BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Hiperfosfatemia pada penyakit ginjal kronis
|
|
- Doddy Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 23 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hiperfosfatemia pada penyakit ginjal kronis Hiperfosfatemia merupakan konsekuensi klinis yang penting dan tidak dapat dihindari pada pasien penyakit ginjal kronis stadium lanjut. 6 Menurut konsensus GMT-PGK (2009) Hiperfosfatemia ialah kadar serum fosfat > 4,6 mg/dl. Kadar fosfat darah normal adalah 2,5 4,5 mg/dl, pada pasien hemodialisis atau dialisis peritoneal kadar serum fosfat hendaknya dipertahankan antara 3.5 5,5 mg/dl. Selain itu, produk kalsium-fosfat (perkalian antara kadar fosfat darah dan kalsium total darah) harus dipertahankan <55 mg 2 /dl 2. 7 Hampir semua pasien dengan PGK menderita hiperfosfatemia. Di Amerika Serikat angka hiperfosfatemia pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah sekitar 70%. 8 Hiperfosfatemia pada PGK terjadi akibat kegagalan ginjal dalam mengekskresikan fosfat dan tingginya asupan fosfat (Gambar 2.1). Ginjal merupakan organ ekskresi utama bagi fosfat, sehingga hampir tidak mungkin terjadi hiperfosfatemia pada fungsi ginjal yang masih normal. Ginjal masih mampu mempertahankan keseimbangan fosfat pada klirens kreatinin di atas 30 ml/menit. Hiperfosfatemia mengakibatkan berbagai konsekuensi yang cukup memberikan kontribusi pada mortalitas dan morbiditas PGK. Konsekuensi hiperfosfatemia pada PGK adalah hiperparatiroidisme sekunder, osteodistrofi renal, kalsifikasi kardiovaskular dan jaringan lunak. 1 4
2 24 Gambar 2.1 Keseimbangan Fosfat pada Pasien Dialisis (Sumber: Hutchison AJ, Smith CP and Brenchley PE. Pharmacology, efficacy and safety of oral phosphate binders. Dalam: Ireland R, Editor. Medscape Referance Available at Cited on Oct, ) Penatalaksanaan hiperfosfatemia ini meliputi pembatasan asupan fosfat, meningkatkan efektifitas dialisis, pemberikan obat pengikat fosfat dan pemakaian bahan kalsimemetik. 1 Konsensus GMT-PGK (2009) menganjurkan diet rendah fosfor mg/hari. Selain itu, tindakan dialisis hanya sedikit membuang fosfat. Klirens fosfat pada hemodialisis adalah 32,5 mmol dalam 4 jam, sedang dalam CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) adalah sebesar 12 mmol dalam 24 jam. 7 Oleh karena itu, diperlukan obat pengikat fosfat (phosphatebinding agents) untuk mengikat fosfat di lumen usus dan akhirnya akan mengurangi absorbsinya Obat pengikat fosfat yang ada pada saat ini dan keterbatasannya Obat pengikat fosfat diharapkan dapat mengikat fosfat yang ada pada makanan penderita PGK, sehingga tidak di absorbsi dan dikeluarkan melalui feses. Dengan demikian kadar fosfat dalam darah tidak meningkat. 1 Berbagai jenis pengikat fosfat yang sering dipergunakan serta keuntungan dan kerugian obat pengikat fosfat adalah (Tabel 2.1):
3 25 a) Garam aluminum Garam aluminium merupakan pengikat fosfat yang paling dulu diketahui, sangat efektif dalam menurunkan fosfat plasma, dan bisa berperan sebagai antasida yang dapat mengurangi gejala mual/muntah pada penderita uremia. Tetapi pemakaian jangka panjangnya dapat mengakibatkan intoksikasi aluminium dengan gejala anemia, gangguan serebral, gangguan tulang (adynamic bone disease). Indikasi pemakaian garam aluminium jangka pendek adalah hiperfosfatemia disertai hiperkalsemia, atau hasil perkalian kalsium (Ca) dengan fosfat (PO 4 ) adalah 65. Pemberian dilakukan selama 4-8 minggu. Setelah kadar kalsium normal dipertahankan dengan pengikat fosfat garam kalsium. 1 b) Garam kalsium Garam kalsium yang dipergunakan sebagai pengikat fosfat adalah kalsium karbonat dan kalsium asetat. Di dalam saluran cerna kalsium karbonat akan terurai menjadi ion kalsium dan karbonat. Ion kalsium akan berikatan dengan fosfat yang ada di makanan menjadi kalsium fosfat yang akan keluar bersama feses. Sedangkan ion karbonat akan diabsorbsi ke dalam darah untuk kemudian menjadi bikarbonat. Garam kalsium asetat dilaporkan mempunyai kapasitas mengikat fosfat yang lebih kuat dibandingkan kalsium karbonat. Rasio kalsium yang diabsorbsi juga lebih rendah dibandingkan kalsium karbonat, sehingga risiko hiperkalsemia yang terjadi juga lebih kecil. Namun, efek samping gangguan pencernaan yang ditimbulkan lebih sering, dan harganya lebih mahal dibandingkan kalsium karbonat. 1 c) Sevelamer hydrochloride Sevelamer merupakan pengikat fosfat sintetik pertama, non kalsium dan non aluminium. Merupakan pengikat fosfat yang kuat, tidak di absorbsi di saluran cerna dan resisten terhadap degradasi. Banyak studi klinis yang membuktikan bahwa sevelamer mempunyai kemampuan mengikat fosfat yang sebanding dengan garam kalsium, walau masih lebih
4 26 lemah dibandingkan garam aluminium. Sevelamer mencegah terjadinya kalsifikasi lebih banyak dibandingkan garam kalsium, sehingga memperkecil resiko kematian akibat gangguan kardiovaskular pada penderita PGK. Beberapa kekurangan yang dimiliki sevalemer sebagai pengikat fosfat adalah efektifitasnya yang berkurang pada suasana asam, dapat menghambat absorbsi vitamin yang larut dalam lemak (antara lain vitamin D), dapat mengurangi kadar bikarbonat yang kemungkinan disebabkan oleh adanya ikatan hydrochlorida. Disamping itu ukuran tabletnya yang besar mengurangi kenyamanan pasien untuk mengkonsumsinya. 1 d) Lanthanum karbonat Lanthanum karbonat adalah pengikat fosfat non kalsium dan non aluminium. Banyak studi membuktikan, bahwa lantanum karbonat memilki kemampuan pengikat fosfat yang sama dengan garam aluminium, tanpa efek samping yang berarti. Efektif pada suasana asam ph (3-5) dan tidak mengahambat absorbsi lemak. Demikian juga dengan efek gastrointestinalnya yang kecil, 1 namun harganya mahal. e) Pengikat fosfat berbasis besi Beberapa peneliti melaporkan bahwa komponen feri dapat mengikat fosfat yang ada dalam makanan bila diberikan secara oral maupun intravena. Hergessel dan Ritz (1999) melaporkan penurunan kadar fosfat darah sebesar 20% serta ekskresi fosfat lewat urin sebesar 37% pada 13 penderita PGK dengan hiperfosfatemia yang diberikan 3x2,5 gram polinuclear iron hidrochlorida bersama-sama makanan selama 12 minggu. Tidak ada efek samping jangka pendek selain obstipasi dan tinja berwarna hitam. Namun demikian masih diperlukan penelitian lebih lanjut. 1
5 27 Tabel 2.1.Jenis Serta Keuntungan & Kerugian Obat Pengikat Fosfat 6 Selain obat-obat yang telah disebutkan, saat ini ada obat yang berdasarkan hasil penelitian juga bermanfaat dalam menurunkan kadar serum fosfat pada pasien yang menjalani hemodialisis, yaitu nikotinamide. Nikotinamide, yang pada awalnya diresepkan untuk mengobati dislipidemia dengan menurunkan kadar serum LDL (Low Density Lipoprotein) dan meningkatkan serum HDL (High Density Lipoprotein), merupakan inhibitor aktif absorbsi fosfat transelular Nikotinamide Rumus Bangun Nikotinamide merupakan vitamin larut air, amida turunan dari nicotinic acid (niacin, vitamin B3). Merupakan obat yang sudah lama ada yang mempunyai banyak indikasi dan pengobatan. 10 Nikotinamide juga dikenal sebagai niacinamide, selain itu 3-pyridinecarboxamide, nicotinic acide amide dan vitamin PP. Formula molekulnya adalah C 6 H 6 N 2 O (gambar 2.2) dan berat molekulnya adalah daltons serta struktur bangunnya adalah 11 :
6 28 Gambar 2.2 Struktur Bangun Nikotinamide (Sumber: Royal Society of Chemistry. Nicotinamide. Available at: Cited on Oct, ) Farmakodinamik Niacin diabsorbsi dalam bentuk nikotinamide dan nicotinic acid. Makanan yang mengandung nicotinic acid pertama kali dikonversikan menjadi nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) di usus dan hati kemudian diubah menjadi nikotinamide dan dilepaskan ke aliran darah untuk di uptake oleh jaringan ekstrahepatik. Namun tubuh manusia tidak sepenuhnya bergantung pada makanan yang mengandung niacin, karena pada kebanyakan pasien, nikotinamide juga dapat disintesis dari asam amino trypthophan, selain itu juga diproduksi oleh katabolisme nukleotida pyridine. 10 Fosfat di filtrasi di ginjal dan kebanyakan direabsorbsi melalui epitel tubulus proksimal. Menurut penelitian, kotransport sodium-dependent phosphate protein 2a (NaPi2a), kotransporter NaPi2c, dan transporter sodium-dependent phosphat 2 memediasi transport fosfat melalui apical brush border dari sel tubulus proksimal. 10 Studi in vitro menunjukkan bahwa nikotinamide mengurangi uptake fosfat dengan menghambat kotransporter NaPi2a di tubulus proksimal ginjal dan kotransporter NaPi2b di usus (Gambar 2.3). Selain itu, nikotinamide mengurangi absorbsi fosfat di usus dengan menghambat ekspresi NaPi2b pada tikus percobaan yang gagal ginjal kronik. Studi in vitro lainnya mendapatkan bahwa NaPi2b bertanggung jawab besar dalam absorpsi fosfat di usus dan berkontribusi untuk mempertahankan homeostasis fosfat sistemik. 10 Schiavi et al. mendapatkan bahwa penambahan pengikat fosfat secara oral dengan target NaPi2b juga berguna dalam memodulasi kadar serum fosfat pada gagal ginjal kronik. 12
7 29 Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Nikotinamide pada Membran Brush Border Enterosit Usus (Sumber: Lenglet A, Liabeuf S, Guffroy P, Fournier A, Brazier M, Massy ZA. Use of nicotinamide to treat hyperphosphatemia in dialysis patient. Springerlink. 2013;13: ) Nikotinamide mengurangi kadar fosfat dengan cara yang berbeda dengan obat pengikat fosfat oral lainnya yang mengikat fosfat di saluran pencernaan kemudian membentuk komplex yang tidak dapat diabsorbsi ataupun dengan mengikatkan ion ke resin. Oleh sebab itu, hanya sedikit fosfat yang tersedia untuk di absorbsi oleh saluran pencernaan dan lebih banyak yang diekskresikan di usus. Modulasi proses transport fosfat pada ginjal dan usus merupakan pendekatan baru dalam mengontrol kadar fosfat serum Farmakokinetik Pada studi klinis, pemberian nikotinamide 2 kali sehari secara oral (total dosis harian 25 mg/kg) berhubungan dengan waktu paruh plasma 3,5 jam dan konsentrasi puncak plasma 42,1 µg/ml. 10 Studi farmakokinetik pada subjek yang sehat memakan nikotinamide 1-6 gram secara oral berhubungan dengan konsentrasi plasma yang tinggi dan menunjukkan toksisitas yang rendah. 10
8 Metabolisme Nikotinamide di metabolisme di hati oleh sitokrom P450 menjadi bentuk nicotinamide-n-oxide (melalui reaksi oksidatif), 6-hydroxy-nicotinamide (melaui reaksi hidroksilasi), dan N-metyl-nicotinamide (MNA, melalui katalisis oleh nicotinamide-n-metyltransferase). Pada mamalia, MNA selanjutkan akan dimetabolisme menjadi N-methyl-2-pyridone-5-carboxamine (2PY) atau N- methyl-4-pyridone-5-carboxamide (4PY) dengan oksidasi aldehid. Rasio 2PY/4PY berbeda-beda tergantung spesies dan jenis kelamin. 10 Pada konteks uremia, studi pada tikus menunjukkan akumulasi plasma 4PY. Meskipun 4PY dan dideteksi pada plasma manusia, metabolik utama produk MNA adalah 2 PY. Rutkowski et al. mendapatkan bahwa konsentrasi 2 PY di darah meningkat sesuai dengan perburukan fungsi ginjal. Selanjutnya dapat merupakan novel toksin uremik, karena secara signifikan menghambat poli (ADP- Ribose) polymerase 1 (PRP-1, enzim nuklear yang mungkin terlibat dalam respon DNA terhadap kerusakan DNA). 10 Slominska et al. mendapatkan bahwa nikotinamide, 2PY, dan 4PY terakumulasi dalam plasma anak-anak dengan gagal ginjal kronik dan efek dari kombinasi ketiganya menyebabkan penghambatan aktivitas PARP Potensial toksisitas selular metabolit nikotinamide memerlukan penelitian lebih lanjut Distribusi Seperti yang sudah disebutkan, nikotinamide merupakan bentuk sirkulasi dari nicotinic acid. Nikotinamide menghilang dengan cepat dari sirkulasi dan terdistribusi ke seluruh jaringan. Rutkowski et al. mendapatkan bahwa pada tikus nikotinamide ditemukan pada plasma, eritrosit, paru-paru, hati, dan otak tetapi hanya sedikit pada jaringan lemak. Akumulasi produk akhir dari nikotinamide ditemukan pada hati, paru-paru, dan otot skeletal tetapi tidak ditemukan pada jaringan lemak ataupun di otak. Nikotinamide mempunyai ekstraksi ratio hepatik yang tinggi, dan bersihan plasma sering rendah pada pasien dengan gagal hati. 10
9 Eliminasi Produk akhir dari nikotinamide di ekskresikan oleh ginjal, dimana nikotinamide itu sendiri direabsorbsi oleh tubulus ginjal. Hal inilah yang membuat hanya sedikit jumlah nikotimanide yang tidak termodifikasi dijumpai di urin, meskipun setelah pemberikan dosis tinggi Efikasi Terapeutik Ada beberapa studi yang telah menggali potensial dari niacin dan analognya dalam mengkontrol fosfat pada pasien dialisis. 14 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nicotinic acid efektif sebagai pengobatan hiperfosfatemia. 4,15-17 Studi in vivo terhadap konversi nicotinic acid ke nikotinamide memerlukan penelitian lebih lanjut. 10 Studi klinis nikotinamide sebagai pengobatan hiperfosfatemia pada pasien hemodialisis tercantum pada tabel 2.2. Studi pertama oleh Takashi et al. menunjukkan bahwa nikotinamide menurunkan kadar fosfat (dari 6,9 menjadi 5,4 mg/dl) dan ipth (tanpa meningkatkan kadar serum kalsium) 18. Cheng et al. merupakan penelitian pertama yang melakukan double-blind, placebo-controlled, randomized clinical trial nikotinamide (dosis mg). Setelah 8 minggu pengobatan, kadar rerata serum fosfat turun secara signifikan pada grup nikotinamide (dari 6,26 menjadi 5,47 mg/dl) tetapi tidak dengan grup placebo (meningkat dari 5,85 menjadi 5,98 mg/dl) (tabel 2.2). 5 Studi lainnya yang di lakukan oleh Young et al. merupakan studi yang prospektif, randomized, double blind, placebo-conrolled trial nikotinamide mendapatkan bahwa setelah 8 minggu pemberian nikotinamide 750 mg, terjadi sedikit penurunan kadar fosfat namun signifikan (dari 5,9 menjadi 5,2 mg/dl), namun tidak pada grup plasebo (tabel 2.2). 19 Shahbazian et al. juga mendapatkan hasil yang sama. Dimana dengan pemberian nikotinamide 500 mg/hari didapatkan penurunan kadar fosfat yang signifikan (dari 5,9 menjadi 4,77 mg/dl). Selain itu, peneliti juga menjumpai penurununan kadar trombosit dan menekankan pentingnya monitor trombositopenia ketika digunakan sebagai terapeutik (tabel 2.2). 20
10 32 Vasantha et al. melaporkan studi open-label nikotinamide 750 mg/hari dan didapatkan penurunan kadar fosfat 2,3 mg/dl setelah 8 minggu pengobatan. Selain itu juga didapatkan penurunan kadar ALP (Alkaline phosphatase) (Tabel 2.2). 3 Meskipun demikian, tidak ada satu pun dari studi-studi ini yang menggunakan pasien dialisis dalam jumlah yang besar. Nikotinamide dapat digunakan sebagai tambahan pada pengikat fosfat yang sudah ada seperti pada studi yang dilakukan oleh Cheng et al. Young et al. dan shahbazian et al. ataupun digunakan sendiri seperti pada studi Takashi et al. dan Vasantha et al. 10 Tabel 2.2 Studi Klinis Nikotinamide Sebagai Pengobatan Hiperfosfatemia pada Pasien Dialisis Efek Samping Banyak data menunjukkan bahwa nikotinamide pada orang dewasa aman diberikan pada dosis di bawah 3 mg/hari. 10 Keamanan pemberian nikotinamide pada pasien dengan fungsi ginjal normal diobservasi oleh European Nicotinamide Diabetes Intervention Trial. Meskipun peneliti tidak mendemostrasikan efek perlindungan dari nikotinamide pada diabetes tipe 1, peneliti berkesimpulan toleransinya bagus. 21 Efek samping utama dari dosis terapeutik adalah gejala gastrointestinal (terutama diare) yang secara umum akan sembuh dengan pengobatan dihentikan. 10 Delanaye et al. melaporkan 5 dari 6 pasien yang mengikuti studi openlabel menjadi diare setelah mendapatkan nikotiamide dengan rerata ± SD dosis
11 ± 447 mg/hari dan sembuh setelah obat dihentikan. Peneliti menunjukkan bahwa semua pasien juga mengkonsumsi calcium binders dengan atau tanpa sevalemer, yang juga memberikan efek samping yang sama. 22 Selain itu, ada juga laporan kasus hepatotoksisitas berat pada pasien yang mendapatkan nikotinamide 9 gram/hari, namun gejala hilang setelah obat dihentikan. 10 Rottembourg et al. melaporkan 6 pasien dialisis yang diobati dengan nikotinamide 1000 mg/hari menjadi trombositopenia dalam 3 bulan pengobatan. Hasil ini mengkonfirmasi penelitian Shahbazian et al. Meskipun mekanisme efek samping ini belum diketahui dengan pasti, trombositopenia kemungkinan akibat rendahnya kadar thyroxin-binding globulin yang diinduksi oleh nikotinamide dan turunannya. 23
BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN Penderita penyakit - penyakit ginjal kronik (PGK) mempunyai resiko kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan populasi normal. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap tingginya, resiko
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan abnormalitas struktural atau fungsional ginjal setidaknya selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa penurunan filtrasi glomerulus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan lambat. PGK umumnya
Lebih terperinciOBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. 3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat Penelitian dilakukan di unit hemodialisis
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing
BAB V PEMBAHASAN Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing kelompok dapat dilihat pada tabel 11. Peningkatan kadar glukosa darah ini dikarenakan pemberian STZ yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Dengan prevalensi 15% di negara berkembang, dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan faal ginjal yang terjadi secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang
Lebih terperinciMarianne, S.Si., M.Si., Apt.
Marianne, S.Si., M.Si., Apt. HMG Co-A Reduktase Inhibitor (statin) Resin Pengikat Asam Empedu Derivat Asam Fibrat Penghambat Absorpsi Kolesterol Niasin Penggolongan Obat Simvastatin, Pravastatin, Lovastatin
Lebih terperincijuga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam
1. Agen Pelindung Mukosa a Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah suatu penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel akibat suatu proses patofisiologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006).
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
Lebih terperinciDi bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :
Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat
Lebih terperinciANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT
ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Pendahuluan Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid merupakan lipid utama di tubuh Trigliserida didistribusikan ke dalam otot sebagai sumber energi,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian pada sebagian besar kasus stadium terminal (Fored, 2003). Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam proses penyaringan dan pembersihan darah. Ginjal menjalankan fungsi vital sebagai pengatur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh yang berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau CKD (Chronic Kidney Disease) merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel (Wilson, 2005) yang ditandai dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Gangguan Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari sama dengan tiga bulan, berdasarkan kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan terjadi gagal ginjal. Jika tidak diobati, penyakit ginjal bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ginjal adalah organ tubuh yang sangat penting. Namun, banyak orang yang tidak sadar untuk menjaganya sehingga ginjal menjadi tidak sehat dan bahkan terjadi gagal
Lebih terperinciPENGANTAR FARMAKOLOGI
PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG
Lebih terperincikematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK
BAB 1 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal dan dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup baik kecacatan maupun kematian. Pada penyakit ginjal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam tubuh manusia. Fungsi tersebut diantaranya mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur
Lebih terperinciPengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi
Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dalam mengatur kadar cairan dalam tubuh, keseimbangan elektrolit, dan pembuangan sisa metabolit dan obat dari dalam tubuh. Kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.
BAB V PEMBAHASAN STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung. Mekanisme diabetogenik STZ adalah alkilasi DNA oleh STZ melalui gugus nitroourea yang mengakibatkan kerusakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam mengaja kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan
Lebih terperinciTUGAS FARMAKOKINETIKA
TUGAS FARMAKOKINETIKA Model Kompartemen, Orde Reaksi & Parameter Farmakokinetik OLEH : NURIA ACIS (F1F1 1O O26) EKY PUTRI PRAMESHWARI (F1F1 10 046) YUNITA DWI PRATIWI (F1F1 10 090) SITI NURNITA SALEH (F1F1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan yang mendunia dengan angka kejadian yang terus meningkat, mempunyai prognosis buruk, dan memerlukan biaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat
Lebih terperinciFUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph
FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh. terjadinya penyakit jantung dan stroke (Davey, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah kelebihan kolesterol di dalam darah. Kadar kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh darah atau aterosklerosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di dunia yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dengan etiologi yang beragam. Setiap penyakit yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat
Lebih terperinciPengantar Farmakologi
Pengantar Farmakologi Kuntarti, S.Kp, M.Biomed 1 PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com 4 Istilah Dasar Obat Farmakologi Farmakologi klinik Terapeutik farmakoterapeutik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah kondisi jangka panjang ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan normal dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penyakit ginjal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kejadian AKI baik yang terjadi di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan dan kualitas hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh umur, konsumsi makanan berkalori tinggi dan lemak, serta pola hidup sedentary. Kemajuan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan sebanyak 75 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju menggunakan obat
Lebih terperinciPengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2
Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 1 Rute pemberian obat Untuk memperoleh efek yang cepat obat biasanya diberikan secara
Lebih terperinciPada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita
12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta ekskresi. Bilirubin merupakan katabolisme dari heme pada sistem retikuloendotelial.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dislipidemia Pada Penyakit Ginjal Kronis Dislipidemia sering terjadi pada pasien-pasien dengan gagal ginjal, bahkan jauh sebelum menjadi gagal ginjal tahap akhir, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan
Lebih terperinciFARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A
FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A AMINOGLIKOSIDA Senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat
Lebih terperinciObat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral
Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk sediaan yang sudah banyak dikenal masyarakat untuk pengobatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Richard Bright pada tahun 1800 menggambarkan beberapa pasien
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik dan antipiretik yang banyak digunakan di dunia sebagai obat lini pertama sejak tahun 1950 (Sari, 2007).
Lebih terperinciKESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi ion Hidrogen (H + ) 2.Hitung logaritma
Keseimbangan Asam Basa Dr. OK.M. Syahputra, M.kes Dr. Almaycano Ginting Departemen Biokimia FK USU KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit metabolik dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Pada penyakit metabolik dapat ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang sangat
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung
Lebih terperinciFenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif
Sebelum PCT Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, orang dewasa Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif Dlm tubuh dimetabolisme menjadi PCT (zat aktif) + metaboliknya Yg sebenarnya antipiretik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan ataupun hanya untuk menjaga penampilan agar lebih menarik.
Lebih terperinciDiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa
BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, pengembangan obat obat baru terus dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan potensi obat obatan yang ada. Adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian pesatnya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing berukuran satu kepalan tangan, dan terletak tepat di bawah tulang rusuk. Setiap hari kedua ginjal menyaring
Lebih terperinciDislipidemia. Ema Rachmawati
Dislipidemia Ema Rachmawati Kolesterol dan metabolisme lipoprotein Kolesterol Merupakan prekursor garam empedu dan hormon Dapat diperoleh dari makanan (eksogen) maupun sintesis de novo di hati (endogen)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik yang digunakan secara luas pada
Lebih terperinciNutrition in Elderly
Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner termasuk ke dalam kelompok penyakit kardiovaskuler, dimana penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara dengan pendapatan
Lebih terperinciGambaran hasil produk kalsium dan fosfor pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D.
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016 Gambaran hasil produk kalsium dan fosfor pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk minuman sachet, tidak hanya dari kalangan anak-anak tetapi banyak juga remaja bahkan orang tua yang gemar
Lebih terperinci