SELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCHRYVER SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCHRYVER SKRIPSI"

Transkripsi

1 SELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCHRYVER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Kimia Oleh : Leni Fauzy PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 i

2

3

4

5 MOTTO Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasannya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (QS. An-Najm: 39-40) The three great essentials to achieve anything worth while are: hard work; stick-toitiveness; common sense. (Thomas Alva Edison) v

6 HALAMAN PERSEMBAHAN Alhamdulillahirabbil alamin, rasa syukur selalu saya panjatkan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sebagai penuntun jalan hidupku untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segenap cintaku skripsi ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tuaku, Bapak Warijan dan Ibu Rubinem yang tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, dan semangat kepadaku. Semoga Allah memberikan balasan surga untuknya. Aamiin Mas Ari Wibawa, mbak Andar dan segenap keluarga terimakasih untuk dukungan dan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini. Lisa, Dara, Ifah, Fina, Rahma, Eti, Rika, Ellen, Hamida, Winarni, Karyanto, Yoga terimakasih untuk canda tawa, semangat, dan dukungannya selama ini. Ibu Regina Tutik Padmaningrum, Rika, Ellen, Dhani, dan Pak Ali terimakasih untuk bimbingan dan diskusi dalam menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman kimia subsidi 2012 dan UKM Bulutangkis UNY terimakasih untuk canda tawa, latihan, kebersamaan, perjalanan, dan petualangannya. Terimakasih sudah memberi warna di bangku kuliahku. vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulisan skripsi dengan judul Selektivitas Metode Analisis Formalin secara Spektrofotometri dengan Pereaksi Schryver dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini membutuhkan banyak bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih secara tertulis kepada: 1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia dan Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Bapak Erfan Priyambodo, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Ibu Regina Tutik Padmaningrum, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan serta nasehat dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi. 5. Ibu Dr. Siti Sulastri, M.S selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran guna memperbaiki Tugas Akhir Skripsi. 6. Ibu Susila Kristianingrum, M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran guna memperbaiki skripsi. 7. Ibu Siti Marwati, M.Si selaku Sekretaris Penguji yang telah memberikan saran guna memperbaiki skripsi. 8. Bapak Dr. P. Yatiman selaku Pembimbing Akademik Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. vii

8 9. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membimbing dan membagikan ilmunya selama kuliah kepada penulis. 10. Bapak Ali Murtono, S.T, selaku laboran kimia analisis yang telah mambantu selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi. 11. Kedua Orang tuaku (Bapak Warijan dan Ibu Rubinem), Kakakku (Ari Wibawa) serta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan cinta kasih yang tiada henti. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu, yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian lebih lanjut. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan perbaikkan pendidikan di masa yang akan datang. Yogyakarta, Juni 2016 Penulis, Leni Fauzy NIM viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv ABSTRAK... xv ABSTRACT... xvi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Perumusan Masalah... 4 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 6 BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 7 A. Deskripsi Teori Formalin Analisis Kualitatif Formalin... 9 ix

10 3. Analisis Kuantitatif Formalin secara Spektrofotometri Glukosa dan Galaktosa Tahu Selektivitas B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berfikir BAB III. METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek Penelitian Objek Penelitian B. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang Digunakan Bahan yang Digunakan C. Prosedur Penelitian Penyiapan Larutan Pembuatan Pereaksi Schryver Penentuan Panjang Gelombang yang Memberikan Serapan Maksimum Pembuatan Kurva Kalibrasi Pembuatan Larutan untuk Uji Selektivitas Penyiapan Sampel Tahu Uji Formalin dalam Sampel Tahu secara Spektrofotometri UV-Vis Uji Formalin dalam Sampel Tahu dengan Penambahan Campuran Matriks Glukosa dan Galktosa secara Spektrofotometri UV-Vis x

11 D. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum B. Penentuan Kurva Kalibrasi C. Penentuan Selektivitas Pereaksi Schryver dengan Adanya Matriks Glukosa dan Galaktosa D. Uji Sampel Tahu BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Panjang Gelombang dan Warna yang Diabsorbsi.. 12 Tabel 2. Kandungan Gizi Tahu Per 100 gram.. 20 Tabel 3. Volume Pengambilan Larutan Formalin 50 ppm 27 Tabel 4. Data Absorbansi Larutan Formalin dengan Adanya Matriks Glukosa 38 Tabel 5. Data Absorbansi Larutan Formalin dengan Adanya Matriks Galaktosa. 40 Tabel 6. Data Absorbansi Larutan Formalin dengan Adanya Matriks Campuran Glukosa dan Galaktosa Tabel 7. Data Persentase Galat Absorbansi Larutan Formalin dengan Adanya Matriks Tabel 8. Data Absorbansi Larutan Standar Tabel 9. Statistika Dasar Uji Linieritas.. 53 Tabel 10. Data Absorbansi Larutan Sampel Tahu Kontrol. 55 Tabel 11. Data Absorbansi Larutan Sampel Tahu Berformalin Tanpa Matriks. 55 Tabel 12. Data Absorbansi Larutan Sampel Tahu Berformalin dengan Adanya Matriks 56 Tabel 13. DataRata-rata Absorbansi Larutan Formalin danabsorbansi Matriks. 57 xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Rumus Struktur Formaldehid. 8 Gambar 2. Kurva Absorbansi (A) Vs Konsentrasi (C) 14 Gambar 3. Struktur Fischer Glukosa 18 Gambar 4. Struktur Fischer Galaktosa. 19 Gambar 5. Spektrum Absorbsi Larutan Formalin 20 ppm dengan Pereaksi Schryver. 35 Gambar 6. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Formalin 36 Gambar 7. Perbedaan Struktur Fischer (a) Glukosa dan (b) Galaktosa Gambar 8. Grafik Perbandingan Absorbasni Larutan Formalin Tanpa Matriks dengan Absorbansi Larutan Formalin dengan Adanya Matriks Glukosa 1 ppm.. 39 Gambar 9. Grafik Perbandingan Absorbasni Larutan Formalin Tanpa Matriks dengan Absorbansi Larutan Formalin dengan Adanya Matriks Galaktosa 1 ppm Gambar 10. Grafik Perbandingan Absorbasni Larutan Formalin Tanpa Matriks dengan Absorbansi Larutan Formalin dengan Adanya Matriks Campuran Glukosa dan Galaktosa 43 xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Skema Prosedur Kerja Lampiran 2. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi Lampiran 3. Penentuan Kadar Formalin pada Sampel Tahu Merk P Lampiran 4. Perhitungan Uji Selektivitas Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Lampiran 6. Spektrum Penentuan Panjang Gelombang Lampiran 7. Hasil Pengukuran Larutan Standar Formalin Lampiran 8. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Sampel Tahu Kontrol Lampiran 9. Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Sampel Tahu Berformalin xiv

15 SELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCHRYVER Oleh : Leni Fauzy Pembimbing Skripsi: Regina Tutik Padmaningrum ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selektivitas pereaksi Schryver dalam analisis formalin dalam sampel tahu berformalin, yang terlebih dahulu mengetahui panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum, range konsentrasi formalin yang linier, pengaruh matriks glukosa dan galaktosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver. Subjek penelitian ini adalah analisis formalin secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Schryver. Objek penelitian ini adalah selektivitas pereaksi Schryver dengan adanya matriks berupa glukosa dan galaktosa dalam sampel tahu. Sampel yang digunakan adalah tahu yang diberi formalin. Selektivitas pereaksi Schryver dinyatakan dengan persentase galat hasilpengukuran absorbansi larutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selektivitas pereaksi Schryver kurang baik untuk uji formalin. Panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum yang dihasilkan adalah 516,5 nm. Kurva standar formalin dengan pereaksi Schryver pada konsentrasi formalin (2-35) ppm membentuk garis linier dengan persamaan Y = 0,01644X + 0,04092 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9964. Penambahan matriks glukosa, galaktosa, dan campuran keduanya, masing-masing menurunkan absorbansi secara berturut-turut sebesar 18,88%, 18,03%, dan 31,53%. Untuk uji formalin dalam sampel tahu, penambahan matriks campuran glukosa dan galaktosa menunjukkan selisih konsentrasi sebesar 219,934 ppm dengan nilai galat sebesar 33,63%. Kata kunci: selektivitas, pereaksi Schryver, analisis formalin xv

