GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN POLA PENYAKIT PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPAKTUAN KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN POLA PENYAKIT PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPAKTUAN KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN"

Transkripsi

1 GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN POLA PENYAKIT PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPAKTUAN KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012 (The description of the food consumption and disease pattern among elderly in the working area of Health Center Tapaktuan, Tapaktuan Subdistrict, Aceh Selatan District in 2012) Nova Elvia 1, Muhammad Arifin Siregar², Albiner Siagian² 1 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT Everybody wants to have long, useful, and happy life. To life a healthy life in our old days needs a supply of good and nutritious food which is balanced with the elderly s physiological condition. The objective the study is to find out the description of the food consumption and disease pattern among elderly in the working area of Health Center Tapaktuan, Tapaktuan Subdistrict, Aceh Selatan District in This is a descriptive study with crosssectional design. The population of this study was 638 person of 60 years of age, and 85 of them were selected to be the samples for this study through systematic random sampling technique. The data of the food consumption pattern were obtained through questionnaire distribution and food frequency form, while the data for disease pattern were obtained by looking at the kind of disease and the length of being sick. The result of this study showed that most of the kinds of food consumed by the elderly was in the inadequate category 55,3%, the texture of the food was in the improper category 61,2%, and the eating frequency of the elderly disorganized. Based on the pattern of disease they experienced, in general the elderly has suffered from degenerative disease such as hypertension, rheumatism, diabetes mellitus, heart disease, osteoporosis, and stroke with the length of being sick of > 2 weeks 47,1%. Keywords: Food Consumption Pattern, Disease pattern, Elderly PENDAHULUAN Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas hidup manusia. Umumnya setiap orang ingin mencapai usia panjang dan tetap sehat, berguna, dan bahagia. Menjadi tua dengan segenap keterbatasannya, merupakan suatu fase yang harus dijalani setiap manusia dalam kehidupannya. Seperti halnya fase-fase kehidupan lain yakni masa anak-anak, remaja dan dewasa, yang ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala fisik, perubahan anatomis, dan bikomia sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan sehingga akan bardampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Lansia yang sehat dan bugar dapat tercapai apabila mempertahankan status gizi pada kondisi optimum dan konsumsi makanan. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi penyakit pada lanjut usia tahun adalah penyakit sendi 56,4%, hipertensi 53,7%, stroke 20,2%, penyakit asma 7,3%, jantung 16,1%, diabetes 3,7%, tumor 8,8%. Meningkatnya penyakit degeneratif pada lanjut usia ini akan meningkatkan beban ekonomi keluarga, masyarakat dan negara. Saat ini angka kesakitan akibat penyakit degeneratif meningkat jumlahnya disamping masih ada kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi lebih kurang dari 74% lanjut usia menderita penyakit kronis. Adapun lima penyakit utama yang banyak diderita adalah anemia (50%), ISPA (12,2%), kanker (12,2%), TBC (11,5%) dan penyakit jantung pembuluh darah (29%). Masalah gizi yang sering diderita di usia lanjut adalah kurang gizi, kondisi kurang gizi tanpa disadari karena

2 gejala yang muncul hampir tak terlihat sampai usia lanjut tersebut telah jatuh dalam kondisi gizi buruk (Depkes, 2003). Masalah gizi pada lansia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua. Masalah gizi di lansia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih dan kegemukan/obesitas yang memacu timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus, batu empedu, gout (reumatik), ginjal, sirosis hati dan kanker. Namun masalah gizi kurang juga banyak terjadi pada orang tua seperti kurang energi kronis (KEK), anemia dan kekurangan zat gizi mikro lain (Depkes, 2005). Menurut Wirakusumah (2002) lansia merupakan fase kehidupan yang dilalui oleh setiap individu. Kondisi kesehatan pada tahap ini sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas asupan gizi. Gizi yang baik akan berperan dalam upaya penurunan timbulnya penyakit dan angka kematian di usia lanjut. Di lain pihak kemunduran biologis, adaptasi mental yang menyertai proses penuaan seringkali menjadi hambatan bagi para usia lanjut. Masalah fisiologis seperti terjadi gangguan pencernaan penurunan sensitifitas indera perasa dan penciuman, malabsorpsi nutrisi serta beberapa kemunduran fisik lainnya dapat menyebabkan rendahnya asupan zat gizi. Pada umumnya lansia tinggal bersama anggota keluarganya karena dukungan dan perhatian dari anggota keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia terutama dalam konsumsi pangannya disamping itu masih ada lansia yang tinggal sendiri tanpa ada keluarga, makanan yang konsumsi oleh keluarga juga dikonsumsi oleh lansia dan tidak ada perlakuan khusus yang diberikan untuk makanan bagi lansia. Seharusnya makanan bagi lansia harus lebih diperhatikan karena akan berpengaruh kepada status gizi dan kesehatannya. Pola makan yang dianjurkan makanan yang mudah dikunyah dan dicerna, kaya akan serat, rendah garam dan lemak karena mengingat menurunnya sistem pencernaan pada lansia, sedangkan kebiasaan lansia di wilayah kerja puskesmas tersebut lansia sering mengonsumsi jenis makanan atau minuman yang mengandung gula, tinggi garam, lemak yang berlebihan, sayuran yang mengandung gas, buah-buahan yang mengandung gas serta minuman kopi dan teh. Pola penyakit lansia yang diderita pada umumnya adalah penyakit degeneratif yaitu hipertensi reumatik, diabetes mellitus, jantung, osteoporosis dan stroke. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola konsumsi pangan dan pola penyakit pada usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan dan pola penyakit pada usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan tahun Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan puskesmas tentang pola konsumsi pangan yang baik dan pola penyakit pada lansia sehingga pelayanan kesehatan lebih ditingkatkan lagi. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan desain cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tapaktuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan yaitu sebanyak 638 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur 60 tahun. Sampel diperoleh dengan menggunakan tehnik systematic random sampling, sehingga diperoleh sampel 85 orang. Pengumpulan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder, data primer meliputi pola konsumsi pangan terdiri dari jenis makanan, tekstur makanan yang diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Untuk data frekuensi makan diperoleh dengan wawancara dengan memakai formulir food frequency, dan data pola penyakit diperoleh dengan wawancara dengan memakai formulir pola penyakit. Sedangkan data sekunder meliputi data gambaran umum wilayah kerja Puskesmas Tapaktuan dan data jumlah lansia diperoleh dari kepala Puskesmas Tapaktuan.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun karakteristik lansia pada penelitian ini, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012 No Karakteristik Frekuensi 1. Umur n % tahun 67 78, tahun 17 20,0 - >90 tahun 1 1,2 2. Jenis Kelamin - Laki-laki 29 34,1 - Perempuan 56 65,9 3 Pendidikan - Tidak tamat SD 40 47,1 - SD 23 27, SMP SMA Diploma/PT ,6 8,2 7,1 4. Pekerjaan - PNS 9 10,6 - Wiraswasta 14 16,5 - Petani 16 18,8 - IRT 46 54,1 Total ,0 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat hasil yang diperoleh, sebagian besar lansia berumur tahun sebesar 78,8%, jenis kelamin sebagian besar yaitu perempuan sebesar 65,9%, tingkat pendidikan sebagian besar tidak tamat SD sebesar 47,1%, hal ini disebabkan oleh pada zaman dahulu sulit dijumpai fasilitas pendidikan seperti masih jarang dijumpai gedung sekolah, akses jalan yang belum lancar, ekonomi keluarga yang masih menengah ke bawah, sedangkan dilihat dari pekerjaan lansia sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga sebesar 54,1%. Tabel 2. Distribusi Frekuensi lansia Berdasarkan Jenis Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun No Jenis Frekuensi penyakit n % 1 Reumatik 23 27,1 2 Hipertensi 31 36,5 3 Osteoporosis 4 4,7 4 DM 16 18,8 5 Jantung 7 8,2 6 Stroke 4 4,7 Jumlah ,0 Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari 85 responden dapat diketahui bahwa pola penyakit lansia yang diderita pada umumnya adalah penyakit degeneratif, sebagian besar lansia menderita penyakit hipertensi sebesar 36,5% dan sebagian kecil lansia menderita penyakit stroke 4,7%. Menurut Depkes RI (2005), timbulnya penyakit degeneratif seperti hipertensi karena rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua. Tabel 3. Distribusi Frekuensi lansia Berdasarkan Lama Sakit Dalam Satu Bulan Terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun No Frekuensi Lama Sakit n % 1 < 1 minggu 13 15, minggu 32 37,6 3 > 2 minggu 40 47,1 Jumlah ,0 Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dalam satu bulan terakhir lansia yang mengalami lama sakit > 2 minggu sebesar 47,1% dan sebagian kecil < 1 minggu sebesar 15,3%.

4 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Lansia Berdasarkan Jenis Makanan di Wilayah Kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun No Jenis Frekuensi makanan n % 1 Baik 38 44,7 2 Kurang 47 55,3 Jumlah ,0 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis makanan berada pada kategori kurang sebesar 55,3%, karena kebiasaan lansia mengonsumsi makanan yang mengandung gula, tinggi garam, lemak yang berlebihan, sayuran yang mengandung gas tetapi rendah serat dan vitamin, dan kategori baik sebesar 44,7%. Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu. Sebenarnya pola konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung, namun hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi seseorang atau masyarakat (Supariasa dkk, 2002). Kebiasaan mengonsumsi pangan yang baik akan menyebabkan status gizi yang baik pula, dan keadaan ini dapat terlaksana apabila telah tercipta keseimbangan antara banyaknya jenis-jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya gizi yang dibutuhkan tubuh (Suhardjo, 1990). Adapun distribusi pola penyakit berdasarkan jenis makanan di wilayah kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan dapat diketahui bahwa jenis penyakit terbanyak berdasarkan jenis makanan berada pada kategori baik sebanyak 51,6% dan dengan kategori kurang sebanyak 48,4%. Jenis penyakit yang yang diderita lansia sebagian besar adalah hipertensi 36,5% berjenis kelamin laki-laki 35,5% dan perempuan 64,5% dengan lama sakit dalam satu bulan terakhir yaitu >2 minggu 45,2 %, memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang terasa asin, sedangkan apabila mengonsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut Maryam (2008), karena semakin menurunnya daya kecap lansia, makanan jadi terasa kurang asin atau kurang manis, dan sering diantisipasi dengan menambahkan gula atau garam. Penderita hipertensi sebaiknya membatasi asupan lemak karena dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut Depkes RI (2005), timbulnya penyakit degeneratif seperti hipertensi karena rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua. Hipertensi dapat juga disebabkan karena pola makan yang salah diantara mengonsumsi kopi dua kali sehari, dimana menurut Wirakusumah (2000), kopi memiliki potensi terhadap terjadinya tekanan darah. Cara yang paling baik dalam menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah kearah hidup sehat, pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup, Hipertensi juga dapat dikontrol dengan berobat secara teratur. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Berdasarkan Tekstur Makanan di Wilayah Kerja Puskesmas Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun No Tekstur Frekuensi makanan n % 1 Sesuai 33 38,8 2 Tidak Sesuai 52 61,2 Jumlah ,0 Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi konsumsi pangan responden berdasarkan tekstur makanan berada pada kategori tidak sesuai sebesar 61,2% dan kategori sesuai 38,8%. Pada prinsipnya tekstur makanan yang dikonsumsi lansia adalah tekstur makanan yang mudah dicerna dan dikunyah, dan hal ini sesuai dengan pernyataan Proverawati dan Wati (2010) yang

5 menyatakan bahwa dengan banyak gigi yang sudah tanggal mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah, lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara direbus atau dikukus. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh lansia adalah nasi dengan frekuensi selalu atau setiap hari (6-7x/minggu) yaitu 100%, artinya lansia tidak ada kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi dari sumber zat tenaga, sedangkan makanan pokok seperti biskuit, roti dan mi tidak pernah dikonsumsi sama sekali oleh lansia. Hal ini disebabkan karena kebiasan yang ada di masyarakat kalau nasi merupakan makanan utama, dengan banyak makan nasi badan menjadi bertenaga dan kuat, dan adanya pandangan di masyarakat kalau sudah ada nasi berarti sudah makan, tidak ada lauk pauk tidak terlalu menjadi masalah. Konsumsi pangan lansia dari jenis pangan protein hewani dan protein nabati sebagai sumber pembangun adalah telur, daging ayam, daging, kepiting, udang, ikan, tahu dan tempe. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dalam satu minggu pangan protein hewani yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan dan telur dengan frekuensi sering (3-5x/minggu) yaitu 54,3%, telur 53,8%. Sedangkan konsumsi pangan dari protein nabati dalam seminggu yang paling banyak dikonsumsi adalah tempe dengan frekuensi sering (3-5x/minggu) yaitu 43,5% dan tahu 56,4%. Hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia tidak kesulitan dalam memperoleh ikan, telur, tempe dan tahu karena harganya relatif murah dibandingkan dengan daging ayam dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan jenis pangan sumber vitamin yaitu sayur-sayuran yang dikonsumsi lansia dengan frekuensi sering yaitu daun ubi kayu 18,2%, untuk frekuensi jarang yaitu sawi hijau 72,7%, Dilihat dari jenis buah-buahan yang dikonsumsi lansia dengan frekuensi sering (3-5x/minggu) adalah pepaya 37,5% untuk frekuensi jarang (1-2x/minggu) yaitu pisang 84,0%. Hal ini disebabkan karena harga buah papaya lebih murah dan sebagian ada ditanam dikebun dibandingkan dengan harga pisang yang mahal. Mengonsumsi buah dan sayur sangat bermanfaat untuk kesehatan karena banyak kandungan nutrisi yang terkandung didalamnya, sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan untuk mengobati penyakit (Kusumo. R.A, 2010). Untuk jenis minuman dapat diketahui bahwa lansia mengonsumsi kopi dengan frekuensi selalu atau setiap hari (6-7x/minggu) yaitu 67,3%, dan mengonsumsi teh manis dengan frekuensi jarang (1-2x/minggu) yaitu 22,2%, hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi lansia setiap hari bahkan kopi dapat dijadikan pengganti sarapan pagi dan sangat mudah memperolehnya karena harga masih bisa dijangkau, sedangkan dalam mengonsumsi sayuran cenderung kurang biarpun terkadang mudah memperolehnya, hal ini disebabkan karena mereka cenderung lupa, mereka makan sayur hanya kalau ingat saja, karena lansia tinggal sendiri sehingga malas untuk memasaknya, sedangkan untuk memasak nasi sama ikan untuk satu hari terkadang mereka memasak hanya pagi saja. Menurut Utami (2002) masih banyak lanjut usia dipedesaan kurang dalam mengonsumsi protein nabati dan hewani, serta rendah dalam mengonsumsi sayuran dan buahbuahan dengan sejenisnya yang kurang beragam, sehingga konsumsi lemak yang tinggi tidak diimbangi dengan konsumsi serat maupun vitamin C yang cukup. Selain itu juga lanjut usia cenderung jarang sarapan pagi dengan nasi dan sejenisnya, mereka cukup dengan segelas kopi dengan frekuensi sebanyak 3x sehari, seperti diketahui bahwa mengonsumsi kopi yang mengandung kafein dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah. Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, S. dkk. 2011) Menurut Wesly (2010) dari 90 lanjut usia sebanyak 90 orang (100%) yang mengonsumsi nasi sebagai makanan sumber karbohidrat dengan frekuensi tiap hari, yang

6 mengonsumsi ikan asin sebagai protein hewani dengan kategori sering 72 orang (80,0%), yang mengonsumsi sayuran daun ubi kategori sering 60 orang (66,7%), yang mengonsumsi buah pepaya dengan kategori sering 11 orang (12,2%) dan buah apel dengan kategori tidak pernah 84 orang (93,3%). Menurut Kusno (2007) dan Wesly (2010) lanjut usia pada hakekatnya memerlukan makanan yang seimbang sepanjang hidupnya untuk kelangsungan serta pemeliharaan kesehatannya. Lanjut usia mendapatkan zat-zat gizi dalam bentuk bahan makanan berasal dari hewan dan tumbuhtumbuhan. Satu macam bahan makanan saja tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tubuh akan berbagai macam zat gizi yang berlainan jenis dan jumlahnya, untuk mencapai gizi yang prima perlu dipenuhi dua hal yaitu, pertama memakan makanan yang beraneka ragam menggunakan semua macam bahan makanan dari semua golongan, kedua bahan makanan dalam jumlah dan kualitas yang benar dan tepat. Frekuensi makan perhari merupakan salah satu aspek kebiasaan makan, frekuensi makan akan dapat menjadi penduga tingkat kecukupan konsumsi gizi. Artinya semakin tinggi frekuensi makan seseorang maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar (Khomsan, 2010). Frekuensi konsumsi lansia dalam satu minggu dikategorikan menjadi 4 yaitu selalu (setiap hari), sering, jarang dan tidak pernah. Pola penyakit pada lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tapaktuan pada umumnya menderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, reumatik, osteoporosis, diabetes mellitus, jantung, dan stroke. Hal ini jelas terlihat bahwa dari hasil wawancara dengan lansia, sebagian besar lansia sering mengonsumsi jenis makanan yang manismanis, garam, penggunaan cabe, lemak, kopi padahal kita ketahui bahwa jika di konsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan suatu penyakit, namun menurut anggapan mereka makanan yang dikonsumsi sudah tidak dapat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa tuanya, dengan mengonsumsi makanan apa saja bisa yang penting enak dan cepat, soal gizi dan efek timbulnya penyakit soal belakangan, selama makanan itu enak banyak lemak, gula atau garam tidak masalah. Menurut Khasanah (2012), banyak hal yang menjadi penyebab munculnya penyakit degeneratif (multifaktor), penyebab penyakit degeneratif tidak bisa dilepaskan dari faktor penurunan fungsi tubuh atau penuaan. Penyakit degeneratif memiliki hubungan yang sangat kuat dengan bertambahnya umur seseorang, namun penyebab utama yang mempercepat munculnya penyakit degeneratif adalah perubahan gaya hidup, yaitu perubahan pola makan dan berkurangnya aktifitas fisik. Peningkatan harapan hidup berdampak pada pergeseran pola penyakit dan masalah terkait yang ditimbulkannya. Penyebab utama kematian bukan lagi penyakit-penyakit infeksi, tetapi telah beralih ke penyakit-penyakit degeneratif. Usia lanjut merupakan usia saat resiko terkena penyakit degeneratif paling besar selama daur kehidupan. Jika seorang lansia memiliki penyakit degeneratif, maka asupan gizinya sangat penting untuk diperhatikan, serta disesuaikan dengan ketersediaan dan kebutuhan zat gizi dalam tubuh lansia. Ada lansia yang tergolong sehat dan ada pula yang mengidap penyakit kronis. Di samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian lain sangat bergantung pada belas kasihan orang lain. Kebutuhan gizi pada lanjut usia mengalami perubahan akibat meningkatnya morbiditas dan penyakit degeneratif seperti hipertensi, serangan jantung serta penyakit kronis lainnya (Arisman, 2004). Di tengah-tengah masyarakat, muncul anggapan bahwa menjadi tua identik dengan sakit-sakitan, tingkat ketergantungan tinggi, tidak produktif serta pensiun dari segala kegiatan. Pada awal kehidupan manusia terjadi perubahan dari satu tahap ketahap lain bersifat evolusional yang berarti menuju ketahap kesempurnaan baik emosional maupun fungsinal organ-organ tubuh. Sebaliknya, pada kehidupan lanjut usia justru terjadi kemunduran sesuai hukum alam. Perubahan atau kemunduran tersebut dikenal dengan istilah menua atau proses penuaan (Waryana, 2010).

7 KESIMPULAN 1. Pola penyakit lansia yang pernah diderita pada umumnya adalah penyakit degeneratif seperti jenis penyakit hipertensi, reumatik, diabetes mellitus, jantung, osteoporosis dan stroke. 2. Jenis makanan yang dikonsumsi lansia sehari-hari masih berada dalam kategori kurang, seperti makanan yang banyak mengandung gula, tinggi garam, lemak yang berlebihan seperti santan yang kental, minyak, sayuran dan buah-buahan yang mengandung gas, serta minuman yang dikonsumsi setiap hari yaitu kopi. 3. Tekstur makanan yang dikonsumsi lansia sehari-hari masih berada dalam kategori tidak sesuai sehingga dapat mangakibatkan gangguan fungsi mengunyah dan juga mengganggu sistim pencernaan seperti lansia lebih menyukai makanan yang digoreng dan keras dari pada makanan yang lunak/lembek, dikukus, direbus, disemur, dan ditumis agar mudah dikunyah dan dicerna. 4. Frekuensi konsumsi pangan lansia yang tidak teratur yaitu dua kali sehari (makan siang dan makan malam) padahal kita ketahui frekuensi makan yang teratur yaitu tiga kali sehari makan utama (makan pagi, makan siang dan makan malam) serta dua kali makan selingan. SARAN 1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia melalui peningkatan program lanjut usia seperti promosi kesehatan tentang pola konsumsi pangan yang baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan lanjut usia agar terwujud kualitas keluarga lanjut usia yang sejahtera dan bahagia. 2. Diharapkan kepada Puskesmas Tapaktuan untuk lebih meningkatkan pembinaan terhadap lanjut usia dengan melakukan upaya-upaya penyuluhan tentang konsumsi pangan terutama dari jenis makanan yang dikonsumsi agar tidak mengakibatkan timbulnya penyakit dan tekstur makanan yang sesuai untuk lansia yaitu makanan yang mudah dicerna dan dikunyah, sedangkan dari pengaturan porsi makannya yaitu porsi sedikit tapi sering. 3. Kepada keluarga lansia dan khususnya lansia sendiri diharapkan untuk lebih memperhatikan pola makannya selama ini, dilihat dari jenis makanan agar lansia membatasi makanan yang manis-manis atau gula, garam, makanan yang berlemak seperti minyak, santan, mentega, sayuran yang mengandung gas, buah-buahan yang mengandung gas dan alkohol serta membatasi minum kopi atau teh, tekstur makanan dianjurkan mengolah makanan dengan dikukus, direbus, atau dipanggang agar makanan mudah dikunyah dan dicerna dan kurangi makanan yang digoreng dan frekuensi makan sebaiknya tiga kali sehari makan utama (makan pagi, makan siang dan makan malam) serta dua kali makan selingan DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S Prinsip Dasar Ilmu Gizi.PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Almatsier, S Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Arisman, Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Depkes RI, Pedoman Tata Laksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan. Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta Depkes RI, Buku Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia. Penerbit Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Khomsan, Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta Kusumo, R.A Sayur + Buah = Sehat ; Mengenal Kandungan dan Khasiatnya Untuk Menjaga Kesehatan Tubuh. Pioneer Media. Yogyakarta. Kusno, dkk Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya Bandung.

8 Khasanah, N Waspadai Berbagai Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan. Laksana. Jogjakarta. Maryam, dkk Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika. Jakarta Proverawati,dkk, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan. Muha Medika Yogyakarta. Supariasa, IDN, Bakri, B.& Fajar, I Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Suhardjo, Pangan, Gizi dan Pertanian, Penerbit Graha Ilmu. Utami, C, Pola Makan dan Status Kesehatan Pada Lansia di Perkotaan Kabupaten Deli Serdang Tahun Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Waryana Gizi Reproduksi. Penerbit Pustaka Rihama Wesly, J, S, Perilaku Lansia Dalam Mengkonsumsi Makanan Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Wirakusumah, Tetap Bugar di Usia Lanjut. Jakarta. Trubus Agriwidya.

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN POLA PENYAKIT PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPAKTUAN KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN POLA PENYAKIT PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPAKTUAN KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN POLA PENYAKIT PADA USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPAKTUAN KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012 (The description of the food consumption and

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas hidup manusia. Umumnya setiap orang ingin mencapai usia panjang dan tetap sehat, berguna, dan bahagia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kendali tersebut membawa dampak terhadap peningkatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia di Indonesia, terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, penurunan kematian bayi, penurunan fertilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembagunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termaksud usia lanjut. Berdasarkan undang-undang No.13 tahun 1998

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015. 2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI LANJUT USIA DI KELURAHAN PEKAN TANJUNG PURA KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012

GAMBARAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI LANJUT USIA DI KELURAHAN PEKAN TANJUNG PURA KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012 GAMBARAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI LANJUT USIA DI KELURAHAN PEKAN TANJUNG PURA KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012 (The description of food consumption behavior and nutritional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM)

KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) KUESIONER SAKIT GULA (DIABETES MELITUS/DM) I. SOSIAL Identitas Diri 1. Nama Inisial : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 5. BB terakhir : kg 6. TB terakhir : cm 7. Pendidikan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK ETNIS CINA DI SD SUTOMO 2 DAN ANAK ETNIS BATAK TOBA DI SD ANTONIUS MEDAN TAHUN 2014 Hetty Gustina Simamora Staff Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan ABSTRAK Pola

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015 Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, POLA MAKAN, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT USU TAHUN 2015 Nama Mahasiswa : Umur : Tinggi Badan :

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Lansia, Ketersediaan Pangan, Status Gizi Daftar Pustaka : 38 referensi ( )

ABSTRAK. Kata Kunci : Lansia, Ketersediaan Pangan, Status Gizi Daftar Pustaka : 38 referensi ( ) ABSTRAK RILLAN R ABDUL. 2015. Hubungan Ketersediaan Pangan Keluarga Dengan Status Gizi Lansia Di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan. Fakultas Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat dinegara-negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN SUMBER PROTEIN, LEMAK DAN AKTIFITAS Sedentary DENGAN STATUS GIZI LANSIA ANGGOTA BINAAN POSYANDU LANSIA DI KELURAHAN TALISE WILAYAH KERJA PUSKESMAS TALISE ABSTRAK Abd. Farid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap orang. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Lansia

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN 90 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Tingkat asupan Protein, Lemak, Natrium, Kalium, Serat, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Senam Bugar Lansia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai harganya yang kelak akan menjadi pewaris dan penerus, begitu juga untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih baik kedepannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 74 HUBUGA PERILAKU KOSUMSI MAKAA DEGA STATUS GIZI PS BAPPEDA KABUPATE LAGKAT TAHU 215 I. Data Responden 1. ama : 2. omor Responden : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan : 6. Berat Badan : 7. Tinggi

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (bahan makanan nabati) yang mengandung banyak manfaat. Bagian dari tumbuhan yang biasanya dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud

BAB I PENDAHULUAN. kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dari sejarah perkembangan ilmu gizi makin banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara apa yang di makan dengan kesehatan dan penyakit. Suatu pribahasa kuno

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT, LEMAK DAN SERAT DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANJUT USIA WANITA (Studi di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Kota Semarang Tahun 07) Ria Yuniati, Siti Fatimah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG Factors Related Food Consumption with Hypertension in the Elderly in Pattingalloang Health Center Andi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Direktorat Gizi Masyarakat adalah terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk dapat mencapai masyarakat yang sehat, perlu ditanamkan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../.. KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015 I. INFORMASI WAWANCARA No. Responden Nama Responden Angkatan/Semester Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PEDOMAN UMUM GIZI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005

POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005 HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 25 Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No. 21 Kampus

Lebih terperinci

GAYA HIDUP SEHAT. Faktor Mempengaruhi Kesehatan Usia Dewasa

GAYA HIDUP SEHAT. Faktor Mempengaruhi Kesehatan Usia Dewasa By Yetti Wira Citerawati SY TUJUAN PEMENUHAN GIZI MASA DEWASA usia ini masa yg penting untuk pendidikan dan pemeliharaan kesehatan mencegah tjdnya penyakit degeneratif dimasa usia lanjut nantinya. Beberapa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Oleh : Nia Sylviana Junaz 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

DESKRIPSI POLA MAKAN PENDERITA MAAG PADA MAHASISWA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG RIRIN FITRI

DESKRIPSI POLA MAKAN PENDERITA MAAG PADA MAHASISWA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG RIRIN FITRI DESKRIPSI POLA MAKAN PENDERITA MAAG PADA MAHASISWA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG RIRIN FITRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc Tujuan Pembelajaran Mengetahui ruang lingkup gizi Mengetahui hubungan gizi dengan kesehatan Mengetahui Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi. Menurut Santoso (2010) hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

Lebih terperinci

Petunjuk : isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan! I. Identitas Responden 1. ID Responden: [ ] [ ] 2.

Petunjuk : isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan! I. Identitas Responden 1. ID Responden: [ ] [ ] 2. L-2 KUESIONER PENELITIAN POLA MAKAN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI DIHUBUNGKAN DENGAN LEMAK TUBUH PADA PRAMUSAJI UNIT PELAYANAN GIZI GEDUNG A RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2009 Assalamu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4 terbesar jumlah penduduk usia lanjut sesudah Cina, India dan Amerika Serikat. Meningkatnya populasi usia

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh

Lebih terperinci