BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Suatu kebijakan merupakan suatu ketetapan guna memberikan pedoman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Suatu kebijakan merupakan suatu ketetapan guna memberikan pedoman"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN V.1 Implementasi PNPM MP SPP Suatu kebijakan merupakan suatu ketetapan guna memberikan pedoman dalam bertindak, yang telah dibuat secara terencana dan konsisten untuk mencapai tujuan tertentu yang pada umumnya berguna bagi banyak pihak. Dalam mencapai tujuan-tujuaan tersebut perlu diadakan implementasi, karena tanpa iplementasi, maka suatu kebijakan hanya akan menjadi dokumen. Adapun tujuan implementasi dari PNPM MP SPP, yaitu: 1. Mempercepat proses pemenuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar Pelaksanaan program Simpan Pinjam bagi kelompok Perempuan (SPP) di Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu sebelumnya memang sudah ada yang dikenal dengan nama Program Pembangunan Kecamatan tepatnya sejak tahun Kemudian dilanjutkan dengan PNPM PPK pada tahun , lalu berubah menjadi PNPM MPsejak tahun 2008 hingga sekarang. Perubahan tidak hanya terletak pada nama, tetapi upaya peningkatan standar pelaksanaan atau pengelolaan yang lebih baik, misalnya pada upaya sosialisasi, peningkatan pemberdayaan masyarakat serta akuntabilitas pengelolaan yang semakin transparan kepada masyarakat. PNPM MP SPP ini merupakan kegiatan pemberian dana bergulir kepada kelompok perempuan dalam mengembangkan usaha mikro yaitu dengan memberikan akses permodalan yang dibutuhkan oleh pengusaha mikro dan golongan ekonomi lemah secara luas, mudah dan murah.

2 Tabel V.1 Data jumlah Pinjaman SPP per Desa di Kecamatan Bajo No Kelurahan / Desa Jumlah Alokasi Pinjaman Kelompok 1 Balla 37 1,872,331,250 2 Sampa 35 1,649,968,750 3 Bajo 32 2,343,985,625 4 Rumaju 29 1,141,118,125 5 Saga ,188,750 6 Jambu 23 2,533,289,750 7 Pangi 30 2,027,362,500 8 Sumabu ,268,750 9 Tallang Bulawang ,930,000 Sumber: Laporan keuangan Sekretariat PNPM MP Kec. Bajo hingga 2012 Berdasarkan data dari tabel diatas serta pemaparan oleh Bendahara UPK kepada peneliti, dapat diketahui bahwa pemberian dana kepada masing-masing desa disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan pengajuan pinjaman per

3 kelompok. Adapun pengajuan pinjaman tidak boleh melebihi batas maksimum dari jumlah pinjaman yang dialokasikan serta disesuaikan dengan lamanya kelompok dibentuk. Hal ini dapat dipaparkan pada tabel di bawah ini, berdasarkan kategori kelompok dan usaha yang digelutinya: Tabel V.2 Jumlah Pinjaman berdasarkan Kategori Kelompok Penerima SPP Jenis Kelompok Lamanya Terbentuk Alokasi Pinjaman/Anggota Kelompok baru 2 tahun 5 juta Kelompok lama 2 tahun 5 juta Tabel V.3 Jumlah Pinjaman berdasarkan Jenis Usaha Kelompok Penerima SPP Jenis Usaha Alokasi Pinjaman/Anggota Usaha kecil 5 juta Usaha sedang 5-10 juta Usaha musiman juta Sumber: Sekretariat PNPM MP Kec. Bajo, 2008 Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat diketahui bahwa pengajuan pinjaman telah diatur berdasarkan kategori dan jenis usaha kelompok penerima

4 SPP. Kelompok baru, yaitu kelompok yang baru terbentuk kurang lebih 2 tahun, pinjaman yang diajukan tidak boleh lebih dari lima juta rupiah sedangkan kelompok lama yaitu kelompok yang sudah terbentuk lebih dari 2 tahun (telah terbentuk semenjak PPK tahun 2003), pengajuan pinjamannya boleh di atas lima juta rupiah. Namun, selain melihat dari aspek kategori kelompok, juga disesuaikan dengan jenis usaha yang digelutinya. Bagi yang menggeluti usaha kecil (usaha kantin/warung, penjual sayuran dan sebagainya di pasar-pasar), maka peminjaman tidak lebih dari lima juta rupiah, sedangkan usaha sedang (pemilik toko-toko kecil, dsb) hanya bisa mengajukan pinjaman berkisar lima hingga sepuluh juta rupiah, dan yang terakhir usaha musiman (pedagang cokelat/kakao/cengkeh, beras, buah, dll) dapat mengajukan pinjaman berkisar sepuluh hingga dua puluh juta rupiah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Akbar selaku ketua UPK, yang mengemukakan bahwa: Dengan adanya program SPP ini dapat membantu masyarakat khusnya Rumah Tangga Miskin dalam memperoleh pinjaman modal usaha dengan lebih mudah dan dengan bunga yang lebih rendah. (Hasil wawancara pada tanggal 26 Maret 2012) Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian dana SPP ini memberikan manfaat besar bagi penerima yang ada di Kecamatan Bajo. Ini dikarenakan syarat yang perlu dipenuhi tidak serumit yang diajukan oleh pihak bank, dan bunga atas pinjaman dana SPP lebih rendah dibandingkan bunga kredit pada bank. Hal ini di kemukakan oleh Ibu Asmawati selaku bendahara pada UPK bahwa: Bunga yang di kenakan pada pinjaman SPP adalah sebesar 2% menurun, dan bunga tersebut selalu lebih rendah dibandingkan bunga dari bank. (Hasil wawancara pada tanggal 10 Maret 2012) Beliau juga menambahkan bahwa:

5 Dalam SPP tidak memberikan jaminan kepada UPK seperti pada bank, tetapi dengan memberikan jaminan kepada kelompok, yang dipegang oleh ketua kelompok, yang disebut sebagai tanggung renteng. Selain itu, kebutuhan akan sosial dasar masyarakat juga sedikit terpenuhi, misalnya dalam aspek kesehatan, pendidikan dan tempat tinggal yang layak dihuni serta peningkatan standar hidup yang lebih baik. Hal senada diutarakan oleh Ibu Darma, salah satu pemanfaat SPP bahwa: Saya sangat bersyukur bisa ikut program SPP ini, benar-benar sangat membantu. Selain karena lebih mudah dalam memperoleh pinjaman buat modal usaha, bunganya juga lebih rendah, dan selain itu, proses pengembaliannya juga tidak begitu memberatkan. (Hasil wawancara pada tanggal Maret 2012) Selain itu, beliau menambahkan bahwa: Selama saya mengikuti program ini, kehidupan keluarga saya jauh lebih membaik. Hasil dari usaha saya lumayan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya. Anak-anak dapat bersekolah dengan baik tanpa harus memusingkan biaya sekolah mereka lagi dan Alhamdulillah, atap rumah kami yang dulunya bocor bisa kami perbaiki. Ini semua bermula berkat modal yang saya peroleh dari program SPP ini. Akan tetapi, adapun hambatan yang muncul pada implementasi program SPP ini, yaitu belum sinkronnya antara tujuan awal program dengan kepentingan dari penerima SPP. Seperti halnya yang terjadi pada sebagian penerima SPP di Kecamatan Bajo. Dalam implementasinya, sasaran program SPP ini belum sepenuhnya tepat. Hal ini dikarenakan sebagian dari penerima SPP ini adalah kelompok ibu rumah tangga yang tidak produktif. Jadi dana SPPnya tersebut hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian untuk membiayai kebutuhan sekolah anak-anak mereka. Seperti pernyataan dari Ibu Yuli, juga salah satu pemanfaat SPP yang mengemukakan bahwa: Sebernarnya, saya ikut menjadi anggota penerima SPP ini memang awalnya dengan mengajukan proposal usaha. Tetapi karena kemarin ada

6 sedikit masalah, jadi dana itu saya gunakan, yah untuk keperluan sekolah anak-anak dan juga kebutuhan sehari-hari. (Hasil wawancara pada tanggal 16 Maret 2012) Hal senada juga dikemukakan oleh Ibu Sitty, bahwa: Dananya memang mau saya gunakan untuk modal usaha, tapi saat itu situasi tidak memungkinkan, yaitu gagal panen, jadi dana itu terpaksa saya gunakan untuk keperluan keluarga. Beliau juga menambahkan bahwa: Kalau mengenai pengembalian pinjamannya, kan suami saya PNS ji, jadi ada-ada ji dipakai bayarkan, biarpun ta lama baru dibayar, tidak marah ji pegawainya. (Hasil wawancara pada tanggal 16 Maret 2012) Dari hasil wawancara diatas, dapat dikatakan bahwa, melihat dari aspek kepentingan kelompok sasaran, ternyata masih terkendala. Dana SPP yang diperoleh yang harusnya untuk usaha, tidak lagi digunakan sebagaimana yang menjadi tujuan awalnya, melainkan digunakan untuk kepentingan konsumsi keseharian. Hal inilah yang biasanya menyebabkan terjadinya penunggakan karena tidak ada usaha berarti juga tidak ada pendapatan untuk membayar pinjaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Asmawati selaku Bendahara UPK, beliau menyatakan bahwa: Memang salah satu masalah yang selalu dihadapi dalam program SPP ini pastinya adalah tunggakan-tunggakan. Kami memberikan dana kepada mereka sebagai modal untuk usaha, tetapi karena ada sedikit masalah, membuat mereka harus menggunakan dana tersebut untuk keperluan kesehariannya. Misalnya saja, yang ingin menggeluti usaha musiman, tetapi karena adanya perbaikan bendungan, sehingga mengakibatkan gagal panen selama 3 tahun berturut-turut. (Hasil wawancara pada tanggal 10 Maret 2012) Dalam hal ini, karena yang menjadi tujuan awal program ini adalah bagaimana untuk memudahkan masyarakat dalam pemenuhan pendanaaan usahanya, maka kelompok penerima SPP haruslah jelas. Artinya, kepentingan kelompok sasaran perlu diperhatikan dalam sebuah program kebijakan. Dengan

7 mengetahui kepentingan kelompok sasaran maka akan mempermudah pencapaian efisiensi dan efektivitas dari setiap program yang dilaksanakan. Kepentingan kelompok sasaran berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya (Nawawi, 2007:135). 2. Pemberian kesempatan kaum perempuan dalam peningkatan ekonomi rumah tangga Melalui PNPM MP SPP dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberian dana bergulir yang melibatkan masyarakat yaitu dari kaum perempuan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantau dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partispatif, kesadaran kritis dan kemandirian kaum perempuan, terutama Rumah Tangga Miskin (RTM) produktif dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Pada point ini, ingin dijelaskan seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan, dimana target tersebut harus mempunyai skala yang jelas. Oleh sebab itu, setiap program yang dilaksanakan tentu saja bertujuan untuk memperbaiki atau mengubah kondisi yang ada menjadi kondisi yang lebih baik dan dapat menguntungkan semua pihak, yaitu pemerintah sebagai implementor dan juga masyarakat sebagai kelompok sasaran.

8 Berdasarkan hasil wawancara dengan Camat Bajo, Bapak Nazruddin Salla yang mengutarakan bahwa: Semenjak program SPP ini ada, kondisi kehidupan warga lebih membaik dari sebelumnya. Dulunya mereka hanya mengandalkan Raskin dan dana sosial dari kecamatan, tetapi sekarang mereka lebih mandiri. (Hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2012) Hal senada yang diutarakan oleh Ibu Pipit, bahwa: Memang dulunya saya sangat bergantung pada Raskin dan dana sosial dari kecamatan, yah bisa dibilang mengandalkan subsidi lah. Tetapi sekarang alhamdulillah, saya bisa lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga saya. (Hasil wawancara pada tanggal 17 Maret 2012) Bagitupun dengan yang diutarakan oleh Ibu Umbia, bahwa: Iya dulu pas ada Raskin, saya sering rebutan dengan yang lain untuk bisa mendapatkannya. Tetapi sekarang, berkat program SPP ini, saya sudah bisa beli beras sendiri dengan uang hasil usaha saya. Memang sih pendapatannya tidak begitu banyak, tetapi Alhamdulillah lumayan buat penuhi keperluan rumah tangga. (Hasil wawancara pada tanggal 17 Maret 2012) Dari beberapa hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa sebelum adanya program SPP ini, masyarakat khususnya kaum ibu rumah tangga yang tergolong kurang mampu, hanya mengandalkan bantuan atau sejenis subsidi berupa raskin ataupun dana sosial dari kecamatan atau dengan kata lain kelangsungan hidup mereka benar-benar sangat tergantung pada bantuan tersebut. Tetapi setelah program tersebut dijalankan dan diikuti oleh kaum ibu rumah tangga yang kurang mampu itu, keadaannya pun kini membaik. Mereka akhirnya lebih mandiri dan bisa mengusahakan sendiri kebutuhan untuk kelangsungan hidup mereka beserta keluarganya. Adapun pernyataan Ibu Fatimah, salah satu pemanfaat SPP yang menyatakan bahwa: Memang SPP ini sangat membantu, sebab saya dapat menambah modal usaha saya yaitu usaha kantin di sekolah. Dulunya, karena modal hanya sedikit, saya hanya bisa menjual makanan seadanya saja, tetapi berkat

9 dana SPP ini, ada penambahan modal usaha, saya jadi bisa menjual berbagai jenis makanan. Selain itu, beliau juga menambahkan bahwa: Mengenai perubahan setelah ikut program ini, yang pastinya ada sedikit peningkatan dibanding sebelumnya. Jika diperkirakan, mungkin hampir dua kali lipatnya dari pendapatan saya sebelumnya. (Hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2012) Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Bariah salah seorang pemanfaat dana SPP, yang memiliki usaha bengkel, menyatakan bahwa: Alhamdulillah dana pinjaman dari SPP sangat membantu penambahan modal saya. Kalau mau dirata-ratakan kenaikan pendapatan saya sebulan mungkin sekitar 40-50% dibanding sebelumya. (Hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2012) Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti atas pemanfaat tersebut, maka dapat diketahui bahwa memang terdapat peningkatan terhadap usaha mereka. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dana SPP dapat membantu bagi pemenuhan peningkatan modal usaha dan pendapatan bagi para pemanfaatnya. Akan tetapi, setelah peneliti melakukan observasi mengenai para penerima dana SPP ini, dalam implementasinya di Kecamatan Bajo, ternyata terdapat beberapa kelompok penerima SPP yang tidak tepat. Dana yang seharusnya diperuntukkan bagi kelompok Rumah Tangga Miskin (RTM) yang produktif, ternyata diberikan kepada kelompok yang bisa dikatakan sudah mapan atau memiliki usaha yang pendapatannya lumayan besar (tidak tergolong ke dalam RTM). Misalnya saja dengan Ibu Nurfaidah, salah satu pemanfaat SPP yang yang menggeluti usaha keramik dan elekton (jasa musik untuk suatu acara/perkawinan). Beliau mengatakan bahwa: Bisa dibilang pendapatan saya memang sudah mencukupi untuk keperluan sehari-hari keluarga saya, begitupun dengan kebutuhan

10 sekolah anak-anak. Tetapi saya ikut program ini ingin mengembangkan usaha saya biar pendapatannya bisa lebih meningkat dari sebelumnya. (Hasil wawancara pada tanggal 17 Maret 2012) Setelah dikonfirmasi dengan Ibu Rumaesah selaku Fasilitator Kecamatan, ia mengemukakan bahwa: Sasaran SPP memang seharusnya untuk kelompok RTM yang produktif, tetapi jika itu yang diterapkan sepenuhnya, bisa-bisa modal pinjaman yang telah diberikan tidak dapat dikembalikan. Jadi diusahakan bagaimana caranya supaya dananya bisa kembali. Dana yang kemarin saja belum seluruhnya kembali, masih banyak tunggakan-tunggakan. Beliau juga menuturkan bahwa: Meski bisa dikatakan memang sepenuhnya tidak tepat sasaran, tetapi ada juga penerima SPP yang asli tergolong RTM yang produktif. Mereka memberikan keyakinan bahwa ia mampu mengikuti prosedur program ini, jadi apa salahnya kalau mereka diberi kesempatan mengingat program ini memang diperuntukkan bagi orang-orang seperti mereka. Selain itu, kelompok penerima SPP ini, tidak diperuntukkan bagi ibu-ibu PNS. (Hasil wawancara pada tanggal 24 Maret 2012) Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa pihak pengelola berupaya agar dana SPP dapat dikembalikan, jadi sebagian dari penerima SPP ini harus jelas atau dengan kata lain, jika ia tidak memiliki pendapatan, maka suaminya lah yang menjadi patokannya apa pekerjaannya atau apakah suaminya PNS atau tidak. Tetapi SPP itu tidak diperuntukkan bagi ibu rumah tangga yang menjabat sebagai PNS. Implementasi suatu program diharapkan dapat tepat sasaran kepada mereka yang memang layak untuk menjadi sasaran dari program yang ada. Ketepatan program harus perlu diperhatikan oleh para implementor, hal ini karena apabila terjadi kekeliruan akan berdampak adanya kesia-siaan dari program yang dilakukan. Selain itu, berdasarkan telaah dokumen Laporan Fasilitator yang peneliti lakukan, dapat diketahui bahwa pada Kecamatan Bajo terdapat dua desa yang tidak memiliki pinjaman dana SPP, yaitu Desa Samulang dan Buntu Babang.

11 Ketika dikonfirmasi dengan Fasilitator, beliau menyatakan bahwa desa yang tidak memiliki pinjaman kepada UPK tersebut diakibatkan karena pada saat penggalian gagasan masyarakat, yaitu pertemuan kelompok-kelompok/dusun untuk menemukan gagasan-gagasan sesuai kebutuhan masyarakat terutama RTM, desa mereka lebih membutuhkan bantuan pembangunan fisik. Sehingga pada saat perengkingan usulan kegiatan, maka usulan SPP hanya terletak pada prioritas bawah, dan adapula yang gagal pada tahap verifikasi usulan. Pada dasarnya terdapat usulan atas dana pinjaman modal SPP, namun melewati tahap-tahap untuk menentukan proritas usulan, program tersebut tidak berada pada prioritas paling mendesak. Meskipun tidak ada batasan alokasi maksimal per desa, namun harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok, oleh karena itu pada beberapa desa memiliki pinjaman yang lebih besar disbanding desa yang lain. Siro bahwa: Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh kepala lingkungan Bapak Kami juga memang mengusulkan dana SPP, hanya saja ketika diadakan perenkingan berada urutan bawah, sehingga yang diprioritaskan adalah perbaikan fisik jalan desa. (Hasil wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Beberapa keterangan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Selain itu, terdapat beberapa desa yang tidak memperoleh pinjaman SPP, karena usulan dana SPP tidak berada pada prioritas yang paling mendesak. Berdasarkan berbagai keterangan di atas dapat diketahui bahwa masih terdapat warga di dua desa tersebut yang belum meperoleh pinjaman dana SPP karena adanya usulan lain yang mendesak bagi desa mereka, sehingga belum begitu maksimal dalam pemerataan pencapaian tujuan peningkatan ekonomi rumah tangga seluruh kelompok perempuan warga desa yang ada.

12 3. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan Pengembangan kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lembaga terutama lembaga lokal dalam melaksanakan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evalusi. Melalui program SPP ini diharapkan dapat mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam bagi kaum perempuan, sehingga partispasi perempuan dalam pembangunan dapat lebih dimaksimalkan. Berdasarkan buku Petunjuk Teknis Operasional (PTO) yang menyatakan bahwa salah satu prinsip dasar dari implementasi Program PNPM MP adalah Kesetaraan dan keadilan gender, dimana masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mempunyai keseteraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmai manfaat manfaat kegiatan pembangunan. Untuk menncapai kesetaraan dan keadilan gender, maka salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemihakan kepada kaum perempuan. Sebagai salah satu wujud kepemihakan kepada perempuan, PNPM Mandiri Perdesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai. Pemihakan memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi dan politik serta mengakses asset produktif. Usaha mendorong perempuan dalam penguatan kelembagaan, salah satu diantaranya dengan diadakannya Musyawarah Khusus Perempuan (MKP), yang dihadiri oleh kaum perempuan, yang bertujuan untuk mengajak kaum perempuan dalam menangani permasalahan penyebab kemiskinan. Pada MKP

13 inilah diadakan pertemuan-pertemuan khusus perempuan untuk menggali gagasan dan menumbuhkembangkan apresiasi masyarakat terhadap pembangunan. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat sangat memiliki peranan yang tidak kalah penting terhadap pembangunan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Lurah Bajo, Bapak Dahar, yang mengemukakan bahwa: Begitu banyak manfaat yang diperoleh dengan adanya program SPP ini, misalnya saja partisipasi masyarakat dari kalangan perempuan saat ini lebih aktif dalam aspek pembangunan khususnya dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Beliau juga menambahkan bahwa: Para istri tidak lagi hanya tinggal diam di rumah untuk menunggu hasil keringat dari suaminya, melainkan bisa lebih produktif dan merasakan hasil usahanya sendiri. (Hasil wawancara pada tanggal 26 Maret 2012) Berkenaan dengan antusias masyarakat lainnya terhadap program ini, dapat dikatakan sangat aktif. Hal ini terlihat dari partisipasi masyarakat yang sangat besar terhadap program SPP ini, bahkan pihak luar mengaku bahwa partispasi masyarakat di Kecamatan Bajo atas program ini patut diacungkan jempol. Hal ini dikarenakan, lebih dari 100 kelompok SPP yang telah terbentuk di Kecamatan Bajo dan tentu saja ini berarti bahwa keinginan masyarakat untuk lebih mandiri dan terus maju dalam menciptakan suatu perubahan khususnya dalam rangka membangun masyarakat dan keluarga yang lebih sejahtera, sangat besar. UPK, bahwa: Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Akbar selaku ketua Partisipasi masyarakat terhadap program SPP ini, sangat besar tentunya, bahkan pihak Bank mengacungkan jempol atas partisipasi masyarakat yang begitu antusias terhadap program SPP ini.

14 Beliau juga menambahkan: Sampai sejauh ini, sudah terbentuk lebih dari 100 kelompok penerima SPP. Tahun inipun telah ada beberapa calon kelompok SPP yang telah mengajukan proposal mereka. Dan mungkin saja, kelompok pemanfaat SPP ini akan semakin bertambah setiap tahunnya. (Hasil wawancara pada tanggal 26 Maret 2012) Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa semakin banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam program ini, maka akan semakin bagus, sebab itu berarti mereka benar-benar memiliki keinginan yang sangat kuat untuk bisa lebih maju dan madiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar hidupnya. Akan tetapi di luar dari pada itu, berdasarkan keterangan dari Ibu Fatimah, yang menyatakan bahwa: Kalau misalnya ada pertemuan kelompok, biasanya agak sulit saya ikuti karena kesibukan sehari-hari, berhubung karena usaha saya adalah usaha kantin di sekolah, jadi setiap harinya selain daripada hari Minggu saya ada di sekolah, jadi biasanya ikut jika pada hari Minggu saja. Hal ini juga diperkuat dengan penjelasan dari Bapak Acca selaku Pendamping Lokal yang menyatakan bahwa: Salah satu kendala yang dihadapi, yaitu kadangkala jadwal pertemuan atau musyawarah yang bertepatan dengan suatu acara maupun kesibukan masyarakat, menyebabkan mereka jarang mengikuti pertemuan. (Hasil wawancara pada tanggal 24 Maret 2012) Berdasarkan dari wawancara tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa antusias masyarakat untuk menigukti program ini sangat baik. Meski demikian, upaya untuk memaksimalkan penguatan lembaga simpan pinjam oleh kaum perempuan, sejauh ini belum maksimal, yang disebabkan oleh masih kurangnya tingkat partisipasi kaum perempuan, yang disebabkan oleh karena adanya kesibukan aktivitas sehari-hari. V.2 Faktor-faktor yang mempengruhi implementasi PNPM MP SPP

15 Implementasi sebagai suatu proses merupakan salah satu tahapan atau bagian dari keseluruhan proses pencapaian tujuan dari suatu kebijakan atau program. Dalam implmentasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitupun dengan implementasi PNPM MP SPP yang ada di Kecematan Bajo. Sesuai dengan tujuan awal penelitian ini, yaitu hendak melihat bagaimana pengaruh faktor komunikasi, sumberdaya, isi kebijakan dan lingkungan terhadap pelaksanaan implementasi PNPM MP SPP yang ada di Kecematan Bajo, maka berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, maka dapat dijabarkan faktor-faktornya sebagai berikut: 1. Komunikasi Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Komunikasi sangat penting, karena suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana, dimana komunikasi diperlukan agar para pembuat keputusan dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan di masayarakat. Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan aspek komunikasi ini, yaitu: a. Transmisi atau penyampaian informasi. Proses penyampaian informasi merupakan upaya memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi mengenai program PNPM MP kepada masyarakat. Upaya ini juga diharapakan menjadi media pembelajaran mengenai konsep, prinsip, prosedur kebijakan, visi misi program, tahapan pelaksanaan dan hasil pelaksanaan PNPM MP kepada masyarakat luas dalam hal ini adalah masyarakat pemanfaat SPP.

16 Proses penyampaian informasi dilakukan antara pembuat kebijakan dengan implementor menyangkut keterkaitan antara keputusan yang telah dibuat dengan aturan mengenai pelaksanaannya, termasuk petunjuk teknis pelaksanaan, sehingga implementor tidak mengalami kesalahan dalam mengimplementasikan program. Berdasarkan penjelasan dari Fasilitator Kecamatan, Ibu Rumaesah yang menyatakan bahwa: Proses penyampaian informasi kepada para implementor mengenai tata cara pelaksanaan program yaitu melalui rapat koordinasi yang dilakukan di tingkat kabupaten. Beliau juga menambahkan bahwa: Jika mengenai laporan hasil pelaksanaan Program SPP, yaitu setiap dua minggu sekali, sedangkan laporan keuangan mengenai pengembalian dana SPP, dilakukan pada tiap akhir bulan, dan adapula laporan bulanan yang dikirim melalui ke kabupaten. (Hasil wawancara pada tanggal 24 Maret 2012) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketehui bahwa penyampaian informasi kepada pelaksana di kecamatan, diberikan melalui rapat koordinasi yang dilakukan di tingkat kabupaten, sedangkan penyampaian informasi atas laporan pelaksanaan program yaitu dilakukan sekali dalam dua minggu, kemudian mengenai laporan pengembalian dana SPP yaitu setiap akhir bulan dan adapula laporan bulanan yang penyampaiannya dengan melalui . Selain penyampaian informasi antara pembuat kebijakan dengan pelaksana program seperti yang telah dikemukakan diatas, maka yang tidak kalah pentingnya adalah penyampaian informasi dari pelaksana program kepada target group, agar dapat memahami sasaran ataupun tujuan dari program tersebut. Adapun pada PNPM MP SPP ini sistem penyampaian isi dan tujuan program kepada masyarakat, dilakukan melalui proses sosialisasi yaitu musyawarah desa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Acca selaku Fasilator Pendamping yang menyatakan bahwa:

17 Proses sosialisasi kepada masyarakat pada awalnya melalui MAD sosialisasi tingkat kecamatan yang dihadiri oleh wakil dari setiap desa yang terdiri dari 6 orang. Setelah itu, di tingkat desa keenam wakil-wakil tersebut melakukan Musdes sosialisasi untuk disampaikan ke semua warganya di desanya (Hasil wawancara pada tanggal 24 Maret 2012) Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Bariah yang mengemukakan bahwa: Informasinya itu disampaikan pada saat musdes sosialisasi bersama dengan program-program PNPM yang lain, jadi masyarakat yang ikut musdes itu tahu mengenai SPP. (Hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2012) Akan tetapi berdasarkan pernyataan dari Ibu Fatimah bahwa: Kalau informasi awal tentang SPP, saya dapatnya dari kenalan saya, yang kebetulan merupakan salah satu pegawai di kantor itu, jadi saya langsung tanyakan kepada ibu-ibu tetangga untuk ikut serta dan membentuk satu kelompok. (Hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2012) Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas diketahui bahwa penyampaian informasi dari pelaksana yaitu melalui MAD (Musyawarah Antar- Desa) sosialisasi di tingkat kecamatan yang dihadiri oleh 6 orang untuk mewakili desanya masing-masing. Kemudian dilakukan Mudes (Musyawarah Desa) sosialisasi untuk disampaikan kesemua warganya. Tetapi adapula pemanfaat yang memperoleh informasi melalui tetangga atau rekannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Umbia bahwa: Kalau proses sosialisasi di kantor desa jarang saya ikuti karena faktor sibuk. Jadi biasanya, ketua yang ikut langsung, lalu dari ketualah informasi dilanjutkan ke anggota kelompoknya. (Hasil wawancara pada tanggal 12 Maret 2012) Hal ini juga dibenarkan oleh Bapak Rahman Selaku Fasilitator Teknis Kecamatan, bahwa: Memang biasanya tidak semua anggota kelompok menghadiri pertemuan sosialisasi karena kesibukan, jadi tiap kelompok biasanya diwakili oleh beberapa anggotanya atau bahkan hanya ketuanya saja. Oleh sebab itu, penyampaian isi program, visi dan misinya tidak maksimal kepada seluruh pemanfaat. (Hasil wawancara pada tanggal Maret 2012)

18 Sehingga berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa bagi beberapa pihak pemanfaat hanya memperoleh informasi melalui ketua kelompok atau anggota kelompok yang lain. Hal ini menyebabkan penyampaian visi dan misi program dari pelaksana atau implementor kepada pemanfaat SPP belum berjalan secara optimal. Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah apakah informasi menganai tujuan dan sasaran program sudah diketahui seutuhnya serta dipahami oleh pemanfaat dana SPP atau belum. Adapun pemaparan dari Ibu Mimi yang menyatakan bahwa: Bagi saya informasi atas program SPP sudah cukup, kan semuanya sudah dijelaskan melalui musyawarah dan pada saat sosialisasi program. Selain itu, berdasarkan penuturan dari Ibu Fatmawati bahwa: Kalau tujuannya saya tau untuk modal usaha agar meningkatkan kesejahteraan, tapi kalau visi misinya secara lengkap, saya kurang hapal. Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tujuan umum dari program SPP telah dipahami jelas oleh pemanfaat, meskipun secara detail mengenai visi dan misi program SPP belum dipahami secara keseluruhan oleh pemanfaat. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya partisipasi pemanfaat dalam mengikuti seluruh kegiatan baik sosialisasi maupun pelatihan yang diadakan pelaksana program. Melalui komunikasi berupa penyampaian informasi dengan baik dalam proses implementasi kebijakan dapat menyadarkan semua pihak yang terlibat agar mereka tahu apa yang menjadi tujuan dan sasaran program, sehingga tidak ada ketimpangan dalam pelaksanaannya. Begitupn dengan implementasi PNPM MP SPP ini, perlu adanya penyampaian informasi yang baik kepada seluruh

19 target groups, sehingga mereka tahu mengenai keberadaan serta tujuan program SPP tersebut. Selain itu, perlu adanya bentuk penyampaian informasi yang lebih menjangkau keseluruhan lapisan masyarakat, begitupun dari sisi masyarakat itu sendiri sebagai komunikan, perlu ditumbuhkan kesadaran untuk lebih partispatif dalam proses penerimaan informasi tersebut agar informasi yang ada dapat tersampaikan dengan baik kepada semua pihak yang terkait. b. Kejelasan informasi Selain penyampaian informasi mengenai prosedur dan tujuan program, maka aspek lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu adanya kejelasan atas informasi yang disampaikan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kebingungan dan perbedaan persepsi antara keinginan komunikator dengan penerima informasi. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Akbar Selaku ketua UPK bahwa: Petunjuk pelaskanaan atas hal-hal yang mesti dilakukan oleh pelaksana, sejauh ini saya rasa sudah jelas dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat, semuanya sudah tahu apa yang menjadi kewajiban masingmasing dan prosedur pelaksanaannya. Selain itu, fasilitator dan pelaksana pada UPK sudah dibekali dengan buku petunjuk pelaksanaan juga terdapat pelatihan penyegaran. (Hasil wawancara pada tanggal 26 Maret 2012) Berdasarkan penjelasan fasilitator tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kejelasan informasi bagi pelaksana sejauh ini sudah baik, selain itu semuanya telah dijelaskan dalam petunjuk peaksanaan dan pelatihan penyegaran. Dengan adanya kejelasan informasi mengenai tujuan dan petujuk pelaksanaan, maka dapat mendukung dalam pelaksanaan guna pencapaian tujuan. Misalnya saja dalam proses penggalian gagasan hingga penetapan usulan, para pelaksana maupun masyarakat harus tahu betul tahap

20 pelaksanaannya. Dengan demikian, akan lebih teratur dan dapat berjalan secara efektif. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam Bahan Bacaan Penyegaran Fasilitator Kecamatan Tahun 2008, yang menjelaskan proses tahapan program SPP, yaitu: a. MAD sosialisasi b. Musdes sosialisasi c. Musyawarah dusun d. Musyawara Desa dan musyawarah Khusus Perempuan (MKP) e. Verifikasi, berupa penetapan formulir verifikasi dan proses pelaksanaan vertifikasi yang mencakup beberapa persyaratan. f. MAD prioritas usulan g. MAD penetapan usulan h. Penetapan persyaratan Sementara proses pergulira dana juga melalui beberapa tahapan sebagai berikut: a. Pengajuan proposal b. Verifikasi usulan c. MAD perguliran d. Pencairan dana e. Pembinaan kelompok Berdasarkan dari pernyataan tersebut di atas, jadi dapat diketahui bahwa prosedur yang dibutuhkan dalam implementasi SPP telah diatur dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO), begitupun dengan proses pencairan dana SPP, perlu melalui berbagai tahapan. Oleh karena itu, informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang hendak menjadi pemanfaat program SPP, sehingga

21 masyarakat tersebut tahu mengenai keberadaan program SPP ini dan persyaratan yang dibutuhkan. Adapun menurut pernyataan dari Ibu Darma selaku pemanfaat SPP bahwa: Telah ada informasi mengenai program SPP ini pada masyarakat karena sebelumnya telah disampaikan oleh pihak kantor desa kepada beberapa warganya, kemudian infonya dari mulut ke mulut. Cuma masalahnya informasi mengenai tata cara pengusulannya masih kurang dikalangan masyarakat, mereka hanya tau programnya ada. Jadi biasanya kalau mau mengurus untuk kelompok itu agak susah karena beberapa anggota yang tidak menyiapkan sebelumnya berkas yang dibutuhkan misalnya KTP, hal ini karena mereka kurang informasi, tapi sebenarnya informasi kayak begitu bisa dapat di UPK. (Hasil wawancara pada tanggal 14 Maret 2012) Berdasarkan pemaparan di atas dan dengan melihat kondisi di lapangan, justru tahapan-tahapan tersebut lah yang menyebabkan masyarakat terkadang merasa jenuh. Bahkan, kadangkala menimbulkan kekecewaan bagi pihak masyarakat pada saat usulan mereka telah melewati serangkaian tahap, namun gagal oleh satu tahap saja. Selain itu, sebagian dari pemanfaat SPP memperoleh informasi dari mulut ke mulut, sehingga menyebabkan mereka kurang paham dengan prosedur pelaksanaan dari SPP itu sendiri. Hal ini tentu dapat menghambat upaya pencapaian tujuan implementasi yaitu untuk mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha. Oleh karena itu. perlu adanya solusi penyederhanan atas alur tahapan tersebut, namun tetap mengedapankan skala prioritas dari tiap usulan. Sehingga mempermudah dalam percepatan pemenuhan pendanaan usaha bagi kelompok perempuan. Kejelasan informasi yang disampaikan merupakan hal yang penting agar seluruh pihak yang terkait dapat mengerti maksud dan tujuan informasi tersebut dan dapat menjalankan fungsinyya. Adapun ketidakjelasan informasi menyebabkan kesalahan persepsi bagi penerima, yang menyebabkan

22 implementasi dapat melenceng dari tujuan awal, begitupun yang terjadi di desa Jambu dimana adanya persepsi masyarakat bahwa dana tersebut bukanlah dana bergulir. Oleh karena itu dalam komunikasi perlu memperhatikan dan memastikan kejelasan informasi agar dipahami oleh semua pihak, hal tersebut dapat berupa pelayanan kontak masyarakat dan pelaksana, serta upaya aktif dari semua pihak dalam mencari kejelasan informasi. c. Konsistensi informasi Dalam komunikasi antara pelaksana program, tidak hanya merupakan suatu proses penyampaian pesan, tetapi juga merupakan proses interaksi yang saling mempengaruhi antara pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu diperlukan adanya konsistensi dan kepastian informasi yang disampaikan harus diperhatikan, agar tidak berbeda diantara satu pihak dengan pihak yang lainnya. Menurut pendapat dari Fasilitator Kecamatan, mengemukakan bahwa: Informasi mengenai petunjuk pelaksanaan program sudah sama diantara pihak-pihak yang terlibat karena kalau tidak konsisten dapat menyebabkan masyarakat bingung. Selain itu menurut penjelasan dari Ibu Bariah bahwa: Sejauh ini dalam pelaksanaannya sudah tepat, sesuai dengan informasi yang kita peroleh mengenai alur tahap pelaksanaan program SPP, maupun persyaratan yang dibutuhkan yang disampaikan sebelumnya pada saat musdes sosialisasi (Hasil wawancara pada tanggal 20 maret 2012) Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan SPP telah ada konsistensi sesuai dengan informasi yang sudah diberikan sebelumnya. Konsistensi atas informasi yang disampaikan diperlukan guna menghindarkan kebingingan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Begitupun dengan pelaksanaannya pada program SPP ini, telah konsisten sesuai alur tahapan yang telah disampaikan sebelumnya,

23 dimana suatu tahap baru dapat dijalankan apabila tahap sebelumnya (sesuai dengan aturan) telah terlaksana. 2. Sumber Daya Sumber daya merupakan salah satu faktor penting dalam proses implementasi suatu program ataupun kebijakan, dimana tanpa adanya dukungan dari sumber daya yang memadai, baik itu berupa jumlah maupun kemampuan ataupun keahlian implementor program. Selain itu dalam aspek sumber daya juga perlu didukung oleh bagaimana ketersediaan informasi guna pengambilan keputusan, kewenangan, serta fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program. a. Staf Dalam hal ini yaitu dari aspek kuantitas dan kualitas pelaksana. Dalam implementasi suatu program tentu saja diperlukan pelaksana guna mendukung terlaksananya program dengan baik. Tanpa adanya personil untuk melaksanakan suatu program, maka kebijakan apapun tidak dapat berjalan dan hanya akan tinggal dokumen tanpa adanya realisasinya. Oleh karena itu ketersediaan pelaksana yang cukup serta berkompetensi dalam mendorong keberhasilan kebijakan sangat diperlukan. Tabel V.4 Pelaksana pada Sekretariat PNPM Kec. Bajo Posisi Pelaksana Tingkat Pendidikan PJOK Kasman, SE S1

24 Fasilitator Kecamatan Rumaesah Sakartani, ST S1 Fasilitator Teknis Kecamatan Ir. A. Rahman M. S1 Pendamping Lokal Arsyad SMA Posisi Pelaksana Tingkat Pendidikan Unit Pengelola Kegiatan (UPK): - Ketua - Sekertaris - Bendahara Muh. Akbar A. Mt Fitri Niladewi Asmawati A. Agam D-3 SMA SMA Sumber: Profil Pengurus PNPM MP Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa untuk menduduki posisi pelaksana pada PNPM, telah memiliki persyaratan dan seleksi khusus. Selain dari pada pelaksana di atas, berdasarkan Bahan Bacaan Penyegaran Fasiltator Kecamatan Akses BLM-SPP Tahun 2008, juga dijelaskan beberapa pelaku PNPM MP di kecamatan yaitu sebagai berikut: 1. Camat, berperan sebaga Pembina pelaksanaan PNPM MP pada desa-desa di kecamatan.

25 2. Tim Verifikasi (TV), melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa peserta PNPM MP dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada BKAD/MAD sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. 3. Tim Pengamat, memantau dan mengamati jalannya proses diskusi MAD, serta memberikan masukan/saran agar dapat berlangsung secara partisipatif. 4. Setrawan Kecamatan, melaksanakan tugas akselerasi perubahan sikap mental di kalangan lingkungan pemerintah dan perubahan tata kepemerintahan serta mendampingi masyarakat khususnya dalam manajemen pembangunan partisipatif. 5. Badan Pengawas UPK (BP-UPK), melakukan pengawasan pelaksanaan tugas-tugas dan tanggung jawab UPK sehari-hari. 6. Badan Kerjasama Antar Desa, melindungi dan melestarikan hasil-hasil program yang terdiri dari kelembagaan UPK, sarana dan prasarana, hasil kegiatan PNPM MP. Sedangkan pelaku PNPM MP di desa yaitu terdiri dari: 1. Kepala desa/lurah, sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM MP di desa 2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD), lembaga yang mengawasi proses setiap tahapan PNPM MP, mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan sampai pelestarian di desa. selain itu juga berperan dalam melegasi atau mengesahkan peraturan peraturan desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian PNPM MP di desa.

26 3. Tim Pengelola Kegiatan (TPK), berperan untuk mengelola dan melaksanakan PNPM MP, yang terdiri dari Ketua yang sekaligus berperan sebagai PJOK, sekertaris dan juga bendahara. 4. Tim Penulis Usulan (TPU), menyusun gagasan-gagasan yang telah ditetapkan dalam Musdes dan MKP menjadi usulan desa. 5. Tim Pemantau, memantau pelaksanaan PNPM MP 6. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD), memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM MP di desa dan kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Siro selaku kepala lingkungan desa Rumaju yang menyatakan bahwa: Dalam pelaksanaan program SPP ini, di lapangan tentu saja kita membutuhkan pelaksananya. Hal itu berupa adanya fasilitator, pegawaipegawai pada tingkat UPK serta masyarakat sendiri yang juga ikut serta mengawal kegiatan ini yang dimaksud dalam beberapa tim pelaksana. Dalam hal ketersediaan sumber daya pelaksana, di dalamnya termasuk adalah jumlah pelaksana atau dengan kuantitas yang memadai. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan lebih lanjut oleh beliau, yang menyatakan bahwa: Menurut saya, jumlah pelaksananya yang ada di lapangan itu sudah cukup, kan sudah ada Fasilitator Kecamatan serta pegawai UPK yang ada di kecamatan yang berasal dari rakyat dan pelaksananya di lapangan adalah masyarakat sendiri yang diberdayakan. Jadi saya rasa pelaksana program ini sudah cukuplah. (Hasil wawancara pada tanggal 19 Maret 2012) Akan tetapi hal ini agak sedikit berbeda berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Acca selaku Pendamping Lokal yang menyatakan bahwa: Terkadang saat terjadi masalah pada kelompok pemanfaat SPP, hanya saya sendiri yang diutus untuk menengadahinya karena dianggap mungkin permasalahannya hanya persoalan biasa. Tetapi kenyataannya,

27 solusinya harus melalui musyawarah dan saya kadang-kadang kewalahan menghadapi mereka seorang diri. (Hasil wawancara pada tanggal 24 Maret 2012) Adapun yang dikemukakan oleh Ibu Fitri selaku Sekertaris UPK bahwa: Kalau masalah pekerjaan di PNPM itu memang tidak gampang, apalagi kita harus selalu berkoordinasi dengan semua pihak terlibat, sampaisampai kadangkala kita merasa waktu kerja dalam sehari itu tidak cukup kalau lagi masa-masa sibuk, tapi saya rasa disinilah kita perlu selalu belajar untuk bekerja sama dengan semuanya, dan pekerjaan akan lebih mudah kalau masyarakatnya juga lebih aktif. (Hasil wawancara pada tanggal 10 Maret 2012) Bagi pihak sendiri selaku pengawas menganggap bahwa jumlah pelaksana yang ada saat ini secara kuantitas sudah memadai dan hal yang paling penting adalah partisipasi aktif masyarakat. Meski demikian, mereka khususnya fasilitator masih tetap saja merasa kewalahan. Selain jumlah pelaksana yang memadai, juga diperlukan adanya pelaksana yang berkompeten dalam menjalankan program tersebut, karena apabila jumlah pelaksana telah mencukupi, namun tanpa dibarengi dengan kemampuan atau keahlian dalam menjalankan program, maka dalam proses pelaksanaannya kelak tidak dapat bejalan dengan maksimal. Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil merupakan hal yang sangat penting agar pelaksana program lebih efisien, dimana kadangkala pelaksanaan suatu kegiatan terhambat bukan disebabkan oleh jumlah pelaksana yang tidak memadai, tetapi lebih pada kurangnya kualitas sumber daya manusia selaku pelaksana. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Akbar selaku ketua UPK, yang mngemukakan bahwa: Para pengelola pada sekretariat PNPM ini merupakan hasil seleksi dari masyarakat, minimal tamatan SMA atau sederajat, kemudian mengikuti tes di provinsi dan setelah itu mereka diwawancarai. Setelah itu, hasil dari wawancara dilakukan di forum dan saat itulah penentuan para implementor. (Hasil wawancara pada tanggal 26 Maret 2012)

28 Maka dapat diketahui bahwa dalam menduduki posisi pelaksana program PNPM MP SPP telah memiliki persyaratan dan seleksi khusus. selain itu untuk peningkatan kemampuan pelaksana maka diberikan pelatihan pratugas dan pelatihan penyegaran. Adapun kendala yang ditemui di lapangan pada tim pelaku PNPM MP di kecamatan dan desa adalah kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten dari masyarakat yang ikut berpartisipasi, hal ini disampaikan oleh Fasilitator Kecamatan Ibu Rumaesah bahwa: Terkadang masih kurang tenaga yang memiliki skill seperti harapan yang ikut berpartisipasi tergabung dalam beberapa tim pelaksana yang kita butuhkan, jadi biasanya kita gunakan saja tenaga yang ada (Hasil wawancara pada tanggal 24 Maret 2012) Berdasarkan data pelaksana harian yang telah dipaparkan sebelumnya dan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pelaksana tetap (pelaksana harian) dari sekretariat PNPM MP kecamatan yang kemudian sebagai pengelola SPP memiliki tingkat pendidikan S1 dan SMA yang ketika bergabung dalam pelaksana PNPM MP wajib mengikuti pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengenai program tersebut. Bagi fasilitator kecamatan memiliki syarat yang harus dipenuhi baik berupa tingkat pendidikan yaitu minimal S1 maupun pengalaman menangani suatu proyek (3 dan 7 tahun) sesuai standar dari PNPM MP pusat. Adapun yang menjadi kendala adalah kurangnya sumber daya yang memiliki skill yang diperlukan ikut berpartisipasi dalam beberapa tim pelaksana yang berasal dari masyarakat, padahal salah satu hal penting yang dibutuhkan dalam implementasi PNPM MP adalah partisipasi masyarakat. Jumlah dan kualitas dari pelaksana yang memadai dapat memberikan dampak positif dalam implementasi. Adapun munculnya masalah pada proses

29 pencapaian tujuan dalam SPP salah satunya dipengaruhi oleh aspek ini, dimana kurang cepatnya proses pemenuhan pendanaan usaha yang diakibatkan karena semua tahap yang telah ditentukan harus dilaksanakan, akan tetapi karena kurangnya pelaksana dan kadang-kadang ada beberapa lokasi yang perlu dikontrol secara bersamaan sehingga perlu dijadwalkan, yang menyebabkan kadangkala butuh waktu yang lama untuk mendapatkan giliran. Selain itu, jumlah sumber daya masyarakat yang berkompten yang aktif berpartisipasi dalam berbagai program masih kurang dan mengakibatkan kendala. Untuk itu, perlu adanya langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah ini, salah satu diantaranya adalah dengan percepatan pengisian beberapa posisiposisi yang masih kosong, contohnya fasilitator yang masih sendiri menangani wilayahnya. b. Informasi Informasi merupakan salah satu sumber penting dalam implementasi kebijakan, dimana ketersediaan informasi yang cukup bagi implementor akan sangat mendukung pelaksanaan kebijakan. Kurangnya sumber daya informasi berupa pengetahuan mengenai bagaimana mengimplementasikan kebijakan dapat menyebabkan ketidak seriusan implementor untuk memenuhi tanggung jawabnya, sehingga menimbulkan berbagai kendala dan tidak efisiensi. Begitipun dengan implementasi program PNPM MP SPP ini, diperlukan adanya ketersediaan informasi yang diperlukan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara implementor untuk melakukannya. Adapun informasi yang diperlukan berupa tingkat ekonomi masyarakat maupun hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat. Adapun ketersediaan informasi seperti

30 informasi mengenai data penduduk yang tergolong kedalam RTM (rumah tangga miskin) juga diperlukan oleh pihak pengelola PNPM MP. Hal ini dimaksudkan agar sasaran program bisa tepat pada kelompok penerima SPP. Hal ini disampaikan oleh Bapak Rahman selaku Fasilitor Teknis Kecamatan bahwa: Informasi yang kita butuhkan dari masyarakat misalnya berupa persepsi kategori miskin menurut masyarakat setempat serta usulan-usulan yang dibutuhkan. Semuanya kita harus gali pada musyawarah tingkat dusun, tanpa informasi tersebut kita tidak tahu yang dibutuhkan oleh masyarakat, semakin banyak semakin bagus baru diadakan perengkingan. Sehingga sebelumnya harus dimiliki informasi yang mencukupi sebelum suatu program disetujui. Adapun kendalanya, yaitu kalau di dusun tersebut masyarakatnya kurang partisipatif dan hal itu ada beberapa kita temukan, jadi pengetahuan kita mengenai rekap usulan kebutuhan pemanfaat tidak mencukupi. (Hasil wawancara pada tanggal 21 Maret 2012) Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas diketahui bahwa informasi bagi para pelaksana mengenai kebutuhan masyarakat stempat diperoleh melalui musyawarah dusun, tetapi yang menjadi kendala pada beberapa dusun atas ketersediaan informasi tersebut adalah apabila warga kurang berpartisipasi dalam musdes, yang menyebakan tidak optimalnya informasi mengenai peta social dan peta rumah tangga miskin, serta informasi rekap kebutuhan pemanfaat. Selain itu, kendala mengenai tingkat ketersediaan informasi masih dirasakan oleh fasilitator di lapangan yang memiliki lokasi berjauhan dengan kantor sekretariat. Adapun bagi beberapa pemanfaat program masih kekurangan informasi mengenai persyaratan atau tata cara pengusulan, karena biasanya yang tahu tentang hal tersebut hanya ketua atau anggota yang aktif mencari informasi pada UPK. Ketersediaan sumber daya informasi merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam proses implemntasi, agar membantu pelaksana dalam menjalankan fungsinya, baik itu informasi yang berasal dari atas berupa format

31 dan materi yang terbaru maupun dari masyarakat berupa peta sosiala dan kebutuhan yang paling mandesak bagi suatu desa, serta ketersediaan informasi bagi masyarakat mengenai persyaratan dan tata cara pengusulan. Kekurangan informasi tersebut menyebabkan pelaksana maupun penerima kurang tanggap terhadap berbagai perubahan yang trajdi, sehingga memperlambat pelaksanaan di lapangan dan kekeliruan dalam penentuan kelompok yang harusnya mandapat pinjaman dana. c. Kewenangan Sumber daya lain yang juga penting dalam implementasi suatu programadaah adanya wewenang yang diberikan kepada pelaksana program. Tentu saja dalam pelaksanaan suatu kebijakan maka dibutuhkan pendelegasian wewenang dari pejabat pembuat program kepada implementor selaku pelaksana di lapangan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Fasilitator Teknis Kecamatan yang mengatakan bahwa: bahwa: Wewenang yang diberikan kepada fasilitator dalam melaksanakan program atau menyelesaikan masalah yang ada, yaitu lebih kepada memfasilitasi dan mengkoordinir masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, karena yang paling pokok dari PNPM yaitu partisipasi masyarakat. Tetapi juga harus ada koordinasi dengan pemerintah yang bertanggung jawab atas PNPM, yaitu PJOK. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa: Kalau ada masalah pada tingkat desa akan diselesaikan terlebih dahulu pada tingkat desa, kemudian kalau memang tidak bisa diselesaikan baru dilimpahkan kepada jenjang yang lebih tinggi yaitu PJOK kecamatan melalui musyawarah dengan masyarakat, jadi penyelesaiannya secara berjenjang. (Hasil wawancara pada tanggal 21 Maret 2012) Kemudian berdasarkan pemaparan dari Bapak Kasman menyatakan Kalau ada masalah seperti kejadian di kecamatan, maka kami dari pihak PJOK langsung menuju lokasi, kemudian kita usahakan diberikan kesempatan menyelesaikan pada tingkat kecamatan, juga dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

(PNPM : : PJOK,

(PNPM : : PJOK, LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mpd) Tahun 2010-2011 (Studi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT 57 BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Implementasi SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) di Desa Tungu Kecamatan Godong

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara Panduan Wawancara Judul penelitian: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (studi Pada Simpan Pinjam Perempuan di Desa Napagaluh, kecamatan Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil,

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT A. Profil Pelaksanaan Perjanjian dalam Program Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI. Daftar Isi : Halaman I. Latar Belakang 2 II. Pengertian 4 III. Maksud Dan Tujuan 4 IV. Ruang Lingkup 4 V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi 5 VI. Pengendalian 11 VII. Penutup 12 Lampiran Lampiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU 5.1.Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto terletak di Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN 30 BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 1. Tempat Penelitian a. Letak Geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permasalahan kemiskinan yang cukup komplek membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO DESA KEDUNGASRI Jln.Plengkung Indah No.159. kode pos (68484) email : kantordesakedungasri@gmail.com website : kedungasri.desa.id SURAT KEPUTUSAN KEPALA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA

Lebih terperinci

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN Kegiatan pengendalian dalam PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari pemantauan, pengawasan, audit, evaluasi, dan pelaporan. Dalam buku

Lebih terperinci

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG W/ W Menimbang Mengingat BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, a. bahwa Kebijakan Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd DAMPAK PNPM MPd 2007 2014 FOKUS PRIORITAS INDIKATOR IMPACT GOAL Pembangunan Infrastruktur Perdesaan ( Pro Job & Pro poor) Terpenuhinya kebutuhan dan hak

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1.1 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah salah satu program yang dicanangkan mulai tahun 1998 oleh pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007 Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007 PPK tahun 2007 merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Dalam pelaksanaannya, ketentuan dan kebijakan dalam PPK 2007 tidak banyak mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat,

Lebih terperinci

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) Pasal 63 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat Menurut Poerwoko (2012:110) Terkait dengan pemberdayaan masyarakat, keberhasilan dapat dilihat dari keberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA I. KEBIJAKAN POKOK 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTRAIAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PEDESAAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 PANDUAN PENGAKHIRAN SERTA PENATAAN DAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR... 3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI... 4 CAKUPAN DAN RINGKASAN MODUL...5 LANGKAH PENYUSUNAN PROSES

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU ANGGARAN DASAR DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG PROVIINSII SULAWESII SELATAN MUKADIMAH Aset hasil hasil kegiatan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat. Demikian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA SONOWANGI KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN MALANG

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA SONOWANGI KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN MALANG IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA SONOWANGI KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN MALANG Iin Nimang Pangesti Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT BADAN USAHA MILIK Desa (BUMDes) BERSAMA SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT (PNPM-Mpd) Dasar Hukum UU no 6 tahun 2014 Tentang Desa PP no 43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA A. PENDAHULUAN PNPM Mandiri Perdesaan adalah program nasional Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG KEPUTUSAN NO : 141 / 05 / SK / 2011 PENUNJUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 160 TAHUN 2014 TANGGAL 3-3 - 2014 PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik, Pemerintahan Desa dituntut untuk mempunyai Visi dan Misi yang baik atau lebih jelasnya Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK- SP) Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam sudah lama berkembang danusahanya sudah berjalan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Umum Pengertian Persepsi Masyarakat. yang sempurna yang diberi akal, maka dengan akal manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Umum Pengertian Persepsi Masyarakat. yang sempurna yang diberi akal, maka dengan akal manusia dapat 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Umum Pengertian Persepsi Masyarakat Manusia adalah mahluk monodualistik yaitu sebagai mahluk individu yang berarti mempunyai kehendak, cita-cita dan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 53 VI. PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 6.1. Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Perempuan dalam Program PNPM mandiri perkotaan Tingkat

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN KEPUTUSAN NO. PENUNJUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAAN (PNPM-MD) PADA TAHUN 2009 Membaca

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP 6.1 Tingkat Keberhasilam Kegiatan SPP Pada penelitian ini, tingkat keberhasilan Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) 6 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) Waktu : 4 (empat) kali tatap muka pelatihan (selama 400

Lebih terperinci

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian LAMPIRAN 121 122 Lampiran 1. Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian Sumber Informasi Lurah Kenanga Staf kelurahan Masyarakat Penggalian dokumen monogram Kelurahan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Dalam Ritzer dan Goodman (2010) penekanan yang terjadi pada teori struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat memprihatinkan. Banyak masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak atau sepenuhnya

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan

DAFTAR SINGKATAN. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan DAFTAR SINGKATAN 1. AD : Anggaran Dasar 2. AP : Administrasi Pusat 3. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 5. ADD : Alokasi Dana Desa 6. ART :

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN A. Pengertian 1. Musrenbang Desa/ Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Merbau Sebelum Indonesia merdeka Kecamatan Merbau berada dalam lingkungan pemerintahaan kerajaan siak yang berdiri sampai dengan tahun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan terdapat prinsip transparansi dan partisipatif, yang mengandung arti bahwa semua

Lebih terperinci