BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoris 1. Identifikasi Kesalahan a. Definisi Konsep Santrock (2007) dalam bukunya mendefinisikan bahwa konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, peristiwa, dan karakteristik berdasarkan ciri-ciri umum. Konsep juga merupakan cara mengelompokkan dan mengkategorikan secara mental berbagai objek atau peristiwa yang mirip dalam hal tertentu. Menurut Bruner sebuah konsep dapat mengklasifikasikan objek dan peristiwa yang sama membuat kehidupan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami (Ormrod, 2008). Slavin (2011) mengartikan konsep sebagai gagasan abstrak yang digeneralisasi dari contoh-contoh spesifik. Misalnya bola merah, pensil merah, dan kursi merah semuanya mengilustrasikan konsep sederhana merah. Konsep juga dijelaskan sebagai abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antarmanusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir sehingga dengan konsep-konsep dapat mempermudah dan menyimpulkan informasi (Santrock, 2007). Memes menyatakan konsep adalah ide atau gagasan yang digeneralisasi dari pengalaman yang dialami manusia dengan beberapa peristiwa, benda, dan fakta. Setiap pengalaman yang dialami manusia dengan atau peristiwa di sekitarnya kemudian disimpulkan menjadi gagasan, itulah konsep yang dimaksud (Yuliana, 2012). Lebih lanjut Nasution mengartikan bahwa seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai kelompok, golongan kelas, atau kategori maka orang tersebut sudah belajar konsep (Yuliana, 2012). Konsep dilabeli serangkaian objek, simbol, atau kejadian yang memiliki karakteristik sama, atau sifat penting. Sebuah konsep merupakan susunan nyata atau representasi kategori yang membuat orang-orang mampu mengenali contoh-contoh dan yang bukan contoh kategori. Konsep-konsep mencangkup objek konkret atau ide-ide abstrak (Schunk, 2012). Beberapa pengertian konsep di atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan ide atau gagasan yang diklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang sama agar mudah dipahami. 5

2 6 b. Konsepsi Menurut Berg konsepsi yaitu pengertian atau penafsiran seseorang terhadap suatu konsep tertentu dalam rangka pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya dan setiap konsep baru didapatkan dan diproses dengan konsep-konsep yang telah dimiliki (Yuliana, 2012). Konsepsi menurut Handjoyo adalah suatu konsep yang dimiliki seseorang melalui penalaran, lebih lanjut Ozdemir mengklasifikasikan konsep menjadi 2 macam yaitu konsepsi alternatif dan konsepsi ilmiah. Konsepsi ilmiah adalah konsepsi seseorang yang sama dengan konsepsi yang dimiliki para pakar, sedangkan konsepsi alternatif adalah konsepsi seseorang yang berbeda dengan konsepsi yang dimiliki oleh para pakar (Yuliana, 2012). Pada proses belajar mengajar perlu diperhatikan perbedaaan konsepsi yang dimiliki satu siswa dengan siswa yang lain. Guru perlu mengetahui konsepsi awal yang dimiliki oleh siswa karena konsepsi awal merupakan suatu faktor penting untuk membantu siswa memahami konsep matematika (Eckstein dan Shemesh, 1993). Gustone mengatakan bahwa konsep awal yang dimiliki siswa sering tidak sesuai dengan konsep ilmiahnya. Hal ini perlu menjadi perhatian seorang guru supaya dapat meminimalisasi kesalahan konsepsi (miskonsepsi) pada saat proses pembelajaran (Yuliana, 2012). c. Miskonsepsi Miskonsepsi berasal dari bahasa Inggris misconception. Menurut Webster s Dictionary, mis berarti salah atau tidak sedangkan conception berarti kemampuan, fungsi atau proses membentuk ide, abstrak, atau berkenaan pemahaman maksud sebuah simbol yang mewakili ide atau abstrak sehingga misconception dapat diartikan pembentukan ide, atau sebuah pemahaman yang salah (Yuliana, 2012). Sedangkan menurut Ormrod (2008) mendefinisikan miskonsepsi sebagai kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diterima umum dan terbukti sahih tentang suatu fenomena atau peristiwa. Miskonsepsi muncul dari niat baik siswa untuk memahami apa yang mereka lihat. Nakhleh mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu konsep yang berbeda dari pengertian secara umum yang disajikan dalam materi, sedangkan Berg menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan konsepsi dari siswa yang berbeda atau bertentangan dengan konsepsi dari para ahli (Yuliana, 2012). Penelitian ini mengacu pada pendapat Bergyang menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan konsepsi dari siswa yang berbeda atau bertentangan dengan konsepsi dari para ahli.

3 7 d. Tipe-tipe kesalahan Suhertin mengungkapkan bahwa penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika dikarenakan siswa tidak menguasai bahasa, contohnya siswa tidak paham dengan pertanyaan dalam soal matematika, siswa tidak memahami arti kata, tidak menguasai konsep dan kurang menguasai teknik berhitung. Tipe kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Watson dapat digolongkan menjadi 8 tipe kesalahan (Yuliana, 2012). Adapun tipe kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Watson dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Data yang tidak tepat, siswa berusaha mengoperasikan langkah-langkah yang tepat dalam penyelesaian masalah namun pemilihan informasi atau data tidak tepat. 2) Prosedur yang tidak tepat, siswa berusaha mengoperasikan langkahlangkah penyelesaian masalah pada level yang tepat namun penggunaan prosedur atau caranya tidak tepat. 3) Data hilang, dalam penyelesaian masalah siswa kehilangan satu data sehingga penyelesaian menjadi tidak benar namun siswa berusaha melakukan langkah-langkah penyelesaian pada level yang tepat. 4) Kesimpulan hilang, siswa menunjukkan alasan yang tepat namun gagal dalam penarikan kesimpulan. 5) Konflik level respon dimana siswa menunjukkan kompetisi operasi pada level tertentu kemudian menurunkan operasi yang lebih rendah, biasanya untuk penarikan kesimpulan. 6) Manipulasi tidak langsung, siswa menunjukkan langkah-langkah penyelesaian yang tidak urut, acak, bahkan sederhana namun kesimpulan dapat ditemukan dan secara umum data yang ada digunakan secara keseluruhan. 7) Masalah hierarki ketrampilan, siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan karena siswa tidak trampil dalam memanipulasi angka khususnya dalam aljabar. 8) Tipe kesalahan selain dari ketujuh tipe kesalahan yang sudah diungkapkan, siswa melakukan kesalahan diantaranya pengkopian data dan tidak adanya respon yang dimiliki siswa. Pendapat lainnya dalam pengelompokan tipe-tipe kesalahan dikemukakan Newman. Tipe kesalahan menurut Newman dapat digolongkan

4 8 menjadi 6 tipe kesalahan. Adapun keenam tipe kesalahan tersebut diuraikan sebagai berikut. 1) Reading error (kesalahan membaca) yaitu siswa melakukan kesalahan dalam membaca kata-kata penting atau informasi utama pada sebuah pertanyaan sehingga siswa tidak dapat menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan soal. 2) Reading comprehension difficulaty (kesalahan memahami soal) yaitu siswa hanya sekedar memahami soal namun tidak benar-benar menangkap informasi yang terkandung dalam pertanyaan tersebut sehingga siswa tidak dapat memproses lebih lanjut solusi dari permasalahannya. 3) Transform error (kesalahan informasi) dimana siswa gagal memahami soal-soal untuk diubah ke dalam kalimat matematika yang benar. 4) Weakness in process (kesalahan dalam ketrampilan proses) pada tipe kesalahan ini siswa menggunakan kaidah atau aturan penyelesaian soal dengan benar, tetapi melakukan kesalahan perhitungan dalam komputasi. 5) Encoding error (kesalahan dalam menggunakan notasi) dalam hal ini siswa melakukan kesalahan dalam menggunakan notasi yang benar. 6) Corelles error (kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat), siswa melakukan kesalahan dalam proses penyelesaian soal matematika. Tipe-tipe kesalahan dibagi ke dalam indikator-indikator agar penggolongan kesalahan lebih spesifik. Tabel tipe kesalahan berdasarkan indikator Newman disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Indikator kesalahan menurut Newman Tipe Kesalahan Indikator Reading error a. Kesalahan membaca b. Kesalahan dalam membaca kata-kata penting dalam pertanyaan c. Siswa salah dalam membaca informasi utama d. Siswa tidak menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan soal Reading a. Jenis kedua dalam memahami soal comprehesion difficulty b. Siswa sebenarnya sudah dapat memahami soal, tetapi belum menangkap informasi yang terkandung dalam pertanyaan. c. Siswa tidak dapat memproses lebih lanjut solusi dari permasalahan

5 9 Tipe Kesalahan Indikator Transform error a. Kesalahan transformasi b. Siswa gagal dalam memahami soal-soal untuk diubah ke dalam kalimat matematika yang benar Weakness in process a. Kesalahan dalam melakukan perhitungan atau komputasi Encoding error a. Kesalahan dalam menggunakan notasi Corelles error b. Kesalahan karena kecerobohan atau kurang cermat Penelitian ini mengacu pada pengelompokan tipe-tipe kesalahan berdasarkan Newman, dimana pengelompokan kesalahan berdasarkan indikatornya. Pengelompokan tipe-tipe kesalahan jawaban siswa dalam penelitian ini berdaarkan pedoman pengelompokan kesalahan pada materi operasi pengurangan pecahan bentuk aljabar pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Pedoman Pengelompokan Kesalahan pada Materi Operasi Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar Tipe Kesalahan Reading error Reading comprehesion difficulty Transform error Weakness in proses skill Encoding error Corelles error Indikator a. Memahami maksud soal pengurangan pecahan bentuk aljabar tetapi tidak memahami cara menyelesaikannya a. Tidak menguasai konsep peyederhanaan bilangan pecahan b. Tidak menguasai konsep pengurangan bilangan bulat c. Tidak menguasai konsep pengurangan bilangan pecahan bentuk aljabar a. Kesalahan dalam menuliskan operasi hitung b. Kesalahan menuliskan variable a. Lupa menuliskan variable b. Menuliskan variabel baru (menambahakan variabel) c. Kesalahan dalam menyamakan penyebut d. Kesalahan dalam menentukan pecahan senilai a. Kesalahan menuliskan operasi kurang b. Kesalahan menuliskan tanda negative a. Salah hitung 2. Scaffolding a. Teori belajar Konstruktif Konstruktivisme adalah presektif psikologi dan filosofis yang memandang bahwa masing-masing individu membentuk dan membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami. Pengaruh besar yang mendorong kemunculan konstruktivisme adalah teori dan penelitian

6 10 dalam ilmu perkembangan manusia, terutama teori-teori Piaget dan Vygotsky (Schunk, 2012). Konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses kesimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru (Nursalim, 2007). 1) Prinsip teori Piaget Menurut Piaget bahwa semua anak dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan untuk memahaminya. Ketika anak berusaha membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang membentuk skema. Skema merupakan tindakan atau representasi mental yang mengatur pengetahuan (Slavin, 2011). Piaget memberikan konsep asimilasi dan akomodasi untuk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan skema mereka. Proses menyesuaikan skema sebagai tanggapan atas lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi disebut adaptasi. Asimilasi terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru ke dalam skema mereka yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema mereka agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru mereka (Santrock, 2004). Piaget yakin bahwa manusia melampaui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terjadi dengan usia dan terdiri dari cara berpikir atau berperilaku yang khas. Cara yang berbeda dalam memahami dunia yang menyebabkan satu tahap lebih berkembang dibandingkan tahap yang lain. Menurut pandangan Piaget, mengetahui lebih banyak informasi tidak menyebabkan pemikiran anak lebih berkembang. Inilah yang dimaksud Piaget ketika mengatakan bahwa kognisi anak berbeda secara kualitas pada suatu tahap dibandingkan dengan tahap lain. Empat tahap perkembangan kognisi itu adalah sensomotorik (0-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun-dewasa) (Nursalim, 2007). 2) Prinsip teori Vygotsky Teori Vygotsky masih menjadi kekuatan yang amat besar dalam kajian psikologi perkembangan yang didasarkan pada dua hal. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bisa ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman individu. Kedua, perkembangan tergantung pada sistem-sistem isyarat membantu orang untuk berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya bahasa budaya, sistem penulisan atau sistem perhitungan. Vygotsky juga yakin bahwa peroleh sistem-sistem isyarat

7 itu terjadi dalam urutan langkah-langkah yang tidak berubah atau sama pada semua anak (Nursalim, 2007). Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului perkembangan. Pembelajaran melibatkan perolehan isyarat melalui pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan melibatkan penghayatan anak terhadap tanda-tanda sehingga sanggup berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain disebut pengaturan diri atau self-regulation (Slavin, 2011). a) Pengaturan diri (self-regulation) Tahap pertama dalam perkembangan pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah mempelajari bahwa sesuatu hal memiliki makna. Tahap kedua dalam pengembangan struktur-struktur internal dan pengembangan diri melibatkan latihan dan pengulangan. Sedangkan tahap terakhir adalah kemampuan menggunakan isyarat dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Pada titik ini, anak-anak menjadi mandiri atau mengatur diri sendiri (Nursalim, 2007). Suatu mekanisme yang ditekankan Vygotsky untuk mengalihkan pengetahuan milik bersama menjadi pengetahuan pribadi adalah percakapan pribadi (private speech). Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak menyerap percakapan orang lain dan kemudian menggunakan percakapan itu untuk membentuk diri sendiri memecahkan masalah (Slavin, 2011). Piaget mengartikan private speech sebagai egosentris dan tidak dewasa. Vygotsky tidak sependapat dengan Piaget dan mengartikan bahwa private speech adalah alat penting dari pemikiran selama bertahun-tahun pada masa kanakkanak awal. Selain itu, Vygotsky berargumen bahwa anak-anak yang menggunaka private speech lebih kompeten secara sosial dibandingkan yang tidak menggunakan. Private speech merepresentasikan suatu transisi awal untuk menjadi lebih komunikatif secara sosial dan memainkan peran positif dalam perkembangan anak (Santrock, 2007). Nursalim (2007) mengatakan bahwa self-regulated learner (pembelajar yang memiliki pengaturan diri yang baik) adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. Lebih dari itu, pembelajar semacam ini termotivasi oleh belajar itu sendiri, bukan hanya karena nilai atau motivator eksternal lain. Mereka juga mampu menekuni tugas berjangka panjang hingga tugas itu terselesaikan. 11

8 12 b) Zona perkembangan terdekat (Zone of Proximal Development/ ZPD) Ide pembelajaran sosial konstruktivisme modern telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek dan penemuan. Terdapat empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori Vygotsky yang memegang peranan penting. Pertama adalah penekanannya pada hakekat sosial dari pembelajran. Vygotsky menemukan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Konsep kunci kedua adalah ide bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan terdekat (Zone of Proximal Development) mereka. Ketiga adalah perkembangan kognitif berkaitan dengan proses seseorang yang sedang belajar secara tahap demi tahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan pakar. Pakar itu bisa orang dewasa, orang yang lebih tua atau teman sebaya yang menguasai permasalahannya. Konsep kunci keempat adalah siswa seharusnya diberintugas-tugas kompleks, sulit dan realistik, kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas ini. Bantuan semacan ini disebut juga scaffolding (Nursalim, 2007). Slavin (2011) menjelaskan bahwa zona perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan yang berbeda sedikit di atas tingkat perkembangan individu pada saat tertentu. Vygotsky percaya bahwa belajar terjadi pada saat anak-anak sedang bekerja di dalam zona terdekat. Tugas-tugas dalam zona perkembangan proksimal adalah sesuatu yang masih belum dapat dikerjakan seorang anak sendirian tetapi benar-benar dapat dikerjakan dengan bantuan teman yang lebih kompeten atau orang dewasa. Zona Perkembangan Proksimal menjelaskan tugas yang masih belum dapat dipelajari seorang anak tetapi sanggup dipelajari pada waktu tertentu. Sejalan dengan itu Santrock (2007) menjelaskan bahwa Zona perkembangan proksimal adalah kisaran tugas-tugas yang terlalu sulit saat seorang anak melakukannya sendiri, tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan dari orang dewasa atau anak-anak yang terampil. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat ketrampilan yang dapat diraih oleh anak yang dilakukan secara mandiri. Batas atasnya adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan seorang pengajar yang kompeten. ZPD menangkap ketrampilan kognitif anak yang sedang dalam proses kematangan dan hanya dapat dicapai dengan bantuan seseorang yang lebih terampil.

9 Konsep yang terkait erat dengan konsep ZPD adalah konsep scaffolding. Scaffolding adalah perubahan tingkat dukungan. Dukungan dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, memerinci masalah kedalam langkah-langkah, pemberian contoh, atau tindakan lain yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri sebagai pembelajaran. Scaffolding mengacu pada bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten. Scaffolding digunakan untuk membantu siswa mencapai patas atas dari zona perkembangan proksimal (Santrock, 2007). Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak dan sepontan. Suatu dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis, dan rasional. Mengajukan pertanyaan- pertanyaan mendalam adalah sebuah cara yang sangat baik untuk menunjang pembelajaran siswa dan mengembangkan ketrampilan berpikir yang lebih rumit (Santrock, 2007). c) Definisi Scaffolding Meirita (2013) menyebutkan bahwa teori Vygotsky yang lain adalah scaffolding. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal development-nya. Scaffolding berasal dari kata scaffold yang berarti tangga untuk pijakan tukang batu ketika membangun tembok. Sehingga scaffolding dapat diartikan sebagai bantuan yang disediakan teman yang lebih kompeten atau orang dewasa. Istilah scaffolding juga dikenal dengan pentanggaan, yang berarti menyediakan banyak dukungan kepada seseorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi dukungan setelah anak sanggup memikul tanggungjawabnya (Slavin,2011). Wood, Bruner & Ross memperkenalkan gagasan tentang scaffolding untuk menggambarkan cara belajar anak-anak yang dapat didukung, dukungan pada akhirnya dihapus ketika anak dapat belajar secara mandiri The notion of scaffolding has been used to reflect the way adult support is adjusted as the child learns and is ultimately removed when the learner can stand alone. Lebih lanjut Anghileri mengemukakan tiga tingkat scaffolding sebagai serangkaian strategi pengajaran yang efektif yang mungkin atau tidak mungkin terlihat di kelas. Tingkat yang paling dasar adalah environmental provisions, yaitu penataan lingkungan belajar yang memungkinkan berlangsung tanpa intervensi langsung dari guru. Selanjutnya pada tingkat kedua, interaksi guru semakin diarahkan untuk mendukung siswa belajar, yaitu melalui penjelasan, peninjauan, dan restrukturisasi, 13

10 14 sementara pada tingkat ketiga interaksi guru diarahkan untuk pengembangan pemikiran konseptual (Felayani, 2013). Ketiga tingkat scaffolding tersebut ditunjukkan dengan Gambar 2.1. Gambar 2.1 Strategi guru dalam pembelajaran Scaffolding menurut Anghileri Berdasarkan tingkatan scaffolding yang dikemukakan Julia Anghileri, maka praktik scaffolding yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Tingkatan scaffolding Komponen Scaffolding Level 1 Environmental provisions Level 2 Kegiatan yang dilakukan a. Mengkondisikan kelas, menyusun lembar tugas secara terstruktur. b. Menyediakan media atau gambar-gambar yang sesuai dengan masalah yang diberikan Explaining a. Meminta siswa untuk membaca ulang masalah yang diberikan.

11 15 Komponen Scaffolding Kegiatan yang dilakukan Explaining b. Mengajukan pertayaan arahan, hingga siswa dapat memahami masalah dengan benar Reviewing a. Diskusi tentang jawaban yang telah dikerjakan oleh siswa. b. Meminta siswa untuk melakukan refleksi terhadap jawaban yang telah dibuatnya sehingga dapat menemukan kesalahan yang telah dilakukan c. Meminta siswa untuk memperbaiki pekerjaannya. Restructuring a. Mengajukan pertayaan arahan, hingga siswa dapat menemukan kembali semua fakta yang ada pada masalah. b. Meminta siswa untuk menyusun kembali rancangan jawaban yang lebih tepat untuk masalah yang dihadapinya. Level 3 Developing Conceptual Thinking a. Diskusi tentang jawaban yang telah dibuat oleh siswa. b. Meminta siswa untuk mencari alternatif lain untuk menyelesaikan masalah. c. Mengajukan pertanyaan arahan, sehingga siswa dapat menemukan kemungkinan konsep lain yang terkait dengan masalah yang sedang dihadapinya. B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan Sahriah (2012) dengan judul Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang dengan tujuan ingin melihat lebih dalam dan luas pemahaman siswa terkait materi operasi pecahan bentuk aljabar. Berdasarkan hasil penelitiannya ditemukan kesalahan siswa meliputi kesalahan konseptual dan prosedural. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) dengan judul Penelusuran Kesalahan Siswa dan Pemberian Scaffolding dalam Menyelesaikan Bentuk Aljabar bertujuan untuk menelusuri kesalahan siswa kelas 8F SMP Laboratorium Malang dalam menyelesaikan operasi bentuk aljabar, menentukan jenis kesalahan yang dilakukan siswa serta pemberian scaffolding. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ria disimpulkan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan operasi bentuk aljabar berupa kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural serta scaffolding yang diberikan berada pada level 2 yaitu explaining, reviewing, dan restructuring.

12 16 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2012) berjudul Wawancara Klinis Berbasis scaffolding berbatuan LKS menggunakan multi representasi pada penjumlahan pecahan di SMP bertujuan untuk mengungkap dampak wawancara klinis berbasis scaffolding berbantuan LKS multi representasi dalam mengatasi kesulitan siswa pada penjumlahan pecahan. Hasill penelitian menunjukkan bahwa dengan wawancara klinis berbasis scaffolding berbantuan LKS multi representasi dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan pre test sehingga terjadi peningkatan hasil belajar pada post test. Penelitian yang telah dilakukan Sahriah (2012) dan Rahmawati (2012) telah mencoba untuk mengetahui letak kesalahan siswa dengan menggolongkan kesalahan berdasarkan kesalahan konseptual dan procedural, sedangkan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2012) dan Nurhidayati (2012) menggunakan wawancara berbasis scaffolding untuk mengatasi kesulitan siswa. Penelitian ini mengidentifikasi letak kesalahan siswa berdasarkan indikator-indikator kesalahan menurut Newman pada materi pecahan bentuk aljabar. Selain itu, peneliti juga akan menggunakan wawancara berbasis scaffolding berdasarkan level yang dikemukakan Anghileri seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmawati (2012).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Konsep secara umum menurut Poh (2007) adalah ide abstrak yang digeneralisasikan dari fakta-fakta atau pengalaman yang spesifik. Pendapat lain dari Soedjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Identifikasi Kesalahan a. Konsep Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu obyek. Penggunaan konsep diharapkan dapat menyederhanakan pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bilangan bulat menurut Wikipedia bahasa (2012) adalah terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bilangan bulat menurut Wikipedia bahasa (2012) adalah terdiri dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bilangan Bulat Bilangan bulat menurut Wikipedia bahasa (2012) adalah terdiri dari bilangan cacah yaitu 0,1,2,3, dan yang negatifnya yaitu -1,-2,-3,-4, dan seterusnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SMPN 1 Tulangan dalam Menyelesaikan Masalah-masalah Perbandingan bentuk soal cerita. (Surabaya:IAIN Sunan Ampel, 2010),1