16 SELECTIVITY OF SPECTROPHOTOMETRY METHOD FOR FORMALIN ANALYSIS USING SHRYVER REAGENT By : Leni Fauzy Supervisor : Regina Tutik Padmaningrum ABSTRACT The aims of this research were to determine the selectivity of Schryver reagent for formalin analysis in tofu sample that had been given formalin, the first to find out the maximum wavelength, range linier concentration of formalin, the influence of glucose and galactose matrix toward absorbance measurement of formalin by Spectrofotometry using Schryver reagent. The subject of this research was analysis formalin by spectrophotometry using Schryver reagent. The object of this research was selectivity of Schryver reagent by adding glucose and galactose matrix in tofu sample. The sample was tofu that had been given formalin. Glucose and galactose matrix was added to the sample then measured that s absorbance using Schryver reagent. The selectivity of Schryver reagent expressed as a percentage error absorbance measurement of the solution. The result of this research showed that the selectivity of Schryver reagent for analysis formalin was not good enough. The maximum wavelength obtained was nm. The standard curve formed by formalin and Schryver reagent under concentration range (2-35) ppm forms a linier regression line in equation Y = X with correlation coefficient (r) was The addition of glucose matrix, galactose matrix, and the mixture of both matrix each decrease absorbance respectively 18.88%, 18.03%, and 31.53%. The additional mixed matrix of glucose and galactose in tofu sample obtain difference concentration by ppm with 33.63% of the errors. Key words: selectivity, Schryver reagent, formalin analysis xvi

17 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Formalin merupakan jenis bahan tambahan berbahaya yang masih sering digunakan secara bebas oleh pedagang atau produsen pangan yang tidak bertanggung jawab. Larangan penggunaan formalin sebagai bahan tambahan makanan telah tercantum dalam Permenkes RI No.033 tahun 2012, tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), bagian bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP (Herman Suryadi dkk, 2010: 2). Penyalahgunaan formalin dapat ditemukan pada makanan yang tidak tahan lama, seperti: mie basah, bakso, ikan segar, dan tahu. Hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (2010), penggunaan formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas, yaitu 66% dari total 786 sampel. Sementara, mie basah menempati posisi kedua yaitu sebanyak 57%. Tahu dan bakso berada pada urutan berikutnya yaitu 16% dan 15%. Penyalahgunaan formalin dalam tahu dikarenakan tahu yang mudah rusak. Kerusakan tahu ditandai dengan bau asam dan berlendir. Kandungan gula sebesar 3 % dalam tahu akan memacu bakteri untuk melakukan metabolisme (Fifit Indriastuti, 2013:58). Kandungan gula tersebut diasumsikan sebagai glukosa dan galaktosa yang merupakan senyawa aldehid. Selain itu, hasil penelitian Sri Ratna Sari Wulan (2015) tentang identifikasi formalin pada bakso dari pedagang bakso di Kecamatan Panakukkang kota Makassar menunjukkan 1

18 hasil 4 dari 30 sampel bakso positif mengandung formalin dengan kadar berkisar antara 0,321 μg/g hingga 1,510 μg/g. Penyalahgunaan tersebut mengisyaratkan perlunya analisis formalin dalam makanan yang beredar di pasaran. Analisis formalin dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan metode HPLC, kolorimetri, spektrofotometri, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi gas (Bianchi, et al, 2007). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometri dengan pereaksi Schryver. Formalin merupakan larutan formaldehid 35-40% dalam air dengan metanol 10-15% sebagai stabilisator. Analisis formalin dapat didasarkan pada penetapan kadar formaldehidnya. Pada penetapan kadar formaldehid secara spektrofotometri diperlukan suatu reaksi derivatisasi untuk membentuk gugus kromofor. Selain menggunakan pereaksi Schryver, dalam proses ini dapat digunakan beberapa pereaksi warna sehingga formaldehid dapat membentuk warna dan memberi serapan pada panjang gelombang sinar tampak, yaitu: pereaksi KMnO 4, asam kromatopat, Nash s, Schiff s, dan Fehling. Pada penelitian ini pereaksi Schryver dipilih karena praktis dan mudah dilakukan karena tidak memerlukan proses pemanasan. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan validasi metode analisis formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver (Dhanianto, 2016). Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk 2

19 membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan penggunaannya. Parameter yang digunakan dalam validasi meliputi linieritas, daerah kerja, batas deteksi, batas kuantitasi, presisi, akurasi, dan selektivitas. Dalam penelitian tersebut belum dipelajari selektivitas pereaksi Schryver, yaitu pengaruh senyawa asing (matriks) terhadap kinerja pereaksi Schryver. Analisis kuantitatif formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver didasarkan pada reaksi kondensasi antara formaldehid dengan pereaksi Schryver. Berdasarkan hal tersebut adanya senyawa aldehid lain dalam sampel kemungkinan akan ikut bereaksi dengan pereaksi Schryver. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji selektivitas pereaksi Schryver terhadap adanya matriks berupa senyawa aldehid yang lain dalam sampel tahu, yaitu glukosa dan galaktosa. Pada penelitian ini dibuat sampel hipotetik, yaitu tahu berformalin. Selektivitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel (Harmita, 2004:127). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut: 1. Formalin adalah salah satu bahan tambahan yang penggunaannya sering disalahgunakan dalam produk pangan. Formalin berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan analisis formalin dalam makanan. 3

20 2. Terdapat beberapa pereaksi yang dapat digunakan untuk analisis formalin dalam sampel makanan namun belum diketahui selektivitasnya. 3. Adanya senyawa pengganggu (matriks), yaitu glukosa dan galaktosa dalam sampel tahu akan mempengaruhi hasil pengukuran dengan pereaksi Schryver. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan batasan masalah sebagai berikut: 1. Bahan makanan yang digunakan untuk sampel penelitian ini adalah tahu. 2. Jenis pereaksi yang digunakan dalam analisis formalin adalah pereaksi Schryver. 3. Pada penelitian ini akan dipelajari selektivitas pereaksi Schryver terhadap matriks yang berupa glukosa dan galaktosa dalam sampel tahu. D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah: 1. Berapakah panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum dalam analisis formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver? 2. Berapakah range konsentrasi formalin yang linier dalam analisis formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver? 3. Bagaimanakah pengaruh matriks glukosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver? 4

21 4. Bagaimanakah pengaruh matriks galaktosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver? 5. Bagaimanakah pengaruh matriks campuran glukosa dan galaktosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver? 6. Bagaimanakah pengaruh matriks campuran glukosa dan galaktosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver dalam sampel tahu? 7. Bagaimanakah selektivitas pereaksi Schryver terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan adanya matriks glukosa dan galaktosa? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dipaparkan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum dalam analisis formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver. 2. Mengetahui range konsentrasi formalin yang linier yang diamati secara spektrofotometri. 3. Mengetahui pengaruh matriks glukosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver. 5

22 4. Mengetahui pengaruh matriks galaktosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver. 5. Mengetahui pengaruh matriks campuran glukosa dan galaktosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver. 6. Mengetahui pengaruh matriks campuran glukosa dan galaktosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver dalam sampel tahu. 7. Mengetahui selektivitas pereaksi Schryver terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan adanya matriks glukosa dan galaktosa. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Memberikan informasi tentang cara menguji adanya formalin dalam bahan makanan bagi masyarakat. 2. Sebagai referensi bagi penelitian berikutnya tentang selektivitas pereaksi Schryver yang diaplikasikan untuk uji formalin. 3. Meningkatkan wawasan dalam ilmu kimia terutama bidang kimia analisis bagi peneliti. 6

23 A. Deskripsi Teori 1. Formalin BAB II KAJIAN PUSTAKA Formalin merupakan larutan 37% formaldehida dalam air. Dalam larutan formalin biasanya ditambahkan alkohol (metanol) sebanyak 10-15% yang berfungsi sebagai stabilisator agar formalin tidak mengalami polimerisasi (Mulono, 2005). Larangan penggunaan formalin sebagai bahan tambahan makanan telah tercantum dalam Permenkes RI No.033 tahun 2012, tentang Bahan Tambahan Pangan bagian bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP (Herman Suryadi dkk, 2010: 2). Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang (Sri Hastuti, 2010: 1). Akibat yang ditimbulkan oleh formalin tergantung pada kadar formalin yang terakumulasi di dalam tubuh, semakin tinggi kadar formalin yang terakumulasi semakin parah pula akibat yang ditimbulkan. American Conference of Governmental and Industrial Hygienists (ACGIH) menetapkan ambang batas aman formalin dalam tubuh adalah 0,4 ppm (Alsuhendra dan Ridawati, 2013). Menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS), lembaga khusus dari tiga organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yaitu International Labour Organization (ILO), United Nations Environment Programme (UNEP) dan World Health Organization 7

24 (WHO) yang peduli pada keselamatan penggunaan bahan-bahan kimia, bahwa secara umum ambang batas aman formalin dalam makanan yang masih bisa ditolerir dalam tubuh orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari sedangkan formalin dalam bentuk air minum yang masih bisa ditolerir dalam tubuh yaitu 0,1 ppm (Herman Singgih, 2013). Formalin sebenarnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam dunia kedokteran misalnya sebagai bahan pengawet mayat. Bahan ini juga biasa digunakan untuk mengawetkan hewan hewan untuk keperluan penelitian. Selain sebagai bahan pengawet formalin juga memiliki fungsi lain sebagai berikut: 1. Zat antiseptik untuk membunuh mikroorganisme. 2. Desinfektan pada kandang ayam dan sebagainya. 3. Antihidrolik (penghambat keluarnya keringat) sehingga sering digunakan sebagai bahan pembuat deodorant. 4. Bahan campuran pembuatan tisu, dan 5. Bahan baku industri pembuatan lem plywood, resin maupun tekstil (Cahyo dan Diana, 2006: 62). Struktur dari formaldehid dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Rumus Struktur Formaldehid 8

25 Formaldehid pada konsentrasi 0,5 1 bpj di udara dapat dideteksi dari baunya. Konsentrasi 2 3 bpj dapat menyebabkan iritasi ringan dan konsentrasi 4 5 bpj pada umumnya tidak dapat ditoleransi oleh manusia. Jika disimpan formaldehid akan dimetabolisme menjadi asam formiat dan metanol. Asam formiat kemudian dikonversi menjadi metilformiat. Pada suhu sangat rendah akan terbentuk trioksimetilin. Titik didih formaldehid pada 1 atm adalah 96 C, ph 2,8 4,0 dan dapat bercampur dengan air, aseton, dan alkohol (Wisnu Cahyadi, 2009: 259). 2. Analisis Kualitatif Formalin Terdapat banyak metode untuk mengetahui apakah suatu bahan makanan mengandung formalin atau tidak, mulai dari pengamatan secara fisik makanan seperti warna pada makanan lebih terang, tekstur kaku, dan yang dapat teramati lebih detail adalah pada keawetan makanan tersebut. Namun pada konsentrasi rendah pengamatan secara fisik akan sukar dilakukan sehingga perlu dilakukan analisis kualitatif formalin dalam bahan makanan agar diketahui ada atau tidaknya formalin. Analisis kualitatif cenderung mudah dilakukan yaitu dengan menambahkan pereaksi tertentu ke dalam bahan makanan yang diduga mengandung formalin sehingga akan dihasilkan perubahan warna yang khas. Uji seperti ini disebut juga spot test. Analisis kualitatif formalin dapat dilakukan dengan pereaksi KMnO 4, K 2 Cr 2 O 7, FeCl 3, asam kromatofat, Schiff s, fehling, dan Schryver. Persamaan reaksi yang terjadi antara formalin dengan pereaksi-pereaksinya yaitu: 9

26 a. Pereaksi asam kromatofat (C 10 H 6 Na 2 O 8 S 2.2H 2 O) O OH OH 2 - O 3 S H 2 SO 4 - O 3 S OH HO SO 3 - O + H H SO O 3 S C H SO 3 - Larutan jernih tak berwarna larutan berwarna ungu (Paris, 1989) b. Pereaksi Schiff s H 2 N + NH 3 SO 3 H 2CH 2 O 2H 2 SO 3 H H H C N + NH 3 SO 3 - NH 2 CH 3 - O 3 S NH C CH 3 H Larutan jernih tak berwarna (Keusch, 2012) H larutan berwarna ungu c. Pereaksi KMnO 4 3CH 2 O(aq) + 2KMnO 4 (aq) + H 2 O(l) Larutan berwarna merah 3CH 2 O 2 (aq) + 2KOH(aq) + 2MnO 2 (s) endapan coklat d. Pereaksi Fehling CH 2 O(aq)+ 2Cu 2+ (aq) + 5OH - (aq) Larutan berwarna biru HCOO - (aq) + 3H 2 O(l) + Cu 2 O (s) endapan merah bata (Fessenden, 1986) 10

27 e. Pereaksi Schryver O NH. HCl + H C H NH 2 Formaldehida Fenilhidrazin hidroklorida NH H + NH N CH 2 Fe 3+ N + H H + N N C H N N Larutan kompleks berwarna merah (Suryadi, Herman, Hayun, dan Harsono, 2008) Pereaksi Schryver merupakan pereaksi yang spesifik untuk uji formalin. Reaksi kimia yang terjadi berdasarkan kondensasi antara formalin dengan fenihidrazin, yang pada suatu reaksi oksidasi akan menghasilkan suatu basa lemah. Hasil reaksi berupa larutan kompleks berwarna merah, yaitu senyawa kompleks formazil, yaitu senyawa yang memiliki gugus azo (mengandung nitrogen). Kemudian dengan adanya kelebihan asam kuat akan menghasilkan garam dan pada akhirnya mengalami disosiasi hidrolitik pada pengenceran. Schryver kemudian memodifikasi pereaksi yang digunakan, yaitu dengan mengganti ferri klorida dengan agen 11

28 pengoksidasi yang tidak menghancurkan warna yaitu kalium ferrisianida, dan dengan menggunakan asam klorida pekat sebagai pengganti asam sulfat pekat (Schryver S.B., 1910: 220). 3. Analisis Kuantitatif Formalin secara Spektrofotometri Analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar suatu senyawa dalam sampel atau menetapkan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Metode spektrofotometri adalah metode yang sering digunakan untuk mengetahui kadar formalin dalam sampel. Prinsip metode spektrofotometri didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi elektromagnetik dengan suatu zat kimia. Tempat cahaya putih diubah menjadi cahaya monokromatis yang bisa dilewatkan ke dalam larutan berwarna, sebagian cahaya diserap dan sebagian diteruskan (Abdul Rohman & Sumantri, 2007:243). Panjang gelombang dan warna yang diabsorbsi dapat ditunjukan pada Tabel 1. Tabel 1. Panjang gelombang dan warna yang diabsorbsi (Bassett, J. 1994: 810) Warna yang diabsorbsi Ultraviolet <400 Violet Biru Hijau Kuning Jingga Merah Inframerah >760 Panjang Gelombang (nm) 12

29 Jika suatu berkas cahaya melewati suatu medium homogen, sebagian dari cahaya datang (Po) diabsorbsi sebanyak (Pa), sebagian dapat dipantulkan (Pr), sedangkan sisanya ditransmisikan (Pt) dengan efek intensitas murni sebesar : Po = Pa + Pt + Pr Keterangan: Po : intensitas cahaya masuk Pa : intensitas cahaya diabsorbsi Pr : intensitas cahaya dipantulkan Pt : intensitas cahaya ditransmisikan. Pada praktiknya, nilai Pr adalah kecil yaitu kurang dari 4%, sehingga dapat diabaikan dan diperoleh:po = Pa + Pt Lambert (1760), Beer (1852) dan Bouger menunjukkan hubungan berikut : T = Pt Po = 10 abc log T = log [Pt] [Po] = abc log [1] [Po] = log = abc = A [T] [Pt] log T = abc = A Keterangan: a : tetapan absorptivitas b : tebal kuvet C : konsentrasi T : transmitansi A : absorbansi 13

30 Berdasarkan hukum Beer, absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi sehingga kurva Absorbansi (A) Vs Konsentrasi (C) digambarkan garis linier melalui titik (0,0). Kurva yang diperoleh dengan persamaan Y= mx dapat dilihat pada Gambar 2. Absorbansi (A) Konsentrasi (C) Gambar 2. Kurva Absorbansi (A) Vs Konsentrasi (C) Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-VIS yaitu : a. Pembentukan Molekul yang Dapat Menyerap Sinar UV-VIS Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: 1) Reaksinya selektif dan sensitif 2) Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel 3) Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama 14

31 b. Waktu Optimal Pengukuran waktu optimal bertujuan untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu optimal ditentukan dengan menentukan hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan dengan cara mengukur absorbansi larutan pada periode waktu tertentu. c. Pemilihan Panjang Gelombang Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimum. Untuk memilih panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum (λ max ), dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu (Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman, 2007: 254). d. Pembuatan Kurva Baku Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus. Kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang. Penyimpangan dari garis lurus biasanya disebabkan oleh: (1) kekuatan ion yang tinggi, (2) perubahan suhu, (3) reaksi kimia yang terjadi (Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman, 2007: 255). 15

32 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kurva standar antara lain: 1. Dibuat suatu deret larutan standar yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. 2. Masing-masing larutan dengan konsentrasi tertentu diukur pada λ max (berdasarkan hasil panjang gelombang yang diperoleh) dan waktu optimal (berdasarkan data yang diperoleh). 3. Kurva standar merupakan hubungan antara konsentrasi (sumbu X) dan absorbansi (sumbu Y). 4. Deret konsentrasi yang dibuat paling tidak lima titik 5. Jika kurva baku berupa garis lurus maka hukum Lambert-Berr terpenuhi. 6. Harga koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan baik tidaknya suatu kurva standar. Kurva standar yang baik akan harga koefisien determinasinya mendekati satu. 7. Pada kurva standar akan diperoleh persamaan Y = bx + a 8. Berdasar perhitungan slope dan intersep tersebut maka akan diperoleh suatu koefisen korelasi (r), yaitu r = R² e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan Absorbansi yang terbaca pada spetrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8 atau 15-70% T jika dibaca dengan transmitan. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman, 2007: ). 16

33 Hasil analisis kuantitatif formalin dengan menggunakan metode spektrofotometri, positif dengan asam kromathopat (berwarna ungu), maka intensitas warna diukur dengan panjang gelombang 560 nm. Makin tinggi kandungan formaldehid dalam sampel maka nilai absorbansinya akan makin besar. Nilai absorbansi kemudian dibandingkan dengan kurva standar (Wisnu Cahyadi, 2009: 243). Salah satu pereaksi yang dapat digunakan dalam analisis kuantitatif formalin menggunakan spektrofotometer adalah perekasi Schryver (Annisrakhma Swastiniar K, 2011). Menurut Schryver (1910) jika pereaksi Schryver bereaksi dengan formalin akan terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah dan dapat diukur serapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 518 nm. Pada mulanya metode analisis menggunakan metode ini menyatakan ketika larutan formaldehid direaksikan dengan fenilhidrazin klorida, kemudian ditambahkan setetes ferri klorida, dan asam sulfat akan menghasilkan warna merah, akan tetapi reaksi ini kemudian dikatakan tidak pasti, hal ini dikarenakan jumlah ferri klorida yang ditambahkan sedikit maka warna merah tidak terbentuk. Sebaliknya, jika larutan ferri klorida yang ditambahkan terlalu banyak maka warna merah yang terbentuk akan cepat hilang. Selain itu, penggunaan asam sulfat pekat menyebabkan metode ini kurang disukai untuk pengujian kuantitatif (Annisrakhma Swastiniar K, 2011). 4. Glukosa dan Galaktosa a. Glukosa 17

34 Glukosa merupakan salah satu monosakarida sederhana yang mempunyai rumus molekul C 6 H 12 O 6. Nama lain dari glukosa antara lain: dekstrosa, D-glukosa, atau gula buah karena di alam glukosa terdapat dalam buah- buahan dan madu lebah (Anna Poedjiadi, 2006: 26). Struktur glukosa dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Struktur Fischer Glukosa Glukosa merupakan suatu senyawa berupa serbuk berwarna putih dengan titik leleh yang yang cukup tinggi, yaitu C. Glukosa merupakan senyawa yang stabil dan dapat bereaksi kuat dengan suatu oksidator kuat. b. Galaktosa Monosakarida ini jarang terdapat dalam alam. Galaktosa umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan. Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas galaktosa menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa. Galaktosa dapat mereduksi larutan fehling membentuk endapan merah bata, tidak dapat difermentasi (Anna Poedjiadi, 2006: 28-29). Struktur galaktosa dapat dilihat pada Gambar 4. 18

35 Gambar 4. Struktur fischer galaktosa Berdasar Gambar 3 dan 4 dapat diketahui bahwa glukosa dan galaktosa mempunyai gugus aldehid. Senyawa aldehid memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya. Hal tersebut menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi. 5. Tahu Bahan baku pembuatan tahu adalah kacang kedelai. Kacang kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang bermutu tinggi setelah diolah. Kandungan proteinnya sekitar 40% (berat kering), dan susunan asam amino proteinnya hampir mendekati protein hewani. Protein kacang kedelai kaya akan lisin dan triptopan, tetapi kekurangan asam amino yang mengandung belerang seperti metionin dan sistein (Deddy Muchtadi, 2010:12). Kandungan gizi tahu dapat dilihat pada Tabel 2. Perendaman tahu dalam air yang diberi formalin akan membuat tahu menjadi lebih keras dan kenyal, sehingga tidak mudah hancur dan tahan terhadap mikroorganisme, sehingga awet dan dapat bertahan hingga tujuh hari (Widyaningsih dan Murtini, 2006: 9-10). 19

36 Tabel 2. Kandungan gizi tahu per 100 gram(direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981 : 23) Parameter Kandungan Kalori 68 kal Protein 7,8 gram Lemak 4,6 gram Karbohidrat 1,6 gram Kalsium 124 mg Fosfor 63 mg Besi 0,8 mg Vitamin A 0,01 mg Vitamin B1 0,06 mg Vitamin C 0,01 mg Air 84,8 gram Kerusakan tahu ditandai dengan bau asam dan berlendir. Kandungan gula sebesar 3 % dalam tahu akan memacu bakteri untuk melakukan metabolisme. Kerusakan tahu ditandai dengan bau asam dan berlendir. Kandungan gula sebesar 3 % dalam tahu akan memacu bakteri untuk melakukan metabolisme. Kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu mengandung karbohidrat sekitar 35 persen, kandungan karbohidrat tersebut terdiri atas golongan oligosakarida dan golongan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari sukrosa, stakiosa, dan raffinosa yang larut dalam air. Raffinosa merupakan polisakarida yang terdiri dari glukosa, glukosa, dan galaktosa yang merupakan senyawa aldehid. Sedangkan golongan polisakarida terdiri dari erabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak larut dalam air dan alkohol (Santoso, 2005: 3-4). 20

37 6. Selektivitas Selektivitas merupakan salah satu parameter dalam uji validasi suatu metode analisis. Validasi adalah suatu proses untuk membuktikan bahwa suatu metode uji layak untuk digunakan. Berdasarkan SNI , suatu metode dikatakan valid apabila mempunyai akurasi dan presisi yang tinggi. Rentang ukur dan akurasi nilai yang diperoleh dari metode yang divalidasi, misalnya: ketidakpastian hasil, batas deteksi, selektivitas metode, linieritas, keterulangan dan ketangguhan terhadap pengaruh eksternal dan atau sensitivitas silang terhadap gangguan matriks sampel yang diuji harus relevan dengan kebutuhan (Harmita, 2004: ). Salah satu metode analisis yang telah tervalidasi sehingga dapat digunakan untuk analisis secara rutin adalah metode analisis formalin secara spektrofotometri (Dhanianto, 2016). Selektivitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan (Harmita, 2004:127). Selektivitas mengacu pada sejauh mana metode dapat digunakan untuk menentukan analit tertentu dalam campuran tanpa gangguan dari komponen lain dari perlakuan serupa. Hal tersebut menunjukkan bahwa selektivitas dianggap sebagai 21

38 sesuatu yang dapat dinilai. Metode analisis dapat digambarkan memiliki selektivitas yang baik atau kurang baik (Vessman, Jorgen, et al, 2001:1383). Selektivitas dinyatakan dengan galat. Galat didasarkan pada perbedaan numerik antara nilai yang dihitung dengan nilai sebenarnya. Galat dapat juga disebut sebagai kesalahan dalam proses pengambilan data yang disebabakan ketidakmampuan objek untuk berperilaku sama. Galat dapat dihitung dengan rumus: Galat (%) = Absorbansi sebenarnya Absorbansi pengukuran Absorbansi sebenarnya X 100% B. Penelitian Yang Relevan Formalin merupakan bahan tambahan yang sering disalahgunakan dalam makanan. Analisis formalin dapat dilakukan dengan beberapa pereaksi, salah satunya pereaksi Schryver. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji selektivitas terhadap pereaksi Schryver tersebut. Penelitian yang akan dilakukan didasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang validasi metode spektrofotometri sinar tampak untuk analisis formalin dalam tahu oleh Muhamad Aswad, dkk (2011) relevan terhadap metode yang digunakan yaitu spektrofotometri. Hasil penelitian tersebut diperoleh akurasi sebesar 102,84%, presisi 1,198%, koefisien korelasi 0,999, batas deteksi 0,0375 bpj dan batas kuantitasi 0,1250 bpj. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode analisis formalin dalam tahu dengan metode spektrofotometri sinar tampak dinyatakan valid. Penelitian oleh Dhanianto (2016) tentang validasi metode analisis formalin secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Schryver relevan dalam hal metode 22

39 analisis formalin secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Schryver. Hasil analisis kuantitatif formalin menggunakan pereaksi Schryver menunjukkan batas deteksi 0,0829 ppm, batas kuantitasi 0,2763 ppm, presisi 0,95%, dan akurasi 11,48%. Penelitian tentang uji selektivitas dan validasi pada kinerja test kit merkuri (II) oleh Bhurman Pratama Putra, dkk (2014) relevan terhadap penentuan selektivitas. Uji selektivitas pada penelitian tersebut dilakukan dengan mempelajari pengaruh ion asing yang dapat mempengaruhi kinerja test kit merkuri(ii) terhadap sampel merkuri pada penambangan emas rakyat di lapangan. Banyak logam lain yang biasanya bersamaan dengan limbah penambangan emas tersebut, seperti perak timbal. Logam ini biasanya berbentuk ion yang akan berikatan dengan ditizon dan yang dapat mengganggu pengukuran kompleks Hg(II)-DTZ. Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan uji selektivitaas terhadap ion Ag + dan Pb 2+ dan juga validitas test kit merkuri(ii) terhadap sampel merkuri sintetis dengan membandingkannya pada hasil yang diperoleh dari metode standar AAS. Penentuan uji selektivitas tersebut dilakukan dengan melihat pengaruh absorbansi Hg(II)-DTZ yang diukur dengan Spectronic 20 dengan adanya matriks pengganggu. Berdasar penelitian dapat diperoleh hasil berupa penurunan absorbansi test kit merkuri(ii) akibat adanya pengaruh ion Ag + sebesar 12,12 %, sedangkan absorbansi test kit merkuri(ii) relatif konstan dengan adanya pengaruh ion Pb

40 C. Kerangka Berfikir Bahan tambahan yang sering disalahgunakan penggunaannya dalam makanan salah satunya adalah formalin. Banyaknya formalin dalam makanan dapat diketahui dengan pengukuran kimia (analisis kuantitatif). Larangan penggunaan formalin sebagai bahan tambahan makanan telah tercantum dalam Permenkes RI No.033 tahun 2012, tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) bagian bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP. Penggunaan formalin pada makanan tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Penyalahgunaan tersebut mengisyaratkan perlunya analisis formalin dalam makanan yang beredar di pasaran. Analisis formalin menggunakan metode spektrofotometri bisa dilakukan dengan pereaksi Schryver. Validasi analisis formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver telah dilakukan dalam penelitian sebelumnya, namun salah satu parameter validasi yaitu selektivitas belum dipelajari. Berdasarkan reaksi antara pereaksi Schryver dengan formalin, diketahui bahwa fenilhidrazin bereaksi dengan formaldehid. Di dalam sampel tahu yang berformalin biasanya formaldehid berada bersama dengan senyawa aldehid lain, yaitu glukosa dan galaktosa. Adanya senyawa tersebut akan mempengaruhi kinerja pereaksi Schryver. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji selektivitas pereaksi Schryver terhadap pengukuran absorbansi secara spektrofotometri dengan adanya matriks berupa glukosa dan galaktosa dalam sampel tahu. 24

41 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah analisis formalin secara spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Schryver. 2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah selektivitas pereaksi Schryver dengan adanya matriks berupa glukosa dan galaktosa dalam sampel tahu untuk analisis formalin secara spektrofotometri. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat yang Digunakan a) Spektrofotometer UV-2450PC Series b) Neraca analitik c) Pipet volum d) Pipet tetes e) Rak tabung reaksi f) Erlenmeyer g) Tabung reaksi h) Corong i) Kuvet 25

42 j) Pengaduk k) Labu ukur l) Gelas kimia m) Mortar dan lumpang porselin 2. Bahan yang Digunakan a) Akuades b) Larutan formalin 37% (p.a) c) Larutan HCl 4,5 M (p.a) d) Kristal fenilhidrazin hidroklorida (p.a) e) Kristal kalium ferrisianida (p.a) f) Kristal glukosa (Merck) g) Kristal galaktosa (Merck) h) Tahu organik merk P i) Kertas saring C. Prosedur Penelitian 1. Penyiapan Larutan a) Pembuatan Larutan Formalin 1000 ppm dari Formalin 37% b/v Membuat larutan formalin 1000 ppm (larutan induk) sebanyak 1000 ml dengan konsep pengenceran. Formalin 1000 ppm = 1000 mg/l= 100 mg/100 ml= 0,1 g/100 ml= 0,1% b/v V 1 M 1 = V 2 M 2 V 1 37% = 1000 ml 0,1% V 1 = 2,70 ml 26

43 Formalin dengan kadar 37% sebanyak 2,70 ml dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml yang sudah berisi sedikit akuades. Akuades ditambahkan sampai tanda batas kemudian dikocok hingga homogen. b) Pembuatan Larutan Standar Formalin 1) Larutan standar formalin 50 ppm dibuat dari larutan formalin 1000 ppm sebanyak 250 ml. V 1 M 1 = V 2 M 2 V ppm = 250 ml 50 ppm V 1 = 12,5 ml Formalin diambil sebanyak 12,5 ml dari larutan induk formalin 1000 ppm, kemudian dimasukkan kedalam labu takar 250 ml. Akuades ditambahkan hingga tanda batas kemudian dikocok hingga homogen. 2) Larutan standar formalin dengan konsentrasi 0; 2; 6; 10; 15; 20; 25; 30; dan 35 ppm dibuat dari larutan formalin 50 ppm. Pengambilan larutan formalin 100 ppm mengikuti komposisi seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Volume Pengambilan Larutan Formalin 50 ppm Konsentrasi Formalin(ppm) Volume Larutan Formalin 50 ppm (ml) ,4 6 1,

44 Pengambilan larutan formalin 50 ppm mengikuti komposisi seperti pada Tabel 3, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Akuades ditambahkan hingga tanda batas kemudian dikocok hingga homogen. c) Pembuatan Larutan Glukosa 1 ppm dari Glukosa 99% b/b dan Galaktosa 1 ppm dari Galaktosa 99% b/b Membuat larutan glukosa 1 ppm sebanyak 100 ml, berdasarkan perhitungan sebagai berikut: ppm = berat glukosa (mg )X konsentrasi (% b b ) volume larutan (L) 1 ppm = berat glukosa (mg ) = 0,1 berat glukosa (mg ) X 99 % 0,99 berat glukosa (mg ) = 0,101 0,1 L 1) Serbuk glukosa ditimbang sebanyak 0,101 mg lalu dilarutkan dengan sedikit akuades dalam gelas beker. 2) Larutan glukosa dituangkan ke dalam labu takar 100 ml. 3) Gelas beker dibilas dengan akuades dan dituang dalam labu takar tersebut. 4) Akuades ditambahkan hingga tanda batas kemudian dikocok hingga homogen. Pembuatan larutan galaktosa 1 ppm mengikuti langkah pembuatan larutan glukosa 1 ppm dengan mengganti serbuk glukosa menjadi serbuk galaktosa. 2. Pembuatan Pereaksi Schryver a. Sebanyak 5 ml larutan fenilhidrazin klorida 1% (baru dibuat), ditambah 3 ml larutan asam klorida 4,5 M dan diaduk. 28

45 b. Sebanyak 3 ml dari campuran tersebut diambil dan ditambah 2 ml larutan kalium ferrisianida (baru dibuat), diaduk. 3. Penentuan Panjang Gelombang yang Memberikan Absorbansi Maksimum a. Sebanyak 5 ml larutan standar formalin 20 ppm ditambahkan 5 ml pereaksi Schryver. b. Sebanyak 5 ml larutan akuades ditambahkan 5 ml pereaksi Schryver sebagai larutan blanko. c. Absorbansi larutan standar dan blanko diukur pada panjang gelombang nm, kemudian dibuat kurva absorbansi lawan panjang gelombang (A vs ). d. Panjang gelombang ( ) yang menghasilkan absorbansi terbesar ditentukan sebagai maksimum. 4. Pembuatan Kurva Kalibrasi a. Larutan standar formalin 2; 6; 10; 15; 20; 25; 30; dan 35 ppm masing-masing diambil sebanyak 5 ml. b. Sebanyak 5 ml larutan standar formalin dari setiap konsentrasi ditambah 5 ml pereaksi Schryver. c. Larutan standar dan larutan blanko diukur absorbansinya pada panjang gelombang 516,5 nm, kemudian diibuat kurva hubungan absorbansi dan konsentrasi larutan. 5. Penyiapan Sampel Tahu Penyiapan sampel tahu kontrol : 29

46 a. Sampel tahu dihaluskan dengan menggunakan mortar. b. Sampel tahu yang telah halus ditimbang sebanyak 10 gram, lalu direndam dalam 25 ml akuades. c. Campuran dimasukkan ke dalam botol. d. Campuran dikocok dan dibiarkan beberapa saat. e. Campuran disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring. f. Filtrat ditampung dalam botol dan ditutup rapat (larutan sampel tahu kontrol). Penyiapan sampel tahu berformalin : a. Sampel tahu sebanyak 300 gram direndam dengan menggunakan 500 ml larutan formalin 37% selama 10 jam. b. Sampel tahu yang telah direndam selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan mortar. c. Sampel tahu yang telah halus ditimbang masing-masing sebanyak 100 gram. d. Campuran sampel tahu dan formalin dimasukkan ke dalam botol lalu direndam dalam 500 ml akuades selama 30 menit. e. Campuran sampel tahu dan formalin disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring. f. Masing- masing filtrat ditampung dalam botol dan ditutup rapat (larutan sampel tahu berformalin). 6. Uji Formalin dalam Sampel Tahu secara Spektrofotometri UV-Vis a. Sebanyak 5 ml filtrat sampel tahu kontrol dalam botol 100 ml diambil, kemudian ditambah 5 ml pereaksi Schryver. 30

47 b. Larutan blanko disiapkan dengan mengganti 5 ml filtrat sampel tahu dengan 5 ml akuades, lalu dilakukan langkah yang sama seperti 7.a. c. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 516,5 nm. D. Teknik Analisis Data 1. Penentuan Panjang Gelombang yang Memberikan Absorbansi Maksimum Penentuan panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum diamati dengan membuat kurva spektrum absorbsi lawan panjang gelombang. Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi terbesar. 2. Kurva Standar Kurva standar dibuat dengan menyalurkan data absorbansi larutan standar yang diukur pada panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum dengan konsentrasi larutan standar seperti ditunjukkan pada Gambar Selektivitas Selektivitas dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. Selektivitas dapat dinyatakan dengan galat. Galat hasil pengukuran dapat ditentukan dengan rumus: Galat (%) = Absorbansi sebenarnya Absorbansi pengukuran Absorbansi sebenarnya X 100% 31

48 4. Penentuan Kadar Formalin Penentuan kadar formalin dengan mensubstitusikan nilai absorbansi dari sampel yang diuji ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dengan memperhitungkan faktor pengenceran dan berat sampel. Y = ax ± b, sehingga X = Kadar formalin (ppm) = Y ±b a X volume pengenceran (L) berat sampel (mg) fp 10 6 Keterangan : fp = faktor pengenceran 32

49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui selektivitas pereaksi Schryver untuk analisis formalin dalam sampel tahu berformalin, mengetahui panjang gelombang maksimum, range konsentrasi formalin yang linier, pengaruh matriks glukosa dan galaktosa terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver. A. Penentuan Panjang Gelombang yang Menghasilkan Serapan Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum merupakan bagian yang penting dalam penelitian ini. Pada analisis secara spektrofotomertri panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimum karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar untuk setiap satuan konsentrasi. Absorbansi yang terbaca pada spetrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8 atau 15-70% T jika dibaca dengan transmitan (Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman, 2007: ). Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari larutan formalin 20 ppm yang telah direaksikan dengan pereaksi Schryver yang baru dibuat. Larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya pada rentang panjang gelombang nm. Blanko yang digunakan merupakan campuran pereaksi Schryver dengan akuades. Spektrum absorbsi untuk larutan formalin 20 ppm dengan pereaksi Schryver dapat dilihat pada Gambar 5. 33

50 Gambar 5. Spektrum Absorbsi Larutan Formalin 20 ppm dengan Pereaksi Schryver Menurut Schryver (1910) jika pereaksi Schryver bereaksi dengan formalin akan terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah dan dapat diukur serapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum 518 nm. Panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum dalam penelitian terletak pada 516,50 nm dengan nilai absorbansi sebesar 0,605. Panjang gelombang ini kurang sesuai dengan teori yang ada. Ketidaksesuaian hasil tersebut dikarenakan spektrum absorbsi mengalami pergeseran hipsokromik, yaitu pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih pendek yang disebabkan pengaruh adanya pelarut (C. Budimarwanti, 2012: 2) B. Penentuan Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi merupakan kurva hubungan antara absorbansi (Y) dengan konsentrasi (X). Pada kurva kalibrasi akan diperoleh persamaan Y= bx ± a. Penentuan kurva standar dilakukan dengan pengukuran absorbansi larutan formalin 2, 34

51 Absorbansi 6, 10, 15, 20, 25, 30, dan 35 ppm yang direaksikan dengan pereaksi Schryver pada panjang gelombang 516,50 nm. Larutan formalin tersebut diukur mengunakan Spektrofotometer UV Berdasarkan data nilai absorbansi larutan standar formalin dibuat kurva seperti pada Gambar 6, diperoleh persamaan garis Y= 0,01644X + 0,04092, nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,99291, dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0, Y = X R² = Series1 Linear (Series1) Konsentrasi (ppm) Gambar 6. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Formalin 35

52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum dalam analisis formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver terletak pada 516,50 nm. 2. Kurva kalibrasi larutan standar formalin pada konsentrasi (2-35) ppm dalam analisis formalin secara spektrofotometri dengan pereaksi Schryver adalah linier dengan persamaan regresi Y= 0,01644X + 0,04092, dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0, Matriks glukosa mempengaruhi kinerja pereaksi Schryver pada pengukuran absorbansi larutan formalin (2-35) ppm secara spektrofotometri dengan penurunan absorbansi rata-rata sebesar 18,88%. 4. Matriks galaktosa mempengaruhi kinerja pereaksi Schryver pada pengukuran absorbansi larutan formalin (2-35) ppm secara spektrofotometri dengan penurunan absorbansi rata-rata sebesar 18,03%. 5. Matriks campuran glukosa dan galaktosa mempengaruhi kinerja pereaksi Schryver pada pengukuran absorbansi larutan formalin (2-35) ppm secara spektrofotometri dengan penurunan absorbansi rata-rata sebesar 31,53%. 36

53 6. Matriks berupa campuran glukosa dan galaktosa mempengaruhi kinerja pereaksi Schryver dalam sampel tahu merk P dengan menurunkan konsentrasi formalin sebesar 219,934 ppm dan nilai galat sebesar 33,63%. 7. Selektivitas pereaksi Schryver terhadap pengukuran absorbansi larutan formalin secara spektrofotometri dengan adanya matriks glukosa dan galaktosa adalah kurang baik untuk sampel tahu merk P karena mempunyai nilai galat sebesar 33,63%. B. Saran Dalam penelitian selanjutnya disarankan: 1. Perlu dilakukan pemilihan pereaksi yang sesuai untuk menggantikan pereaksi Schryver dalam uji formalin agar diperoleh data yang memenuhi validitas. 2. Pengujian formalin dalam sampel tahu dengan pereaksi Schryver sebaiknya dilakukan dengan pemanasan/pengukusan terhadap sampel tahu terlebih dahulu untuk menghilangkan adanya matriks yang berupa gugus aldehid alami yang dimiliki kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu. 37

54 DAFTAR PUSTAKA Abdul Rohman & Sumantri. (2007). Analisis Makanan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Alsuhendra dan Ridawati. (2013). Bahan Toksik Dalam Makanan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ana Poedjiadi dan F.M. Titin Supriyanti. (2006). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI- Press. Annisrakhma Swastiniar Kuswan. (2011). Optimasi Pereaksi Schryver dan Penetapannya pada Analisis Formaldehid dalam Sampel Usus dan Hati Ayam secara Spektrofotometri. Skripsi Telah Diterbitkan. FMIPA UI. Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia. (2010). Laporan Tahunan 2010 Balai Besar POM Semarang. Semarang: Badan POM. Barnen, A.L, dan P.M.Davidson. (1983). Antimicrobial in Food. New York: Marcel Dekkers. Bassett, J., R. C. Denney, G.H Jeffery, J. Mendhom.(1994). Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bianchi F., Careri, Musci, and Mangia. (2007). Fish And Food Safety: Determination of Formaldehyde In 12 Fish Species by SPME Extraction and GC-MS Analysis. Food Chem.,100: Bhurman Pratama Putra, Hermin Sulistyarti, Qonitah Fardiyah. (2014). Uji Selektivitas dan Validitas pada Kinerja Test Kit Merkuri(II). Kimia Student Journal, 1(2). Cahyo Saparinto & Diana Hidayati. (2006). Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius. C.Budimarwani, Sri Atun, Sri Handayani. (2012). Kimia Analisis Organik. Yogyakarta: FMIPA UNY. Deddy Muchtadi. (2010). Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Bandung: Alfabeta. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. (1981). Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. 38

55 Dhanianto Choirudin Mabrury. (2016). Validasi Metode Analisis Formalin secara Spektrofotometri Sinar Tampak dengan Pereaksi Schryver. Skripsi Telah Diterbitkan. FMIPA UNY. Fessenden, R.J dan Fessenden J.S. (1986). Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Fifit Indriastuti. (2013). Pengembangan Tester Kit untuk Uji Formalin dengan Pereaksi Schiff s dan Nash s. Skripsi Telah Diterbitkan. FMIPA UNY. Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Artikel Majalah Ilmu Kefarmasian,1(3). Herman Singgih. (2013). Uji Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Menggunakan Sensor Warna dengan bantuan FMR (Formalin Main Reagent). Jurnal ELTEK, 11(01): Herman Suryadi, Maryati Kurniadi, dan Yuanki Melanie. (2010). Analisis Formalin Dalam Sampel Ikan dan Udang Segar Dari Pasar Muara Angke. Majalah Ilmu Kefarmasian, VII(03): Hikmanita Lisan Nashukha, dkk. (2014). Uji Linieritas, Selektivitas, dan Validitas Metode Analisis Merkuri(Ii) secara Spektrofotometri Berdasarkan Penurunan Absorbansi Kompleks Besi(Iii) Tiosianat. Kimia.Studentjournal, 2(2). Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Keusch, Peter. (2012). Test For Adehydes- Schiff s Reagent. Muhammad Aswad, Aisyah Fatmawaty, Nursansiar, dan Rahmawanti. (2011). Validasi Metode Spektrofotometri Sinar Tampak untuk Analisis Formalin dalam Tahu. Majalah Farmasi dan Farmakologi, 15(1): Mulono. (2005).Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Nyi Mekar Saptarini, Yulia Wardati, dan Usep Supriatna (2011). Deteksi Formalin Dalam Tahu di Pasar Tradisional Purwakarta. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 12(01): Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 39

56 Paris, E. Georghiou and Chi Keung (jimmy) Ho. (1989). The Chemistry of The Chromathrophic Acid Method for The Analysis of Formaldehyde. Rika Setianingrum. (2016). Validasi Paper Test untuk Uji Formalin dengan Pereaksi Schiff s. Skripsi Telah Diterbitkan. FMIPA UNY. S. M. Khopkar. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Santoso. (2005). Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori dan Praktek). Malang: Fakultas Pertanian Universitas Widyagama. Schryver S.B. (1910). The Photochemical Formation of Formaldehyde In Green Plants. Proc. Roy. Soc. London, Series B,82(554): 227. Siska Dewi. (2013). Validasi Metode Analisis Formalin secara Spektrofotometri Sinar Tampak dengan Pereaksi Schryver. Skripsi Telah Diterbitkan. FMIPA UNY. Sri Hastuti. (2010). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid pada Ikan Asin di Madura. Agrointek, 4(2): Sri Ratna Sari Wulan. (2015). Identifikasi Formalin pada Bakso dari Pedagang Bakso di Kecamatan Panakukkang Kota Makassar. Skripsi Telah Diterbitkan. FMIPA UNHAS. Suryadi, Herman, Hayun, dan Harsono. (2008). Selection of Formalin Method of Analysis Based on Colour Reaction and Spectrophotometry UV-Vis. Proseeding Kongres Ilmiah ISFI; Vessman, Jorgen, Raluca I. Stefan, Jacobus F. Van Staden, Klaus Danzer, Wolfgang Lindner, Duncan Thorburn Burns, Ales Fajgelj, andhelmut Müller. (2001). Selectivity In Analytical Chemistry (IUPAC Recommendations 2001). Pure Appl. Chem.,37(8). Widyaningsih TD. dan Murtini ES. (2006). Alternatif Pengganti Formalin pada Produk Pangan. Surabaya: Trubus Agrissarana. Wisnu Cahyadi. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara. 40

57 Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Kristal Fenilhidrazin Klorida Kristal Kalium Ferrisianida Larutan Formaldehid 37% Pereaksi Schryver Larutan Standar Formalin Sebelum Ditambah Pereaksi Schryver 41

58 Deret Standar Formalin Setelah Ditambah Pereaksi Schryver Deret Standar Formalin + Pereaksi Schryver + Glukosa 1 ppm Deret Standar Formalin + Pereaksi Schryver + Galaktosa 1 ppm 42

59 Larutan Glukosa 1 ppm dan Galaktosa 1 ppm Sampel Tahu Spektrofotometri UV-2450 Deret Standar Formalin + Pereaksi Schryver + Glukosa 1 ppm + Galaktosa 1 ppm 43

60 Penyaringan Filtrat Sampel Tahu Setelah Perendaman dengan Formalin 37 % Uji Filtrat Sampel Tahu Tanpa Perendaman Uji Filtrat Sampel Tahu Perendaman 44

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

SELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCHIFF S SKRIPSI

SELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCHIFF S SKRIPSI SELEKTIVITAS METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN PEREAKSI SCIFF S SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Spektrofotometer UV-visibel (Genesys 10), cawan conway dengan penutupnya, pipet ukur, termometer, neraca analitik elektrik C-200D (Inaba Susakusho),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UJI SENSITIVITAS PEREAKSI PENDETEKSI KUNING METANIL DI DALAM SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI CAHAYA TAMPAK Oleh: Novi Yantih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK DENGAN PEREAKSI SCHYRVER

VALIDASI METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK DENGAN PEREAKSI SCHYRVER VALIDASI METODE ANALISIS FORMALIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK DENGAN PEREAKSI SCHYRVER VALIDATION OF VISIBLE SPECTROPHOTOMETRY METHOD FOR FORMALIN ANALYSIS USING SCHRYVER REAGENT Dhanianto Choirudin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT 1. Kertas saring a. Kertas saring biasa b. Kertas saring halus c. Kertas saring Whatman lembar d. Kertas saring Whatman no. 40 e. Kertas saring Whatman no. 42 2. Timbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah lab. Kimia DIII Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III BAHAN DAN ALAT Bahan Alat... 24

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III BAHAN DAN ALAT Bahan Alat... 24 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 4 1.1. Formalin... 4 1.1.1.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Menentukan kadar besi dalam sampel air sumur secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan yang mengandung

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 29 Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar Kiaracondong Bandung Analysis of Cadmiumon on EyeShadow Derived From Kiaracondong Market Bandung Fenti Fatmawati 1,, Ayumulia 2 1 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. 3.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan merupakan sumber penting protein hewani. Konsumsi daging ayam mencapai hingga 30% dari konsumsi daging

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. i ii iii iv vi vii viii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Rumusan Masalah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik) I. NOMOR PERCOBAAN : 6 II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan jumlah absorban protein secara biuret dalam spektroskopi IV. LANDASAN TEORI : Protein

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. basah dan mi kering. Mi kering merupakan mi yang berbentuk kering dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. basah dan mi kering. Mi kering merupakan mi yang berbentuk kering dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mi Basah Mi merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat, karena rasanya yang enak dan praktis. Mi yang beredar di pasaran dikenal beberapa jenis yaitu mi basah dan mi kering.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. 3.1 Bahan Buah jeruk nipis, belimbing, jeruk lemon, vitamin C baku (PPOMN),

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Wiranti Sri Rahayu, Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Fauziah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C DAN NATRIUM BENZOAT PADA MINUMAN SARI BUAH SECARA SIMULTAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SKRIPSI OLEH: FELICIA CHRISTINE NIM 101501027 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 2. Dasar Teori 5.1. Kafein Kafein (C 8 H 10 N 4 O 2 ) merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ASAM PENDESTRUKSI TERHADAP KADAR LOGAM TEMBAGA TOTAL DAN SENG TOTAL PADA LUMPUR LIMBAH INDUSTRI PELAPISAN LOGAM SKRIPSI

PENGARUH JENIS ASAM PENDESTRUKSI TERHADAP KADAR LOGAM TEMBAGA TOTAL DAN SENG TOTAL PADA LUMPUR LIMBAH INDUSTRI PELAPISAN LOGAM SKRIPSI PENGARUH JENIS ASAM PENDESTRUKSI TERHADAP KADAR LOGAM TEMBAGA TOTAL DAN SENG TOTAL PADA LUMPUR LIMBAH INDUSTRI PELAPISAN LOGAM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN KALIUM IODAT DALAM GARAM TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODOMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN KALIUM IODAT DALAM GARAM TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODOMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS SKRIPSI ANALISIS KESTABILAN KALIUM IODAT DALAM GARAM TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODOMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS SKRIPSI Oleh Nirka Ardila NIM 091810301003 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS Norma Nur Azizah 1, Mulyati a, Wulan Suci Pamungkas a, Mohamad Rafi a a Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas

Lebih terperinci