK Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2011 KEMENTERIAN KEHUTANAN. IUPHHK. Hutan Tanaman Rakyat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 53 TAHUN 2001 T E N T A N G IJIN USAHA HUTAN TANAMAN (IHT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) SKRIPSI TEGUH PURWADI H34050065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk

Lebih terperinci