Pembuatan Fiber Dengan Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembuatan Fiber Dengan Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi"

Transkripsi

1 Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN Vol. 2 No.2, Juli 2009 Pembuatan Fiber Dengan Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi Ade Yeti Nuryantini, Adi Bagus Suryamas, Mikrajuddin Abdullah, dan Khairurrijal (a) Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITB Jalan Ganeca 10 Bandung (a) krijal@fi.itb.ac.id Diterima Editor : 23 Maret 2009 Diputuskan Publikasi : 1 April 2009 Abstrak Pembuatan fiber (serat) telah berhasil dilakukan dengan menggunakan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning). Fiber yang dihasilkan masih dalam ukuran mikron dan banyak mengandung butiran-butiran (beads). Ukuran serta bentuk fiber masih bervariasi. Fiber dibuat dengan menggunakan prekursor PET (polyethylene terephthalate) serta campuran prekursor PEG (polyethylene glikol) dan PET (polyethylene terephthalate). Teknik ekstrusi rotasi melibatkan gaya sentripetal pada proses pembuatan fiber. Teknik ekstrusi rotasi ini dilakukan dengan cara memutar lelehan polimer dengan kecepatan sudut tertentu dan melewatkannya pada sebuah filter (spinneret), hingga lelehan polimer berubah fasa menjadi padatan dan membentuk fiber (serat). Hasil ini menunjukkan harapan untuk produksi masal serat dalam ukuran nano dengan cara yang mudah dan biaya yang murah. Kata Kunci: fiber, PEG, PET, ekstrusi rotasi (rotation spinning), nanofiber, spinneret 1. Pendahuluan Telah lama para ahli berhasil membuat fiber (serat) dengan menggunakan berbagai metoda, baik metoda konvensional maupun metoda modern. Metoda konvensional telah menghasilkan serat yang berukuran kira-kira 2 mm. Metoda mekanik konvensional tersebut tidak dapat menghasilkan serat yang ukurannya lebih kecil dari 2 mm [1]. Dalam dasawarsa terakhir telah muncul teknologi nano yang merupakan metoda modern. Teknologi nano telah menghasilkan produk yang berukuran kurang dari 100 nm. Sekarang ini, teknologi nano berkembang dengan cepat. Teknologi nano mempelajari dan mengembangkan material pada level nano. Diharapkan, penemuan baru pada level nano ini dapat diaplikasikan pada berbagai macam bidang, sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh umat manusia. Teknologi ini bahkan sudah berpengaruh kuat pada disiplin ilmu lain, seperti: elektronik, sains material, dan teknik polimer [1-8]. Hingga saat ini, pembuatan struktur nano satu dimensi, seperti: nanofiber, nanorod, nanobelt, dan nanotube dengan menggunakan berbagai macam material dan berbagai macam teknik sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Hasil penelitiannya menunjuk-kan karakteristik unik yang berbeda-beda dengan keunggulan masing-masing [1-6]. Dalam kehidupan sehari-hari, telah banyak ditemukan penggunaan fiber pada berbagai bidang, misalnya: bidang kesehatan, tekstil, dan industri lain. Pada bidang kesehatan, fiber digunakan sebagai jaringan (tissue), penutup luka, material implant, komponen organ buatan, dan lain-lain. Pada bidang tekstil, fiber digunakan sebagai bahan pembuat baju, jas hujan, sepatu olah raga, alat-alat panjat tebing, dan lainlain. Pada bidang industri lain, fiber digunakan sebagai filter, saringan bahan bakar, dan lain-lain [1-8]. Pembuatan fiber dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melt spinning, dry spinning, wet spinning dan electrospinning. Proses pembuatan fiber dengan metoda spinning merupakan bagian yang penting dalam bidang industri polimer sintetis [7]. Banyak jenis fiber sintetis, seperti: nylon, polyester, olefin, sulfar, dan lain-lain yang dibuat dengan menggunakan metoda spinning khususnya dengan menggunakan teknik melt spinning. Pada proses melt spinning padatan polimer dilelehkan terlebih dahulu. Polimer yang dilelehkan dilewatkan pada sebuah filter yang dinamakan spinneret, kemudian lelehan polimer mengalami perubahan fasa menjadi padatan kembali dan membentuk fiber. Pada paper ini akan diperkenalkan teknik baru pembuatan fiber (serat) yang diberi nama teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning). Ekstrusi berasal dari Bahasa Inggris extrusion yang berarti tekanan atau tarikan. Kata ekstrusi ini kemudian diartikan sebagai proses membuat benang dengan cara menarik atau menekan cairan material melalui alat cetakan baik berupa jarum atau filter. Kata rotasi diartikan berputar. Teknik ekstrusi rotasi merupakan teknik yang diadaptasi dari teknik melt spinning. Teknik ekstrusi rotasi berbeda dari teknik yang lain. Teknik ekstrusi rotasi melibatkan gaya sentripetal pada proses pembuatannya. Pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan biaya yang murah. Teknik ekstrusi rotasi ini dilakukan dengan cara memutar lelehan polimer dengan kecepatan sudut tertentu dan melewatkannya pada sebuah filter, hingga lelehan 60

2 J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul polimer berubah fasa menjadi padatan dan membentuk fiber. Fiber dibuat dengan menggunakan prekursor PET (polyethylene terephthalate) serta campuran prekursor PEG (polyethylene glikol) dan PET (polyethylene terephthalate). Keberhasilan ini mengarah kepada harapan untuk menghasilkan fiber yang berukuran nano dengan cara yang mudah dan biaya yang murah dituangkan ke dalam rongga pada wadah kecil, seperti ditunjukkan pada Gambar 3. 3) Wadah kecil berisi prekursor diputar dengan kecepatan sudut tertentu. Akibatnya, cairan di dalam rongga keluar melalui filter dan mengalami pendinginan, sehingga membentuk fiber yang terkumpul di wadah besar, seperti yang tampak pada Gambar 4 2. Eksperimen 2.1 Alat Alat yang digunakan untuk membuat fiber dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) tampak pada Gambar 1. Ia terdiri dari sebuah wadah besar bulat statik untuk menampung fiber yang dihasilkan. Di bagian tengah wadah statik tersebut terdapat wadah kecil yang dapat berputar dan dilengkapi filter (spinneret). Pada wadah kecil tersebut terdapat rongga untuk memasukkan cairan prekursor. Wadah kecil dapat berputar secara manual menggunakan tuas. Cairan polimer akan berputar seiring dengan perputaran wadah kecil ini, kemudian terlempar keluar melalui filter. Gambar 2. Proses pemanasan prekursor padat hingga menjadi cairan. Gambar 1. Alat pembuat fiber dengan teknik ekstrusi rotasi. Gambar 3. Proses penuangan prekursor cair. 2.2 Bahan Bahan atau material yang digunakan pada pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) adalah prekursor PET (polyethylene terephthalate) serta campuran PEG (polyethylene glikol) dengan berat molekul dan PET (polyethylene terephthalate). 2.3 Cara Kerja Pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) adalah sebagai berikut. 1) Campuran PEG (polyethylene glikol) BM dan PET (polyethylene terephthalate) padat dipanaskan di dalam tungku pemanas pada temperatur 350 o C dan 400 o C, sedangkan PET (polyethylene terephthalate) dipanaskan pada temperatur 400 o C seperti diperlihatkan dalam Gambar 2. 2) Prekursor cair tersebut selanjutnya Gambar 4. Fiber yang terkumpul di wadah besar.

3 J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul Hasil dan Diskusi Gambar 5-7 menunjukkan citra SEM dari fiber yang diperoleh dari prekursor PET (polyethylene terephthalate) serta campuran PEG (polyethylene glikol) dengan BM dan PET (polyethylene terephthalate) secara berurut. Diameter fiber yang dihasilkan masih dalam ukuran mikron dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Tampak pada gambar yang ditandai dengan panah bahwa pada fiber tersebut terdapat butiran-butiran (beads) dengan ukuran yang bervariasi. Bentuk fiber yang dihasilkannyapun masih beragam, seperti tampak pada Gambar 5 (g) fiber berbentuk berlubang (hollow), pada Gambar 6 (c) fiber berbentuk bercabang, pada Gambar 7 (d) fiber berbentuk pita, bahkan pada Gambar 5 (f), dan Gambar 7 (b), (g), (h) fiber masih berbentuk bongkahan prekursor dengan ukuran yang bervariasi pula. Gambar 5 Citra SEM dari fiber yang diperoleh dari precursor PEG + PET pada suhu 350 o C Gambar 6 Citra SEM dari fiber yang diperoleh dari precursor PEG + PET pada suhu 400 o C Pada pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi, polimer yang berfasa cair, dibentangkan dengan cara dilemparkan karena gerakan melingkar seiring dengan berputarnya wadah kecil. Pembentangan polimer terjadi karena polimer terdiri dari rantai molekul yang panjang dengan mengulang setiap unit yang disebut monomer yang terikat secara kovalen satu sama lain. Pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi dipengaruhi oleh beberapa parameter, yaitu: tegangan permukaan, viskositas, kecepatan sudut, evaporasi dan ukuran lubang filter [2, 8]. 3.1 Tegangan Permukaan Pembentukan fiber dengan teknik ekstrusi perlu memperhatikan sifat tegangan permukaan dari larutan. Tegangan permukaan memberikan kontribusi dalam pembentukan butiran pada fiber yang dihasilkan. Seperti kita ketahui, ketika ada setetes air jatuh di udara, tetesan

4 J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul biasanya berbentuk bola. Fenomena ini disebabkan oleh sifat permukaan cairan, yang lebih dikenal dengan tegangan permukaan. di sampingnya. Dengan demikian, ada gaya tarik total ke bawah, yang cenderung menekan lapisan permukaan sedikit, tetapi hanya sampai batas dimana gaya ke bawah ini diimbangi oleh gaya ke atas yang disebabkan oleh kontak yang dekat atau tumbukkan dengan molekulmolekul di bawahnya. Penekanan ini menunjukkan bahwa zat cair meminimalkan luas permukaan. Itulah sebabnya mengapa air cenderung membentuk tetesan berbentuk bola, karena sebuah bola merepresentasikan luas permukaan minimum untuk volume tertentu [9]. Peristiwa tetesan air yang berbentuk bola tampak pada Gambar 8. Gambar 8. Gaya antara molekul cairan dan molekul udara Untuk sistem cairan murni (pure liquid system), tegangan permukaan dipengaruhi oleh temperatur. Tegangan permukaan cairan berkurang seiring penambahan temperatur. Dari sudut pandang molekular, pada temperatur yang tinggi, molekul cairan memperoleh lebih banyak energi dan mulai bergerak lebih cepat pada ruangan. Akibatnya, molekul yang bergerak cepat tidak terikat secara bersama-sama sekuat molekul yang dingin. Dengan mengurangi ikatan antara molekul, tegangan permukaan menurun [2]. Gambar 7 Citra SEM dari fiber yang diperoleh dari precursor PET pada suhu 400 o C Kita dapat melihat bagaimana tegangan permukaan muncul dengan memperhatikan proses dari sudut pandang molekular. Molekul-molekul zat cair memberikan gaya tarik satu sama lain. Molekul di dalam zat air berada dalam kesetimbangan karena gaya-gaya molekul lain yang bekerja ke semua arah. Molekul di permukaan normalnya juga dalam kesetimbangan (zat cair tersebut diam), walaupun gaya pada molekul di permukaan dapat diberikan hanya oleh molekul-molekul di bawahnya atau Gambar 9. a) Keadaan molekul yang diharapkan setelah proses pembentangan. b) Keadaan molekul yang berkerumun di bawah pengaruh tegangan permukaan Pada teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning), pada saat larutan terlempar, gaya sentripetal diharapkan

5 J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul akan mempengaruhi peristiwa tegangan permukaan. Tegangan permukaan memiliki pengaruh terhadap pengurangan luas permukaan per unit massa cairan. Jika larutan memiliki konsentrasi molekul yang tinggi, maka ada kecenderungan molekul akan berkerumun dan membentuk permukaan bola. Ketika larutan polimer ditarik di bawah pengaruh gaya sentripetal, molekul larutan akan terbentang, dan mengurangi molekul untuk berkerumun bersama di bawah pengaruh tegangan permukaan. Peristiwa ini tampak pada Gambar Viskositas Viskositas merupakan besaran yang mengukur kekentalan fluida. Koefisien viskositas fluida η didefinisikan sebagai perbandingan tegangan luncur, F/A, dengan cepat perubahan regangan luncur v/l, yaitu F / A η = (1) v / l Viskositas larutan mempengaruhi pada pembuatan fiber dan mempengaruhi pada morfologi fiber yang dihasilkan. Pada umumnya, viskositas larutan berkaitan dengan belitan rantai molekul. Pada viskositas yang rendah, belitan rantai molekul juga rendah. Pembentukan fiber dengan polimer yang memililki viskositas larutan terlalu rendah, tidak akan terjadi. Yang terbentuk adalah partikel-partikel larutan bukan menjadi benang. Viskositas cairan berkaitan erat dengan perpanjangan belitan rantai molekul. Ketika viskositas cairan rendah, fiber tidak terbentuk, yang terbentuk malahan butiran-butiran (beads). Hal ini terjadi karena pada viskositas yang rendah, umumnya belitan ikatan polimer juga rendah. Faktor yang mempengaruhi viskositas adalah berat molekul dan konsentrasi cairan [2]. Berat molekul polimer menggambarkan panjang rantai polimer. Semakin tinggi berat molekul polimer semakin tinggi pula viskositasnya. Cara lain untuk meningkatkan viskositas adalah dengan meningkatkan konsentrasi cairan polimer. Seperti berat molekul, penambahan konsentrasi cairan polimer akan menyebabkan meningkatnya viskositas. Konsentrasi larutan mempengaruhi pada morfologi fiber yang dihasilkan. Semakin rendah konsentrasi larutan, semakin kecil diameter fiber yang dihasilkan [6]. Untuk menghasilkan fiber yang halus tanpa butiran-butiran diperlukan cairan polimer dengan viskositas yang pas. Pada viskositas yang terlalu rendah, umumnya akan terbentuk butiran-butiran. Ketika viskositasnya dinaikkan akan ada perubahan bentuk fiber menjadi lebih halus. Namun demikian, viskositas yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan cairan polimer sulit untuk keluar dari filter [2]. 3.3 Evaporasi (Penguapan) Larutan Proses evaporasi (penguapan) memegang peranan dalam mekanisme pembentukan fiber pada teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning). Ketika lelehan polimer terlempar dari wadah kecil, peristiwa penguapan terjadi sampai fiber terbentuk pada wadah besar statik. Jika laju evaporasi terlalu kecil, maka fiber tidak akan terbentuk, yang terbentuk adalah tetesan cairan polimer. Bentuk yang ditemukan pada hasil eksperimen dengan menggunakan teknik ekstrusi rotasi adalah bentuk pita, bercabang, dan berlubang (hollow). Bentuk fiber dapat terbentuk ketika terjadi pengurangan larutan cairan pada peristiwa evaporasi dan seiring itu viskositas larutan semakin meningkat. Laju evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tekanan uap, titik didih, entalpi, laju suplai panas, interaksi antara molekul pelarut dan molekul yang dilarutkan, tegangan permukaan cairan, pergerakan udara di atas permukaan larutan [2]. Tekanan uap larutan bergantung pada berat molekul, suhu, pemanasan, yang dinyatakan dalam persamaan Clausius-Clapeyron d(ln p) MΛ = (2) 2 dt RT Tekanan uap juga dinyatakan dalam persamaan Antonie, B log P = A (3) T + C 3.4 Gaya Sentripetal Gerak melingkar adalah gerakan suatu benda pada lintasan yang berbentuk lingkaran. Pembuatan fiber dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) dilakukan dengan cara memutar larutan polimer pada lintasan yang berbentuk melingkar. Pada gerak melingkar bila sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan, benda dipercepat karena kecepatannya berubah arah. Percepatan ini dinamakan percepatan sentripetal yaitu percepatan yang tegak lurus dengan arah vektor kecepatan menuju pusat lingkaran. Dengan besarnya percepatan sentriptal sebagai berikut 2 v 2 a = = ω r (4) r dengan a adalah besarnya percepatan sentripetal, v adalah kelajuan linier, r adalah jari-jari lintasan, dan ω adalah kecepatan sudut. Kecepatan sudut merupakan hasil bagi sudut pusat yang ditempuh benda dengan selang waktu tempuhnya. Kecepatan sudut dinyatakan oleh persamaan ω = 2π/T, dengan T adalah periode. Gaya yang bekerja pada benda yang mengakibatkan benda tersebut bergerak melingkar adalah gaya sentripetal. Arah gaya sentripetal selalu menuju ke pusat lingkaran dan besarnya gaya sentripetal adalah F = mv 2 /r. Gaya sentripetal pada teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) mempengaruhi pada pembentukan fiber. Gaya ini memiliki peran dalam menarik lelehan polimer agar terbentang menjadi fiber. Gaya sentripetal muncul ketika lelehan polimer diputar (rotation) dengan

6 J. Nano Saintek. Vol. 2 No. 2, Jul kecepatan sudut tertentu. Semakin besar kecepatan sudut, semakin besar pula gaya sentripetal yang terjadi. Perlu diperhatikan, bahwa gaya sentripetal yang terlalu besar akan menyebabkan fiber terputus. Sementara ketidakstabilan antara gaya tarik dalam hal ini gaya sentripetal dengan tegangan permukaan akan membentuk fiber yang bercabang. 4. Kesimpulan Telah berhasil dibuat fiber dari prekursor PET (polyethylene terephthalate) serta campuran PEG (polyethylene glikol) dan PET (polyethylene terephthalate), dengan menggunakkan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning). Fiber yang dihasilkan masih banyak mengandung butiran-butiran (beads) dengan ukuran dan bentuk fiber yang masih belum seragam. Diperlukan usaha lain untuk mengoptimasi fiber yang dihasilkan dengan teknik ekstrusi rotasi (rotation spinning) ini, karena keberhasilannya diharapkan dapat menghasilkan nanofiber dengan biaya murah. Referensi [1] B. P. Sautter, Continuous Polymer Nanofibers Using electrospinning, Departement of Mechanical Engineering Univerity of Illinois Chicago (2005). [2] S. Ramakrishna, K. Fujihara, W.E. Teo, T.C. Lim, dan Z. Ma, An Introduction to Electrospinning and Nanofibers, Singapore: World Scientific (2005). [3] M. M. Munir, F. Iskandar, Khairurrijal, K. Okuyama, Rev.Sci. Instrum. 79, (2008). [4] C. Tekmen, A. Suslu, dan U. Cocen, Mat. Lett. 62 (2008). [5] J. Bai, Q.Yang, M. Li, C. Zhang, dan L.Yiaoxian, Mat. Process. Tech. 208 (2008). [6] J. Watthanaarun, Effect of Synthesis Parameters and Secondary Metal Doping on Physical and Chemical Properties of the Electrospun Titanium (IV) Oxide Nanofibers, Faculty of Engineering Chulalongkorn University (2004). [7] S. S. N. Perera, Appl. Math. Sci. 3, 177 (2009). [8] M.M. Munir, F. Iskandar, Khairurrijal, and K. Okuyama, Rev. Sci. Instrum. 80, (2009). [9] D.C. Giancoli, Fisika, Jarakta: Erlangga, Jakarta (2001).

Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi

Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 2009 Pembuatan Jaring Serat Komposit PET/TiO2 Menggunakan Teknik Ekstrusi Rotasi Ade Yeti Nuryantini (a), Mikrajuddin Abdullah, dan

Lebih terperinci

Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik

Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 2009 Simulasi Geometri Nanoserat Hasil Pemintalan Elektrik Sahrul Saehana (a), Mikrajuddin Abdullah, dan Khairurrijal (b) Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi berkembang tidak dapat terlepas dari Ilmu pengetahuan. Teknologi sendiri merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk menyediakan barang maupun jasa yang

Lebih terperinci

TEGANGAN PERMUKAAN MATERI POKOK

TEGANGAN PERMUKAAN MATERI POKOK MATERI POKOK 1. Pengertian tegangan permukaan 2. Penyebab tegangan permukaan 3. Metode pengukuran tegangan permukaan 4. Menghitung tegangan permukaan 5. Tegangan di dalam sebuah gelembung 6. Tekanan di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam pembuatan material dan struktur fungsional maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah, et al., 2008). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir

Lebih terperinci

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum.

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. MODUL II VISKOSITAS Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang praktikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah dari berbagai industri mengandung zat pewarna berbahaya, yang harus dihilangkan untuk menjaga kualitas lingkungan. Limbah zat warna, timbul sebagai akibat langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada abad sekarang perkembangan teknologi semakin cepat berkembang. Kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan beragam memacu para peneliti dari bidang akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Abstrak Jurusan

Lebih terperinci

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/2014 A. PILIHAN GANDA 1. Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume d. Panjang, lebar, tinggi, tebal b. Kecepatan,waktu,jarak,energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polyvinyl alcohol (PVA) merupakan salah satu polimer yang banyak digunakan di kalangan industri. Dengan sifatnya yang tidak beracun, mudah larut dalam air, biocompatible

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang, material nano seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting katalis yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum Menentukan koefisien Viskositas (kekentalan) zat cair berdasarkan hukum Stokes 2. WaktuPraktikum Senin, 18 Mei 2015 3. Tempat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANDI RESKI_15B08049_KELAS C PPS UNM

BAHAN AJAR ANDI RESKI_15B08049_KELAS C PPS UNM Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui benda-benda yang bergerak melingkar beraturan misalnya: gerak bianglala, gerak jarum jam, gerak roda sepeda/motor/mobil, gerak baling-baling kipas angin,

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September Indikator Pokok Bahasan/Materi Strategi Pembelajaran SILABUS MATAKULIAH Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September 2014 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : A11.54102/ Fisika I 2. Program Studi : Teknik Informatika-S1 3. Fakultas : Ilmu Komputer 4. Bobot sks :

Lebih terperinci

γ adalah tegangan permukaan satuannya adalah N/m

γ adalah tegangan permukaan satuannya adalah N/m 4. Tegangan Permukaan Tegangan permukaan fluida adalah kecenderungan permukaan fluida untuk meregang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh selaput karena adanya gaya tarik menarik sesama molekul

Lebih terperinci

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4007 Matematika III Diferensial Vektor (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Perkalian Titik Perkalian titik dari dua buah vektor A dan B pada bidang dinyatakan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Biomassa Pertanian untuk Sumber Daya Selain Energi

Pemanfaatan Limbah Biomassa Pertanian untuk Sumber Daya Selain Energi INV04 Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2011 (SKF 2011) Pemanfaatan Limbah Biomassa Pertanian untuk Sumber Daya Selain Energi Khairurrijal*, Mikrajuddin Abdullah, Ferry Iskandar, Memoria Rosi, Masturi

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Serat alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu serat alam yang berasal dari tanaman dan hewan. Indonesia memiliki wilayah yang kondisi iklimnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI

FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI 2016 FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI 1 FLUIDA STATIS Fluida meliputi zat cair dan gas. Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Vektor Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH TUGAS AKHIR (TM 145316) KONVERSI ENERGI ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH OLEH : Ladrian Rohmi Abdi

Lebih terperinci

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya.

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. Dinamika Page 1/11 Gaya Termasuk Vektor DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. GAYA TERMASUK VEKTOR, penjumlahan gaya = penjumlahan

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan

Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan tetapi fenomenafenomena tersbut mempunyai hubungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas Fisika Persiapan UAS Fisika Doc. Name:ARFISUAS Doc. Version: 26-7 halaman. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Dimensi Gaya Newton [M][L][T] 2 2 Usaha Joule [M][L] [T] 3 Momentum

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PENGERINGAN A. PENDAHULUAN Pengeringan adalah proses pengeluaran

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

5. Viscositas. A. Tujuan. Menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan hukum Stokes. B. Alat dan Bahan

5. Viscositas. A. Tujuan. Menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan hukum Stokes. B. Alat dan Bahan 5. Viscositas A. Tujuan Menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan hukum Stokes. B. Alat dan Bahan 1. Tabung stokes 1 buah [tinggi: 80 cm, Ø:10 cm, penyaring, 2 gelang pembatas] 2. Mistar

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA I HMKK 325. Dr. Aqli Mursadin Rachmat Subagyo, MT

MEKANIKA FLUIDA I HMKK 325. Dr. Aqli Mursadin Rachmat Subagyo, MT MEKANIKA FLUIDA I HMKK 325 Dr. Aqli Mursadin Rachmat Subagyo, MT FLUIDA SEBAGAI KONTINUM Dalam membahas hubungan-hubungan aliran fluida secara matematik atau analitik, perlu diperhatikan bahwa struktur

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK MODUL PRAKTIKUM NAMA PEMBIMBING NAMA MAHASISWA : MASSA JENIS DAN VISKOSITAS : RISPIANDI,ST.MT : SIFA FUZI ALLAWIYAH TANGGAL PRAKTEK : 25 September 2013 TANGGAL PENYERAHAN

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Paduan Fe-Al merupakan material yang sangat baik untuk digunakan dalam berbagai aplikasi terutama untuk perlindungan korosi pada temperatur tinggi [1]. Paduan ini

Lebih terperinci

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis 1 BAB FLUIDA 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis Massa Jenis Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Yang termasuk

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi minyak bumi yang berlebihan dan kebutuhan akan energi menciptakan masalah baru bagi keberlangsungan bumi, terutama makhluk hidup yang bergantung padanya.

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI FLUID STTIS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi fluida statis.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah : Fisika Dasar 1 Kode/SKS : FIS 1 / 3 (2-3) Deskrisi : Mata Kuliah Fisika Dasar ini diberikan untuk mayor yang memerlukan dasar fisika yang kuat, sehingga

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm A. 2, 507 ± 0,01 B. 2,507 ± 0,005 C. 2, 570 ± 0,01 D. 2, 570 ± 0,005 E. 2,700 ±

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Gerak Melingkar Pendahuluan

Gerak Melingkar Pendahuluan Gerak Melingkar Pendahuluan Gerak roda kendaraan, gerak CD, VCD dan DVD, gerak kendaraan di tikungan yang berbentuk irisan lingkaran, gerak jarum jam, gerak satelit mengitari bumi, dan sebagainya adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk BAB II DASAR TEORI.1 Konsep Dasar Rotating Disk Rotating disk adalah istilah lain dari piringan bertingkat yang mempunyai kemampuan untuk berputar. Namun dalam aplikasinya, penggunaan elemen ini dapat

Lebih terperinci

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat Terjemahan ZAT PADAT Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang semua strukturnya

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci

2 Maret Eksperimen Model. Neraca Pegas Jolly. FI422 Eksperimen Fisika Dasar I Laboratorium Fisika Dasar

2 Maret Eksperimen Model. Neraca Pegas Jolly. FI422 Eksperimen Fisika Dasar I Laboratorium Fisika Dasar 2 Maret 2010 Eksperimen Model Neraca Pegas Jolly FI422 Eksperimen Fisika Dasar I Laboratorium Fisika Dasar Tujuan Praktikum Menentukan tegangan permukaan suatu cairan Kemampuan Yang Dibentuk Mengamati

Lebih terperinci

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap EKSTRAKSI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas 0 Fisika UAS Doc. Name:K3AR0FIS0UAS Doc. Version: 205-0 2 halaman 0. Perhatikan tabel berikut! Diketahui usaha merupakan hasil perkalian gaya denga jarak, sedangkan momentum merupakan hasil

Lebih terperinci

Nama: Gilang Ramadhan NPM : Tugas: Fisika Dasar DINAMIKA

Nama: Gilang Ramadhan NPM : Tugas: Fisika Dasar DINAMIKA Nama: Gilang Ramadhan NPM :4320070016510014 Tugas: Fisika Dasar DINAMIKA Dinamika merupakan ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau penyebabnya, bagian dari mekanika. Beda halnya dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Tegangan Permukaan. Disusun oleh: Wawan Gunawan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Tegangan Permukaan. Disusun oleh: Wawan Gunawan LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA Tegangan Permukaan Disusun oleh: Wawan Gunawan 12012098 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR 2013 TEGANGAN PERMUKAAN I. Tujuan Percobaan Mengenal dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

3.6.1 Menganalisis momentum sudut pada benda berotasi Merumuskan hukum kekekalan momentum sudut.

3.6.1 Menganalisis momentum sudut pada benda berotasi Merumuskan hukum kekekalan momentum sudut. I. Kompetensi Inti KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI STRUKTURISASI MATERI Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI STRUKTURISASI MATERI Fluida Statis Tekanan hidrostatik Zat Cair Gas Fluida Fluida statis Hukum Pascal Hukum Archimedes Tegangan Permukaan A. Tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material yang diubah ke dalam skala nanometer tidak hanya meningkatkan sifat alaminya, tetapi juga memunculkan sifat baru (Wang et al., 2009). Nanofiber yang memiliki

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-108 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry dan Yusuf

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Industri memiliki potensi sebagai sumber terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha.

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Misalnya kendaraan dapat mengangkat barang karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel)

STANDAR KOMPETENSI 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel) STANDAR KOMPETENSI 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel) KOMPETENSI DASAR 3.2. Mempredikasi besaran-besaran fisika pada gerak melingkar beraturan dan gerak

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 009 Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Indah Nurmawarti, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika

Lebih terperinci

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume. Cooling Tower Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan

Lebih terperinci

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GERAK ROTASI Hoga saragih Benda tegar yang dimaksud adalah benda dengan bentuk tertentu yang tidak berubah, sehinga partikelpartikel pembentuknya berada pada posisi tetap relatif satu sama lain. Tentu

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT 1. VEKTOR Jika diketahui vektor A = 4i 8j 10k dan B = 4i 3j + 2bk. Jika kedua vektor tersebut saling tegak lurus, maka tentukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS OLEH: RATIH NOVIYANTI (1113031028) DEWA AYU PRAPTI WIDI PRAMERTI (1113031042) GUSTI AYU PUTU WULAN AMELIA PUTRI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK NANOGENERATOR PIEZOELEKTRIK ZnO DOPING

KARAKTERISTIK NANOGENERATOR PIEZOELEKTRIK ZnO DOPING KARAKTERISTIK NANOGENERATOR PIEZOELEKTRIK ZnO DOPING Co3O4 Lukman Nulhakim Program Studi Teknik Mesin Politeknik Enjinering Indorama Email: lukman.mesin@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN 1 2 SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan gerak partikel melalui konsep gaya. 3 DINAMIKA Dinamika adalah cabang dari mekanika yang mempelajari gerak benda ditinjau dari penyebabnya.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal. METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal. Teknologi proses produksi secara umum : - Serbuk dipadatkan (di compressed/

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013 Mata Kuliah : Fisika Dasar/Fisika Pertanian Kode / SKS : PAE 112 / 3 (2 Teori + 1 Praktikum) Status : Wajib Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan membuat lapisan tipis Au di atas substrat Si wafer, kemudian memberikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 Adsorpsi 2.1.1 Pengertian Adsorpsi Adsopsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan melekat pada permukaan padatan (Nasruddin,2005). Adsorpsi adalah fenomena fisik

Lebih terperinci