BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah. Organisasi gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah. Organisasi gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Muhammadiyah merupakan organisasi dakwah munkar Organisasi gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk ul (pengharapan baik) dapat mencontoh dan menteladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakan Muslimin, kejayaan Islam dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita 1. Dalam perkembangannya, organisasi ini telah memiliki cabang yang tersebar di seluruh pelosok negeri, sehingga tak heran jika saat ini Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar ke-2 Indonesia. Bahkan organisasi ini dapat dikatakan sebagai organisasi internasional karena tidak hanya eksis di pentas nasional, tetapi telah merambah ke dunia internasional, seperti di kawasan Asia Tenggara organisasi ini dapat kita temukan di negara Malaysia, Singapura, Thailand dan Kamboja. Serta di kawasan Afrika dan Timur Tengah terdapat di negara Mesir dan Iran. Sedangkan di kawasan Eropa dapat kita jumpai di negara Inggris dan Belanda. Muhammmadiyah ini merupakan organisasi keagamaan, namun dalam pergerakannya organisasi dapat berubah menjadi organisasi sosial politik 1 Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam : Dalam Perspektif Sejarah dan Ideologi, Edisi Ketiga, LPPI UMY, 2003, hal. 113.

2 masyarakat di saat organisasi ini mampu menampung aspirasi umat Islam serta mampu meminimalisir problematika yang dihadapi Umat Islam tanpa berdasar ras, suku, bangsa atau yang lainnya serta sepanjang tidak Dewasa ini eksistensi Muhammadiyah di dunia internasional semakin meningkat. Salah satu contohnya adalah dengan ditunjuknya Muhammadiyah sebagai anggota International Contact Group (ICG) untuk menyelesaikan konflik Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina. ICG itu sendiri terdiri dari unsur pemerintah dan International Non- Government Organitations (INGOS), diantaranya pemerintah Inggris, Jepang, Saudi Arabia dan Turki. INGOS yang terlibat diantaranya The Asia Foundation Manila, Henry Dunant Center dan Muhammadiyah sebagai fasilitator pemerintah Malaysia 2. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang luar biasa disamping akan menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi Muhammadiyah jika mampu memberikan solusi bagi tercapainya perdamaian antara MILF dan pemerintah Filipina, karena Muhammadiyah merupakan satu-satunya organisasi Islam yang ditunjuk menjadi anggota ICG dalam penyelesaian konflik ini. Mendasari fenomena di atas maka muncul inspirasi penulis untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi sebuah study yang bersifat deskriftifanalitik dengan judul Peran Muhammadiyah di Dunia Internasional 2 di akses pada 3 Maret 2010.

3 (Study Kasus : Kontribusi Muhammadiyah Dalam Resolusi Konflik Mindanao). B. Tujuan Penelitian Sebuah penelitian ilmiah pada umumnya bertujuan untuk memberikan gambaran yang objektif mengenai suatu fenomena tertentu. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan penulis ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Menggambarkan atau mendeskripsikan serta menganalisis bagaimana peran dan kontribusi Muhammadiyah dalam solusi konflik Mindanao. 2. Mengedepankan diskursus yang membuat iklim berpikir yang kritis-solutif terhadap persoalan kontemporer dengan melihat bagaimana sebuah organisasi yang berprinsipkan pada satu ideologi mampu berkembang menembus batas kenegaraan dengan mengusung sebuah tujuan kejayaan Islam dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita. Dengan maksud untuk memberikan gambaran yang objektif mengenai kondisi organisasi Muhammadiyah beserta aktivitas gerakannya serta usaha-usaha untuk menjaga eksistensinya sebagai gerakan Islam di dunia internasional. 3. Memperoleh akurasi pemahaman yang mendalam, kaitannya dengan kemampuan akademisi penulis. Dengan maksud untuk menerapkan teori dan konsep yang penulis peroleh selama kuliah. 4. Mencoba membuktikan hipotesa dalam menjawab pertanyaan dari pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

4 Selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaankegunaan sebagai berikut: 1. Secara akademis, hasil penelitian ini digunakan untuk memenuhi kelengkapan syarat kelulusan sebagai Sarjana Ilmu Politik (S.IP) jenjang strata satu (S1) pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Secara logis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi usaha penelitian selanjutnya. 3. Secara ideal, hasil penelitian ini dapat memperkaya dan menambah mozaik deskripsi dan analisa tentang politik dalam kaitannya dengan organisasi atau kelompok kepentingan. C. Latar Belakang Masalah Secara historis perjuangan membela bangsa, negara dan menegakkan Islam di Indonesia, umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai politik dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya umat Islam dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Tercatat dalam sejarah, bahwa dari lembaga-lembaga tersebut telah lahir para tokoh dan pejuang yang sangat berperan baik di masa perjuangan mengusir penjajah, maupun pada masa pembangunan.

