BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii Epidemiologi Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Toxoplasma gondii. Parasit ini pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil oleh Splendore. Pada tahun berikutnya setelah dilakukan penelitian, Nicole dan Manceaux baru memberi nama parasit tersebut dengan Toxoplasma gondii (Dubey,J.P., 2008). Menurut Gandahusada (2008) di Indonesia prevalensi toksoplasmosis pada manusia berkisar antara 2 % dan 63%. Sedangkan pada orang Eskimo prevalensinya sebesar 1 % dan El Salvador, Amerika Tengah 90 %. Pada hakekatnya toksoplasmosis yang terjadi pada hewan pun prevalensinya cukup tinggi di Indonesia seperti pada kucing %, babi %, kambing %, anjing 75 % dan pada ternak lain kurang dari 10 %. Gandahusada (2008) juga mengatakan bahwa pada umumnya prevalensi toksoplasmosis akan meningkat sesuai pertambahan usia. Berdasarkan demografinya, prevalensi toksoplasmosis akan lebih tinggi pada daerah tropis sedangkan pada daerah dengan dataran tinggi prevalensinya akan lebih rendah. Pada toksoplasmosis kongenital di beberapa negara diperkirakan prevalensinya mencapai 6.5 %dari 1000 kelahiran hidup di Belanda, New York 1.3, Paris 3 dan Vienna

2 Siklus Hidup dan Morfologi Berdasarkan sejarah ditemukannya, hingga tahun 1970 belum ditemukan bagaimana siklus hidup parasit Toxoplasma gondii akan tetapi sudah diketahui bahwa host definitifnya adalah kucing. Feses kucing yang terinfeksi parasit ini akan mengandung ookista dan menkontaminasi lingkungan (Dubey, J.P., 2008). Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler. Parasit ini terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk takizoit (trofozoit), kista, dan ookista. Bentuk takizoit seperti bulan sabit berukuran panjang 4-8 mikron dan lebar 2-4 mikron yang dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Sedangkan bentuk kista memiliki ukuran yang berbeda-beda dan ada yang berukuran 200 mikron dengan jumlah organisme ±3000. Organisme ini terdapat paling banyak di dalam otak, otot rangka dan otot jantung. Bentuk terakhir dari parasit ini adalah ookista yang terbentuk di dalam sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feses kucing dengan ukuran panjang mikron dan lebar 9-11 mikron (Chahaya, 2003). Kucing sebagai hospes definitif dalam sel epitel usus halusnya berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan daur seksual (gametogoni, sporogoni) yang menghasilkan ookista melalui feses yang dikeluarkan. Kucing yang telah terinfeksi Toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan jutaan ookista yang apabila tertelan oleh hospes perantara seperti sapi, kambing, babi, manusia atau bahkan kucing kembali maka akan terbentuk kelompok trofozoit yang membelah secara aktif pada tubuh hospes perantara (Indrayanti, 2014) Penularan Toxoplasma gondii Penularan infeksi Toxoplasma gondii utamanya bersumber dari kotoran kucing. Dalam kondisi tanah dengan kelembaban tinggi, ookista mampu hidup lama hingga lebih dari satu tahun. Sedangkan pada lokasi yang terkena sinar matahari secara

3 9 langsung serta dengan tanah yang kering maka masa hidupnya akan semakin singkat (Chahaya, 2003). Infeksi toksoplasmosis yang terjadi pada manusia dapat terjadi melalui dua cara yaitu akuista (acquired) dan kongenital. Infeksi akuista (acquired) biasa terjadi pada orang dewasa maupun pada anak sedangkan infeksi kongenital adalah cara infeksi dari ibu ke bayi kandungannya (Soedarto, 2012). Infeksi dengan akuista (acquired) banyak terjadi dikarenakan faktor lingkungan. Lingkungan menjadi media yang cukup baik dalam penularan infeksi Toxoplasma gondii. Menurut Frenkel (2002) dalam Cruz & Janeiro (2009) kejadian wabah toksoplasmosis di dunia diketahui bahwa penyebabnya didapat dari air yang terkontaminasi ookista Toxoplasma gondii serta tanah maupun sampah atau kotoran domba yang terinfeksi Toxoplasma gondii. Ookista dari feses kucing bila tertelan oleh tikus akan menyebabkan tikus terinfeksi dan membentuk kista dalam otot dan otaknya. Kemudian jika tikus tersebut dimakan oleh kucing maka kucing tersebut akan tertular kembali. Hospes perantara parasit ini banyak yang dijadikan bahan pangan oleh manusia seperti kambing, sapi, ayam, burung dan babi. Namun tidak hanya oleh hewan saja yang jadi penyebab terinfeksinya manusia terhadap parasit ini. Manusia juga dapat tertular dari ookista yang berada di tanah misalnya memakan sayur-sayuran mentah yang tercemar feses kucing atau bisa setelah berkebun lupa mencuci tangan ketika akan makan. Tercemarnya alat-alat masak dan tangan oleh bentuk infektif Toxoplasma gondii pada waktu pengolahan makanan juga merupakan salah satu sumber penyebaran parasit tersebut (Yaudza, 2010). Infeksi dengan akuista (acquired) juga dapat ditularkan melalui transfusi darah, transplantasi organ serta luka pada kulit (Soedarto, 2012; Indrayanti, 2014). Pada infeksi kongenital parasit masuk ke dalam tubuh janin melalui plasenta. Janin belum cukup mampu dalam membentuk kekebalan tubuh maka dari itu hal ini

4 10 akan mempermudah infeksi pada tubuh janin hingga mengakibatkan abortus, lahir mati, lahir hidup dengan hidro atau mikrosefalus, gangguan motorik, kerusakan retina dan otak serta menunjukkan tanda-tanda kelainan jiwa. Gambar 2.1. Cara Penularan Toxoplasma gondii Sumber: American Family Physician (2003) Pencegahan Toksoplasmosis Vaksin untuk mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini sehingga langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit toksoplasmosis adalah dengan menjaga kebersihan (Dubey, J.P., 2008). Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan kebersihan adalah menjaga lingkungan supaya terbebas dari kotoran kucing ataupun hewan lainnya yang terinfeksi parasit tersebut. Infeksi toksoplamosis pada manusia yang disebabkan karena memakan daging yang terinfeksi atau menelan ookista infektif dapat dicegah dengan memasaknya dengan matang sempurna (Soedarto, 2012; Indrayanti, 2014). Menurut WHO (1979)

5 11 dalam Chahaya (2003), daging untuk menghangatkan seluruh bagiannya membutuhkan suhu 65ºC dengan durasi empat hingga lima menit atau lebih sehingga secara keseluruhan daging tidak akan mengandung kista aktif, demikian juga dengan hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam dan nitrat. Makanan yang matang pun harus ditutup rapat agar tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari feses kucing ke makanan tersebut. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyebaran melalui vector mekanik seperti lalat ataupun kecoa adalah dengan mematikan ookista menggunakan bahan kimia seperti formalin, ammonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70ºC yang disiramkan pada feses kucing (Gandahusada, 2003; Yaudza, 2010). Bagi anak-anak yang gemar bermain ditanah ataupun ibu-ibu yang memiliki hobi berkebun serta petani sebaiknya membiasakan diri mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun sebelum makan. Menurut Gandahusada (1988) dalam Chahaya (2003) kondisi tanah di Indonesia belum diselidiki keberadaan ookista Toxoplasma gondii-nya sehingga sayur mayur yang akan dimakan khususnya sebagai lalapan harus dicuci bersih guna meminimalisir kemungkinan ookista melekat pada sayuran. Untuk pencegahan toksoplasmosis kongenital dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah untuk tes Toxoplasma bagi wanita yang belum hamil dan merencanakan kehamilan. Dari tes tersebut bila hasilnya positif, ada kemungkinan ketika hamil janin akan lebih terlindungi karena calon ibu sudah mempunyai kekebalan terhadap Toxoplasma gondii. Bagi yang hasilnya negatif itu menandakan bahwa dirinya tidak terinfeksi parasit tersebut namun harus terus menghindari kemungkinan terinfeksi selama hamil (Dharmana, 2007). Pencegahan agar tidak terinfeksi Toxoplasma gondii ketika hamil dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan kucing namun apabila diharuskan membersihkan kandang kucing,

6 12 gunakanlah sarung tangan dan cuci tangan dengan bersih setelah selesai. Kemudian gunakan sarung tangan ketika berkebun, hindari makanan yang telah dihinggapi lalat ataupun kecoa serta hindari konsumsi daging mentah ataupun setengah matang dan sayur atau buah yang belum dicuci dengan bersih (Indrayanti, 2014). Pencegahan terhadap infeksi parasit ini juga dapat dilakukan dengan skrining darah bagi individu yang akan transfusi darah ataupun transplantasi organ. Selain itu secara promotif harus dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat mengubah perilaku yang berisiko terhadap infeksi Toxoplasma gondii. 2.2 Perilaku Definisi Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Sarwono, 2007). Perilaku manusia menurut Notoatmodjo (2007) merupakan suatu aktivitas dari manusia yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan dikatakan juga bahwa perilaku merupakan tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari Perilaku Sehat Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) merupakan suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku ini juga memberi respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas

7 13 kesehatan dan obat-obatan. Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu (Indrayanti, 2014): 1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) Perilaku ini merupakan usaha individu untuk memelihara atau menjaga kesehatan supaya tidak sakit maupun usaha untuk penyembuhan bila sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terkait dengan tiga aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007): a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan bila sakit serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit. b) Perilaku peningkatan kesehatan c) Perilaku gizi 2) Perilaku pencarian dan penanganan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini berkaitan dengan upaya atau tindakan individu ketika sakit maupun kecelakaan. Perilaku dapat berupa mengobati sendiri (self-treatment) atau bahkan hingga mencari pengobatan ke luar negeri. 3) Perilaku kesehatan lingkungan Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku ini merupakan cara individu merespon lingkungan dari segi fisik maupun sosial budaya agar tidak mempengaruhi kesehatan. Sedangakan menurut Sarwono (2007) perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini dapat termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran serta makanan bergizi.

8 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Faktor yang mempengaruhi perilaku individu mempunyai peran yang berarti dalam menentukan status kesehatan seseorang maupun komunitas masyarakat. Dari berbagai determinan perilaku manusia, sudah banyak ahli yang telah merumuskan teori atau model mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku. Salah satu diantaranya adalah teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green (1980). Menurut Green, kesehatan seseorang maupun masyarakat dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor yang terdiri dari sebagai berikut: a. Faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor ini terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan dipengaruhi oleh umur, pekerjaan, pendidikan, sosial budaya, dan sumber informasi. b. Faktor pendukung (enabling factors) Faktor ini terwujud dalam lingkungan fisik serta tersedia atau tidaknya fasilitas maupun sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. c. Faktor pendorong (reinforcing factors) Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas yang lainnya sebagai kelompok panutan (reference group) di masyarakat Perilaku Berisiko terhadap Toksoplasmosis Mudahnya penyebaran infeksi toksoplasmosis menjadi salah satu penyebab tingginya angka prevalensi toksoplasmosis di Indonesia maupun di Dunia. Penyebaran penyakit ini ada kaitannya dengan perilaku kebiasaan individu dalam mengkonsumsi

9 15 daging mentah, kontak dengan kucing, tidak mencuci buah dan sayuran sebelum dimakan serta kontak dengan lingkungan yang terdapat ookista Toxoplasma gondii (Dharmana, 2007). 2.3 Pedagang Kaki Lima Definisi Pedagang Kaki Lima Pedagang adalah individu ataupun kelompok yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali dengan merubah ataupun tidak bentuk awal atas inisiatif dan tanggung jawab sendiri kepada konsumen (Sugiharsono, 2000 dalam Mustika, 2014). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagang dibedakan menjadi dua yaitu pedagang besar dan kecil. Perbedaan ini dibagi berdasarkan besar modalnya. Dalam hal ini ada beberapa pedagang yang lebih memilih untuk menggunakan sarana atau perlengkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan mempergunakan fasilitas umum sebagai tempat usaha yang sering disebut dengan Pedagang Kaki Lima (PKL). Pedagang kaki lima merupakan orang yang melakukan kegiatan usaha dagang dari sektor informal baik perorangan maupun kelompok yang menggunakan tempat-tempat fasilitas umum seperti trotoar, pinggir-pinggir jalan umum dan lain sebagainya Karakteristik Umum Pedagang Kaki Lima Penghasilan PKL sangat bergantung pada hasil dagangan hariannya sehingga banyak PKL yang tidak bisa mengambil risiko untuk tidak berjualan dalam waktu yang lama. Dalam kondisi ini banyak faktor yang diabaikan salah satunya kesehatan. PKL cenderung hidup hemat dan memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan produktif serta tinggal di pemukiman padat penduduk.

10 16 Produk yang ditawarkan oleh PKL sangatlah beragam dan disesuaikan dengan modal pedagang, sebagai contoh dapat berupa makanan dan minuman, rokok, ikan hias, bunga, buah-buahan, dan lain sebagainya. Produk-produk tersebut ada yang berasal dari olahan sendiri namun ada juga yang merupakan hasil industri yang dijual kembali Perilaku Berisiko Pedagang Kaki Lima Bagi pedagang kaki lima yang khususnya berjualan makanan dan minuman terkadang tidak memperhatikan hal-hal vital seperti hygiene dan sanitasi dari prduk yang dijualnya karena keterbatasan ruang dan ekonomi yang dialaminya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, berikut adalah hal yang harus diperhatikan oleh PKL: 1) Penjamah Makanan Dalam melakukan kegiatan berdagang PKL harus memperhatikan kondisi tubuhnya seperti tidak sedang menderita penyakit menular (batuk, pilek, diare, dan sebagainya), menutup luka, menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakain, menggunakan celemek, tidak sambil merokok dan tidak batuk atau bersin dihadapan makanan yang disajikan. 2) Peralatan Peralatan yang digunakan PKL untuk mengolah maupun menyajikan makanan harus memenuhi syarat hygiene dan sanitasi maka dari itu peralatan yang sudah dipakai harus dicuci dengan air bersih dan dengan menggunakan sabun, kemudian dikeringkan dengan alat pengering yang bersih. Setelah itu PKL harus menyimpan peralatan ditempat yang bebas dari pencemaran.

11 17 3) Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan dan Penyajian Penggunaan air, bahan makanan, bahan tambahan dan penyajian harus sesuai standar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Hal ini terkadang dilanggar oleh PKL dengan sebab ingin mencari untung yang besar dengan pengeluaran yang sedikit. 4) Sarana Penjaja PKL harus memperhatikan sarana yang ada pada tempat dimana mereka akan berjualan. Syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: a. mudah dibersihkan b. tersedia tempat untuk: - air bersih - penyimpanan bahan makanan - penyimpanan makanan jadi/siap disajikan - penyimpanan peralatan - tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan) - tempat sampah 5) Sentra Pedagang Sentra pedagang merupakan lokasi yang digunakan PKL untuk berjualan. Sentra pedagang ini harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang meliputi air bersih, tempat penampungan sampah, saluran pembuangan air limbah, jamban dan peturasan serta fasilitas pengendalian lalat dan tikus.

12 Air Definisi Air Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada atas atau bawah permukaan tanah diantaranya air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air merupakan zat cair yang tidak memiliki rasa, warna dan bau yang terdiri dari hidrogen dan oksigen (H2O). Keberadaan air dikatakan sebagai larutan yang bersifat universal sehingga banyak zat-zat baik yang alamiah maupun buatan manusia dapat terlarut didalamnya. Menurut Linsley (1991) zat-zat tersebutlah yang disebut pencemar dalam air. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja kepada manusia. Dibutuhkan pengolahan air dari sumber, jaringan transimi ataupun distribusi agar air yang masuk kedalam tubuh manusia tidak mengakibatkan penyakit. Hal ini dapat mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber kotoran dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004 dalam Jumani, 2011) Kualitas Air Kualitas air merupakan sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003). a. Kualitas Fisik Kualitas secara fisik adalah kualitas yang dapat dilihat atau dirasakan menggunakan alat indera manusia. Syarat-syarat sumber mata air yang dapat digunakan sebagai air bersih dapat dilihat dari kekeruhannya, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, temperaturnya normal, dan tidak mengandung zat padatan.

13 19 b. Kualitas Kimia Kualitas air yang tergolong baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut (Jumani, 2011): - Air murni memiliki ph 7 (netral), apabila ph air dibawah 7 menunjukan air tersebut bersifat asam sedangkan bila diatas 7 bersifat basa (Jumani, 2011). - Tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida dan fenolik. - Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Cl, Cr dan lain-lain. - Air dengan kesadahan yang rendah. Tingkat kesadahan yang tinggi mengindikasikan adanya garam-garam seperti Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang terlarut dalam air. - Tidak mengandung bahan kimia anorganik melebihi kadar maksimun yang telah ditentukan. c. Kualitas Biologis Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologi air bersih dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diijinkan yaitu 50 MPN/100 ml air Peranan Air Sebagai Penyebab Penyakit Air adalah bagian dari kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dalam pemanfaatannya air dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit. Menurut Soemirat (2007) dalam Jumani (2011), air sebagai penyebab terjadinya penyakit dibagi menjadi empat cara, yaitu:

14 20 1) Air sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Disease) Penyakit disebarkan secara langsung melalui air dan hanya dapat tertular apabila mikroba penyebab penyakit masuk ke dalam sumber air yang digunakan dalam kebutuhan sehari-hari manusia. 2) Air sebagai Sarang Vektor Penyakit (Water Related Insecta Vector) Dalam beberapa kasus air dapat berperan sebagai sarang insekta (vektor) dalam penyebaran penyakit pada masyarakat. Air dapat membantu dalam perubahan bentuk, vase, pertumbuhan ataupun perkembangbiakan vektor. 3) Kurangnya Penyediaan Air Bersih (Water Washed Disease) Kurang tersedianya air bersih untuk menjaga kebersihan diri dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terkait dengan pekembangbiakan bakteri pada kulit dan mata apabila tidak dibersihkan dengan air bersih. 4) Air sebagai Sarang Hospes Sementara (Water Based Disease) Beberapa penyakit memiliki hospes perantara yang hidup di dalam air. Penyakit yang dapat muncul adalah shistosomiasis dan dracontiasis.

15 21

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara beriklim tropis, penyakit akibat parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang menyebabkan dampak merugikan terhadap hewan dan manusia diseluruh dunia. Toxoplasma gondii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasmosis 2.1.1. Definisi Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh T.gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia (Hiswani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Salah satu penyakit zoonosis adalah toksoplasmosis yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi semakin mudah dan cepat. Hingga saat ini penyakit yang disebabkan oleh parasit masih menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toksoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toksoplasma gondii Menurut Konishi et al, (1987) dalam Chahaya, (2003) toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

Lebih terperinci

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit intraseluler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat intraseluler

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, dapat menginfeksi pada hewan dan manusia dengan prevalensi yang bervariasi (Soulsby, 1982). Hospes

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Wawancara dan survey kepada Dr.dr.Raditya wratsangka,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut T. gondii. penyakit ini bersifat zoonosis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine, 1985). Toxoplasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang mengerat (Cytenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 (Levine,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasmosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi semua mamalia dan spesies

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TORCH adalah singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa atau parasit darah dan virus. Penyebab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3 BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Giardiasis adalah penyakit diare yang disebabkan oleh protozoa patogen Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi protozoa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Makanan 1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok menusia untuk kelangsungan hidup, selain kebutuhan sandang dan perumahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonis yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Parasit tersebut mampu menginfeksi hampir semua jenis sel berinti (nucleated

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Toxoplasmosis Toxoplasmosis ditemukan pada tahun 1909 oleh Nicelle dan Manceaux yang pada saat itu menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara (Hiswani, 2003).

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggambarkan bagaimana perjalanan air yang meliputi penguapan pada air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggambarkan bagaimana perjalanan air yang meliputi penguapan pada air 2.1. Siklus Air BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagian besar (71%) permukaan bumi ditutupi oleh air dan jumlah ini relatif konstan. Air di bumi mengalami siklus hidrologi. Siklus ini sangat penting karena menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah senyawa H2O yang merupakan bagian paling penting dalam kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasmosis 2.1.1 Definisi Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, yang merupakan parasit obligat intraselular yang dapat menginfeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 6 sampai 12 tahun memiliki fisik lebih kuat dibandingkan dengan balita, memiliki sifat indifidual yang aktif, dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Kehamilan adalah suatu kondisi dari seorang wanita yang memiliki janin sedang tumbuh di dalam rahimnya (Maulina, 2010). Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia. Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia. Luasnya penyebaran toksoplasmosis

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit cacing yang dapat membahayakan kesehatan. Penyakit kecacingan yang sering menginfeksi dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan penting untuk pertumbuhan maupun mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti sel-sel tubuh

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN Oleh : Kelompok 7 Program Profesi PSIK Reguler A Prilly Priskylia 115070200111004 Youshian Elmy 115070200111032 Defi Destyaweny 115070200111042 Fenti Diah

Lebih terperinci

TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara TOKSOPLASMOSIS DAN UPAYA PENCEGAHNNYA RASMALIAH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang pengerat, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. E. coli termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan parasit protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia (Kijlstra dan Jongert, 2008).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan

Lebih terperinci

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toxoplasma gondii 2.1.1 Epidemiologi Toxoplasma gondii Infeksi protozoa Toxoplasma gondii adalah salah satu yang paling umum dari pada infeksi parasit manusia dan hewan berdarah

Lebih terperinci

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI Oleh: Muhammad Fawwaz (101211132016) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I... 3 A. LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat LEMBAR KUESIONER Nama : Tanggal : Alamat : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat Beri tanda silang (x) pada jawaban yang benar Jenjang pendidikan terakhir yang anda jalani : a. SD b.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Sebagai kebutuhan dasar, manusia memerlukan makanan yang terdiri dari flora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang bersifat patogen merupakan prioritas utama untuk dilakukan pada bidang kesehatan,

Lebih terperinci

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH Dalam tiga bulan terakhir penyakit infeksi diare dan typhus mendominasi angka kesakitan pada rekapitulasi klaim PT. Asuransi ReLiance Indonesia. Diare dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala bahaya yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, tiga

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Hampir seluruh kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari adanya unsur air ini. Sumber utama air yang mendukung kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan sekolah merupakan syarat sekolah sehat. Upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini orang ingin melakukan segala sesuatu dengan cepat dan praktis, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan makan. Hal ini sangat menunjang keberadaan berbagai

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit BAB 2 PENYAKIT BAWAAN MAKANAN (FOOD BORNE DISEASE) Sumber penularan penyakit orang sakit binatang / insekta tanaman beracun parasit Penerima manusia hewan Penyebaran penyakit tergantung pada kontak langsung

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang berada di Kabupaten Demak yang mempunyai banyak pemukiman kumuh, yaitu dapat dilihat dari

Lebih terperinci

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Pendahuluan Sanitasi : pencegahan penyakit dengan menghilangkan/mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah materi di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk hidup yang ada di planet ini yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel hidup baik pada sel tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi dan paratyphiditandai dengan keluhan dan gejala penyakit yang tidak khas, berupa

Lebih terperinci