MODEL PENDIDIKAN GIZI HEALTHY GIRLS SMART GIRLS BAGI REMAJA PUTRI DI PROVINSI JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENDIDIKAN GIZI HEALTHY GIRLS SMART GIRLS BAGI REMAJA PUTRI DI PROVINSI JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 Bidang Kajian : Kesehatan/ Gizi Masyarakat LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA MODEL PENDIDIKAN GIZI HEALTHY GIRLS SMART GIRLS BAGI REMAJA PUTRI DI PROVINSI JAWA TENGAH Oleh : Vilda Ana Veria S, S.Gz, M.Gizi NIDN dr. Sri Soenaryati, M.Kes NIDN Maryani Setyowati, SKM, M.Kes NIDN Dibiayai Oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2014 UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA 1. a. Judul Penelitian : Model Pendidikan Gizi Healthy girls smart girls bagi Remaja Putri di Provinsi Jawa Tengah b. Bidang Ilmu : Kesehatan/ Gizi Masyarakat c. Kategori Penelitian : Penelitian Dosen Muda 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar : Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz, M.Gizi b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Golongan/ Pangkat/ NIDN : IIIB/ d. Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar e. Jabatan Struktural : Staf Edukatif f. Fakultas/ Jurusan : Kesehatan/ S1 Kesehatan Masyarakat g. Pusat Penelitian : Kesehatan 3. Alamat Ketua Peneliti a. Alamat kantor/ Telp/ Fax/ Jl Nakula I No.5-11 Semarang 50131/(024) /(024) / secretariat@dinus.ac.id b. Alamat rumah/ Telp/ Fax/ Permata Majapahit No. 58, Pedurungan/ / vera.herlambang@gmail.com 4. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang a. Nama Anggota : dr. Sri Soenaryati, M.Kes Maryani Setyowati, SKM,M.Kes 5. Lokasi Penelitian : Semarang dan Sragen 6. Kerjasama dengan institusi lain : - 7. Lama Penelitian : 6 bulan 8. Biaya yang diperlukan a. Dinas Pendidikan Provinsi Jateng : Rp ,00 b. Sumber lain, sebutkan : - Jumlah Rp ,00 (Lima belas juta rupiah) Semarang, 20 Januari 2014 Mengetahui : Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Peneliti Dr.dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes Vilda Ana Veria Setyawati, M.Gizi NPP NPP Menyetujui, Kepala Pusat Penelitian Juli Ratnawati, SE, M.Si NPP

3 RINGKASAN Penelitian di Semarang tahun 2008, ada 25% remaja Semarang memiliki status gizi di bawah normal. Sebaliknya pada tahun 2011 berdasarkan hasil penjaringan peserta didik TA 2011/2012 pada remaja usia 16 tahun dari anak sebesar 3,71% berstatus gizi lebih. Kecenderungan masalah gizi sejak tahun 2000 ke atas adalah penyakit tidak menular yang terdiri dari berbagai jenis penyakit degenerative. Model penelitian yang dipilih adalah kuantitatif. Peneliti melakukan observasi pada empat variabel yang sudah ditentukan dilokasi penelitian, dengan kata lain penelitian ini merupakan explanatory research. Rancangan yang dipilih pada penelitian ini adalah cross sectional. Variabel penelitian ini adalah status gizi, body image, pengetahuan gizi, perilaku makan, Pengumpulan data dilakukan dengan observasi klinis dan wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan adalah digital scale, microtoa, dan kuesioner. hipertensi, diabetes mellitus, stroke, asam urat, gagal ginjal, dan jantung. Hasil pengukuran status gizi menujukkan bahwa sebagian besar remaja kota berstatus gizi kurang (47,9%), sedangkan remaja dari desa berstatus gizi normal (56,2%). Beberapa literatur menjelaskan bahwa justru dengan kemudahan akses informasi, remaja kota terpapar beberapa informasi yang kurang tepat mengenai diet. Hasil yang berkebalikan ditunjukkan pengukuran body image, yaitu pada remaja kota sebagian besar merasa puas (77,1%) dengan bentuk tubuhnya, sedangkan remaja desa sebagian besar (64,6%) merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Hasil pengukuran variabel pengetahuan gizi menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup, remaja putri kota (52,1%) dan remaja desa (62,5%). Hasil yang mencengangkan ditunjukkan pada perilaku makan, baik remaja putri desa maupun kota memiliki perilaku makan yang belum baik (100%). Pada uji perbedaan keempat variabel diantara kelompok kota dan desa, hanya variabel status gizi yang menunjukkan adanya perbedaan. Sehingga produk penelitian ini adalah sebuah buku yang akan menjawab ketidakpahaman remaja tentang gizi. Kata Kunci : Remaja Putri, status gizi, body image, pengetahuan gizi, perilaku makan 3

4 PRAKATA Puji syukur dipersembahkan kepada Allah swt, atas karunia danperkenan- Nya sehingga penyusunan laporan penelitian yang berjudul Model Pendidikan Gizi Healthy Girls Smart Girls Bagi Remaja Putri di Provinsi Jawa Tengah dapatdiselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baiktanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan dukungan dana dalam penelitian ini 2. Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang, DR. Ir Edi Noersasongko,M.Kom dan Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang, DR. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam penelitian ini. 3. Para remaja putri SMA di Jawa Tengah yang telah menjadi responden penelitian 4. Mahasiswa yang turut membantu pelaksanaan penelitian sebagai enumerator 5. Teman-teman dosen dan tata usaha Fakultas Kesehatan UDINUS atas dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidaklah sempurna. Oleh karenaitu, saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semarang, Nopember

5 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RINGKASAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB 1. PENDAHULUAN... 1 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 4 BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 5

6 DAFTAR TABEL 1. Tabel 2.1. Kategori status gizi berdasarkan BMI Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Individu Tabel 5.2 Uji Perbedaan pada keempat variabel

7 DAFTAR LAMPIRAN 1. Penggunaan dana penelitian 2. Daftar Riwayat Hidup 3. Analisis Data 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian 5. Draft Buku Hasil Penelitian 7

8 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Survei terhadap mahasiswa kedokteran di Perancis menunjukkan bahwa 16% mahasiswa kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan gizi. Penelitian lain di Kairo menunjukan asupan zat besi pada remaja putri tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di negara sedang berkembang sekitar 27% remaja putra dan 26% remaja putrid menderita anemia (Arisman, 2004). Keadaan gizi juga akan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan akan mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian di Semarang tahun 2008, ada 25% remaja Semarang dengan jenjang pendidikan SMA, memiliki status gizi di bawah normal. Pada penelitian yang sama juga didapatkan data bahwa sebesar 48,9% remaja putri memiliki pengetahuan gizi yang kurang (Purwaningsih E, 2008). Sebaliknya pada tahun 2011 berdasarkan hasil penjaringan peserta didik TA 2011/2012 pada remaja usia 16 tahun dari anak, sebesar 3,71% berstatus gizi lebih (Aini SN, 2012). Ke depan, status gizi lebih akan berlanjut menjadi obesitas. Penelitian lain yang juga dilakukan di Semarang tahun 2013 pada remaja yang bestatus mahasiswa menunjukkan bahwa 41 % remaja berstatus gizi tidak normal (Matin SS dan Setyawati VAV, 2013). Sejak tahun 2010, banyak westernisasi yang menjadi kiblat remaja dalam berbagai bidang, diantaranya gaya dan perilaku makan. salah satu negara yang menjadi kiblat remaja adalah korea. Dengan masuknya Korean wave atau demam korea, remaja-remaja mengidolakan tokoh-tokoh penyanyi dan artis dari negara tersebut. Mereka berusaha untuk meniru apa yang melekat pada artis Korea, yaitu tubuh yang super langsing. Sehingga muncul definisi body image negatif dikalangan remaja, bahwa tubuh yang ideal adalah tubuh yang super langsing. Demi mendapatkannya, remaja rela melakukan diet ketat tanpa disertai pengetahuan gizi yang cukup, sehingga muncullah perilaku makan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip gizi. Apabila hal ini diteruskan, akan berpengaruh pada kualitas kesehatan dan gizi remaja yang seharusnya disiapkan dengan matang sebagai seorang calon ibu. 8

9 Remaja putri mengalami percepatan pertumbuhan lebih dahulu dibanding remaja pria, karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi, seperti haid dan kehamilan. Mereka memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan cenderung mudah terpengaruh oleh hal-hal baru. Pengaruh yang paling besar berasal dari kelompok teman sebaya. Mereka ikut dalam club-club yang perilaku dan nilai kolektifnya sangat mempengaruhi perilaku individu yang menjadi anggotanya, termasuk perilaku makan(khomsan A, 2003). Karena kurangnya pengetahuan dibidang gizi, sehingga munculah body image negatif dan kesalahan perilaku makan. Body image negatif atau persepsi citra tubuh yang buruk merupakan masalah serius yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental, perilaku makan dan keterbatasan aktifitas fisik. Body image negatif dapat mendorong seseorang melakukan perilaku kontrol berat badan yang tidak sehat dan disorder eating (Croll J, 2005). Dalam masa pencarian identitas, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. (Khomsan A, 2003). Sepanjang sejarah, standar kecantikan seorang wanita selalu berubah dan sulit untuk dimengerti. Wanita, tidak terkecuali remaja putri, mampu mengorbankan kenyamanannya dan bahkan menahan rasa sakit untuk dapat mencapai standar kecantikan yang diinginkan. Persepsi body image pada remaja lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan pertemanan (Derenne, J L, Beresin, E V, 2006). Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam penggunaan pangan. Semakin tinggi pengetahuan gizi, seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi (Fikawati S dan Syafiq A, 2004). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Dengan sikap dan perilaku makan yang kurang baik akan mengakibatkan status gizi yang kurang bagi remaja tersebut. Pendidikan di sekolah merupakan tempat yang paling cocok untuk memberikan segala macam informasi bagi remaja. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah gizi tidak termasuk sebagai salah satu mata pelajaran, seperti agama ataupun kewarganegaraan untuk membentuk siswi yang berbudi pekerti. 9

10 Oleh karena itu perlu dilakukan pendidikan gizi untuk para siswi untuk meningkatkan pengetahuan dibidang gizi dan mewujudkan remaja yang sehat dan berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan dengan memberikan suatu media edukasi yaitu buklet (Contento IR, 2010). Hasil penelitian Widajanti, et al (2004) didapatkan hasil bahwa komik dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar tentang GAKY (Widajanti L, et al, 2004). Pendidikan diharapkan akan lebih efektif jika ditambah dengan media pendidikan. Buklet adalah media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku (Ghazali PL, 2008). Dasar-dasar dari pembuatan buklet tersebut adalah sejauh mana remaja tahu tentang body image dan pengetahuan gizi, serta bagaimana perilaku makan dan status gizi mereka. Luaran yang diharapkan adalah terukurnya body image, pengetahuan gizi, perilaku makan, dan status gizi pada remaja sebagai dasar pembuatan buklet untuk model pendidikan gizi yang menarik pada remaja. Selain itu remaja putri Jawa Tengah bisa menjadi model bagi remaja-remaja di wilayah lain. B. RUMUSAN MASALAH Bagiamana body image, pengetahuan gizi, perilaku makan, dan status gizi pada remaja di Provinsi Jawa Tengah? Bagaimana model pendidikan gizi yang tepat bagi mereka sehingga terwujud healthy girls smart girls? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Menganalisis body image, pengetahuan gizi, perilaku makan, dan status gizi pada remaja 2. Dibuatnya draft buklet berjudul healthy girls smart girls sebagai model pendidikan gizi yang menarik bagi remaja 10

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image Body image dibentuk oleh persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik terhadap tubuh. Body image dapat didefinisikan sebagai cara seseorang menilai penampilan fisik tubuhnya, termasuk tinggi badan, berat badan dan bentuk tubuhnya. Terdapat tiga komponen penting dalam body image, yaitu (Fish J, Ryan C, Zechetmayr M, 2004) : a. Body reality (apa yang kita rasakan tentang bentuk tubuh kita) b. Body presentation (bagaimana kita menampilkan tubuh kita dalam lingkungan, seperti cara berpakaian dan bertingkah laku) c. Body ideal (bagaimana bentuk tubuh yang seharusnya kita miliki) Body image positif adalah persepsi yang benar dan jelas tentang bentuk tubuh yang dimiliki, merasa bangga dan menerima keunikan bentuk tubuh yang dimiliki serta merasa nyaman dan percaya diri dengan tubuh yang dimiliki. Body image negatif adalah persepsi yang salah tentang tubuh yang dimiliki, merasa bentuk tubuh tidak seperti kenyataan yang ada serta merasa malu, cemas, tidak nyaman dan canggung dengan bentuk tubuhnya. Body image negatif atau persepsi citra tubuh yang buruk merupakan masalah serius yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental, perilaku makan dan keterbatasan aktifitas fisik. Body image 11

12 negatif dapat mendorong seseorang melakukan perilaku kontrol berat badan yang tidak sehat dan disorder eating (Croll J, 2005). Remaja bisa saja sangat nstrumen terhadap penampilannya. Remaja sering merasa tidak nyaman dengan perubahan yang terjadi secara cepat pada tubuhnya, di saat yang sama mereka ingin terlihat seperti teman yang mereka anggap paling sempurna dan atau tokoh idolanya. Remaja sering kali merasa tidak puas terhadap penampilanya. Remaja sering merasa tidak bahagia dengan berat badan dan bentuk tubuh mereka, sedangkan remaja pria lebih menginginkan bentuk tubuh yang berotot. Pubertas pada remaja nstru dibarengi dengan peningkatan lemak tubuh. Perubahan ini dapat menyebabkan ketidak puasan diantara remaja. Beberapa remaja berusaha untuk mengontrol kenaikan berat badan melalui perubahan kebiasaan dan perilaku makan (Rome ES, Vazquez, IM, Blazar NE, 2003). Faktor yang mempengaruhi body image : - Media massa Body image sangat dipengaruhi oleh media massa yang menampilkan bentuk tubuh kurus sebagai bentuk tubuh yang ideal. Majalah remaja menampilkan citra seorang wanita muda, langsing, menarik dan wajah cantik, sedangkan majalah remaja pria menampilkan bentuk tubuh kuat berotot dan menarik (Croll J, 2005). - Keluarga Tekanan dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidak puasan terhadap bentuk tubuh. Komentar dari orang tua dan anggota keluarga lain mempunyai pengaruh yang besar terhadap body image anak. Komentar negatif tentang berat badannya dapat membuat anak melakukan perilaku makan yang tidak sehat. - Teman Hubungan pertemanan secara emosional menyediakan keamanan dan kenyamanan bagi remaja untuk saling berbagi. Pada umumnya hubungan nstru teman juga membentuk cara pandang yang sama, khususnya pendapat tentang tubuh ideal. - Lingkungan 12

13 Body image dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kebudayaan, seperti apa yang orang lain nstrume tentang tubuh kita dan lingkungan tempat kita tumbuh (Croll J, 2005). Perubahan-perubahan yang terjadi pada periode remaja meletakkan kelompok ini, terutama perempuan, ke dalam kelompok resiko tinggi untuk berperilaku mengubah penampilan hingga memberi rasa nyaman, melalui perilaku makannya (Fikawati S, Syafiq A, 2007). B. Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan di dalam domain kognotif mempunyai 6 tingkatan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (instrument), analisa (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo S, 2003). Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan (Suhardjo, 2003) : Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. a. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanannya mampu menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. b. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi.9 Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Pengetahuan gizi merupakan faktor yang penting dalam masalah kurang gizi yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan dan dalam pengolahan sehingga menurunkan kadar kandungan gizi (Azwar S, 2003). Pengetahuan gizi berperan dalam memberikan cara menggunakan pangan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Tingkat 13

14 pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan salah satunya didapat melalui jalur pendidikan gizi yang umumnya lebih baik dilakukan sedini mungkin untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki kebiasaan konsumsi pangan. Melalui pendidikan kesehatan di sekolah, remaja menjadi tahu apa yang seharusnya dan tidak seharusnya mereka makan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja memiliki pengetahuan gizi yang baik, tetapi hal itu tidak berdampak pada perilaku makannya. Pengaruh yang lebih besar justru berasal dari pengaruh lingkungan dan iklan media massa (Azwar S, 2003). C. Perilaku Makan Remaja Tujuan utama pemenuhan gizi remaja adalah untuk menyediakan zat-zat gizi secara optimal guna mendukung pertumbuhan dan status kesehatannya. Kadangkala tujuan ini tidak dapat tercapai karena dipengaruhi faktor gaya hidup, perilaku dan asupan makan yang tidak seimbang. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung unsur-unsur yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan dan mengatur proses kehidupan. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah cukup. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk untuk memperlancar berbagai proses faali tubuh (Spear BA, 2004). Keseimbangan gizi diperoleh apabila hidangan sehari-hari terdiri dari tiga kelompok bahan makanan, (1) sumber zat tenaga, yaitu padi-padian dan umbiumbian serta tepung-tepungan, biasanya berupa jenis makanan pokok, (2) sumber zat pengatur, yaitu sayuran dan buah, dan (3) sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahannya, biasanya disajikan dalam bentuk lauk. Selanjutnya dari setiap kelompok dipilih satu atau beberapa jenis bahan makanan. Survei terhadap asupan zat gizi pada remaja menunjukkan bahwa asupan vitamin A, thiamin dan zat besi dan kalsium pada remaja kurang dari angka yang dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh pola makan remaja yang kacau. Ketakutan untuk mejadi gemuk merupakan salah satu faktor yang menyebabkan remaja memiliki perilaku makan yang kacau. Remaja sering makan tidak teratur, sengaja melewatkan waktu makan, konsumsi makanan cemilan secara berlebihan, 14

15 menjalani diet khusus dan konsumsi makanan cepat saji (fast food) (Spear BA, 2004). Adanya banyak kegiatan yang diikuti oleh remaja menyebabkan mereka memiliki pola makan yang tidak teratur. Waktu makan yang sering di tinggalkan oleh remaja adalah waktu makan pagi dan makan siang. Sebagian remaja putri berangapan bahwa mereka dapat mengontrol berat badan dengan tidak makan pagi dan makan siang. Frekuensi makan hendaknya disesuaikan dengan fisiologi tubuh, yakni tiga 3 kali makan besar dan 2-3 kali makanan selingan. Pola makan teratur menjaga perut selalu berada dalam keadaan terisi. Frekuensi makan tidak teratur memicu makan banyak di saat lapar (Spear BA, 2004). Pola makan (frekuensi makan dan kebiasan makan pagi) berkaitan erat dengan resiko menderita obesitas. Sarapan secara teratur dapat menurunkan resiko obesitas. Riset yang dilakukan oleh University of Minnesota School of Public Health menunjukkan semakin rutin remaja melakukan makan pagi, semakin rendah pula indeks masa tubuh mereka. Seseorang yang memiliki kebiasaan makan pagi dapat mengendalikan nafsu makan mereka sepanjang hari. Hal itu juga mencegah mereka makan secara berlebihan saat makan siang atau makan malam (Spear BA, 2004). Perilaku makan remaja, khususnya remaja putri, telah banyak dibicarakan tetapi sedikit yang menelitinya. Perilaku makan remaja tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri mereka, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Lingkungan sekitar tempat mereka bergaul terkadang memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada lingkungan keluarga (Spear BA,2004). D. Status gizi BMI merupakan salah satu indeks pengukuran status gizi yang biasa digunakan untuk mengukur status gizi usia remaja dan dewasa. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dan perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan kesehatan individuindividu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik, energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya 15

16 diukur secara antropometri. Secara umum, status gizi dapat dikatakan sebagai fungsi kesenjangan gizi, yaitu selisih antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut. (Supariasa, et al, 2002). Penilaian status gizi pada remaja dengan menggunakan Body Mass Index (BMI). Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002). IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai BMI ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: BMI = berat badan (kg) (tinggi badan (m)) 2 BMI merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan BMI sebagai indikator pengukuran lemak tubuh. Kelebihan indeks massa tubuh adalah: a. Biaya yang diperlukan tidak mahal b. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang. c. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada table BMI. Kekurangan indeks massa tubuh adalah: a. Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam BMI disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemah tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan 16

17 berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh. b. Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan usia. Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh BMI yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan berat badan dan BMI yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas pada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. (CDC, 2002). E. Pendidikan gizi Pendidikan gizi dan kesehatan adalah pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau dalam mempertahankan gizi dan kesehatan tetap baik. Menurut Suhardjo (1998), tujuan pendidikan gizi dan kesehatan adalah sebagai berikut: a. Dapat membentuk sikap positif terhadap kesehatan. b. Terciptanya pengetahuan dan kecakapan dalam memilih dan menggunakan bahan makanan. c. Terbentuknya kebiasaan makan yang baik. d. Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan (Amir A, 2008). Pada dasarnya pendidikan kesehatan hanya akan berhasil bila subjek merasa perlu tertarik dengan isi pendidikan tersebut karena menyangkut kesehatan dan kesejahteraannya. Hasilnya akan berbeda apabila konsep pendidikan yang telah diberikan hanya berdasar pada kebutuhan peneliti atau ahli untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi tersebut kepada subjek penelitian. Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan informasi atau pengetahuan, khususnya mengenai gizi, adalah tidak hanya kesesuaian isi, tetapi juga 17

18 cara komunikasi terhadap subjek penelitian. Pendidikan kesehatan melalui komunikasi untuk merubah kebiasaan atau perilaku sangat berhubungan dengan pola asuh, pola hidup dan praktek hidup sehat. Di samping itu, lingkungan yang mendukung, seperti fasilitas dan saranaprasarana, teman, keluarga dan orang tua dapat membantu perubahan perilaku menjadi lebih baik (Nikmawati EE, et al, 2009). Media pendidikan gizi dan kesehatan tidak kalah pentingnya dalam proses penyampaian informasi kesehatan. Media ini berfungsi sebagai alat bantu penyuluhan. Berdasarkan fungsinya, media dibagi menjadi 3, yaitu (Notoatmodjo S, 2003): 1. Media cetak, terdiri dari : a. Buklet : media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk buku b. Leaflet : seperti flyer tetapi dalam bentuk lipatan c. Flyer : media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk lembaran d. Flip chart/ lembar balik : media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk lembaran besar yang disatukan. Halaman depan bersisi materi yang dilihat peserta, bagian belakang berisi materi yang sama tetapi dilihat oleh penyuluh. e. Rubrik/ tulisan pada surat kabar/ majalah mengenai suatu masalah kesehatan f. Poster : bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang biasanya ditempel pada tempat-tempat umum. 2. Media elektronik Media penyampaian informasi kesehatan melalui nstrume, radio, video, atau slide. 3. Media papan (bill board) Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai sebagai media untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan. Proses pembuatan buklet diawali dengan mencari informasi bahan yang tepat untuk buklet. Informasi yang dibutuhkan antara lain ketersediaan bahan baku, harga bahan baku, ketahanan bahan baku dan harga cetak buklet. Buklet akan dibuat dengan bahan tepat, yaitu bahan baku mudah didapat, harga bahan baku 18

19 murah, dan bahan baku tahan lama (awet). Sebelum buklet dicetak, bahasa dan tata letak materi buklet dikonsultasikan kepada ahli komunikasi. Proses ini bertujuan untuk mengetahui bahasa dan tata letak yang mudah dipahami oleh pembaca, khususnya ibu. Revisi akan dilakukan bila dianggap perlu. Pencetakan buklet dilakukan setelah bahasa dan tata letak dianggap mudah dipahami oleh ibu. Hasil cetakan dikonsultasikan lagi kepada ahli komunikasi (Ghazali PL, 2008). F. Remaja Periode remaja adalah masa transisi atau peralihan dari periode anak-anak ke periode dewasa, yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Menurut Thornburg, usia remaja berkisar dari usia 13 tahun sampai 21 tahun, terbagi menjadi 3 tahap yaitu (1) remaja awal (13-14 tahun), (2) remaja tengah (15-17 tahun), (3) remaja akhir (18-21 tahun) (Dariyo A, 2004). Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanakkanak dan masa dewasa, sehingga individu menghadapi situasi yang membingungkan. Di satu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi di lain pihak ia dituntut bertingkah laku seperti orang dewasa. Terdapat tiga mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat-zat gizi lain. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping banyak remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas. Remaja adalah individu aktif dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan akan menentukan kualitas manusia di masa depan. Oleh karena itu penting untuk menjamin tingkat pertumbuhan yang optimal dan perlu perhatian khusus terhadap remaja putri yang akan menjadi ibu (Arisman, 2004). Sejak dalam kandungan hingga lahir, seorang individu tumbuh menjadi anak, remaja dan dewasa. Hal ini berarti terjadi proses perubahan pada diri setiap 19

20 individu. Secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, yakni faktor endogen dan eksogen. 1. Faktor endogen (nature) Faktor endogen ini sudah ada sejak kelahiran, bahkan sejak permulaan benih menjadi janin sehingga disebut faktor hereditas (keturunan) yang diwarisi langsung dari orang tuanya, misalnya postur tubuh (tinggi badan), bakat-minat, kecerdasan, kepribadian, dan sebagainya. Kalau kondisi fisik dan psikis individu dalam keadaan normal berarti ia berasal dari keturunan yang normal pula. Kondisi fisik dan psikis atau mental yang sehat, normal dan baik menjadi predisposisi perkembangan berikutnya. Faktor endogen akan memperlihatkan hubungan, baik individual ataupun ontologis. a. Faktor endogen individual : semua sifat, bakat, kemampuan dalam bentuk potensi, proses perkembangan dan kecepatannya ditentukan oleh susunan gen (pembawa keturunan dalam kromosom). b. Faktor endogen umum yang bersifat ontologis dan individual adalah faktor kematangan. Faktor ini berbeda pada manusia dan hewan. Proses perencanaan kematangan menentukan saat timbulnya suatu kecakapan baru, tanpa adanya proses belajar atau latihan sebelumnya. 2. Faktor eksogen (nurture) Pandangan faktor eksogen menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor eksogen dapat dibagi menjadi : a. Lingkungan (environment) Lingkungan di sekitar individu turut mempengaruhi proses perkembangannya. b. Lingkungan keluarga Seorang remaja yang berasal dari lingkungan keluarga yang banyak bergerak dalam bidang sosial dapat diharapkan kelak masih menyimpan kesan dari 20

21 keluarganya dan menaruh perhatian dalam bidang yang sama, tetapi ada juga putra-putrinya itu mengambil bidang lain. c. Lingkungan sosial Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat dimana terdapat interaksi antara individu satu dengan yang lain. Pengaruh lingkungan sosial yang luas terlihat dari cara berpakaian, penggunaan bahasa, cara berpikir maupun perbuatanperbuatannya. d. Lingkungan geografis Keadaan iklim cuaca, keadaan tanah daerah tempat tinggal seorang individu dibesarkan besar pengaruhnya terhadap perkembangan, misalnya seorang remaja yang tinggal di daerah subur, berkelimpahan makanan bergizi pekembangan fisiknya akan lebih baik dari pada mereka yang yang hidup di daerah tandus. e. Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah meliputi guru dengan kepribadian masing-masing yang turut mempengaruhi perkembangn remaja. Tanpa disadari seorang guru dengan cara mengajar, sikap dan pandangannya mempengaruhi perkembangan intelek dan seluruh perkembangan murid. f. Makanan Makanan secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian. Makanan mempengaruhi perkembangan fisik dan penampilannya, secara khusus pada masa remaja kebutuhan makanan meningkat sesuai dengan pertumbuhan fisiknya. Pandangan dan penilaian orang lain terhadap fisik remaja akan membentuk gambaran mengenai dirinya. g. Belajar Belajar dapat mempengaruhi perkembangan seorang remaja. Belajar yang sistematik bergantung pada faktor, antara lain : faktor pengalaman atau kesempatan, makin luas kesempatan dan pengalaman makin banyak dipelajari dan memperbaiki hasil perkembangannya 21

22 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan beberapa faktor terhadap status gizi. Faktor-faktor tersebut diantaranya body image, pengetahuan gizi, dan perilaku makan dengan subjek pada remaja Kota Semarang. B. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Mengetahui skor body image, pengetahuan gizi, perilaku makan, dan status gizi sehingga mereka lebih mawas diri dan mengajak peer group nya untuk sama-sama menjaga status gizi 2. Bagi Peneliti a. Menambah referensi untuk mata kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat b. Meningkatkan kemampuan meneliti 3. Bagi Keilmuan Menambah khazanah untuk penelitian-penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan remaja dan gizi 4. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah 22

23 Data-data yang ada dalam penelitian ini bisa menjadi acuan untuk disusunnya program bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan demi terciptanya remaja putri yang berkualitas. Perlu dgaris bawahi bahwa remaja justru adalah salah satu golongan yang rentan (mudah terkena penyakit), sehingga mengontrol status gizi mereka merupakan upaya preventif yang harus dilakukan. Model pendidikan gizi pada remaja berupa buku ini diharapkan akan diperbanyak oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dan mewajibkan para siswa untuk memilikinya sebagai panduan untuk hidup sehat sehari-hari sehingga terwujud healthy girl smart girl yang akan menjadi judul buku ini. BAB IV METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Tahapan Penelitian PENYUSUNAN PROPOSAL ANALISIS DATA & PENYUSUNAN LAPORAN PERIJINAN LOKASI PENELITIAN PENGUKURAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI, PERILAKU MAKAN, DAN STATUS GIZI PENYUSUNAN BUKLET SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN GIZI PUBLIKASI ILMIAH Penelitian dimulai dari penyusunan proposal yang diajukan ke lembaga terkait (Dinas P dan K Jawa Tengah). Setelah mendapat persetujuan, kemudian mendatangi lokasi penelitian untuk mendapat ijin melakukan pengambilan data dari awal sampai selesai. Setelah itu dilakukan 23

24 pengumpulan data baik di Semarang atau di Sragen. Semarang mewakili remaja perkotaan dan sragen mewakili remaja pedesaan. Setelah semua data terkumpul sesuai dengan variabel yang ditentukan, dilakukan analisis data. Tahap selanjutnya adalah penyusunan laporan penelitian. Kemudian disusun sebuah buklet sebagai model pendidikan gizi bagi remaja. Dilanjutkan dengan penyusunan laporan ilmiah untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah terakreditasi baik lokal ataupun regional. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan beberapa sekolah menengah atas di Jawa Tengah yang mampu mewakili karakter remaja perkotaan dan pedesaan. Dari populasi yang ditentukan, diambil sampel dengan teknik sampling simple random sampling. Kriteria inklusi : a. Usia tahun (Dariyo A, 2004) b. Aktif sebagai siswi SMA terpilih (tidak sedang cuti) Kriteria eksklusi : a. Menderita penyakit kronis atau infeksi b. Memiliki gangguan keterbelakangan mental Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus : Z 2 1 / 2 α PQ 2 d Keterangan : n : Besar sampel P : proporsi/prevalensi sampel Z : Nilai baku distribusi normal, yaitu 1,96 d : Tingkat ketepatan absolut (10%) Q : 1 P Maka besar sampel yang diperlukan n = 1, ,4 *. (1-0,4) 0,1 2 n = n = 93 (hasil pembulatan) 24

25 Besar sampel yang diperlukan di satu populasi sebanyak 93 orang, dengan estimasi drop out sehingga ditambah menjadi 94 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. C. Variabel Penelitian Variabel Definisi Operasional Instrumen Skala Pengetahuan Pengetahuan tentang perilaku Kuesioner Interval gizi makan dan bahan makanan pengetahuan gizi Body image Perasaan penerimaan/kepuasan terhadap tubuh yang dimiliki. Kuesioner image body Interval Perilaku makan Kebiasaan dan pola makan yang dijalankan selama satu bulan terakhir Status gizi perbandingan keseimbangan anatara berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan indeks BMI Kuesioner perilaku makan Digital scale Microtoa Nominal Interval D. Model Penelitian Model penelitian yang dipilih adalah kuantitatif. Peneliti melakukan observasi pada tiga variabel yang sudah ditentukan dilokasi penelitian, dengan kata lain penelitian ini merupakan explanatory research. E. Rancangan penelitian. Rancangan yang dipilih pada penelitian ini adalah cross sectional, dimana seluruh variabel diobservasi dalam satu waktu. F. Teknik Pengumpulan Data Data yang diambil adalah data sekunder dan primer. Data diperoleh berdasarkan hasil pencatatan langsung dari catatan yang sudah ada meliputi gambaran lokasi penelitian. Sedangkan data primer didapat dengan menggunakan instrument penelitian di bawah ini : a. Kuesioner : 1. Body image Kuesioer Body Image yang digunakan pada penelitian ini mengadopsi dari kuesioner Body Image yang digunakan pada 25

26 penelitian yang dilakukan oleh Paramita Eka Chandra Sari dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Gizi, Body Image Dan Perilaku Kontrol Berat Badan Dengan Kejadian Kurang Gizi Pada Remaja Putri Di SMU Negeri 1 Semarang - Pertanyaan no. 1 dan 2 mempunyai bobot nilai : o a = 5 o b = 4 o c = 3 o d = 2 o e = 1 - Pertanyaan no. 3 sampai 14 mempunyai bobot nilai : o a = 1 o b = 2 o c = 3 o d = 4 o e = 5 - Skor dari seluruh pertanyaan kemudian dijumlah dan dihitung dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (Nix S, 2005). T = [ (A Ā) / s ] Keterangan: A= Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T Ā = Mean skor kelompok s = Deviasi skor kelompok o Puas : skor yang diperoleh lebih dari mean skor T (skor standar) o Tidak puas : skor yang diperoleh kurang dari mean skor T (skor standar) 2. Pengetahuan gizi - Semua pertanyaan merupakan pertanyaan pilihan ganda. Skor 1 untuk jawaban benar Skor 0 untuk jawaban salah 26

27 - Skor dari seluruh pertanyaan kemudian dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah skor total semua jawaban benar - Kategori tingkat pengetahuan (Azwar S, 2003) : o Baik : > 80% jawaban benar o Cukup : 60 80% jawaban benar o Kurang : < 60% jawaban benar 3. Perilaku makan - Pertanyaan no. 1, no. 5, no. 8 dan no. 9 sampai no. 11. Skor 2 untuk jawaban selalu Skor 1 untuk jawaban kadang-kadang Skor 0 untuk jawaban tidak pernah - Pertanyaan no. 6, no. 7, no. 13, no. 16 sampai no. 21 dan no. 23. Skor 0 untuk jawaban selalu Skor 1 untuk jawaban kadang-kadang Skor 2 untuk jawaban tidak pernah - Pertanyaan no. 4, no. 12, no. 14, no. 15 dan no. 22 Skor 0 untuk jawaban Ya Skor 1 untuk jawaban Tidak - Pertanyaan no. 2 dan no. 3 Skor 1 untuk jawaban benar Skor 0 untuk jawaban salah - Skor dari seluruh pertanyaan kemudian dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah skor total semua jawaban benar - Dengan kategori : o Sudah menjalankan perilaku makan yang baik : total skor 80% jawaban benar dari seluruh item yang ditanyakan o Belum menjalankan perilaku makan yang baik : total skor < 80% jawaban benar dari seluruh item yang ditanyakan b. Alat Status gizi diperoleh dengan menggunakan : 27

28 1. Digital scale sebagai alat untuk menimbang berat badan dengan ketelitian 0,1 kg 2. Microtoa sebagai alat untuk mengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm Tabel 4.1 Kategori status gizi dengan indeks BMI Body Mass Index (BMI) Kategori < 18,5 Kurang gizi 18,5 22,9 Normal 23,0 24,9 Gizi Lebih 25,0 29,9 Obesitas G. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) dengan derajat kepercayaan 95 % (α = 0,05). a. Analisis Univariat Analisis deskriptif univariat digunakan untuk menggambarkan tingkat pengetahuan gizi, body image, perilaku makan, dan status gizi remaja putri di SMAN 15 Semarang dan SMAN 1 Gemolong. Analisis dilakukan dengan pemaparan data dalam tabel distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti dengan mengkategorikan tiap variabel. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan body image dan pengetahuan gizi terhadap perilaku makan, selain itu untuk mengetahui hubungan body image, pengetahuan gizi, dan perilaku makan terhadap status gizi menggunakan person product moment. Apabila data berdistribusi tidak normal, uji hubungan yang digunakan yaitu chi square. H. JADWAL PENELITIAN Kegiatan tersebut ndapat digambarkan pada tabel dibawah ini: No Jenis kegiatan 1 Persiapan Perijinan lokasi Tahun I Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember 28

29 Persiapan instrumen penelitian 2 Pelaksanaan Pengambilan data Pengumpulan hasil observasi 3 Penyusunan laporan Analisis data Penyusunan buklet Penyusunan laporan 4 Pelaporan Pelaporan Workshop & Seminar hasil BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Individu No Karakteristik Individu Kota Desa n % n % 1 Status gizi - Gizi kurang 23 47,9 9 18,8 - Normal 20 41, ,2 - Overweight 3 6,2 6 12,5 29

30 - Obesitas 2 4,2 5 10,4 2 Body image - Puas 37 77, ,4 - Tidak puas 11 22, ,6 3 Pengetahuan gizi - Baik 8 16,7 6 12,5 - Cukup 25 52, ,5 - Kurang 15 31, Perilaku makan - Baik Belum baik Hasil pengukuran status gizi menujukkan bahwa sebagian besar remaja kota berstatus gizi kurang (47,9%), sedangkan remaja dari desa berstatus gizi normal (56,2%). Hal ini sangat ironis apabila mengingat remaja kota biasanya identik dengan kemudahan mengakses informasi dibandingkan remaja desa. Beberapa literatur menjelaskan bahwa justru dengan kemudahan akses informasi, remaja kota terpapar beberapa informasi yang kurang tepat mengenai diet, sehingga ditemukan jumlah remaja gizi kurang lebih banyak. Hasil yang berkebalikan ditunjukkan pengukuran body image, yaitu pada remaja kota sebagian besar merasa puas (77,1%) dengan bentuk tubuhnya, sedangkan remaja desa sebagian besar (64,6%) merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Sehingga secara garis besar remaja yang normal tidak puas dengan bentuk tubuhnya, tetapi remaja yang gizi kurang justru merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Padahal seharusnya remaja putri berstatus gizi normal agar kualitas hidupnya lebih baik. Dengan kualiatas hidup yang baik diharapkan akibat prestasinya juga baik. Hasil pengukuran variabel pengetahuan gizi menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup, remaja putri kota (52,1%) dan remaja desa (62,5%). Hasil yang mencengangkan ditunjukkan pada perilaku makan, baik remaja putri desa maupun kota memiliki perilaku makan yang belum baik (100%). Tabel 5.2 Uji Perbedaan Variabel-variabel Penelitian No Variabel p 1 Status Gizi 0,

31 2 Body Image 0,278 3 Pengetahuan Gizi 0,874 4 Perilaku Makan 0,139 Pada uji perbedaan keempat variabel diantara kelompok kota dan desa, hanya variabel status gizi yang menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini menjadi pertimbangan bahwa remaja putri desa maupun kota harus mendapatkan pendidikan gizi. Perlu dibuat sebuah model pendidikan gizi yang menarik karena remaja putri tersebut tidak mendapat pendidikan gizi di sekolahnya. Sehingga produk penelitian ini adalah sebuah buku yang akan menjawab ketidakpahaman remaja tentang gizi. Remaja yang terjaring sebagai responden adalah remaja awal (13-14) dan remaja tengah (15-17). Sebagian besar responden merupakan remaja tengah. Periode remaja adalah masa transisi atau peralihan dariperiode anak-anak ke periode dewasa. Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, merasa senang jika ada banyak teman yang menyukainya, terdapat kecenderungan narcistic atau mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, remaja masih berada dalam kondisi kebingungan dalam memilih (Agoes Dariyo, 2004). Makanan secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian. Makanan mempengaruhi perkembangan fisik dan penampilannya, secara khusus pada masa remaja kebutuhan makanan meningkat sesuai dengan pertumbuhan fisiknya. Pandangan dan penilaian orang lain terhadap fisik remaja akan membentuk gambaran mengenai dirinya. Penilaian orang lain yang dapat diterima tidak menimbulkan perasaaan kurang pada dirinya, hingga berusaha menutupi kekurangan dengan berbagai cara mekanisme pertahanan (defence mechanism) yang diwujudkan dalam kepribadiannya, misalnya penilaian mengenai bentuk hidung, pinggul, paha, buah dada dan lain sebagainya (Croll J, 2005). Gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Pengetahuan gizi berperan dalam memberikan cara menggunakan pangan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Melalui pendidikan kesehatan di sekolah, 31

32 remaja menjadi tahu apa yang seharusnya dan tidak seharusnya mereka makan (Puspito A, Purwaningsih E, 2008). Pubertas pada remaja putri dibarengi dengan peningkatan lemak tubuh, perubahan ini dapat menyebabkan ketidakpuasan diantara remaja putri. Remaja sering merasa tidak nyaman dengan perubahan yang terjadi secara cepat pada tubuhnya, disaat yang sama mereka ingin terlihat seperti teman yang mereka anggap paling sempurna dan atau tokoh idolanya. Body image sangat dipengaruhi oleh media massa yang menampilkan bentuk tubuh kurus sebagai bentuk tubuh yang ideal. Kebanyakan remaja membandingkan dirinya dengan sosok wanita kurus yang ditampilkan di media massa dan memandang diri mereka memiliki badan gemuk. Televisi merupakan media yang sering digunakan sebagai acuan standar bentuk tubuh bagi remaja yang sangat memperhatikan penampilan tubuhnya (Wan, P L, Kandiah, M, Taib, M N M, 2004). Perilaku makan meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi). Semua responden memiliki perilaku makan yang kurang baik (100%). Perilaku makan tidak baik yang dilakukan remaja dalam penelitian ini antara lain mereka tidak makan secara teratur, sering melewatkan waktu makan tertentu dan kebiasaan sarapan pagi. Waktu makan yang sering dilewatkan adalah makan malam. Alasan yang mereka berikan antara lain takut gemuk jika makan di malam hari serta sudah merasa mengantuk sehingga melewatkan waktu makan malamnya. Waktu makan sarapan pagi juga merupakan waktu makan yang terlewatkan. Mereka melewatkan waktu sarapan dengan alasan bangun kesiangan, takut terlambat ke sekolah dan tidak terbiasa sarapan. Remaja melewatkan satu atau lebih waktu makan mereka, biasanya hal ini terjadi pada sarapan pagi. Ketakutan akan menjadi gemuk menyebabkan remaja melewatkan waktu makan dan perilaku ini dianggap sebagai langkahawal untuk menurunkan berat badan (Wan, P L, Kandiah, M, Taib, M N M, 2004). Bahkan beberapa remaja sebenarnya takut makan dan makan karena disuruh ibunya saja. Sebaliknya ada responden yang gizi lebih dan obesitas. Hal ini karena kebiasaan mengkonsumsi 32

33 junk food sekali dalam seminggu. Bahkan ada yang hampir tiap hari karena di kantin sekolah disediakan makanan yang pada energi dan minim vitamin tersebut. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 33

34 7.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : Tidak ada perbedaan pada variabel body image, pengetahuan gizi, dan perilaku makan pada remaja dipedesaan maupun perkotaan, tetapi ada perbedaan status gizi pada kedua kelompok remaja tersebut. 7.2 Saran Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu : 1. Perlu media pendidikan gizi untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku gizi pada baik di pedesaan maupun perkotaan. 2. Peningkatan keterlibatan pihak sekolah dalam pemantauan status gizi siswanya. 34

35 DAFTAR PUSTAKA Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia. Aini SN, Faktor risiko yang berhubungan dengan gizi lebih. Semarang : Unnes Journal of Public Health. Ali Khomsan. Pola Makan Kaum Remaja. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Almatsier S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Arisman MB, Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Azwar S, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Croll J, Body Image and Adolescent. Guidelines for Adolescene Nutrition Services. Derenne JL, Beresin EV, Body Image, Media and Eating Disorder. Academic Psychiatry. Dariyo A, Psikologi Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia : Bogor. Fikawati S, Syafiq A, Konsumsi Kalsium pada Remaja. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, FKM UI. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Fish J, Ryan C, Zechetmayr M, Body Image and Eating Behaviour : Tasmanian School Girls Foci A Pilot Study, University of Tasmania. Ghazali I, Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Cetakan 4. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Nikmawati EE, et al Intervensi pendidikan gizi bagi ibu hamil dan kader posyandu untuk meningkatkan PSK (pengetahuan, sikap, keterampilan). Notoadmodjo S, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta. Arum P, Purwaningsih E, Perbedaan pengetahuan gizi, body image, dan perilaku makan remaja putri. Program Studi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro. Semarang Rome ES, Vazquez IM, Blazar NE, Adolescene : Healhty and Disorder Eating. Nutrition in Pediatric 3 th edition. BC Decker. Canada Spear BA, Nutrition in Adolescene. Krause s Food, Nutrition & Diet Therapy 11 th edition. Saunders. Suhardjo, Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara : Jakarta. Supariasa, et al, Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta. Wan, P L, Kandiah, M, Taib, M N M, Body Image Perception, Dietary Practices, and Physical Activity of Overweight and Normal Weight Malaysian Female Adolescents. Mal J Nutr. 2004; 10(2):

36 LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN 36

37 TAHAP 1 RESPONDEN SEDANG MENGISI KUESIONER 37

38 TAHAP 2 RESPONDEN DITIMBANG BERAT BADANNYA 38

39 TAHAP 3 RESPONDEN DIUKUR TINGGI BADANNYA 39

40 TAHAP 4 RESPONDEN MENDAPAT KENANG-KENANGAN DARI PENELITI 40

41 LAMPIRAN UJI STATISTIK 41

42 KOTA Statistics N Valid Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum Umur skorbi kat_bi SkorPengetahuan Kat_pengetahuan Skor_perilakuMakan kat_perilakumkn status_gizi kategori status gizi kat_bi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak puas puas Total Kat_pengetahuan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik cukup kurang Total

43 kat_perilakumkn Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid belum menjalankan perilaku makan dengan baik kategori status gizi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid underweight normal overweught obesitas Total Missing System Total DESA N Statistics Valid Missing Mean Std. Deviation Minimum Maximum Sum Umur skorbi kat_bi SkorPengetahuan Kat_pengetahuan Skor_perilakuMakan kat_perilakumkn status_gizi kategori status gizi

44 kat_bi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak puas puas Total Kat_pengetahuan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid baik cukup kurang Total kat_perilakumkn Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid belum menjalankan perilaku makan dengan baik kategori status gizi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid underweight normal overweught obesitas Total Missing System

45 kategori status gizi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid underweight normal overweught obesitas Total Missing System Total UJI PERBEDAAN Independent Samples Test skorbi Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig..168 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference % Confidence Interval of the Difference Lowe r Uppe r

46 Ranks Kode_resp N Mean Rank Sum of Ranks SkorPengetahuan kota desa Total 96 Skor_perilakuMak an kota desa Total 96 status_gizi kota desa Total 96 Test Statistics a SkorPengetahua n Skor_perilakuMa kan status_gizi Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Kode_resp 46

47 47

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI Vilda Ana Veria Setyawati Program Studi kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Email :vera.herlambang@gmail.com

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI, PERILAKU MAKAN SEBAGAI PREDIKTOR STATUS GIZI DAN DASAR PENDIDIKAN GIZI PADA REMAJA PUTRI Oleh : Vilda Ana Veria S, S.Gz, M.Gizi NIDN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI, PERILAKU MAKAN SEBAGAI PREDIKTOR STATUS GIZI DAN DASAR PENDIDIKAN GIZI PADA REMAJA PUTRI Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Vilda Ana Veria

Lebih terperinci

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI, PERILAKU MAKAN SEBAGAI PREDIKTOR STATUS GIZI DAN DASAR PENDIDIKAN GIZI PADA REMAJA PUTRI

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI, PERILAKU MAKAN SEBAGAI PREDIKTOR STATUS GIZI DAN DASAR PENDIDIKAN GIZI PADA REMAJA PUTRI Kode/ Nama Rumpun Ilmu : 354/ Ilmu Gizi USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI, PERILAKU MAKAN SEBAGAI PREDIKTOR STATUS GIZI DAN DASAR PENDIDIKAN GIZI PADA REMAJA PUTRI Oleh : Vilda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO 1 HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangsa akan maju dan mandiri jika manusianya berkualitas. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas antara

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif, dengan desain cross sectional dimana pengukuran variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan jangka menengah Indonesia ke-2 (2010-2014) adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku konsumsi, dan persepsi remaja putri SMU dan SMK dikaitkan dengan kesiapan reproduksi adalah cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015 Irmayanti STIKes Prima Program Studi Kesehatan Masyarakat Korespondesi penulis: irmayanti.harahap@stikesprima-jambi.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, masyarakat mengalami perubahan pola makan ke arah pola konsumsi makanan yang tidak sehat, yang merupakan faktor risiko penyakit tidak menular.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

Body Mass Index (BMI)... - Sri Soenaryati M, Vilda AV

Body Mass Index (BMI)... - Sri Soenaryati M, Vilda AV BODY MASS INDEX (BMI) SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR REMAJA (STUDI PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO) Sri Soenaryati Matin *), Vilda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan yang berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial atau tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu periode dalam kehidupan manusia, remaja sering dianggap memiliki karakter yang unik karena pada masa itulah terjadi perubahan baik fisik maupun psikologi.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Melihat tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan faktor-faktor lainnya dengan status lemak tubuh pada pramusaji di Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi lebih mulai menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Gizi lebih mulai menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gizi lebih mulai menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa gambaran status gizi pada kelompok umur dewasa lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN Sophie Devita Sihotang*, Nunung Febriany** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, makanan merupakan kebutuhan paling dasar yang harus dipenuhi oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga

Lebih terperinci

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

ISSN Vol 2, Oktober 2012

ISSN Vol 2, Oktober 2012 ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa dewasa awal, kondisi fisik mencapai puncak bekisar antara usia 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari 30 tahun.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern ini, manusia menjadikan makanan sehat sebagai pilihan yang kedua dalam menu sehari-hari. Dengan kecanggihan alat elektronik sekarang ini maka dengan mudahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase remaja merupakan segmen kembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi 57 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor biologis (jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. remaja, perilaku pola makan remaja dan hal-hal yang mempengaruhi pola makan

BAB II LANDASAN TEORI. remaja, perilaku pola makan remaja dan hal-hal yang mempengaruhi pola makan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Bab ini berisi teori-teori yang mencakup pentingnya pola makan sehat bagi remaja, perilaku pola makan remaja dan hal-hal yang mempengaruhi pola makan remaja, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal, yang

Lebih terperinci

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031) CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031) 5633365 ABSTRACT Bentuk tubuh yang overweight sangat mengganggu remaja dan menimbulkan respon tersendiri bagi remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN BODY IMAGE DENGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD REMAJA PUTRI DI SMK N 4 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN BODY IMAGE DENGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD REMAJA PUTRI DI SMK N 4 SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN BODY IMAGE DENGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD REMAJA PUTRI DI SMK N 4 SURAKARTA Saferi Mardhina & Tuti Rahmawati STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Remaja merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight/obesitas merupakan akar dari berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler yang saat ini masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dimana seorang remaja mengalami perubahan baik secara fisik, psikis maupun sosialnya. Perubahan fisik remaja merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia (hampir 2% dari berat total tubuh) dan kebanyakan bergabung dengan unsur fosfor menjadi kalsium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

Diagram Analisis Instruksional (Baru)

Diagram Analisis Instruksional (Baru) Diagram Analisis Instruksional (Baru) Mahasiswa mampu menggkombinakasikan metode penilaian status gizi langsung tak langsung minimal 2 pada masalah gizi di siklus kehidupan GIZI PADA BAYI & BALITA GIZI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisa Univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data ini merupakan data primer yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : DEBBY INDA SARI

PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : DEBBY INDA SARI PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : DEBBY INDA SARI 041000051 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 ABSTRAK Perilaku Remaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini pada 7Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Kota Pangkalpinang, yaitu SMA St. Yosef, SMKN I, SMK Sore, SMAN 3, SMAN 4,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode tradisional yang data penelitiannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci