EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PELAKSANAAN PRIMA TANI DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN PONTIANAK PONTI GESANG CAHYANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PELAKSANAAN PRIMA TANI DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN PONTIANAK PONTI GESANG CAHYANTO"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PELAKSANAAN PRIMA TANI DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN PONTIANAK PONTI GESANG CAHYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 ABSTRACT PONTI GESANG CAHYANTO. The Participatory Communication Effectiveness Prima Tani Implementation in Sungai Kakap sub district, Pontianak Regency. Under direction of BASITA GINTING S and HADIYANTO. Objectives this research are to know the participatory communication effectiveness in implementation of integrated farming model and to analyze the relationship between individual characteristics of farmer with participatory communication in implementation of Prima Tani. The research was designed as survey the character of descriptive correlation. Sample chosen by simple random sampling method consist of 100 farmers or peasants from 10 groups of peasants that participating in Prima Tani Program. The survey was conducted starting from June until August The collected data analyzed using non-parametric statistics procedure, in this case Rank Spearman and Chi Square. Results of study indicated that: Age correlate significantly with planning, Non formal education correlate significantly with inspiring idea, planning and implementation, motivation correlate significantly with inspiring idea, income level correlate significantly with planning, implementation and assessment, membhership period correlate significantly with inspiring idea and implementation. Inspiring idea correlate with attitude and knowledge in integrated farming model or program. Implementation program correlate with attitude and knowledge, and negativity correlate with behavior change. The assesment program correlate significantly with attitude and knowledge. Farmer attitude and knowledge in this model do not always in line with behavior change that would expected. Keywords: Individual Characteristic, Participatory Communication, Integrated Farming model

3 RINGKASAN PONTI GESANG CAHYANTO. Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. (The participatory communication effectiveness Prima Tani Implementation in Sungai Kakap sub district, Pontianak Regency) dibimbing oleh BASITA GINTING S dan HADIYANTO. Mengatasi permasalahan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian,maka tahun 2005 dilaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian ( Prima Tani ). Suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi untuk mempercepat penyampaian informasi, bahan dasar inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak dengan karakteristik lokasi sebagai lahan rawa/pasang surut merupakan salah satu desa yang ditetapkan sebagai lokasi Prima Tani. Lahan pasang surut ini diusahakan secara intensif oleh masyarakat, namun produksinya masih terbatas disebabkan kondisi lahannya kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui Prima Tani. Melalui Prima Tani masyarakat diajak untuk mengenali berbagai permasalahan yang dihadapi dalam berusahatani, merencanakan dan melaksanakan model usahatani yang sesuai dengan keinginan dan karakteristik lokasi dimana Prima Tani dilaksanakan. Proses mengenali, merencanakan dan melaksanakan model usahatani dalam Prima Tani menggunakan proses komunikasi yang partisipatif karena melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan agar perencanaan dan pelaksanaan dapat sesuai dengan harapan. Penelitian ini bertujuan untuk: a) Mengetahui efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap, b) Menganalisis hubungan antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap. c) Menganalisis hubungan antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan. Penelitian ini dirancang sebagai survey yang bersifat deskriptif korelasional dan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Sampel terdiri dari 100 orang petani yang berasal dari 10 kelompok tani yang menjadi sasaran program Prima Tani. Data yang dihimpun dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Rank Spearman dan Khi Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi Partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap model usahatani terpadu dalam pelaksanaan Prima Tani. Karakteristik individu petani mempunyai hubungan nyata dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani untuk beberapa peubah antara lain: usia

4 berhubungan nyata dengan perencanaan program. Pendidikan non formal berhubungan sangat nyata dengan penumbuhan ide, berhubungan sangat nyata dengan perencanaan program, berhubungan nyata dengan pelaksanaan program. Motivasi berhubungan nyata dengan penumbuhan ide. Tingkat Pendapatan petani berhubungan nyata dengan perencanaan program, berhubungan sangat nyata dengan pelaksanaan program dan berhubungan nyata dengan penilaian program. Lama menjadi anggota kelompok berhubungan nyata dengan penumbuhan ide dan berhubungan nyata dengan pelaksanaan program. Komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani mempunyai hubungan nyata dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan untuk beberapa peubah antara lain: Penumbuhan ide mempunyai hubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan sikap terhadap model usahatani terpadu. Perencanaan program berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan sikap terhadap model usahatani terpadu. Pelaksanaan program berhubungan nyata dengan pengetahuan dan berhubungan sangat nyata dengan sikap terhadap model usahatani terpadu serta berhubungan nyata negatif dengan penerapan model usahatani terpadu. Penilaian program berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan dan sikap terhadap model usahatani terpadu. Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini (1) Untuk mempercepat perubahan perilaku petani dalam menerapkan inovasi dalam model usahatani terpadu maka perlu dilakukan percontohan model usahatani padi, sapi dan ikan yang lengkap pada beberapa kelompok tani dan sosialisasi perlu terus ditingkatkan agar merata di tiap kelompok tani. (2) Pelatihan dan kursus yang berkaitan dengan inovasi teknologi dalam model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan perlu terus ditingkatkan untuk mempercepat perubahan perilaku petani dalam menerapkan inovasi teknologi dalam model usahatani terpadu.(3) Perlu peningkatan koordinasi dan dukungan Dinas/ Instansi serta swasta yang terkait dengan Prima Tani agar tujuan Prima Tani dapat tercapai. Kata kunci: Karakteristik individu, Komunikasi partisipatif, Model usahatani terpadu.

5 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PELAKSANAAN PRIMA TANI DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN PONTIANAK PONTI GESANG CAHYANTO Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

6 Judul : Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak Nama : Ponti Gesang Cahyanto NRP : P Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Basita Ginting S. MA Ketua Ir. Hadiyanto, MS Anggota Diketahui Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Ketua Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Sumardjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 26 Nopember 2007 Tanggal Lulus :

7 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: DR. Ir. H. Amiruddin Saleh. MS.

8 Pernyataan Mengenai Tesis dan Sumber Informasinya Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Nopember 2007 Ponti Gesang Cahyanto P

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Sekolah Pascasarjana IPB. Judul ini dipilih dilatarbelakangi oleh kondisi pentingnya komunikasi dalam kegiatan pembangunan khususnya dalam pelaksanaan Prima Tani, dimana komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan Prima Tani akan memudahkan pencapaian tujuan yang diinginkan. Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Basita Ginting, MA selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Hadiyanto, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memacu dan membantu penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis serta dengan sabar dan tulus telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat/ BKD Provinsi Kalimantan Barat yang telah memberikan kesempatan dan dukungan biaya untuk menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana IPB. Terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada yang tercinta ibunda Hj. Salimi dan Ayahnda Sahlan Prayitno (Alm) yang selalu mendoakan keberhasilan Ananda. Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada istri tercinta Gusmalasari yang dengan sabar merelakan dan mendoakan keberhasilan penulis. Ananda tercinta Dzaki Zuhditiya Maulana, Dzavira Mutiya Wulandari dan Dzakli Aditiya Fadlullah terima kasih atas pengertian dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen pengasuh di Program Studi Komunikasi pembangunan Pertanian dan Pedesaan atas ilmu yang i

10 telah diberikan kepada penulis serta teman-teman angkatan 2005 Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan atas kerjasama dan dukungan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala keterbukaan diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, Nopember 2007 Penulis ii

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 28 September 1966 dari ayah Sahlan Prayitno (alm) dan ibu Hj. Salimi. Penulis merupakan putra kedua dari enam bersaudara. Tahun 1985 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Pontianak dan pada tahun 1986 diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Departemen Penerangan Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 1987, penulis melanjutkan Tugas Belajar di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Pontianak dan lulus pada tahun Pendidikan Strata satu ditempuh pada Universitas Tanjungpura Pontianak, Program Studi Ilmu Administrasi, lulus tahun Penulis pernah bekerja di Kantor Camat Pontianak Barat Kota Pontianak dari tahun 1991 sampai dengan 1999, kemudian dari tahun 1999 sampai dengan 2003 penulis bekerja di Pemerintah Kabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat, pada bulan maret 2003 sampai dengan sekarang penulis bekerja pada dinas Sosial Propinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 2005, penulis diterima pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB melalui biaya Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat dan menyelesaikannya pada tahun 2007.

12 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i v vi vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang Penelitian... 1 Perumusan Masalah Penelitian... 3 Tujuan Penelitian... 5 Kegunaan Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Pengertian Komunikasi... Efektivitas Komunikasi... Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani Karakteristik Individu Partisipasi Masyarakat... Program Rintisan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani)... Hasil Penelitian yang Relevan KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS... Kerangka Pemikiran... Hipotesi Penelitian... METODE PENELITIAN... Desain Penelitian... Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi... Sampel Penelitian... Teknik Penarikan Sampel iii

13 Data dan Instrumen... Teknik Pengumpulan Data... Definisi Operasional... Validitas dan Reliabilitas Instrumen... Analisis Data... HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian... Deskripsi Prima Tani di Desa Sungai Itik... Karakteristik Petani... Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani... Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan... Hubungan Karakteristik Individu Petani dengan Komunikasi Partisipatif... Hubungan Komunikasi Partisipatif dengan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

14 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah Populasi Petani yang Mengikuti Prima Tani di Desa 28 Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Tahun Jumlah Sampel Kelompok dan Petani Model Usahatani berbasis Padi Karakteristik Individu Petani Jenis Pelatihan/ Kursus yang pernah diikuti Petani Keadaan Petani yang pernah mengikuti Pelatihan/ Kursus 48 dengan Petani yang tidak pernah mengikuti Pelatihan/ Kursus 7. Keterlibatan Petani dalam Penumbuhan Ide Keterlibatan Petani dalam Perencanaan Program Keterlibatan Petani dalam Pelaksanaan Model Usahatani Terpadu Keterlibatan Petani dalam Penilaian Program yang dilaksanakan Tingkat Pengetahuan Petani dalam Model Usahatani Terpadu Sikap Petani terhadap Model Usahatani Terpadu Penerapan Model Usahatani Terpadu Hubungan Karakteristik IndividuPetani dengan Komunikasi 77 Partisipatif dalampelaksanaan Prima Tani Hubungan Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan 82 Prima Tani dengan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu adi, Sapi dan Ikan.. v

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Model Sirkuler Osgood dan Schramm Hubungan antara Peubah Penelitian.. 25 vi

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Hasil Uji Analisis Reliabilitas Alpha Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Karakteristik Individu 90 Petani dengan Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani dan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Hasil Analisis Chi Kuadrat antara Kedudukan dalam Kelompok 91 Tani dengan Komunikasi Partisipatif dalam Prima Tani. 3. Peta Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Sungai Itik Peta Kecamatan Sungai Kakap Kuesioner Penelitian vii

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia pada awalnya adalah sangat sentralistis dan cenderung top down, dan pola ini diakui memang telah banyak membawa perubahan dan kemajuan pembangunan pertanian di Indonesia pada umumnya. Di sisi lain pola ini juga banyak menimbulkan masalah pembangunan pertanian seperti ketergantungan petani terhadap bantuan pemerintah sangat tinggi, kemandirian masyarakat menjadi sangat rendah dan potensi yang ada pada akhirnya menjadi tidak berkembang. Berdasarkan pengalaman tersebut memasuki awal tahun 1993 paradigma pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami pergeseran dari pendekatan peningkatan produksi ke pendekatan yang mengarah pada pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani. Pembangunan pertanian diarahkan pada potensi daerah dengan mengembangkan kebijakan desentralisasi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya, sehingga setiap program pengembangan pertanian dapat menyesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi wilayah. Sejalan dengan itu, untuk mendukung suatu pengembangan usaha agribisnis yang berdaya saing, maka Departemen Pertanian telah membentuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di setiap Provinsi, salah satunya adalah di Provinsi Kalimantan Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat yang berada di daerah dan bertangung jawab langsung kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di tingkat pusat. Evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan adopsi inovasi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian cenderung lamban bahkan menurun (BPTP Kalbar, 2005). Untuk mengatasi permasalahan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi, mulai tahun 2005 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani), suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang perlu, mampu dan dapat mempercepat penyampaian informasi, bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPTP Kalbar, 2005).

18 2 Program ini pada tahap awal dilaksanakan pada 14 Provinsi di Indonesia, salah satunya adalah di Provinsi Kalimantan Barat, dengan lokasi pada lahan rawa/pasang surut di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. Lahan pasang surut mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan lahan pertanian pada umumnya. Lahan ini merupakan daerah rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, di mana terletak pada dataran pantai dengan tanah gambut atau mineral atau campuran keduanya serta memiliki kondisi tanah yang relatif kurang subur. Desa Sungai Itik sebagai desa dengan karakteristik lahan pasang surut merupakan salah satu desa di Kecamatan Sungai Kakap yang lahan pertaniannya diusahakan secara intensif, namun produksinya masih terbatas karena disebabkan oleh kondisi lahannya yang kurang mendukung untuk pertumbuhan suatu tanaman. Hal ini disebabkan karena reaksi tanahnya yang sangat asam atau ph tanahnya rendah sehingga menyebabkan tanaman sering keracunan besi (Fe), kekurangan unsur hara makro dan mikro lainnya yang diperlukan tanaman. Akibatnya tanaman kurang subur sehingga produktivitas rendah, pada akhirnya tingkat pendapatan petani menjadi rendah. Kondisi ini menggambarkan pentingnya bagi petani untuk mendapatkan bantuan informasi dan teknologi tepat guna, permodalan dan informasi pasar untuk memasarkan hasil produksinya sehingga tercapai peningkatan hasil usahatani dan pendapatannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah khususnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah melalui Prima Tani, karena tujuan utama Prima Tani adalah untuk mempercepat waktu dan memperluas adopsi inovasi pertanian yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang disesuaikan dengan karakteristik lokal spesifik sesuai dengan penggunanya (petani). Melalui Prima Tani diharapkan akan ditemukan suatu teknologi inovatif yang didukung dengan kelembagaan yang baik, sesuai dengan keinginan petani dan karakteristik lokal spesifik sehingga Prima Tani tersebut dapat dilaksanakan.

19 3 Salah satu cara untuk memotivasi dan memfasilitasi masyarakat tani untuk secara partisipatif membangun pertanian wilayah adalah melalui percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian dengan memberdayakan potensi sumber daya lokal (Deptan, 2006). Prima Tani direncanakan dari dan oleh masyarakat tani bersama pemangku kepentingan pembangunan pertanian masyarakat pedesaan. Mengacu pada kenyataan tersebut maka pendekatan komunikasi dalam Prima Tani adalah melibatkan berbagai unsur dari Pemerintah, dalam hal ini Dinas/Instansi terkait mulai dari provinsi, kabupaten, kecamatan, desa dan swasta serta petani sebagai sasaran program. Melalui komunikasi yang partisipatif sesuai dengan tahapan dalam Prima Tani, maka masyarakat diajak untuk turut bersama-sama pemerintah untuk merencanakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya, melaksanakan dan memberikan penilaian terhadap apa yang akan dan telah dilaksanakannya. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan agar apa yang diinginkan baik oleh Pemerintah, Swasta maupun petani dalam pelaksanaan Prima Tani dapat tercapai. Dengan komunikasi yang efektif diharapkan akan dapat menghilangkan berbagai hambatan terutama dalam hal tukar-menukar informasi maupun berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan Prima Tani. Oleh karena itu, sejauh mana efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan Prima Tani perlu dikaji, apakah melalui proses komunikasi partisipatif dalam Prima Tani yang menghasilkan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Hal lain yang menarik adalah karena Prima Tani merupakan suatu program baru dan sampai saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dianggap perlu agar program Prima Tani dapat lebih dikembangkan lagi. Perumusan Masalah Penelitian Proses penetapan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dalam Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak merupakan suatu proses komunikasi partisipatif. Melalui tahapan yang dilaksanakan, diharapkan petani sebagai sasaran akhir akan terlibat secara

20 4 langsung untuk memberikan masukkan kepada Tim Prima Tani mengenai berbagai permasalahan usaha tani yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya. Setelah diperoleh berbagai informasi dari petani serta mengkaji karakteristik lokal spesifik dimana Prima Tani tersebut dilaksanakan maka disusunlah suatu model usahatani untuk didiseminasikan yaitu berupa teknologi inovatif yang sesuai dengan sistem usahatani dan wilayahnya. Walaupun model usahatani terpadu ini telah didiseminasikan dan disosialisasikan kepada petani, ternyata belum semua teknologi pada usahatani terpadu mampu dilaksanakan oleh petani. Faktor yang di duga mempengaruhi efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan usahatani terpadu yang didiseminasikan kepada petani dalam Prima Tani adalah karakteristik individu yang ada pada petani itu sendiri dan komunikasi partisipatif yang masih belum berjalan dengan baik. Keberhasilan diseminasi teknologi inovatif usahatani terpadu sangat ditentukan oleh petani sebagai pelaksana teknologi inovatif usahatani terpadu serta komunikasi partisipatif yang digunakan dalam Prima Tani. Karakteristik individu petani akan berpengaruh terhadap komunikasi partisipatif yang dilaksanakan dalam Prima Tani. Komunikasi partisipatif yang dilakukan mulai dari tahapan penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam Prima Tani akan mempengaruhi efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani yang diukur dari tingkat pengetahuan, sikap dan penerapan model usahatani terpadu oleh petani. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah komunikasi partisipatif efektif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak?

21 5 3. Bagaimana hubungan antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak? Tujuan Penelitian Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. 3. Menganalisis hubungan antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan. Kegunaan Penelitian 1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman dan memperluas wawasan akademis dan pengembangan ilmu tentang komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dan pelaksanaan pembangunan pada umumnya. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pertanian atau pihak yang berkepentingan, sehingga sebagai bahan masukan oleh Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan untuk menerapkan program pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan pertanian di bidang Prima Tani di pedesaan.

22 6 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses yang sangat asasi, yaitu pengalihan (pengoperan) atas informasi, perasaan, penilaian, hiburan, gagasan atau idea. Istilah komunikasi tersebut dikenal dengan istilah lambang yang mengandung arti atau makna, sehingga komunikasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna (Pratikto, 1986). Secara umum Effendy (1979), mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambanglambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku insan-insan lainnya (komunikate, sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi menurut Effendy (2000) ada empat, yaitu: (1) mengubah sikap, (2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku dan (4) mengubah masyarakat. Aktivitas komunikasi selalu menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, karena komunikasi adalah suatu pernyataan manusia, baik secara perorangan maupun secara kelompok, yang bersifat umum (tidak bersifat rahasia) dengan menggunakan tanda-tanda, kode-kode atau lambang-lambang tertentu (Soekartawi, 2005). Tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalah mencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Bila masing-masing telah memahami makna yang disampaikan maka para peserta saling percaya mempercayai atau menyetujui penafsiran masing-masing. Mempercayai adalah tindakan menerima informasi yang digunakan bersama sebagai hal yang sah dan benar. Dengan mempercayai berarti menerima ketulusan orang yang menggunakan informasi bersama-sama (Schramm dan Kincaid, 1977). Untuk lebih memahami komunikasi, ada tiga kerangka pemahaman yang dapat digunakan, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi (Mulyana, 2002). Sebagai tindakan satu-arah, suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Komunikasi dianggap suatu

23 7 proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya. Komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan-balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpanbalik (feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan. Komunikasi sebagai transaksi, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya. Berdasarkan konseptualisasi ini, komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Menurut pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan. Efektivitas Komunikasi Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988) prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Selanjutnya Effendi (2001) menyatakan komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu: 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, 2) Afektif, yaitu perubahan pandangan komunikan,

24 8 karena hatinya tergerak akibat komunikasi dan 3) Behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada aras kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada aras afektif meliputi efek berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap, sedangkan efek pada aras konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu (Jahi, 1988). Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. (1) Pemahaman Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. (2) Kesenangan Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagian bersama. (3) Mempengaruhi sikap Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan. (4) Memperbaiki hubungan Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang bayangi oleh

25 9 ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna. (5) Tindakan Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan. Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani Mengatasi masalah pembangunan masyarakat yang semakin komplek, maka diperlukan suatu pendekatan yang memungkinkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, diperlukan suatu bentuk komunikasi yang mengkondisikan masyarakat bebas berpendapat, berekspresi dan mengungkapkan diri secara terbuka satu sama lainnya (Sulistyowati dkk. 2005). Pendekatan komunikasi yang dibutuhkan adalah pendekatan atau model komunikasi yang memungkinkan adanya pertukaran informasi antar komponen dalam proses komunikasi dengan banyak dimensi. Pendekatan ini sering disebut dengan model partisipasi (participatory model) atau model interaksi (interaktif model). Menurut Sulistyowati dkk. (2005), model participatory ini memiliki pertanyaan utama who is talking back to the who talked to them?, artinya semakin banyak dimensi yang diperhatikan. Tekanannya bukan saja pada komunikator yang ingin mencapai sasaran tetapi terutama kepada reaksi komunikan terhadap usul komunikator. Model komunikasi ini memiliki anggapan bahwa manusia bukanlah komunikan yang pasif, tetapi merupakan hasil dari lingkungan sosialnya. Artinya reaksi terhadap setiap pesan yang masuk akan ditentukan oleh lingkungan tersebut. Dengan demikian di dalam model ini tidak hanya mencakup komunikasi dua tahap dan bahkan banyak tahap, tetapi juga banyak dimensi. Selain komunikasi dengan lingkungan komunikan masih ada juga unsur seberapa jauh lingkungan komunikator cocok dengan lingkungan komunikan

26 10 Menurut Sulistyowati dkk. (2005), pemikiran inti dari model komunikasi partisipatif adalah bahwa dalam proses pembicaraan dapat dimungkinkan dan diperhitungkan timbulnya ide-ide baru pada waktu komunikasi sedang berlangsung. Jika dalam model linier titik berat pada pesan-pesan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dalam model partisipasi ini ada suatu cerminan situasi komunikasi yang sebenarnya, sehingga dengan jelas dapat dilihat apakah pihak pihak yang berkomunikasi telah berhasil saling mempengaruhi atau tidak, dapat dilihat akibat dari pesan yang telah dikirim. Model ini juga memperlihatkan situasi interaktif antara pihak-pihak yang berkomunikasi dan dapat berlangsung dalam bentuk komunikasi antar pribadi dan kelompok. Situasi interaktif antara pihak-pihak yang berkomunikasi dapat digambarkan seperti dalam model Sirkuler yang dikemukakan oleh Osgood dan Schramm (1974) dalam Wiryanto (2004). Model ini menggambarkan suatu proses yang dinamis. Pesan ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding. Hubungan antara encoding dan decoding layaknya sumber (encoder) penerima (decoder) yang saling mempengaruhi satu sama lain. Namun pada tahap berikutnya penerima (encoder) dan sumber (decoder), intepreter berfungsi ganda sebagai pengirim dan penerima pesan. Model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Pesan Sumber Interpreter Penerima Penerima Interpreter Sumber Pesan Gambar 1 Model Sirkuler Osgood dan Schramm Menurut Hamijoyo (2005), komunikasi partisipatif mengasumsikan adanya proses humanis yang menempatkan individu sebagai aktor aktif dalam merespons setiap stimulus yang muncul dalam lingkungan yang menjadi medan

27 11 kehidupannya. Individu bukanlah wujud yang pasif yang hanya bergerak jika ada yang menggerakkan. Individu adalah wujud dinamis yang menjadi subyek dalam setiap perilaku yang diperankan termasuk perilaku komunikasi. Proses komunikasi pada dasarnya merupakan salah satu ekspresi dinamis individu dalam merespons setiap simbol yang diterimanya melalui mekanisme psikologis untuk memberikan makna sesuai dengan referensi yang dimilikinya. Melalui proses komunikasi simbol simbol itu kemudian diberi makna. Maka jadilah pesan yang bisa diterima dan digunakan untuk merumuskan pesan baru sehingga melahirkan situasi komunikasi dua arah (two ways communication). Dalam situasi interaktif inilah kemudian terbentuk norma sosial yang disepakati, sehingga semakin lama komunikasi itu berlangsung, maka semakin besar pula kesamaan-kesamaan yang terbangun dalam diri seseorang yang akan menjadi mediator penting aktivitas komunikasi. Dalam komunikasi dua arah bukan hanya pesan yang diperhatikan tetapi juga arusnya yang dua arah. Kalau pesan yang dipentingkan, maka yang keluar hanya perintah, pengarahan atau petunjuk yang tanpa diskusi atau komunikasi sekalipun. Tetapi arusnya yang diutamakan dalam komunikasi dua arah, maka yang terjadi adalah alternatif pendapat, saran dan cara pemecahan yang timbul dari keinginan bersama. Menurut Hamijoyo (2005), model ini disebut model konvergensi komunikasi, model ini berlandaskan konsepsi komunikasi sosial sebagai suatu proses dialog dua arah dalam upaya mencapai saling pengertian dan kesepakatan antara dua individu atau dua kelompok atau lebih, dan bukan satu orang atau satu kelompok yang berkuasa atau berwibawa memaksakan kekuasaan atau kewibawaannya kepada yang lain. Proses dialog dua arah menurut Effendy (2000), selalu lebih baik daripada monologis. Proses komunikasi dialogis menunjukkan terjadinya interaksi dimana mereka yang terlibat dalam komunikasi berupaya untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati. Mengacu pada konsep pengembangan wilayah serta pola pendekatan komunikasi Top-down dan Bottom-up, Sumardjo (1999) juga mengemukakan bahwa model komunikasi pembangunan yang dinilai layak untuk dikembangkan adalah model komunikasi interaktif yang menghasilkan keseimbangan dalam

28 12 perspektif teori pertukaran (exchange theory), melalui jalur kelembagaan yang telah mapan, didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi yang efektif baik vertikal maupun horisontal dalam sistem sosial pertanian. Mengacu pada Schramm, Kincaid, Rogers dan Kincaid dan Swanson, Sumardjo (1999) menyatakan bahwa model komunikasi interaktif ini sejalan dan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku dalam model komunikasi tipe Relational maupun tipe-tipe Convergence. Model interaktif sebenarnya lebih dekat dengan model komunikasi konvergen. Model komunikasi konvergen atau interaktif menurut Sumardjo (1999), bersifat dua arah, yakni partisipatif baik vertikal maupun horisontal. Artinya, keputusan di tingkat perencanaan program pembangunan sangat memperhatikan kebutuhan dan kepentingan di tingkat bawah (yang biasa disebut sasaran pembangunan), tanpa harus mengabaikan arah dan percepatan pembangunan, dengan titik berat pembangunan beroriantasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan memperhatikan hak-haknya sebagai manusia dan warga negara. Pengalaman pembangunan yang telah dilaksanakan, memang terbukti bahwa kesadaran masyarakat yang tinggi akan tumbuh dan berkembang apabila kebutuhan dan kepentingan mereka mendapat tempat yang layak dalam proses pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pemanfaatan hasilnya. Perencanaan bukan hanya menjadi tugas pemerintah, bahkan masyarakat lokalpun dapat membuat suatu perencanaan pembangunan untuk dilaksanakan di desa atau wilayah mereka. Pemerintah dan masyarakat juga dapat membuat suatu perencanaan pelaksanaan suatu program agar sesuai dengan keinginan masyarakat, yang sesuai pula dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh masyarakat sebagai sasaran program pembangunan. Model perencanaan seperti ini, dikenal dengan perencanaan partisipatif. Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan perencanaan partisipatif diartikan sebagai perencanaan yang dilakukan masyarakat lokal (dengan pendampingan dari penyuluh spesialis) bagi program-program yang memenuhi kebutuhan lokal. Program tidak direncanakan secara Top Down oleh lembaga pemerintah, tetapi hasilnya benar-benar diminati oleh masyarakat lokal menjadi kebutuhan mereka.

29 13 Paradigma komunikasi konvergen ditandai dengan terakomodasinya aspirasi pihak atas (pemerintah) dan pihak bawah (masyarakat) dalam program pembangunan wilayah setempat. Oleh karena itu pendekatan konvergen lebih tepat digunakan dalam era globalisasi, karena menurut Sumardjo (1999), pendekatan tersebut lebih memungkinkan terjalin integrasi (interface) antara kepentingan nasional dengan kepentingan masyarakat dan potensi (dan permasalahan) lingkungan setempat. Pendekatan tersebut lebih menempatkan martabat manusia secara lebih layak, keberadaan masyarakat dengan aspek kepentingan dan kemampuannya menjadi lebih dikenali dan dihargai, sehingga lebih mendorong terjadinya partisipasi masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa inti dari komunikasi partisipatif adalah suatu proses komunikasi dapat terjadi komunikasi dua arah atau dialogis, sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka komunikasi partisipatif dapat dilaksanakan antara penyuluh dengan petani, dimana terjadi proses komunikasi dua arah dan dialogis sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sama terhadap program yang akan dilaksanakan. Dengan demikian dalam model komunikasi partisipatif, petani terlibat aktif dalam memberikan masukan dan informasi kepada petugas penyuluh serta petani terlibat aktif dalam setiap pengambilan keputusan pelaksanaan Prima Tani. Proses keterlibatan petani dalam pengambilan keputusan ini dilakukan melalui tahapan perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi terhadap program, yang dalam penelitian ini indikatornya dilihat sebagai (1) tahap penumbuhan ide, (2) perencanaan program, (3) pelaksanaan program dan (4) penilaian program. Karakteristik Individu Karakteristik individu sangat menentukan pemahaman terhadap informasi yang diterima. Lionberger dan Gwin (1982) mengungkapkan bahwa peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal di antaranya adalah peubah karakteristik individu. Karakteristik anggota kelompok pada dasarnya merupakan karakteristik individu, karakteristik individu meliputi: usia, tingkat pendidikan, dan ciri psikologis. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Imami (2003)

30 14 menyatakan bahwa karakteristik individu meliputi: Umur, Pendidikan, Pengalaman kerja, Jenis kelamin, Tingkat Kekosmopolitan, Akses terhadap jaringan komunikasi dan sikap terhadap perubahan. Menurut Rogers (2003) proses pengambilan keputusan para petani apakah menerima atau menolak suatu inovasi tergantung pada sikap mental (sikap terhadap perubahan), situasi intern dan situasi ekstern. Situasi intern individu dipengaruhi antara lain oleh usia, tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal, pengalaman bertani padi, keberanian mengambil resiko dan tingkat kekosmopolitan. Soekartawi (2005) lebih rinci mengemukakan karakteristik individu antara lain: umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme, sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi. Menurut Devito (1997) karakteristik seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Powel dalam Hermawanto (1988), menyatakan bahwa persepsi seseorang tentang sesuatu ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Pengalaman seseorang tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dalam menyimpulkan suatu informasi dan menafsirkan pesan disebut persepsi (Rakhmat, 2000). Bagaimana seseorang mempersepsi suatu pesan atau informasi akan mempengaruhi efektivitas komunikasi. Dalam konteks penelitian ini, karakteristik internal petani yang diduga dapat mempengaruhi partisipasi dalam pelaksanaan Prima Tani terdiri dari peubah peubah: Usia, Pendidikan, Pendidikan non formal, Pengalaman berusaha tani, Motivasi, Tingkat Pendapatan, Luas pemilikan lahan, Keanggotaan dalam kelompok tani. Faktor usia, Pendidikan, Pendidikan non formal, Pengalaman berusaha tani, Luas pemilikan lahan akan mempengaruhi kemampuan petani berpartisipasi dalam Prima Tani, Faktor Motivasi berhubungan dengan kemauan dan kemampuan petani untuk berpartisipasi sedangkan faktor keanggotaan dalam kelompok tani berhubungan dengan kesempatan petani untuk berpartisipasi dalam Prima Tani.

31 15 Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat sering diberi makna sebagai keterlibatan seseorang secara sukarela tanpa tekanan yang jauh dari pemerintah. Partisipasi masyarakat merupakan suatu kerelaan, ada bermacam-macam faktor yang mendorong kerelaan seseorang untuk terlibat, bisa karena kepentingan atau karena solidaritas, karena mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama, dan karena ingin melakukan perubahan bersama walaupun tujuannya berbeda. Oleh karena itu untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan maka diperlukan beberapa persyaratan. Menurut Slamet (2003), syarat untuk berpartisipasi dapat digolongkan dalam tiga golongan, yaitu adanya kesempatan untuk membangun dalam pembangunan, kedua adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan, dan ketiga adanya kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Slamet (2003), dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, ikut serta dalam pemanfaatannya dan menikmati hasil hasil pembangunan. Partisipasi ini menurut Kuswartojo (2004), dapat dimulai dari tahap menentukan mana yang akan dituju dan apa yang akan dihasilkan, yang biasanya disebut dengan tahap rumusan kebijakan dan rencana. Selanjutnya diikuti dengan partisipasi pada tahap menentukan cara untuk mencapai tujuan dan mempertaruhkan sumber daya agar tujuan dapat tercapai. Sehingga pada akhirnya partisipasi akan sampai pada tahap mencapai kesamaan pandangan tentang bagaimana memantau dan menilai hasilnya. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi dapat dimulai dari tahap perumusan kebijakan dan penyusunan rencana, tahap implementasi sampai tahap pemantauan/pengawasan dan evaluasi. Definisi partisipasi menurut Uphoff ( 1979), dibagi menjadi empat jenis yaitu dimulai dari partisipasi dalam pembuatan keputusan, partisipasi dalam penerapan keputusan, partisipasi dalam pencapaian hasil serta partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam pembuatan keputusan adalah partisipasi dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengemukakan pendapat dan aspirasinya untuk menilai suatu perencanaan kegiatan, masyarakat juga diberikan kesempatan untuk menimbang suatu keputusan yang akan diambil. Partisipasi dalam penerapan keputusan adalah partisipasi dengan mengikutsertakan

32 16 masyarakat dalam kegiatan operasional berdasarkan perencanaan yang telah disepakati bersama. Partisipasi dalam pencapaian hasil pembangunan adalah partisipasi masyarakat dalam menggunakan hasil hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Partisipasi dalam mengevaluasi dan mengawasi kegiatan pembangunan adalah partisipasi masyarakat dalam bentuk keikutsertaannya menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan dan memelihara hasil hasil pembangunan. Analisis proses partisipasi atau peran serta masyarakat sangat penting untuk dilakukan karena dengan demikian usaha komunikasi program pembangunan dalam masyarakat akan memperoleh suatu hasil yang maksimal. Analisis proses partisipasi masyarakat dalam pembangunan telah dilakukan oleh Levis (1996), yaitu meliputi 4 tahap yang antara lain: 1. Tahap penumbuhan ide untuk membangun dan Perencanaan Dalam pelaksanaan program tersebut dapat dilihat apakah pelaksanaan program tersebut didasarkan atas gagasan atau ide yang tumbuh dari kesadaran masyarakat sendiri atau diturunkan dari atas. Jika ide dan prakarsa untuk membangun datangnya dari masyarakat itu sendiri karena didorong oleh tuntutan situasi dan kondisi yang menghimpitnya pada saat itu, maka peran serta aktif masyarakat akan lebih baik. Jika masyarakat ikut dilibatkan didalam proses perencanaan untuk membangun daerahnya, maka dapat dipastikan bahwa seluruh anggota masyarakat merasa dihargai sebagai manusia yang memiliki potensi atau kemampuan sehingga mereka lebih mudah berperan serta aktif atau berpartisipasi dalam melaksanakan, melestarikan program pembangunan itu sendiri. 2. Tahap pengambilan keputusan Landasan filosofis dalam tahap ini adalah bahwa setiap orang akan merasa dihargai jika mereka diajak untuk berkompromi, memberikan pemikiran dalam membuat suatu keputusan untuk membangun diri, keluarga, bangsa dan daerah dan negaranya. Keikutsertaan anggota atau seseorang didalam pengambilan suatu keputusan secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat yang bersangkutan untuk turut bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengamankan setiap paket program yang dikomunikasikan. Mereka merasa ikut memiliki serta bertanggung jawab secara penuh atas keberhasilan program yang akan

33 17 dilaksanakan. Dengan demikian dalam diri masyarakat akan tumbuh rasa tanggung jawab secara sadar kemudian berprakarsa untuk berpartisipasi secara positif dalam pembangunan. 3. Tahap pelaksanaan dan evaluasi Untuk mewujudkan kondisi masyarakat agar berpartisipasi didalam melaksanakan program pembangunan yang telah dikomunikasikan, mereka harus dilibatkan dalam melaksanakan setiap pelaksanaan program pembangunan. Tujuan melibatkan masyarakat dalam tahap pelaksanaan adalah agar masyarakat dapat mengetahui secara baik tentang cara melaksanakan suatu program yang akan dilaksanakan sehingga nantinya mereka dapat secara mandiri dan mampu melanjutkan, meningkatkan serta melestarikan program pembangunan yang dilaksanakan. Tujuan lainnya adalah untuk menghilangkan ketergantungan masyarakat terhadap pihak luar dalam hal ini komunikator atau penyuluh yang selama ini selalu terjadi dan akan menjamin bahwa program pembangunan itu sendiri tidak akan lenyap serta merta setelah kepergian para petugas dari desa atau wilayah yang bersangkutan. Sedangkan dalam evaluasi masyarakat diharapkan mampu menilai diri sendiri, dengan mengungkapkan apa yang mereka tahu dan diperlukan. Mereka diberi kebebasan untuk menilai sesuai dengan apa yang ada dalam benaknya, pengalaman, kelebihan atau keuntungan dari program, kelemahannya, manfaat, hambatan, faktor pelancar yang mereka hadapi dalam operasionalisasi program secara bersama sama mencarikan alternatif terbaik sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksanaan program. 4. Tahap pembagian keuntungan ekonomis Tahap ini ditekankan pada pemanfaatan program pembangunan yang telah diberikan secara merata kepada seluruh anggota masyarakat dalam desa atau wilayah bersangkutan. Pertimbangan pokok dalam penerapan suatu program jika dilihat aspek keuntungan ekonomis adalah program tersebut akan mampu memberikan kesuksesan secara ekonomis kepada seluruh atau sebagian besar masyarakat disekitarnya.

34 18 Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) Dalam rancangan Dasar Prima Tani (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004) menyatakan bahwa Prima Tani adalah suatu Program Rintisan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan inovasi hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dalam bentuk laboraturium agribisnis pada wilayah yang mudah dilihat dan dikenal masyarakat tani. Prima Tani ini merupakan suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi sebagai bahan dasar inovasi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Peneliti dalam bidang Pengembangan Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi. Tujuan utama pelaksanaan Prima Tani adalah untuk mempercepat waktu dan memperluas adopsi inovasi pertanian yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2004). Di samping itu pelaksanaan Prima Tani ditujukan untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna yang bersifat lokal spesifik di wilayah setempat. Umpan balik ini merupakan informasi esensial dalam rangka mewujudkan dan memperbaiki penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada kebutuhan penggunanya. Prima Tani sebagai modus diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan bertujuan untuk: Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis yang berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif. Membangun pengadaan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar, prototipe alat/mesin pertanian, model usaha pasca panen skala komersial) secara luas dan desentralistis. Menyediakan informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah melalui penerapan inovasi pertanian bagi para praktisi agribisnis.

35 19 Memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dalam usaha agribisnis yang berbasis pengetahuan dan teknologi mutakhir secara mandiri. Sasaran akhir dari Prima Tani adalah diterapkannya teknologi inovatif yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian oleh praktisi agribisnis secara cepat, tepat dan massal (Simatupang, 2004). Kegiatan diseminasi teknologi yang akan dilakukan Badan Litbang Pertanian hanyalah membuktikan dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa teknologi tersebut tepat guna dan unggul sehingga mereka yakin dan mengadopsinya. Tetapi kegiatan diseminasi oleh Badan Litbang Pertanian hanya dalam skala terbatas dan sementara waktu saja. Fasilitas difusi dan replikasi atau perluasan Prima Tani diharapkan akan dilakukan oleh instansi pemerintah yang bertugas untuk itu, baik itu Direktorat jenderal lingkup Departemen Pertanian melalui program nasional maupun dinas lingkup pertanian pemerintah daerah melalui program pembangunan daerah. Paradigma dan Strategi Prima Tani merupakan suatu strategi dalam mengimplementasikan paradigma baru dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sehingga dipandang dari segi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan, Prima Tani merupakan wahana untuk pelaksanaan penelitian dan pengembangan partisipatif dalam rangka mewujudkan penelitian dan pengembangan berorientasi kepada konsumen/pengguna. Dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan diseminasi, maka Prima Tani merupakan wahana untuk menghubungkan secara langsung Badan Penelitian dan Pengembangan sebagai penyedia teknologi sumber/dasar dengan masyarakat luas atau pengguna teknologi secara komersial maupun lembaga-lembaga pelayanan penunjang pembangunan sehingga adopsi teknologi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tidak saja tepat guna, tetapi juga langsung diterapkan dalam pembangunan sistem dan usaha agribisnis, setidaknya dalam tahap rintisan atau percontohan. Rintisan atau percontohan tersebut diharapkan akan menjadi titik awal difusi massal teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

36 20 Prima Tani dapat dilaksanakan melalui empat strategi (BPTP Kalbar, 2005) yaitu: 1. Menerapkan teknologi inovatif tepat guna secara partisipatif berdasarkan paradigma penelitian untuk pembangunan. 2. Membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis teknologi inovatif yang mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan dengan sistem agribisnis. 3. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi inovatif melalui ekspose dan demonstrasi lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi. 4. Mengembangkan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat. Keterkaitan Antar Komponen Prima Tani pada intinya adalah membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis progresif berbasis teknologi inovatif yang memadukan sistem inovasi dan sistem agribisnis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tidak lagi hanya berfungsi sebagai produsen teknologi sumber/dasar, tetapi juga terlibat aktif dalam memfasilitasi penggandaan, penyaluran dan penerapan teknologi inovatif yang dihasilkan. Prima Tani pada dasarnya merupakan model terpadu dari Penelitian Penyuluhan Agribisnis Pelayanan Pendukung. Pembentukan jejaring kerja model terpadu dari Penelitian Penyuluhan Agribisnis Pelayanan pendukung merupakan salah satu terobosan kelembagaan dalam Prima Tani. Sedangkan Prima Tani itu mengandung dua unsur pembaharuan: 1. Inovasi teknologi tepat guna siap terap dan manajemen usaha agribisnis. 2. Inovasi kelembagaan yang memadukan sistem atau rantai pasok inovasi dan sistem agribisnis. Pada tahap awal penumbuhan sistem inovasi diintroduksikan paket rintisan dengan rantai pasok inovasi yang amat pendek (diintroduksikan secara langsung oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sebagai sumber informasi). Balai penelitian dalam lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sebagai penghasil teknologi dasar (generating system) sekaligus berfungsi sebagai

37 21 penyalur langsung teknologi komersial kepada petani/praktisi agribisnis penerima atau pengguna teknologi tersebut. Sementara bersama sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian hanya melaksanakan pembekalan keterampilan dan pengetahuan teknis kepada penyuluh yang selanjutnya bertindak sebagai nara sumber bagi para praktisi agribisnis. Tahapan selanjutnya adalah pemantapan, dengan ciri utama penumbuhan segmen pemasok teknologi lokal (delivery segment). Pada tahap awal, pelaksana perintis adalah BPTP, unit kerja teknis Badan Penelitian Pengembangan Pertanian yang berada di seluruh propinsi di Indonesia dan kelembagaan/institusi teknologi pertanian milik pemerintah daerah (misalnya benih). Tahapan akhir dari pengembangan sistem inovasi adalah penumbuhan dan pengembangan usaha komersial produsen teknologi (antara lain benih sebar) di daerah pengembangan Prima Tani Sistim dan Usaha Agribisnis Sistem dan usaha agribisnis dibangun dengan menggunakan sistem inovasi berdasarkan paradigma agribisnis. Pertama, walaupun berupa usaha keluarga skala kecil, usahatani haruslah dipandang sebagai usaha komersial yang otonom, berorientasi pasar dan bertujuan untuk meraih sisa hasil usaha (laba) sebesar besarnya. Kedua, keberadaan dan kinerja usahatani amat atau bahkan terutama ditentukan oleh keberadaan dan kinerja usaha-usaha terkait, baik dari segment rantai hulu, yakni bidang usaha pengadaan dan penyaluran sarana dan prasarana usahatani; disegmen rantai hilir, yakni bidang usaha pengolahan dan pemasaran hasil-hasil usahatani; maupun disegmen rantai sisi, yakni bidang usaha jasa fasilitator (misalnya usaha pembiayaan, transportasi, energi, komunikasi), dan infrastruktur penunjang (antara lain irigasi, penyuluhan, pasar) Usahatani yang dikembangkan pada Prima Tani adalah Sistem Usaha Intensifikasi Diversifikasi (SUID). Salah satu contohnya adalah Sistem integrasi tanaman-ternak (crop-livestock system = CLS) yang diusahakan secara intensif. Karena sasaran Prima Tani adalah usahatani keluarga skala kecil, maka usahatani yang akan dikembangkan adalah pola usaha SUID-keluarga yang mengintegrasikan kegiatan rumah tangga, usahatani dan kegiatan non usahatani. Rancang operasioanal usaha SUID-keluarga disusun antara lain dengan

38 22 menyesuaikan dengan kondisi agroekosistem maupun tatanan sosial-ekonomi setempat. Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID), yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan suatu pengembangan agribisnis yang lengkap dan padu padan antar subsistem, yang berbasis agroekosistem, dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan. Model Pengembangan Ada dua rancang bangun atau desain model inovasi yaitu: (1) model introduksi dan (2) model renovasi. Model introduksi adalah rancangan agribisnis yang dibangun untuk pengembangan inovasi teknologi berikut susbsistem pendukungnya yang baru. Dengan demikian, model introduksi ini dibangun dengan pendekatan cetak biru (blue print) murni dan inovasi teknologi yang hendak dikembangkan dengan struktur sistem dan usaha agribisnis yang berbeda dengan kondisi di lapang. Model ini mengakomodasi inovasi teknologi baru yang membutuhkan rancangan model sistem dan usaha agribisnis yang baru pula. Model renovasi merupakan model penyempurnaan dan model sistem dan usaha agribisnis yang ada, sehingga mencerminkan suatu revitalisasi inovasi. Prinsip dasarnya adalah : (1) reinventing system dan usaha agribisnis yang ada melalui reformasi sistem, usaha, pelayanan publik dan kelembagaan; (2) renovasi dan revitalisasi teknologi dan kelembagaan. Dengan demikian rancangan model yang dibangun berpijak pada kondisi sistem dan usaha agribisnis yang ada. Prima Tani diimplementasikan secara partisipatif dalam suatu desa atau laboratorium agribisnis, dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu (i) agroekosistem, (ii) agribisnis, (iii) wilayah, (iv) kelembagaan, dan (v) pemberdayaan masyarakat. Penggunaan pendekatan agroekosistem berarti Prima Tani diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi biofisik lokasi yang meliputi aspek sumber daya lahan, air, wilayah komoditas, dan komoditas dominan. Pendekatan agribisnis berarti dalam implementasi Prima Tani diperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input, usahatani,

39 23 pascapanen, pemasaran, dan penunjang dalam satu sistem. Pendekatan wilayah berarti optimasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (desa atau kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat menjadi perhatian utama sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai pendukung, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk mengatasi risiko ekonomi akibat fluktuasi harga. Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan Prima Tani tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga mencakup modal sosial, norma, dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani. Pendekatan pemberdayaan masyarakat menekankan perlunya penumbuhan kemandirian petani dalam memanfaatkan potensi sumber daya pedesaan. Resultan dari kelima pendekatan di atas adalah terciptanya suatu model pengembangan pertanian dan pedesaan dalam bentuk unit Agribisnis Industrial Pedesaan dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi di lokasi Prima Tani yang berkelangsungan. Hasil Penelitian yang Relevan Berbagai penelitian tentang efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan program pembangunan telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh praktisi komunikasi, mahasiswa maupun para ahli lainnya. Berbagai faktor telah diketahui dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan suatu program pembangunan. Hasil penelitian Tutud (2001), menemukan bahwa efektif tidaknya komunikasi sangat dipengaruhi karakteristik personal dan situasional komunikan, kualitas komunikasi yang dilakukan serta kredibilitas sumber informasi. Anas (2003), juga menemukan bahwa karakteristik nelayan merupakan faktor penentu dalam membentuk efektivitas komunikasi. Nelayan dengan karakteristik mempunyai tanggungan keluarga yang kecil dan nelayan yang mempunyai pendapatan yang besar akan lebih efektif berkomunikasi dalam meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap dan mengambil suatu tindakan terhadap program pembangunan yang disampaikan. Metode komunikasi kelompok dianggap efektif oleh nelayan untuk meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap dan mengambil tindakan.

40 24 Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota kelompok tani dalam penerapan panca usaha tanaman padi sawah dilakukan oleh Arfani (1987) di Lampung. Dalam penelitian ini diketahui ada lima parameter ciri-ciri individu yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam kegiatan kelompok, yaitu tingkat pendidikan, status keanggotaan, sifat kosmopolit, pengertian terhadap tujuan kelompok dan pemahaman terhadap kejiwaan sebagai anggota kelompok. Sedangkan pada aspek penerapannya ciri-ciri individu yang berpengaruh terhadap tingkat penerapan panca usaha yaitu: umur, status keanggotaan, sifat kosmopolit dan pengertian terhadap tujuan kelompok. Partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani berhubungan relatif nyata dengan tingkat penerapan panca usaha. Penelitian Wahyuni (2006), menemukan bahwa peningkatan partisipasi masyarakat dengan cara mengimplementasikan program melalui proses komunikasi yang cenderung top-down dan searah serta kurang terjadinya komunikasi yang bottom-up dan interaktif cenderung kurang dapat menggali aspirasi masyarakat. Akibatnya peningkatan partisipasi masyarakat menjadi kurang efektif. Rahmani (2006), juga membuktikan bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek afektif dan konatif. Pelatihan dan kursus yang diikuti responden merupakan faktor penentu dalam membangun komunikasi yang efektif pada program PIDRA di Kabupaten Sumbawa. Partisipasi anggota dalam kelompok mandiri merupakan faktor penentu efektivitas komunikasi serta berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada aspek kognitif, afektif dan konatif.

41 25 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Komunikasi partisipatif dalam Prima Tani yang dilaksanakan di desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap menghasilkan suatu model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan serta dukungan kelembagaannya. Sasaran pelaksanaan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dalam Prima Tani adalah petani, oleh karena itu proses komunikasi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan teknologi inovatif model usahatani terpadu dalam Prima Tani dipengaruhi oleh karakteristik individu petani itu sendiri. Faktor karakteristik individu petani ( usia, pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman berusaha tani, motivasi, tingkat pendapatan, luas pemilikan lahan dan keanggotaan dalam kelompok) akan mempengaruhi proses komunikasi partisipatif (penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan, penilaian terhadap program yang dilaksanakan). Oleh karena itu, untuk mengukur efektif tidaknya komunikasi partisipatif yang dilaksanakan, maka perlu diukur bagaimana tingkat pengetahuan petani (kognitif), sikapnya (afektif) serta penerapannya (konatif) terhadap model usahatani terpadu yang didiseminasikan dalam Prima Tani. Hubungan antara faktor faktor di atas dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini: X 1. Karakteristik individu petani X 1.1. Usia X 1.2. Pendidikan X 1.3. Pendidikan non formal X 1.4. Pengalaman berusaha tani X 1.5. Motivasi X 1.6. Tingkat pendapatan X 1.7. Luas pemilikan lahan X 1.8. Keanggotaan dalam kelompok tani Y 1. Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani H 1 Y Penumbuhan ide Y Perencanaan program Y Pelaksanaan program yang dihasilkan Y 1.4. Penilaian terhadap program yang dihasilkan H 2 Y 2. Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan Y Kognitif Pengetahuan dalam model usaha tani terpadu Y Afektif Sikap terhadap model usaha tani terpadu Y Konatif Penerapan model usahatani terpadu Gambar 2 Hubungan antara Peubah Penelitian

42 26 Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H 1 : Ada hubungan yang nyata antara karakteristik individu petani (usia, pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman berusaha tani, motivasi, luas pemilikan lahan, tingkat pendapatan dan keanggotaan dalam kelompok tani) dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani (penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan, penilaian pelaksanaan program yang dihasilkan). H 2 : Ada hubungan yang nyata antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani ( penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan, penilaian pelaksanaan program yang dihasilkan) dengan efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan model usahatani terpadu sapi, padi dan ikan ( tingkat pengetahuan /kognitif, Sikap /afektif dan penerapan/ konatif ).

43 27 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Data yang terkumpul meliputi data primer dan sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian ini difokuskan pada proses komunikasi yang menghasilkan output berupa Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) dan penerapannya. Oleh karena itu, penelitian ini mendeskripsikan peubah peubah seperti karakteristik individu petani, komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja ( purposive ). Alasan pemilihan lokasi karena Desa Sungai Itik merupakan wilayah yang pertama kali ditetapkan sebagai lokasi Prima Tani. Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005, Prima Tani di Desa Sungai Itik telah dapat berjalan baik dan telah memasuki tahun ke tiga. Selain itu juga, sesuai dengan tujuan penelitian Desa ini memenuhi persyaratan untuk dilakukan penelitian yaitu mengembangkan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan. Waktu yang digunakan untuk pengumpulan data selama 3 bulan, terhitung mulai dari bulan Juni 2007 sampai dengan Agustus Populasi Populasi (Riduwan, 2004), merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Terkait dengan tujuan penelitian, maka populasi dalam penelitian adalah seluruh petani yang tergabung dalam kelompok tani berjumlah 17 kelompok dengan jumlah keseluruhan anggota 502 orang serta berdomisili di

44 28 Desa Sungai Itik. Keseluruhan jumlah kelompok tani dan anggotanya di Desa Sungai Itik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Populasi Petani yang Mengikuti Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Tahun 2007 No Nama kelompok Jumlah anggota (orang) 1. Flamboyan Gemar usaha Baru sepakat Maju bersama Usaha Tani I Usaha Tani II Abdi Tani 30 8 Sadar Kenangan Bhakti Karya Jaya Tani Dandan setia I Dandan Setia III Bina Tani Usaha Tani III Dandan Setia II Taruna 40 Jumlah Total 502 Sumber : UPTD Pertanian Kec. Sei Kakap, 2007 Sampel Penelitian Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani. Jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 100 orang. Untuk objektivitas informasi yang diperoleh dari sumber sekunder, maka beberapa sumber yang dianggap dapat mewakili untuk dijadikan sumber informasi, yaitu: (a) tokoh kunci informal dan formal masyarakat setempat, kepala desa (b) penyuluh, (c) UPTD Pertanian Kecamatan dan (d) BPTP yang secara fungsional menangani prima tani. Teknik Penarikan Sampel Didasarkan pada besarnya populasi penelitian, dan kemampuan peneliti baik dana, waktu maupun tenaga maka untuk keperluan penelitian dilakukan penarikan sampel. Pemilihan kelompok tani dan anggota kelompok tani dilakukan secara simple random sampling. Pengambilan sampel dan anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi

45 29 tersebut. Berdasarkan cara tersebut terpilih 10 kelompok tani untuk dijadikan sampel penelitian. Pemilihan anggota kelompok tani dilakukan secara acak dengan mengambil paling sedikit sepuluh orang anggota kelompok tani dari tiap kelompok dengan ketentuan sekurang kurangnya dua orang pengurus kelompok dan yang lainnya adalah anggota kelompok, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 100 orang petani. Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (1998), bahwa apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehinga hasil penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar, maka dapat diambil antara 10 persen - 15 persen atau 20 persen - 25 persen atau lebih. Jumlah sampel pada setiap kelompok tani disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah Sampel Kelompok dan Petani Baru sepakat Maju bersama Usaha Tani I Abdi Tani Sadar Kenangan Jaya Tani Dandan Setia 3 Bina Tani Dandan Setia 2 Nama Kelompok Jumlah Sampel (orang) Total 100 Data dan Instrumen Sumber data penelitian Sumber data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data Primer, yang meliputi: a. Data atau informasi yang diperoleh dari responden yang meliputi pengurus kelompok tani dan anggota kelompok tani b. Hasil observasi di lapangan.

46 30 2. Data Sekunder, yaitu data atau informasi yang diperoleh: a. Kantor Pemerintah yang menangani Prima Tani. b. Kantor Desa di lokasi Prima Tani. c. Petugas lapangan dan penyuluh dalam Prima Tani. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode (Arikunto, 1998). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner, sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden berkaitan dengan topik penelitian. 2. Interviu, dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari responden. 3. Observasi, kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah: 1. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder. 2. Wawancara tertutup dengan menggunakan kuesioner 3. Wawancara berstruktur (setengah terbuka), yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan secara mendalam kepada responden secara tatap muka dengan pedoman wawancara yang sebelumnya telah disediakan, diarahkan guna memperoleh data yang belum terungkap dengan kuesioner. 4. Survei dan observasi berstruktur, yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan dengan melihat secara langsung kenyataan yang ada di masyarakat Definisi Operasional Definisi operasional variabel adalah penjelasan pengertian mengenai beberapa variabel yang diukur. Variabel-variabel tersebut diukur dengan cara meminta pendapat dan respons dari para responden tentang beberapa hal yang berhubungan dengan variabel variabel tersebut. Pada penelitian ini, variabel variabel yang diukur terdiri atas (1) Variabel bebas berupa karakteristik individu

47 31 petani (2) Variabel terikat yaitu efektivitas komunikasi model usahatani terpadu sapi, padi dan ikan (3) Variabel antara yaitu komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan definisi operasional sebagai berikut: Karakteristik Individu Karakteristik individu adalah ciri ciri yang melekat pada seseorang yang meliputi: (a) Usia, yaitu umur responden pada waktu penelitian dilaksanakan yang diukur dalam satuan tahun dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat. (b) Pendidikan Formal, adalah tingkat pembelajaran tertinggi yang pernah dicapai responden, dikatagorikan dalam SD atau Madrasah Ibtidaiyah, SLTP atau Madrasah Tsanawiyah, SLTA atau Madrasah Aliyah, DIII atau Diploma, dan Sarjana. (c) Pendidikan non formal, adalah kegiatan pembelajaran di luar sekolah yang pernah diperoleh melalui kursus, pelatihan dan penataran dalam bidang pertanian, peternakan ataupun perikanan. (d) Pengalaman berusahatani, adalah lamanya (tahun) responden terlibat langsung dalam mengolah lahan, khususnya dalam usahatani, diukur dalam tahun kerja, mulai dari awal sampai saat wawancara dilakukan. (e) Motivasi adalah alasan yang mendorong petani untuk melakukan usahataninya, diukur berdasarkan hierarkhi kebutuhan petani dalam pengelolaan usahataninya. (f) Luas pemilikan lahan adalah luas lahan garapan yang dikelola oleh petani dalam usahataninya, dinyatakan dalam satuan Meter ( m 2 ). (g) Tingkat pendapatan, adalah penghasilan yang diperoleh petani dalam mengelola lahan usahataninya rata rata setiap bulan, dihitung selama sebulan terakhir. (h) Keanggotaan dalam kelompok tani adalah kedudukan responden dalam kelompok tani, pengalamannya dalam berkelompok.

48 32 Komunikasi Partisipatif Komunikasi partisipatif adalah komunikasi yang dilaksanakan antara penyuluh (Tim Prima Tani) dengan petani, dimana terjadi proses komunikasi dua arah dan dialogis sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sama terhadap program yang akan di diseminasikan dalam Prima Tani. (a) Penumbuhan ide, adalah kegiatan mensosialisasikan dan memperkenalkan Prima Tani kepada petani, untuk memperoleh masukan dan keinginan serta dukungan terhadap program Prima Tani yang akan dilaksanakan. (b) Perencanaan program, adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara Tim Prima Tani dengan Petani untuk mengidentisifikasi wilayah dan permasalahannya dalam usahatani padi, tanaman perkebunan, hortikultura/ sayuran, ternak dan ikan serta peluang dan solusinya dalam rangka menemukan model usahatani yang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani. (d) Pelaksanaan program yang dihasilkan, adalah komunikasi yang dilakukan antara Tim Prima Tani dengan petani dalam melaksanakan komponen teknologi inovatif model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang didiseminasikan dalam Prima Tani baik melalui pelatihan, model percontohan maupun pendampingan oleh penyuluh. (e) Penilaian terhadap pelaksanaan program yang dihasilkan, Kegiatan komunikasi yang dilakukan antara Tim Prima Tani dengan petani, dimana petani diberikan kebebasan untuk menilai model usahatani terpadu yang dilaksanakan. Definisi operasional tersebut dijabarkan menjadi indikator. Selanjutnya indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk parameter. Penilaian dilakukan dengan skala Likert dimana nilai-nilai pertanyaan mempunyai lima kemungkinan jawaban yaitu; - Sangat setuju dengan skor = 5 - Setuju skor = 4 - Ragu-ragu atau netral skor = 3 - Tidak setuju dengan skor = 2 - Sangat tidak setuju dengan skor = 1

49 33 Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan Peubah efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan adalah proses perubahan yang terjadi setelah melalui proses komunikasi partisipatif mulai dari penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan, penilaian terhadap pelaksanaan program. Perubahan yang terjadi mencakup perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan konatif (penerapan) terhadap model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dilokasi Prima Tani. Pengukuran efektivitas komunikasi dilakukan dengan tiga indikator sebagai berikut : a. Aspek kognitif, yaitu tingkat pengetahuan responden tentang teknologi inovatif berupa model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang didiseminasikan dalam Prima Tani. b. Aspek afektif, yaitu sikap dan pendapat responden terhadap teknologi inovatif model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang didiseminasikan dalam Prima Tani. c. Aspek konatif, yaitu penerapan teknologi inovatif model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan oleh responden. Penerapan diukur berdasarkan dilaksanakan atau tidak teknologi inovatif model usahatani terpadu dalam Prima Tani. Indikator tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk parameter. Untuk tingkat pengetahuan (kognitif) penilaian dilakukan dengan skoring skala guttman dimana nilai-nilai pertanyaan mempunyai tiga kemungkinan jawaban, dari ketiga jawaban tersebut hanya satu jawaban yang benar. Apabila jawaban yang diberikan benar maka skornya adalah 1 dan apabila jawaban yang diberikan salah maka skornya adalah 0. Sedangkan untuk aspek afektif dan konatif penilaian dilakukan dengan skala Likert dimana nilai-nilai pertanyaan mempunyai lima kemungkinan jawaban yaitu: - Sangat setuju dengan skor = 5 - Setuju skor = 4 - Ragu-ragu atau netral skor = 3 - Tidak setuju dengan skor = 2 - Sangat tidak setuju dengan skor = 1

50 34 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas Instrumen Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan suatu data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan adalah membangun suatu pengertian (Construct Validity) yang berkenaan dengan kesanggupan alat ukur untuk mengukur pengertian yang terkandung dalam materi yang diukur (Sudjana dan Ibrahim, 1989). Metode yang digunakan untuk menguji validitas instrumen ini adalah dengan menetapkan indikator suatu konsep dengan cara: 1. Menggunakan pemahaman dan logika berpikir atas dasar teori ilmiah. 2. Memperhatikan saran saran para ahli. 3. Menyesuaikan daftar pertanyaan sesuai dengan judul dan masalah penelitian. Reliabilitas Instrumen Menurut Arikunto (1998), reliabilitas menunjukkan keterpercayaan suatu alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Lebih lanjut dikatakan suatu instrumen dikatakan baik bila instrumen tersebut tidak akan bersifat tendensius yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Untuk mencapai reliabilitas alat ukur yang maksimal maka akan dilakukan penyempurnaan instrumen melalui pengujian terhadap 20 responden dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Riduan, 2004) sebagai berikut: r 11 k = 1 s s ( k 1) t i di mana: r 11 = Nilai Reliabilitas k = Jumlah item S i = Jumlah varian skors tiap tiap item S t = varian total Untuk melihat apakah instrumen yang digunakan reliabel atau tidak, maka nilai r 11 yang diperoleh dikonfirmasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikansi 0,05. Jika nilai r 11 tehitung lebih besar dari t tabel, maka instrumen

51 35 yang digunakan dinyatakan reliabel, jika sebaliknya maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Uji coba kuesioner dilakukan pada 20 petani responden yang tergabung dalam kelompok tani karya tani di Desa Jeruju Besar Kecamatan Sungai Kakap. Lokasi Desa ini bersebelahan dengan Desa Sungai Itik. Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa pada signifikansi α = 0,05 dengan jumlah responden 20 orang responden petani diperoleh koefisien reliabilitas untuk 7 peubah sebesar 0,631 apabila dibandingkan dengan r tabel (r tabel 0,05; 20 = 0,456). Berdasarkan ketentuan uji statistik, kuesioner sudah valid dan reliabel untuk digunakan. Hasil analisis reliabilitas kuesioner untuk masing masing peubah selengkapnya disajikan pada Lampiran 1. Analisis Data Berdasarkan pada tujuan penelitian, model teoritis yang dikembangkan dan hipotesis yang diajukan, maka untuk keperluan deskripsi penelitian dipergunakan interpretasi data dari masing masing variabel. Dengan demikian pada penelitian ini dilakukan beberapa analisis: 1. Hasil perhitungan skor untuk melihat sebaran pada masing-masing variabel. Interpretasi data dilakukan atas hasil perhitungan skor dengan menggunakan kriteria interpretasi skor sebagai berikut: a. Angka 0-1 = Sangat rendah b. Angka 1,1-2 = Rendah c. Angka 2,1-3 = Sedang d. Angka 3,1-4 = Tinggi e. Angka 4,1-5 = Sangat tinggi 2. Analisis tabulasi silang dipergunakan untuk melihat proporsi dari masing masing variabel kategori. 3. Untuk melihat hubungan antar variabel karakteristik individu yang meliputi data usia, pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman berusahatani, motivasi, tingkat pendapatan dan luas pemilikan lahan dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani serta variabel komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan variabel efektivitas

52 36 komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dianalisis dengan menggunakan Rank Spearman (Riduan, 2004) dengan rumus seperti berikut : r s = n n d 2 i i = 1 ( n 1 ) Keterangan : r s = Nilai korelasi 2 d i = Selisih antara peringkat n 2 = Pasangan data 4. Hubungan antara keanggotaan dalam kelompok tani dengan komunikasi partisipatif yang meliputi penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program dianalisis berdasarkan metode khi kuadrat (Riduwan, 2004) dengan rumus: χ 2 = Σ (fo fe) 2 fe Keterangan : χ 2 fo fe = Nilai Khi-kuadrat = Frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris) = Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

53 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian Kecamatan Sungai Kakap merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Pontianak yang mempunyai potensi pengembangan pertanian (termasuk perikanan) yang cukup besar. Kecamatan Sungai Kakap memiliki luas wilayah 564,2 km 2 (6,83% dari wilayah Kabupaten Pontianak) dan terdiri dari 12 desa. Kecamatan ini berada pada ketinggian 0-2 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu harian di Kecamatan Sungai Kakap berkisar antara o C, kelembaban nisbi persen dan curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir 2.679,5 mm dengan jumlah hari hujan 164 hari (Cabang Dinas Pertanian Sungai Kakap, 2003). Jenis tanah yang ada di Kecamatan Sungai Kakap adalah Histosol. Dari keseluruhan lahan yang ada hektar berpotensi sebagai lahan kering, hektar lahan pantai, hektar lahan pasang surut, hektar perairan umum dan hektar lahan tadah hujan. Luasan lahan yang baru dapat difungsikan mencapai hektar untuk lahan kering, hektar untuk lahan pantai, hektar lahan pasang surut hektar perairan umum dan hektar lahan tadah hujan (Cabang Dinas Pertanian Sungai Kakap, 2003). Penduduk Kecamatan Sungai Kakap berdasarkan hasil sensus tahun 2006 berjumlah jiwa ( KK), yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Kepadatan penduduk rata-rata di Kecamatan ini adalah 5,3 jiwa/km 2. Penduduk yang bertempat tinggal di Kecamatan Sungai Kakap terdiri dari berbagai etnis, seperti Melayu, Bugis, Jawa, Madura, Dayak, Bali, Sunda, Batak dan Cina. Sebagian besar penduduk merupakan usia produktif, yaitu jiwa dan jiwa rata-rata berada pada usia tidak produktif. Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sungai Kakap terdiri dari petani tanaman pangan jiwa, petani tanaman perkebunan jiwa, peternak jiwa, nelayan jiwa dan mata pencaharian lain berjumlah jiwa. Desa Sungai Itik merupakan salah satu dari 12 desa yang ada di Kecamatan Sungai Kakap. Desa ini merupakan desa pertama di Provinsi Kalimantan Barat yang ditetapkan sebagai lokasi pengembangan program Prima Tani. Luas Desa Sungai Itik sekitar 1800 hektar yang meliputi 3 dusun, yaitu dusun Mawar, dusun Melati dan dusun Cempaka. Desa ini memiliki topografi

54 38 datar dan merata pada ketiga dusunnya dengan ketinggian tempat 0 2 m dpl. Lahan di desa ini memiliki jenis tanah alluvial dan didominasi oleh lahan sulfat masam bersulfida dangkal dengan kedalaman pirit berkisar antara 45 hingga 50 cm yang belum teroksidasi serta memiliki kesuburan tanah rendah sampai sedang. Desa Sungai Itik mempunyai aksesibiltas yang cukup baik, berjarak sekitar 3 km dari Kecamatan Sungai Kakap dengan infrastruktur jalannya beraspal dan sebagian masih jalan tanah dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dari ibukota Kecamatan. Jarak dari Desa Sungai Itik ke kota Provinsi (Pontianak) sekitar 20 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Jarak dari Desa ke Kota Kabupaten (Mempawah) sekitar 90 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Untuk mencapai kota Pontianak dan kota Mempawah dari Kecamatan Sungai Kakap dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum (oplet dan bis), sedangkan untuk masuk ke Desa Sungai Itik tidak ada kendaraan umum, penduduk biasanya menggunakan sepeda motor, sepeda atau berjalan kaki. Penduduk Desa Sungai Itik berjumlah jiwa. Berdasarkan umur penduduk, golongan umur 1 10 tahun sebanyak 377 orang, tahun sebanyak 847 jiwa, tahun sebanyak jiwa, tahun sebanyak 902 jiwa, tahun sebanyak 769 jiwag tahun sebanyak 75 jiwa dan di atas 60 tahun sebanyak 50 jiwa. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, Penduduk Sungai Itik sebagaian besar tidak/belum sekolah yaitu sekitar 39,37 persen dari jumlah penduduk, tamat SD 19 persen, SLTP 26 persen, SLTA 15 persen serta Akademi (diploma) 1 persen. Dilihat dari jenjang tingkat pendidikan, diharapkan penduduk cukup mampu untuk menerima inovasi yang akan diberikan. Jika dilihat dari mata pencaharian, sebagian besar adalah petani yaitu sekitar orang atau 47,56 persen. Selain petani, ada juga pegawai, pedagang, tukang dan lain-lain. Desa Sungai Itik merupakan salah satu desa dengan lahan pasang surut yang potensial untuk pengembangan agribisnis pedesaan, karena memiliki kondisi lahan yang cukup baik dan lokasi strategis, maka memerlukan pengelolaan sumberdaya yang lebih baik. Sumber pengairan di desa ini dipengaruhi oleh gerakan pasang surut air laut dengan kategori tipe luapan sebagian besar merupakan tipe B artinya merupakan daerah yang hanya terluapi oleh pasang surutnya air laut pada saat pasang air cukup besar. Selain itu terdapat juga daerah

55 39 pasang tipe luapan A terutama sepanjang sungai itik yang dekat dengan wilayah ibukota Kecamatan. Masuknya air pasang ke lahan-lahan pertanian di wilayah ini selain dari Sungai Kakap juga dari berbagai saluran/parit yang telah di bangun. Desa Sungai Itik hanya berjarak sekitar 2 km dari sungai Kakap dan 6 km dari sungai Kapuas. Berdasarkan data Cabang Dinas Pertanian Sungai Kakap (2003), Desa Sungai Itik memiliki potensi lahan sawah seluas hektar, lahan kering hektar. Dari luas lahan pasang surut, lahan fungsional yang dapat digunakan adalah 950 hektar sedangkan lahan kering yang fungsional sebesar 975 hektar. Dari 950 hektar lahan sawah fungsional, telah dimanfaatkan seluruhnya untuk tanaman padi terutama pada musim rendengan. Pada musim kemarau dua tahun terakhir ini hampir seluruh lahan sawah yang ada telah dimanfaatkan untuk menanam padi. Sedangkan 975 hektar lahan kering fungsional, 829 hektar digunakan untuk kebun campuran (kelapa, pisang, pinang). Dari 829 hektar kebun campuran, 600 hektar di antaranya ditanami kelapa sedangkan sisanya tanaman perkebunan lain seperti pisang, pinang dan lain-lain. Lahan di dusun Mawar merupakan areal perkebunan kelapa, sedangkan dusun Melati dan Cempaka merupakan areal tanaman pangan. Dusun Cempaka mempunyai areal persawahan yang terluas dan merupakan penghasil beras yang utama bagi Desa Sungai Itik. Dusun Melati meskipun cukup banyak areal persawahannya, namun sebagian lahan di dusun ini ditanami kelapa. Berbeda dengan dua dusun lainnya, potensi lahan di dusun Mawar adalah kebun kelapa dan menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk di dusun ini. Deskripsi Prima Tani di Desa Sungai Itik Prima Tani merupakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan pembangunan pertanian, dalam bentuk laboratorium agribisnis. Prima Tani dilaksanakan selama 5 tahun mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, dengan mengambil lokasi di 14 Provinsi mencakup 21 Laboratorium Agribisnis. Pada tahun 2006 dan 2007, Prima Tani dimulai pula di provinsi-provinsi lain, sehingga di setiap provinsi akan ada kegiatan Prima Tani.

56 40 Prima Tani pada tahun anggaran difokuskan di 3 (tiga) agroekosistem yaitu: (1) agroekosistem lahan sawah, (2) agroekosistem lahan kering, dan (3) lahan rawa pasang surut. Salah satu wilayah di Indonesia yang dijadikan lokasi Prima Tani pada tahun 2005 adalah Propinsi Kalimantan Barat dengan lokasi di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. Desa Sungai Itik merupakan salah satu Desa dengan Sub Agroekosistem lahan rawa, dimana lahan ini mempunyai karakteristik berupa rawa yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, terletak di dataran pantai, dengan tanah gambut atau mineral atau campuran keduanya. Model usahatani yang dikembangkan di Desa Sungai Itik merupakan model renovasi/lanjutan dari model agribisnis yang ada, sehingga pada akhirnya mencerminkan revitalisasi inovasi yang ada pada sistem dan usaha agribisnis saat ini. Prinsip dasar yang dikembangkan dalam model ini adalah: (1) reinventing system dan usaha agribisnis yang ada melalui reformasi sistem, usaha, pelayanan publik dan kelembagaan; (2) renovasi dan revitalisasi teknologi dan kelembagaan. Rancangan model inovasi yang dibangun berpijak pada kondisi sistem dan usaha agribisnis yang ada. Sebelum masuknya Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap, Pemda Kalimantan Barat telah mengembangkan Program Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) sebagai platform pembangunan pertanian di Propinsi Kalimantan Barat. Salah satu wilayah yang dicanangkan adalah Kecamatan Sungai Kakap. Dengan pengembangan KUAT ini diharapkan dapat tumbuh dengan cepat suatu kawasan sentra agribisnis. Konsep pembangunan kawasan ini adalah keterpaduan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sementara itu Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian melalui BPTP Propinsi Kalimantan Barat mengembangkan program penelitian utamanya yaitu Prima Tani yang juga ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pertanian melalui percepatan adopsi inovasi pertanian. Oleh karena itu Prima Tani di Propinsi Kalimantan Barat diposisikan untuk mendukung program pengembangan KUAT, dimana kontribusinya difokuskan pada perumusan dan diseminasi inovasi pertanian yang sesuai dengan agroekosistem daerah atau target kawasan pengembangan.

57 41 Dengan konsep keterpaduan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan diharapkan pada tahun 2008 pendapatan petani dapat mencapai USD 1.000/kapita/tahun. Agar harapan tersebut dapat tercapai maka melalui kegiatan Prima Tani diimplementasikanlah berbagai komoditi dalam bentuk usahatani terpadu (tanaman, ternak dan ikan) dalam kawasan sentra agribisnis (pemasaran dan pengolahannya) serta kelembagaan pendukungnya di Desa Sungai Itik. Prima Tani mulai dilaksanakan di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak pada tahun Untuk memasyarakatkan Prima Tani dalam rangka penerapan teknologi tepat guna dan pemberdayaan kelembagaan kelompok tani untuk mendukung Program Pengembangan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT), maka dilakukan kegiatan sosialisasi, advokasi, dan sinkronisasi Prima Tani. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi, advokasi, dan sinkronisasi dilaksanakan mulai dari tingkat Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan Desa dengan melibatkan Dinas/Instansi terkait, antara lain yaitu Bappeda, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas Kehewanan dan Peternakan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kimpraswil, Perum Bulog, BPEK, Disperindag, KTNA dan Swasta. Di Tingkat Kecamatan melibatkan Muspika, Kantor Cabang Dinas Pertanian, Tokoh masyarakat, Ketua dan pengurus kelompok tani se-kecamatan Sungai Kakap. Sedangkan untuk tingkat desa melibatkan Kepala Desa dan Aparat Desa, tokoh masyarakat, Anggota kelompok tani Desa Sungai Itik. Sosialisasi dan advokasi kegiatan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap telah dilakukan beberapa kali baik di tingkat Kecamatan (Kantor Cabang Dinas Pertanian, dan Kantor Camat Kecamatan Sungai Kakap), pada Tokoh Masyarakat dan Ketua kelompok Tani /Nelayan, juga dilakukan sosialisasi dengan judul Urun Rembug untuk Mendukung Pengembangan Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Kakap Bangkit melalui Prima Tani di Gedung Serba Guna Kecamatan Sungai Kakap tanggal 31 Januari Dari urun rembug tersebut telah dibuat oleh tokoh masyarakat dan ketua kelompok tani se-kecamatan Sungai Kakap 18 (delapan belas) kesepakatan untuk mendukung program pengembangan KUAT

58 42 dan Prima Tani. Delapan belas kesepakatan tersebut (BPTP, 2005) adalah sebagai berikut: 1. Petani dan nelayan setuju dalam pengembangan kawasan usaha agribisnis terpadu dan bertekat untuk mensukseskan program KUAT dan Prima Tani. 2. Pemerintah Daerah, Dinas terkait, dan Swasta/Pengusaha bersedia memberikan pembinaan dan bimbingan kepada petani dan nelayan untuk berusahatani agar pendapatan petani dan nelayan meningkat. 3. Petani dan nelayan bersedia secara aktif dan partisipatif dengan dibantu dan didukung oleh Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam berusahatani yang baik seperti: Pengelolaan tata air mikro Pengunaan varietas unggul bermutu/berlabel, pemupukan berimbang, pemanfaatan/penggunaan Alsintan dalam pengolahan tanah, penyiangan, panen dan pasca panen. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu melalui SL-PHT dan kegiatan pelatihan lainnya. Beternak sapi, ayam, ikan, dan kambing yang baik. 4. Petani dan nelayan bersedia meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan mengikuti kursus, magang dan lain-lain. 5. Petani dan nelayan bersedia berkelompok dan secara partisipatif memajukan kelompoknya yang dibina oleh Dinas terkait, BPTP, dan KTNA. 6. Perlu peningkatan harga komoditas padi, kelapa, sayuran dengan perbaikan mutu dengan adanya standarisasi harga dan informasi melalui media massa yang cepat dan akurat. 7. Perbaikan sarana transportasi, pengerasan dan pengaspalan jalan 8. Perlu adanya kebijakan/keputusan tertulis dari Camat / Dinas terkait mengenai hak untuk menggarap lahan milik orang luar yang dianggap lahan tidur untuk digarap 2 (dua) kali setahun. 9. Perlu ada demplot untuk percontohan usahatani terpadu (padi, ternak sapi, ikan dan sayuran) yang mampu meningkatkan pendapatan petani. 10. Perlu dibangun kios pertanian untuk mendukung kegiatan usahatani 11. Perlu tambahan hasil sampingan seperti dari hasil penggilingan padi (dedak,

59 43 menir dll) dan ternak (pupuk organik). 12. Petani perlu modal untuk usahatani padi, kelapa, sayuran maupun ternak, sehingga perlu pembentukan kelompok usaha agribisnis dan klinik agribisnis. 13. Perlu jaminan harga dari pemerintah untuk komoditas pertanian melalui pengembangan kemitraan dengan swasta termasuk Perum Bulog. 14. Perlu peningkatan sumberdaya manusia dengan penyelenggaraan magang latihan dan sekolah lapang bagi petani dan petugas. 15. Untuk meningkatkan pendapatan petani nelayan hingga mencapai US$ 1000/KK/tahun secara bertahap, maka perlu percontohan (Demplot/Lab. Agribisnis) terpadu skala luas 100 Hektar yang dilaksanakan oleh petani secara partisipasi bersama sama dengan BPTP, petugas Dinas, swasta dan Instansi terkait lainnya. 16. Perlu teknologi penyimpanan dan pengemasan langsat sehingga harga langsat stabil, BPTP berperan dalam menyediakan teknologi tersebut. 17. Kemitraan dengan swasta dan Perusda perlu dilaksanakan agar petani mendapatkan jaminan harga komoditas pertanian. 18. Perlu pelatihan manajemen agribisnis bagi petani dengan memanfaatkan fasilitas klinik agribisnis yang akan dibangun di Sungai Kakap. Menindaklanjuti sosialisasi dan advokasi di tingkat Kecamatan tersebut, tahap selanjutnya dilakukan kegiatan sosialisasi di tigkat desa, yaitu di Desa Sungai Itik sebagai desa yang ditetapkan sebagai lokasi Prima Tani. Setelah dilakukan tahapan sosialisasi dan advokasi selanjutnya dilakukan kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal), merupakan teknik pengumpulan informasi dan pengenalan kebutuhan masyarakat, dimana dalam prosesnya akan melibatkan masyarakat secara langsung. Pelaksanaan PRA ditujukan untuk mengumpulkan dan menganalisis berbagai informasi yang dibutuhkan dalam rangka perancangan jenis-jenis inovasi yang akan dikembangkan (BPTP, 2006). Luas sawah di Desa Sungai Itik sekitar 950 hektar dan sebagaian besar mata pencaharian penduduk dari padi sawah dan kelapa. Berdasarkan hasil PRA tahun 2005, permasalahan yang dijumpai pada daerah yang berbasis padi adalah rendahnya produktivitas dan pendapatan petani karena belum optimalnya pemanfaatan lahan dan tenaga. Sedangkan untuk daerah yang berbasis kelapa

60 44 permasalahan yang dihadapi secara umum yaitu rendahnya produktivitas, harga jual kelapa dan produk olahannya (BPTP Kalbar, 2005). Peningkatkan produktivitas padi dilakukan dengan perbaikan budidaya dan pasca panen, sedangkan peningkatan pendapatan dilakukan dengan usahatani terpadu, dalam hal ini yang menguntungkan adalah padi, sapi dan ikan juga dengan pengolahan produk pertaniannya. Untuk meningkatkan produktivitas kelapa dilakukan dengan perbaikan teknik budidayanya dan pasca panen serta pengolahan sampingannya. Hingga saat penelitian ini dilakukan, usahatani yang dikembangkan dalam Prima Tani di Desa Sungai Itik adalah usahatani yang berbasis padi yang merupakan model usahatani lanjutan yang telah dilaksanakan pada tahun 2005, sedangkan usahatani yang berbasis kelapa masih dalam taraf identifikasi permasalahan dan kebutuhan teknologi. Model usahatani yang dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Model Usahatani Berbasis Padi Komoditas Perbaikan yang dilakukan Padi Sawah Cara tanam, penambahan bahan organik dan hara makro, pengaturan drainase (Tata Air Mikro-TAM), PHP Sapi Induk Bibit yang baik dan cukup umur, pemberian pakan (awal 2 ekor induk, akhir 10 hijauan dan jerami fermentasi dalam jumlah yang ekor induk) cukup (15% dari bobot badan hidup), kandang kelompok, sistem perkawinan yang tepat, pakan Ikan kolam (300 m2, 2 kali/th) dan karamba Sayuran Paskapanen Padi (Rice Milling Unit) Sumber : BPTP Kalbar, tambahan saat laktasi Jenis ikan sesuai (nila, lele), perbaikan kualitas tanah & air, pemberian pakan tambahan, padat tebar yang sesuai Budidaya Cabe rawit, tomat dan terong Persiapan bahan baku, pembuatan beras pecah kulit, pembuatan beras sosoh, poses produksi beras kristal, Proses pengemasan dan proses penyimpanan Berdasarkan hasil PRA 2005, kelembagaan yang sudah ada di Sungai Itik sudah cukup lengkap, seperti pemerintah desa, kelompok tani, poliklinik desa, mesjid, RMU (lembaga pengolahan hasil), dan pasar yang cukup berperan, sedangkan PPL (lembaga penyuluhan), UPJA (lembaga alsintan) dan Credit Union (lembaga permodalan) perlu ditingkatkan peranannya agar lebih bermanfaat bagi petani. Sedangkan untuk lembaga sarana produksi (kios saprodi)

61 45 berada diluar Desa Sungai Itik adalah 2 km dari Sungai Itik (BPTP Kalbar, 2005). Sedangkan Klinik Agribisnis pada saat penelitian telah dapat dibangun secara gotong-royong oleh petani dan telah digunakan untuk berbagai kegiatan pertemuan. Karakteristik Petani Petani yang terpilih menjadi sampel penelitian adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani. Karakteristik individu petani yang diamati meliputi: usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha tani, motivasi, tingkat pendapatan, luas pemilikan lahan dan keanggotaan dalam kelompok tani. Deskripsi mengenai karakteristik individu ini lebih jelas tercantum dalam Tabel 4. Petani yang mengikuti Prima Tani adalah petani dengan umur yang masih produktif dengan kisaran umur antara tahun. Usia produktif dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu produktif muda antara umur tahun dan produktif tua, antara tahun. Dengan usia yang masih produktif diharapkan petani dapat menyerap berbagai informasi dan inovasi sehingga teknologi inovatif yang didesiminasikan dalam Prima Tani dapat diterapkan dilahan usahataninya dan tujuan dikembangkannya model usahatani terpadu dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dapat tercapai. Tingkat pendidikan petani yang mengikuti Prima Tani relatif rendah (Tabel 4). Pendidikan petani 66 persen berpendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Sedangkan berpendidikan SMP/Madrasah Tsanawiyah berjumlah 22 persen dan SMA/Madrasah Aliyah berjumlah 10 persen. Rendahnya tingkat pendidikan petani hendaknya perlu dicermati oleh Tim pembina di lapangan agar proses komunikasi antara petani dengan penyuluh dan Tim Prima Tani dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga apa yang direncanakan dan dilaksanakan dalam Prima Tani dapat tercapai. Pembina di lapangan perlu memperhatikan kemampuan petani dalam menyerap berbagai materi pengetahuan yang disampaikan, disamping itu pembina di lapangan diharapkan dapat mengemas dan menyampaikan informasi secara sederhana dan menarik sehingga dapat dipahami dan dilaksanakan oleh petani.

62 46 Tabel 4 Karakteristik Individu Petani Usia ( tahun ) > 65 Pendidikan Tidak sekolah SD/ Madrasah Ibtidiyah SMP/ Madrasah Tsanawiyah SMA/ Madrasah Aliyah Pendidikan non formal/ Kursus kursus Tidak pernah 1kali 2 kali Lebih dari 3 kali Pengalaman berusaha tani > 40 Motivasi 0-1 1,1-2 2,1-3 Luas pemilikan lahan m m m m m m m m m m 2 Pendapatan perbulan (Rp) > Keanggotaan dalam kelompok tani Kedudukan dalam kelompok Ketua kelompok Sekretaris/ Bendahara Anggota Lama menjadi anggota kelompok > 20 Keterangan: Jumlah sampel (n) =100 Karakteristi Individu %

63 47 Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 77 persen petani tidak pernah mengikuti pelatihan/kursus apapun. Sedangkan 23 persen petani menyatakan pernah mengikuti pelatihan ataupun kursus, dengan rincian 13 petani hanya mengikuti pelatihan kursus sebanyak 1 kali, 5 orang petani pernah mengikuti kursus 2 kali dan 5 orang petani lebih dari 3 kali. Petani yang mengikuti kursus lebih dari 1 kali pada umumnya adalah pengurus kelompok. Dipilihnya pengurus kelompok untuk mengikuti kursus karena diharapkan mereka dapat menjadi motivator dan menyebarkan pengetahuan yang telah didapat melalui pelatihan/kursus kepada anggotanya. Penyelenggara pelatihan/ kursus adalah dari Dinas Instansi terkait baik dari Propinsi dan Kabupaten. Jenis pelatihan yang pernah diikuti responden dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis Pelatihan/ Kursus yang pernah diikuti Petani Jenis pelatihan/ Kursus Pembuatan pupuk/ bokasi Pembuatan pakan ternak/ Fermentasi Tata air mikro Peningkatan usahatani Alsintan/ Perbengkelan SLPHT Petani yang pernah mengikuti Penyelenggara BPTP Kalbar BPTP Kalbar dan Dinas Peternakan Dinas pertanian dan PU Distan dan BPTP Distan Prop, Distan Kab dan Disperindag prop Dinas pertanian prop,dinas Perkebunan Pemupukan tanaman/ penggunaan BWD Penggunaan Pestisida 2 3 Penyuluh, BPTP Swasta/ Perusahaan Petani yang pernah mengikuti pelatihan/kursus merupakan petani kooperator, karena diharapkan dapat menyebarluaskan informasi yang diterimanya kepada petani lainnya. Oleh karena itu perlu dikaji apakah petani yang pernah mengikuti pelatihan/kursus lebih banyak terlibat dalam proses komunikasi partisipatif atau tidak dan apakah tingkat pengetahuan, sikap dan perilakunya lebih baik dari petani yang tidak pernah mengikuti pelatihan/kursus. Perbandingan petani yang pernah mengikuti pelatihan/kursus dengan yang tidak pernah pelatihan/kursus berdasarkan strata dihubungkan dengan peubah lain dapat dilihat pada Tabel 6.

64 48 Tabel 6 Keadaan Petani yang pernah mengikuti Pelatihan/Kursus dengan Petani yang tidak pernah mengikuti Pelatihan/Kursus Petani yang pernah Petani yang tidak pernah Karakteristik petani Pelatihan/Kursus Pelatihan/Kursus Usia ( tahun ) > 65 Pendidikan Tidak sekolah SD/ Madrasah Ibtidiyah SMP/ Madrasah Tsanawiyah SMA/ Madrasah Aliyah Pengalaman berusaha tani > 40 Motivasi 0-1 1,1-2 2,1-3 Luas pemilikan lahan m m m m m m m m m m 2 Pendapatan sebulan (Rp) > Keanggotaan dalam kelompok tani Kedudukan dalam kelompok Ketua kelompok Sekretaris/ Bendahara Anggota Lama menjadi anggota kelompok > 20 Keterangan: Jumlah sampel (n) = 100 Berdasarkan dari sebaran data (Tabel 6) karakteristik petani yang pernah mengikuti pelatihan/kursus dan petani yang tidak pernah mengikuti pelatihan/kursus tidak ada perbedaan yang nyata antara keduanya. Hal ini didasarkan pada tujuan diberikannya pelatihan/ kursus, petani yang pernah kursus diharapkan selain dapat menerapkan materi yang diterimanya dari pelatihan/

65 49 kursus di lahan usahatani yang dikelolanya, juga diharapkan dapat menyebarluaskan informasi yang diterimanya kepada petani lain di lingkungannya. Petani yang mengikuti Prima Tani mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengikuti model usahatani terpadu yang dikembangkan dalam Prima Tani. Dengan mengacu pada hierarkhi kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, meliputi: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri, maka diperoleh gambaran tentang motivasi petani dalam mengikuti model usahatani yang dikembangkan dalam Prima Tani. Tabel 4 menunjukkan, bahwa hampir sebagian besar responden sangat tertarik (2,1-3) yaitu sebesar 72 persen dan tertarik (1,1-2) sebesar 27 persen untuk mengikuti Prima Tani, sedangkan 1 persen tidak tertarik. Ketertarikan petani karena Prima Tani merupakan hal yang baru dan petani berharap dengan adanya Prima Tani ini dapat meningkatkan pendapatannya. Luas lahan yang dimiliki oleh petani (Tabel 4) dalam melakukan kegiatan usahatannya bervariasi. Lahan terkecil yang dimiliki oleh petani adalah m 2 dan terluas adalah m 2. Sebagian besar petani dalam penelitian ini memiliki lahan berkisar antara m 2. Lahan yang ada pada umumnya digunakan untuk bercocok tanam padi. Sebagian besar petani di Desa Sungai Itik telah menerapkan pola dua kali tanam dalam satu tahun yaitu musim rendengan dan musim gadu. Pendapatan petani responden dalam satu bulan terakhir berkisar antara Rp ,-. Pendapatan terbesar petani responden dalam mengelola usahataninya terbesar berada pada kisaran Rp ,- perbulan dengan proporsi sebesar 40 persen. Perbedaan pendapatan diantara responden disebabkan karena perbedaan luas lahan usahatani yang dikelolanya, sehingga akan mempengaruhi penghasilan setiap petani. Tabel 4 menunjukkan bahwa petani responden adalah petani yang menjadi anggota kelompok tani sebanyak 80 persen, sedangkan proporsi untuk pengurus yang terdiri dari ketua dan sekretaris/bendahara kelompok tani masing-masing sebanyak 10 persen. Keanggotaan petani dalam kelompok tani terbesar pada

66 50 kisaran 1 5 tahun dengan proporsi sebanyak 47 persen. Sedangkan yang terlama adalah lebih dari 20 tahun menjadi anggota kelompok tani sebanyak 12 persen. Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani Prima Tani di Desa Sungai Itik dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan BPTP dan Dinas instansi terkait mulai dari tingkat Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan, dengan sasarannya adalah petani. Seluruh Dinas/Instansi dan Swasta diharapkan dapat turut serta berperan aktif dalam pelaksanaan Prima Tani di lokasi secara bersama-sama dengan petani sebagai sasaran program. Disamping itu Prima Tani yang dilaksanakan di Desa Sungai Itik ditujukan untuk memperoleh karakteristik teknologi tepat guna yang lokal spesifik. Oleh karena itu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan petani menjadi prioritas utama. Komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani antara Tim dari Prima Tani dengan petani dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan petani sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam merencanakan inovasi teknologi pertanian yang sesuai dengan karakteristik lokal spesifik dan petani penggunanya. Dengan demikian, terjadi suatu proses komunikasi yang bersifat sirkuler yaitu petani memberikan umpan balik kepada narasumber dalam hal ini Tim yang tergabung dalam Prima Tani, selanjutnya dibuatlah suatu kesepakatan sesuai dengan umpan balik yang disampaikan untuk dilaksanakan bersama-sama di lapangan antara Tim Prima Tani dengan petani. Tahapan yang perlu dilaksanakan dalam komunikasi partisipatif dalam Prima Tani adalah sebagai berikut: Penumbuhan Ide Penumbuhan ide merupakan suatu proses atau kegiatan dalam mensosialisasikan dan memperkenalkan Prima Tani kepada masyarakat tani, untuk memperoleh masukan dan keinginan serta dukungan petani terhadap Prima Tani. Sosialisasi ini selain bertujuan untuk mengenalkan Prima Tani yang dilaksanakan di desa juga untuk menumbuhkan ide apa sebenarnya yang di inginkan berkaitan dengan usahatani yang dijalaninya. Dalam sosialisasi ini selain menjelaskan tentang Prima Tani dan keikutsertaan petani sehingga petani paham

67 51 pentingnya Prima Tani, dari proses ini diharapkan akan timbul ide atau gagasan berkaitan dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan, serta dapat mengungkapkan berbagai permasalahan usahatani yang dijalaninya. Gambaran penumbuhan ide pada petani dalam rangka pelaksanaan Prima Tani dapat dilihat dari bagaimana respons dan keterlibatan petani dalam proses penumbuhan ide yang dilaksanakan di desa. Respons petani ini dapat dilihat dari bagaimana kehadiran petani dalam sosialisasi tentang Prima Tani, bagaimana upaya mereka dalam mendengarkan dan memahami penjelasan tentang Prima Tani, bagaimana proses komunikasi partisipatif berlangsung yang dapat dilihat dari respons petani pada saat diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan, bagaimana keterlibatan petani dalam turut memberikan usul, saran dan masukan sesuai dengan permasalahan dan keinginan petani serta dukungan petani dalam pelaksanaan Prima Tani. Keterlibatan petani berkaitan dengan penumbuhan ide dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Keterlibatan Petani dalam Penumbuhan Ide No P e r n y a t a a n Rata-rata skor 1. Menghadiri sosialisasi Prima Tani 3,79 2. Mendengarkan dan berusaha memahami penjelasan Prima Tani 3,77 3. Petani diberikan kesempatan bertanya 4,09 4. Turut memberikan masukan sesuai permasalahan dan keinginan petani 4,15 5. Mendukung pelaksanaan Prima Tani 4,39 Rata-rata 4,03 Keterangan: n = 100 Sosialisasi tentang Prima Tani ini untuk tahun 2006 telah dilaksanakan beberapa kali, baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat desa. Di tingkat kecamatan dihadiri oleh Tim pakar Prima Tani dari pusat serta Tim Prima Tani dari provinsi, kabupaten dan kecamatan, dalam kegiatan ini dihadiri pula oleh Kepala Desa dan Kepala Dusun serta Ketua kelompok tani yang ada di Desa Sungai Itik. Sosialisasi di Desa Sungai Itik dilaksanakan beberapa kali di tiga dusun yang ada di Desa Sungai Itik. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut dihadiri

68 52 oleh Peneliti, Penyuluh dari BPTP Kalbar, UPTD Kecamatan, PPL, Pengurus kelompok tani dan petani. Dalam sosialisasi ini tidak seluruh petani hadir, berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan penyuluh dari BPTP dan PPL memang pelaksanaan sosialisasi masih belum merata pelaksanaannya di tingkat petani. Dalam kegiatan sosialisasi, petani menyatakan mendengarkan dan berusaha memahami materi sosialisasi yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena Prima Tani merupakan program yang baru sehingga petani yang hadir perlu mendapat penjelasan tentang program tersebut, terutama berkaitan dengan pola usahatani yang dijalankannya selama ini. Dalam kesempatan ini pula petani diberikan kesempatan untuk bertanya dan respons petani untuk mengajukan pertanyaan sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa petani sangat antusias untuk mengetahui dan memahami tentang Prima Tani yang akan dilaksanakan diwilayah nya. Dengan pahamnya petani tentang Prima Tani ini, maka diharapkan akan tumbuh dan berkembang ide baru sehingga dapat memberikan masukan dalam mengembangkan model usahatani yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik lokal spesifik serta sesuai dengan keinginan dan kebutuhan petani. Petani menyatakan turut memberikan masukan kepada Tim Prima Tani menyangkut program yang akan dilaksanakan di desa tersebut. Hal Ini menunjukkan bahwa dalam tahapan komunikasi partisipatif keterlibatan petani cukup tinggi. Sedangkan dukungan petani terhadap pelaksanaan Prima Tani di desa juga sangat tinggi. Dengan dukungan yang tinggi diharapkan program Prima Tani dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan dan dapat mengembangkan ideide yang baru untuk mendukung Prima Tani. Tabel 7 menunjukkan bahwa keterlibatan petani dalam komunikasi partisipatif pada penumbuhan ide skor rata rata tinggi sebesar 4,03. Nilai ini mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi partisipatif pada penumbuhan ide keterlibatan petani sangat tinggi. Petani mendukung dan ikut terlibat aktif dalam tahapan proses penumbuhan ide. Perencanaan Program Perencanaan program merupakan kegiatan komunikasi partisipatif dalam Prima Tani untuk mengidentisifikasi suatu wilayah dan permasalahannya dalam

69 53 usahatani padi, tanaman perkebunan, hortikultura/sayuran, ternak dan ikan serta mengidentisifikasi peluang dan solusi dalam rangka menemukan model usahatani yang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani. Keterlibatan petani dalam perencanaan program yang akan dikembangkan di desa dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Keterlibatan Petani dalam Perencanaan Program No P e r n y a t a a n Rata-rata skor 1. Menghadiri pendataan, identifikasi wilayah dan masalah 3,63 usahatani 2. Memperhatikan pada saat dilakukan pendataan, identifikasi 3,58 wilayah dan masalah usahatani 3. Petani diberikan kesempatan bertanya 4,18 4. Turut mengajukan usul dan saran pada saat pendataan, 3,76 identifikasi wilayah dan masalah usahatani 5. Mendukung hasil pendataan dan identifikasi wilayah serta 4,26 rencana yang akan dikembangkan Rata-rata 3,88 Keterangan: n = 100 Perencanaan program dalam Prima Tani bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi peluang dan solusi dalam merumuskan model usahatani yang yang tepat sesuai keinginan dan karakteristik lokasi Prima Tani. Untuk mengetahui bagaimana gambaran perencanaan program dalam pelaksanaan Prima Tani, maka dapat dilihat bagaimana respons dan keterlibatan petani dalam proses perencanaan yang dilaksanakan di desa. Respons petani ini dapat dilihat dari bagaimana kehadiran mereka dalam menghadiri pendataan, identifikasi wilayah serta identifikasi masalah usahatani, bagaimana perhatian petani pada saat dilakukan pendataan, bagaimana proses komunikasi partisipatif berlangsung yang dapat dilihat dari respon petani pada saat diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan, bagaimana keterlibatan petani dalam turut memberikan usul, saran dan masukan sesuai dengan permasalahan dan keinginan petani serta bagaimana dukungan mereka terhadap hasil pendataan dan identifikasi wilayah serta rencana yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan Prima Tani. Sebelum merencanakan program atau teknologi inovatif apa yang akan dikembangkan pada lokasi Prima Tani (Desa Sungai Itik) maka terlebih dahulu dilakukan kegiatan pendataan terhadap petani. Salah satu teknik yang

70 54 dipergunakan untuk pengumpulan informasi dan pengenalan kebutuhan masyarakat yang melibatkan secara langsung dan aktif partisipasi masyarakat adalah melalui pemahaman secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal). Metode ini ditujukan untuk mengumpulkan dan menganalisis berbagai informasi yang dibutuhkan dalam rangka perancangan jenis jenis inovasi yang akan dikembangkan. Pemahaman pedesaan secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal) dilakukan secara intensif dan sistematis dengan melibatkan tim dari multi disiplin dan intersektor dimana anggota masyarakat/petani merupakan bagian dari pelaksanaan. Petani tidak diperlakukan sebagai obyek tetapi sebagai subyek. Seluruh komponen masyarakat berpartisipasi aktif dalam pengenalan potensi sumberdaya setempat, permasalahannya dan jenis inovasi yang dibutuhkan. Dalam kegiatan PRA yang dilaksanakan di Desa Sungai Itik dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain: menganalisis data sekunder potensi Desa Sungai Itik, melakukan diskusi kelompok untuk memperoleh informasi dari petani dan masyarakat setempat dari berbagai golongan, tokoh masyarakat, Dinas/Instansi terkait dan PPL, serta melakukan observasi lapang Desa Sungai Itik. Berdasarkan potensi, masalah serta peluang yang ada di Desa Sungai Itik, terdapat dua komoditas yang akan dikembangkan yaitu padi dan kelapa. Pada lokasi yang berbasis padi komoditas yang akan dikembangkan adalah padi, sapi, ikan dan sayuran serta dirumuskan pula inovasi teknologi dan kelembagaan yang akan dilaksanakan. Sedangkan untuk lokasi yang berbasis kelapa ada beberapa komoditas yang potensial untuk dikembangkan yaitu kelapa, pinang, pisang dan sayuran, ayam buras, itik dan ikan. Tetapi sampai saat dilakukan penelitian pada lokasi yang berbasis kelapa masih belum berjalan karena sampai saat ini masih dalam taraf identifikasi permasalahan dan kebutuhan inovasi. Berdasarkan Tabel 8, keterlibatan petani dalam proses perencanaan model usahatani terpadu adalah tinggi. Skor rata-rata keterlibatan petani dalam perencanaan program tinggi dengan rata-rata sebesar 3,88. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan di lapangan dengan penyuluh dan petugas lapangan lainnya dalam kegiatan perencanaan memang melibatkan hampir seluruh petani terutama pengurus kelompok tani dan orang yang dipandang mempunyai

71 55 pengaruh dan mampu di wilayah Desa Sungai Itik. Tetapi tidak semua petani hadir dalam kegiatan pendataan dan identifikasi, selain itu juga ada petani yang hadir dalam kegiatan tersebut tetapi mereka tidak aktif berpartisipasi dalam proses identifikasi dan perencanaan. Pelaksanaan Program yang Dihasilkan Pelaksanaan program yang dihasilkan merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam rangka melaksanakan teknologi inovatif yang telah direncanakan dalam Prima Tani yaitu berupa model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan. Pelaksanaan program yang dihasilkan bertujuan agar perencanaan yang telah dirumuskan berupa model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dapat dilaksanakan oleh petani. Untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan model usahatani terpadu dalam Prima Tani, dapat dilihat bagaimana respons dan keterlibatan petani dalam proses pelaksanaan teknologi inovatif model usahatani terpadu di desa. Respons dan keterlibatan petani ini dapat dilihat dari bagaimana kehadiran mereka dalam pelatihan model usahatani terpadu, kehadirannya dalam praktek model percontohan usahatani terpadu, kehadirannya bersama penyuluh dalam melaksanakan model usahatani terpadu, perhatian yang diberikan dalam pelatihan, model percontohan dan pendampingan dalam pelaksanaan model usahatani terpadu. Untuk mengetahui bagaimana keterlibatan petani dalam proses komunikasi partisipatif pelaksanaan model usahatani terpadu dapat dilihat dari respon petani pada saat diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan pada kegiatan pelatihan, model percontohan maupun pada saat pendampingan oleh penyuluh, bagaimana keterlibatan petani dalam memberikan usul, saran, masukan sesuai dengan permasalahan dan keinginan petani pada saat pelatihan, pelaksanaan model percontohan dan pendampingan serta bagaimana tanggapan petani terhadap apa yang menjadi keinginan mereka dalam pelaksanaan model usahatani terpadu di lahan usahataninya. Pernyataan petani berkaitan dengan keterlibatannya dalam pelaksanaan model usahatani terpadu dapat dilihat pada Tabel 9.

72 56 Tabel 9 Keterlibatan Petani dalam Pelaksanaan Model Usahatani Terpadu No P e r n y a t a a n Rata-rata 1. Menghadiri penyampaian pelatihan model usahatani terpadu 3,75 2. Menghadiri praktek model percontohan model usahatani 3,81 terpadu 3. Hadir bersama penyuluh melakukan kegiatan model usahatani 3,75 terpadu 4. Memperhatikan model usahatani yang disampaikan melalui 3,78 pelatihan, model percontohan maupun pendampingan oleh penyuluh 5. Petani diberikan kesempatan bertanya pada saat kegiatan 3,96 pelatihan, model percontohan dan pendampingan oleh penyuluh 6. Mengajukan pertanyaan pada saat pelatihan, model 3,73 percontohan dan pendampingan oleh penyuluh 7. Mengajukan usul dan saran pada saat pelatihan, model 3,87 percontohan dan pendampingan oleh penyuluh 8. Usul dan saran yang disampaikan oleh petani diterima dan 4,10 dijadikan bahan pertimbangan penyuluh Rata-rata 3,84 Keterangan: n = 100 Pelaksanaan model usahatani terpadu ini diawali dengan pertemuan sistem produksi yang dihadiri oleh petani di lokasi Prima Tani. Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari penyuluh dan petugas lapangan dari BPTP, kegiatan pertemuan sistem produksi untuk tahun 2006 telah dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada bulan Maret dan Mei Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mengenalkan kepada petani mengenai teknik budidaya tanaman yang baik agar mereka memahami dan selanjutnya menerapkan teknologi yang diberikan sesuai anjuran serta diharapkan dapat memperoleh umpan balik. Materi yang disampaikan dalam pertemuan sistem produksi tersebut antara lain teknologi sistem produksi berbasis padi (padi, sapi, ikan dan sayuran), meliputi materi: teknologi budidaya ikan dengan sistem kolam dan keramba, teknologi pakan dan pengkandangan pada sapi, teknologi budidaya sapi, teknologi budidaya padi di lahan pasang surut (PTT), teknologi pembuatan pupuk bokashi, teknologi pasca panen padi serta teknologi budidaya cabe rawit, tomat dan terong. Selain pertemuan sistem produksi juga dilakukan pelatihan/kursus terhadap petani, juga dilaksanakan model percontohan usahatani antara lain cara

73 57 tanam jajar legowo, pembuatan keramba tancap untuk pemeliharaan ikan serta sistem pengkandangan sapi yang baik. Model percontohan dipusatkan ditiap-tiap gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang ada di Sungai Itik. Model percontohan usahatani terpadu yang dilaksanakan berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, ternyata masih belum lengkap, belum ada percontohan petani yang melaksanakan kegiatan usahatani terpadu padi, sapi dan ikan secara lengkap. Petani hanya mengusahakan padi dan ikan atau padi dan sapi. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan selama penelitian di lokasi Prima Tani, penyuluh dan petugas dari BPTP dan petugas Dinas/Instansi terkait lainnya cukup aktif mengunjungi dan mendampingi serta melakukan pengawalan teknologi yang didiseminasikan kepada petani dalam setiap kegiatan usahatani yang dilaksanakan. Keterlibatan petani dalam komunikasi partisipatif pada pelaksanaan model usahatani terpadu adalah tinggi, hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata petani dalam pelaksanaan program dengan rata-rata sebesar 3,84. Tingginya keterlibatan petani dalam pelaksanaan model usahatani terpadu belum menjamin bahwa apa yang disampaikan oleh penyuluh dilaksanakan oleh petani, karena terdapat faktorfaktor lain yang mempengaruhi perilaku petani dalam menerapkan suatu teknologi maupun inovasi. Salah satunya adalah kemampuan baik modal maupun SDM yang ada pada petani serta motivasi dan keinginannya Penilaian terhadap Program yang Dihasilkan Penilaian program yang dihasilkan merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan antara Tim Prima Tani dengan petani, dimana petani diberikan kebebasan untuk menilai model usahatani terpadu yang dilaksanakan. Untuk mengetahui bagaimana gambaran penilaian terhadap model usahatani terpadu yang dihasilkan dalam Prima Tani maka dapat dilihat bagaimana respons dan keterlibatan petani dalam melakukan penilaian terhadap program yang dilaksanakan. Respon dan keterlibatan petani ini dapat dilihat dari keaktifannya dalam melakukan peninjauan lokasi pelaksanaan model usahatani terpadu, keaktifannya dalam mendampingi penyuluh melakukan pengamatan lahan usahatani, keaktifannya dalam mengamati dan menilai lahan yang dikelolanya

74 58 serta keaktifannya dalam memberikan informasi dan dukungan terhadap model usahatani terpadu yang dikembangkan. Pernyataan tentang keterlibatan petani dalam melakukan penilaian terhadap program yang diimplementasikan dalam Prima Tani dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Keterlibatan Petani dalam Penilaian Program yang Dilaksanakan No P e r n y a t a a n Rata-rata skor 1. Pernah melakukan peninjauan lokasi pelaksanaan Prima Tani 3,85 2. Mendampingi penyuluh melakukan pengamatan lahan 3,96 usahatani 3. Mengamati dan menilai lahan usahatani yang dikelola 3,70 4. Memberikan informasi pelaksanaan model usahatani terpadu kepada penyuluh 3,78 5. Mendukung model usahatani terpadu yang dikembangkan di 4,46 desa Rata-rata 3,95 Keterangan: n = 100 Keterlibatan petani dalam melakukan penilaian terhadap model usahatani yang dijalankan dilihat dari apakah mereka pernah melakukan peninjauan lokasi baik model usahatani terpadu yang dijalankannya maupun yang dilakukan petani lainnya di desa. Dengan melakukan peninjauan lokasi berarti mereka secara tidak langsung turut memberikan penilaian terhadap pelaksanaan model usaha tani yang dijalankan. Petani pada umunya pernah melakukan peninjauan lokasi pelaksanaan Prima Tani, hal ini disebabkan karena lokasi Prima Tani tidak jauh dari lingkungannya, sehingga memudahkan petani dalam melihat/meninjau model usahatani terpadu yang dilaksanakan di desa. Petani sebagian besar aktif mendampingi penyuluh melakukan pengamatan lahan usahatani yang dikelola. Hal ini disebabkan karena penyuluh baik yang dari BPTP maupun dari kecamatan memang sudah cukup akrab dan dikenal oleh petani, sehingga sering bertemu baik secara formal maupun informal. Petani juga melakukan penilaian dan pengamatan terhadap lahan usahatani yang dikelolanya. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh petani diinformasikan juga kepada penyuluh. Pernyataan ini

75 59 terbukti dari informasi yang disampaikan penyuluh bahwa petani baik secara formal maupun informal selalu melakukan komunikasi dengan penyuluh menyangkut usahatani yang dijalaninya maupun menyangkut masalah-masalah lainnya. Berdasarkan uraian di atas serta Tabel 10 maka dapat dikatakan bahwa keterlibatan petani dalam melakukan penilaian program yang dihasilkan tinggi. Hal ini terbukti dan dapat dilihat dari nilai skor rata-rata petani dalam penilaian program yang sangat tinggi dengan rata-rata sebesar 3,95. Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan Efektivitas komunikasi model usahatani terpadu adalah proses perubahan yang terjadi setelah melalui komunikasi partisipatif mulai dari penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program yang dihasilkan dan penilaiaan terhadap pelaksanaan program. Efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan Prima Tani yaitu dilaksanakannya komponen teknologi inovatif model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang didiseminasikan dalam Prima Tani. Beranjak dari pemikiran tersebut, dalam rangka melihat sampai sejauh mana efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani, maka perlu diketahui bagaimana dampak yang ditimbulkan, meliputi aspek kognitif yaitu pengetahuan petani tentang model usahatani terpadu, aspek afektif yaitu sikap petani terhadap model usahatani terpadu serta aspek konatif yaitu penerapan model usahatani terpadu oleh petani. Pengetahuan Petani dalam Model Usahatani Terpadu Pengetahuan petani adalah unsur pembentuk perilaku petani yang berhubungan dengan masalah yang diketahuinya dan berada pada kawasan kognitif. Materi pengetahuan mengenai model usahatani terpadu yang diteliti meliputi tingkat pengetahuan petani tentang materi inovasi yang didiseminasikan kepada petani yang meliputi pengetahuan tata air mikro, pemupukan yang benar, penerapan inovasi usahatani, PHT, perlakuan pasca panen, pemanfaatan jerami, peternakan dan perikanan.

76 60 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani tentang model usahatani terpadu, diukur dengan cara mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan kriteria tersebut di atas, untuk setiap pertanyaan diberikan tiga alternatif jawaban. Dari ketiga alternatif jawaban tersebut petani memilih salah satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar diberi nilai satu sedangkan jawaban salah diberi nilai nol. Tingkat pengetahuan petani dalam model usahatani terpadu dapat dilihat pada Tabel 11. Pengetahuan petani tentang tata air mikro cukup tinggi, petani pada umumnya mengetahui manfaat tata air mikro dan cara mengatasi keracunan kadar besi (Fe). Pengetahuan petani yang tinggi tentang tata air mikro disebabkan karena pada tahun 2005 di tingkat kelompok tani pernah dipraktekkan pembuatan tata air mikro, saat pertama kali program Prima Tani dilaksanakan tetapi hanya dilaksanakan pada kelompok binaan saja, belum merata ke seluruh kelompok tani. Pembuatan TAM dilaksanakan secara gotong-royong oleh petani. Disamping itu juga sebelum Prima Tani dilaksanakan di Desa Sungai Itik pernah dilaksanakan proyek pembuatan TAM, dimana petani melaksanakan sendiri pembuatan TAM di lahan usahataninya. Pengetahuan petani tentang pemupukan, khususnya efisiensi pemupukan juga cukup tinggi. Petani melakukan pemupukan sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh penyuluh. Sebagian besar petani mengetahui penggunaan bagan warna daun untuk melakukan pemupukan N dan mengetahui pula penggunaan pedoman status unsur hara tanah untuk melakukan pemupukan P dan K. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, praktek percontohan tentang penggunaan Bagan Warna Daun (BWD) pernah dilakukan dikelompok tani, tetapi belum merata pelaksanaannya. Pedoman Bagan Warna Daun belum merata dimiliki oleh kelompok tani. Sedangkan informasi tentang pedoman status unsur hara tanah diperoleh petani dari penyuluh. Pengetahuan tentang cara tanam yang didiseminasikan dalam Prima Tani tinggi dengan skor rata-rata 3,35. Petani sudah mengetahui cara tanam jajar legowo 4:1, cara tanam yang dianjurkan dalam model usahatani terpadu, sedangkan varietas padi unggul pada umumnya petani lebih memilih varitas padi ciherang pada musim Gadu. Pemilihan varitas padi ciherang ini sesuai dengan

77 61 keinginan petani sendiri karena menurut petani varietas padi ini cocok ditanam pada musim kemarau (Gadu ). Pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida hayati masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah karena pelatihan tentang PHT khususnya tentang penggunaan pestisida hayati belum merata di tingkat petani, belum semua petani memperoleh pelatihan tentang pemanfaatan pestisida hayati. Petani pada umumnya menggunakan obat-obatan kimia dalam melakukan pemberantasan hama tanaman. Pengetahuan petani tentang perlakuan pasca panen cukup tinggi, responden mengetahui saat yang tepat untuk melakukan panen padi yaitu pada saat malai padi telah berwarna kuning dan kadar air diperkirakan sekitar persen. Petani juga telah mengetahui perlakuan yang benar setelah pemanenan dan mengetahui pula perlakuan pengeringan padi yang benar. Hal ini disebabkan karena bertani merupakan pekerjaan pokok sehingga petani berpengalaman dalam pemanenan padi dan penanganan pasca panennya. Pengetahuan petani tentang pemanfaatan jerami sebagai salah satu jenis teknologi inovatif dalam model usahatani terpadu masih rendah. Petani belum mengetahui manfaat jerami melalui perlakuan fermentasi sebagai makanan ternak. Ketidaktahuan ini disebabkan pelatihan yang diberikan masih terbatas di tingkat petani. Pelatihan tentang pemanfaatan jerami dengan fermentasi pernah diberikan kepada petani pada tahun 2005 yaitu pada saat pertama kali Prima Tani dilaksanakan di Desa Sungai Itik. Pelatihan/kursus ini hanya diikuti oleh petani yang memelihara ternak khususnya sapi dengan jumlah yang terbatas. Pengetahuan petani tentang peternakan ternyata cukup tinggi walaupun ada petani tidak memelihara ternak (sapi). Pada umumnya petani mengetahui manfaat pengkandangan sapi, mengetahui perlakuan pengkandangan sapi yang benar, mengetahui pakan hijauan yang dapat diberikan kepada ternak dan mengetahui air minum sehat yang dapat diberikan pada sapi. Pengetahuan ini diperoleh petani melalui pergaulan dan interaksi dengan petani lainnya, khususnya mereka yang memelihara sapi. Disamping itu karena petani yang memelihara ternak tidak jauh dari lingkungannya sehingga petani yang tidak memelihara ternak dapat secara langsung melihat dan mengamati.

78 62 Tabel 11 Tingkat Pengetahuan Petani dalam Model Usahatani Terpadu No Materi Pengetahuan Rata-rata skor 1. Tata air mikro - Manfaat tata air mikro - Cara mengatasi keracun kadar besi (Fe) 2. Efisiensi pemupukan - Penggunaan BWD - Penggunaan pedoman status unsur hara tanah 3. Penerapan inovasi usaha tani - Penerapan cara tanam 4,05 4,05 3,7 4,6 3,35 4,3 - Varietas padi yang di tanam 4. PHT - Penerapan pestisida hayati 2,1 5. Pasca panen - Saat yang tepat untuk pemanenan - Perlakuan yang benar setelah pemanenan - Perlakuan pengeringan yang benar 3,15 4,65 4,75 6. Pemanfaatan jerami - Manfaat jerami dalam model usahatani terpadu 1,95 7. Peternakan - Perkandangan sapi - Manfaat pengkandangan sapi - Perlakuan pengkandangan sapi - Pakan hijauan yang diberikan kepada ternak - Persyaratan air minum yang sehat 8. Perikanan - Jenis ikan yang dianjurkan untuk dibudidayakan - Perlakuan dalam mempersiapkan pemeliharaan ikan di kolam / keramba - Jenis makanan yang tambahan dapat diberikan - Frekwensi pemberian pakan yang benar 4,1 3,95 4,00 4,9 4,3 4,9 4,65 3,55 3,05 Rata-rata 3,90 Keterangan: n = 100, Pengetahuan petani tentang perikanan cukup tinggi walaupun ada petani yang tidak memelihara ikan. Responden mengetahui jenis ikan yang dianjurkan untuk dipelihara dalam model usahatani terpadu, petani juga tahu mengenai perlakuan dalam mempersiapkan pemeliharaan ikan di kolam/keramba, petani juga mengetahui jenis pakan tambahan ikan yang dapat diberikan serta mengetahui frekwensi pemberian pakan yang benar. Seperti juga pengetahuan tentang peternakan, pengetahuan petani tentang perikanan diperoleh melalui pergaulan dan hubungan dengan petani lainnya, khususnya mereka yang memelihara ikan di kolam/keramba. Disamping itu karena petani yang

79 63 memelihara ternak tidak jauh dari lingkungannya maka petani yang tidak memelihara ternak dapat secara langsung melihat dan mengamati. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani terhadap komponen komponen teknologi inovatif model usahatani terpadu tinggi. Hal ini terbukti dan dapat dilihat dari skor rata-rata pengetahuan petani dalam model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang tinggi yaitu sebesar 3,90. Sikap terhadap Model Usahatani Terpadu Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada obyek tersebut. Dengan demikian sikap responden terhadap teknologi inovatif model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dalam Prima Tani adalah bagaimana perasaan mereka terhadap model usahatani terpadu dalam Prima Tani yang dilaksanakan di desa mereka. Perasaan ini dilihat dari reaksi petani berupa dukungan maupun tidak mendukung terhadap model usahatani terpadu. Sikap petani sebagai pelaksana Prima Tani sangat menentukan keberhasilan model usahatani terpadu yang dikembangkan di Desa Sungai Itik. Sikap positif sangat diperlukan dalam semua program pembangunan, karena pelaksanaan program pembangunan keberhasilannya sangat didukung oleh sikap yang positif, dalam arti sikap yang mendukung pelaksanaan program yang dijalankan. Jika petani bersikap positif, maka petani juga cenderung akan berbuat positif, begitu juga sebaliknya bila sikapnya negatif dan tidak mendukung maka petani akan cenderung berbuat negatif dan pada akhirnya akan menghambat keberhasilan suatu program pembangunan. Untuk mengetahui bagaimana sikap responden terhadap model usahatani terpadu yang didiseminasikan dalam Prima Tani maka diajukan pertanyaan menyangkut inovasi teknologi yang dilaksanakan dalam Prima Tani. Untuk mengetahui sikap responden ini diajukan dua model pertanyaan, yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Sikap petani dalam Model Usahatani Terpadu dapat dilihat pada Tabel 12.

80 64 Tabel 12 Sikap petani terhadap Model Usahatani Terpadu No Sikap terhadap model usahatani terpadu Rata-rata skor 1 Tata air mikro dapat mengurangi keracunan di lahan pasang surut 4,18 2. Saluran kemalir/cacing digunakan untuk mengatasi keracunan Fe 4,17 3. Penggunaan bagan warna daun untuk melakukan pemupukan N 3,79 4. Penggunaan peta status unsur hara tanah untuk pemupukan P dan K 4,04 5. Varitas padi ciherang cocok dilahan pasang surut 4,09 6. Cara tanam legowo 4:1 dapat meningkatkan populasi tanaman padi 3,37 7. Bahan yang ada di sekitar lahan usahatani tidak dapat digunakan untuk memberantas hama tanaman 2,07 8. Pemanenan padi yang tepat pada saat padi berwarna kuning 3,83 9. Untuk memperoleh kualitas padi yang baik pemanenan tidak perlu 3,06 dilakukan sampai kadar air gabah diperkirakan % 10. Padi harus segera dirontok untuk memperoleh kualitas beras yang 4,24 baik 11. Jerami tidak dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak 2, Agar sapi sehat dan terlindung, sapi tidak perlu dikandangkan 1, Kotoran sapi dimanfaatkan sebagai pupuk organik 4, Alas kandang menggunakan bahan yang dapat menyerap air 3, Pakan hijauan tidak perlu diberikan kepada ternak 4, Air bersih dan tidak berbau adalah air yang sehat untuk sapi 4, Ikan nila merah dan lele tidak tepat dilahan pasang surut 2, Pengendalian ikan predator dan hama pengganggu serta pengapuran 1,97 dan pemupukan tidak perlu dilakukan dalam memelihara ikan di kolam/keramba 19. Ikan di kolam/ keramba, tidak perlu diberikan makanan tambahan 2, Pemberian pakan tambahan diberikan 2 kali sehari pagi dan sore 3,74 Rata-rata 3,36 Keterangan : n = 100 Sikap petani terhadap pelaksanaan tata air mikro sangat positif. Petani sangat setuju bahwa pengairan tata air mikro dapat mengurangi kadar keracunan tanaman di lahan pasang surut. Tetapi masih ada juga petani yang kurang mendukung karena menurut mereka walaupun telah dilaksanakan tata air mikro ternyata masih ada lahan petani yang tidak subur akibat keracunan Fe maupun terkena dampak air asin. Sedangkan sikap petani yang setuju dengan teknologi bahwa saluran cacing dapat mengatasi keracunan Fe juga sangat tinggi, menurut mereka teknologi saluran cacing dapat mengatasi permasalahan keracunan Fe pada tanaman padi. Sikap petani dalam menerapkan saat pemupukan yang benar berupa penggunaan BWD untuk melakukan pemupukan N tinggi walaupun kenyataannya masih banyak petani yang belum menggunakan pedoman BWD dalam melakukan pemupukan. Salah satu penyebabnya adalah Bagan Warna Daun jumlahnya masih

81 65 sangat terbatas dan hanya beberapa kelompok tani yang memiliki BWD tersebut. Sedangkan sikap petani yang mendukung pemupukan P dan K menggunakan peta status unsur hara tanah sangat tinggi. Informasi tentang peta status unsur hara tanah diperoleh petani dari penyuluh. Sikap petani terhadap penerapan inovasi usahatani khususnya penggunaan bibit unggul tanaman padi sangat tinggi. Petani sangat mendukung varitas padi unggul (ciherang) ditanam dilahan mereka karena sesuai dengan kondisi lahan yang digarap, walaupun masih ada petani yang menyatakan ragu-ragu atau tidak setuju terhadap penggunaan bibit unggul dalam bercocok tanam padi karena mereka sudah terbiasa menanam jenis padi lokal dan menurut mereka beras padi ciherang kalau dimasak kurang pas dengan selera mereka selama ini. Sedangkan sikap petani terhadap cara tanam legowo 4:1 tinggi. Walaupun secara ekonomi menurut petani hasilnya sama saja dengan cara tanam biasa/lalean. Oleh karena itu cara tanam legowo ini masih belum merata dilaksanakan oleh petani, hanya sebagian petani yang menerapkan cara tanam legowo 4:1. Pengukuran sikap petani tentang pemanfaatan bahan yang ada di sekitar lokasi pertanian untuk pemberantasan hama diukur dengan menggunakan pertanyaan negatif. Sikap petani dalam hal ini sedang-sedang saja, dalam arti petani tidak menolak dan juga kurang begitu mendukung pemanfaatan pestisida hayati untuk pemberantasan hama tanaman. Faktor penyebabnya antara lain karena petani sudah terbiasa melakukan pemberantasan hama dengan bahan kimia (pestisida dan sejenisnya), selain itu juga karena pelatihan tentang pestisida hayati ini masih belum merata di kalangan petani. Petani dalam menentukan saat yang tepat melakukan pemanenan padi sudah sesuai dengan apa yang dianjurkan. Pemanenan padi sudah dilakukan pada saat malai padi menguning, karena menurut petani hal itu sudah biasa dilaksanakan. Sedangkan sikap petani menyangkut upaya memperoleh kualitas beras yang baik dengan cara padi harus segera dirontok setelah pemanenan sangat tinggi. Ini artinya petani sudah mengetahui bahwa untuk memperoleh kualitas beras yang baik maka padi tidak boleh disimpan setelah pemanenan, tetapi harus dirontokkan terlebih dahulu, kemudian melalui proses pengeringan dan terakhir adalah penyimpanan. Pernyataan sikap petani tentang persyaratan kadar air yang

82 66 harus dipatuhi untuk melakukan pemanenan agar diperoleh kualitas beras yang baik dinyatakan dalam pertanyaan negatif. Petani menyatakan mendukung pemanenan padi dengan kadar air yang dianjurkan dengan skor rata-rata sebesar 3,06. Skor ini walaupun tinggi, tapi mengindikasikan bahwa banyak petani yang belum yakin mengenai persyaratan kadar air padi karena menurut mereka ini hanyalah perkiraan saja. Petani belum memahami secara jelas tentang cara pengukuran kadar air pada bulir padi. Untuk itu perlu terus disosialisasikan tentang kadar air yang tepat untuk melakukan pemanenan padi. Untuk mengetahui sikap petani tentang pemanfaatan jerami untuk pakan ternak diajukan dengan menggunakan pertanyaan negatif. Sikap petani mendukung dengan skor rata-rata sebesar 2,41 bahwa jerami tidak dapat digunakan sebagai pakan ternak. Hal ini menunjukkan sikap petani masih sedang saja, petani banyak yang belum dapat menerima bahwa dengan melakukan fermentasi, jerami dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Beberapa petani ada juga yang pernah mendengar informasi tentang pemanfaatan jerami untuk pakan ternak tetapi belum pernah melihat secara langsung. Untuk itu fermentasi jerami masih perlu terus disosialisasikan kepada petani, khususnya mereka yang memelihara ternak. Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dalam model usahatani terpadu juga dikembangkan usaha peternakan, yaitu selain menanam padi petani juga memelihara ternak. Ternak yang dipelihara oleh petani biasanya tidak dikandangkan dengan baik, ternak dilepas untuk mencari makanan/rumput di sekitar rumah dan lokasi pertanian mereka. Melalui penyuluhan, pelatihan maupun model percontohan dianjurkan supaya sapi dikandangkan dan diberi alas yang menyerap air agar kotorannya dapat dikumpulkan dan digunakan sebagai pupuk. Sapi juga harus diberikan pakan hijauan serta diberi air minum yang bersih dan sehat. Untuk mengetahui sikap terhadap pengetahuan ini diajukan kepada respoden pertanyaan positif dan negatif. Pertanyaan tentang pengkandangan sapi diajukan pertanyaan negatif. Sikap petani tentang pengkandangan sapi supaya sehat rendah dengan nilai rata-rata sebesar 1,81. Nilai ini mengindikasikan bahwa sebagian petani masih belum mendukung dalam mengkandangkan sapi yang dipeliharanya. Mereka lebih senang memelihara sapi dengan tidak dikandangkan

83 67 karena tidak perlu repot merawatnya dan memberikan pakan tambahan untuk sapi, selain itu juga banyak petani yang belum pernah memelihara ternak sapi. Sikap petani dalam hal pemanfaatan kotoran sapi untuk dipergunakan sebagai pupuk sangat tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 4,24. Petani telah mengetahui manfaat kotoran sapi untuk dipergunakan sebagai pupuk bagi tanaman. Pengetahuan ini adalah bukan sesuatu hal yang baru bagi petani, karena mereka juga telah biasa melakukannya. Petani mengetahui bahwa kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, untuk itu kotoran sapi tersebut harus dikumpulkan terlebih dahulu. Petani setuju bahwa alas kandang harus menggunakan bahan yang menyerap air, agar sapi tetap sehat dan memudahkan dalam membersihkan kandang. Selain itu juga memudahkan untuk pengolahan menjadi pupuk kandang. Petani ada juga yang berpendapat bahwa penggunaan alas kandang tidak mutlak harus dilakukan tetapi alas kandang cukup dibuat datar dengan kemiringan tertentu sehingga mudah untuk mengumpulkan kotoran sapi dan membersihkannya. Sikap tentang pemberian pakan hijauan untuk sapi diajukan pertanyaan negatif. Petani yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan ini sangat tinggi, skor rata-rata sebesar 4,03. Nilai ini mengindikasikan bahwa petani mendukung penggunaan pakan hijauan untuk ternak yang mereka pelihara. Hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat selama ini bahwa ternak yang dipelihara selalu diberi pakan hijauan yang diperoleh dari lingkungan sekitar mereka. Sedangkan pertanyaan mengenai pemberian air minum yang sehat diajukan pertanyaan positif. Petani yang menyetujui pernyataan ini tinggi karena hal memang sudah dilaksanakan selama ini. Dalam model usahatani terpadu juga dikembangkan usaha pemeliharaan ikan. Beberapa inovasi yang dikembangkan dalam pemeliharaan ikan diantaranya adalah jenis ikan yang dipelihara disesuaikan dengan karakteristik lokasi, perlakuan yang diberikan sebelum memasukkan bibit ikan di kolam/keramba adalah dengan melakukan pengendalian ikan predator dan hama pengganggu serta pengapuran dan pemupukan serta pemberian pakan yang tepat. Ada dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan negatif yang diajukan untuk mengetahui sikap responden dalam pemeliharaan ikan. Untuk jenis ikan yang sesuai dengan

84 68 karakteristik lokasi diajukan pertanyaan negatif. Sikap petani tentang ikan yang cocok dipelihara di lahan pasang surut sedang, dengan skor rata-rata sebesar 2,42. Ini mengindikasikan bahwa ada petani yang setuju dan tidak setuju bahwa ikan nila merah ataupun lele cocok dipelihara di tempat mereka.. Petani yang mengetahui informasi tentang ikan yang dianjurkan untuk dipelihara di lahan pasang surut, karena dijadikan sebagai model percontohan pengembangan ikan dalam keramba tancap, pernah mengikuti pelatihan dan pada umumnya tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi percontohan keramba tancap tersebut. Sikap dalam pengendalian ikan predator dengan cara perlakuan khusus pada kolam skor rata-ratanya rendah sebesar 1,97. Ini mengindikasikan bahwa sikap petani masih belum mendukung dalam perlakuan pengendalian ikan predator, hal ini disebabkan umumnya petani belum pernah memelihara ikan dalam keramba. Untuk jenis pakan tambahan yang sesuai untuk ikan diperoleh skor sedang, rata-rata sebesar 2,18. Hal ini disebabkan karena mereka belum menerima sosialisasi, baik melalui penyuluhan maupun pelatihan teknologi pemeliharaan ikan dalam keramba/kolam. Pelatihan yang pernah diberikan diikuti oleh peserta dengan jumlah yang masih sangat terbatas. Peserta yang pernah mengikuti pelatihan hanya petani yang dijadikan percontohan pemeliharaan ikan dalam keramba/kolam serta mereka yang berminat dalam menambah pendapatannya melalui usaha keramba/kolam ikan. Sedangkan sikap petani untuk memberikan pakan tambahan pada ikan secara terjadwal tinggi dengan skori ratarata sebesar 3,74. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir semua petani sudah mengetahui bahwa dalam memelihara hewan, pakan tambahan perlu diberikan agar pertumbuhannya cepat dan dapat menghasilkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas serta Tabel 12, maka dapat disimpulkan bahwa sikap petani dalam model usahatani terpadu tinggi. Hal ini terbukti dan dapat dilihat dari skor rata-rata sikap petani dalam model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang tinggi sebesar 3,36. Penerapan Model Usahatani Terpadu Penerapan model usahatani terpadu adalah dilaksanakannya model usahatani terpadu yang dikembangkan dalam Prima Tani di Desa Sungai Itik oleh petani. Penerapan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dalam Prima Tani

85 69 merupakan indikator bahwa komunikasi yang dilakukan dalam Prima Tani di Desa Sungai Itik efektip. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model usahatani terpadu oleh petani di lokasi Prima Tani, maka diajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan beberapa inovasi yang dikembangkan dalam model usahatani terpadu di Desa Sungai Itik. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini (Tabel 13) menunjukkan bahwa tingkat penerapan petani terhadap inovasi yang dikembangkan dalam model usahatani terpadu untuk meningkatkan pendapatan petani masih belum seluruhnya dapat dilaksanakan. Tabel 13 Penerapan Model Usahatani Terpadu No Perubahan tindakan yang di lakukan Rata-rata skor 1 Menerapkan tata air mikro 2,69 2. Membuat saluran kemalir/ cacing untuk mengatasi keracunan Fe 2,75 3. Melakukan pemupukan N meng gunakan BWD 3,03 4. Menerapkan cara tanam legowo 4:1 2,14 5. Melakukan pemupukan P dan K berdasarkan peta status unsur hara 2,91 tanah 6. Menanam varitas padi unggul sesuai anjuran 3,80 7. Memanfaatkan pestisida hayati dalam penanggulangan hama 2,44 8. Melakukan pemanenan pada saat malai padi berwarna kuning 4,11 9. Melakukan pemanenan pada saat kadar air gabah diperkirakan 3, % 10. Menggunakan peralatan pemanenan yang tepat 3, Merontok padi segera setelah pemanenan 4, Melakukan fermentasi jerami untuk pakan ternak 2, Memelihara sapi dan dikandangkan 2, Menggunakan alas kandang dengan bahan yang menyerap air 2, Kotoran sapi dipergunakan untuk melakukan pemupukan 2, Memberi pakan hijauan pada sapi 2, Memberi air minum sapi dengan air bersih dan tidak berbau 2, Membudidayakan ikan di kolam/ keramba 2, Melakukan pembersihan, pengapuran dan pemupukan kolam 2, Selalu memberi pakan tambahan pada ikan peliharaan 2,68 Rata-rata 2,88 Keterangan: n = 100 Permasalahan utama di lahan pasang surut adalah keracunan Fe dan H 2 S bila drainase jelek, keracunan AI dan keasaman bila lahan kekeringan serta cekaman air asin pada musim kemarau. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibuatlah tata air mikro, dengan membuat parit keliling sebagai saluran pembuangan dan yang sangat penting adalah membuat saluran kemalir/cacing untuk megatasi keracunan besi (Fe) pada tanaman. Tingkat penerapan tata air

86 70 mikro oleh petani digolongkan sedang. Nilai ini mengindikasikan bahwa petani masih belum semuanya menerapkan tata air mikro dalam pengelolaan lahan pertaniannya. Berdasarkan pengamatan dilapangan, ternyata memang sebagian besar petani tidak melaksanakan tata air mikro untuk mengelola lahan usahataninya. Hal ini disebabkan karena kondisi saluran atau drainase primer dan sekunder sebagian besar tidak berfungsi dan memerlukan perbaikan. Tata air mikro dilahan usahatani petani sebagian besar kurang diperhatikan. Akibatnya petani selama ini dalam menanam padi mengandalkan tadah hujan. Sedangkan petani yang menerapkan tata air mikro, saluran atau drainase dengan baik dan berfungsi dengan lancar maka pengeloaan usahataninya dapat dilakukan selama 2 kali setahun yaitu musim gadu dan rendengan dengan penurunan keracunan Fe. Dalam mengatasi keracunan besi, petani dianjurkan untuk membuat saluran kemalir/cacing dilahan pertaniannya. Tingkat penerapan pembuatan saluran cacing digolongkan sedang. Ini mengindikasikan bahwa teknologi saluran cacing belum merata dilaksanakan oleh petani. Salah satu faktor penyebabnya karena ketidaktahuan mereka tentang manfaat saluran cacing, selain itu juga ada petani yang tahu tetapi mereka enggan/malas untuk membuat saluran cacing tersebut karena menurut beberapa petani setelah melakukan pengolahan lahan mereka biasanya harus segera melakukan penanaman untuk mengejar waktu tanam sehingga tidak sempat untuk membuat saluran cacing. Lahan pertanian pasang surut pada umumnya mempunyai kondisi tanah yang sangat masam, hal ini membuat sebagian unsur hara makro dan mikro kurang tersedia bagi tanaman. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu dilakukan pemupukan secara berimbang dimana jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Inovasi yang dianjurkan kepada petani adalah dengan meningkatkan efisiensi pemupukan yang didasarkan pada hasil analisis tanah, dimana pemupukan N dilakukan dengan menggunakan pedoman Bagan Warna Daun (BWD) sesuai anjuran dari IRRI, Sedangkan pupuk P dan K didasarkan pada pedoman status hara P dan K di Desa Sungai Itik. Penerapan penggunaan BWD dikalangan petani digolongkan sedang. Ini mengindikasikan bahwa teknologi BWD masih belum merata dilaksanakan ditingkat petani. Salah satu penyebab belum meratanya penggunaan BWD ini karena alat BWD ini

87 71 jumlahnya sangat terbatas, berdasarkan penjelasan yang penulis peroleh dari penyuluh dan Tim Prima Tani di Desa Sungai Itik bahwa BWD sampai saat ini jumlahnya masih terbatas dan hanya dimiliki oleh 3 kelompok tani, dan alat BWD itu sendiri dipegang oleh ketua kelompok. Sedangkan penerapan penggunaan peta status unsur hara tanah untuk melakukan pemupukan P dan K dikatagorikan sedang. Hal Ini mengindikasikan bahwa pengetahuan masih belum merata dan banyak petani belum menerapkan pemupukan seperti yang dianjurkan. Salah satu faktor penyebab adalah petani belum terbiasa melakukan pemupukan seperti yang dianjurkan oleh Penyuluh maupun Tim Prima Tani selain itu juga menurut petani perlakuan pemupukan seperti itu belum dapat mereka laksanakan karena keterbatasan modal yang dimiliki. Sehingga petani banyak yang melakukan pemupukan tidak sesuai dengan anjuran penyuluh. Untuk meningkatkan populasi tanaman padi yang ditanam petani, oleh Tim Prima Tani dan penyuluh telah didiseminasikan dengan cara tanam jajar legowo 4:1. Cara tanam jajar legowo 4:1 ini merupakan salah satu komponen dalam PTT. Penerapan cara tanam jajar legowo 4:1 dikatagorikan sedang. Ini mengindikasikan banyak petani yang belum menerapkan cara tanam seperti yang dianjurkan. Teknologi ini masih belum dapat diterima oleh petani. Penerapan teknologi legowo menurut petani masih cukup sulit, hal ini disebabkan kebiasaan petani menanam padi dengan cara lalean, dimana luas 0,5 hektar harus diselesaikan dalam setengah hari dengan 20 orang penanam, sedangkan kalau menggunakan cara tanam legowo luas 0,5 hektar bisa membutuhkan waktu menyelesaikan tanam yang relatif lama yaitu hampir mencapai 2 hari. Kondisi ini berdampak penambahan biaya tanam oleh petani walaupun ada peningkatan populasi tanaman. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan petani ternyata tidak ada peningkatan yang signifikan apabila menerapkan cara tanam legowo, hasilnya sama saja dengan cara tanam lalean/ biasa. Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman padi, petani telah dianjurkan menanam varitas padi unggul. Varitas padi unggul yang ditanam petani dilokasi Prima Tani adalah Ciherang, Musi, Batanghari maupun IR 64. Pada musim gadu/ kering 2007 petani sebagian besar menanam jenis padi ciherang, hal ini disebabkan selain karena ciherang merupakan varitas padi unggul juga petani

88 72 mendapat bantuan benih padi dari pemerintah sehingga ada keseragaman varitas padi yang ditanam petani. Penerapan untuk menanam jenis padi unggul dikatagorikan tinggi. Ini mengindikasikan bahwa petani menggunakan bibit unggul yang dianjurkan dalam menanam padi. Berdasarkan informasi dari penyuluh petani memang mengharapkan agar setiap musim tanam dapat menggunakan bibit unggul agar hasil pertaniannya dapat meningkat. Untuk menanggulangi hama dilokasi pertanian, beberapa kelompok tani dan hamparan juga telah diberikan pelatihan pemberantasan hama pestisida hayati dengan memanfaatkan bahan bahan setempat. Petani yang memanfaatkan pestisida hayati untuk penanggulangan hama dikatagorikan sedang. Ini mengindikasikan bahwa penggunaan pestisida hayati belum semua petani melaksanakannya. Hanya beberapa petani yang memanfaatkan pestisida hayati dilahan pertaniannya, ini disebabkan karena mereka telah mendapatkan pelatihan pestisida hayati. Sedangkan petani yang belum memanfaatkan penggunaan pestisida hayati di lahan pertaniannya disebabkan selain mereka belum mendapatkan pelatihan tentang pestisida hayati juga menurut petani penggunaan pestisida hayati tidak praktis dan membutuhkan waktu yang lama. Petani lebih senang memberantas hama tanaman dengan menggunakan pestisida yang telah tersedia dipasaran. Pada saat melakukan pemanenan padi, sebagaian besar petani telah mengetahui dan melaksanakan saat yang tepat untuk melaksanakan panen yaitu malai padi telah menguning. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar telah melakukan pemanenan padi pada saat malai padi sudah menguning. Sedangkan untuk melakukan pemanenan petani juga memperhitungkan kadar air pada waktu panen. Informasi ini mengindikasikan bahwa petani sudah menerapkan pemanenan pada saat kadar air gabah diperkirakan sudah mencapai persen. Peralatan yang dipergunakan pada waktu pemanenan bervariasi, ada yang masih menggunakan ani ani dan ada juga yang menggunakan arit biasa dan arit bergerigi. Petani pada umumnya telah mempergunakan peralatan yang dianjurkan pada waktu memanen padi seperti penggunaan arit bergerigi, hal ini terbukti skor jawaban petani yang digolongkan tinggi. Disisi lain upaya untuk mendapatkan kualitas beras yang baik, petani dianjurkan langsung merontokkan padi yang

89 73 dipanennya serta langsung mengeringkannya. Petani pada umumnya langsung merontokkan padi yang dipanennya langsung saat itu juga. Ini terbukti dari skor jawaban responden yang digolongkan sangat tinggi. Hal yang masih menjadi kendala selama ini adalah terbatasnya peralatan perontok padi. Akibatnya ada petani yang merontokkan padinya 2 atau 3 hari setelah pemanenan. Akibatnya kualitas padi menjadi jelek yang dipanen menjadi jelek. Usaha padi sawah disamping menghasilkan padi sebagai produk utama juga menghasilkan jerami. Jerami sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak setelah melalui proses fermentasi terlebih dahulu. Pelatihan tentang fermentasi jerami untuk pakan ternak pernah diberikan kepada petani oleh Tim Prima Tani (BPTP dan Balitnak) pada tahun Pelatihan ini diberikan dalam rangka membekali petani tentang teknologi budidaya sapi yang meliputi sistem pengkandangan, teknologi pakan, kesehatan ternak dan sistem perkawinan, karena pada tahun 2005 di sungai itik didatangkan sapi bantuan hasil kerjasama Dinas Peternakan dan Kehewanan Propinsi Kalbar dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pontianak sebanyak 50 ekor. Untuk pengembangan selanjutnya diharapkan petani dapat memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk tanaman yang mereka tanam, sedangkan jerami dapat dimanfaatkan untuk memberi makan sapi yang dipelihara petani. Penerapan fermentasi jerami untuk pakan ternak dikalangan petani dikatagorikan sedang. Ini mengindikasikan bahwa petani masih belum banyak yang melakukan pemanfaatan jerami untuk pakan ternak. Jerami dari lahan pertanian petani pada umumnya dibiarkan dilahan pertanian untuk dijadikan pupuk kompos dilahan mereka. Hal ini disebabkan karena pelatihan diberikan sangat terbatas, tidak seluruh petani/ kelompok tani menerimanya, hanya khusus kepada petani yang mendapat jatah memelihara ternak. Petani yang memelihara sapi dan dikandangkan skornya dikatagorikan sedang. Hal ini disebabkan petani hingga saat ini masih banyak yang belum memelihara sapi dalam upaya meningkatkan pendapatan seperti yang dikembangkan dalam model usahatani terpadu. Sedangkan petani yang menerapkan penggunaan alas kandang yang dapat menyerap air agar mudah dibersihkan dikatagorikan sedang. Pengetahuan ini masih belum banyak diserap

90 74 oleh petani karena petani banyak yang belum memelihara ternak (sapi) selain itu petani tidak pernah mendapat pelatihan/kursus tentang teknologi budidaya sapi. Permasalahan utama yang mereka hadapi sehingga petani belum memelihara sapi adalah selain karena mereka belum berpengalaman dalam memelihara sapi juga karena keterbatasan modal petani untuk membeli sapi. Akibatnya petani hanya menunggu penguliran sapi dari petani lainnya. Dalam usahatani terpadu padi, sapi dan ikan, diharapkan petani dapat menggunakan kotoran sapi yang dipeliharanya untuk melakukan pemupukan. Petani yang menggunakan kotoran sapi untuk melakukan pemupukan dikatagorikan sedang. Ini mengindikasikan bahwa petani banyak yang belum memanfaatkan penggunaan kotoran ternak untuk melakukan pemupukan Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah karena petani banyak yang belum dan tidak pernah memelihara ternak serta belum pernah pula mendapat pelatihan. Sedangkan petani yang memberikan pakan hijauan untuk sapi pada umumnya petani sudah mengetahui dan memahaminya. Penerapan untuk pemberian pakan hijauan ini digolongkan sedang. Hal ini disebabkan petani yang memelihara sapi masih terbatas. Begitu juga dalam hal memberi minum pada sapi, petani yang mengerti mendukung perilaku memberi minum sapi dengan air yang sehat dan tidak berbau karena mereka pernah mendapatkan pembinaan dari penyuluh peternakan, oleh karena itu skor untuk penerapan ini digolongkan sedang. Selain itu juga karena pemberian minuman terhadap ternak yang mereka pelihara memang sudah terbiasa dilakukan petani. Pada model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang dikembangkan di Desa Sungai Itik, ikan yang dipelihara adalah ikan nila dan ikan lele. Ikan ini dipelihara dalam kolam pekarangan dan keramba jaring tancap di parit (saluran sekunder). Pemeliharaan ikan dikolam sudah dilakukan oleh beberapa petani dengan biaya sendiri, sedangkan pemeliharaan ikan di keramba mulai pertama kali dilakukan tahun Sebagai percontohan di pilih lima petani untuk memelihara ikan dalam keramba dengan lokasi yang menyebar di Desa Sungai Itik. Di dalam Lima (5) unit keramba ini dipelihara ikan nila merah dan ikan lele. Sampai saat penelitian ini dilakukan, terdapat peningkatan petani yang memelihara ikan dalam keramba, berdasarkan pengamatan dilapangan terdapat 10 unit keramba

91 75 pemeliharaan ikan milik petani disaluran sekunder. Lambannya peningkatan petani yang memelihara ikan dikeramba karena pemeliharaan ikan dikeramba memerlukan modal yang cukup besar, lain halnya memelihara ikan dikolam pekarangan rumah, modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Petani yang memelihara ikan di kolam/keramba dikatagorikan sedang. Data ini mengindikasikan bahwa belum semua petani memelihara ikan sesuai dengan model usahatani terpadu yang dikembangkan di Desa Sungai Itik. Salah satu faktor penyebab adalah karena biaya untuk memelihara ikan cukup mahal, baik itu untuk membeli bibit maupun membeli makanan ikan, selain itu juga untuk memasarkan ikan peliharaan petani ini masih mengalami kesulitan. Sedangkan tindakan petani dalam mempersiapkan kolam atau kerambanya sebelum dimasukkan bibit ikan dengan melakukan pembersihan, pengapuran dan pemupukan terhadap kolam skornya sedang. Supaya ikan yang dipelihara cepat perkembangannya, petani yang memelihara ikan diharapkan dapat memberi pakan tambahan 2 kali sehari berupa pelet ikan atau makanan ikan sejenis lainnya. Petani yang memelihara ikan, juga telah memberi ikan yang dipeliharanya dengan pelet. Penerapan untuk hal ini skornya sedang. Artinya mereka memang sudah tahu bahwa agar supaya ikan cepat besar dan menghasilkan memang harus diberikan makanan tambahan. Prima Tani merupakan suatu program yang pelaksanaannya dilakukan secara partisipatif. Dengan demikian Dinas/ Instansi terkait serta swasta dituntut peran dan dukungannya untuk turut mensukseskan Prima Tani. Kenyataan di lapangan keterlibatan Dinas/ Instansi terkait serta swasta masih belum seperti yang diharapkan. Sejak pertama kali dilaksanakan tahun 2005 masih belum banyak program dari Dinas/ Instansi terkait yang diarahkan di lokasi Prima Tani. Program yang masuk untuk mendukung pelaksanaan Model usahatani terpadu dalam Prima Tani masih sangat terbatas, program yang sudah dilaksanakan di desa Sungai Itik antara lain: Bantuan benih/ bibit unggul dari Dinas Pertanian Kabupaten, Bantuan Sapi secara bergulir dari Dinas Peternakan Propinsi sebanyak 50 ekor, serta percontohan keramba tancap sebanyak 5 unit dari BPTP Kalbar, Bantuan Traktor dan Power Treser dari Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten.

92 76 Sedangkan untuk komponen-komponen teknologi inovatif lebih banyak diberikan oleh BPTP serta penyuluh lapangan. Upaya yang dapat dilakukan agar model usahatani yang dikembangkan dilokasi Prima Tani dapat lebih ditingkatkan lagi adalah dengan lebih meningkatkan koordinasi dengan Dinas/ Instansi terkait dan swasta agar lebih dapat berperan lagi mendukung pelaksanaan Prima Tani. Dukungan tersebut dapat berupa mengarahkan program/proyek maupun permodalan sesuai bidang tugasnya masing-masing untuk dilaksanakan di desa Sungai Itik sebagai lokasi Prima Tani. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa petani yang menerapkan teknologi inovatif dalam model usahatani terpadu sedang. Hal ini terbukti dan dapat dilihat (Tabel 13) dari skor rata-rata penerapan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan yang masuk dalam katagori sedang yaitu rata-rata 2,88. Hubungan Karakteristik Individu Petani dengan Komunikasi Partisipatif Komunikasi partisipatif dalam Prima Tani salah satu tujuannya adalah untuk menemukan dan merumuskan model usahatani terpadu yang sesuai dengan karakteristik lokal spesifik dan keinginan petani. Petani dilibatkan secara langsung dalam proses penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian model usahatani yang dikembangkan. Karakteristik petani akan mempengaruhi proses komunikasi partisipatif yang akan menghasilkan suatu model usahatani yang akan dilaksanakan dan dikembangkan dilokasi Prima Tani. Hubungan yang terjadi antara karakteristik petani yang meliputi usia, pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman usahatani, motivasi, tingkat pendapatan dan keanggotaan dalam kelompok yang meliputi kedudukan dan pengalaman dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani yang meliputi penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dapat dijadikan sebagai acuan dalam rangka meningkatkan keberhasilan Prima Tani. Hal ini disebabkan karakteristik individu petani akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Prima Tani dan sangat terkait dengan bagaimana proses komunikasi partisipatif yang terjadi antara Tim Prima Tani dengan petani dilokasi Prima Tani. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kedua variabel tersebut, maka dilakukan uji dengan menggunakan analisis Korelasi Rank Spearman dan Chi Kuadrat. Hubungan karakteristik

93 77 petani yang meliputi usia, pendidikan, pendidikan non formal, pengalaman usahatani, motivasi, tingkat pendapataan, luas pemilikan lahan dengan komunikasi partisipatif diuji dengan menggunakan analisis Rank Spearman, Sedangkan karakteristik petani yakni keanggotaan dalam kelompok dengan komunikasi partisipatif diuji dengan menggunakan analisis Chi Kuadrat. Korelasi antara karakteristik individu dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Hubungan Karakteristik Individu Petani dengan Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani No Karakteristik Individu Petani Komunikasi Partisipatif Dalam Pelaksanaan Prima Tani Penumbuhan Ide Perencanaan Program Pelaksanaan Program Penilaian Program 1. Usia 0,050 0,225 * 0,047 0, Pendidikan 0,143 0,042 0,100 0, Pendidikan non 0,418 ** 0,352 ** 0,217 * 0,192 formal 4. Pengalaman usaha 0,002 0,135-0,069 0,067 tani 5. Motivasi 0,243 * 0,152 0,176 0, Tingkat pendapatan 0,175 0,200 * 0,312** 0,240 * 7 Luas pemilikan -0,001 0,045 0,095 0,049 lahan 8. Keanggotaan dalam kelompok Kedudukan dalam kelompok Lama menjadi anggota 1,342 17,614 * 2,650 13,291 1,393 17,294 * 0,859 13,201 Ket = Signifikan pada taraf nyata α 0,05 = Signifikan pada taraf nyata α 0,01 Tabel 14 menunjukkan bahwa ada beberapa peubah pada korelasi antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani yang ditolak dan ada beberapa peubah yang diterima. Usia petani tidak berhubungan nyata dengan penumbuhan ide, pelaksanaan program dan penilaian program. Artinya dalam proses komunikasi partisipatif dalam penumbuhan ide, pelaksanaan dan penilaian program tidak dipengaruhi oleh tingginya umur petani. Antara petani yang muda dengan yang tua tidak berbeda keterlibatannya dalam proses komunikasi partisipatif. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara usia dengan penumbuhan ide, pelaksanaan dan penilaian program ditolak. Sedangkan pada perencanaan program, usia petani berhubungan

94 78 nyata positif. Artinya dengan semakin tinggi umur petani maka semakin tinggi keterlibatannya dalam proses komunikasi partisipatif dalam turut merencanakan model usahatani yang dikembangkan di desa lokasi Prima Tani. Hal ini sesuai dengan pendapat Rakhmat (2000), bahwa umur berpengaruh pada kematangan fisik dan emosional seseorang, disamping kemampuannya dalam menyampaikan dan menerima informasi melalui program atau penumbuhan ide baru. Pendidikan petani tidak mempunyai hubungan nyata dengan semua peubah dalam komunikasi partisipatif. Artinya keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani. Keterlibatan petani sama saja antara petani yang mempunyai pendidikan yang rendah maupun petani dengan pendidikan yang tinggi. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara peubah pendidikan dengan penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan dan penilaian program ditolak. Pendidikan non formal berhubungan sangat nyata dengan penumbuhan ide, berhubungan sangat nyata dengan perencanaan program dan berhubungan nyata dengan pelaksanaan program. Artinya semakin banyak pendidikan non formal dalam bentuk pelatihan/ kursus dan sebagainya yang pernah diikuti petani maka keterlibatannya dalam penumbuhan ide, perencanaan program dan pelaksanaan program semakin tinggi. Sejalan dengan pernyataan Tubbs dan Moss (2000), semakin banyak pelatihan/kursus, tugas dan pengalaman yang dimiliki oleh kelompok dan para anggotanya maka akan semakin baik kinerja sebagai perseorangan dan sebagai kelompok. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara pendidikan non formal dengan penumbuhan ide, perencanaan program dan pelaksanaan program diterima. Sedangkan korelasi antara pendidikan non formal dengan penilaian program ditolak. Pengalaman usahatani tidak mempunyai hubungan nyata dengan semua peubah dalam komunikasi partisipatif. Artinya keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program tidak dipengaruhi oleh pengalaman usahatani petani. Keterlibatan petani sama saja antara petani yang telah lama berusahatani dengan petani yang belum lama dalam berusahatani. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara pengalaman

95 79 berusahatani dengan penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan dan penilaian program ditolak. Motivasi tidak mempunyai hubungan nyata dengan peubah perencanaan program, pelaksanaan dan penilaian program. Artinya keterlibatan petani dalam perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program tidak dipengaruhi oleh motivasi petani. Keterlibatan petani sama saja antara petani yang mempunyai motivasi yang rendah maupun petani dengan motivasi yang tinggi. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara motivasi dengan perencanaan program, pelaksanaan dan penilaian program ditolak. Sedangkan pada penumbuhan ide, motivasi berhubungan nyata. Artinya semakin tinggi motivasi petani mengikuti Prima Tani semakin tinggi keterlibatannya dalam penumbuhan ide. Petani sangat tertarik terhadap model usahatani yang akan dikembangkan di lokasi Prima Tani karena berkaitan dengan keinginan dan kebutuhannya. Selain itu juga karena Prima Tani merupakan suatu Program baru sehingga petani tertarik untuk mengetahuinya. Menurut Effendy (2000), bahwa motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara motivasi dengan penumbuhan ide diterima. Tingkat pendapatan petani berhubungan nyata dengan perencanaan program, berhubungan sangat nyata dengan pelaksanan program, dan berhubungan nyata dengan penilaian program, Ini artinya semakin tinggi tingkat pendapatan petani maka keterlibatan mereka dalam turut merencanakan model usahatani yang akan dikembangkan di desa, keterlibatannya dalam pelaksanaan program dan penilaian program semakin tinggi. Kenyataan di lapangan, petani yang mempunyai tingkat pendapatan yang lebih dibanding petani lainnya pada umumnya dijadikan panutan oleh petani lainnya karena secara ekonomi mereka dianggap lebih dari yang lainnya. Peran mereka baik dalam kelompoknya maupun diluar kelompok lebih menonjol sehingga dianggap dapat memahami dan mengetahui berbagai permasalahan petani dalam mengelola lahan usahataninya. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara tingkat pendapatan dengan perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program diterima. Sedangkan korelasi antara tingkat pendapatan dengan penumbuhan ide ditolak.

96 80 Luas pemilikan lahan tidak mempunyai hubungan nyata dengan semua peubah dalam komunikasi partisipatif. Artinya keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program tidak dipengaruhi oleh luas pemilikan lahan petani. Keterlibatan petani sama saja antara petani yang mempunyai luas lahan yang kecil maupun petani dengan luas lahan yang besar. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara luas lahan dengan penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan dan penilaian program ditolak. Kedudukan dalam kelompok tidak mempunyai hubungan nyata dengan semua peubah dalam komunikasi partisipatif. Artinya keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program tidak dipengaruhi oleh kedudukan seseorang dalam kelompok tani. Keterlibatan petani sama saja antara pengurus kelompok tani dengan anggota kelompok tani. Dengan demikian H 1 pada peubah kedudukan dalam kelompok dengan penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan dan penilaian program ditolak. Sedangkan pada aspek lamanya petani menjadi anggota kelompok tani mempunyai hubungan nyata dengan penumbuhan ide dan pelaksanaan program. Artinya semakin lama petani aktip dikelompok tani akan mempengaruhi keterlibatannya dalam komunikasi partisipatif dalam penumbuhan ide dan pelaksanaan program. Dengan demikian H 1 peubah lama menjadi anggota kelompok dengan penumbuhan ide dan pelaksanaan program dapat diterima. Sedangkan hubungan antara petani yang lama menjadi anggota kelompok tani dengan perencanaan program dan penilaian program tidak mempunyai hubungan yang nyata. Artinya bahwa lamanya seseorang menjadi anggota kelompok tani tidak mempengaruhi keaktipannya dalam perencanaan program dan penilaian program. Antara petani yang lama menjadi anggota sama saja keterlibatannya dalam perencanaan program dan penilaian program dengan petani yang belum lama menjadi anggota kelompok tani. Dengan demikian H 1 peubah lama menjadi anggota kelompok dengan perencanaan program dan pelaksanaan program ditolak.

97 81 Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa ada beberapa peubah pada korelasi antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani yang dapat diterima dan ditolak. Korelasi antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani lebih banyak yang ditolak dibandingkan dengan yang diterima. Dengan demikian H 1 korelasi antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani ditolak. Hubungan Komunikasi Partisipatif dengan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan Komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani adalah suatu proses komunikasi yang ditujukan untuk mensosialisasikan, merencanakan dan melaksanakan suatu program sehingga menghasilkan suatu model usahatani yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat dilokasi Prima Tani. Model usaha terpadu yang dikembangkan merupakan hasil dari proses komunikasi partisipatif yang melibatkan unsur penyuluh dan Tim Prima Tani, diawali dengan penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap model usahatani terpadu yang dikembangkan. Untuk mengetahui keberhasilan komunikasi parsitipatif dalam pelaksanaan Prim Tani tersebut dapat dilihat dari efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan. Efektivitas komunikasi dimaksud dilihat dari tingkat pengetahuan, sikapnya dan penerapan dalam model usahatani terpadu. Korelasi komunikasi partisispatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dapat dilihat pada Tabel 15. Ada beberapa peubah pada korelasi antara Komunikasi partisipatif dalam pelaksanaaan Prima Tani dengan Efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dapat diterima dan ada juga yang ditolak.

98 82 Tabel 15 Hubungan Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani dengan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan No Komunikasi Par tisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani Efektivitas komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan Pengetahuan Sikap terhadap Penerapan dalam model model usahatani Usaha Tani usaha tani terpadu Terpadu terpadu 1. Penumbuhan Ide 0,294 ** 0,392** -0, Perencanaan 0,269 ** 0,405 ** -0,139 Program 3. Pelaksanaan 0,251 * 0,327 ** -0,272 * Program 4. Penilaian Program 0,280 ** 0,339 ** -0,113 Ket * = Signifikan pada taraf nyata α 0,05 = Sangat signifikan pada taraf nyata α 0,01 Penumbuhan ide mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan pengetahuan dalam model usahatani terpadu dan mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan sikap terhadap model usahatani terpadu. Artinya semakin tinggi keterlibatan petani dalam penumbuhan ide maka akan semakin tinggi pula pengetahuannya dalam model usahatani terpadu serta sikapnya terhadap model usahatani terpadu. Hal ini disebabkan keterlibatan petani dalam penumbuhan ide akan memudahkan pemahamannya dan sikapnya terhadap model usahatani terpadu. Komunikasi partisipatif dalam penumbuhan ide berlangsung secara dialogis sehingga memudahkan pemahaman petani tentang model usaha tani yang akan dikembangkan. Karena petani paham maka pengetahuan dan sikapnya akan mendukung terhadap teknologi inovatif dalam model usahatani terpadu yang dikembangkan. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara penumbuhan ide dengan pengetahuan dan sikap dapat diterima. Sedangkan hubungan antara penumbuhan ide dengan penerapan usahatani terpadu tidak mempunyai hubungan yang nyata. Dengan demikian H 1 korelasi antara penumbuhan ide dengan penerapan usahatani terpadu ditolak. Perencanaan program mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan pengetahuan dalam model usahatani terpadu dan mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan sikap terhadap model usahatani terpadu. Artinya semakin

99 83 tinggi keterlibatan petani dalam perencanaan program maka akan semakin tinggi pula pengetahuannya dalam model usahatani terpadu serta sikapnya terhadap model usahatani terpadu. Komunikasi partisipatif dalam perencanaan program Prima Tani melibatkan secara aktif petani karena petanilah yang mengetahui apa yang dibutuhkan sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Melalui komunikasi yang dialogis berbagai permasalahan dan keinginan petani diserap oleh Tim Prima Tani untuk dicarikan solusinya. Karena petani dilibatkan secara aktip maka secara tidak langsung pengetahuan petani akan meningkat serta diharapkan pula sikapnya akan mendukung terhadap model usahatani terpadu yang dikembangkan. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara perencanaan program dengan pengetahuan dan sikap dapat diterima. Sedangkan hubungan antara perencanaan program dengan penerapan usahatani terpadu tidak mempunyai hubungan yang nyata. Dengan demikian H 1 korelasi antara perencanaan program dengan penerapan usahatani terpadu ditolak. Pelaksanaan program mempunyai hubungan nyata dengan pengetahuan dalam model usahatani terpadu dan mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan sikap terhadap model usahatani terpadu. Artinya semakin tinggi keterlibatan petani dalam perencanaan program maka akan semakin tinggi pula pengetahuannya dalam model usahatani terpadu serta sikapnya terhadap model usahatani terpadu. Sedangkan hubungan antara pelaksanaan program dengan penerapan model usahatani terpadu mempunyai hubungan nyata negatif. Artinya bahwa semakin tinggi keterlibatan petani dalam pelaksanaan program ternyata tidak diikuti dengan peningkatan penerapan komponen teknologi inovatif dalam model usahatani terpadu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab belum semua petani mampu menerapkan teknologi inovatif usahatani terpadu padi, sapi dan ikan adalah masih ada petani yang belum yakin dan terbiasa dengan teknologi inovatif yang dikembangkan dalam Prima Tani, masih ada petani yang belum mengikuti kegiatan sosialisasi, kursus maupun pelatihan serta faktor kemampuan, tingkat pendapatan dan permodalan petani yang masih rendah. Sedangkan hubungan antara pelaksanaan program dengan penerapan usahatani terpadu mempunyai hubungan yang nyata negatif. Artinya bahwa meningkatnya keterlibatan petani dalam proses penumbuhan ide tidak diikuti dengan

100 84 meningkatnya penerapan usahatani terpadu. Ada variable variable lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini yang mempengaruhi penerapan petani dalam model usahatani terpadu. Dengan demikian H 1 korelasi antara pelaksanaan program dengan pengetahuan, sikap dan penerapan usahatani terpadu diterima. Penilaian program mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan pengetahuan dalam model usahatani terpadu, dan mempunyai hubungan yang sangat nyata dengan sikap terhadap model usahatani terpadu. Artinya semakin tinggi keterlibatan petani dalam penilaian program maka akan semakin tinggi pula pengetahuannya dalam model usahatani terpadu serta sikapnya terhadap model usahatani terpadu. Keterlibatan petani dalam penilaian program menandakan bahwa petani tersebut aktip dalam melakukan kontak dengan petani lainnya maupun dengan penyuluh. Dengan semakin seringnya petani melakukan kontak dengan petani lainnya maupun dengan penyuluh maka akan mempengaruhi pengetahuan dan sikapnya terhadap model usahatani terpadu yang dikembangkan di desa. Dengan demikian H 1 pada korelasi antara penilaian program dengan pengetahuan dan sikap dapat diterima. Sedangkan hubungan antara penilaian program dengan penerapan usahatani terpadu tidak mempunyai hubungan yang nyata. Dengan demikian H 1 korelasi antara penilaian program dengan penerapan usahatani terpadu ditolak. Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa ada beberapa peubah pada korelasi antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahataani terpadu padi, sapid an ikan yang dapat diterima dan ditolak. Korelasi antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahataani terpadu padi, sapi dan ikan lebih banyak yang diterima dibandingkan dengan yang ditolak. Dengan demikian H 1 korelasi antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan diterima.

101 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap model usahatani terpadu yang dikembangkan dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. Tetapi kurang efektip untuk penerapan model usahatani terpadu yang dikembangkan. 2. Faktor-faktor karakteristik individu yang menentukan keefektifan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani adalah usia, Pendidikan non formal, motivasi dan tingkat pendapatan serta lama menjadi anggota kelompok tani. 3. Keefektifan komunikasi dalam peningkatan pengetahuan dan sikap petani dalam model usahatani terpadu ditentukan oleh keterlibatan petani dalam penumbuhan ide, perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Saran Untuk lebih meningkatkan keberhasilan Prima Tani, maka disarankan sebagai berikut : 1. Untuk mempercepat perubahan perilaku petani dalam menerapkan inovasi dalam model usahatani terpadu maka perlu dilakukan percontohan model usahatani padi, sapi dan ikan yang lengkap pada beberapa kelompok tani dan sosialisasi perlu ditingkatkan agar penerapan inovasi merata pada setiap kelompok tani. 2. Pelatihan / kursus yang berkaitan dengan inovasi teknologi dalam model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan perlu terus ditingkatkan untuk mempercepat penerapan inovasi teknologi dalam model usahatani terpadu oleh petani. 3. Perlu peningkatan koordinasi dan dukungan program maupun permodalan dari berbagai institusi yang terkait dengan Prima Tani agar tujuan Prima Tani dapat tercapai.

102 DAFTAR PUSTAKA Anas, P Efektivitas komunikasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir; Kasus Cilincing dan Kepulauan Seribu (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana. Arfani Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani dalam Penerapan Panca Usaha Tanaman Padi Sawah; Studi kasus kelompok tani Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana. Arikunto, Ny. Suharsimi Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Edisi Revisi IV,Bina Aksara. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pedoman Umum Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian ). Badan Litbang Pertanian Deptan. Jakarta. BPTP Kalimantan Barat Laporan Akhir Kelembagaan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) di Lahan Pasang Surut Kalimantan Barat.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Barat., Laporan Akhir Usaha Tani Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani ) di Lahan Pasang Surut Kalimantan Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Barat.,2006.Laporan Akhir Pengembangan Agribisnis Pertanian melalui Prima Tani di lahan Pasang Surut Kalimanatan Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Barat Cabang Dinas Pertanian Sungai Kakap Programa Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sungai Kakap Departemen Pertanian Republik Indonesia, Pedoman Umum Prima Tani. Jakarta Devito, JA, Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Profesional Books. Jakarta Effendy, O.U, Komunikasi dan Modernisasi, Alumni Bandung.., Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti. Bandung., Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hamijoyo. S. S Komunikasi Partisipatoris. Pemikiran dan Implementasi Komunikasi dalam Pengembangan Masyarakat. Humaniora. Bandung.

103 87 Hermawanto, V.R Hubungan Karakteristik petani yang menanam Varietas Padi Unggul Lokal dan Persepsi Mereka tentang Varietas tersebut di desa Gledek Kabupaten Klaten Jawa Tengah dan di Desa Jambudipa Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Imami, A.A Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keefektivan Komunikasi Kelompok Tani P4K, Kasus Penerapan P4K di Kabupaten Cianjur. Thesis S 2 Program Pascasarjana IPB. Jahi A Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. Suatu Pengantar. Jakarta. Gramedia Kuswartojo T Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Yayasan Obor Indonesia. Levis, R Komunikasi Penyuluhan Pedesaan, Bandung; Remaja Rosdakarya. Lionberger, H.F. Gwin, P,P.H Communication Strategies : A Guide for Agricultural Change Agents. The Interstate Printers & Publishers. Illinois. Mulyana, D Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya, Bandung. Pratikto, R Lingkaran-Lingkaran Komunikasi, Alumni Bandung Rakhmat, J Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya. Bandung. Rahmani, A.W Efektivitas komunikasi dalam Pemberdayaan Kelompok Mandiri lahan Kering; Kasus Program PIDRA di kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana. Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta Bandung. Rogers, E.M Diffusion of Innovations. Fifth Edition. Free Press; Simon & Schuster Inc. New York. Schramm W, kincaid DL Azas Azas Komunikasi antar Manusia. Jakarta:. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Slamet M Membentuk Pola Perilaku Pembangunan, Bogor; IPB Press. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, ed, 1987 Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES. Soekartawi Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta Sudjana,N. dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru. Sugandha,D Administrasi Strategi, Taktik dan Efisiensi, Ghalia. Jakarta. Sulistyowati F, Setyowati Y, Wuryantoro T Komunikasi Pemberdayaan. APMD Press Yogyakarta Sumardjo, Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani Kasus di Propinsi Jawa Barat. Disertasi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Program Pasca sarjana.

104 88 Simatupang, P Prima Tani Sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis, AKP Volume 2 No 3. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Tubbs, S.L. Moss, S Human Communication. Prinsip-prinsip dasar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Tutud, V.DT Efektivitas Komunikasi Teknologi Pembenihan Ikan Mas: Kasus Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara di Kabupaten Minahasa (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Program pasca Sarjana. Uphoff, N.T, John M. Cohen, and A.M. Goldsmith Rural Development Committee: Feasibility and Aplication of Rural Development Participation: A State of The Art Paper. Cornell University. Ithaca. New York Wahyuni, S. 2006, Proses Komunikasi dan Partisipasi Dalam Pembangunan Masyarakat Desa, Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Institut Pertanian Bogor. Program Pasca Sarjana. Wiryanto Pengantar Ilmu Komunikasi. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta PROSIDING Balai Kajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat Prosiding Lokakarya Nasional Prima Tani Mendukung Kuat Di Kalimantan Barat.

105 91 Lampiran 1: Hasil Uji Analisis Reliabilitas Alpha JENIS SUB HARGA HARGA KEPUTUSAN VARIABEL r 11 r tabel Penumbuhan Ide Reliabel Perencanaan Program Reliabel Pelaksanaan Model Usahatani Reliabel Penilaian Reliabel Pengetahuan dalam Model Usahatani Terpadu Reliabel Sikap terhadap Model Usahatani Terpadu Reliabel Perubahan Tindakan yang dilakukan Reliabel

106 Lampiran 2: Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Individu Petani dengan Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani dan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan, di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap, Correlation Umur Pendi Jumlah Brp Motivasi Pendapatan Lahan Ide Rencana Laksana Nilai Tahu Sikap Ubah dikan Kursus Tahun Umur ,213 * 0,077 0,838 * -0,136 0,175 0,278 ** 0,050 0,225 * 0,047 0,126 0,153 0,045-0,047 Pendidikan ,208 * -0,265 * 0,219 0,097-0,109 0,143 0,042 0,100 0,006 0,078 0,210 * -0,094 Jumlah ,065 0,126 0,062 0,015 0,418 ** 0,352 ** 0,217 * 0,192 0,320 ** 0,380 ** 0,116 Kursus Brp Tahun ,134 0,205 * 0,386 ** 0,002 0,135-0,069 0,067 0,054 0,051-0,054 Motivasi ,134 0,234 ** 0,152 0,176 0,087-0,146 0,103-0,184 Pendapatan , 503 ** 0,175 0,200 * 0,312 ** 0,240 * -0,461 ** 0,423 ** 0,041 Lahan ,001 0,045 0,095 0,049 0,165 0,096 0,015 Ide ,753 ** 0,514 ** 0,553 ** 0,294 ** 0,392 ** -0,141 Rencana ,550** 0,564** 0,269 ** 0,405 ** -0,139 Laksana ,650 ** 0,251 ** 0,327 ** -0,272 * Nilai ,280 ** 0,339 ** -0,113 Tahu ,476 ** 0,279 ** Sikap ,111 Ubah Ket : * Correlation is Significant at the 0.05 level (2-tailed) ** Correlation is Significant at the level (2-tailed) 90

107 91 Lampiran 3 : Hubungan kedudukan dalam kelompok tani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani Karakteristik individu Kategori Penumbuhan ide Total Nilai Rendah Sedang Tinggi X 2 db P Kedudukan dalam kelompok Lama menjadi anggota Anggota Pengurus Total Perencanaan program Anggota Pengurus Total Pelaksanaan program Anggota Pengurus Total Penilaian program Anggota Pengurus Total Penumbuhan ide > Total Perencanaan program > Total Pelaksanaan program > Total Penilaian program > Total , ,511 2, ,266 1, ,498 0, ,745 17, ,024 13, ,102 17, ,027 13, ,105

108 92

109 Lampiran 5 Peta Kecamatan Sungai Kakap 93

110 94 Lampiran 5 Kuesioner Penelitian EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM PELAKSANAAN PRIMA TANI DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN PONTIANAK KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden Nama Responden Alamat Responden :... :... : Nama Enumerator :... Tanggal Wawancara :... Tanda Tangan :... PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi 6 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses yang sangat asasi, yaitu pengalihan (pengoperan) atas informasi, perasaan, penilaian, hiburan, gagasan atau idea. Istilah komunikasi

Lebih terperinci

Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat

Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari 2008, Vol. 06, No. 1 Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT FIRMANTO NOVIAR SUWANDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi 27 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektivitas Komunikasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Pertunjukan Wayang Purwa di Era Globalisasi: Kasus Desa Bedoyo,

Lebih terperinci

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE (Kasus pada Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT (Studi Kasus Pembaca Tabloid Senior di Kecamatan Bogor Utara) Oleh : ENDANG SRI WAHYUNI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE (Kasus pada Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN USMIZA ASTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PEMBERDAYAAN PETANI PADA PROGRAM PRIMATANI LAHAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KARAWANG DAROJAT PRAWIRANEGARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL (Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian) SITI MARYAM SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) MUHAMMAD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG Kasus pada Kelompok Ternak Lembu Jaya dan Bumi Mulyo Kabupaten Banjarnegara SKRIPSI TAUFIK BUDI PRASETIYONO PROGRAM

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI Amiruddin Saleh 1, Nia Rachmawati 2, Sutisna Riyanto 16 ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to understand the communication process

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT M A L T A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah) MUHAMMAD

Lebih terperinci

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor) SKRIPSI DISTI LASTRIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Alur Pikir Proses Penelitian Kerangka berpikir dan proses penelitian ini, dimulai dengan tinjauan terhadap kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan termasuk pembangunan

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah explanatory (penjelasan) dengan analisis korelasional untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Fokus penelitian diarahkan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI MUKHAMAD FATHONI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) SKRIPSI SETYO UTOMO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA M A R D I N PROGRAM STUDI ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN SEKOLAH

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT. Fini Murfiani

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT. Fini Murfiani KOMPETENSI PENYULUH DALAM PENGEMBANGAN MODAL USAHA KECIL DI BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Fini Murfiani SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT BANYUASIN II KABUPATEN BANYU ASIN TESIS

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT BANYUASIN II KABUPATEN BANYU ASIN TESIS ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT BANYUASIN II KABUPATEN BANYU ASIN TESIS Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pada Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Penciptaan inovasi pertanian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) Pertanian serta aplikasinya terus dilakukan melalui berbagai program penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan dunia usaha dan semakin tajamnya tingkat persaingan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI PESERTA TERaADAP PROGRAM SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT) Wsus Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau)

PARTISIPASI PETANI PESERTA TERaADAP PROGRAM SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT) Wsus Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau) PARTISIPASI PETANI PESERTA TERaADAP PROGRAM SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT) Wsus Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau). OLEH : ROZA YULIDA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ERLI YUNEKANTARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG. Oleh : Janjan Nurjanah

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG. Oleh : Janjan Nurjanah EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG Oleh : Janjan Nurjanah PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PARTISIPATIF WARGA PADA BENGKULU REGIONAL DEVELOPMENT PROJECT GITA MULYASARI

KOMUNIKASI PARTISIPATIF WARGA PADA BENGKULU REGIONAL DEVELOPMENT PROJECT GITA MULYASARI KOMUNIKASI PARTISIPATIF WARGA PADA BENGKULU REGIONAL DEVELOPMENT PROJECT (Kasus di Desa Pondok Kubang Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah) GITA MULYASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengertian Komunikasi

Pengertian Komunikasi Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadi milik bersama. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI FLU BURUNG

HUBUNGAN KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI FLU BURUNG HUBUNGAN KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI FLU BURUNG (Kasus pada Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB) SKRIPSI JURIAN ANDIKA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH ALAM CIGANJUR. Oleh : Fitria Ulfah

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH ALAM CIGANJUR. Oleh : Fitria Ulfah ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH ALAM CIGANJUR Oleh : Fitria Ulfah PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 J u d u l N a m a

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) SKRIPSI OLEH: RESLILA SITOPU 080309057 PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 i SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan

Lebih terperinci

STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO

STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Universal komunikasi antar manusia (DeVito, 1997) GANGGUAN PESAN YANG AKAN DISAMPAIKAN/SALURAN UMPAN BALIK SUMBER/ ENCODER

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Universal komunikasi antar manusia (DeVito, 1997) GANGGUAN PESAN YANG AKAN DISAMPAIKAN/SALURAN UMPAN BALIK SUMBER/ ENCODER 7 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima (Berlo, 2002). Namun demikian, dalam kehidupan nyata proses komunikasi tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) SKRIPSI DEWI SHINTA KOMALA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID

KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK INDRA GUMAY FEBRYANO

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK INDRA GUMAY FEBRYANO PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK Studi Kasus di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung INDRA GUMAY

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO PEMAFAATA MEDIA ITERET SEBAGAI MEDIA IFORMASI DA KOMUIKASI DALAM PEMBERDAYAA PETAI DI DESA POCOKUSUMO KECAMATA POCOKUSUMO Use Of The Internet As A Media Information And Communication In The Empowerment

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Diarsi Eka Yani Pepi Rospina Pertiwi Argadatta Sigit Program Studi Agribisnis, Jurusan Biologi FMIPA-UT ABSTRACT

ABSTRAK. Diarsi Eka Yani Pepi Rospina Pertiwi Argadatta Sigit Program Studi Agribisnis, Jurusan Biologi FMIPA-UT ABSTRACT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM MENGANALISIS DATA KEADAAN PADA USAHATANI SAYURAN (Kelompok tani sayuran di Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung) Diarsi Eka Yani (diarsi@ut.ac.id)

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci