RINGKASAN SKRIPSI. Oleh Esti Normalita NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN SKRIPSI. Oleh Esti Normalita NIM"

Transkripsi

1 PENERAPAN METODE DISKUSI DAN PERMAINAN PAPAN MEMORI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWADALAM PEMBELAJARAN SEJARAHKELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 2 MAGELANG TAHUN AJARAN 2013/2014 RINGKASAN SKRIPSI Oleh Esti Normalita NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2 PENERAPAN METODE DISKUSI DAN PERMAINAN PAPAN MEMORI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X DI SMA MUHAMADIYAH 2 MAGELANG TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Esti Normalita NIM ABSTRAK Keaktifan siswa kelas X SMA Muhamadiyah 2 Magelang rendah dan hasil belajar sejarah belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 73. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya keaktifan dan hasil belajar sejarah adalah metode pembelajaran sejarah yang bersifat konvensional dan monoton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah kelas X di SMA Muhamadiyah 2 Magelang tahun ajaran 2013/2014, kelebihan serta kendala metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan tes. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X di SMA Muhamadiyah 2 Magelang dalam pembelajaran sejarah. Sebelum dilakukan tindakan rata-rata keaktifan kelas X yaitu 36,16%. Pada siklus I rata-rata persentase indikator keaktifan siswa adalah 79,46% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 9,38% menjadi 88,84%. Nilai ratarata kelas pada siklus I yaitu pretest 48,18 mengalami peningkatan pada posttest sebesar 26,32 menjadi 74,5. Nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu pretest 46,82 mengalami peningkatan pada posttest sebesar 33,72 menjadi 80,54. 2) Kelebihan metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah yaitu siswa lebih aktif dan pembelajaran sejarah lebih menyenangkan. Kendalametode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah yaitu siswa belum terbiasa dengan metode diskusi dan permainan Papan Memori dan waktu diskusi kurang. Kata Kunci: Metode diskusi, permainan Papan Memori, keaktifan, hasil belajar 2

3 I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami oleh setiap guru, mengingat proses pembelajaran merupakan proses komunikasi multiarah antarsiswa, guru, dan lingkungan belajar. Karena itu pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga akan diperoleh dampak pembelajaran secara langsung (istructional effect) ke arah perubahan tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2011:4). Pelajaran sejarah bertujuan menciptakan wawasan historis atau perspektif sejarah. Pelajaran sejarah juga mempunyai fungsi sosiokultural, membangkitkan kesadaran historis. Dalam pelajaran sejarah perlu dimasukkan biografi pahlawan mencakup soal kepribadian, perwatakan semangat berkorban, perlu ditanam historical-mindedness, perbedaan antara sejarah dan mitos, legenda, dan novel historis (Aman, 2011:31-32). Pembelajaran di sekolah harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan pendapat. Pembelajaran di sekolah harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan pendapat. Belajar memang merupakan proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah dari seorang guru tentang pengetahuan. Pada umumnya pembelajaran di kelas-kelas dilakukan dalam bentuk satu arah yaitu guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa dan siswa hanya mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam kurikulum. Hal ini menyebabkan siswa hanya mendengarkan, kurang aktif, kurang dalam hal pemahaman dan daya ingat yang rendah. Minimnya metode yang diterapkan dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar kurang maksimal. 3

4 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru sejarah di SMA Muhammadiyah 2 Magelang, guru mata pelajaran sejarah masih dominan menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Hal ini membuat siswa merasa bosan, kurang aktif, dan hasil belajar belum mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) yang ditetapkan sekolah. Berikut ini adalah data nilai rata-rata ulangan akhir semester 1 di SMA Muhammadiyah 2 Magelang tahun ajaran 2013/2014, kelas X 62,58, kelas XI IPA 85,29, kelas XI IPS 70,67, kelas XII IPA 82,1, dan kelas XII IPS 80,79. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas X belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah. Rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sejarah kelas X tampak ketika observasi yaitu terdapat 10 siswa yang memperhatikan penjelasan guru, 5 siswa aktif bertanya atau mengemukakan pendapat, 16 siswa tidak mendengarkan teman yang presentasi, 14 siswa yang tidak mencatat materi sejarah, 5 siswa membuat sketsa gambar-gambar sejarah, 15 siswa antusias pindah untuk berkelompok, 18 siswa tidak memecahkan soal dalam diskusi, dan 18 siswa malas untuk presentasi di depan kelas. Sebelum dilakukan tindakan rata-rata keaktifan kelas X yaitu 36,16%. Berdasarkan realita di atas perlu adanya penerapan pembelajaran sejarah yang menyenangkan dan menarik, siswa dapat berperan aktif dalam belajar agar hasil belajar meningkat. Salah satu cara yang dapat menjadi alternatif bagi guru dalam mengajar adalah metode diskusi dan permainan Papan Memori. Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar (J.J. Hasibuan dan Moedjiono, 2006:3). Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompokkelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (B. Suryosubroto, 2002:179). Metode diskusi membantu siswa untuk aktif bertanya dan mengemukakan pendapat dalam memecahkan suatu masalah. 4

5 Permainan Papan Memori adalah suatu permainan yang cepat dan mudah untuk membantu siswa memahami mata pelajaran Paul Ginnis (2008:146). Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik mengkaji tentang penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMA Muhammadiyah 2 Magelang tahun ajaran 2013/2014. II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Belajar 1. Belajar Menurut Kunandar (2010:320) hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri individu yang belajar.perubahan tingkah laku yang diharapkan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Dengan pengalamannya sendiri manusia cenderung bisa lebih mengerti tentang arti kehidupan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. 2. Ciri-ciri Belajar Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010:5) yaitu perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. 3. Prinsip-prinsip Belajar 5

6 Prinsip-prinsip belajar menurut Oemar Hamalik (2009:10-11) yaitu 1) Pendidikan bukan hanya mempersiapkan peserta didik untuk hidup sebagai orang dewasa, melainkan membantu mereka agar mampu hidup dalam kehidupan sehari-hari. 2) Peserta didik sebaiknya dididik sebagai suatu keseluruhan dan menempatkan mereka sebagai unit organisme yang hidup yang sedang tumbuh dan berkembang. 3) Pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan dalam rangkaian pengembangan sumber daya manusia yang bermutu. 4) Peserta didik belajar dengan berbuat dan mengalami langsung serta keterlibatan secara aktif dalam lingkungan belajar. 5) Belajar dilakukan melalui kesan-kesan penginderaan yang menumbuhkan tanggapan yang jelas dan nyata, yang pada gilirannya diprotes menjadi informasi dan pengetahuan. 6) Proses belajar dan keberhasilan belajar dipengaruhi bahkan bergantung pada kemampuan masing-masing individu peserta didik. 7) Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan bahkan berlangsung seumur hidup, baik secara formal maupun informal. 8) Kondisi sosial dan alamiah turut menentukan dan berpengaruh dalam penyusunan dan pelaksanaan situasi-situasi belajar. 9) Motivasi belajar hendaknya bersifat intrinsik, orisinal, dan alamiah. 10) Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan individual. 11) Hubungan-hubungan antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya dilaksanakan melalui kerjasama/atau proses kelompok. 12) Metode, isi, dan alat pengajaran besar pengaruhnya terhadap proses belajar peserta didik. B. Hakikat Pembelajaran Sejarah 1. Pengertian Pembelajaran 6

7 Menurut Oemar Hamalik (2009:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007:137) pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungannya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa harus terlibat dalam proses pembelajaran sehingga pendidik bukanlah pusat pembelajaran. 2. Pengertian Sejarah Menurut R. Moh Ali (2005:11) perkataan sejarah dalam bahasa Indonesia adalah sama dengan history (Inggris), Geschiecte (Jerman) atau geschiedenis (Belanda). Kata history berawal dari bahasa Yunani historia yang berarti inkuiri, wawancara, interogasi dari seorang saksi, dan juga laporan mengenai hasil-hasil tindakan itu. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah ilmu yang mengkaji segala aktivitas manusia pada masa lalu yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk aspek ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Sejarah memiliki 3 dimensi waktu yaitu masa lalu, masa depan, dan masa sekarang. 3. Pembelajaran Sejarah Pembelajaran sejarah merupakan sarana untuk menyosialisasikan nilainilai tradisi bangsa, memahami perjuangan dan pertumbuhan bangsa dan negara, baik secara fisik, politik, dan ekonomi sekaligus mendidik sebagai warga masyarakat yang peduli kepada pentingnya pemahaman terhadap bangsa-bangsa lain. Menurut S.K Kochhar (2008: 27) sasaran umum pembelajaran sejarah adalah mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri, memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan masyarakat, membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan 7

8 hasil yang telah dicapai generasinya, mengajarkan toleransi, menanamkan sikap intelektual, memperluas cakrawala intelektualitas, mengajarkan prinsip-prinsip moral, menanamkan orientasi ke masa depan, memberikan pelatihan mental. C. Pembelajaran Kooperatif Agus Supriyono (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.pembelajaran koperatif memiliki lima unsur penting yaitu yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. D. Metode Diskusi 1. Pengertian Metode Diskusi Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar (J.J. Hasibuan dan Moedjiono, 2006:3). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Suryosubroto, 2002:179). 2. Langkah-langkah Metode Diskusi Langkah-langkah penggunaan metode diskusi menurut Suryosubroto (2002:180) yaitu: 1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. 8

9 2) Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompokkelompok diskusi dan mengatur tempat duduk ruangan. 3) Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing serta guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain menjaga ketertiban, serta mendorong siswa agar berpartisipasi aktif. 4) Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa. Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut. 5) Para siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok untuk file kelas. 3. Kegunaan Metode Diskusi Menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono (2006:22) kegunaan metode diskusi yaitu: 1) Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya 3) Mendapatkan balikan dari siswa, apakah tujuan telah tercapai 4) Membantu siswa belajar berpikir kritis 5) Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya 6) Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat, baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah 7) Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. 4. Kelemahan Metode Diskusi Menurut Suryosubroto (2002:186) kelemahan metode diskusi yaitu : 1) Suatu diskusi tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya. 2) Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. 9

10 3) Jalannya diskusi dapat didominasi oleh beberapa siswa yang menonjol. 4) Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya halhal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. 5) Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. 6) Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya. 7) Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya. 8) Jumlah siswa yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya. E. Permainan Papan Memori 1. Pengertian Permainan Papan Memori Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memori adalah kesadaran akan pengalaman masa lampau yang hidup kembali, ingatan. Telah terbukti bahwa memori yang baik adalah indikator sukses ujian yang lebih baik daripada IQ tinggi (Tom Barwood, 2011: 63).Papan Memori merupakan salah satu model pembelajaran yang cepat dan mudah untuk membantu siswa mengingat istilah dan definisi teknis.kegiatan ini memerlukan keterlibatan aktif dari otak.model pembelajaran ini memiliki dua poin utama.pertama, konversi otak dari satu bentuk (istilah teknis) ke dalam definisi (lain) memaksakan pemahaman.kedua, ketika otak memikirkan sesuatu, kemudian membandingkan dengan versi percobaan dengan versi akurat ketika guru mengulang jawabannya, peringatan terjadi secara alamiah. 2. Langkah-langkah Permainan Papan Memori Menurut Paul Ginnis (2008:146) langkah-langkah permainan Papan Memori yaitu: 1) Guru menunjukkan gambar slide atau presentasi Powerpoint yang bergerak cepat dimana siswa tidak diperbolehkan mencatat apapun selama itu. 10

11 2) Siswa mempunyai waktu setengah menit untuk mengulang semuanya di dalam kepala. 3) Guru menunjukkan gambar slide atau presentasi PowerPoint yang bergerak cepat dalam waktu satu menit dimana siswa tidak diperbolehkan mencatat apapun. 4) Siswa mempunyai waktu setengah menit untuk mengulang semuanya di dalam kepala mereka lagi. 5) Guru menunjukkanslide untuk kali ketiga dan terakhir. 6) Siswa secara berkelompok mendiskusikan gambar-gambar slide kemudian menuliskan makna gambar-gambar tersebut kemudian mempresentasikannya. 3. Kelebihan Permainan Papan Memori Menurut Paul Ginnis (2008:147) kelebihan atau manfaat permainan Papan Memori yaitu 1) Permainan Papan Memori mengajarkan konversi otak dari satu bentuk (istilah teknis) ke dalam definisi (lain) memaksakan pemahaman. Ketika otak memikirkan sesuatu, kemudian membandingkan dengan versi percobaan dengan versi akurat ketika guru mengulang jawabannya, peringatan terjadi secara alamiah. 2) Permainan Papan Memori mengajarkan poin revisi. Kebutuhan untuk mengulang materi beberapa kali agar terserap. Ini merupakan pelatihan yang sangat bagus dalam teknik revisi dasar. 3) Permainan Papan Memori memberi keceriaan pada tugas-tugas belajar yang membosankan. F. Keaktifan Siswa a. Pengertian Keaktifan 11

12 Keakifan adalah pembentukan keterampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Uzer Usman, 2011:23).Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.prinsip aktivitas belajar dibagi menjadi dua pandangan yakni ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Jenis-jenis aktivitas dalam belajar menurut Sardiman (2012:101) yaitu 1) Visual activities, yaitu membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak. 7) Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. 9) Manfaat Keaktifan Belajar 1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. 3) Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok. 12

13 4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual. 5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat. 6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, hubungan antar guru dan orangtua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa. 7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistis dan konkret, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. 8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika. G. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar (Nana Sudjana, 2004:111).Pendidikan nasional di Indonesia dalam rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom. Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Nana Sudjana, 2005:22). Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi (Nana Sudjana, 2005:22). Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Fokus penelitian adalah pada ranah kognitif. 2. Penilaian Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (2005:3). Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, umpan balik bagi perbaikan proses 13

14 belajar mengajar, dan dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. B. Kerangka Pikir Proses pembelajaran di SMA Muhammadiyah 2 Magelang masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Magelang belum mencapai KKM.Untuk mencapai keberhasilan PBM diperlukan metode dan pembelajaran yang tepat. Peneliti memilih metode diskusi dan permainan Papan Memori. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, menyusun kesimpulan, dan menemukan cara untuk menyelesaikan suatu masalah.papan Memori merupakanpermainan yang dapat membantu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses belajar. Jadi dengan diterapkannya metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Magelang pada tahun ajaran 2013/2014. Model pembelajaran sejarah masih konvensional Rendahnya keaktifan dan hasil belajar sejarah belum mencapai KKM Metode diskusi dan permainan Papan Memori Keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat Gambar 1. Kerangka Pikir 14

15 D. Hipotesis Tindakan Penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X di SMA Muhammadiyah 2 Magelang dalam pembelajaran sejarah. E. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X di SMA Muhammadiyah 2 Magelang dalam pembelajaran sejarah? 2. Apa saja kelebihan metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah? 3. Apa saja kendala metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah? III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Muhamadiyah 2 Magelang yang berlokasi di jalan Panembahan Senopati, Bayanan, Mertoyudan, Magelang. B. Bentuk Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian adalah proses pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan metodologi untuk mendapatkan data akurat mengenai peningkatan objek yang diteliti, tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu sedangkan kelas merupakan kegiatan yang dilakukan selama penelitian yang terdiri dari beberapa siklus, dan kelas merupakan tempat para siswa mendapatkan pelajaran dari guru yang sama (Suharsimi Arikunto, dkk., 2009:2). Secara ringkas, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri (Rochiati Wiriaatmadja, 2007:13). PTK bertujuan agar guru lebih bisa menyajikan 15

16 PBM dengan bervariatif. Guru akan mendapatkan banyak keuntungan dengan berbagai metode pembelajaran yang diterapkan meskipun dengan berbagai kekurangan. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru. Peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru bertindak sebagai observer. Penelitian ini bersifat kolaboratif peneliti dengan guru dengan tujuan lebih mudah dan lebih teliti dalam kegiatan observasi. Keterangan : 0 = Perenungan 1 = Perencanaan 2 = Tindakan dan Observasi I 3 = Refleksi I 4 = Rencana Terevisi I 5 = Tindakan dan Observasi II 6 = Refleksi II 7 = Rencana Terevisi II 8 = Tindakan dan Observasi III 9 = Refleksi III C. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah 1. Data yang diperoleh dari guru sejarah kelas X SMA Muhammadiyah 2 Magelang mengenai pelaksanaan kegiatan belajar siswa. 2. Data yang diperoleh dari siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Magelang mengenai hasil belajar mereka. 3. Lembar observasi yang diperoleh selama penelitian di SMA Muhammadiyah 2 Magelang. 4. Lembar wawancara selama penelitian di SMA Muhammadiyah 2 Magelang. 5. Lembar tes yang terdiri dari soal-soal pretest dan posttest. D. Teknik Pengumpulan Data 16

17 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan prosedur tes dan non tes. 1. Non Tes a. Observasi Observasi merupakan model pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian melalui melihat, mendengar, dan merasakan.penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipasi yaitu peneliti ikut terlibat dalam penelitian. Dalam penelitian ini halhal yang diobservasi adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran sejarah berlangsung dan untuk mengetahui suasana kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode diskusi dan pembelajaran permainan Papan Memori akankah dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. b.wawancara Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar (Nana Sudjana, 2005: 68). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X untuk mendapatkan informasi atau pendapat mengenai pembelajaran sejarah dengan metode diskusi dan permainan Papan Memori. Wawancara berpedoman pada lembar pedoman wawancara yang telah disiapkan oleh peneliti. 2. Tes Menurut Nana Sudjana (2005:35) tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan). a. Tes Awal (pretest) Tes awal ini sering dikenal dengan istilah pretest.tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok belajar pada pembelajaran dengan metode diskusi dan permainan Papan Memori. b. Tes Akhir (posttest) 17

18 Tes akhir sering dikenal dengan istilah posttest.tes ini diberikan pada saat akhir tindakan untuk mengukur hasil belajar sejarah dan tingkat keberhasilan tindakan pembelajaran tiap siklus. E. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan dalam rangka pengumpulan data. Dalam konteks pembelajaran, instrumen penelitian jenis tes dijadikan alat untuk mengukur hasil belajar (Hamzah B. Uno dan Satria Koni, 2012:109). Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Lembar observasi Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yaitu lembar yang berisi tentang indikator aktivitas siswa belajar maupun kondisi fisik lingkungan sekolah dan digunakan siswa dalam melaksanakan pengamatan kelas. 2. Lembar wawanara Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menilai keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Magelang. Wawancara ini dilakukankepada guru mata pelajaran sejarah serta kepada beberapa siswa. 3. Tes Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2007:53). Tes kemampuan pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu tes bakat (apitude test) dan tes prestasi (achievement test). F. Validitas Data Suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Teknik pengembangan validitas data dalam kualitatif yaitu triangulasi. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Menggunakan triangulasi sumber yaitu orang-orang yang dekat dengan informan. Triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini yaitu guru 18

19 (observer), peneliti, dan siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Magelang. 2. Triangulasi metode yaitu peneliti mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan teknik atau pengumpulan sumber data yang berbeda untuk memperoleh data tentang partisipasi dan kompetensi profesional guru sejarah yang dimiliki. Triangulasi metode dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan tes hasil belajar. G. Teknik Analisis Data Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif (qualitatif control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control) (Sumarna Surapranata, 2006:1). 1. Analisis Kulitatif Analisis kualitatif sering juga disebut sebagai validitas logis (logical validity) yaitu berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi teknis, isi, dan editorial (Sumarna Surapranata, 2006:1-2). Teknik analisis data kualitatif mengacu pada metode analisis dari Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2009: ) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Langkahlangkah tersebut sebagai berikut. a. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses penyederhanaan yang dilakukan melalui tahap seleksi, pemfokusan, dan pengabstrakan data mentah menjadi informasi yang bermakna. Sehingga kesimpulan-kesimpulan final dapat ditarik dan diverifikasi. b. Penyajian Data Penyajian yang sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif. Penyajian-penyajian data meliputi berbagi jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Penciptaan dan penggunaan penyajian data merupakan bagian dari analisis yang tidak dapat dipisahkan. c. Penarikan Kesimpulan 19

20 Menarik kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam analisa data yang dilakukan dengan melihat hasil reduksi data dan tetap mengacu pada rumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai. 2. Analisis Kuantitatif Hasil analisis dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal dapat membedakan antara peserta tes yang kemampuannya tinggi dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes yang kemampuannya rendah (Sumarna Surapranata, 2006:10). a. Keaktifan Siswa Observasi dilakukan untuk mengontrol pelaksanan pembelajaran guru dan menilai keaktifan siswa selama pembelajaran. Menurut Sugiyono (2009: 144) penilaian dihitung dengan cara menghitung presentase jumlah siswa yang melakukan kegiatan sesuai indikator keaktifan dengan rumus: Presentase = jumlah skor yang diperoleh jumlah skor maksimal xx 100% b. Hasil Belajar Siswa Menurut Sutrisno Hadi (1997: 151) mean (rata-rata) nilai hasil belajar dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut: Rumus: Χ = XXXX NN Keterangan: Χ = Rata-rata/mean ΣXi N = Jumlah nilai semua peserta didik = Jumlah peserta didik H. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila hasil belajar siswa mencapai minimal 7 3 sesuai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan rata-rata keaktifan siswa lebih dari 75%. 20

21 IV. HASIL PENELITIAN 1. Penerapan Metode Disusi dan Permainan Papan Memori untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reserch). Kelas yang dipilih sebagai objek pelaksanaan tindakan adalah kelas X dengan jumlah siswa 28 orang. Kelas X dipilih berdasarkan pertimbangan dan diskusi antara guru sejarah dan peneliti. Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar melalui metode diskusi dan permainan Papan Memori pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Magelang. Selain itu juga untuk mengetahui kendala dan kelebihan pada saat menerapkan metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah. Data yang diperoleh dalam penelitian berdasarkan hasil observasi selama 4 kali pertemuan yang berlangsung dari tanggal 24 Januari 2014 sampai 28 Februari Pelaksanaan penelitian tindakan kelas berlangsung sebanyak dua siklus. Data observasi keaktifan diperoleh melalui wawancara dengan guru dan siswa serta data hasil belajar didapat dari penilaian pretestdan posttest. Pada siklus I penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori berjalan lancar. Guru membuka pembelajaran dengan salam, apersepsi, kemudian mengadakan pretest. Guru memberikan materi pengantar dan menjelaskan langkah-langkah metode diskusi dan permainan Papan Memori. Guru menerapkan metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah sesuai skenario pembelajaran. Guru menarik kesimpulan pada akhir kegiatan pembelajaran kemudian melakukan posttest. Berdasarkan observasi pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar mencapai 79,46%. Rata-rata keaktifan sebelum tindakan adalah 36,16%. Deskripsi keadaan siswa ketika mengikuti pembelajaran sejarah yaitu semua siswa memperhatikan penjelasan guru, 20 siswa aktif bertanya atau mengemukakan pendapat, 4 siswa tidak 21

22 mendengarkan teman yang presentasi, 6 siswa yang tidak mencatat materi sejarah, 14 siswa membuat sketsa gambar-gambar sejarah, 18 siswa antusias pindah untuk berkelompok, 2 siswa tidak memecahkan soal dalam diskusi, dan 2 siswa malas untuk presentasi di depan kelas. Berdasarkan penilaian pretest pada siklus I, nilai rata-rata kelas X yaitu 48,18 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 24. Nilai tertinggi siswa belum mampu mencapai nilai KKM yaitu 73. Setelah penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori nilai rata-rata kelas yaitu 74,5. Pada posttest siklus I nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60. Walaupun ada 6 siswa yang belum mencapai KKM hasil belajar siswa kelas X mengalami peningkatan dari nilai rata-rata kelas 48,18 menjadi 74,5 mengalami peningkatan sebesar 26,32. Perubahan dan perbaikan pada siklus II antara lain guru aktif membangun motivasi untuk aktif bertanya, pembagian kelompok direncanakan dengan baik, guru memperjelas langkah-langkah metode diskusi dan permainan Papan Memori, pemberian waktu yang lebih lama untuk mendiskusikan gambar-gambar permainan Papan Memori, dan penggunaan video pembelajaran agar pengetahuan dan pemahaman siswa lebih luas. Pada siklus II penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori berjalan lancar. Guru membuka pembelajaran dengan salam, apersepsi, dan melakukan pretest. Guru memberikan materi pengantar dan menjelaskan langkah-langkah metode diskusi dan permainan Papan Memori. Guru menerapkan metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah sesuai skenario pembelajaran dengan tambahan video pembelajaran. Guru menarik kesimpulan pada akhir kegiatan pembelajaran kemudian melakukan posttest. Keaktifan siswa mencapai 88,84%. Deskripsi keaktifan siswa pada siklus II yaitu semua siswa memperhatikan penjelasan guru, 23 siswa aktif bertanya atau mengemukakan pendapat, 2 siswa tidak mendengarkan teman yang presentasi, 3 siswa yang tidak mencatat materi sejarah, 20 siswa membuat sketsa gambar-gambar sejarah,24 siswa antusias 22

23 pindahuntuk berkelompok, 2 siswa tidak memecahkan soal dalam diskusi, dan 1 siswa malas untuk presentasi di depan kelas. Pada tes awal (pretest) siklus II nilai rata-rata kelas yaitu 46,82. Pada pretest siklus II nilai tertinggi yaitu 80 dan nilai terendah 25.Pada pretest siklus II ini hanya ada 1 siswa yang sudah mencapai KKM. Berdasarkan tes akhir (posttest) nilai rata-rata kelas setelah dilakukannya tindakan yaitu 80,54. Pada tes akhir (posttest) nilai tertinggi yaitu 95 dan nilai terendah 63.Pada siklus II ini hanya ada 1 siswa yang belum mencapai KKM. Penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori pada siklus II mampu meningkatkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata kelas 46,82 menjadi 80,54 mengalami peningkatan sebesar 33,72. Nilai yang diperoleh pada siklus II merupakan nilai tertinggi dibandingkan pada siklus I. 2. Kendala-Kendala Dalam Pembelajaran Sejarah melalui Penerapan Metode Diskusi dan Permainan Papan Memori Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam Penerapan Metode Diskusi dan permainan Papan Memori, diantaranya sebagai berikut: a) Beberapa siswa ada yang terlambat masuk kelas. b) Siswa belum terbiasa dengan metode diskusi dan permainan Papan Memori. Guru kurang jelas dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dan permainan Papan Memori. c) Terdapat beberapa siswa yang belum berani bertanya dan mengemukakan pendapat. d) Pembagian kelompok kurang efektif dan efisien. e) Suasana kurang kondusif saat diskusi kelompok. f) Waktu untuk pembahasan diskusi gambar-gambar permainan Papan Memori kurang. g) Penguasaan materi siswa terbatas pada penjelasan guru, buku paket, dan LKS. 23

24 3. Kelebihan Pembelajaran Sejarah Melalui melalui Penerapan Metode Diskusi dan Permainan Papan Memori Terdapat beberapa kelebihan dalam penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori, diantaranya sebagai berikut: a) Sebagian besar siswa sudah aktif dalam pembelajaran sejarah. b) Kegiatan pembelajaran sejarah lebih menarik dan menyenangkan. Hal ini membuat siswa antusias, bersemangat, dan tidak jenuh dengan pelajaran sejarah. c) Siswa saling berinteraksi, berkomunikasi, menjalin suasana kebersamaan dan keakraban dengan teman. d) Siswa lebih memahami materi pelajaran sejarah secara luas. 4. Pokok-pokok Temuan Penelitian Berdasarkan data-data yang diperoleh beberapa pokok temuan penelitian antara lain: a) Penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori dapat mengubah proses pembelajaran sejarah menjadi lebih menyenangkan. b) Siswa merasa adanya perbaikan dalam proses pembelajaran melalui metode diskusi dan permainan Papan Memori yang awalnya pasif menjadi aktif. c) Penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori yang dikolaborasikan dengan video pembelajaran mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan dan hasil belajar siswa yang terus mengalami peningkatan. d) Kendala yang muncul saat diterapkannya metode diskusi dan permainan Papan Memori adalah suasana kelas yang kurang kondusif, pembagian kelompok yang belum efektif, keterbatasan waktu, dan siswa belum terbiasa dengan penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah. 24

25 V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori yang ditambah dengan video pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhamadiyah 2 Magelang dalam pembelajaran sejarah. Rata-rata keaktifan sebelum tindakan adalah 36,16%. Pada siklus I persentase keaktifan siswa adalah 79,46% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 9,38% menjadi 88,84%. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar sebelum tindakan sebesar 48,18 dan setelah dilakukan tindakan nilai rata-ratanya sebesar 74,5. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 26,32. Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar sebelum dilakukannya tindakan adalah 46,82 dan setelah tindakan adalah sebesar 80,54. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 33, Kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan metode diskusi dan permainan Papan Memori yaitu siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan diri pada saat pembelajaran dengan metode diskusi dan permainan Papan Memori. Pada siklus I guru belum sepenuhnya mampu mengelola kelas sehingga keadaan kelas menjadi ramai saat pembagian kelompok dan diskusi kelompok. Adapun solusi yang diambil oleh guru dan peneliti untuk mengatasi kendala-kendala tersebut yaitu guru lebih optimal menjelaskan proses pembelajaran sejarah dengan metode diskusi dan permainan Papan Memori dan mengelola kelas agar suasana kelas lebih terkontrol. Penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori akan lebih optimal jika ditambah dengan video pembelajaran sejarah. 3. Keunggulan dalam penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori dalam pembelajaran sejarah yaitu pembelajaran sejarah lebih bermakna dan menyenangkan karena terjalin kerjasama yang erat antar siswa dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas. Siswa 25

26 menjadi semangat dan lebih aktif baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapat atau bertukar informasi. Penerapan metode diskusi dan permainan Papan Memori juga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. B. Saran Setelah terbukti bahwa penggunaan metode diskusi dan permainan Papan Memori dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah a) Pihak sekolah agar lebih bekerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendukung berbagai penelitian pendidikan yang ada. b) Pihak sekolah agar lebih mendorong guru bersikap kreatif dan inovatif dalam menciptakan strategi, metode, dan model pembelajaran yang dapat diterapkan saat pembelajaran sedang berlangsung. c) Pihak sekolah agar lebih meningkatkan fasilitas pembelajaran yang ada sehingga hasil pembelajaran lebih maksimal. 2. Bagi Guru a) Guru harus bersikap kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan tidak menjenuhkan. b) Pembelajaran melalui metode diskusi dan permainan Papan Memori dapat diterapkan oleh guru sejarah atau guru mata pelajaran lainnya sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan belajar siswa. c) Guru harus bisa menguasai kondisi kelas dan membimbing siswa dalam pembelajaran untuk memecahkan suatu masalah. 26

27 DAFTAR PUSTAKA Agus Supriyono. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. B. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Barwood, Tom. (2011). Strategi Belajar. Jakarta: Erlangga. Dalyono. M. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto & Muljo Rahardjo. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media. Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara. & Satria Koni. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Helius Sjamsudin & H. Ismaun. (1996). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Akademik. Heribertus B Sutopo. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. J.F. Tualaka. (2010). Sepiring Motivasi untuk Sarapan Pagi. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. J.J. Hasibuan & Moedjiono. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jalaluddin Rakhmat. (2008). Meraih Cinta Ilahi. Bandung: Mizan. Kochhar. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Kunandar. (2010). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. 27

28 Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Moh. Uzer Usman. (2011). Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nana Sudjana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.. (2006). CBSA Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Oemar Hamalik. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Paul, Ginnis. (2008). Trik dan Taktik Mengajar: Strategi Meningkatkan Pembelajaran di Kelas. (Alih bahasa: Wasi Dewanto). Jakarta: Indeks. R. Moh. Ali. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS. Rochiati Wiriatmadja. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sumarna Surapranata. (2006). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Intrepetasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sutrisno Hadi. (1997). Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Desertasi Jilid III. Yogyakarta: Andi Offset. 28

29 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 1 Ilmu Pendidikan Teoritis. Jakarta: Grasindo. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. UNY. (2011). Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Yogyakarta. Wina, Sanjaya. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cetakan ke-6). Jakarta: Kencana. Zainal Aqib. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Skripsi: Ivah Nurrohmah Nardiani Penggunaan Pendekatan Stop-Think Do Melalui Metode Diskusi Terbimbing untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di SMAN 2 Bantul Kelas XI IPS 4 Semester 2 Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Yogyakarta: FIS UNY. Rizqi Pratamajati Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Gabungan Model Pembelajaran Kooperatif Problem Based Learning (PBL) dan Students Teams Archievement Division (STAD) Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kebumen. Skripsi. Yogyakarta: FIS UNY. 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya. maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya. maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode diskusi dan permainan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Panembahan Senopati, Bayanan, Mertoyudan, Magelang. Penelitian ini menerapkan metode diskusi dan permainan Papan

BAB III METODE PENELITIAN. Panembahan Senopati, Bayanan, Mertoyudan, Magelang. Penelitian ini menerapkan metode diskusi dan permainan Papan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Muhamadiyah 2 Magelang yang berlokasi di jalan Panembahan Senopati, Bayanan, Mertoyudan, Magelang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Menurut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PERMAINAN PAPAN MEMORI DALAM PEMBELAJARAN IPS

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PERMAINAN PAPAN MEMORI DALAM PEMBELAJARAN IPS 2.596 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 27 Tahun ke-5 2016 PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PERMAINAN PAPAN MEMORI DALAM PEMBELAJARAN IPS THE IMPROVEMENT OF STUDENTS ACTIVITIES

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA DALAM MENGIDENTIFIKASI SUMBER ENERGI DAN KEGUNAANNYA MELALUI METODE STAD PADA SISWA KELAS III SEMESTER II SD NEGERI 2 RAWOH KECAMATAN KARANGRAYUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK PENGGUNAAN ALGA SIAPA-AKU PADA MATERI KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 MERBAU MATARAM Rahayu Dwi Mastuti Widayati rahayuwidayati25@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI DENGAN TIPE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IPS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT Rosmiati 1, Yusrizal 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77 IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI 3 SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh: Lorentya Yulianti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015 Ary Wardani 1, Triyono 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa, 2

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMET) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI KELAS XI IPS 3 SMA N 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Shinta Arwidya

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO. UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO Nike Rahayu Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh: INTAN PRATAMA WULANDARI A510090

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pembelajaran sejarah melalui penerapan Metode Think Pair Share langkah-langkahnya:

Lebih terperinci

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN Tugas Kegiatan Belajar II Tatang Kurniawan Judul Jurnal : PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS I.A SD NEGERI 9 KABANGKA TAHUN AJARAN 2014/2015 Nur

Lebih terperinci

Keperluan korespondensi, HP : ,

Keperluan korespondensi, HP : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE TALKING STICK BERBANTUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SENTOLO Estiningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088 PENERAPAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR HIDUP HEWAN BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER I SD N 02 KARANGBANGUN KECAMATAN MATESIH TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 SENTOLO Nurul Arum Sulistyowati FKIP, Universitas

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Eka Kurniawati Prodi Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Bengkulu Email

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek 114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Dwiyani Hegarwati Guru SMAN 6 Cirebon

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN OUT DOOR PADA SISWA KELAS VIIB SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan

Lebih terperinci

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW FAHRUDDIN Guru SMA Negeri 1 Medan Email: fahruddin1958@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta. UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KASIHAN Reny Tri Setia Ningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kualitas. pembelajaran IPS di kelas IVB SDN Nanggulan Sleman.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kualitas. pembelajaran IPS di kelas IVB SDN Nanggulan Sleman. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 01 GIRIWONDO JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan olah seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian

Lebih terperinci

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana

Lebih terperinci

BAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN 26 BAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN A. Strategi Pembelajaran Dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah, strategi merupakan cara-cara yang baik dan menguntungkan dalam suatu tindakan. 26 Istilah strategi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

Alit Verfitasari Aryaningrum Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret. Abstrak

Alit Verfitasari Aryaningrum Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret. Abstrak PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI DI KELAS XI IIS 3 SMA NEGER 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Alit Verfitasari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berhasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA CHARTA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK MATERI EKOSISTEM KELAS VII A SMP N 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pembelajaran sejarah melalui penggabungan model Problem Based. Learning dan Student Teams Achievement Division mampu

BAB V PENUTUP. 1. Pembelajaran sejarah melalui penggabungan model Problem Based. Learning dan Student Teams Achievement Division mampu BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran sejarah melalui penggabungan model Problem Based Learning dan Student

Lebih terperinci

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII-2 DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENTDEVISION (STAD) DI SMP NEGERI 3 BERASTAGI Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi

Lebih terperinci

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta 1 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) KELAS VIID SMP NEGERI 4 PANDAK Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung PENERAPAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN KENDALREJO 01 KECAMATAN TALUN KABUPATEN BLITAR Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Kecakapan Personal Siswa Melalui Metode Learning Journals Dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 1 Muntilan

Upaya Meningkatkan Kecakapan Personal Siswa Melalui Metode Learning Journals Dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 1 Muntilan Upaya Meningkatkan Kecakapan Personal Siswa Melalui Metode Learning Journals Dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 1 Muntilan Oleh Lely Suci Rahmawati dan Poerwanti Hadi Pratiwi,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Ngesti

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMUAIAN PANJANG MELALUI SFAE SISWA KELAS X TPTU SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Fatimah Abubakar*

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMUAIAN PANJANG MELALUI SFAE SISWA KELAS X TPTU SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Fatimah Abubakar* 152 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMUAIAN PANJANG MELALUI SFAE SISWA KELAS X TPTU SMK NEGERI 1 BIREUEN Oleh Fatimah Abubakar* ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci