ABSTRAK. Kata Kunci: Keterampilan Komunikasi, Bimbingan Kelompok

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK. Kata Kunci: Keterampilan Komunikasi, Bimbingan Kelompok"

Transkripsi

1 1

2 MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI MELALUI TEKNIK BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI MA BAHRUL ULUM BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO Irma Djafar,Tuti Wantu, dan Meiske Puluhulawa ABSTRAK Meningkatkan Keterampilan Komunikasimelalui Teknik Bimbingan Kelompok pada Siswa kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai kabupaten Gorontalo. Skripsi, jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra.Hj.Tuti Wantu,M.Pd,Kons dan Pembimbing II Meiske Puluhulawa, S.Pd,M.Pd. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan komunikasi siswa, upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah melalui Teknik Bimbingan Kelompok, dengan maksud agar siswa dapat belajar melalui kelompok tentang keterampilan komunikasi. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai kabupaten Gorontalo yang berjumlah 23 0rang terdiri dari laki-laki 9 orang dan siswa perempuan 14 orang. Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan komunikasi siswa kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai kabupaten Gorontalo yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus dua kali pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan, bahwa keterampilan komunikasi siswa dapat ditingkatkan melalui teknik bimbingan kelompok, sehingga pada siklus I diperoleh 69,6%, dan siklus II 82,6%. Adapun hipotesis penelitian yang menyatakan: Jika digunakan Teknik Bimbingan Kelompok, maka Keterampilan Komunikasi Siswa Kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo. Akan meningkat., dapat diterima. Kata Kunci: Keterampilan Komunikasi, Bimbingan Kelompok 1 Dra. Tuti Wantu, M.Pd. Kons selaku dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan: Meiske Puluhulawa, S.Pd, M.Pd: dan Irma Djafar mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo. 2

3 Dalam kegiatan pembelajaran disekolah yang dituntut dari siswa bukan hanya bagaimana memahami pelajaran yang diberikan serta bagaimana kemampuan siswa dalam merespon apa yang diberikan guru, tetapi mereka juga dituntut agar dalam proses pembelajaran mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat saling membantu, saling memberi, menghargai pendapat teman. Hal-hal tersebut erat kaitannya dengan yang disebut sebagai keterampilan komunikasi siswa yang perlu ditumbuh kembangkan atau ditingkatkan. Keterampilan komunikasi memainkan peranan penting didalam pergaulan antar sesama manusia, cara dalam melakukan interaksi, baik dalam hal berkomunikasi maupun bertingkah laku dengan orang lain. Keterampilan komunikasi ini membiasakan sikap untuk mengembangkan dan menggunakan strategi mengatasi berbagai konflik yang terjadi dimasyarakat serta belajar dari kenyataan dan situasi seperti kehidupan sebenarnya. Pengetahuan, pamahaman, dan keterampilan.dalam menjalani hubungan sosial menjadi sebuah keharusan bagi manusia, terutama dalam berkomunikasi. Keterampilan komunikasi merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial dengan baik. Kemampuan anak dapat dilihat dari beberapa bentuk antara lain pendengar responsif, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan umpan balik terhadap teman bicara. Elksnin (dalam Adiyanti, 1999; Program PDP Protec Read Only ). Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilaksanakan pada bulan Desember Tahun 2013 di MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo bahwa masih banyak siswa MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai yang menunjukkan tingkat keterampilan komunikasi yang rendah. Adapun gejala yang muncul antara lain (1) kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, (2) kesulitan dalam berkomunikasi, (3) sulit untuk mengambil keputusan yang tepat, (4) kurang memberi perhatian pada sesama teman, (5) tidak mau membantu teman dalam kesulitan, (6) siswa lebih senang menyendiri dari pada berkomunikasi dengan orang lain. Hal-hal tersebut diatas terjadi pada siswa-siswa kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo dimana dari 23 orang siswa terdapat 8 orang (35%) yang memliki kemampuan keterampilan komunikasi yang baik dan 15 orang ( 65%) yang belum memiliki keterampilan komunikasi yang diharapkan. Kenyataan ini dipengaruhi oleh tidak saling membantu dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok, tidak saling memberi masukan atau pendapat dalam kelompok, tidak saling menghargai pendapat teman dalam kelompok. Hal ini dianggap sebagai masalah yang perlu dipecahkan melalui teknik bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah dengan melalui suasana kelompok. Dibanding dengan teknik lain bimbingan kelompok memiliki keunggulan antara lain siswa dapat : (1) beroleh kesempatan untuk mengenal dan memahami potensi yang dimilikinya, (2) peluang atau kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya secara bebas, (3) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri melalui dinamika kelompok, (4) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, (5) menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya, (6) kelompok merupakan tempat berbagi perasaan dan pikiran, (7) memungkinkan tumbuhnya kebersamaan serta keakraban satu sama lain. Disamping memiliki keunggulan bimbingan kelompok juga memiliki kelamahan, yaitu : (1) anggota kelompok sering kali menganggap bahwa bimbingan kelompok sama dengan diskusi kelompok, (2) tidak semua masalah dapat dientaskan dalam satu kali pertemuan, (3) tidak semua anggota merasa saling 3

4 membutuhkan, (4) belum tentu semua anggota memiliki semangat ya ng tinggi, (5) adanya perasaan ketidakpercayaan antara sesama anggota. Hartinah (2009:12) bimbingan kelompok merupakan salah satu usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok, yaitu antarhubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalah tersebut. Nurihsan (2005 : 266) menjelaskan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri dari atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Melalui teknik bimbingan kelompok, siswa yang belum memiliki keterampilan komunikasi akan termotivasi secara spontanitas karena pelaksanaan bimbingan kelompok melalui tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan topik yang akan dipecahkan. Disamping itu, dengan bimbingan kelompok siswa akan mempelajari halhal yang belum diketahuinya, melalui teman dalam kegiatan kelompok. Pada proses pelaksanaan bimbingan kelompok, siswa yang kurang memiliki keterampilan komunikasi akan terlibat langsung, disebabkan mereka terdorong untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi. Disisi lain aktivitas teman dalam kelompok akan membantu mereka, karena tidak secara langsung teman menjadi model bagi mereka untuk ikut berbicara seperti mengemukakan ide, gagasan, kesan maupun pesan pada proses dinamika kelompok. Berdasarkan pada hal-hal yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut: Meningkatkan Keterampilan Komunikasi melalui Teknik Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo. Secara pesifik elksin (dalam Abdul Wahab, 2008:7) mengidentifikasi keterampilan Komunikasi dengan beberapa ciri sebagai berikut : a. Perilaku Interpersonal Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang dipergunakan selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini biasa disebut juga keterampilan menjalin persahabatan, misalnya memperkenalkan diri, menawarkan bantuan dan memberikan atau menerima pujian. Keterampilan ini berhubungan dengan usia dan jenis kelamin. b. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri Merupakan keterampilan dalam mengatur diri sendiri dalam situasi sosial, misalnya keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontol kemarahan dan sejenisnya.dengan kemampuan ini anak dapat memperkirakan kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi dan dampak perilakunya pada situasi sosial tertentu. c. Perilaku yang berhubungan kesuksesan akademis Perilaku merupakan perilaku atau keterampilan yang dapat mendukung prestasi belajar disekolah, misalnya mendengarkan dengan tenang saat Guru menerangkan pelajaran, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, melakukan apa yang diminta Guru, dan semua perilaku yang mengikuti aturan kelas. d. Peer Acceptance 4

5 Merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya, misalnya memberi salam, memberi dan meminta informasi, mengajak teman terlibat dalam suatu aktivitas dan dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain. e. Keterampilan Komunikasi Merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial dengan baik. Kemampuan anak dapat dilihat dari beberapa bentuk antara lain menjadi pendengar responsive, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan umpan balik terhadap teman bicara. f. Social Acceptance Merupakan terpilihnya seseorang atau seorang anak untuk menjalin bagian dari kelompok tertentu. Social Acceptance ini memungkinkan seseorang untuk tampil atau lebih domain dalam kelompok, dan anggota-anggota lain dalam kelompok tersebut juga bersedia untuk bekerja sama atau bermain bersama. Menurut Safitri, bahwa keterampilan komunikasi yang harus dimiliki oleh anak yaitu sebagai berikut : a) Kenal diri. Merupakan bagian dari kecerdasan diri/interpersonal yang diperlukan anak untuk bisa menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Keterampilan ini akan membantu anak untuk memilih sendiri kegiatan yang dilakukan dengan teman, serta bagaimana dia bersikap menghadapi situasi sosial yang ditemui dan bisa mencari alternatif lain. b) Memberi pendapat Diperlukan anak untuk memperoleh persetujuan sosial dengan memberi pendapat.keterampilan ini mengajarkan pada anak untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, bisa menghargai pendapat orang lain,juga menimbulkan sifat pemurah. c) Membantu Merupakan keterampilan yang berhubungan dengan orang lain seperti empati dan simpati. Membantu menumbuhkan kesadaran diri pada anak untuk membantu orang lain, dapat mengembangkan sikap kepedulian sosial anak sehingga anak pun bisa diterima dalam lingkungan sosial lain yang lebih luas. d) Kerja sama. Keterampilan bekerja sama dibutuhkan untuk anak belajar saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain, tidak mementingkan diri sendiri, merasakan kebersamaan dengan lingkungan sosialnya terutama dalam kelompok. Melalui dinamika kehidupan kelompok tersebut, hendaknya setiap anggota kelompok mampu tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan kediriannya dalam hubungannya dengan orang lain. Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti kedirian secara umum. Menurut alur dan peraturan yang berlaku di masyarakat merusak kehidupan pribadi-pribadi orang lain. Sebaiknya, keperluan kehidupan orang lain atau kehidupan kelompok pada umumnya jangan sampai mematikan perkembangan pribadi kedirian perorangan. Pengembangan pribadi kedirian dan kepentingan orang lain atau kelompok harus dapat saling menghidupi. Istilah dasar yang sering dipakai untuk hal tersebut ialah pengendalian diri,tenggang rasa atau tepo sliro. Tiap-tiap individu hendaknya mampu mewujudkan kediriannya secara penuh dengan selalu mengingat kepentingan orang lain. Bimbingan kelompok seharusnya menjadi tempat penempaan sikap, keterampilan, dan keberanian sosial yang bertenggang rasa. Pelampiasan pribadi yang mau menang 5

6 sendiri, benar sendiri, atau kuat sendiri diatas pengorbanan anggota kelompok yang mungkin merupakan kekhususan sifat bimbingan kelompok indonesia jika dibandingkan dengan bimbingan kelompok di dunia barat yang lebih mementingkan perkembangan pribadi. Perwujudan/perkembangan kedirian dan kehidupan kelompok harus saling menghidupi sehingga tercapai suatu keselarasan, keserasian, dan keseimbangan diantara keduanya, yaitu unsur-unsur pribadi dan sosial. Tujuan bimbingan kelompok membantu individu menemukan dirinya sendiri, mengarahkan diri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut pandangan Bennet (dalam Marlin, 2005:17) mengemukakan tujuan bimbingan kelompok sebagai berikut: 1. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan,pribadi, dan sosial. Tujuan ini dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan: (a) Bantuan dalam mengadakan orientasi kepada situasi sekolah baru dan dalam menggunakan kesempatan-kesempatan dan fasilitas yang disediakan sekolah, (b ) Mempelajari masalah-masalah hubungan antar pribadi yang terjadi dalam kelompok dalam cara yang dapat diterima oleh masyarakat, (c) Mempelajari secara kelompok masalah-masalah pertumbuhan dan perkembangan, belajar menyesuaikan diri dalam kehidupan orang dewasa dan menerapkan pola hidup yang sehat, (d) Mempelajari secara kelompok dan menerapkan metode-metode pemahaman diri mengenai sikap, minat, kemampuan, kepribadian, dan kecenderungan-kecenderungan sifat, dan penyesuaian pribadi serta sosial, (e) Mempelaj ari secara kelompok dan penyesuaian pribadi serta sosial, (f) Mempelajari secara kelompok dunia pekerjaan, dan masalahmasalah penyesuaian dan penyesuaian pekerjaan, (g) Bantuan secara kelompok untuk mempelajari bagaimana membuat rencana pekerjaan jangka panjang, (h) Bantuan secara kelompok tentang cara membuat rencana pekerjaan jangka panjang, (i) Bantuan untuk mengembangkan patokan-patokan nilai untuk membuat pilihanpilihan dalam berbagai bidang kehidupan, dan dalam mengembangkan filsafat hidup. 2. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok dengan : (a) mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya, (b) Menghilangkan ketegangan-ketegangan emosi, menambah pengertian mengenai dinamika, kepribadian dan mengarahkan kembali energy yang terpakai untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dalam suasana yang permisif. 3. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif dari pada melalui kegiatan bimbingan individual. 4. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif dengan mempelajari masalah-masalah yang umum dialami oleh individu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan-hambatan emosional melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap individu menjadi lebih mudah. Teknik-teknik bimbingan kelompok merupakan cara-cara bagaimana kegiatan bimbingan kelompok dilaksanakan. Teknik-teknik yang digunakan untuk melaksanakan bimbingan kelompok tersebut dipilih dan disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperbaiki dan mengembangkan perilaku yang diinginkan sebagaimana yang diharapkan. Ada beberapa teknik yang biasanya dilaksanakan dalam bimbingnan kelompok, yaitu antara lain : pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah, permainan peran, dan permainan simulasi. 6

7 Untuk lebih jelasnya dari teknik-teknik sebagaimana disebutkan diatas akan diuraikan sebagai berikut : 1) Teknik pemberian informasi Sering juga disebut metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh pembicara kepada kelompok pendengar. Pelaksanaan teknik ini mencakup tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. jacobsen dkk (dalam Marlin, 2005:20). 2) Diskusi kelompok Merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah yang didasarkan pada sejumlah data, bahan-bahan dan pengalaman-pengalaman, dimana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin. 3) Pemecahan masalah Merupakan suatu proses yang kreatif dimana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai-nilai hidupnya. 4) Permainan peran Istilah permainan peran mempunyai empat macam arti, yaitu : (1) suatu yang bersifat sandiwara, (2) sesuatu yang bersifat sosiologis atau pola -pola perilaku yang ditentukan oleh norma-norma sosial, (3) sesuatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan, (4) sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan. Corsini ( dalam Marlin, 2005:21) Dibanding dengan teknik lain bimbingan kelompok memiliki keunggulan antara lain siswa dapat : (1) beroleh kesempatan untuk mengenal dan memahami potensi yang dimilikinya, (2) peluang atau kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya secara bebas, (3) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri melalui dinamika kelompok, (4) menggunakan kemampuannya untuk ke pentingan dirinya, (5) menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya, (6) kelompok merupakan tempat berbagi perasaan dan pikiran, (7) memungkinkan tumbuhnya kebersamaan serta keakraban satu sama lain. Disamping memiliki keunggulan bimbingan kelompok juga memiliki kelamahan, yaitu : (1) anggota kelompok sering kali menganggap bahwa bimbingan kelompok sama dengan diskusi kelompok, (2) tidak semua masalah dapat dientaskan dalam satu kali pertemuan, (3) tidak semua anggota merasa saling membutuhkan, (4) belum tentu semua anggota memiliki semangat yang tinggi, (5) adanya perasaan ketidakpercayaan antara sesama anggota. Metode Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 23 orang yang terdiri dari Laki-laki 9 orang dan Perempuan 14 orang. Yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Input (masukan) Yang menjadi variable input (masukan) adalah kegiatan guru merencanakan pembelajaran sesuai dengan teknik bimbingan kelompok, satuan layanan, dan media layanan. 2. Variabel Proses Yang menjadi variable proses bimbingan itu sendiri yang meliputi : 1) Tahap pembentukan: a) Salam 7

8 b) Menerima anggota kelompok dengan keremahan dan keterbukaan serta mengucapkan terima kasih atas partisipasi anggota kelompok c) Melakukan perkenalan dan pengakraban d) Menjelaskan arti dan tujuan bimbingan kelompok e) Menjelaskan tata cara pelaksanaan bimbingan kelompok f) Menjelaskan azas-azas dalam bimbingan kelompok g) Melakukan permainan untuk pengakraban.permaian yang dilakukan adalah Marina Menari 2) Tahap peralihan a) Menjelaskan kembali dengan ringkas cara pelaksanaan bimbingan kelompok b) Melakukan tanya jawab untuk memastikan kesiapan anggota kelompok c) Mempelajari suasana kelompok d) Menekankan azas-azas yang perlu dipedomani dan diperhatikan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok 3) Tahap kegiatan a) Menjelaskan secara singkat topic yang akan dibahas b) Menjelaskan hal-hal yang perlu dibahas c) Membahas topik dengan meminta anggota kelompok untuk mengemukakan pendapat/gagasan terhadap topik yang akan dibahas d) Melakukan permainan sebagai selingan 4) Tahap pengakhiran a) Menjelaskan bahwa kegiatan akan berakhir b) Meminta peserta untuk menyampaikan komitmen dan hasil yang dicapai dalam kegiatan bimbingan kelompok c) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pesan dan kesan d) Menyepakati kegiatan selanjutnya e) Menyucapkan terima kasih f) Berdoa g) Salam penutup 3. Variabel Output (Hasil) Yang menjadi variabel output (hasil) adalah mengacu pada indikator: a. Saling membantu dalam mengemukakan pendapat b. Saling memberi masukan atau pendapat c. Menghargai pendapat teman Tahapan-tahapan penelitian : 1. Tahap persiapan 2. Tahap pelaksanaan penelitian 3. Tahap pemantauan dan evaluasi 4. Tahap analisis dan refleksi Sumber data dan pengumpulannya: a. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru sebagai peneliti b. Cara pengumpulan data melalui observasi tentang keterampilan komunikasi siswa melalui teknik bimbingan kelompok, dengan mengacu pada variabel output. 8

9 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dikelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 23 orang, terdiri dari laki-laki 9 orang dan 14 orang siswa perempuan. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai ketu dibantu oleh 2 orang guru mitra. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan yang diawali dengan observasi awal dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pada observasi awal dilihat skor siswa yang memiliki keterampilan komunikasi dengan kategori Sangat Baik 2 orang ( 8.7%), kategori Baik 6 orang (26.1%). yang termasuk pada kategori Cukup 14 orang (60.9%), kategori Kurang 1 orang (4.3%) berdasarkan aspek yang dinilai atau berdasarkan indikator. Dari hasil observasi awal ini, dapat dilihat ada 15 orang (65%) yang kurang memiliki keterampilan komunikasi. Pada siklus Idiperoleh skor keterampilan komunikasi siswa dengan kategori Sangat Baik 4 orang ( 17.4%), kategori Baik 12 orang (52.2%), kategori Cukup 7 orang (30.4%),dan p ada siklus II Pada tabel diatas diperoleh skor keterampilan komunikasi siswa dengan kategori Sangat Baik 8 orang (34.8%), kategori Baik 11 orang (47.8%), kategori Cukup 4 orang (17.4%). Pembahasan Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pada observasi awal siswa yang memiliki keterampilan komunikasi berjumlah 8 orang siswa (34.8%)dan yang memiliki keterampilan komunikasi rendah 15 orang (65.2%), dari siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata keterampilan komunikasi siswa mengalami peningkatan menjadi 65% atau terjadi peningkatan jumlah siswa dari 8 menjadi 15 orang siswa, pada kategori Sangat Baik 3 orang (13%) pada kategori Baik 12 orang (52%), dan yang belum memiliki keterampilan komunikasi termasuk pada kategori Cukup 8 orang (35%). Siklus I pertemuan 2 mengalami peningkatan menjadi 16 orang (69.6%), pada kategori Sangat Baik 4 orang siswa (17.4%) dan kategori Baik 12 orang (52.2%) serta yang belum memiliki keterampilan komunikasi termasuk pada kategori Cukup berjumlah 7 orang (30.4%). Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil 18 orang (78%), dengan kategori Sangat Baik 5 orang (22%) dan kategori Baik 13 orang (56%) serta yang termasuk pada kategori Cukup 5 orang (22%). Pada siklus II pertemuan 2, diperoleh hasil yang memiliki keterampilan komunikasi 19 orang siswa (82%), dengan kategori Sangat Baik 8 oarng (35%) dan kategori Baik berjumlah 11 orang (48%), dan yang termasuk pada kategori Cukup 4 orang (17%). Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya bahwa hasil yang dicapai belum semua siswa memiliki keterampilan komunikasi. Untuk itu teknik bimbingan kelompok salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa akan diupayakan terus guna mencapai hasil yang maksimal. Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok, yaitu antar hubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana masingmasing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut.(hartinah, 2009:12) Kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan keterampilan komunikasi siswa melalui teknik bimbingan kelompok, memiliki indikator kinerja: 9

10 apabila 80% dari jumlah siswa yang memiliki keterampilan komunikasi ataupun meningkat dari 8 orang (35%) menjadi 19 orang (82%) dari jumlah siswa 23 orang; dapat diterima. kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa telah tercapai peningkatan keterampilan komunikasi melalui teknik bimbingan kelompok pada siswa kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo, dimana pada observasi awal 34.8%, siklus I 69.6%,dan siklus II 82.6% Berdasarkan ini pula hipotesis yang menyatakan: Jika digunakan Teknik Bimbingan Kelompok maka Keterampilan Komunikasi Siswa Kelas XI MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo akan Meningkat; dapat diterima. Saran Sesuai dengan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi saran, yaitu: 1) Diharapkan kepada guru BK sebaiknya menguasai dan menerapkan teknik bimbingan kelompok dalam rangka meningkatkan keterampilan komunikasi. 2) Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling diharapkan guru BK dapat bekerjasama dengan pihak-pihak yang dapat membantu terselenggaranya teknik bimbingan kelompok secara efektif. Diantaranya guru BK dapat bekerjasama dengan kepala madrasah, wali kelas, guru mata pelajaran, serta dengan orang tua siswa. 3) Bagi kepala madrasah disarankan kedepannya dapat memberikan jam tambahan khusus untuk layanan bimbingan dan konseling, agar para siswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan yang ada dalam layanan bimbingan dan konseling tersebut. Dan dapat menjadikan siswa tidak hanya unggul dibidang inteligensi melainkan unggul pula dalam bidang emosional. 4) Bagi siswa MA Bahrul Ulum Batudaa Pantai diharapkan untuk bersungguhsungguh mengikuti layanan bimbingan dan konseling agar mendapatkan pengalaman yang bermanfaat bagi kehidupan mereka. 10

11 Daftar Pustaka Adiyanti.1999; Program PDP Protec Read Only (online) Read Only. Diakses 19 Agustus 2013 Miller,G.A.1957 Psychology and Communication, Washington, D.C.: Voice of America, USA (terjamahan Drs.Jalaludin Rakhmat,M.Sc.2008), Bandung, PT Remaja Rosdakarya Hoveland, carl I Social Communication,Am.phil.Soc.XCII, halaman 371(dance No.33/Catg.Stappers). Shannon, C.E. dan Weaver W The matematical Thory of Communication, Urbana, The University Illinois Press.(terjemahan Prof.Dr.H. Anwar Arifin.1988), Jakarta, PT Rajagrafindo Persada. Abdulwahab Skala keterampilan komunikasi. Laporan penelitian, UGM Yogyakarta Hartinah, Siti Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, PT. Refika Aditama : Bandung Prayitno Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, Ghalia-Indonesia: Jakarta Seri Layanan L.6 L.7 Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok, Padang : jurusan BK FIP UNP Nurihsan J. Achmad Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, refika Aditama : Jakarta 11

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO 1 MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa, Dinco Karim ABSTRAK Masalah dalam penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa 1 2 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII B DI MTS. AL-KHAIRAAT KOTA GORONTALO Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Penelitian Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan pada anak yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bone Bolango. Adapun siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII

BAB III METODE PENELITIAN. Bone Bolango. Adapun siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tsanawiyah Muhammadiyah Kabila Kabupaten Bone Bolango. Adapun siswa yang menjadi subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan melalui pencatatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan melalui pencatatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan melalui pencatatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Wenny Hulukati, Murhima A. Kau, Ramlah ABSTRAK Meningkatkan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran yang aktif seperti yang di kehendaki dalam Undang Undang RI No

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

Melin Pratikasari. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi ABSTRAK

Melin Pratikasari. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi   ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI PENERAPAN TEKHNIK BRAINSTORMING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI Melin Pratikasari

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL. Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL. Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL Richah Sofiyanti

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN DAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING Apa yang dimaksud bimbingan & konseling? Mengapa ada BK di sekolah? Bagaimana pelaksanaan BK? PENGERTIAN BIMBINGAN Jones (1963) membantu seseorang agar yang dibimbing mampu membantu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kelompok A TK. anak di kelompok A TK ABA Payunga Kecamatan Batudaa.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kelompok A TK. anak di kelompok A TK ABA Payunga Kecamatan Batudaa. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian a. Tempat Tempat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kelompok A TK ABA Payunga Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo, yang dimungkinkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN. Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dari interaksi

Lebih terperinci

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DIKELAS X PEMASARAN SMK NEGERI I LIMBOTO Candra Hulopi 911 409 022

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ekonomi Prodi S1 Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS X AK 1 SMK NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Sofyawati Usman Jurusan Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL. Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL. Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 2015 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 lab

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 lab BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kenaran 2 Prambanan yang terletak di Jl. Watubalik, Sumberharjo, Prambanan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Adapun lokasi pelaksanaan penelitian dilakasanakan di TK Aster Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengenai data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengenai data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada bagian ini peneliti akan menyajikan tentang hasil penelitian mengenai data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL 0 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL LAURA SUKMAWATI NPM: 11060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS X3 SMAN 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: Hardani Endarwati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia di sekolah ini sehingga lebih mudah untuk menerapkan tindakan kelas pada

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia di sekolah ini sehingga lebih mudah untuk menerapkan tindakan kelas pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batudaa Pantai. Alasan pemilihan loksai ini karena peneliti adalah guru pengajar mata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel X (Teknik Konseling Kelompok) Konseling Kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku

Lebih terperinci

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta SIMPOSIUM GURU JUDUL : Upaya Meningkatkan Kesehatan Mental Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas X TS A SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Usia remaja merupakan saat pengenalan/ pertemuan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

Multin Arabi, Salma Bowtha, Radia Hafid 1. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Abstrak

Multin Arabi, Salma Bowtha, Radia Hafid 1. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Multin Arabi, Salma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Latar dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1. Latar Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di kelas III SDN 11 Telaga Biru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa 62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

USAHA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MODEL JIGSAW

USAHA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MODEL JIGSAW USAHA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MODEL JIGSAW ELPA SASWITA Guru SMP Negeri 1 Kuantan Mudik saswitaelpa@gmail.com ABSTRAK Sebagian besar guru masih melaksanakan pembelajaran dengan

Lebih terperinci

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 11, 2013; Revised Nopember 11, 2013; Accepted December 30, 2013 Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Efektivitas Teknik Pembelajaran Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Tunalaras di SLB E Handayani Wiwiet Purwitawati Sholihah dan Dedy Kurniadi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Hubungan Interpersonal 2.1.1 Pengertian Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, untuk mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR IPA TENTANG SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI METODE DISKUSI DENGAN TEHNIK PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

OPTIMALISASI HASIL BELAJAR IPA TENTANG SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI METODE DISKUSI DENGAN TEHNIK PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA Dinamika Vol. 3, No. 1, Juli 2012 ISSN 0854-2172 OPTIMALISASI HASIL BELAJAR IPA TENTANG SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI METODE DISKUSI DENGAN TEHNIK PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA Maria Ulfah SMP Negeri 2

Lebih terperinci

PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG

PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG ARTIKEL E JURNAL YULLY HASMI YELVI NPM:10060026 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Kustanti Prasetyaningtyas SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Kustanti Prasetyaningtyas SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 215 ISSN 854-2172 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman

Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman 35-39 35 UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DI DALAM KELAS MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BERUNTUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Nelly Oktaviyani (nellyokta31@yahoo.com) 1 Yusmansyah 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The purpose of this study

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Endang Sampurnawati (09220037) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Motivasi merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, tetapi juga mendidik aspek-aspek lainnya, salah satunya aspek sosial perilaku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di MI Al-Manar Alalak yang merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang berada dibawah naungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian pada tanggal 3 Maret 2012 penulis terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif dan pasif, artinya

Lebih terperinci

SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763

SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763 PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL SMA NEGERI 1 SANDEN Alamat. JL. Ngentak, Murtigading, Sanden, Bantul, 55763 RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL SEMESTER I TAHUN 2016 1. Topik : Membangun pertemanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SDN 7 Bilato Kabupaten Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SDN 7 Bilato Kabupaten Gorontalo. 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan karakteristik subjek penelitian 3.1.1 Latar penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV SDN 7 Bilato Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII Leo Iskandar (leoiskandar46@yahoo.co.id) 1 Giyono 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The purpose of this

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU Hadi Guru Matematika SMP Negeri 1 Palu Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI DI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA BARAT

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI DI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA BARAT KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI DI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA BARAT Eka Nopera Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The goal of this research are to see information about

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri PENERAPAN MODEL STAD DENGAN PERMAINAN KUIS MAKE A MATCH PADA MATERI SISTEM GERAK TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII J SMPN 2 NGUNUT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK Pembimbing I Oleh Haryaningsih Pendidikan Matematika NIM. 411 409 042 Pembimbing II Drs. Perry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA adalah individu yang sedang mengalami masa remaja akhir ( late adolescence) berada pada usia 15 sampai 18 tahun. Sedangkan masa remaja dimulai kira-kira

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW FAHRUDDIN Guru SMA Negeri 1 Medan Email: fahruddin1958@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatuddiniyah yang beralamat Jalan Jambu Burung Keramat RT. 7 Desa Jambu Burung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan masalah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN Oleh : SYUKRI MARZUKI NPM: 11060269 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Theresiana Salatiga, dengan mengambil subjek penelitian di kelas XI. Diperoleh subjek penelitian sebanyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn. BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar PKn Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar mata pelajaran PKn. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent. 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sistematika Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (quasi experiment atau eksperimen semu). Penelitian ekperimen adalah penelitian dimana ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Kartini Desa Modelomo Kabila Kabupaten Bone

Lebih terperinci

DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Irvin Novita Arifin S.Pd, M.

DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Irvin Novita Arifin S.Pd, M. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SUSUNAN BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DIKELAS V SDN 20 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN :

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN : 9-14 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BERPUSAT KOOPERATIF MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SD NEGERI 13 LANGSA TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Jasimah Sekolah Dasar Negeri 13 Langsa Diterima

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru

BAB II KAJIAN TEORI. sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Manajemen Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhannya. Alasannya tanpa manajemen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi di Kelas IIIB SD Integral Rahmatullah Tolitoli Sarina Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri I Gorontalo dengan jumlah siswa 34 orang dan I orang guru mitra.

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi Ayub Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SEMESTER 2 SMA 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

PENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SEMESTER 2 SMA 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 PENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS SEMESTER SMA KUDUS TAHUN PELAJARAN 009 / 00 Hasan Mahmud Guru Bimbingan Konseling SMA Kudus hasanmahmud966@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian disiplin belajar Disiplin merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk mendididk dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL SISWA BERPRESTASI DALAM BELAJAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING JURNAL ILMIAH

INTERAKSI SOSIAL SISWA BERPRESTASI DALAM BELAJAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING JURNAL ILMIAH INTERAKSI SOSIAL SISWA BERPRESTASI DALAM BELAJAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING JURNAL ILMIAH NAMA : PENI RAMANDA BP/NIM : 2008 / 01089 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA 1 2 MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK MODELING DI PAUD CENDEKIA DESA KETAPANG KECAMATAN GENTUMA KABUPATEN GORONTALO UTARA ABSTRAK Rina Mahan, Tuti Wantu, M.Pd, Kons, Irpan Kasan, S.Ag, M.Pd

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN Artikel Skripsi EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci