BAB I PENDAHULUAN. ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia aparatur agar efektif, efisien dan produktif.
|
|
- Hadian Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional , dalam rangka mewujudkan bangsa yang berdaya saing tinggi diperlukan upaya berkesinambungan dalam membangun sumber daya manusia aparatur yang berkualitas. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Reformasi Birokrasi (RB) diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). RB merupakan upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia aparatur agar efektif, efisien dan produktif. Di tahun 2015 ini Road Map Reformasi Birokrasi menjadi dasar pelaksanaan reformasi birokrasi tahapan selanjutnya, guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik pada tahun 2025 melalui birokrasi yang profesional dan berintegritas tinggi. Sasaran yang ingin diwujudkan adalah birokrasi yang bersih dan akuntabel, efisien dan efektif serta memiliki pelayanan publik yang berkualitas. Dalam tahap pelaksanaan, mekanisme monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari penguatan akuntabilitas kinerja dan integritas instansi pemerintah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi pada salah satu dari 8 (delapan) area perubahan. Peraturan Presiden No 157 tahun 2014 tentang perubahan Peraturan Presiden No. 106 tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) menjelaskan. amanat yang diemban oleh LKPP yaitu menyusun kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah yang pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) berlangsung secara lebih efektif dan efisien dengan 1 P ag e
2 menerapkan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat, transparan, terbuka, dan adil bagi semua pihak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Implementasi Reformasi Birokrasi di LKPP dimulai pada tahun Proses pelaksanaan RB saat ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan untuk mewujudkan reformasi tata kelola belanja negara dalam hal pengadaan barang/jasa menjadi lebih efektif, efisien, bermutu serta berperan dalam mengurangi tingkat kebocoran anggaran dan keterlambatan penyerapan anggaran yang minim. Dampak yang ingin dicapai yaitu terciptanya kepercayaan publik dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di sektor pemerintah yang transparan dan akuntabel. Capaian predikat opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian pada tahun 2015 merupakan perbaikan dari predikat opini BPK Wajar Dengan Pengecualian tahun Kendati demikian LKPP harus terus melakukan inovasi dan perbaikan guna mengatasi permasalahan yang terjadi antara lain (1) Harmonisasi dan penguatan Peraturan Perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa (2) Implementasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik di seluruh instansi pemerintah; (3) Peningkatan efektifitas, efisiensi, dan produktivitas kinerja karyawan LKPP; (4) Struktur LKPP yang right sizing dalam mendukung tugas dan fungsi lembaga; (5) Penataan sistem Manajemen Sumber Daya Aparatur yang transparan, kompetitif dan berbasis merit; dan (6) Peningkatan transparansi dan akuntabilitas kinerja pegawai dan lembaga. Penyusunan Road Map dan beberapa program pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada 8 (delapan) area perubahan di LKPP dilakukan sesuai dengan panduan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Melalui mekanisme PDCA (Plan, Do, Check, Act), proses perubahan kinerja yang berkesinambungan menjadi hal yang krusial. Kegiatan penilaian mandiri pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) menjadi salah satu bagian mekanisme PDCA tersebut. Kegiatan PMPRB merupakan proses checking bagi instansi terkait apakah berbagai kegiatan yang telah dilakukan memberikan dampak dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan berkinerja tinggi. Dari uraian di atas, maka perlukan kegiatan untuk mengetahui dampak yang diterima oleh para pemangku kepentingan sebagai akibat dilaksanakannya reformasi birokrasi oleh LKPP. Melalui survei yang dilakukan pada para pemangku kepentingan dan mitra kerja LKPP diharapkan didapatkan penilaian yang objektif 2 P ag e
3 dan valid terkait kinerja organisasi LKPP dalam kaitannya dengan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Maksud dan Tujuan Survei terhadap pemangku kepentingan LKPP dimaksudkan untuk : Mendapatkan informasi sejauh mana kinerja LKPP telah memberikan hasil yang dirasakan oleh para pemangku kepentingan. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah : Mendapatkan masukan, saran, dan rekomendasi bagi LKPP dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi Ruang Lingkup Ruang lingkup dari kegiatan Survei Eksternal PMPRB adalah : 1. Menyusun metode survei. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara random sampling, ke pada para stakeholder (pemangku kepentingan) atau mitra kerja LKPP dalam hal ini para pengelola pengadaan termasuk didalamnya Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pengadaan (PP), dan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). 2. Identifikasi para pemangku kepentingan sebagai responden. Adapun sebagai responden adalah seluruh jajaran pengelola pengadaan mulai dari ketua maupun anggota ULP, LPSE, PPK, Pejabat Pengadaan, dan PPHP dengan jumlah total 576 responden. 3. Data dan informasi dalam pelaksanaan survei. Data yang diperoleh dari survei yaitu data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh dari responden langsung baik melalui kuesioner maupun wawancara secara langsung. Data sekunder diperoleh dari sumber data lainnya misalnya dari data LPSE. Untuk memperoleh data primer dilakukan melalui kuesioner berdasarkan regulasi yang berlaku dalam Reformasi Birokrasi. Penyusunan 3 P ag e
4 kuesioner dikaitkan dengan Road Map Reformasi Birokrasi LKPP serta tugas dan fungsi LKPP sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun Selanjutnya kuesioner ini diharapkan dapat mengukur persepsi dari para mitra kerja mengenai capaian-capaian yang telah dilaksanakan oleh LKPP. 4. Melakukan pengolahan data hasil survei. Teknik analisis data yang digunakan dalam survei ini adalah teknik analisis data univariat dengan menggunakan ukuran pemusatan, yaitu modus. Setelah data terkumpul maka akan diolah dengan menggunakan SPSS. Setiap pertanyaan yang terdiri dari 4 pilihan jawaban maka akan diberikan bobot, yaitu 1 untuk Sangat Tidak Setuju, 2 untuk Tidak Setuju, 3 untuk Setuju, dan 4 untuk Sangat Setuju. Selanjutnya setelah seluruh pertanyaan diberikan bobot maka seluruh bobot dihitung dan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu baik dan buruk. Pembagian menjadi empat dan dua kategori ini menggunakan ukuran pemusatan, yaitu modus. 5. Output/Hasil Kegiatan Hasil dari kegiatan ini berupa Laporan Hasil Survei yang memuat capaian Reformasi Bikrokrasi LKPP pada 8 (delapan) area perubahan serta masukan bagi pihak LKPP untuk dalam rangka meningkatkan kinerja. 4 P ag e
5 BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN 2.1 Identitas Responden Unit Kerja Responden Responden pada Survei Ekstenal PMPRB LKPP berasal dari para pengelola pengadaan yang secara langsung memanfaatkan keberadaan LKPP baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pengadaan (PP), dan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). Unit kerja responden terdiri dari kementerian (75 responden), Lembaga Negara seperti MK, POLRI, TNI (55 responden), Pemerintah Daerah (360), instansi pemerintah seperti RSUD dan universitas (49 responden) dan lainnya (37 responden). Sebaran responden berdasarkan unit kerja responden tergambar dalam tabel berikut ini: Grafik Unit Kerja Responden Sumber: Survei Eksternal LKPP Tahun P ag e
6 Peran/Jabatan Responden Responden pada Survei Eksternal LKPP berasal dari Kabupaten/Kota, Kementerian, dan Lembaga yang memanfaatkan fungsi LKPP. Mayoritas Responden berasal dari ULP sebesar 37.15%, sedangkan peran/jabatan responden lainnya adalah PPK (15,42%), LPSE (14,62%), Pejabat Pengadaan (8.30%), Pejabat/Petugas Pelaksana pelatihan/sertifikasi PBJ (1,38%) dan lainnya sebesar 19,96%. Jumlah ini berbeda dengan tahun sebelumnya dengan responden terbanyak berasal dari LPSE sebesar 32%. Grafik Peran Jabatan Responden Sumber: Survei Eksternal LKPP Tahun Lama Bekerja Responden pada Survei Eksternal PMPRB LKPP Tahun 2015 didominasi oleh responden yang sudah bekerja selama lebih dari dua tahun yaitu sebesar 56.67% sementara responden lain yang bekerja kurang dari satu tahun dan antara satu hingga dua tahun masing-masing sebesar 16.63% dan 26.69% (Grafik 2.1.3) 6 P ag e
7 Grafik Lama Bekerja Responden Lama bekerja akan mempengaruhi pengalaman yang dimiliki. Semakin lama responden bekerja dalam satuan organisasinya maka kinerja yang dimiliki akan semakin baik sebagai akibat dari banyaknya pengalaman yang didapat. Di samping itu, dengan makin lamanya responden berkecimpung dalam pengadaan maka pemahaman responden terhadap LKPP jauh lebih baik, sehingga dapat memberikan pendapat yang obyektif terhadap kinerja LKPP. 2.2 Dimensi Organisasi Dimensi organisasi berkaitan dengan tugas dan fungsi dari LKPP dalam menjadi regulator pengadaan barang/jasa pemerintah. Dimensi ini diukur untuk mengetahui apakah organisasi LKPP sudah tepat fungsi dan tepat ukuran, dimensi ini dinilai dari 6 pertanyaan. Hasilnya 81.71% responden berpendapat organisasi LKPP telah tepat fungsi dan tepat ukuran, jumlah ini mengalami sedikit penurunan dari survey tahun lalu dengen persentase sebelumnya 82,35%. Sisanya sebesar 18,29% responden berpendapat organisasi LKPP belum memadai dari segi fungsi dalam pengelolaaan pengadaan, fungsi yang masih diperlukan adalah sebagai pelaksana pengadaan, dan dikarenakan masih banyaknya permasalahan dalam pengadaan barang/jasa maka keberadaan unit pelayanan teknis di daerah dirasakan perlu. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang LKPP, maka amanat yang diemban oleh LKPP adalah sebagai Lembaga yang melaksanakan pengembangan dan perumusan kebijakan pengadaan barang/jasa Pemerintah, sehingga fungsi pengadaan barang/jasa Pemerintah tidak menjadi ranah tugas LKPP. Selain itu 7 P ag e
8 LKPP bukan lembaga teknis sehingga tidak memungkinkan memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Untuk meningkatkan peran LKPP di daerah dapat diupayakan dengan melakukan koordinasi dan meningkatkan kerjasama serta melakukan upaya-upaya peningkatan kompetensi seluruh unsur pengelola pengadaan di daerah mulai dari PPK, Pejabat Pengadaan, ULP, LPSE, dan PPHP, sehingga permasalahan pengadaan di daerah dapat diminimalisir sekecil mungkin Tugas dan fungsi LKPP sudah cukup jelas dan lengkap. Berdasarkan grafik, dapat terlihat bahwa dari 576 responden, sebanyak 30,06% menjawab sangat setuju, berbeda dengan tahun sebelumnya sejumlah 71% dan 68.09% menjawab setuju bahwa tugas dan fungsi LKPP cukup jelas dan lengkap, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya 25% Masih terdapat responden yang tidak setuju sebanyak 1.67%. Grafik Tugas dan fungsi LKPP sudah cukup jelas dan lengkap 8 P ag e
9 2.2.2 Tugas dan fungsi LKPP dapat membantu kebutuhan dan mengatasai permasalahan pekerjaan yang terkait PBJ Grafik Tugas dan fungsi LKPP dapat membantu kebutuhan dan mengatasi permasalahan pekerjaan dalam pengadaan barang/jasa Pada grafik sebanyak 30.84% dari total 576 responden menyatakan sangat setuju meningkat dari sebelumnya sejumlah 24% dan 64.4% menyatakan setuju bahwa tugas dan fungsi LKPP dapat membantu kebutuhan dan mengatasi permasalahan pekerjaan mereka dalam pengadaan barang/jasa. Sebanyak 5.05% pada umumnya responden adalah Pokja ULP menyatakan tidak setuju karena mereka kurang memahami tugas dan fungsi LKPP. 9 P ag e
10 2.2.3 Semua unit organisasi LKPP telah memenuhi semua kebutuhan pelayanan PBJ Survei yang dilakukan menghasilkan data sebagai berikut : Grafik semua unit organisasi LKPP telah memenuhi semua kebutuhan pelayanan PBJ Sumber: Survei PMPRB LKPP 2014 Dari hasil tersebut di atas maka 14,05% responden sangat setuju dan 76.58% setuju. Responden menghendaki adanya unit pelaksana teknis LKPP di daerah. Keinginan tersebut didorong oleh kebutuhan untuk mendapatan informasi, bimbingan teknis, dan advokasi yang cepat dan mudah. Dengan keterbatasan jangkauan LKPP, peran tersebut sangat diharapkan dapat digantikan oleh pengelola pengadaan di daerah yaitu LPSE dan ULP % tidak setuju bahwa LKPP telah memenuhi semua kebutuhan PBJ, karena masih ada harapan dari responden agar LKPP lebih proaktif dalam hal bimbingan teknis ke daerah-daerah tertentu. 10 P a g e
11 2.2.4 LKPP mendukung keberadaan LPSE/ULP/Jafung Pengelola PBJ sehingga proses pengadaan lebih cepat, mudah, efektif, dan efisien. Grafik LKPP mendukung keberadaan LPSE/ULP/Jafung Pengelola PBJ sehingga proses pengadaan lebih cepat, mudah, efektif, dan efisien. Dari grafik di atas, terlihat bahwa sebanyak % meningkat di tahun sebelumnya sebesar 52% responden setuju dan 37.32% sangat setuju bahwa adanya LKPP mendukung keberadaan LPSE/ULP/Jabfung pengelola PBJ yang menjadikan proses pengadaan lebih cepat, mudah, efektif, dan efisien. Hal ini membuktikan sebagian besar responden telah merasakan manfaat dari keberadaan LKPP. 11 P a g e
12 2.2.5 LPSE/ULP/Jafung PBJ dapat mendukung iklim usaha pengadaan barang/jasa lebih transparan dan kondusif. Grafik LPSE/ULP/Jafung PBJ dapat mendukung iklim usaha pengadaan barang/jasa lebih transparan dan kondusif. Sebanyak 57.88% responden setuju bahwa keberadaan LPSE/ULP/Jafung PBJ dapat mendukung iklim usaha pengadaan barang/jasa lebih transparan dan kondusif, sedangkan 41,06% menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Hanya 1,06% yang menyatakan tidak setuju bahwa keberadaan LPSE/ULP/Jafung PBJ mendukung terbentuknya iklim usaha pengadaan barang/jasa lebih transparan dan kondusif. 2.3 Dimensi Peraturan Peraturan Perundang-undangan Pada dimensi peraturan perundang-undangan informasi yang ingin diperoleh adalah apakah regulasi pengadaan yang diterbitkan oleh LKPP yang lebih tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif. Jika tahun sebelumnya sebanyak 74,74% responden, tahun ini 77.95% menyatakan bahwa peraturan pengadaan barang/jasa cukup baik dan sisanya 22.05% yang tidak setuju. Jika kita mengamati persentase responden yang tidak setuju, dapat terlihat bahwa masih ada permasalahan yang perlu dibenahi pada peraturan pengadaan/barang jasa. Permasalahan utama dari peraturan perundang-undangan adalah ketidakharmonisan dan ketidakselarasan antara 12 P a g e
13 peraturan pengadaan yang dikeluarkan oleh LKPP dengan peraturan dari instansi lainnya, di antaranya adalah adanya ketidaksesuaian peraturan pengadaan barang/jasa Pemerintah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Keuangan. Contoh nyata adalah ketidakselarasan antara peraturan pengadaan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 juncto Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Barang Milik Daerah.Hal ini sangat menyulitkan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di lapangan. Di samping itu, peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah kurang jelas sehingga seringkali menyebabkan multitafsir. Dari segi kelengkapan aturan masih banyak peraturan yang perlu dilengkapi misalnya petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan untuk pengadaan yang spesifik misalnya pengadaan dengan dana bantuan. Selain itu peraturan pelaksanaan juga menjadi perhatian responden yang dikaitkan dengan independensi LKPP. Responden juga mengharapkan peraturan pengadaan barang/jasa memperhatikan kondisi daerah yang terpencil. Dan yang terkait dengan evaluasi responden mengharapkan adanya aturan tentang sistem evaluasi yang berbasis elektronik Substansi dalam peraturan pengadaan barang/jasa yang disusun oleh LKPP tidak menimbulkan multitafsir. Tahun lalu sebanyak 19% responden, dan tahun ini sejumlah 12% beranggapan bahwa peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah masih menimbulkan multitafsir, sangat tergantung pada sudut pandang perseorangan, hal ini tidak dapat dibiarkan, maka perlu diketahui pada bagian mana yang menimbulkan multitafsir, sehingga peraturan tersebut dapat segera diperbaiki dan dapat diterapkan sesuai dengan maksud yang sebenarnya. 88% sisanya tidak menemui kesan multitafsir pada substansi peraturam pengadaan barang/jasa yang disusun LKPP. 13 P a g e
14 Grafik Substansi dalam peraturan pengadaan barang/jasa yang disusun oleh LKPP tidak menimbulkan multitafsir Lingkup peraturan pengadaan barang/jasa telah memadai untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa. Dari hasil survei, sejumlah 88% responden beranggapan bahwa peraturan pengadaan barang/jasa yang ada saat ini sudah memadai untuk melaksanakan pengadaan penilaian ini naik 2% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 86%. Sedangkan 12% responden beranggapan belum memadai. Salah satu faktor yang dianggap belum memadai antara lain masih adanya ketidakselarasan antara peraturan pengadaan dengan peraturan K/L lain; misalnya Peraturan Menteri Dalam Negeri, regulasi pengadaan barang/jasa belum mempertimbangkan daerah yang berada di pelosok. Sebagian responden mengharapkan adanya peningkatan status peraturan pengadaan dari Peraturan Presiden menjadi Undang-Undang, sehingga dapat memberikan sanksi yang tegas atas pelanggaran-pelanggaran yang mungkin dilakukan dalam pengadaan. 14 P a g e
15 Grafik Lingkup peraturan pengadaan barang/jasa telah memadai untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa Peraturan pengadaan barang/jasa selaras dan harmonis dengan regulasi/peraturan lainnya % berpendapat masih ada ketidakselarasan antara peraturan pengadaan dengan peraturan lain misalnya Peraturan Menteri Keuangan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Perdagangan, dan sebagainya. Kondisi ini sangat menyulitkan dalam pelaksanaan pengadaan, sehingga perlu adanya sinkronisasi antara peraturan yang dikeluarkan oleh LKPP dengan peraturan yang dikeluarkan instansi lain. Peraturan Menteri Dalam Negeri atau bahkan Peraturan Walikota sering menghambat proses pengadaan, oleh karena itu perlu standarisasi untuk semua dokumen pengadaan. 15 P a g e
16 Grafik Peraturan pengadaan barang/jasa selaras dan harmonis dengan regulasi/peraturan lainnya Peraturan pengadaan barang/jasa berkontribusi dalam mendukung program Indonesia bebas korupsi, kolusi dan nepotisme Hanya 98.% dari 576 responden yang tidak setuju. Bahwa peraturan pengadaan barang/jasa berkontribusi dalam mendukung program Indonesia bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Dari hasil ini menggambarkan keberhasilan peraturan pengadaan barang/jasa mencegah praktik korupsi, kolusi dan nepotisme pada proses pengadaan di Indonesia. 16 P a g e
17 Grafik Peraturan pengadaan barang/jasa berkontribusi dalam mendukung program Indonesia bebas korupsi, kolusi dan nepotisme Peraturan pengadaan barang/jasa mendukung iklim usaha pengadaan barang/jasa lebih transparan dan kondusif 99% responden setuju bahwa peraturan pengadaan barang/jasa mendukung iklim usaha pengadaan barang/jasa lebih transparan dan kondusif. Yang menjadi masukan responden adalah perlunya peraturan pelaksanaan tentang petunjuk teknis yang lebih rinci lagi. Grafik Peraturan pengadaan barang/jasa mendukung iklim usaha pengadaan barang/jasa lebih transparan dan kondusif 17 P a g e
18 2.4 Dimensi Tata Laksana. Informasi yang ingin diperoleh pada dimensi tata laksana adalah apakah sistem, proses, dan prosedur kerja sudah yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance, termasuk penggunaan teknologi informasi. Hasil survei menunjukan dimensi tata laksana LKPP sudah cukup baik yang dibuktikan dengan penilaian responden yang menyetujui sebesar 79.30% sedikit lebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya 78,16%. Masih terdapat 20.70% responden yang kurang puas dengan tata laksana LKPP. Pada umumnya responden menilai IT yang dikembangkan oleh LKPP sudah cukup memadai, namun saat ini perubahan regulasi belum didukung secara selaras dengan kehandalan semua sarana dan prasarana elektronik Responden mengetahui prosedur pelayanan/sop LKPP yang terkait dengan peran yang dilaksanakan dalam pengadaan barang/jasa % responden yang mengetahui SOP LKPP terkait dengan peran yang dilaksanakan dalam pengadaan barang/jasa sebagian besar melalui website LKPP dan sosialisasi/bimbingan teknis. Responden yang tidak mengetahui umumnya mengharapkan agar seluruh SOP yang terkait dengan pelayanan LKPP dapat ditampilkan ke website. 18 P a g e
19 Grafik Responden mengetahui prosedur pelayanan/sop LKPP yang terkait dengan peran yang dilaksanakan dalam pengadaan barang/jasa Sedangkan sumber informasi responden untuk mendapatkan informasi mengenai prosedur pelayanan LKPP terkait dengan peran yang dilaksanakan dalam pengadaan barang jasa berturut-turut adalah sebagai berikut: website LKPP (65.63%), Sosialisasi/bimbingan teknis (36.46%), pegawai LKPP (14.24%), Narasumber/pengawas (13.02%), brosur/leaflet (8,16%) dan sumber informasi lainnya sebanyak 2.78%. Grafik 2.4.1a Sumber informasi tentang prosedur pelayanan LKPP 19 P a g e
20 2.4.2 Prosedur pelayanan (SOP) LKPP mudah dipahami Dari responden yang telah memanfaatkan pelayanan LKPP, sebanyak 4,72% masih menganggap proseudr pelayanan (SOP) di LKPP sulit dipahami. Sedangkan 95,28% merasakan prosedur pelayanan LKPP mudah dimengerti. Grafik Prosedur pelayanan (SOP) LKPP mudah dipahami Responden mengetahui sistem informasi pengadaan barang/jasa antara lain e-procurement (e-tendering/e-purchasing), E-catalogue % responden mengetahui dan mengenal sistem informasi pengadaan barang jasa. Terutama e-procurement (e-tendering/e-purchasing) dan e-catalogue. Selaku pokja ULP dan pelaksana LPSE responden mengetahui sistem informasi yang terkait dengan proses pengadaan barang/jasa. 20 P a g e
21 Grafik Responden mengetahui sistem informasi pengadaan barang/jasa antara lain eprocurement (e-tendering/e-purchasing), e-catalogue Sistem informasi yang dikembangkan LKPP mudah digunakan. Sebanyak 94.97% responden menyatakan bahwa sistem informasi yang dikembangkan LKPP mudah digunakan dalam aktivitas pengadaan barang/jasa pemerintah. Hanya 5.03% yang menyatakan masih kesulitan menggunakan sistem informasi LKPP. Kesulitan ini umumnya karena masalah jaringan. Grafik Sistem informasi yang dikembangkan LKPP mudah digunakan 21 P a g e
22 2.4.5 Sistem informasi yang dikembangkan oleh LKPP mudah diakses. Dari seluruh responden, sebanyak 95.34% telah memanfaatkan sistem informasi dan berpendapat bahwa sistem informasi yang ada cukup mudah diakses. Sisanya sebanyak 4.66% responden tidak setuju dikarenakan masih membutuhkan waktu yang lama untuk mengaksesnya. Grafik Sistem informasi yang dikembangkan oleh LKPP mudah diakses Sistem informasi yang dikembangkan oleh LKPP (E-procurement, E Catalogue) bermanfaat Berdasarkan manfaatnya 96.91% responden menyatakan bahwa sistem informasi yang dikembangkan LKPP sangat bermanfaat dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. 3.09% responden belum merasakan manfaat dari sistem informasi yang dikembangkan oleh LKPP. Mereka berpendapat e-catalogue belum menjawab kebutuhan pengadaan langsung bagi daerah yang berada jauh dari Jakarta, karena ketidakmampuan penyedia mengirimkan persediaan ke daerah tersebut. 22 P a g e
23 Grafik Sistem informasi yang dikembangkan oleh LKPP (e-procurement, e-catalogue) bermanfaat Sistem informasi yang dikembangkan oleh LKPP sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Sebagian besar responden (97.59%) menilai bahwa sistem informasi yang dikembangkan LKPP telah dapat mengakomodir kebutuhan mereka dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa. Grafik Sistem informasi yang dikembangkan oleh LKPP sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pengadaan barang/jasa 23 P a g e
24 2.4.8 Responden pernah memanfaatkan sistem informasi dan aplikasi pengadaan barang/jasa Lebih dari 93.23% responden pernah memanfaatkan sistem informasi dan aplikasi pengadaan barang/jasa. Adapun 6.77% yang tidak pernah memanfaatkan sistem informasi dan aplikasi barang jasa. Umumnya pejabat penerima hasil pekerjaan. Grafik Responden pernah memanfaatkan sistem informasi dan aplikasi pengadaan barang/jasa Adapun urutan aplikasi yang pernah dimanfaatkan oleh responden sebagai berikut: 1. SPSE 56.08% 2. SiRUP 54.17% 3. Sistem Informasi Sertifikasi 34.03% 4. E-Monev 18.75% 5. E-catalogue 52.43% 6. Simpel 4.69% 7. Sijabfung 8.85% 8. Konsultasi PBJ 26.22% 9. Manajemen Training LPSE 8.51% 10. SiKaP 6.94% 11. B2G 0.00% 12. Whistleblowing System 3.99% 24 P a g e
25 Dengan penggambaran dalam grafik sebagai berikut: Grafik 2.4.8a Jenis sistem informasi dan aplikasi pengadaan barang/jasa yang pernah dimanfaatkan responden. Sumber: Survei PMPRB LKPP Sedangkan aplikasi yang paling sering dimanfaatkan oleh responden adalah sebagai berikut: 1. SPSE 50.69% 2. SirUP 36.46% 3. Sistem Informasi Sertifikasi 13.19% 4. E-Monev 8.16% 5. E-catalogue 33.85% 6. Simpel 2.43% 7. Sijabfung 2.95% 8. Konsultasi PBJ 12.67% 9. Manajemen training LPSE 2.60% 10. SiKap 1,56% 11. B2G 0.00% 12. Whistleblowing system 0.87% 25 P a g e
26 Grafik 2.4.8b Jenis sistem informasi dan aplikasi pengadaan barang/jasa yang paling sering dimanfaatkan responden. Sumber: Survei PMPRB LKPP Data dan informasi yang ditampilkan dalam aplikasi yang dibangun LKPP bermanfaat Hampir seluruh responden menyatakan bahwa data dan informasi yang ditampilkan dalam aplikasi yang dibangun oleh LKPP bermanfaat. Grafik Data dan Informasi yang ditampilkan dalam aplikasi yang dibangun LKPP bermanfaat. 26 P a g e
27 Sistem informasi yang dikembangkan LKPP membantu tugas pengelola pengadaan Kurang dari 2% responden yang menyampaikan bahwa sistem informasi yang dikembangkan LKPP kurang membantu tugas pengelola pengadaan. Grafik Sistem informasi yang dikembangkan LKPP membantu tugas pengelola pengadaan Sistem informasi yang dikembangkan LKPP memenuhi kebutuhan responden sebagai pengelola pengadaan. Hampir 94% responden menyatakan bahwa sistem informasi yang dikembangkan LKPP memenuhi kebutuhan responden sebagai pengelola pengadaan. Sedangkan 6% sisanya merasakan keberadaan sistem informasi yang telah dikembangkan LKPP belum memenuhi kebutuhan responden sebagai pengelola pengadaan. 27 P a g e
28 Grafik Sistem informasi yang dikembangkan LKPP memenuhi kebutuhan responden sebagai pengelola pengadaan. 2.5 Dimensi Pelayanan Publik. Survei terhadap dimensi pelayanan publik dimaksudkan untuk menilai pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat yang dinilai adalah Website LKPP, PPID, pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ, Monev PBJ, RUP, SPSE, pembinaan dan pengembangan Jafung Pengelola PBJ, Pelatihan Kompetensi, Layanan Sertifikasi Profesi, Bimbingan Teknis dan Advokasi, dan Penanganan Permasalahan Hukum. Pada dimensi pelayanan publik, sebanyak 78.57% meningkat dari tahun sebelumnnya 75,86% responden setuju bahwa pelayanan LKPP sudah baik, kelompok ini pada umumnya terdiri dari PPK, perangkat ULP dan LPSE yang sering berkonsultasi dengan LKPP baik secara langsung maupun tidak langsung ( , surat, pesan singkat (SMS), call center) sehingga mereka dapat memberikan penilaian secara obyektif. Namun demikian masih terdapat % responden yang tidak puas dengan kualitas layanan publik LKPP. Pada umumnya mereka tidak puas dengan pelayanan melalui surat dan , karena seringkali jawaban atas permasalahan tidak akurat baik dari segi ketepatan subtansi maupun kecepatan pemberian jawaban. Keluhan yang banyak disampaikan oleh responden pada saat kontak melalui call center antara lain tidak adanya petugas, petugas kurang tanggap, dan petugas yang kurang memahami tugas dan fungsi LKPP. 28 P a g e
29 2.5.1 Website LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat 6.56% responden berpendapat bahwa dari kecepatan pemberian informasi belum sepenuhnya memuaskan, masih terlalu lama, dan informasi yang disampaikan seringkali tidak sesuai dengan subtansi yang permasalahan dari responden. Grafik Website LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat Informasi yang diberikan oleh Website LKPP akurat dan aktual. Sebagian besar responden (96.03%) menyatakan informasi yang diberikan melalui website LKPP lengkap, akurat dan aktual. Jawaban melalui surat dan pada umumnya yang masih terlalu lama, tidak segera dijawab sehingga jawaban tersebut tidak dapat dimanfaatkan tepat waktu, dan kurang dapat diimplementasikan karena terlalu normatif. Sebagian responden yang tidak puas menyatakan bahwa mereka kesulitan dalam meminta masukan untuk menghadapi kasus-kasus yang dihadapi. Setiap kali mereka membutuhkan masukan, mereka harus jauh-jauh datang ke Jakarta untuk berkonsultasi dengan LKPP. 29 P a g e
30 Grafik Informasi yang diberikan oleh website LKPP akurat dan aktual SDM pengelola website LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik 94% responden menilai SDM pengelola website LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik. 5.23% responden mengganggap kurang kompeten dan mengharapkan paparan yang lebih jelas dalam website LKPP. Grafik SDM pengelola website LKPP kompeten dalam meberikan pelayanan publik 30 P a g e
31 2.5.4 Prosedur Pemberian pelayanan melalui website LKPP jelas dan dipublikasikan. Transparansi prosedur pemberian pelayanan melalui website LKPP dirasakan jelas oleh 96,76% responden. Yang juga menyatakan prosedur tersebut telah dipublikasikan. Grafik prosedur pemberian pelayanan melalui website LKPP jelas dan dipublikasikan Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik yang diberikan melalui website jelas Responden yang menyatakan bahwa prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik yang diberikan melalui website belum jelas adalah sebanyak 5,72%, mayoritas responden menyatakan puas atas kejelasan prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik yang diberikan melalui website. 31 P a g e
32 Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik melalui website jelas PPID LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat Berdasarkan penilaian responden terlihat bahwa PPID LKPP telah memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat, hal ini diketahui dari 92,46% responden yang menyatakan setuju akan kecepatan pelayanan PPID. Tetapi masih ada 7,46% yang tidak sepakat dengan pernyataan ini. Umumnya adalah mereka yang jarang membuka website LKPP. Grafik PPID LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat 32 P a g e
33 2.5.7 Informasi yang diberikan PPID LKPP akurat dan aktual Sebanyak 97.70% setuju bahwa informasi yang disampaikan oleh PPID LKPP akurat dan aktual. Grafik Informasi yang diberikan PPID LKPP akurat dan aktual SDM PPID LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik. Terkait dengan informasi yang disampaikan, 96,54% responden menganggap SDM PPID LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik. Grafik SDM PPID LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik 33 P a g e
34 2.5.9 Prosedur Pemberian pelayanan PPID LKPP jelas dan dipublikasikan. Prosesur pemberian pelayanan PPID LKPP dianggap jelas oleh 96.47% responden yang telah memanfaatkannya. Grafik Prosedur pemberian pelayanan PPID LKPP jelas dan dipublikasikan Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik yang diberikan PPID jelas Kurang dari 5% responden yang menyatakan ketidakjelasan prosedur pelayanan publik yang diberikan oleh PPID LKPP. Hal ini diperjelas dengan adanya permintaan agar seluruh SOP LKPP ditayangkan di website LKPP. 34 P a g e
35 Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik yang diberikan PPID LKPP jelas LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ 94,58%memberikan respon positif atas kecepatan pemberian informasi oleh LKPP dalam pendampingan mengenai strategi formulasi aturan PBJ. Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ Informasi yang diberikan LKPP saat pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ akurat dan aktual. Selama proses pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ responden menilai informasi yang diberikan oleh LKPP akurat dan aktual % responden yang kurang puas adalah merasa masih kurang maksimal. 35 P a g e
36 Grafik Informasi yang diberikan LKPP saat pendampingan dalam strategi formulasi dan aturan PBJ akurat dan aktual SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik saat pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ. Hampir 98% responden mengakui kompetensi SDM LKPP dalam memberikan pelayanan publik saat pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ. Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik saat pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ. 36 P a g e
37 Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ jelas dan dipublikasikan. Penilaian responden akan kejelasan prosedur dan publikasi prosedur dalam pemberian pelayanan LKPP untuk pendampingan dalam strategi formuliasi aturan PBJ sangat baik, terlihat dari 96.67% responden yang memberikan respon positif. Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk pendampingan dalam strategi formulasi aturan PBJ jelas dan dipublikasikan Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai pendampingan dalam strategi formulasi kebijakan PBJ jelas. 3.10% responden masih menganggap kurang jelasnya prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik dalam hal pendampingan strategi formulasi kebijakan PBJ. 37 P a g e
38 Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai pendampingan dalam strategi formulasi kebijakan PBJ jelas LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai Monev PBJ Respon LKPP dalam memberikan informasi yang cepat tentang monev PBJ diakui oleh 94.23% responden. Salah satu hal yang menjadi keluhan tentang informasi oleh 5,77% responden adalah sistem informasi yang belum terintegrasi dari sistem RUP dan monev sehingga informasi pelaku pengadaan tidak terpotong. Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai Monev PBJ 38 P a g e
39 Informasi yang diberikan LKPP dalam hal Monev PBJ akurat dan aktual. Walaupun sistem informasi RUP dan e-monev belum terintegrasi, sekitar 94.46% responden yang menyatakan informasi yang diberikan oleh LKPP tentang monev PBJ akurat dan aktual. Grafik Informasi yang diberikan LKPP dalam hal Monev PBJ akurat dan aktual SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan Monev PBJ. LKPP memiliki SDM yang kompeten dalam memberikan pelayanan publik dalam hal monitoring dan evaluasi pengadaan barang/jasa pemerintah, hal ini ditunjukkan dengan apresiasi positif dari 97.49% responden. 39 P a g e
40 Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan Monev PBJ Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk monev PBJ jelas dan dipublikasikan. Berdasarkan pendapat responden terlihat bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa prosedur pemberian pelayanan dalam hal monitoring dan evaluasi PBJ dipublikasikan dengan jelas. Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk monev PBJ jelas dan dipublikasikan. 40 P a g e
41 Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai monev PBJ jelas. Responden umumnya (95.27%) menyatakan jelasnya prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai monitoring dan evaluasi pengadaan barang/jasa.. Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai monev PBJ jelas LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai RUP RUP saat terkait dengan pelaksanaan kegiatan PBJ % responden menyatakan bahwa LKPP telah memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat tentang RUP. 41 P a g e
42 Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai RUP Informasi yang diberikan LKPP dalam hal RUP akurat dan aktual. Sebagai kegiatan perencanaan, responden memerlukan informasi yang tepat dan terkini tentang RUP. 99% responden memberikan apresiasi positif mengenai ketepatan dan aktualitas informasi yang diberikan oleh LKPP. Grafik Informasi yang diberikan LKPP dalam hal RUP akurat dan aktual. 42 P a g e
43 SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan RUP. Pendapat responden mengenai kompetensi SDM LKPP dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan RUP sangat baik. 98,42% responden merasakan manfaat positif dari pelayanan publik yang diberikan. Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayana publik terkait dengan RUP Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk RUP jelas dan dipublikasikan. Dalam mendapatkan pelayanan, responden perlu mengetahui prosedur pemberian layanan yang dibutuhkan. Hampir 99% responden berpendapat prosedur untuk mendapatkan pelayanan yang terkait dengan RUP adalah telah jelas dipublikasikan. Pendapat responden tergambar dalam tabel P a g e
44 Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk RUP jelas dan dipublikasikan Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai RUP jelas. Kejelasan prosedur untuk menyampaikan pengaduan mengenai pelayanan terkait dengan RUP yang diberikan oleh LKPP dianggap jelas oleh 98% responden. Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai RUP jelas 44 P a g e
45 LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai SPSE SPSE adalah sarana teknologi informasi kegiatan pengadaan barang/jasa dan digunakan pengelola pengadaan. Masih ada 4.19% responden yang berpendapat LKPP masih lambat dalam memberikan informasi mengenai SPSE. Biasanya hal ini terjadi mengenai informasi upgrade sistem yang belum sampai pada pelaku di daerah. Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai SPSE Informasi yang diberikan LKPP dalam hal SPSE akurat dan aktual. 97% responden memberika apresiasi positif atas keakuratan dan aktualitas penyampaian informasi oleh LKPP mengenai SPSE. Hal ini terlihat dari tabel dibawah ini. 45 P a g e
46 Grafik Informasi yang diberikan LKPP dalam hal SPSE akurat dan aktual SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan SPSE. LKPP memiliki SDM yang kompeten dalam memberikan pelayanan publik yang terkait dengan LPSE, hal ini diakui oleh 97,33% responden yang disurvei dan tergambar pada tabel Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan SPSE 46 P a g e
47 Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk SPSE jelas dan dipublikasikan. Berbagai prosedur pelayanan yang diberikan oleh LKPP terkait dengan SPSE dirasakan telah jelas dan telah dipublikasikan bagi 97,08% responden yang pernah merasakan pelayanan publik ini. Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk SPSE jelas dan dipublikasikan Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai SPSE jelas. Ketika menemui ketidakpuasan terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh LKPP mengenai SPSE, maka dapat dilakukan pengaduan terhadap pelayanan tersebut. 96,39% responden menyatakan prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai SPSE adalah jelas. 47 P a g e
48 Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik mengenai SPSE jelas LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ Perkembangan dalam pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional pengelola PBJ, merupakan informasi yang perlu disampaikan kepada seluruh pengelola pengadaan barang/jasa % responden berpendapat bahwa LKPP memberikan informasi mengenai pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional pengelola PBJ. Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ. 48 P a g e
49 Informasi yang diberikan LKPP mengenai pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ akurat dan aktual. Arus informasi yang diberikan oleh LKPP mengenai pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ dirasakan akurat dan aktual oleh 94,84% responden. 5.16% yang merasakan informasi yang ada tidak sampai, dikarenakan pihak dari sekretariat/bkd tidak menyampaikan info tersebut kepada pengelola PBJ di daerah kabupaten/kota. Grafik Informasi yang diberikan LKPP mengenai pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ akurat dan aktual SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ. Responden merasakan LKPP memiliki SDM yang kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ. Hal ini diungkapkan oleh 94.76% responden. 49 P a g e
50 Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk Pembinaan dan Pengembangan Jafung Pengelola PBJ jelas dan dipublikasikan. Dalam hal pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ memerlukan prosedur pelaksanaannya, dan menurut 98,28% responden prosedur ini telah jelas dan dipublikasikan. Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ jelas dan dipublikasikan 50 P a g e
51 Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan Pembinaan dan Pengembangan Jafung Pengelola PBJ jelas % responden menyampaikan prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik yang terkait dengan pembinaan dan pengembangan Jafung pengelola PBJ jelas. Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan pembinaan dan pengembangan jafung pengelola PBJ jelas LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai pelatihan kompetensi. Pengelola PBJ memerlukan informasi yang cepat mengenai pelatihan kompetensi, dan bagi 97,70% responden LKPP mampu memberikan informasi dengan cepat mengenai pelatihan kompetensi. 51 P a g e
52 Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai pelatihan kompetensi Informasi yang diberikan LKPP mengenai pelatihan kompetensi akurat dan aktual. LKPP telah memberikan informasi yang akurat dan aktual mengenai pelatihan kompetensi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh 97.34% responden yang tergambar pada tabel di bawah ini. Grafik Informasi yang diberikan LKPP mengenai pelatihan kompetensi akurat dan aktual. 52 P a g e
53 SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan pelatihan kompetensi. SDM pelaksana yang memberikan pelayanan publik terkait dengan pelatihan kompetensi dinilai kompeten oleh 97.30% responden. Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan pelatihan kompetensi Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk pelatihan kompetensi jelas dan dipublikasikan. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 97,67% memperlihatkan respon positif atas prosedur pelayanan LKPP dalam hal pelatihan kompetensi telah jelas dan dipublikasikan. 53 P a g e
54 Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk pelatihan kompetensi jelas dan dipublikasikan Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan Pelatihan Kompetensi jelas. Hampir seluruh responden (99%) menyatakan prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik yang terkait denngan pelatihan kompetensi adalah jelas. Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan pelatihan kompetensi jelas. 54 P a g e
55 LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai layanan sertifikasi profesi % responden menyatakan bahwa LKPP mampu menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh responden mengenai layanan sertifikasi profesi dengan cepat. Sedangkan responden yang tidak setuju umumnya dikarenakan merasa kurang mendapat konfirmasi yang cepat jika ada masalah dalam perpanjangan setifikat. Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai layanan sertifikasi profesi Informasi yang diberikan LKPP mengenai layanan sertifikasi profesi akurat dan aktual. Tabel menggambarkan informasi mengenai layanan sertifikasi profesi yang diberikan LKPP dianggap akurat dan aktual oleh 97.20% responden. 55 P a g e
56 Grafik Informasi yang diberikan LKPP mengenai layanan sertifikasi profesi akurat dan aktual SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan layanan sertifikasi profesi % responden merasakan SDM LKPP yang kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan layanan sertifikasi profesi. 4,71% yang menganggap tidak kompeten adalah karena dirasakan masih ada beberapa hambatan dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk perpanjangan sertifikat. Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan layanan sertifikasi profesi 56 P a g e
57 Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk layanan sertifikasi profesi jelas dan dipublikasikan. Kejelasan dan publikasi dari prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk layanan sertifikasi profesi dirasakan oleh 97.20% responden pengguna layanan ini. Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk layanan sertifikasi profesi jelas dan dipublikasikan Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan layanan sertifikasi profesi jelas % responden menilai prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik yang terkait dengan layanan sertifikasi profesi jelas, 57 P a g e
58 Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan layanan sertifikasi profesi jelas LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai Bimbingan Teknis dan Advokasi Banyaknya konsultasi dan bimbingan teknis yang dilakukan, 95.63% responden menilai LKPP mampu memberikan informasi yang terkait dengan advokasi dan bimbingan teknis pengadaan barang/jasa dengan cepat. Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai bimbingan teknis dan advokasi. 58 P a g e
59 Informasi yang diberikan LKPP mengenai Bimbingan Teknis dan Advokasi akurat dan aktual. Dalam menerima informasi mengenai bimbingan teknis dan pelayanan advokasi dari LKPP, 95.60% responden menilai informasi yang diberikan LKPP akurat dan aktual. Grafik Informasi yang diberikan LKPP mengenai bimbingan teknis dan advokasi akurat dan aktual SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan Bimbingan Teknis dan Advokasi. 97,77% responden mengakui kompetensi SDM LKPP yang memberikan pelayanan publik terkait dengan bimbingan teknis dan advokasi. 59 P a g e
60 Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan bimbingan teknis dan advokasi Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk Bimbingan Teknis dan Advokasi jelas dan dipublikasikan. Prosedur pemberian pelayanan dari LKPP dalam hal bimbingan teknis dan advokasi dirasakan oleh 97.56% respon jelas dan telah dipublikasikan. Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk layanan bimbingan teknis dan advokasi jelas dan dipublikasikan. 60 P a g e
61 Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan Bimbingan Teknis dan Advokasi jelas. Bagi responden yang mengalami ketidakpuasan terhadap pelayanan publik yang terkait dengan bimbingan teknis dan advokasi dapat melakukan pengaduan. Prosedur pengaduan ini dirasakan jelas bagi 94.78% responden. Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan bimbingan teknis dan advokasi jelas LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai Penanganan Permasalahan Hukum. Responden merasakan bahwa LKPP mampu memberikan informasi tentang penanganan permasalahan hukum dengan cepat. Hal ini tergambar pada tabel yang memperlihatkan 96.41% responden setuju dan sangat setuju. 61 P a g e
62 Grafik LKPP memberikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat mengenai penanganan permasalahan hukum Informasi yang diberikan LKPP mengenai penanganan permasalahan hukum akurat dan aktual. Sebanyak 4,23% responden beranggapan bahwa LKPP belum memberikan informasi mengenai pernanganan permasalahan hukum secara akurat dan aktual. Responden berpendapat hal itu karena banyak saran yang sangat text book sehingga tidak memberikan solusi yang optimal. Grafik Informasi yang diberikan LKPP mengenai penanganan permasalahan akurat dan aktual. 62 P a g e
63 SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanganan permasalahan hukum. Dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanganan permasalahan hukum, SDM LKPP dianggap kompeten oleh 96.22% responden. Grafik SDM LKPP kompeten dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanganan permasalahan hukum Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk penanganan permasalahan hukum jelas dan dipublikasikan. Responden berpendapat bahwa prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk penanganan permasalahan hukum jelas dipublikasikan. Hal ini sebagaimana tabel yang menampilkan 79.14% responden setuju dan 16.04% responden sangat setuju. 63 P a g e
64 Grafik Prosedur pemberian pelayanan LKPP untuk penanganan permasalahan hukum jelas dan dipublikasikan Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan penanganan permasalahan hukum jelas. Sebagian besar responden menyatakan bahwa prosedur pengaduan pelayanan publik yang terkait dengan penanganan permasalahan hukum jelas.sekitar 4.25% responden yang tidak setuju bahwa prosedur pengaduan tersebut jelas. Grafik Prosedur pengaduan terhadap pelayanan publik terkait dengan penanganan permasalahan hukum jelas. 64 P a g e
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi KONDISI UMUM SEBELUM REFORMASI BIROKRASI 2 MASIH DIWARNAI DENGAN
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015
EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015 Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah Model
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini
BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat
Lebih terperincibirokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam
RINGKASAN EKSEKUTIF Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ditetapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu unsur kementerian/ lembaga yang memiliki tugas
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015
EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015 Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah Model
Lebih terperinciPENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI Herry Yana Sutisna Deputi Bidang Pengawasan dan
Lebih terperinciKEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.221, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG REFORMASI BIROKRASI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI
Lampiran II Peraturan Menpan dan RB No. 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Secara Online PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN
Lebih terperinciKERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO
Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.
Lebih terperinciPENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO
PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO Disampaikan dalam Training Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawasan Internal Itjen Kemenristekdikti Bogor 29 April 2016
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciREFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI
REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI Jakarta, 11 Agustus 2015 Disampaikan pada acara : Rapat kerja Tengah Tahun Lembaga Penyiaran RRI Tahun 2015 Esensi Reformasi
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis
79 BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh signifikan
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
17 A. Rincian Pelaksanaan Kegiatan BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN Rincian pelaksanaan kegiatankegiatan reformasi birokrasi pada tahun 2011 meliputi penanggung jawab, time frame per bulan, output /hasil yang
Lebih terperinciROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah
Lebih terperinciARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL
ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL AZWAR ABUBAKAR Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Lebih terperinciEVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH
EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH SASARAN REFORMASI BIROKRASI pemerintahan belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah pemerintahan belum efektif dan efisien pemerintahan yang bersih,
Lebih terperinciLampiran : Keputusan Walikota Bontang Nomor : 657 Tahun 2013 Tanggal : 5 Desember 2013 Tentang : PENETAPAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN
Lampiran : Keputusan Walikota Bontang Nomor : 657 Tahun 2013 Tanggal : 5 Desember 2013 Tentang : PENETAPAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG TAHUN 2013-2016 PEMERINTAH
Lebih terperinciPROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI
PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses
Lebih terperinciEVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH
EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH Sasaran Reformasi Birokrasi Maraknya KKN Buruknya Pelayanan Publik Rendahnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja 8 Area Perubahan Bersih dari KKN Pelayanan
Lebih terperinciREFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017
REFORMASI BIROKRASI (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017 Kegiatan Belajar 1 Reformasi Birokrasi Pengertian Reformasi Birokrasi Salah satu cara untuk membangun kepercayaan masyarakat.
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,
PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PETA JALAN REFORMASI BIROKRASI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014
LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014 BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PENILAIAN A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 5.0
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR Herry Yana Sutisna Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur SASARAN DAN TARGET
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciPERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciANGAN Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1 ANGAN Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPenataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (LKPP) 1. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini sangat menunjang proses bisnis dan menciptakan berbagai peluang dan inovasi. Teknologi hadir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Latar Belakang Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015
RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada hierarki dan jenjang jabatan. Dalam tataran praktek, birokrasi seringkali
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Birokrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciMANAJEMEN PERUBAHAN. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI)
MANAJEMEN PERUBAHAN Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) GAMBARAN UMUM AGENDA Salah satu tonggak penting pelaksanaan Reformasi Birokrasi adalah ditetapkannya budaya unggul Religius,
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP Jeffrey Erlan Muler, SH Asisten
Lebih terperinciKebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum
emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016
LAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar..... i Daftar Isi..... ii Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...
Lebih terperinciPERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI
PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI INSPEKTORAT UTAMA 7 AGUSTUS 2017 OUTLINE 1 2 3 Tujuan, Sasaran, Arah dan Kerangka Kebijakan RB Ukuran Keberhasilan RB Peran Inspektorat dalam
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013
RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA
ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH Assalammu alaikum Wr.Wb
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, program reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang
Lebih terperinciMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan dalam Rapat Kerja/Sosialisasi Reformasi Birokrasi kepada Pemerintah Daerah Regional I (Provinsi/Kabupaten/Kota se-sumatera, DKI
Lebih terperinciMake Public Procurement Easy
Make Public Procurement Easy Kebutuhan Barang/Jasa E_Procurement (SPSE) Dikerjakan Sendiri Swakelola Instansi Pemerintah Kel. Masyarakat Pelelangan Pelelangan Konvensional e-tendering Penyedia e-purchasing/
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.69/MEN/2011
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.69/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
Lebih terperinciBAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan
BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN BIROKRASI PEMERINTAH KOTA MALANG
BAB II GAMBARAN BIROKRASI PEMERINTAH KOTA MALANG A. Gambaran Umum Birokrasi Pemerintah Kota Malang Pemerintah Kota Malang pada dasarnya telah melakukan langkah-langkah perubahan untuk mewujudkan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan good coorporate governance dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management (NPM), dengan tiga prinsip utamanya
Lebih terperinciKONSEP ROADMAP MODERNISASI PENGADAAN KEMENTERIAN PUPR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KONSEP ROADMAP MODERNISASI PENGADAAN KEMENTERIAN PUPR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LATAR BELAKANG TUJUAN PROGRAM MODERNISASI PENGADAAN LKPP dan MCA-Indonesia mengimplementasikan Program
Lebih terperinciPada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses
B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis
Lebih terperinciAREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
AREA PERUBAHAN Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) didasarkan pada kondisi dan kebutuhan Kemenko PMK dalam mewujudkan agenda
Lebih terperinciBULETIN ORGANISASI DAN APARATUR
BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT DALAM MELAKSANAKAN KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASINYA 2013-2014 Oleh: Dr. Drs. H. Maisondra, S.H, M.H, M.Pd,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR Mochammad Iksan Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN
PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciJambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan petunjuk, taufik dan hidayah-nya, Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Kota Jambi Tahun 2017
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciLAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017
LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Lampiran Matrik Kinerja TA. (Kegiatan dan Target) PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KINERJA LOKASI 2 4 5 6 PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERKARANTINAAN
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPerka BATAN No. 212/KA/XII/2011 Layanan Publik di BATAN. Program Reformasi BATAN 2012
Perka No. 212/KA/XII/2011 Layanan Publik di Program Reformasi 2012 Reformasi Birokrasi Langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB IV TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Periode 2014-2019 merupakan pembangunan jangka menengah tahap ketiga yang berpijak pada visi Rencana Pembangunan
Lebih terperinciSEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,
KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2015 2019 SEKRETARIS JENDERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugas dan fungsinya pemerintah menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan berbagai jenis kebutuhan yang diperlukan dengan menggunakan
Lebih terperinci4/16/2013 MODEL PMPRB. Model PMPRB
MODEL PMPRB Model PMPRB 1 Model PMPRB KOMPONEN KRITERIA Subkriteria Subkriteria Subkriteria Subkriteria 9 PROGRAM REFORMASI BIROKRASI KRITERIA Subkriteria Subkriteria Subkriteria Kriteria dan Sub Kriteria
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 16/KEP-BKIPM/2017 TENTANG
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 16/KEP-BKIPM/2017 TENTANG RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN (ToR) RtR
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (ToR) RtR Survei/evaluasi kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Kementerian PAN dan RB 1. Hubungan dengan Logika Program: a. EOPO: 1.2. KemenPAN RB mengimplementasikan sistem
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGaAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW.02.03 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Lebih terperinciPENGUATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PENGUATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI ASISTEN DEPUTI PEMANTAUAN DAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan suatu siklus dalam proses menentukan kebijakan melalui urutan pilihan yang tepat dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan dalam berbagai
Lebih terperinciEVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD
9 AGUSTUS 201 1 EVALUASI KELEMBAGAAN SETJEN DAN BKD Dalam rangka pelaksanaan evaluasi kelembagaan pemerintah pada Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, sesuai permenpan dan RB Nomor 7 Tahun 2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.
Lebih terperinciRINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Agenda Prioritas Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Kemlu
RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI Agenda Prioritas mempunyai agenda prioritas yang dibagi 3 (tiga) fase yang masing-masing berlangsung selama 12 (dua belas) bulan. Untuk menjamin tercapainya
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu
Lebih terperinciLAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
1 LAPORAN PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2016 2 KATA PENGANTAR Dalam
Lebih terperinci- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS
- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciKEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
KEBIJAKANPELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI AZWAR ABUBAKAR Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan pada Acara Kunjungan Kerja Menpan-RB di Provinsi Banten 20 Januari 2012
Lebih terperinciSAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL PADA RAPAT KOORDINASI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH REGIONAL II RIAU
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 7 Jakarta 10110 SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL PADA RAPAT KOORDINASI PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciLEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017
LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : PENGADILAN AGAMA SOE TAHUN : 2017 A. PROSES (60) I. MANAJEMEN PERUBAHAN (5) 3,46 1 Tim Reformasi Birokrasi (1) 0,78 a. Tim Reformasi Birokrasi
Lebih terperinciI. Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Malang Tahun 2015
LAMPIRAN II PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR : 20 TAHUN 2015 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KOTA MALANG TAHUN 2015-2019. I. Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Malang Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada saat ini sedang berada dalam masa transisi menuju sistem pelayanan kesehatan universal. Pasal 28 H (1) dan Pasal 34 (3) Amandemen IV UUD 1945
Lebih terperinciRencana Aksi Kegiatan
Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA PENGANTAR
Lebih terperinci