BAB I PENDAHULUAN. SMPN 1 Tulangan dalam Menyelesaikan Masalah-masalah Perbandingan bentuk soal cerita. (Surabaya:IAIN Sunan Ampel, 2010),1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Hudoyo (1988) mengartikan konsep sebagai ide yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok, sedangkan Berg (1991)

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN Susilowati & Ratu p-issn: 2086-4280; e-issn: 2527-8827 ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN DAN SCAFFOLDING PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL ANALYSIS OF STUDENT ERROR BASED ON STAGE OF NEWMAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Pengertian-pengertian tentang sebuah konsep, beberapa para ahli mendefinisikan konsep itu berbeda-beda. Gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konstruktivisme a. Sejarah Konstruktivisme Menurut Von Glaserfield (1988), pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad 20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN Analisis Kesalahan Menyelesaikan... (Puspita Rahayuningsih&Abdul Qohar) 109 ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) kemampuan representasi matematis yaitu kemampuan menyatakan ide-ide matematis dalam bentuk gambar, grafik, tulisan atau simbol-simbol

Lebih terperinci

DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA PADA MATERI FAKTORISASI BENTUK ALJABAR DAN SCAFFOLDINGNYA. Imam Safi i*, Toto Nusantara** Universitas Negeri Malang

DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA PADA MATERI FAKTORISASI BENTUK ALJABAR DAN SCAFFOLDINGNYA. Imam Safi i*, Toto Nusantara** Universitas Negeri Malang DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA PADA MATERI FAKTORISASI BENTUK ALJABAR DAN SCAFFOLDINGNYA. Email : imamput@gmail.com Imam Safi i*, Toto Nusantara** Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Seorang guru memiliki kewajiban

Lebih terperinci

SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5

SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No.1, Januari - April 2015 STKIP PGRI Banjarmasin SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5 Zahra Chairani STKIP PGRI Banjarmasin. E-mail:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL PROSEDURAL BENTUK PANGKAT BULAT DAN SCAFFOLDING

ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL PROSEDURAL BENTUK PANGKAT BULAT DAN SCAFFOLDING ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL PROSEDURAL BENTUK PANGKAT BULAT DAN SCAFFOLDINGNYA Naeli Muslimatul Khanifah, Toto Nusantara Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang E-mail: Crazy.toen@gmail.com

Lebih terperinci

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan Tugas Individu Manajemen strategik pendidikan Nama :Apri Eka Budiyono Nim : 2016081005 1. Ke dua bacaan tersebut membahas tentang apa? Bahas dan Jelaskan Dari bacaan tersebut terdapat teori piaget dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

PENELUSURAN KESALAHAN SISWA DAN PEMBERIAN SCAFFOLDING DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR

PENELUSURAN KESALAHAN SISWA DAN PEMBERIAN SCAFFOLDING DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR PENELUSURAN KESALAHAN SISWA DAN PEMBERIAN SCAFFOLDING DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR Ria Rahmawati Pratamasari Mahasiswa Universitas Negeri Malang Subanji Dosen Matematika FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) Abstrak Ketercapaian suatu pembelajaran matematika ditentukan oleh guru dalam menggunakan strategi pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Handayani Eka Putri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Handayani Eka Putri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat proses pembelajaran matematika berlangsung, sebenarnya siswa tidak hanya dituntut untuk mendapatkan informasi serta menghapal berbagai aturanaturan, rumus-rumus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Masalah Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah tidak dapat dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif dan Linguistik. Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog

Perkembangan Kognitif dan Linguistik. Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog Perkembangan Kognitif dan Linguistik Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog Prinsip dasar perkembangan manusia Proses perkembangan melibatkan proses pertumbuhan. Proses Perkembangan Anak Melibatkan Beberapa

Lebih terperinci

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING Budi Santoso, Toto Nusantara, dan Subanji E-mail:

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil temuan penelitian tentang kesulitan-kesulitan. kesulitan konsep dan keterampilan (Skill). Yaitu memahami masalah,

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil temuan penelitian tentang kesulitan-kesulitan. kesulitan konsep dan keterampilan (Skill). Yaitu memahami masalah, BAB V PEMBAHASAN A. Kesulitan siswa Berdasarkan hasil temuan penelitian tentang kesulitan-kesulitan menyelesaikan masalah pada materi kubus dan balok, peneliti dapat menjabarkan sebagai berikut: 1. Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Carl Frederick Gauss menyatakan bahwa matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan. Kalimat tersebut seperti bermakna bahwa matematika layaknya seorang ratu yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisia Kesalahan. 1. Konsep

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisia Kesalahan. 1. Konsep BAB II KAJIAN TEORI A. Analisia Kesalahan Kesalahan menyelesaikan soal-soal matematika masih sering ditemukan dalam pekerjaan siswa, dari kesalahan yang dilakukan siswa sebagai sarana untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Seperti firman-nya dalam surah Al-Jin ayat 28: Artinya: Supaya dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya rasul-rasul itu

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Seperti firman-nya dalam surah Al-Jin ayat 28: Artinya: Supaya dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya rasul-rasul itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran penting dalam kehidupan kita, termasuk segala hal yang ada di bumi ini telah diperhitungkan dengan teliti oleh Allah SWT. Seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY) PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY) A. Profil Singkat Vygotsky Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan program pendidikan bermula pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan adalah guru mendorong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prakonsep Menurut Soedjadi (1995) pra konsep adalah konsep awal yang dimiliki seseorang tentang suatu objek. Didalam proses pembelajaran setiap siswa sudah mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRACT

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika   ABSTRACT ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI SISWA KELAS IX SMPN SE-KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU (THE ANALYSIS OF ERROR ON SOLVING GEOMETRY PROBLEM OF STUDENT AT CLASS IX JUNIOR HIGH SCHOOL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Salatiga pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Kelas V terdiri dari 48 siswa yaitu 29 siswa

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan eksakta sangat berperan penting dalam kehidupan umat manusia, matematika juga digunakan dalam berbagai bidang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Scaffolding Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan kerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff dalam Pia (2011),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual. 1) Hakikat Belajar. Syah (2009) berpendapat belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah. a. Masalah, Pedagogi, dan Permbelajaran Berbasis Masalah. 2) Masalah dan Pedagogi

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah. a. Masalah, Pedagogi, dan Permbelajaran Berbasis Masalah. 2) Masalah dan Pedagogi BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Rusman (2012: 187) Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Hakikat Matematika Menurut Hariwijaya (2009) matematika adalah bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar

Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar Modul ke: Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar Faktor-faktor perkembangan, pengaruh perkembangan, perkembangan kognitif individu Fakultas Psikologi Ainul Mardiah, M.Sc. Program Studi

Lebih terperinci

Pematematikaan Horizontal Siswa SMP pada Masalah Perbandingan

Pematematikaan Horizontal Siswa SMP pada Masalah Perbandingan Pematematikaan Horizontal Siswa SMP pada Masalah Perbandingan Herna *1, Ana Muliana *2 1,2 Universitas Sulawesi Barat e-mail: *1 hernausb@rocketmail.com, *2 anamuliana@yahoo.com Abstrak Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya pemberian makna atas data sensori baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Berpikir mencangkup banyak aktivitas seseorang (kowiyah, 2012:175), seperti saat kita berpikir

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA Oleh: Sekar Purbarini Kawuryan PPSD FIP UNY Pendahuluan Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya.

Lebih terperinci

Teori Lev Vygotsky. Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, Perkembangan Bahasa, ZPD, Scaffolding dan Aplikasi Teori. Fitriani, S. Psi., MA.

Teori Lev Vygotsky. Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, Perkembangan Bahasa, ZPD, Scaffolding dan Aplikasi Teori. Fitriani, S. Psi., MA. Teori Lev Vygotsky Modul ke: 09 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, Perkembangan Bahasa, ZPD, Scaffolding dan Aplikasi Teori Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Pendahuluan Perkembangan manusia adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatankegiatan sosial dan budaya, yang merupakan suatu proses-proses

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN BESERTA BENTUK SCAFFOLDING YANG DIBERIKAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN BESERTA BENTUK SCAFFOLDING YANG DIBERIKAN ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN BESERTA BENTUK SCAFFOLDING YANG DIBERIKAN Arif Fatahillah 1, Yuli Fajar Wati N.T. 2, Susanto 3 Abstract. This

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat. ANALISIS KESALAHAN SISWA MENURUT NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI OPERASI HITUNG PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS VII B SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA Aditya Deddy Priyoko, Tri Nova Hasti Yunianta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN Abstrak: Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal penting yang harus dilatihkan kepada siswa. Lev Semyonovich

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN, PENALARAN, DAN KOMUNIKASI MATEMATIK. OLEH: DADANG JUANDI JurDikMat FPMIPA UPI 2008

PEMBUKTIAN, PENALARAN, DAN KOMUNIKASI MATEMATIK. OLEH: DADANG JUANDI JurDikMat FPMIPA UPI 2008 PEMBUKTIAN, PENALARAN, DAN KOMUNIKASI MATEMATIK OLEH: DADANG JUANDI JurDikMat FPMIPA UPI 2008 PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA Bukti menurut Educational Development Center (2003) adalah suatu argumentasi logis

Lebih terperinci

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP Cindy Indra Amirul Fiqri 1, Gatot Muhsetyo 2, Abd. Qohar 3 1 Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Tita Mulyati. Abstrak elajar menuntut peran serta semua pihak. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap

Tita Mulyati. Abstrak elajar menuntut peran serta semua pihak. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DAN DAMPAKNYA BAGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD Tita Mulyati Abstrak elajar menuntut peran serta semua pihak. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap BB secara

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif. Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng

Perkembangan Kognitif. Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng Perkembangan Kognitif Psikologi Anak Usia Dini Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id Ruang Lingkup Kemampuan Kognitif Kognisi perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Konsep umum yg mencakup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut Komaruddin (2002), analisis adalah kegiatan berpikir

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai letak dan penyebab kesalahan yang. persamaan linier dua variabel adalah sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai letak dan penyebab kesalahan yang. persamaan linier dua variabel adalah sebagai berikut: 139 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data mengenai letak dan penyebab kesalahan yang dilakukan subyek kelas IX dalam menyelesaikan soal cerita materi sistem persamaan linier dua

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Siswa sangat lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk (Untung, 2008). Lemahnya pemahaman siswa tentang konsep

1. Pendahuluan Siswa sangat lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk (Untung, 2008). Lemahnya pemahaman siswa tentang konsep 1. Pendahuluan Siswa sangat lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk (Untung, 2008). Lemahnya pemahaman siswa tentang konsep bangun ruang sebagaimana dikemukakan oleh Blanco, salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah sebuah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas siswa Pembelajaran

Lebih terperinci

DESKRIPSI TIPE-TIPE KESALAHAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 5 TELAGA KAB GORONTALO NANING ISMAIL

DESKRIPSI TIPE-TIPE KESALAHAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 5 TELAGA KAB GORONTALO NANING ISMAIL 1 2 DESKRIPSI TIPE-TIPE KESALAHAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 5 TELAGA KAB GORONTALO NANING ISMAIL Ismail Pioke, S.Pd, M.Pd 1 Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd, M.Pd 2 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN CAMPURAN BERDASARKAN KRITERIA KESALAHAN WATSON

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN CAMPURAN BERDASARKAN KRITERIA KESALAHAN WATSON DESKRIPSI KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN CAMPURAN BERDASARKAN KRITERIA KESALAHAN WATSON SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Oleh DESI YULIANA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model peraihan konsep disebut juga model perolehan konsep atau model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model peraihan konsep disebut juga model perolehan konsep atau model 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Peraihan Konsep Model peraihan konsep disebut juga model perolehan konsep atau model pencapaian konsep. Model peraihan konsep mula-mula didesain oleh Joice

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHA PESERTA DIDIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH PERAWATAN BADAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHA PESERTA DIDIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH PERAWATAN BADAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHA PESERTA DIDIK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH PERAWATAN BADAN Vony F.S Hartini Hipij Universitas PGRI Adi Buana Surabaya vony@unipasby.ac.id

Lebih terperinci

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET A. Pengertian Kognitif Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era global yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memungkinkan semua orang untuk mengakses dan mendapatkan informasi dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Destisari Nurbani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kegiatan yang dilakukan secara sengaja atau tidak membutuhkan ilmu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mengintegrasikan bahasa verbal atau nonverbal. Anak yang memiliki kesulitan

BAB V PEMBAHASAN. mengintegrasikan bahasa verbal atau nonverbal. Anak yang memiliki kesulitan BAB V PEMBAHASAN A. Kesulitan Subjek-Subjek Penelitian Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang beragam yang dapat mengganggu tercapainya hasil belajar, di mana gejala tersebut berupa gangguan intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam matematika saja melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama dalam program pembangunan di Indonesia, karena pada dasarnya pembangunan tidak hanya

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Dudung Priatna Abstrak Pembelajaran matematika perlu memperhatikan beberapa hal berikut diantaranya

Lebih terperinci

BABH KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Matematika.

BABH KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Matematika. A. Pembelajaran Matematika. BABH KAJIAN PUSTAKA Proses pembelajaran matematika belakang ini telah mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal sesuai dengan pandangan teori belajar konstruktivis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam menentukan pilihan-pilihan yang mencerminkan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam menentukan pilihan-pilihan yang mencerminkan kepribadian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan adalah upaya penyediaan kondisi yang dapat menciptakan penumbuhkembangan intelektualitas manusia yang dapat menyadarkan diri manusia di dalam menentukan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id

Lebih terperinci

Teori kognitif piaget

Teori kognitif piaget Teori belajar kognitivisme Istilah : Teori kognitif piaget Schema : potensi untuk bertindak dengan cara tertentu (skema;jamak: schemata). Cognitive structure (struktur kognitif): jumlah skemata yang tersedia

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically). BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembelajaran matematika, di antaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically). Pengembangan kemampuan ini sangat diperlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan sangat penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi. Selain itu matematika juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci