BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pengendalian Persediaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pengendalian Persediaan"

Transkripsi

1 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Sofjan Assauri (2004:176) untuk mengendalikan persediaan maka harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: a. Terdapat gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat bahan atau barang yang tetap dan diidentifikasi bahan atau barang tertentu. b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat dipercaya terutama penjaga gudang. c. Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang. d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang. e. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang. f. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung. g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan. Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang-barang yang sudah using dan ketinggalan jaman. h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin. 2.2 Persediaan Pengertian Persediaan Menurut Sofjan Assauri (2004:169) adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Sofjan Assauri (2004:169) adalah sebagai berikut:

2 10 1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari satu tingkat proses yang lain disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. 2. Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya. Menurut Sofjan Assauri (2004: 170), persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahanbahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaikbaiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya Fungsi Persediaan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:82), persediaan dapat melayani 4 fungsi yang menambah fleksibilitas bagi operasi perusahaan: a. Decouple atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi, sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk memerlukan decouple proses produksi dari pemasok.

3 11 b. Melakukan decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan seperti ini digunakan secara umum pada bisnis eceran. c. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang. d. Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga. Menurut Render (2001:314) persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan. Ada enam penggunaan persediaan, yaitu: 1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan produknya tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stok selama musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok dan kehabisan stok dapat dihindari. Demikian pula, bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku ekstra mungkin diperlukan untuk memasangkan proses produksinya. 3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk. 4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. stok pengaman misalnya, barang ditangan ekstra, dapat mengurangi risiko kehabisan stok. 6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang-dalam-proses dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk memproduksi barang dank arena sepanjang berlangsungnya proses, terkumpul persediaan-persediaan.

4 Jenis-Jenis Persediaan Menurut Jay heizer dan Barry Render (2010: 82-83), ada 4 jenis persediaan yang harus dipelihara perusahaan untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan: a. Persediaan bahan mentah (raw material inventory): bahan-bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur dan digunakan untuk melakukan decouple (memisahkan) pemasok dari proses produksi. b. Persediaan barang setengah jadi (WIP inventory): komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus). c. MRO (Maintenance, Repair, Operating): persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesindan proses-proses tetap produktif. d. Persediaan barang jadi: produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman tetapi masih merupakan aset dalam pembukuan perusahaan. Menurut Fien Zulfikarijah (2005 : 9), dalam manajemen persediaan terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Keputusan persediaan yang bersifat umum merupakan keputusan yang menjadi tugas utama dalam penentuan persediaan baik kuantitatif maupun kualitatif. Keputusan kuantitatif bertujuan untuk mengetahui : a. Barangapa yang akan di stock? b. Berapa banyak jumlah barang yang akan diproses dan berapa banyak barang yang akandipesan? c. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan pemesanan? d. Kapan melakukan pemesanan ulang (Reorder Point)? e. Metode apakah yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan?

5 13 2. Keputusan kualitatif adalah keputusan yang berkaitan dengan teknis pemesanan yang mengarah pada analisis data secara deskriptif. Keputusan kualitatif bertujuan untuk mengetahui: a. Jenis barang yang masih tersedia di perusahaan? b. Perusahaan atau individu yang menjadi pemasok barang yang di pesan perusahaan? c. Sistem pengendalian kualitas persediaan yang digunakan perusahaan? Tujuan manajemen persediaan menurut Lukas Setia Atmaja (2003 : 405) adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum Faktor-Faktor Persediaan Menurut Bambang Riyanto (2001:74) besar kecilnya persediaan yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa factor, yaitu: 1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya produksi. 2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan yang direncanakan. 3. Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal. 4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu-waktu yang akan datang. 5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material. 6. Harga pembelian bahan mentah. 7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang. 8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya Jenis-Jenis Biaya Persediaan Menurut Sudana (2011:226) biaya yang berkaitan dengan persediaan dikelompokkan menjadi:

6 14 1. Biaya penyimpanan (carrying cost) yang terdiri atas biaya modal atau dana yang terkait pada persediaan, biaya penyimpanan dan penanganan persediaan, biaya asuransi, penyusutan atau keausan. 2. Biaya pemesanan(ordering cost) yang terdiri atas biaya pengiriman barang dan penanganannya. Biaya pemesanan jumlahnya tetap pada setiap kali pemesanan dilakukan. 3. Biaya kehabisan persediaan (cost of running short) yang terdiri dari kerugian penjualan, kehilangan goodwill pelanggan, biaya akibat kemacetan jadwal produksi. Semakin kecil jumlah persediaan semakin besar biaya kehabisan persediaan dan sebaliknya. Menurut Ishak (2010:167), model-model persediaan menjadikan biaya sebagai parameter dalam mengambil keputusan, biaya-biaya dalam sistem persediaan secara umum dapat diklasifikasikan sebgai berikut : 1. Biaya pembelian (Purchasing Cost = c) Biaya pembelian (purchase cost) dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber eksternal atau biaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal perusahaan. Biaya pembelian ini bisa bervariasi untuk berbagai ukuran pemesanan bila pemasok menawarkan potongan harga untuk untuk ukuran pemesanan yang lebih besar. 2. Biaya Pengadaan (Procument Cost) Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul barang, yaitu : a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k) Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini pada umumnya meliputi, antara lain: 1) Pemrosesan pesanan 2) Biaya ekspedisi 3) Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya 4) Pengeluaran surat menyurat, foto kopi dan perlengkapan administrasi lainnya

7 15 5) Biaya pengepakan dan penimbangan 6) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan 7) Biaya pengiriman ke gudang b. Biaya Pembuatan (Set Up Cost = k) Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang. Biaya ini biasanya timbul di dalam pabrik, yang meliputi biaya menyetel mesin dan biaya mempersiapkan gambar benda kerja. 3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost = h) Biaya penyimpanan (holding cost) merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya suatu item, biaya ini meliputi : a. Biaya Memiliki Persediaan (Biaya Modal) Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, di manamodal perusahaan mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentasi nilai persediaan untuk periode tertentu. b. Biaya Gudang Biaya yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya. d. Biaya Kadaluarsa (Absolence) Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut. e. Biaya Asuransi

8 16 Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi. f. Biaya Administrasi dan Pemindahan Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memudahkan barang dari, ke dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan peralatan handling. Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya simpan per-unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan (misalnya: Rp/unit/tahun). 4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p) Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan produk atau kebutuhan bahan. a. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan persediaan adalah sebagai berikut: 1). Kehilangan Penjualan, ketika perusahaan tidak mampu memenuhi suatu pesanan maka ada nilai penjualan yang hilang bagi perusahaan. 2). Kehilangan Langganan, pelanggan yang merasa kebutuhannya tidak dapat dipenuhi perusahaan akan beralih ke perusahaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan mereka. 3). Biaya Pemesanan Khusus, perusahaan melakukan pemesanan khusus agar barang item tersebut diterima tepat waktu. Pemesanan khusus mengakibatkan pertambahanbiaya pada biaya ekspedisidan harga item yang dibeli. 4). Terganggunya Proses Produksi, jika kekurangan persediaan terjadi pada persediaan bahan, dan hal ini tidak diantisipasi sebelumnya, maka kegiatan produksi akan terganggu. 5). Tambahan pengeluaran kegiatan manejerial. b. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :

9 17 1). Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalty (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan misalnya: Rp/unit. 2). Waktu Pemenuhan Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapat keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan misalnya: Rp/unit. 3). Biaya Pengadaan Darurat Kelebihan biaya dibanding pengadaan normal dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya: Rp/setiap kali kekurangan. 5. Biaya Sistemik Biaya ini meliputi biaya perancangan dan perencanaan system persediaan serta biaya-biaya untuk mengadakan peralatan (misalnya komputer) serta melatih tenaga yang digunakan untuk mengoperasikan system. Biaya sistemik ini dapat dianggap sebagi biaya investasi bagi pengadaan suatu system pengadaan. Identifikasi biaya persediaan adanya perbedaan pengertian antara biaya persediaan aktual yang dihitung secara akuntansi dan biaya persediaan yang digunakan di dalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Dalam penentuan kebijaksanaan persediaan, biaya persediaan yang diperhitungkan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel, sedangkan biaya yang bersifat tetap tidak akan mempengaruhi hasil optimasi yang diperoleh sehingga keberadaanya tidak harus diperhitungkan. Selain itu biaya kekurangan persediaan yang secara aktual tidak pernah tercatat akuntansi akan diperhitungkan di dalam penentuan kebjaksanaan persediaan, karena itu yang dimaksud dengan biaya persediaan bukanlah

10 18 biaya persediaan aktual yang dihitung secara akuntansi, tetapi biaya persediaan untuk keperluan penentuan kebijaksanaan Tujuan Persediaan Menurut Ishak (2010:164), untuk devisi yang berbeda dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda yaitu: 1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak. 2. Produksi beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilakn persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Disamping itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan. 3. Pembelian (purchasing) dalam rangka efisiensi, juga menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit daripada pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian ini juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekuranga produk. 4. Keuangan (finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi persediaan karena biaya investasi dan efek negative yang terjadi pada perhitungan pengembalian asset (return of asset) perusahaan. 5. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan. 6. Rekayasa (engineering)menginginkan persediaan minimal untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering. 2.3 Bahan Baku Pengertian Bahan Baku Pengertian bahan baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:114) adalah bahan untuk diolah melalui proses produksi menjadi barang jadi.

11 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:162), peramalan adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan dan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model sistematis. Menurut Singgih Santoso (2009:8), peramalan adalah kegiatan yang bersifat teratur, berupaya memprediksi masa depan dengan menggunakan tidak hanya metode ilmiah, namun juga mempertimbangkan hal-hal yang bersifat kualitatif. Menurut Arman Hakim Nasution (2006:235), peramalan adalah proses memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam urusan kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa. Jadi, peramalan adalah teknik untuk meramalkan kejadian dimmasa depan yang menggunakan model matematis dan melibatkan data masa lalu Meramalkan Horizon Waktu Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:163), permalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupinya. Horizon waktu terbagi menjadi beberapa kategori: a. Peramalan Jangka Pendek Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, dan tingkat produksi. b. Peramalan Jangka Menengah Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-macam rencana operasi. c. Peramalan Jangka Panjang Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun mendatang atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan, modal, lokasi atau pembangunan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang).

12 Jenis-Jenis Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:164), pada umumnya berbagai organisasi menggunakan tiga jenis peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa depan: a. Peramalan ekonomi (Economic Forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. b. Peramalan teknologi (Technological Forecast) memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. c. Peramalan permintaan (Demand Forecast) adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia Metode-Metode Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009: ) ada 2 macam peramalan yaitu peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif. Peramalan kualitatif adalah yang menghubungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal sedangkan peramalan kuantitatif adalah yang menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Peramalan kuantitatif terbagi menjadi 2 model yakni model deret waktu dan model kausal/sebab akibat dengan penjelasan maisng-masing-masing sebagai berikut: 2. Dekomposisi deret waktu Menganalisis deret waktu berarti membagi data masa lalu menjadi komponen-komponen, kemudian memproyeksikan ke masa depan.

13 21 3. Pendekatan Naive (Naive Approach) Cara yang paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Ft = Yt-1 4. Rata-rata Bergerak (Moving Average) Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara sistematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut: Ft = Permintaan pada periode n sebelumnya n n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak. 5. Rata-rata Bergerak tertimbang (Weighted Moving Average) Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti kat]rena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman. Rata-rat bergerak dengan pembobotan atau rata-rata bergerak tertimbang dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut: Ft = (bobot periode n) (permintaan dalam periode n) n 6. Penghalusan Eksponensial (Eksponential Smoothing) Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih tetapi masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang

14 22 sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut: Ft = Ft-1 + α (At-1 Ft-1) Keterangan : Ft = peramalan baru Ft-1 = peramalan sebelumnya α = konstanta penghalusan (pembobotan)(0 α 1) At-1 = permintaan aktual periode lalu Konstanta penghalusan untuk penerapan di bidang bisnis biasanya berkisar dari 0,05 hingga 0,5. Pendekatan penghalusan eksponensial mudah digunakan dan telah berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis. Walaupun demikian, nilai yang tepat untuk konstanta penghalusan dapat membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan yang tidak akurat. Nilai α yang tinggi dipilih pada saat rata-rata cenderung berubah. Nilai α yang rendah digunakan saat ratarata cukup stabil. Tujuan pemilihan suatu nilai untuk konstanta penghalusan adalah mendapatkan peramalan yang akurat. 7. Penghalusan Eksponensial dengan Tren (Exponential Smoothing with Trend) Penghalusan eksponensial yang sederhana gagal memberikan respon terhadap tren yang terjadi. Inilah alasan penghalusan eksponensial harus diubah saat ada tren. Untuk memperbaiki peramalan, maka digunakan model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung ratarata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan (lag) positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata, dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, dihitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Ft = α (At-1) + (1 α)(ft-1 + Tt-1) Tt = β (Ft Ft-1) + (1 β) Tt-1 Keterangan:

15 23 Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t At = permintaan aktual pada periode t α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 α 1) β = konstanta penghalusan untuk tren (0 β 1) Jadi, tiga langkah menghitung peramalan dengan yang disesuaikan dengan tren adalah sebagai berikut: a. Menghitung Ft, peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk periode t, menggunakan persamaan Ft b. Menghitung tren yang dihaluskan, Tt, menggunakan persamaan Tt c. Menghitung peramalan dengan tren, FITt, dengan rumus FITt = Ft + Tt 8. Regresi Linier (Linear Regression) Model matematika garis lurus untuk menggambarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel yang bebas maupun variabel terikat. Persamaan garisnya dapat dinyatakan sebagai: ŷ = a + bx Keterangan: ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi (variabel terkait) a = persilangan sumbu y b = kemiringan garis regresi (tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x) X = variabel bebas X = nilai variabel bebas yang diketahui Y = nilai variabel terkait yang diketahui 9. Metode Dekomposisi Metode Dekomposisi sering juga disebut sebagai metoda Time Series. Metoda ini didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya apa yang telah terjadi itu akan berulang kembali dengan pola yang

16 24 sama. Artinya yang dulu selalu naik, pada waktu yang akan datang biasanya akan naik juga; yang biasanya berkurang biasanya akan berkurang juga; yang biasanya berfluktuasi akan berfluktuasi dan biasanya tidak teratur, biasanya akan tidak teratur. Perubahan suatu hal itu biasanya mempunyai pola yang agak kompleks, misalnya ada unsur kenaikan, berfluktuasi dan tidak teratur. Untuk dianalisa dan diramal sekaligus sangat sulit, sehingga biasanya diadakan dekomposisi atau pemecahan yang komponen perubahnya terdiri dari; Trend (T), Fluktuasi Musiman (M), Fluktuasi Siklis (S), dan perubahan-perubahan yang bersifat Random (R) Menghitung Kesalahan Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009: ) ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation - MAD) dan kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error MSE). a. Deviasi Mutlak Rerata (Mean Absolute Deviation - MAD) Ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model adalah MAD. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n). b. Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Squared Error MSE) MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Menurut Vincent Gasperz (2004:80) peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil.

17 Metode Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:92), EOQ adalah sebuah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan serta berdasar pada beberapa asumsi: a. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen. b. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan. c. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. d. Tidak tersedia diskon kuantitas. e. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan atau membawa). f. Kehabisan atau kekurangan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Ada 3 cara dalam menetukan jumlah pesanan ekonomis (EOQ) menurut Sofjan Assauri (2004:182) yaitu: 1. Tabular Approach Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular Approach dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau table jumlah pesanan dan jumlah biaya per tahun. 2. Graphical Approach Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara Graphical Approach dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carrying cost dfan total cost dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order) per tahun, sumbu vertical besarnya biaya dari ordering cost, carrying cost dan total cost. 3. Dengan menggunakan rumus (Formula Approach) Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan jumlah biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering cost sama dengan carrying cost.

18 26 Hampir semua model persediaan bertujuan untuk meminimalkan biaya-biaya total dengan asumsi yang tadi dijelaskan. Metode EOQ (Economic Order Quantity) ini adalah metode yang digunakan untuk mencari titik keseimbangan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan agar diperoleh suatu biaya yang minimum. Menurut Sudana (2011:278) model EOQ dapat dioperasionalkan dengan asumsi sebagai berikut: a. Jumlah penjualan atau kebutuhan persediaan dalam satu periode b. Biaya penyimpanan per unit per periode tetap c. Biaya pemesanan untuk setiap kali pesan tetap d. Harga per satuan barang tetap berapapun jumlah yang dipesan e. Barang yang dipesan datang pada saat yang sama sekaligus f. Barang yang dibutuhkan harus selalu tersedia di pasar. Cara menentukan EOQ dengan rumus sebagai berikut: a. Menentukan besar EOQ Keterangan: EOQ = 2.D.S H Q* : Jumlah pesanan yang ekonomis D S H : Jumlah kebutuhan bahan dalam satuan (unit) per tahun : Biaya pemesanan untuk setiap kali pesan : Biaya penyimpanan per unit per tahun Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya persediaan, antara lain: a.persediaan rata-rata yang tersedia = Q*/2 b.jumlah pesanan yang diperkirakan = D/Q* c.biaya pemesanan tahunan = D/Q* S d.biaya penyimpanan tahunan = Q*/2 H e.total harga per unit = Harga per unit x D f.total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan b. Menentukan frekuensi pembelian

19 27 F = Keterangan: F : Frekuensi pembelian D : Permintaan yang diperkirakan per periode Q* : Jumlah pembelian dengan EOQ c. Menentukan total biaya persediaan TC = (D/Q* S) + (Q/2 H) Keterangan: TC : Total biaya persediaan Q* : Jumlah barang setiap pemesanan D : Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit S : Biaya pemesanan untuk setiap pemesanan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun Tujuan Perhitungan EOQ Tujuan dari perhitungan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah untuk mengetahui: Lead Time Menurut Zulfikarijah (2005:96) lead time adalah merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai diperusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reorder point dan saat penerimaan barang. Lead time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan bias terpenuhi seketika, sehingga selalu ada jeda waktu. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal lead time 7 hari, maka akan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety stock.

20 Safety Stock Pengertian Safety Stock menurut Sofjan Assauri (2004:96) yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi kekurangan bahan (Stock Out). Sedangkan menurut Render (2005:76) persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang memungkinkan permintaan yang tidak seragam; sebuah cadangan. Tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi penambahan biaya penyimpanan danbiaya stock out total, biaya penyimpanan disini akan bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena adanayasafety stock. Keuntungan adanya safety stock adalah pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permintaan tersebut. Menentukan besarnya persediaan pengaman (Safety Stock) Keterangan: SD : Standart Deviasi X : Jumlah pemakaian bahan baku : Jumlah rata-rata pemakaian bahan baku N : Jumlah data Reorder Point Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:99), ROP adalah titik pemesanan ulang adalah tingkat atau titik persediaan dimana tindakan harus diambil untuk mengisi kembali persediaan barang. Menurut Bambang Riyanto (2001:83) faktor untuk menentukan ROP adalah:

21 29 a. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement lead time). b. Besarnya Safety Stock Reorder Point = (Lead Time Penggunaan per hari) + Safety Stock. Keterangan: Lead time : Waktu tunggu Safety Stock : Persediaan pengaman 2.6 Minimum Maximum System (Min Max) Cara kerja sistem ini yaitu apabila telah melewati batas minimum dan mendekati batas safety stock maka pemesanan ulang harus dilakukan. Jadi batas minimum (minimum stock) merupakan batas tingkat pemesanan ulang. Batas maksimum (maximum stock) adalah batas kesediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan maksimum untuk dapat menentukan order quantity. Pada metode ini, terdapat perbedaan cara dalam menghitung safety stock yakni metode ini tidak memerlukan standar deviasi dan tingkat pelayanan melainkan hanya membutuhkan rata-rata permintaan per bulan. Pada data yang bersifat stochastic, metode ini mempunyai beberapa persamaan dalam perhitungannya seperti berikut: SS = D n Minimum stock = (DL) + SS Maximum stock = 2(DL) + SS Q* = Max stock Min stock Banyak pemesanan : N = D Q*

22 30 I = SS + (½ Q*) TOR = D I TC(Min-Max) = Keterangan : SS = safety stock D = permintaan per periode L = lead time I = average inventory control Q* = order quantity TOR = turn over ratio TC(Min-Max) = total cost 2.7 State of the Art Tabel 2. 1 State of the Art Metode Penelitian Forecasting dan Inventory Judul Jurnal Nama Pengarang Analysis of an Jose L. Gonzalez Economic Order and Daniel Quantity and Gonzales Reorder Point Inventory Control Model for Company XYZ. March 10, 2010 Hasil Penelitian Perusahaan mencari cara alternative untuk tetap dapat bersaing secara kompetitif dan memiliki masalah kerugian penjualan. Perusahaan direkomendasikan untuk menggunakan pengontrolan persediaan dengan metode EOQ dan Reorder Point untuk memecahkan masalah tersebut. Perusahaan mampu mengurangi total biaya

23 31 keseluruhan dari $ menjadi $ hal ini adalah pengurangan biaya sekitar 61%, yang menyimpulkan total penghematan sekitar $ per kuartal. Economic Proceedings of Sakon Hasil perhitungan pada Order the World Wongmongkolrit produk Auxiliary contact Quantity Congress and Bordin 1no+1nc menunjukkan, (EOQ) Computer Rassameethes optimal lot size = 3,698 unit, Science 2011 Vol (2011) actual lot size = 4 unit, actual II WCECS 2011, purchasing = 12 unit, dan October 19 21, safety stock = 9 unit. ROP 2011, San dilakukan apabila persediaan Francisco, USA mendekati safety stock. Hasil The Modification perhitungan pada produk of EOQ Model Battery (for under the Spare PLC)menunjukkan, optimal Parts Discrete lot size = 0,667 unit, actual Demand: A Case lot size = 1 unit, actual Study of Slow purchasing = 8 unit, safety Moving Items stock = 16 unit. EOQ, ROP Jurnal Edi Suswardji, Data yang diperoleh dari dan Safety Manajemen SE., MM, Eman hasil penelitian yaitu jumlah Stock Vol.10 No.1 S, SE., MM., Ria bahan baku yang dibutuhkan Oktober 2012 Ratnaningsih, selama satu tahun adalah Analisis SE ,7 Kg, biaya Pengendalian pemesanan setiap kali pesan Persediaan adalah Rp ,00 harga Bahan Baku pembelian per kg yang Pada Pt Nt dibayar Rp dan

24 32 Piston Ring Indonesia di Karawang biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang sebesar 167,00. Biaya total pemesanan bahan baku sebesar Rp ,00 dan biaya total persediaan sebesar Rp ,41. Perbandingan biaya persediaan dilakukan antara Pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan dengan metode EOQ. Pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan menghasilkan biaya persediaan sebesar Rp ,41 Sedangkan biaya persediaan dengan pengendalian persediaan EOQ menghasilkan biaya persediaan Rp ,43. Penghematan sebesar Rp ,98 atau 6.23% dapat terjadi apabila perusahaan melakukan pengendalian persediaan dengan metode EOQ.

25 Kerangka Pemikiran Penelitian Identifikasi Masalah pada CV. Karya Nata Cahaya Naive Method Moving Average Weighted Moving Average Penggunaan Metode Forecasting Linear Exponential Regression Smoothing Exponential Smoothing with Trend Decomposition Method Perhitungan MAD dan MSE Perhitungan Persediaan Metode EOQ dan Min-Max

26 34

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman Industri di Indonesia pada saat ini berkembang cukup pesat. Bermacam macam industri banyak yang tumbuh berkembang sehingga mengakibatkan semakin banyaknya pesaing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert (2009) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Daft (2006:216) mendefinisikan manajemen operasi sebagai bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang.artinya kegiatan operasi hanya berfokus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut pendapat Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dizaman industri semakin maju dan berkembang serta diiringi dengan tingkat persaingan yang semakin ketat saat berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini terjadi perkembangan dan perubahan zaman yang cepat menyebabkan persaingan antar industri semakin kuat. Kebutuhan manusia sebagai konsumen pun harus disesuaikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1Landasan Teori 2.1.1Manajemen Operasional Menurut Heizer danrander (2009:4), manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manageyangberarti control. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : mengendalikan, menangani,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007:8), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasional Serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT. Sebastian Citra Indonesia terkait dengan jumlah penjualan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), peramalan merupakan sebuah seni dan sains dalam memprediksi masa yang akan datang. Peramalan melibatkan dara historis dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT Dinamika Indonusa Prima terkait dengan jumlah permintaan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan dikoordinasikan dengan baik. Menurut Robbins dan Coutler (2012:36) manajemen mengacu pada proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Strategi Bisnis, Jurnal Management Strategic, Aug 2015 PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Ardiz Sebastian ardiz.sebastian@gmail.com Mulyono,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan seluruh proses dalam perencanaan serta pelaksanaan suatu penelitian. Dan menurut Murti Sumarmi dan Salamah Wahyuni (2005, p47),

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL Fahmi Sulaiman 1 * & Nanda 1 1 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7322634 Fax: 061-7322649

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter yang dikutip dalam buku Management 11 th edition (Coulter, Robbins, 2010, p.7) manajemen adalah aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Sebenarnya perusahaan sudah

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Gaol (2008: 5) menyatakan bahwa, Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Produksi, diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM Jonathan Nandana Pratama Binus University, Jakarta, Indonesia, jonathan_nandanapratama@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen menurut Manullang (2004:5) adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang sudah

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.2 Peramalan 2.2.1 Pengertian Peramalan Peramalan merupakan gambaran keadaan perusahaan pada masa yang akan datang. Gambaran tersebut sangat penting bagi manajemen perusahaan karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN. 2.1.1 Pengetian Perencanaan Efektivitas adalah faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam jangka panjang. Sukses perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam melaksanakan aktivitas produksi suatu barang, setiap perusahaan, baik perusahaan jasa atau pun perusahaan perdagangan serta perusahaan manufaktur pasti mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut pendapat Assauri (2004,p.12) : Manajemen adalah kegiatan atau usaha

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut pendapat Assauri (2004,p.12) : Manajemen adalah kegiatan atau usaha BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut pendapat Assauri (2004,p.12) : Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) PERAMALAN (FORECASTING) Apakah Peramalan itu? Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam sistem manufaktur adanya persediaan merupakan faktor vital yang mempunyai dampak pengaruh besar terhadap biaya perusahaan. Meskipun demikian persediaan tetep di perlukan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Robbins dan Coulter (2010:23) mengatakan bahwa manajemen adalah pengkoordinasian dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Persediaan Persediaan adalah stok atau simpanan barang-barang. Biasanya, banyak dari barang-barang yang disimpan perusahaan dalam persediaan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi BABTI KAJIAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Persediaaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jaman sekarang perkembangan trend masyarakat semakin luas baik dari model pakaian, celana dan sepatu makin bermacam-macam jenis dan modelnya.hampir semua perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA

ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA ANALISIS PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN PENDEKATAN METODE MONTE CARLO PADA PT DELIJAYA GLOBAL PERKASA Eriani Lestari Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK PT. Delijaya Global Perkasa

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Email: iramutiara37@hotmail.com 2 Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan menajemen. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Menurut Sofyan Assauri (1984) dalam melakukan kegiatan usaha, setiap perusahaan harus memperkirakan semua yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.1.1 Pengertian Manajemen Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan dikoordinasikan dengan baik. Berpegang pada acuan menurut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi kegiatan karya orang lain sehingga kegiatan mereka selesai efisien dan efektif. Efisiensi mengacu pada mendapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Dalam pengertian paling luas, Manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Setiap hari kita dapat menjual barang atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Inventory (Persediaan) Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci