BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006).

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan normal. Penyakit ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam komplikasi penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, PGK masuk menjadi 10 besar penyakit tidak menular (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Laporan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2014 menyebutkan bahwa jumlah pasien baru mencapai pasien dan pasien aktif menjalani hemodialisa mencapai pasien. Jumlah pasien baru terus meningkat dari tahun ke tahun, tetapi jumlah pasien yang kemudian aktif pada akhir tahunnya tidak bertambah sejalan pertambahan pasien baru (PERNEFRI, 2014). Berdasarkan penelitian oleh Global Burden Disease Tahun 2010, PGK pada tahun 1990 menempati urutan ke 27 sebagai daftar penyebab kematian di seluruh dunia, namun pada tahun 2010 naik menjadi peringkat ke 18 (The National Kidney Foundation, 2015). Center for Disease Control and Prevention (CDC) (2014) dalam National Chronic Kidney Disease Fact Sheet 2014 memperkirakan lebih dari 10% atau 20 juta orang dewasa di Amerika Serikat memiliki faktor risiko mengalami PGK pada berbagai tahap keparahan PGK. 1

2 2 Kondisi hiperfosfatemia merupakan salah satu gangguan metabolisme mineral pada pasien PGK. Hiperfosfatemia terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi dan ekskresi fosfat seiring dengan perkembangan PGK. Penurunan ekskresi serum fosfat awalnya dapat diatasi dengan peningkatan sekresi hormon paratiroid (PTH) dengan menurunkan reabsorpsi fosfat proksimal. Reabsorpsi fosfat tubulus terutama terjadi di tubulus proksimal yang diatur oleh PTH. Hiperfosfatemia yang tidak tertangani akan mengakibatkan terjadinya hiperparatiroidisme sekunder dan osteodistrofi ginjal (Coladonato, 2005). Peningkatan serum fosfat terkait juga dengan kejadian kalsifikasi vaskular, penyakit kardiovaskular dan kerusakan ginjal lebih lanjut (Block, 2004). Penelitian yang ada telah menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas pada kadar fosfat antara >3,5 mg/dl sampai >6,5 mg/dl, dengan risiko terbesar pada kadar >7,0 mg/dl (Bernad dkk., 2012). Kontrol kadar fosfat adalah meliputi pembatasan diet fosfat, terapi oral agen pengikat fosfat, hemodialisa, dan pengendalian PTH (KDIGO, 2009). Pengikat fosfat diperlukan untuk membatasi penyerapan fosfat. Agen pengikat fosfat yang mengandung kalsium (calcium containing phospate binder) seperti CaCO3 sudah lama digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mengurangi kadar serum fosfat, serta harganya yang lebih murah (Manns dkk., 2004), namun agen ini bisa menyebabkan beberapa risiko seperti hiperkalsemia, oversupresi hormon paratiroid, penyakit tulang adinamik, dan perkembangan kalsifikasi kardiovaskular (Ossareh, 2014).

3 3 Agen pengikat fosfat lainnya yang tidak mengandung kalsium (non calcium containing phospate binder) seperti sevelamer hidroklorida dan sevelamer karbonat telah mulai dikembangkan untuk terapi hiperfosfatemia pada pasien PGK. Sevelamer efektif dalam mengontrol kadar fosfat dan produk kasium-fosfat (CaxP), memiliki risiko yang rendah terhadap terjadinya hiperkalsemia dan lebih efektif dalam menurunkan kadar lipid, serta mengurangi progresivitas kalsifikasi vaskular dibandingkan dengan CaCO3 (Nadin, 2004). Biaya untuk menjalani hemodialisa yang mahal adalah salah satu yang memberatkan bagi penderita PGK (PERNEFRI, 2014). Biaya yang dikeluarkan setiap pasien hemodialisa hampir 3 kali lipat lebih besar dibandingkan yang melakukan transplantasi ginjal. Pada tahun 2000, asuransi kesehatan pemerintah mengganti biaya untuk hemodialisa sebesar 33 milyar rupiah ($ ), biaya ini tiga kali lebih besar dibandingkan yang dilaporkan pada tahun 1995 (Prodjosudjadi dkk., 2009). Rata-rata penderita mengeluarkan biaya sebesar 5 juta untuk terapi hemodialisa, di luar obat, laboratorium, dan keperluan medis tambahan biaya lainnya (PERNEFRI, 2014). Hal tersebut juga sejalan dengan temuan dikeluarkan oleh American Kidney Fund (2012) menunjukkan bahwa biaya yang ditimbulkan dari pengobatan pasien PGK dengan hemodialisa sebesar $82,285 dan terjadi peningkatan biaya yang diperlihatkan Kidney Disease Statistics 2014 menjadi sebesar $87,945 (American Kidney Fund, 2014). Berdasarkan biaya terapi, terdapat perbedaan biaya antara agen pengikat fosfat non-kalsium yaitu sevelamer dengan agen pengikat fosfat-kalsium. Biaya terapi sevelamer lebih mahal dibandingkan dengan agen pengikat fosfat-kalsium

4 4 (Fröschl dkk., 2009). Sevelamer jika digunakan lebih dari satu tahun menunjukkan efek kardioprotektif, diperkirakan dapat mengurangi 12% kejadiaan kardiovaskular dibandingkan dengan kalsium astetat. Pemberian sevelamer bisa menghemat US$ karena kejadian kardiovaskular, dan lebih menguntungkan sekitar US$2200 untuk setiap life years gained (LYG) atau tahun hidup yang diperoleh (Huybrechts dkk., 2005). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh (Taylor dkk., 2008) terdapat tambahan beban ekonomi dengan penggunaan sevelamer selain mendapat tambahan manfaat klinis, karena harga sevelamer yang lebih mahal dibandingkan dengan CaCO3. Kondisi gangguan mineral dan tulang pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa selain menambah beban biaya juga terkait dengan penurunan aspek health related quality of life (HRQoL). Penilaian kualitas hidup terhadap outcome atau luaran klinik kesehatan pasien bisa dinilai dengan salah satunya mengukur nilai utilitas, yaitu nilai pada status kesehatan atau perbaikan status kesehatan pasien yang diukur dengan apa yang lebih disukai individu atau masyarakat (Andayani, 2013). Kuesioner EQ-5D merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur nilai utilitas. Kuesioner EQ-5D-5L sudah diterjemahkan dalam 113 bahasa termasuk bahasa Indonesia (EuroQol Group, 2016). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kusioner EQ-5D di beberapa negara sudah menggunakan EQ- 5D untuk mengukur HRQOL pada pasien PGK yang menjalani hemodialisa (Faridah dkk., 2010; Sakthong dan Kasemsup, 2012; Katayama dkk., 2014;Yang dkk., 2015; Zyoud dkk., 2016), namun penelitian HRQOL pasien hemodialisa di Indonesia menggunakan kuesioner EQ-5D-5L masih terbatas.

5 5 Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan suatu penelitian awal mengenai analisis biaya dan nilai utilitas pasien hemodialisa yang diberikan terapi sevelamer karbonat. Penelitian ini dilaksanakan di RS UGM Yogyakarta yang termasuk dalam rumah sakit tipe B pendidikan. Rumah Sakit UGM Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit yang menyelenggarakan unit layanan hemodialisa yang melayani pasien PGK. Sepengetahuan peneliti, belum ada dilakukan penelitian terkait biaya dan nilai utilitas pasien hemodialisa yang diberikan sevelamer karbonat, sehingga peneliti melakukan penelitian mengenai biaya dan nilai utilitas pada pasien hemodialisa dengan sevelamer karbonat terkait kondisi hiperfosfatemia yang dialami pasien PGK yang menjalani hemodialisa. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan : 1. Berapa besar biaya terapi sevelamer karbonat yang diperlukan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS UGM Yogyakarta? 2. Berapa nilai utilitas pasien PGK yang menjalani hemodialisa dengan terapi sevelamer karbonat di RS UGM Yogyakarta?

6 6 Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis biaya dan nilai utilitas pasien hemodialisa dengan terapi sevelamer karbonat belum ada dilakukan. Beberapa penelitian yang telah ada membandingkan biaya antara pengikat fosfat, serta pengukuran nilai utilitas pasien PGK yang menjalani hemodialisa telah dipublikasikan, sehingga penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian pada Tabel 1 adalah penelitian ini melihat biaya terapi sevelamer karbonat dan nilai utilitas pasien hemodialisa dengan sevelamer karbonat di RS UGM Yogyakarta. Tabel 1. Penelitian mengenai analisis biaya pengikat fosfat dan utilitas pasien yang menjalani hemodialisa Peneliti Judul Hasil Penelitian Vegter dkk., 2012 Lokasi Penelitian : Kanada Nguyen dkk., 2016 Lokasi penelitian : Singapura Cost-Effectiveness of Lanthum Carbonate in the Treatment of Hyperfosfatemia in Dialysis Patient: A Canadian Payer Perspective. Incremental Cost-Utility of Sevelamer relative to Calcium Carbonate for Treatment of Hyperphosphatemia Among Pre-Dialysis Chronic Kidney Disease Patients Tujuan penelitian yang pertama membandingkan antara biaya dan manfaat klinik penggunaan lantanum karbonat sebagai terapi lini kedua setelah gagal dengan terapi CaCO 3 pada pasien hemodialisa dengan persepktif pelayanan kesehatan Kanada. Hasilnya menunjukkan lantanum karbonat lebih cost effective dalam terapi ESRD dengan dengan hiperfosfatemia ICER C$159,500/QALY. Terapi lini kedua lantanum karbonat harganya lebih murah, dengan efektivitas yang sama sevelamer hidroklorida sebagai lini kedua juga. Pada penelitian ini menggunakan analisis keputusan Markov Model untuk mengestimasi biaya dan QALY antara sevelamer karbonat dan CaCO 3. Hasil penelitian menunjukkan sevelamer karbonat lebih cost effective dengan ICER S$152,988. Sevelamer karbonat lebih cost effective dibandingkan CaCO3 untuk terapi hiperfosfatemia pada pasien PGK yang tidak menjalani hemodialisa.

7 7 Lanjutan Tabel 1 Peneliti Judul Hasil Penelitian Sakthong dan Kasemsup, 2012 Lokasi Penelitian : Thailand Health Utility Measured with EQ-5D in Thai Patients Undergoing Peritoneal Dialysis Penelitian ini menghitung nilai utilitas pasien peritoneal hemodialisa menggunakan EQ- 5D-3L.Metode penelitian menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai utilitas dan skor EQ-5D VAS pasien dialiasis peritoneal di Thailand adalah masing-maisng 0,65±23 dan 0,65±0,26. Hasil analisis regresi multivariat menunjukkan bahwa pendidikan, pekerjaan, diabetes dan gejala PGK sebagai faktor yang mempengaruhi skor EQ-5D, sementara skor EQ-VAS dipengaruhi oleh pekerjaan, kadar albumin, penggunaan eritropoetin, dan gejala PGK. Zyoud dkk., 2016 Lokasi penelitian : Palestina Factor affecting quality of life in patiens on haemodialysis: a cross-sectional study from Palestine Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional untuk menilai kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisa menggunakan kuesioner EQ-5D-5L. Nilai utilitas dan skor EQ-VAS adalah masingmasing 0,37±0,44 dan 59,38±45,39. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya kualitas hidup pasien adalah pasien tanpa pendidikan formal, jenis kelamin wanita, pasien yang tinggal di pengungsian, banyaknya komorbid, banyaknya obat yang diminum, dan pasien usia lanjut. Keterangan : EQ VAS : EuroQol Visual Analogue Scale; PGK : Penyakit ginjal kronik, QALY: Quality Adjusted Life Years, ICER: Incremental Cost Effectiveness Ratio. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya : 1. Farmasis Sebagai salah satu bahan informasi bagi farmasis dan mendukung peningkatan peran farmasi klinik dalam pharmaceutical care, serta data tambahan gambaran awal terkait pertimbangan biaya dan manfaat terapi

8 8 sevelamer karbonat, terutama dalam penatalaksanaan terapi PGK terkait kondisi hiperfosfatemia serta mendukung peningkatan kualitas pelayanan. 2. Instalasi farmasi rumah sakit dan profesi kesehatan lain Memberikan informasi bagi rumah sakit dan profesi kesehatan lain terkait gambaran awal biaya dan nilai utilitas pasien hemodialisa rutin yang menggunakan terapi sevelamer karbonat, sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam pemilihan terapi PGK dengan pertimbangan biaya terapi dan manfaat terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisa rutin. 3. Peneliti Memberikan data dan pustaka bagi peneliti yang akan datang terutama dalam rangka peningkatan pelayanan dan pengelolaan serta pemilihan terapi yang tepat dan bermanfaat bagi pasien PGK yang menjalani hemodialisa rutin terkait kondisi hiperfosfatemia. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran biaya terapi sevelamer karbonat yang diperlukan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS UGM Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui nilai utilitas pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan terapi sevelamer karbonat di RS UGM Yogyakarta.