5 Salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia adalah Muhammadiyah. Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad SAW. Organisasi Muhammadiyah adalah sebuah organisasi nonpolitis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW, memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah yang berakidah Islam dan bersumber pada Al- Quran dan As-Sunnah. Adapun maksud pemberian nama Muhammadiyah adalah untuk ber (pengharapan baik) dapat mencontoh dan mentauladani jejak perjuangan agama Islam semata-mata demi terwujudnya kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita 3. Perkembangan Muhammadiyah dewasa ini telah menjadi sebuah gerakan tajdid atau pembaharuan, oleh karena itu Muhammadiyah dituntut untuk selalu membuat langkah-langkah segar, kreatif, inovatif dan responsif pada perkembangan zaman. Dengan kata lain, Muhammadiyah diharapkan dapat selalu berdiri di depan sejarah dalam arti berada dalam perkembangan 3 Musthafa Kamal Pasha., Op. Cit, hal. 119.

6 masyarakat. Secara demikian interpretasi terhadap ajaran Islam yang dilakukan Muhammadiyah harus segar dan dinamis. Al- - Sunnah tidak pernah basi atau kadaluwarsa sepanjang zaman bila kita mau menangkap pesan-pesan kedua sumber Islam dan selalu mengaitkan dalam perkembangan masyarakat secara antisipatif. 4 Dengan sifat gerakannya tersebut, maka tak heran jika Muhammadiyah memiliki peranan penting dalam berbagai aspek sosial kemasyarakan dengan skala nasional maupun internasional. Belakangan ini keterlibatan Muhammadiyah dalam dunia internasional semakin meningkat, berbagai permasalahan dunia seperti masalah radikalisme yang mengatasnamakan agama dan konflik-konflik agama lainnya menjadikan Muhammadiyah tidak bisa tinggal diam. Nilai-nilai yang dimiliki Muhammadiyah seperti toleransi dan modernisasi serta dakwah terbukti berfungsi dengan baik untuk turut serta mengambil peran dalam mengurangi ketegangan berbagai konflik dan kekerasan menggunakan simbol agama yang terjadi di berbagai wilayah kawasan dunia. Bukti kongkret peran Muhammadiyah di dunia internasional adalah bahwa Muhammadiyah diminta langsung oleh Raja Thailand yang bernama Bhumibol untuk ikut merenkontruksi masyarakat kawasan konflik di Thailand Selatan. Hal ini di ungkapkan oleh Prof. Dr. Din Syamsuddin selaku Ketua PP Muhammadiyah pada Ahad 17 Mei Adapun perannya yang saat ini telah terlaksana adalah Muhammadiyah melakukan kerjasama dalam bidang 4 Amin Rais, Moralitas Politik Muhammadiyah, Dinamika, Yogyakarta, 1995, hal &Itemid=2, di akses pada 20 April 2010.

7 dakwah melalui pengiriman Da'i, pendidikan dengan cara pertukaran tenaga guru dan dosen maupun dengan mendirikan sekolah serta pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan lembaga keuangan mikro. Khusus dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah memberikan beasiswa pendidikan bagi 150 mahasiswa Thailand yang tersebar di beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah, antara lain di Makasar, Malang, Yogyakarta, dan Jakarta yang kesemuanya mempelajari non-ilmu agama 6. Selain itu, Muhammadiyah juga berencana akan mendirikan sekolah terpadu mulai dari tingkat dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi di Thailand Selatan dalam waktu dekat 7. Bukti lain peran Muhammadiyah di dunia internasional adalah kerjasama dengan Yayasan British Council Inggris yang lebih memfokuskan ke dalam isu multikulturalisme. Hal ini terjalin berawal dari kedatangan Wakil Ketua Yayasan British Council Inggris Mr. Gerard Lemos pada hari Senin 26 Februari 2007, yang didampingi oleh Ketua British Council perwakilan Jakarta Mr. Mike Hardy, dan Mrs. Yanti Amran Team Leader Social Development, untuk berdialog dengan jajaran Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah 8. Dalam dialog tersebut, Mr. Gerard Lemos memaparkan kondisi masyarakat di Inggris yang pada dasanya sekuler. Namun semenjak 6 di akses pada 20 April &Itemid=2, di akses pada 20 April ask=view, di akses pada 20 April 2010

8 kedatangan kaum imigran atau pendatang membawa karakter keagamaan yang kuat, terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan bermasyarakat di Inggris. Untuk merespon kondisi seperti itu, maka terjadilah kesepakatan kerjasama antara British Council dengan Amal Usaha Muhammadiyah, baik dalam pembelajaran bahasa Inggris, pendidikan (dalam bentuk kerjasama antar Universitas), memfasilitasi kerjasama dengan Non-Government Organitation (NGO) p kerjasama yang lain 9. Selain contoh peran kongkret Muhammadiyah di dunia internasional yang telah dijelaskan di atas, terdapat contoh lain, salah satunya adalah, pada Senin 15 Juni , Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin, turut menghadiri pertemuan tokoh agama dunia menyambut G-B Summit di kota Roma Italia. Pertemuan ini dihadiri 50-an tokoh berbagai agama di dunia, yang bertujuan merumuskan pikiran dan saran bagi para pemimpin negara-negara maju tersebut. Adapun fokus utama pertemuan itu adalah pada desakan agar negara-negara maju melakukan investasi bagi perdamaian dibandingkan kontribusi terhadap ketiadaan perdamaian dan kerusakan global, karena bagaimanapun juga harus diakui bahwa berbagai krisis global dewasa ini (pangan, energi, lingkungan hidup dan keuangan) adalah akibat keserakahan negara-negara maju dalam mengeksploitasi 9 Ibid &Itemid=2, di akses pada 20 April 2010.

9 Sumber Daya Alam (SDA) untuk pertumbuhan ekonomi belaka tanpa memperhatikan kelestarian alam dan nasib umat manusia kebanyakan. Adapun keterlibatan Muhammadiyah di dunia internasional yang terbaru dan patut dibanggakan adalah bahwa Muhammadiyah ditunjuk sebagai anggota International Contact Group (ICG) untuk menyelesaikan konflik Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina. ICG terdiri dari unsur pemerintah dan NGO Internasional, diantaranya pemerintah Inggris, Jepang, Saudi Arabia, dan Turki. NGO Internasional yang terlibat diantaranya The Asia Foundation Manila, Henry Dunant Center, dan Muhammadiyah sebagai fasilitator pemerintah Malaysia. Terpilihnya Muhammadiyah menjadi anggota ICG dalam penyelesaian konflik ini berawal dari keaktifan Muhammadiyah dalam forum internasional sehingga mampu menempatkan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Syamsuddin menjadi Wakil Sekjend (WIPL). Berawal dari itulah Muhammadiyah sering menjalin komunikasi dengan berbagai kalangan di dunia terkhusus lagi masyarakat muslim dunia. Dalam beberapa kesempatan, perwakilan Muhammadiyah sering melakukan komunikasi dengan beberapa perwakilan MILF, salah satunya liau merupakan salah satu dari Ketua MILF. Selain itu, perwakilan Muhammadiyah juga sering berkomunikasi dengan salah seorang senator muslim Filipina yang bernama Aminah Rasul. Dari komunikasi yang terjalin dengan baik itulah maka Muhammadiyah diminta oleh MILF untuk turut serta menjadi anggota ICG. Oleh karena itu, pada saat

10 pertemuan di Kuala Lumpur bulan Desember tahun 2009, Muhammadiyah disetujui menjadi anggota ICG dalam penanganan kasus ini 11. Dilihat dari sejarahnya, konflik Mindanao merupakan konflik sipil terpanjang yang ada di Asia Tenggara. Berawal ketika Republik Filipina merdeka pada tahun 1946 atas bentukan kolonial, mayoritas warga Islam Moro di pulau Mindanao, meminta supaya tidak menjadi bagian negara yang baru itu. Namun permintaan tersebut diabaikan. Dengan demikian banyak hal yang terjadi yang membuat rakyat Mindanao menderita, diantaranya perekonomian bangsa Moro tetap rendah, bahkan mereka terusir dari tanah kelahirannya pasca program transmigrasi besar-besaran yang dilakukan oleh warga Luzon dan Visayas. Padahal sebelumnya warga Islam Moro dan suku asli Lumad mengendalikan seluruh pulau Mindanao 12. Dengan latar belakang itulah maka pada tahun 1972, Front Pembebasan Nasional Moro mengangkat senjata, untuk memperjuangkan hak-hak tanah mereka. Pertempuran berdarah itu sampai saat ini terus terjadi yang telah memasuki dekade ke-3, sehingga mengakibatkan ratusan ribu orang tewas dan yang lainnya kehilangan tempat tinggal. Dalam masa konflik yang panjang tersebut terjadi kesepakatan pada tahun 1992, dimana sebuah kesepakatan damai ditandatangi untuk daerah otonomi warga Moro. Kemudian berkembang menjadi wilayah Islam Mindanao atau ARMM di kepulauan Sulu. Pembentukan wilayah itu bertujuan 11 Interview dengan Surwandono, S.Sos, MSi., (Penasehat Muhammadiyah dalam Penanganan Konflik Mindanao) 12 Muslim di Filipina Minoritas di Negeri Sendiri, Republika Online.htm, di akses pada 20 April 2010.

11 untuk pembangunan dan penentuan nasib sendiri warga Islam di sana. Namun, kesepakatan tersebut gagal total karena pemerintah Filipina tidak memenuhi janjinya 13. Dengan kondisi seperti itu maka tentu saja konflik kembali memanas, sehingga sampai saat ini pun terus berkecamuk. Bahkan dalam sebuah laporan disebutkan bahwa Dr. Abbas yang merupakan pemimpin bangsa Moro mengatakan bahwa : t masalah baru yang akan muncul, tapi khususnya dalam perpecahan sejarah dalam masyarakat kami, kalau ada kesepatakan perdamaian, belum tentu akan menciptakan perdamaian di tempat ini. Selama warga masih berperang dalam hati mereka masingmasing, nantinya akan terjadi bias, prasangaka buruk, kurangnya kepercayaan dan diskriminasi. Inilah yang akan terjadi di pasar, sekolah dan kantor. 14 Dengan demikian, maka hal ini menjadi sebuah tantangan yang luar biasa bagi Muhammadiyah untuk dapat memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi konflik Mindanao tersebut meski hal ini merupakan hal baru dalam tonggak sejarah pergerakan Muhammadiyah. Selain itu, hal ini akan menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi Muhammadiyah tatkala mampu memberikan solusi bagi tercapainya perdamaian antara MILF dan Pemerintah Filipina karena Muhammadiyah merupakan satu-satunya organisasi Islam yang ditunjuk menjadi anggota ICG (International Contact Group) dalam penyelesaian konflik ini. Ditambah lagi konflik Mindanao ini bisa dikatakan konflik terpanjang di kawasan Asia Tenggara. 13 Ibid 14 di akses pada 20 April 2010.

12 D. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas mengenai keterlibatan Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindanao, maka muncul sebuah pertanyaan mendasar penulis yaitu; Bagaimana peran Muhammadiyah dal E. Kerangka Pemikiran Untuk menjawab permasalahan di atas, dibutuhkan suatu konsep maupun teori. Konsep maupun teori merupakan acuan dan pedoman yang dapat mengarah pada suatu penelitian yang empiris dengan menunjukkan fakta atau data dan hubungan seperti apa yang perlu diteliti dan dianalisa agar kita dapat mengembangkan konsep dan teori tersebut. Secara umum salah satu unsur terpenting dalam sebuah penelitian adalah teori, karena dengan unsur ilmu inilah penulis mencoba menerangkan fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah serangkaian fenomena sosial, secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. 15 Menurut definisi ini, teori mengandung tiga hal; Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan dengan cara menentukan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungan. Kedua, teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena 15 Adaptasi dari Kerlinger, FN., Fondation of Behavioral Research 2 nd, Editin, Holf, Rinchart and Wiston, 1973, hal. 9, dikutip dari buku Metode Penelitian Survei, Masri Singarimbun dan Sofian Efendi., 1989, hal. 37.

13 tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana hubungannya. Untuk memberikan jembatan penghubung antara pokok permasalahan dengan hipotesa, maka penulis akan menggunakan landasan pemikiran, yaitu Teori Resolusi Konflik. Konflik berasal dari kata Conligere (bahasa latin) yang berarti menyerang bersama-sama. Menurut Mitchell (1981) Konflik adalah sebuah situasi dimana dua atau lebih orang saling mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya tetapi hanya salah satu yang berhasil mencapainya. Menurut James A. Schellenberg (1966) Konflik adalah situasi dimana Individu atau kelompok yang lain dalam rangka merebut sesuatu yang dikehendaki berdasarkan pada persaingan kepentingan-kepentingan karena perbedaan identitas atau sikap. Menurut Louis Kiesberg (1988) Konflik sosial adalah fenomena umum yaitu hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok ) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan. 16 Resolusi konflik merupakan suatu terminologi ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka. Titik tekan dari resolusi konflik berusaha menangani sebab-sebab konflik dan membangun hubungan baru yang bisa tahan lama diantara kelompok di akses pada 5 Juni 2010.

14 kelompok yang bemusuhan. 17 Resolusi pada dasarnya adalah setiap upaya intervensi (untuk mencegah aktualisasi, mendeeskalasi, menghentikan dan menyelesaikan konflik) dalam salah satu atau lebih tahap konflik. Salah satu sumber konflik yang terjadi antara satu pihak dengan yang lainnya adalah kondisi-kondisi laten dan aktual yang memproduksi keyakinan atau kepercayaan tentang adanya tujuan-tujuan yang tak selaras konstruk teoritik atau asumsi dasar tentang sifat manusia dan proses sosial internal dan intersaksional. Dengan kata lain kemunculan konflik disebabkan karena terdapat rasa atau kesadaran kolektif, ketidakpuasan kolektif terhadap pihak atau pihak-pihak lain dan tujuan-tujuan yang saling berlawanan. Menguatnya konflik seringkali dipicu oleh provokasi para pihak yang terlibat. Provokasi bisa berupa persuasi, koersi dan balas jasa atau imingiming baik material maupun non-material, bahkan bisa juga provokasi berupa gabungan dari ketiganya. Kehadiran pemicu konflik diatas pada perjalanannya turutpula meningkatkan eskalasi konflik yang ditandai dengan perubahan dalam unit konflik : sosio-psikologis (loyalitas dan komitmen pada tujuan / posisi yang telah ditetapkan, sense of crisis terhadapnya dan organisasional (komposisi kelompok, kompetisi dalam kepemimpinan) dan diwarnai dengan perubahan dalam hubungan-hubungan antar pihak yang bertikai (aksi sepihak atau bersama-sama yang saling menyakiti). Sementara itu, untuk menyelesaikan konflik, secara teoretis ada banyak sekali model, namun dalam tulisan ini hanya akan disajikan satu model saja 17 Simon, Fisher, et,al., Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi Untuk Bertindak, dialihbahasakan oleh S.N. Kartika Sari, D. Kapitalu, Rita Maharani dan Dwi Nivita Rini, The Brithis Council, Jakarta, 2001, hal 7.

15 yang dianggap paling relevan dengan topik bahasan. Model itu adalah model intervensi pihak ketiga. Secara paling sederhana, pihak ketiga dapat didefinisikan sebagai indifidu atau kolektif yang berada di luar konflik anatara dua piahk atau lebih dan mencoba membantu mereka untuk mencapai kesepakatan. 18 Dalam model ini ada beberapa bentuk, yakni coercion, arbitrasi, dan mediasi. Coercion adalah model penyelesaian konflik dengan cara paksaan, di mana masing-masing pihak dipaksa untuk mengakhiri konflik. Arbitrasi adalah penyelesaian konflik dengan cara mengambil pihak ketiga untuk memutuskan masalah yang terjadi, dan keputusan pihak ketiga harus dipatuhi oleh masing-masing pihak. Sementara mediasi berarti pihak ketiga hanya berfungsi untuk menjembatani penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat. 19 Definisi lain dari mediasi sebagaimana yang ditulis oleh Rabie adalah: n act of outside intervention toassist adversaries to resolve a shared conflict. It works to create a peace process to engage adversaries in a constructive political dialogue, or to transform an established dialogue process into a conflict resolution and peace- 20 Dari definisi diatas dapat diartikan secara bebas bahwa mediasi adalah sebuah tindakan intervensi pihak luar untuk menyelesaikan konflik bersama. Mediasi bekerja untuk menciptakan proses perdamaian terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam konflik melalui dialog politik yang 18 Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, Penerjemah Helly P. Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Teori Konflik Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1998, hal Surwandono, Diktat Resolusi Konflik, HI UMY, 2007, hal. 26.

16 konstruktif, atau untuk mengubah proses dialog menjadi sebuah resolusi konflik dan pembuatan perdamaian. Dalam definisi ini, ada sejumlah elemen yang terlibat dalam tindakan mediasi. Diantaranya adalah mediasi merupakan tindakan orang luar (Netralitas). Mediator membantu musuh untuk menyelesaikan konflik (Fasilitasi). Mediasi adalah komponen dari proses resolusi konflik dan perdamaian (Masak Kondisi). Melalui mediasi, pihak terlibat dalam dialog konstruktif (Kompromi). Adapun peran mediator yang paling utama dalam proses mediasi sebagaimana yang di tulis oleh Wall 1981 serta Wall dan Lynn , adalah mengontrol proses komunikasi dan memikirkan serta menyarankan ide baru untuk perjanjian dengan argumen yang jelas serta berbagai pilihan tertentu. Dengan kata lain mediator adalah medium dimana kedua belah pihak dapat memulai berkomunikasi. Dimana peran mediator disini adalah berupaya untuk mengkondisikan proses komunikasi diantara pihak-pihak yang berkonflik. Selain itu dalam proses mediasi, mediator juga dapat berkonsultasi dengan kedua belah pihak atau pihak yang berkonflik, memastikan kekhawatiran masing-masing dan kemudian membantu kedua belah pihak untuk menghindari perbedaan pendapat dalam persiapan untuk negosiasi. Ketika perbedaan pendapat muncul, mediator dapat mengajukan solusi atau alternatif. Selanjutnya, mediator dapat membantu para pihak untuk merumuskan penyelesaian konflik yang solutif dan inovatif. Hal ini pun 21 Dean G. Pruitt and Peter J. Carneval, Negoitation In Social Conflict, Pacific Grove, California, 1993, hal. 169.

17 merupakan bukan tugas yang mudah. Karena bagaimanapun juga sebuah proses perdamaian harus saling diterima oleh para pihak. Para pihak yang terlibat dalam konflik harus merasa puas dan nyaman dengan hasilnya. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa peran mediator adalah untuk memfasilitasi penyelesaian konflik yang berfungsi sebagai wasit, pemikir netral dan perencana konstruktif. Kemudian untuk mendukung tingkat efektifitas peran pihak ketiga dalam penyelesaian sebuah konflik dapat melakukan intervensi dengan melakukan modifikasi struktur fisik dan sosial, mengubah srtuktur isu dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi pihak-pihak yang berkonflik. 22 Memodifikasi struktur fisik dan sosial maksudnya adalah bahwa pihak ketiga dalam menjalankan perannya dapat melakukan tindakan-tindakan seperti membangun komunikasi antara pihak-pihak yang berkonflik sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, membuka dan mentralkan tempat berlangsungnya proses problem solving, menetapkan batas waktu dan memberi sumber daya tambahan terhadap pihak yang berkonflik. Memodifikasi struktur isu maksudnya adalah bahwa pihak ketiga dalam menjalankan perannya dapat melakukan tindakan-tindakan seperti membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk mengidentifikasi berbagai isu dan alternatif yang tersedia, dengan membantu mereka mengepak dan mengurutkan isu-isu tersebut sedemikian rupa sehingga mengarah kepada kesepakatan dan dengan 22 Ibid, hal 383.

18 memperkenalkan berbagai isu dan alternatif baru yang tadinya tidak terjadi pada para pelaku konflik itu sendiri. Mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi pihak-pihak yang berkonflik maksudnya adalah bahwa pihak ketiga dalam menjalankan perannya dapat melakukan tindakan-tindakan seperti memotifasi pihak yang berkonflik untuk membuat konsesi tanpa harus kehilangan muka, kepercayaan, ketidakrasionalan, momentum dan otonomi. Secara keseluruhan sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, konflik terjadi karena adanya perbedaan tujuan dan kepentingan antara dua pihak atau lebih. Dalam hal ini Bangsa Moro dan Pemerintah Filipina memiliki perbedaan tujuan dan kepentingan. Kepentingan Bangsa Moro dalam konflik ini adalah mempertahakan wilayah Mindanao serta berusaha memisahkan diri dari pemerintah Filipina atau paling tidak mendapat otonomi khusus bagi wilayah Mindanao. Sedangkan kepentingan Pemerintah Filipina ialah menguasai wilayah Mindanao untuk Negara Filipina dengan alasan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah penting bagi Filipina dengan kekayaan alam yang melimpah serta posisi strategi di kawasan Asia Tenggara. Dalam konteks resolusi konflik secara teoritik substansial, Muhammadiyah selaku anggota International Contact Group (ICG) berusaha memainkan perannya dengan baik agar mencapai sebuah tujuan atau harapan dari pihak-pihak yang bertikai yaitu kata damai. Adapun kontribusi Muhammadiyah dalam permasalah ini adalah bahwa Muhammadiyah berfungsi sebagai supporting unit dalam proses mediasi dengan membantu

19 memodifikasi struktur isu dimana Muhammadiyah berusaha memberikan masukan-masukan atau saran kepada pihak yang berkonflik dengan cara mengepak dan mengurutkan isu-isu yang dihadapi sedemikian rupa sehingga mengarah kepada kesepakatan dan dengan memperkenalkan berbagai isu dan alternatif baru yang tadinya tidak terjadi pada para pelaku konflik itu sendiri yang dalam hal ini adalah Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina. F. Hipothesis Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah serta ditambah kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan sementara bahwa Muhammadiyah memainkan perannya sebagai anggota International Contact Group (ICG) dalam penyelesaian konflik Mindanao dengan mengunakan model mediasi, dimana Muhammadiyah berusaha menjadi pemikir dengan memberikan saran dan masukan kepada pihak yang berkonflik atau dengan cara memodifikasi struktur isu dan juga berusaha menjadi perencana konstruktif pihak-pihak yang berkonflik. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu jenis

20 penelitian yang menelaah fenomena atau kenyataan sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau ilmiah, bukan dalam kondisi yang terkendali atau laboratories sifatnya (tidak bersifat angka). Dengan menggunakan model atau pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatau program atau suatu situasi sosial 23. Sedangkan desain studi kasusnya menggunakan desain studi kasus tunggal dimana kasus tersebut menyatakan kasus penting dalam menguji suatu teori yang telah disusun dengan baik 24. Menurut K Yin Robert 25 : fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber buk Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan, Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut 26 : 1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subyek yang diteliti. 23 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Kominukasi dan Ilmu Sosial lainnya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal Masri Singarimbun, Metode Penelitian Soaial, LP3ES, Jakarta, 1989, hal Robert Yin K., Studi Kasus (Desain dan Metode), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal Deddy Mulyana, Op. Cit, hal. 201.

21 2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. 3. Studi kasus merupakan saran efektif untuk menunjukkan hubungan atara peneliti dan responden. 4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthiness). 5. atas transferabilitas. 6. Studi kasus terbuka bagi penelitian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut. 2. Teknik Pengambilan Data Data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan angka, melalui penerapan kualitatif yang berisikan kutipan data-data yang memberikan gambaran tentang penelitian. Dalam penelitian jenis kualitatif ada tiga cara dalam pengumpulan atau pengambilan data, yaitu wawancara, observasi, dan pemanfaatan dokumen tertulis 27. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 2 cara yaitu, wawancara dan pemanfaatan dokumen tertulis (cetak ataupun elektronik), dengan data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan 27 Michael Patton Quinn, Metode Evaluasi Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1991.

22 angka, melalui penerapan kualitatif yang berisikan kutipan data-data yang memberikan gambaran tentang penelitian. 1. Wawancara (interview), adalah proses penghimpunan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden atau nara sumber. Wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan yang telah dirumuskan dalam daftar wawancara (interview guide) serta dapat ditambah pertanyaan yang muncul secara spontan. Tujuannya adalah untuk mencari data pokok mengenai keterlibatan Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindanao dan apa kepentingannya. 2. Pemanfaatan dokumen tertulis (cetak ataupun elektronik). Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini selain melalui wawancara adalah dengan menggunakan media buku pendukung, artikel, studi pustaka atau literatur, serta media lain yang dalam bentuk cetak ataupun elektronik untuk menguatkan data serta memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti. 3. Teknik Analisa Data Kajian ini merupakan kajian deskriptif analitik, yang bertujuan menggambarkan dan menganilisis peran dan kontribusi Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindano. Fokusnya mengarah pada bagaimana kontribusi atau upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam penyelesaian konflik tersebut.

23 Tahap awal pelaksanaan kajian ini, yaitu dengan melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data dan gambaran tentang bagaimana sejarah Muhammadiyah, kemudian menggambarkan bagaimana Muhammadiyah berkembang sampai bisa menembus batas negara dan memiliki pengurus cabang istimewa di luar negeri sehingga memiliki pengakuan dunia internasional yang akhirnya dapat terpilih menjadi salah satu anggota International Contact Group (ICG) dalam kasus ini. Selain itu tidak ketinggalan juga menggambarkan bagaimana konflik antara Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina ini bisa terjadi mulai dari sejarah sampai perkembangannya. Setelah itu, data dianalisis untuk menemukan kontribusi dan upayaupaya yang dilakukan Muhammadiyah untuk meredakan konflik Mindanao, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat pada prosesnya itu. Dan dari hasil analisis ini, diharapkan dapat menghasilkan suatu penjelasan, rekomendasi atau saran, serta kesimpulan akhir. 4. Informan Penelitian Informan penelitian ini maksudnya adalah orang yang berkompeten memberi informasi tentang bagaimana keterlibatan Muhammadiyah dalam International Contact Group (ICG) beserta peran dan upaya-upaya yang dilakukannya, yang mana informasi itu didapat melalui proses wawancara (interview).

24 H. Jangkauan Penelitian Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah (focus interest) hanya pada peran Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindanao dari awal keterpiliahannya menjadi anggota International Contact Group (ICG) sampai dengan upaya yang telah dilakukannya hingga bulan Juni I. Sistematika Penulisan Agar pembaca dapat memperoleh uraian atau gambaran mengenai permasalahan yang akan dibahas, maka diperlukan uraian yang sistematis yakni penulis menyajikan per bab. Di dalam penyusunan tulisan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari V bab. Bab I, Pendahuluan. Berisikan mengenai alasan pemilihan judul, tujuan penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipothesis, metode penelitian, jangkauan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II, Sejarah dan Perkembangan Muhammadiyah. Berisikan tentang uraian mengenai sejarah dan perkembangan Muhammadiyah hingga proses internasionalisasi Muhammadiyah. Bab III, Dinamika Konflik Mindanao. Berisikan tentang uraian mengenai konflik Mindanao antara Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan pemerintah Filipina di mulai dari sejarah hingga perkembangannya sampai dengan upaya resolusi konflik yang telah dilakukan.

25 Bab IV, Konstribusi Muhammadiyah Dalam Solusi Konflik Mindanao. Pada bab ini, akan membahas hasil penelitian yang berupa peran dan kontribusi Muhammadiyah dalam proses perdamaian konflik Mindanao. Kemudian pada bab V, Penutup. Berisikan kesimpulan dan rekomendasi atau saran jika diperlukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan, 129 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya terkait langkah diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan, maka dapat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

(Conflict Resolution between the Philippine s Government versus MILF Since Estrada up to Beniqno Aquino III Administrations) SKRIPSI.

(Conflict Resolution between the Philippine s Government versus MILF Since Estrada up to Beniqno Aquino III Administrations) SKRIPSI. PENYELESAIAN KONFLIK ANTARA PEMERINTAH FILIPINA DENGAN MORO ISLAMIC LIBERATION FRONT (MILF) SEJAK PEMERINTAHAN ESTRADA SAMPAI DENGAN PEMERINTAHAN BENIQNO AQUINO III (Conflict Resolution between the Philippine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki ciri khas masing-masing, berbeda antara satu dengan yang lain, karena cara

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK A. Pengertian Konflik Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan seperti kerusuhan, kudeta terorisme, dan reformasi. Konflik mengandung

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tipe penelitian yang berupaya menggambarkan suatu fenomena atau kejadian

BAB III METODE PENELITIAN. tipe penelitian yang berupaya menggambarkan suatu fenomena atau kejadian 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu tipe penelitian yang berupaya menggambarkan suatu fenomena atau

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif, karena peneliti ingin mendapatkan informasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penulis hanya terbatas pada menggambarkan situasi atau peristiwa secara objektif, sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak lepas dari Konflik yang terjadi di Maluku Utara. Konflik Maluku utara telah mengakibatkan perpecahan

Lebih terperinci

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen 44 B A B III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang India merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947. Kemerdekaan India diperjuangkan melalui perlawanan fisik maupun perlawanan non fisik. Perlawanan fisik di India salah satunya

Lebih terperinci

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel? Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan

Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan Undangan Menulis Buku Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan Editor: Idhamsyah Eka Putra Universitas Persada Indonesia YAI Hanrezi Dhania Universitas Tama Jagakarsa Ardiningtiyas Pitaloka Universitas Yarsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan mengenai hak-hak dan perlakuan terhadap tawanan perang telah dimulai lebih dari satu abad yang lalu dan saat ini pun sedang menjadi isu hangat pasca dikobarkannya

Lebih terperinci

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni 113 PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil kajian ini, pada akirnya peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, yakni sebagai berikut: 1. wacana gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk DAFTAR ISI Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi Bab I Pendahuluan... 1 1.1.Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 5. Gagasan tentang Pendidikan Resolusi Konflik

BAB 5. Gagasan tentang Pendidikan Resolusi Konflik BAB 5 Gagasan tentang Pendidikan Resolusi Konflik Strategi Umum Manajemen dan Resolusi Konflik Negosiasi suatu proses pemecahan masalah secara sukarela antara pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Manifestasi Ideologi Visualisasi Opening Billboard Bumper (OBB) Program

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Manifestasi Ideologi Visualisasi Opening Billboard Bumper (OBB) Program 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Manifestasi Ideologi Visualisasi Opening Billboard Bumper (OBB) Program Televisi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL Organisasi Kerjasama Islam (OKI) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia maupun untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas, berbagai upaya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem hukum Islam mediasi dikenal dengan Musyawarah, yang dimaksudkan musyawarah disini adalah urusan peperangan dan hal-hal yang bersifat duniawiyah, seperti

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas, BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu negara dan bangsa akan menjadi negara dan bangsa yang maju apabila rakyatnya

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara Konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa: Bumi dan air dan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang

Lebih terperinci

PESAN DAN MAKNA GAMBAR PADA T-SHIRT MERCHANDISE BANDUNG

PESAN DAN MAKNA GAMBAR PADA T-SHIRT MERCHANDISE BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik antara Palestina dan Israel berawal saat terjadinya migrasi besarbesaran kaum Yahudi ke tanah Palestina. Lebih dari lima puluh lima ribu orang datang

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketegangan politik terjadi di India menjelang kemerdekaanya dari Inggris dalam periode 1935-, yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik komunal antara dua golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benedict Anderson (2000) seorang Indonesianis yang diakui secara luas sebagai pakar sejarah Indonesia abad ke-20, mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah

Lebih terperinci

Profil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian

Profil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian Profil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian a. Profil Lulusan 1. Perumus dan pelaksana hubungan untuk pemerintah (diplomat, staf kementerian luar negeri, staf pemerintah daerah, staf lembaga pemerintah

Lebih terperinci

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus)

Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus) Seminar 129 Nasional Abdul Hukum Rasyid Saliman Universitas dan Negeri Rio Armanda Semarang Agustian Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 129-134 Fakultas Hukum, Faculty of Law Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana suatu struktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku didalamnya

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik Executive Summary P emberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang menjadi dasar proses pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme 123 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme Generasi Muda dalam Era Otonomi Khusus Papua ini adalah metode kualitatif. Digunakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru : Rina Suryati,

Lebih terperinci

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Kesehatan Sosiologi Industri Sosiologi Desain Sosiologi Budaya Sosiologi Ekonomi 1 Kajian Sosiologi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari. 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci