V. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DUNIA DAN INDONESIA
|
|
- Hartono Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DUNIA DAN INDONESIA Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Keterbukaan perekonomian Indonesia ini mengakibatkan guncangan yang terjadi pada perekonomian suatu negara juga akan memengaruhi perekonomian Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung, melalui dampak rambatan (contagion effect). Kecilnya market share Indonesia dalam perdagangan internasional, menjadikan Indonesia termasuk dalam katagori negara kecil (small economy) dalam perdagangan internasional. Katagori ini mengakibatkan perekonomian Indonesia rentan (vurnable) terhadap adanya guncangan (gangguan) eksternal, khususnya guncangan yang terjadi pada negara-negara besar yang menjadi mitra dagang Indonesia, seperti Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, China, dan negara-negara Asean. Analisis deskriptif mengenai gambaran umum perekonomian dunia dan Indonesia pada bab ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi tentang dampak rambatan krisis perekonomian dunia terhadap perekonomian domestik. Upaya pemerintah dalam mengantisipasi dampak krisis ekonomi global terhadap perekonomian domestik dilakukan dengan berbagai langkah, diantaranya melalui kebijakan stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya, juga menjadi fokus analisis pada bagian ini. Kebijakan pemerintah tersebut diambil setelah memperhatikan interaksi perkembangan indikator perekonomian dunia dan domestik sejak berawalnya krisis ekonomi global. Krisis ekonomi global ini dipicu oleh krisis keuangan akibat kasus subprime mortgage pada Agustus 2007 di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya yang terkait dengan pendanaan subprime mortgage. Analisis deskriptif ini juga dikaitkan dengan kondisi infrastruktur di Indonesia sesuai dengan ketersediaan datanya. Perhatian pada kondisi infrastruktur ekonomi ini menjadi penting, karena ketersediaan dan investasi di bidang infrastruktur berperan penting dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi suatu negara (Yustika 2008). 5.1 Perkembangan Perekonomian Dunia Akibat Krisis Ekonomi Global Perekonomian dunia selama periode sesungguhnya berada pada fase ekspansi, dengan tingkat rata-rata pertumbuhan sebesar 4.70 persen. Rata-rata
2 96 pertumbuhan ekonomi dunia periode tersebut jauh di atas tingkat ratarata pada periode sebelumnya ( ) yang hanya mencapai 3.40 persen. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pertumbuhan pada negara-negara berkembang, khususnya negara-negara di kawasan Asia (Gambar 5.1). China dan India merupakan negara Asia yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dunia Pertumbuhan (%) Dunia Negara Maju Negara Berkembang Asia Sumber: IMF dalam BI, 2009c (diolah) Gambar 5.1. Pertumbuhan ekonomi dunia dan kelompok negara tahun Pertumbuhan ekonomi dunia sampai dengan akhir tahun 2007 masih cukup kuat mengimbangi krisis keuangan yang terjadi di AS. Ekonomi dunia tahun 2007 masih tumbuh sebesar 5.20 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2006 yang tumbuh sebesar 5.40 persen. Pertumbuhan ekonomi AS, sebagai pusat krisis keuangan global, pada tahun 2007 terjadi perlambatan yang tajam jika dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu turun dari 2.90 persen (2006) menjadi 2.00 persen (2007), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.1. Puncak krisis di AS terjadi pada tahun 2008 yaitu pada saat Lehman Brothers dinyatakan bangkrut pada September Lehman Brothers menjadi bank investasi besar pertama di AS yang mengalami kebangkrutan akibat krisis (BI 2009c). Dampak krisis keuangan terus meluas hingga memengaruhi kinerja sektor riil. Dalam waktu singkat krisis keuangan global berubah menjadi krisis ekonomi global.
3 Perekonomian dunia tahun 2008 turun drastis menjadi 3.4 persen dibandingkan tahun Tabel 5.1 Pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia tahun Negara Dunia Negara Industri Maju Amerika Serikat Kawasan Euro Jerman Perancis Italia Jepang Inggris Kanada Negara Berkembang Afrika Amerika Latin Asia China Indonesia Malaysia Thailand Filipina Vietnam Sumber: IMF dalam BI, 2009c (diolah) Krisis keuangan global yang terus berlangsung menyebabkan terhambatnya arus keuangan dunia sehingga menyebabkan merosotnya aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan menurunnya pertumbuhan volume perdagangan dunia telah terjadi sejak pertengahan tahun 2007 (Kemenkeu 2009). Volume perdagangan dunia dalam tahun 2009 terus merosot ditunjukkan dengan proyeksi IMF yang mengalami beberapa kali revisi volume perdagangan dunia pada tahun 2009 dari 6.90 persen (proyeksi yang dibuat pada bulan Januari 2008) menjadi 2.10 persen (pada proyeksi bulan November 2008) dan bahkan pada proyeksi bulan Januari 2009 pertumbuhan volume perdagangan dunia direvisi kembali menjadi negatif 2.80 persen (Gambar 1.1 pada Bab 1). 97
4 98 Sementara itu harga minyak mentah dunia sampai dengan pertengahan tahun 2008 terus mengalami peningkatan secara drastis akibat kuatnya tarikan permintaan, yang disertai dengan terbatasnya pasokan (supply). Puncak kenaikan harga minyak mentah terjadi pada bulan Juli 2008, yang mencapai harga tertinggi sebesar US$147 per barel. Kenaikan harga minyak mentah dunia selain disebabkan terbatasnya supply, juga didorong oleh tingginya konsumsi minyak di emerging market, seperti China yang menyumbang lebih dari sepertiga pertumbuhan konsumsi minyak dunia (BI 2009c). Terbatasnya pasokan minyak dunia disebabkan sejak tahun 2003 kapasitas sisa produksi (space capacity) minyak dunia cenderung berkurang, hal ini ditambah pula dengan masih berlarutnya konflik di negara penghasil minyak dunia, seperti di Irak dan Somalia. Tingginya harga minyak mentah dunia pada beberapa tahun terakhir mengakibatkan berkembangnya produksi biofuel sebagai sumber energi alternatif. Pengembangan biofuel yang berbahan baku dari produk pertanian, seperti minyak kelapa sawit, jagung, gandum dan ubi kayu, melahirkan paradigma baru peran sektor pertanian. Paradigma baru peran sektor pertanian tersebut dikenal dengan istilah 3F contribution in the economy, yaitu food (bahan makanan), feed (bahan pakan ternak), dan fuel (bahan bakar) (Daryanto 2009). Penggunaan sejumlah besar komoditas pertanian yang semula hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan pakan ternak menjadi bahan bakar (biofuel), memicu kenaikan harga (inflasi) bahan pangan dunia. Kondisi ini terjadi akibat kebijakan yang dikeluarkan oleh negara-negara maju seperti AS dan Eropa dalam rangka konversi dari minyak bumi ke biofuel. Kombinasi kenaikan harga minyak bumi dan kenaikan harga bahan pangan dunia tersebut menjadi salah satu pemicu terjadinya kenaikan inflasi dunia selama tahun Gambaran inflasi dunia, kelompok negara maju dan kelompok negara berkembang ditunjukkan pada Gambar 5.2. Sejak semester II-2008, seiring dengan semakin meluasnya dampak krisis ekonomi global mengakibatkan turunnya kinerja sektor produksi (riil) dunia. Turunnya kinerja sektor produksi tersebut mendorong penurunan permintaan dunia terhadap energi, baik yang bersumber dari minyak bumi maupun biofuel. Hal tersebut memicu turunnya harga minyak dan pangan dunia. Turunnya harga
5 99 minyak dan pangan dunia mulai semester II-2008, ternyata tidak mampu mengkompensasi kenaikan harga pada semester I Konsekwensinya, inflasi dunia selama tahun 2008 tetap tinggi yaitu sebesar 6.20 persen, atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 4.00 persen Inflasi (%) Dunia Negara Industri Maju Negara Berkembang Sumber: IMF dalam BI, 2009c (diolah) Gambar 5.2 Inflasi dunia dan kelompok negara tahun Dinamika perekonomian Indonesia tidak terlepas dari perkembangan perekonomian dunia dan kawasan serta berbagai perubahan iklim investasi, perdagangan dunia, infrastruktur, dayasaing dan produktivitas domestik. Krisis ekonomi global yang mengakibatkan permintaan dunia turun, memberikan dampak langsung maupun tidak langsung bagi negara-negara yang perekonomiannya ditopang oleh ekspor seperti China, Jepang, Korea, dan negaranegara ASEAN, termasuk Indonesia. Dampak krisis ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia dan respon pemerintah dalam mengantisipasi dampak krisis tersebut, termasuk kondisi/ketersediaan infrastrukur ekonomi di Indonesia, secara umum akan dianalisis pada bagian selanjutnya. 5.2 Perekonomian Indonesia di Tengah Krisis Ekonomi Global Imbas krisis ekonomi global mulai terasa di Indonesia terutama menjelang akhir Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6.00 persen sampai dengan TwIII-2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan pada
6 100 TwIV-2008 (Tabel 1.2 pada Bab 1). Hal itu tercermin dari melambatnya ekonomi domestik secara tajam yang didorong oleh turunnya kinerja ekspor pada akhir tahun Walaupun demikian, kinerja perekonomian Indonesia tahun 2008 secara umum masih mencatat perkembangan yang relatif baik di tengah terjadinya gejolak eksternal. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2008 ternyata tidak diikuti semua sektor ekonomi. Pertumbuhan sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan dan persewaan pada tahun 2008 masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun Bahkan, pada tahun 2009 pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor jasa-jasa masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 (Tabel 5.2). Tabel 5.2 Pertumbuhan PDB sektoral di Indonesia tahun Lapangan usaha Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan dan persewaan Jasa-jasa Sumber: BPS, (diolah) Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 secara keseluruhan masih tumbuh sebesar 6.06 persen atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 yang tumbuh sebesar 6.32 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut terutama didukung oleh konsumsi swasta dan ekspor. Pertumbuhan konsumsi yang tinggi selama tahun 2008 didukung masih tingginya dayabeli masyarakat dan tingkat keyakinan konsumen yang membaik. Faktor yang menopang dayabeli masyarakat antara lain adalah kenaikan pendapatan akibat melonjaknya harga komoditas ekspor dan implementasi kebijakan jaring pengaman pemerintah berupa penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk mengkompensasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada pertengahan tahun 2008.
7 101 Dari sisi investasi, pertumbuhan investasi meningkat sebesar persen pada tahun 2008, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Investasi mulai melambat pada TwIV-2008 sebagai respon dari melemahnya permintaan domestik dan turunnya permintaan ekspor. Berdasarkan komponen investasi, kontribusi utama pertumbuhan investasi pada tahun 2008 bersumber dari investasi non-bangunan. Investasi bangunan melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan investasi pemerintah tahun 2008 juga menurun seiring dengan rendahnya realisasi belanja modal pemerintah. Di sisi eksternal, meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, secara keseluruhan ekspor Indonesia tahun 2008 masih dapat tumbuh 9.50 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun Pertumbuhan (%) Sumber: BPS, (diolah) Gambar 5.3 Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun Tingginya pertumbuhan ekspor terutama ditopang oleh tingginya harga minyak dunia pada semester-i tahun 2008 yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas ekspor terutama produk pertanian dan pertambangan. Perlambatan pertumbuhan di negara mitra dagang seperti AS dan Eropa masih mampu diredam oleh tingginya permintaan ekspor dari China dan India. Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan ekspor nonmigas masih ditopang oleh ekspor komoditas primer berupa produk pertanian seperti minyak kelapa sawit dan produk pertambangan seperti batubara. Impor tumbuh sebesar persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan impor ini dipicu oleh
8 102 peningkatan kebutuhan terhadap bahan baku dan barang modal untuk memenuhi permintaan ekspor serta konsumsi di dalam negeri terutama pada triwulan awal Kegiatan ekspor dan impor Indonesia mengalami fluktuasi selama tahun Kegiatan ekspor dan impor tertinggi terjadi pada Juli 2008, sementara pada Februari 2009 berada di titik terendah. Pergerakan ekspor dan impor bulanan Indonesia sampai dengan September 2009, secara umum masih berada di bawah kondisi tahun 2008 (Gambar 5.4) Juta US$ Ekspor Impor Sumber: BPS, (diolah) Gambar 5.4 Nilai ekspor dan impor Indonesia Januari 2007-September 2009 Dilihat dari sisi penawaran, secara keseluruhan sektor perekonomian Indonesia pada tahun 2008 tumbuh relatif stabil. Sektor industri, sektor perdagangan hotel dan restoran, dan sektor pertanian masih menjadi pangsa terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari kontribusinya, kontributor terbesar terhadap pertumbuhan terutama berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor industri pengolahan. Perlambatan pada seluruh sektor mulai terjadi di TwIV-2008, terutama sektor-sektor tradable seiring dengan turunnya permintaan dunia. Sampai dengan semester I-2008, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum masih memberikan kontribusi pada pasar tenaga kerja. Memasuki semester II-
9 , khususnya pada TwIV-2008, krisis global yang semakin dalam telah memberi tekanan pada pasar tenaga kerja di Indonesia. Pada semester I-2008, tingkat pengangguran terbuka sempat mengalami penurunan. Hal ini tidak terlepas dari kinerja sektor pertanian pada semester I yang menjadi salah satu sektor penyerap tenaga kerja terbesar. Penyerapan tenaga kerja juga terjadi di semua sektor usaha, seperti sektor jasa kemasyarakatan, sektor perdagangan, sektor transportasi, dan sektor transportasi dan komunikasi. Memasuki TwIV-2008, tekanan krisis global telah mengakibatkan beberapa perusahaan melakukan penyesuaian operasi kerja, efisiensi usaha, dan penutupan beberapa pabrik. Hal ini menyebabkann terjadinya peningkatann rencana PHK pada beberapa perusahaan. Secara umum selama tahun 2008 penyerapan tenagaa kerja masih lebih tinggi dibandingkan PHK yang terjadi, akibatnya jumlah tenaga kerja tahun 2008 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (Gambar 5. 5). 102, ,0000 tenaga kerja (ribuan) 98, , , , , Indonesia 90,807 91,647 92,811 93,722 94,948 95,177 99, ,050 Sumber: BPS, (diolah) Gambar 5.5 Jumlah tenaga kerja di Indonesia tahun Tingginya tekanann inflasi di Indonesia sampai dengan TwIII-2008 dipicu oleh kenaikan harga komoditas internasional terutama minyak dan pangan. Lonjakan harga tersebutt berdampak pada kenaikan harga barang yang ditentukan pemerintah (administered prices) seiring dengann kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Memasuki semester II-2008, tekanan inflasi cenderung
10 104 mereda seiring turunnya harga komoditas internasional. Hal tersebut diikuti oleh kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM jenis solar dan premium pada Desember 2008 (BI 2009c). Produksi pangan di dalam negeri yang baik dan terjadinya perlambatan permintaan agregat, turut menyumbang pada turunnya tekanan inflasi. Secara fundamental menurunnya tekanan inflasi tak terlepas dari keberhasilan pemerintah dalam mengantisipasi akselerasi ekspektasi inflasi yang sempat meningkat tajam pasca kenaikan harga BBM. Secara keseluruhan, inflasi IHK pada tahun 2008 mencapai persen, sementara inflasi inti mencapai 8.29 persen. Pola pergerakan inflasi dari Januari 2007-September 2009 disajikan pada Gambar Inflasi (%) Jan 07 Mar 07 May 07 Jul 07 Sep 07 Nov 07 Jan 08 Mar 08 May 08 Jul 08 Sep 08 Nov 08 Jan 09 Mar 09 May 09 Jul 09 Sep 09 Sumber: BPS, (diolah) Gambar 5.6 Inflasi bulanan Indonesia Januari 2007-September 2009 Perekonomian Indonesia yang bersifat terbuka (open economy), tak dapat terlepas dari imbas krisis global yang terjadi. Hal ini juga terkait dengan semakin terintegrasinya perekonomian Indonesia dengan perekonomian dunia. Perekonomian dunia di tahun 2009 diperkirakan bergerak menuju resesi yang lebih dalam, yang akan berpengaruh pula pada dinamika perekonomian Indonesia. Prospek perekonomian Indonesia pada 2009 akan bergantung kepada proses pemulihan perekonomian global dan kesigapan pemerintah dalam merespon dinamika perekonomian global tersebut. Krisis ekonomi global telah menyebabkan pemerintahan di seluruh dunia meluncurkan paket-paket stimulus fiskal. Faktor resiko utama dari perekonomian
11 105 Indonesia adalah melambatnya perekonomian global lebih dari yang diperkirakan semula. Berbagai indikator menunjukkan bahwa resesi global masih berlangsung sepanjang tahun Dampak resesi yang berkepanjangan tersebut dirasakan pada melemahnya perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Hal ini memberi tantangan bagi upaya mencegah pelemahan perekonomian domestik yang lebih dalam. Berkaitan dengan itu, dalam rangka memperkecil dampak negatif dari krisis keuangan global tersebut, Pemerintah melakukan langkah-langkah penyesuaian di bidang fiskal, antara lain dengan memperluas program stimulus ekonomi melalui APBN 2009, melakukan perubahan terhadap beberapa asumsi ekonomi makro yang dirasakan sudah tidak realistis lagi, dan penyesuaian berbagai besaran pendapatan negara, belanja negara, serta defisit dan pembiayaan anggaran. Kebijakan stimulus fiskal dilakukan melalui tiga cara dan sekaligus untuk tiga tujuan, yaitu (1) mempertahankan dan/atau meningkatkan daya beli masyarakat untuk dapat menjaga laju pertumbuhan konsumsi di atas 4.00 persen atau mendekati 4.70 persen, (2) mencegah PHK dan meningkatkan daya tahan dan daya saing usaha menghadapi krisis ekonomi dunia dan (3) menangani dampak PHK dan mengurangi tingkat pengangguran dengan belanja infrastruktur padatkarya. Penciptaan lapangan kerja dan pencegahan/pengamanan dampak PHK dilakukan melalui penambahan anggaran untuk infrastruktur yang terkait dengan bencana alam, proyek tahun jamak, jaringan kereta api, instalasi pengolahan air minum, perumahan rakyat, pembangkit dan transmisi listrik, rehabilitasi jalan usaha tani, pelabuhan pasar, serta pembangunan infrastruktur pergudangan pangan. Selain ditujukan untuk meredam dampak krisis global, langkah-langkah penyesuaian di bidang fiskal juga dimaksudkan untuk mempersiapkan fondasi yang lebih kuat dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta meletakkan dasar-dasar yang lebih kuat dan memperkokoh sendi-sendi perekonomian nasional (Kemenkeu 2009). Terkait dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk menganalisis dampak kebijakan stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya, maka analisis deskriptif selanjutnya difokuskan kepada gambaran umum kondisi infrastruktur di Indonesia.
12 Perkembangan Investasi Infrastruktur di Indonesia Pembiayaan penyediaan infrastruktur di Indonesia mendapat perhatian serius pemerintah terutama sejak awal tahun 1969, ketika iklim dan stabilitas politik dan ekonomi dalam negeri telah membaik. Peran pemerintah dibandingkan dengan swasta dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia masih cukup dominan hingga saat ini. Selama periode pemerintah memiliki sumber dana yang cukup besar untuk membiayai penyediaan infrastruktur di Indonesia. Hal ini sejalan dengan penerimaan dalam APBN yang melimpah akibat kenaikan harga minyak dunia (oil boom) pada tahun 1973/1974 dan 1979/1990 serta didukung oleh pinjaman luar negeri. Penerimaan negara yang besar mendorong pemerintah untuk meningkatkan belanja pembangunan, khususnya belanja infrastruktur untuk mendukung proses industrialisasi yang menjadi prioritas pembangunan ekonomi pada masa itu. Pola pembiayaan pembangunan infrastruktur tersebut dilakukan secara sentralistik hingga tahun 1990-an. Pembiayaan belanja infrastruktur yang bersifat sentralistik ditujukan untuk memperkuat pondasi perekonomian nasional guna mencapai pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembangunan infrastruktur dilakukan oleh pemerintah secara terpusat. Hal ini mengakibatkan pemerintah menguasai sebagian besar dana pembangunan dan dana infrastruktur, sehingga pemerintah dapat menentukan alokasi dana dan lokasi pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan prioritas yang dianggap strategis. Pada periode 1986/ /1997, sumber dana untuk penyediaan infrastruktur didominasi dari utang luar negeri (Delis 2008). Pasca krisis ekonomi 1997/1998, pemerintah dihadapkan pada prioritas perbaikan perekonomian nasional akibat krisis ekonomi yang terjadi. Dalam keadaan sulit tersebut, alokasi dana pembangunan dan pembiayaan infrastruktur mengalami penurunan hingga tahun 2001, yaitu pada awal implementasi otonomi daerah di Indonesia. Pada saat perekonomian masih dihadapkan pada dampak krisis ekonomi 1997/1998, pemerintah menggulirkan kebijakan desentralisasi fiskal yang memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya. Masa transisi ini mengakibatkan dana pembangunan untuk
13 107 infrastruktur menurun drastis, walaupun meningkat kembali pada periode berikutnya. Penurunan ini merupakan akibat dari pengalihan dana pembangunan ke pembiayaan program pengendalian dampak krisis ekonomi dan meningkatnya jumlah transfer fiskal dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sebagai konsekwensi implementasi desentralisasi fiskal. Secara umum, pola pertumbuhan alokasi belanja pembangunan dan belanja infrastruktur pemerintah cenderung memiliki pola yang sama. Pertumbuhan belanja pembangunan dibandingkan dengan pembiayaan infrastruktur selama periode 1982/ berfluktuasi antar tahun (Gambar 5.7). pertumbuhan (%) /83 83/84 84/85 85/86 86/87 87/88 88/89 89/90 90/91 91/92 92/93 93/94 94/95 95/96 96/97 97/98 98/99 99/ Infrastruktur Pembangunan Sumber: APBN, 1982/ (diolah) Gambar 5.7 Pertumbuhan alokasi belanja pembangunan dan infrastruktur dalam APBN 1982/ Jatuhnya harga minyak dunia pada 1986 dan semakin sulitnya pemerintah mendapatkan pinjaman lunak (soft loan) yang berbunga rendah dan berjangka panjang dari luar negeri, mengakibatkan pemerintah dihadapkan pada kesulitan mengalokasikan dana pembangunan untuk infrastruktur. Pada kondisi demikian, untuk mendukung perkembangan sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi penanaman modal asing pada bulan Mei Hal ini sekaligus menandai bermulanya liberalisasi sektor publik di Indonesia, dengan membuka kesempatan kepada modal swasta asing untuk berinvestasi di bidang infrastruktur ekonomi, seperti pelabuhan, listrik, air bersih, media massa, perkapalan, kereta api, penerbangan sipil, jalan raya dan telekomunikasi.
14 108 Implementasi paket kebijakan deregulasi bulan Mei 1994, mendorong peran swasta nasional maupun asing untuk berinvestasi di bidang infrastruktur. Keterlibatan swasta dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia ditunjukkan pada Gambar 5.8. Pada awal pelaksanaan paket deregulasi Mei 1994, peran swasta dalam penyediaan infrastruktur ekonomi masih relatif kecil, namun pada tahun 1995 dan tahun 1996 peran swasta meningkat tajam. Seiring terjadinya krisis ekonomi 1997/1998 peran swasta mulai menurun, tetapi sejak implementasi otonomi daerah tahun 2001 peran swasta menguat kembali. Secara rata-rata peran investasi swasta dalam penyediaan infrastruktur masih relatif kecil jika dibandingkan dengan peran investasi pemerintah. Pihak swasta lebih cenderung menginvestasikan dananya pada sektor yang menjanjikan tingkat profitabilitas yang tinggi seperti jalan tol, angkutan udara dan telekomunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa peran swasta masih belum dapat diandalkan guna pembiayaan infrastruktur di tanah air investasi (miliar rupiah) Pemerintah Swasta Sumber: APBN, 1993/ dan BKPM, (diolah) Gambar 5.8 Perkembangan investasi pemerintah dan swasta bidang infrastruktur Perkembangan Investasi Infrastruktur menurut Jenisnya Alokasi investasi pemerintah melalui dana pembangunan di bidang infrastruktur utama, seperti pengairan/irigasi, energi listrik, transportasi dan telekomunikasi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dari keempat jenis
15 109 infrastruktur tersebut, tampak bahwa pola alokasi belanja pembangunan untuk investasi infrastruktur transportasi merupakan yang terbesar, sedangkan investasi infrastruktur telekomunikasi merupakan yang terkecil. Alokasi investasi infrastruktur listrik dan pengairan berada di urutan kedua dan ketiga (Gambar 5.9). Tingginya alokasi investasi infrastruktur transportasi menunjukkan besarnya perhatian pemerintah terhadap kelancaran arus barang dan jasa dalam menunjang perkembangan ekonomi nasional. Perhatian terhadap investasi infrastruktur transportasi juga dimaksudkan untuk membuka isolasi pada daerah-daerah yang masih tertinggal untuk mengurangi disparitas pembangunan ekonomi antar daerah maupun antar pulau. miliar rupiah /82 82/83 83/84 84/85 85/86 86/87 87/88 88/89 89/90 90/91 91/92 92/93 93/94 94/95 95/96 96/97 97/98 98/99 99/ Pengairan Listrik Transportasi Telekomunikasi Sumber: APBN, 1981/ (diolah) Gambar 5.9 Perkembangan dana pembangunan menurut investasi infrastruktur 1981/ Investasi infrastruktur pengairan bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan irigasi, perluasan irigasi, perbaikan dan pengamanan sungai, pengembangan jaringan irigasi baru, pengembangan daerah rawa, penyelamatan hutan, tanah dan air dan pembangunan irigasi lainnya. Alokasi investasi infrastruktur pengairan relatif lebih stabil jika dibandingkan dengan jenis investasi infrastruktur lainnya. Peningkatan investasi infrastruktur pengairan pada tahun 1970-an hingga pertengahan tahun 1980-an didorong oleh keinginan pemerintah untuk meningkatkan produksi beras nasional melalui program revolusi hijau (green revolution). Program ini berhasil mengantarkan Indonesia menjadi swasembada
16 110 pangan (beras) pada tahun Program ini kemudian melemah pada tahun 1986 ketika Indonesia menghadapi kesulitan keuangan akibat menurunnya harga minyak dunia. Dampak krisis ekonomi Indonesia yang puncaknya terjadi pada tahun 1998, mengakibatkan investasi pemerintah pada tahun menurun drastis. Pengamatan pada pola data (Gambar 5.9) menunjukkan bahwa sejak tahun 2001 investasi infrastruktur pengairan yang dilakukan pemerintah berada di urutan kedua, melebihi listrik dan telekomunikasi. Pergeseran ini menunjukkan adanya prioritas pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional dengan meningkatkan kapasitas sektor pertanian (khususnya tanaman pangan) ke luar Pulau Jawa. Alokasi investasi infrastruktur energi listrik meliputi kegiatan pemasangan instalasi listrik, jaringan listrik dan pembangkitan tenaga listrik. Porsi investasi infrastruktur energi listrik secara umum selalu berada di urutan kedua setelah infrastruktur transportasi. Listrik merupakan sumber energi yang memungkinkan bekerjanya sebagian besar aktivitas produksi yang dilakukan oleh rumahtangga, pemerintah maupun dunia usaha. Besarnya perhatian pemerintah terhadap kecukupan energi listrik bertujuan untuk mendukung pembangunan ekonomi, pembentukan kualitas sumberdaya manusia dan peningkatan dayasaing nasional. Kondisi ini ditunjukkan dengan besarnya subsidi yang diberikan pemerintah di bidang energi listrik. Subsidi ini dimaksudkan untuk menutupi besarnya biaya operasional dalam rangka pembangkitan dan penyaluran energi listrik kepada konsumen dibandingkan harga jualnya. Dengan kata lain, kebijakan subsidi energi listrik bertujuan untuk menjamin dayabeli bagi semua tingkatan pendapatan konsumen terhadap energi listrik. Pengamatan secara umum terhadap investasi pemerintah di bidang infrastruktur melalui dana pembangunan menunjukkan pola yang relatif seragam. Pasca krisis ekonomi, investasi infrastruktur pemerintah untuk semua jenisnya mengalami penurunan yang besar hingga tahun Mulai tahun 2002, nilai investasi infrastruktur tersebut mengalami peningkatan untuk semua jenisnya. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk mengurangi dampak negatif
17 111 akibat terjadinya depresiasi terhadap stok kapital infrastruktur seiring rendahnya investasi pasca krisis ekonomi. Keterlibatan swasta nasional dan asing melalui PMA dan PMDN, dalam penyediaan infrastruktur listrik, gas dan air dan transportasi dan telekomunikasi pola datanya sangat berfluktuasi (Gambar 5.10). Pola investasi infrastruktur yang dilakukan swasta asing di Indonesia selama tahun , didominasi oleh infrastruktur transportasi dan komunikasi. Pola investasi infrastruktur oleh swasta nasional sampai dengan tahun 2000, secara rata-rata masih didominasi oleh investasi infrastruktur listrik, gas dan air, namun setelah itu beralih ke infrastruktur transportasi dan telekomunikasi miliar rupiah PMDN Listrik, Gas dan Air PMA Listrik, Gas dan Air PMDN Transportasi dan Telekomunikasi PMA Transportasi dan Telekomunikasi Sumber: BKPM, (diolah) Gambar 5.10 Perkembangan investasi swasta (PMA dan PMDN) menurut kelompok infrastruktur tahun Besarnya fluktuasi investasi infrastruktur yang dilakukan oleh swasta nasional dan asing memperkuat argumentasi bahwa peran swasta dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia masih belum dapat diandalkan. Stabilitas politik, keamanan, kepastian hukum dan iklim investasi nasional sangat memengaruhi besaran investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Informasi di atas juga menjelaskan bahwa pada umumnya swasta hanya akan
18 112 menginvestasikan dananya pada jenis infrastruktur yang menjanjikan tingkat profitabilitas yang tinggi. Kecenderungan pihak swasta untuk berinvestasi pada infrastruktur transportasi dan telekomunikasi membuktikan perilaku investasi pihak swasta yang bersifat profit oriented. Infrastruktur transportasi yang mendapatkan alokasi investasi yang besar dari pihak swasta adalah penyediaan jalan tol dan angkutan udara. Pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi yang berbasis pada teknologi seluler dan internet pada dua dekade terakhir menjanjikan tingkat profitabilitas yang tinggi pada penyedia jasa layanannya (operator). Hal ini mengakibatkan peningkatan investasi di bidang telekomunikasi oleh swasta asing maupun domestik cenderung meningkat, khususnya mulai tahun Besarnya minat investor swasta di bidang telekomunikasi di era globalisasi saat ini, paling tidak didasari oleh tiga alasan, (1) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, (2) globalisasi ekonomi yang menempatkan telekomunikasi sebagai jasa yang diperdagangkan dan sebagai sarana vital bagi jasa lainnya, dan (3) adanya masyarakat informasi yang menempatkan informasi sebagai faktor produksi yang strategis. Peluang pasar jasa telekomunikasi di Indonesia yang besar juga menjadi dayatarik investasi infrastruktur telekomunikasi ini. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh data pengguna telepon seluler pada tahun 2007 sebesar 63 juta pengguna, kemudian meningkat menjadi 70 juta pada tahun 2008 (Muhammad 2010). Secara umum peningkatan investasi infrastruktur baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta pada dasarnya dapat dipandang sebagai proses akumulasi yang dapat menambah stok modal infrastruktur. Stok modal infrastruktur ini ditunjukkan melalui ketersediaan infrastruktur fisik seperti luas areal irigasi, panjang jalan, sarana dan prasarana transportasi, kapasitas terpasang listrik dan jaringan telekomunikasi. Stok modal infrastruktur ini merupakan input bagi hampir seluruh aktivitas produksi. Stok modal infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas agregat maupun sektoral. Ketersediaan stok infrastruktur memiliki keterkaitan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur diyakini mampu menggerakkan sektor riil, menyerap tenaga kerja, meningkatkan konsumsi
19 113 rumahtangga dan pemerintah, serta memicu munculnya kegiatan produksi. Infrastruktur bahkan dipahami sebagai secara luas sebagai bagian dari social overhead capital yang berfungsi sebagai enabler terjadinya kegiatan ekonomi produktif di sektor-sektor lainnya (Hirschman 1957). Peningkatan stok infrastruktur ekonomi memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas, oleh karenanya memburuknya ketersediaan infrastruktur ekonomi dapat menurunkan produktivitas di suatu negara (Aschauer 1989). Berndt dan Hansson (1991) menyatakan bahwa peningkatan infrastruktur ekonomi dapat mengurangi biaya produksi. Pengurangan biaya produksi disebabkan penurunan biaya transportasi dan biaya transaksi akibat kemudahan akses terhadap faktor produksi. Kebijakan stimulus fiskal bidang infrastruktur padatkarya yang dilaksanakan pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak krisis ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia akan berdampak langsung terhadap peningkatan stok infrastruktur yang ada. Sesuai dengan hasil penelitian di atas, maka peningkatan stok infrastruktur tentu dapat memengaruhi kinerja perekonomian Indonesia melalui dampaknya terhadap peningkatan produktivitas sektoral maupun agregat. Pada akhirnya potensi pemburukan perekonomian domestik akibat krisis ekonomi global tersebut diharapkan dapat diantisipasi atau diminimalisir.
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinci4. Outlook Perekonomian
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat
Lebih terperinciProyeksi pertumbuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis finansial global yang bermula dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2007, dalam waktu yang relatif singkat berubah menjadi krisis ekonomi
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciIV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA
49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinci4. Outlook Perekonomian
4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciRealisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik
BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciFokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global
Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbayangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortgage)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciPerekonomian Suatu Negara
Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014
ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciEkspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia
SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia
Lebih terperinciSuharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan
Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia diperhadapkan pada masalah krisis ekonomi global yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika sehingga akan berdampak buruk
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011
No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012
No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciRingsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik
B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciMEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses
115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika
Lebih terperinciInternational Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA
Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia
Lebih terperinciKinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012
Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan
Lebih terperinciAsesmen Pertumbuhan Ekonomi
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciLAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A
LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014
No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara
Lebih terperinciUMKM & Prospek Ekonomi 2006
UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011
No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.
45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup
Lebih terperinciDAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG
DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)
Lebih terperinciDari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.
No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan
Lebih terperinciLAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh
Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin
Lebih terperinciPolicy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016
Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii
Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinci