COMPARISON OF BaX PROTEIN EXPRESSION AND APOPTOSIS INDEX OF TROPHOBLAST CELL BETWEEN SEVERE PREECLAMPSIA/ECLAMPSIA AND NORMOTENSIVE PREGNANCY
|
|
- Inge Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 PERBANDINGAN EKSPRESI PROTEIN Bax dan APOPTOSIS SEL TROFOBLAS PLASENTA ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT/EKLAMPSIA DENGAN KEHAMILAN NORMOTENSI Vidia Sari, Rukmono Siswishanto, Diah Rumekti H INTISARI Latar belakang: Plasenta merupakan fokus sentral dan penting pada patogenesis terjadinya preeklampsia. Kegagalan sel trofoblas melakukan remodeling arteri spiralis akibat proses apoptosis yang berlebihan menyebabkan terjadinya iskemia uteroplasenter dan kerusakan sel endotel yang menimbulkan manifestasi klinis preeklampsia. Proses apoptosis yang berlebihan pada preeklamapsia terutama terjadi melalui jalur intrinsik intraseluler dimana ekspresi protein Bax pada membran mitokondria meningkatkan permeabilitas membran terhadap sitoktom C yang selanjutnya mengaktifkan caspase cascade sehingga terjadilah proses kematian sel. Tujuan penelitian: Membandingkan ekspresi protein Bax dan apoptosis sel trofoblas plasenta antara preeklampsia berat/eklampsia dengan kehamilan normotensi. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan rancangan penelitian potong lintang dengan populasi penderita preeklampsia berat/eklampsia dan normotensi yang dirawat di RSUP Sardjito antara bulan Oktober 2011 hingga Maret Sampel plasenta didapatkan dari 43 kehamilan dengan preeklampsia berat/eklampsia dan 38 plasenta dari kehamilan normotensi. Pengamatan ekspresi protein Bax dengan teknik imunohistokimia dan untuk menghitung indeks apoptosis dengan teknik DNA terfragmentasi (Tunel). Analisis statistik menggunakan independent t test (p<0.05). Hasil: Ekspresi protein Bax lebih tinggi secara bermakna pada sel trofoblas plasenta preeklampsia berat/eklampsia dibandingkan kehamilan normotensi (1,7 vs 1,4, p=). Ekspresi protein Bax berkorelasi positif secara bermakna dengan Mean Arterial Pressure dimana peningkatan akan meningkatkan ekspresi protein Bax (r=0,01). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik indeks apoptosis sel trofoblas plasenta antara preeklampsia berat/eklampsia dengan kehamilan normotensi (23,8 vs 35,5, p= 0.10). Kesimpulan: Ekspresi protein Bax lebih tinggi secara bermakna pada kehamilan preeklampsia berat/eklampsia dibandingkan kehamilan normotensi.tidak ada perbedaan bermakna indeks apoptosis plasenta kehamilan preeklampsia berat/eklampsia dengan kehamilan normotensi. COMPARISON OF BaX PROTEIN EXPRESSION AND APOPTOSIS INDEX OF TROPHOBLAST CELL BETWEEN SEVERE PREECLAMPSIA/ECLAMPSIA AND NORMOTENSIVE PREGNANCY Vidia Sari, Rukmono Siswishanto, Diah Rumekti H ABSTRACT Background: Placenta is a central and important focus on the pathogenesis of preeclampsia. Failure of trophoblast cell to the spiral arteries remodeling process due to excessive apoptosis causes uteroplacenter ischaemia and damage of endothelial cells that give rise to clinical manifestations of preeclampsia. Excessive throphoblast apoptosis in preeclampsia mainly occurs through the intrinsic pathway in which expression of Bax protein increases mitocondrial membranes permeability of cytochrom C which further activate the caspase cascade and become involved in the process of cell death. Objective: To compare the expression of Bax protein and throphoblastic apoptosis process between severe preeclampsia/eclampsia and the normotensive pregnancy. Methods: Cross sectional study which consist of 43 severe preeclampsia/eclampsia pregnancies and 38 third trimester normotensive pregnancies, recruited between October 2011 March Trophoblastic Bax protein expression is measured by imunohistochemical staining technique and trophoblast apoptosis process is examined by the Tunel assay. Statistical analysis using the independent t test (p<0.05). Results: Bax protein expression was significantly higher in trophoblast cell of severe preeclampsia/eclampsia compared to normotensive pregnancy (1.7 vs 1.4, p=). Bax expression positively correlated (r=0.01) with mean arterial pressure which is increasing of the mean arterial pressure will increase the expression of the Bax protein. There was no significant difference in trophoblastic apoptosis index between severe preeclampsia/eclampsia pregnancy and normotensive pregnancy (23.8 vs 35.5, p= 0.10). Conclusions: Bax protein expression was significantly higher in severe preeclampsia/eclampsia than normotensive pregnancy. There was no significantly difference in trophoblast apoptosis index between severe preeclampsia/eclampsia and normotensive pregnancy. Keywords: trophoblast, severe preeclampsia/eclampsia, Bax protein, apoptosis. Kata kunci: trofoblas, preeklampsia berat/eklampsia, protein Bax, apoptosis.
2 2 PENDAHULUAN Preeklampsia adalah penyakit yang melibatkan multisistem dalam kehamilan yang ditandai dengan kenaikan tekanan darah dan proteinuria. Walaupun kebanyakan berakhir dengan baik, tetapi preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Pada pengamatan bahwa terapi definitif pada preeklampsia adalah dengan melahirkan plasenta, kejadian preeklamsia tinggi pada ukuran plasenta yang besar misalnya pada kehamilan kembar, dan preeklampsia dapat timbul pada kehamilan mola dimana plasenta berkembang tanpa adanya fetus menunjukan plasenta merupakan fokus sentral dan bagian yang terpenting pada patogenesis terjadinya preeklampsia. Perkembangan plasenta yang normal tergantung dari diferensiasi dan invasi dari trofoblas. Selama proses diferensiasi dan invasi, sel trofoblas secara cepat membelah untuk membentuk hubungan antara ibu dan embrio sedangkan sub populasi trofoblas yang lain melakukan invasi pada desidua untuk melakukan remodeling arteri spiralis sehingga meningkatkan aliran darah ke plasenta untuk perkembangan fetus. Sebagai organ yang berkembang plasenta melakukan remodeling jaringan secara konstan yang dicirikan oleh proses apoptosis yang fungsional. Setelah terjadi proliferasi dan diferensiasi menjadi sub tipe sel yang spesifik, sel trofoblas yang sudah mengalami penuaan secara selektif disingkirkan dan diganti dengan sel trofoblas yang baru tanpa mempengaruhi sel yang ada di sekitarnya. Sel yang mengalami apoptosis didapatkan pada plasenta kehamilan normal baik pada sisi maternal maupun sisi fetal dan proses apoptosis berperan pada terjadinya attachment dan invasi trofoblas, proses transformasi arteri spiralis, diferensiasi trofoblas, dan proses toleransi imun pada antigen paternal yang diekspresikan oleh sel trofoblas. Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram dimana terjadi kematian sel dengan mengaktifkan program bunuh diri internal yang diatur dengan ketat. Kematian sel terprogram atau apoptosis berperan penting dalam homeostasis sel dan remodeling jaringan, terutama pertumbuhan plasenta. Gambaran morfologik apoptosis meliputi pengeriputan sel, kondensasi serta fragmentasi kromatin, pembentukan lepuh pada sel serta fragmentasinya menjadi benda apoptosis dan difagosit oleh makrofag. 10 Mekanisme apoptosis terdiri dari fase inisiasi (pengaktifan kaspase) dan fase eksekusi. Inisiasi apoptosis terjadi melalui dua jalur yang berbeda yaitu jalur ekstrinsik atau yang dimulai dari death receptor atau sebagai respon dari stimuli eksogen seperti sitokin dan jalur intrinsik atau jalur mitokondria yang pada akhirnya akan menjadi satu. Fase eksekusi pada proses apoptosis diperantarai oleh kaspase 3 dan kaspase 6 yang berperan sebagai eksekusioner. Sebagai kaspase efektor, kaspase 3,6,dan 7 memecah beberapa protein seluler penting termasuk DNA yang memperbaiki enzim-enzim, lamina nukleus dan protein sitoskletal. Hal ini menerangkan gambaran karekteristik apoptosis seperti kondensasi nucleus, membrane blebbing, dan penyusutan sel. Pada jalur ekstrinsik apoptosis diperantarai oleh anggota TNF death receptor family yang merupakan bagian dari TNF-receptor (TNF-R) superfamily dan mempunyai bagaian terminal C yang terdiri dari 80 asam amino yang diketahui berperan dalam proses kematian. Tidak seperti jalur ekstrinsik dimana tergantung dari sinyal death receptor, pada jalur intrinsik sinyal apoptosis diperantarai langsung dari mitokondria sebagai respon terhadap stres seperti kerusakan DNA atau kehilangan faktor pertumbuhan. Jalur mitokondria dapat diaktifasi oleh p53 suatu protein supresi tumor yang mengaktifkan kerja dari proapoptotik Bcl-2. Jalur ekstinsik dan intrinsik tidak berdiri sendiri karena p53 dapat juga meningkatkan ekspresi beberapa death receptor dan jalur mitokondria dapat memperkuat sinyal yang dihantarkan oleh jalur death receptor sehingga terdapat hubungan antara kedua jalur tersebut. Pada preeklampsia terjadi invasi trofoblas yang terhambat, vaskulitis, trombosis dan iskemia dari plasenta. Kelainan pada plasenta tampaknya lebih berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia dibandingkan janin. Meskipun etiologinya masih tetap harus dicari secara jelas tetapi semua berpusat pada disfungsi endotel. Menurut teori iskemia plasenta, disfungsi sel endotel terjadi akibat proses hipoksia. Trofoblas yang terpapar hipoksia secara in vitro menyebabkan proses apoptosis terjadi berlebihan sehingga invasi sitotrofoblas ke dalam miometrium menjadi dangkal dan remodeling arteri spiralis pada uterus terjadi tidak lengkap selanjutnya menimbulkan iskemia uteroplasenter. Plasenta yang mengalami hipoksia ini kemudian mengeluarkan faktor toksin dari plasenta kedalam sirkulasi maternal yang menimbulkan respon inflamasi dan menyebabkan kerusakan sel endotel. Hipoksia menimbulkan opoptosis terutama melalui jalur intrinsik (mitochondrial pathway). 11
3 3 Hipoksia menyebabkan aktifitas antiapoptotis Bcl- 2 familly terhambat sehingga mengaktifkan peran dari protein Bax yang meningkatkan permeabilitas membran mitokondria terhadap sitokrom C yang selanjutnya berikatan dengan apoptosis protease activating factor-1 (APAF-1) dan membentuk apoptosome yang akan mengaktifkan kaspase 9. Kaspase 9 selanjutnya akan mengaktifkan kaspase 3 sehingga terjadilah proses kematian sel. 12 Dari sini dapat disimpulkan bahwa protein Bax berperan penting pada terjadinya apoptosis sel trofoblas preeklampsia. CARA PENELITIAN Penelitian dilakukan menggunakan desain studi potong lintang. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok preeklampsia berat/eklampsia dan kelompok normotensi. Populasi penelitian adalah penderita preeklampsia berat atau eklampsia dengan usia kehamilan minggu dan kehamilan normotensi selama bulan Oktober 2011 hingga Maret Subyek penelitian adalah populasi yang menenuhi kriteria inklusi dan terlepas dari kriteria eksklusi, dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Terhadap mereka terlebih dahulu dimintakan persetujuan untuk dilibatkan dalam penelitian. Kriteria inklusi adalah pasien preeklampsia berat atau eklampsia dengan umur kehamilan minggu dan setuju untuk masuk dalam penelitian. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan penyakit penyerta (korioamnionitis, hipertensi kronik, diabetes, sistemik lupus eritematosus, penyakit sickle cell, penyakit tiroid, penyakit jantung, astma bronkiale, kejang oleh karena sebab lain, HIV, janin dengan kelainan kongenital mayor). Setiap kelompok mendapat perlakuan yang sama pada pengambilan jaringan plasenta yang kemudian dikirim ke laboratorium histologi FK UGM untuk dilakukan pengecatan secara immunohistokimia pada pemeriksaan ekspresi protein Bax dan dikirim ke laboratorium PA FK UGM untuk dilakukan pengecatan Tunel untuk melihat indeks apoptosis sel trofoblas. HASIL dan PEMBAHASAN Pengumpulan sampel penelitian dilakukan selama 5 bulan yang dimulai pada bulan oktober 2011 sampai dengan bulan maret Dalam penelitian ini didapatkan 81 plasenta yang memenuhi syarat sebagai subyek penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sebanyak 43 plasenta dari kehamilan dengan preeklampsia berat sebagai kelompok kasus dan 38 plasenta dari kehamilan normotensi sebagai kelompok kontrol. Ekspresi protein Bax diukur dengan cara semiquantitative immunohistochemical scoring system (HSCORE). Perhitungan nilai HSCORE ekspresi protein Bax dilakukan oleh dua orang pemeriksa dan dilakukan uji kesesuaian antar observer dengan uji kappa dan didapatkan nilai kappa yang menunjukkan kesesuaian yang kuat diantara kedua observer. Sel trofoblas yang mengalami apoptosis dihitung dengan menggunakan indeks apoptosis dimana prosentase sel yang positif dengan pengecatan Tunel dicirikan dengan warna coklat pada inti sel dibandingkan dengan total jumlah sel yang dihitung pada pembesaran kuat (400x) di lima lapangan pandang. Tabel 1 menunjukan komparabilitas subyek kedua kelompok penelitian. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara kedua kelompok pada variabel umur ibu dan paritas. Tabel 1. Komparabilitas Subyek Penelitian Preeklampsi a Berat/Eklam psia (n = 43) Normotensi (n = 38) Umur ibu 28.4 ± ± 7.1 Paritas 0.6 ± ± 1.3 Usia kehamilan 36.0 ± ± 1.1 Sistolik ± ± 7.2 Diastolik ± ± ± ± 6.4 BMI 28.1 ± ± 4.3 Perbedaan rerata (CI 95%) 0.05 ( ) 0.37 ( ) 2.58 ( (-1.71)) ( ) ( ) ( ) 2.17 ( ) Terdapat perbedaan rerata umur kehamilan, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, mean arterial pressure (), dan body mass indeks (BMI) yang bermakna antara kelompok preeklampsia berat dan normotensi. Rerata usia kehamilan pada kelompok P
4 4 preeklampsia berat (36.0±2.5) lebih rendah dibandingkan rerata usia kehamilan pada kelompok normotensi (38.6±1.1) dengan nilai p =. Rerata tekanan darah sistolik (166.7±20.8) dan diastolik (106.4±17.4) pada kelompok preeklampsia berat lebih tinggi secara bermakna (p = ) dibandingkan tekanan darah sisitolik (144.2±7.2) dan tekanan darah diastolik (76.3±6.7) pada kelompok normotensi. Rerata pada kelompok preeklampsia berat (126.5±16.8) lebih tinggi dibandingkan rerata pada kelompok normotensi (88.7±6.4) dengan kemaknaan nilai p =. Beda rerata BMI pada kedua kelompok adalah 2.17 dengan kemaknaan nilai p = 0.04 dimana rerata BMI pada kelompok preeklampsia berat (28.1±5.4) lebih besar dari pada kelompok normotensi (25.9±4.3). Tabel 2 menunjukan perbandingan rerata ekspresi protein Bax pada plasenta antara kelompok preeklampsia berat dan normotensi. Rerata ekpresi protein Bax pada kelompok preeklampsia berat (1.7±0.2) lebih tinggi dibandingakan kelompok normotensi (1.4±0.3) dan bermakna secara statistik (p = ). Tabel 2. Perbandingan Ekspresi Protein Bax Plasenta Kehamilan Preeklampsia Berat/Eklampsia Dibandingan Dengan Kehamilan Normotensi Tabel 3. Perbandingan Indeks Apoptosis Plasenta Kehamilan Preeklampsia Berat/Eklampsia Dibandingan Dengan Kehamilan Normotensi Indeks apoptosis Preeklampsia Berat/Eklampsia (n = 24) Normotensi (n = 24) 23.8 ± ± 27.2 Perbedaan rerata (CI 95%) ( ) Pada tabel 4 didapatkan bahwa umur ibu, paritas, dan BMI tidak memiliki korelasi yang bermakna secara statistik dengan ekspresi protein Bax. Tabel 4. Korelasi Antara Luar dengan Ekspresi Protein Bax Ekspresi Protein Bax R p N Umur ibu P 0.10 Preeklampsia Berat/Eklampsia (n = 43) Normotensi (n = 38) Perbedaan rerata (CI 95%) P Paritas Usia Kehamilan Ekspresi Bax 1.7 ± ± ( ) Rerata indek apoptosis plasenta kehamilan dengan preeklampsia berat (23.8±21.5) lebih rendah dari rata-rata indek apoptosis plasenta kehamilan normotensi (35.5±27.2) dan tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0.10) pada rerata indek apoptosis pada kedua kelompok tersebut. Sistolik Diatolik BMI Usia kehamilan memiliki korelasi yang bermakna secara statistik (p = 0.012) dengan ekspresi protein Bax. Nilai korelasi Pearson sebesar menunjukan kekuatan korelasi yang lemah dengan arah korelasi yang negatif dimana semakin muda usia kehamilan maka semakin tinggi ekspresi protein Bax. Korelasi antara tekanan darah sistolik dengan ekspresi protein Bax bermakna secara statistik (p = 0.01) dan nilai korelasi Pearson menunjukan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Korelasi
5 5 positif ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tekanan darah sistolik akan meningkatkan ekspresi protein Bax. Korelasi antara tekanan darah diastolik dengan ekspresi protein Bax bermakna secara statistik (p = 0.02) dan nilai korelasi Pearson menunjukan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Korelasi positif ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tekanan darah diastolik akan meningkatkan ekspresi protein Bax. Korelasi antara dengan ekspresi protein Bax bermakna secara statistik (p = 8) dan nilai korelasi Pearson menunjukan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Korelasi positif ini menjelaskan bahwa semakin tinggi akan meningkatkan ekspresi protein Bax. Kebermaknaan korelasi usia kehamilan, tekanan darah sisitolik, tekanan darah diastolik, dan dengan ekspresi protein Bax selanjutnya dinilai dengan analisis multivariat regresi linear. Tabel 5 menunjukan bahwa memiliki pengaruh bermakna terhadap ekspresi protein Bax dengan korelasi sebesar yang menunjukan kekuatan korelasi yang lemah dan arah korelasi yang positif dimana peningkatan akan meningkatkan ekspresi protein Bax. Tabel 5. Analisis Multivariat Regresi Linear Pengaruh Luar Terhadap Ekspresi Protein Bax Langkah Koefisien Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Umur kehamilan Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Umur Kehamilan Tekanan darah diastolik Umur Kehamilan Koefisien korelasi p Tabel 6. Analisis ANCOVA F p Umur Kehamilan Sistolik Diastolik BMI PEB Proses invasi arteri spiralis yang tidak adekuat dan sempurna karena proses apoptosis yang berlebihan sehingga menimbulkan hipoksia dan iskemia pada plasenta lebih jelas terjadi pada early onset preeklampsia (usia kehamilan < 34 minggu) sehingga kebanyakan kasus early onset preeklampsia disertai dengan kejadian intra uterine growth retardation. 6 Pada penelitian ini didapatkan pada kelompok preeklampsia berat/eklampsia 86% terjadi pada usia kehamilan > 34 minggu dengan rata-rata terjadi pada usia kehamilan 36 minggu sehingga proses apoptosis trofoblas diduga tidak lagi memiliki peran yang besar pada terjadinya manifestasi klinis preeklampsia/eklampsia sehingga hal ini menyebabkan tidak ada bedanya indeks apoptosis pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Besar sampel yang kecil pada pengukuran indeks apoptosis diduga juga mempengaruhi tidak ada beda indeks apoptosis pada kedua kelompok. Kelemahan penelitian ini adalah tidak dilakukan kontrol (matching) pada umur kehamilan saat sampling. Ekpsresi protein Bax dan apoptosis pada plasenta meningkat pada kehamilan normal seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan pada kehamilan dengan preeklampsia, IUGR, dan diabetes. 3 Sehingga ekspresi protein Bax dan apoptosis pada kedua kelompok kasus dan kontrol yang tidak sama usia kehamilannya tidak dapat dijelaskan secara pasti apakah karena preeklampsia atau karena peningkatan usia kehamilan. Pada tabel 6 dilakukan analisis multivariat dengan analisis kovarian (ANCOVA) untuk mengetahui hubungan antara variabel tergantung, variabel bebas, dan variabel luar. Dari analisis tersebut didapatkan bahwa hanya preeklampsia berat yang mempengaruhi ekspresi protein Bax (p = 0.01).
6 6 KESIMPULAN Ekspresi protein Bax pada preeklampsia berat/eklampsia lebih tinggi dibandingkan kehamilan normotensi. Indeks apoptosis pada preeklampsia berat/eklampsia tidak berbeda dengan kehamilan normotensi. DAFTAR PUSTAKA 1. Ashe PC, Berry MD. (2003) Apoptotic Signaling Cascades. Progress in Neuro-Psychopharmacology & Biological Psychiatry,27,pp Crocker I. (2007) Gabor Than Award Lecture 2006: Pre-Eclampsia and Villous Trophoblast Turnover: Perspectives and Possibilities. Placenta.21,pp, Cobellis L, Falco M, Torella M.(2007) Modulation of Bax Expression in Physiological and Pathological Human Placentas Troughout Pregnancy. In Vivo.21,pp Chavez SL, Abrahams VM, Mor G.(2005)The Role of Apoptosis in the Regulation of Trophoblast Survival and Differentiation during Pregnancy. Endocrine Reviews, 26(7),pp Epidermal Growth Factor. Am J Physiol Cell Physiol,278,pp Leung D, Smith SC, To KF, Sahota DS.(2001).Increased Placental Apoptosis in Pregnancies Complicated by Preeclampsia.Am J Obstet Gynecol,184,pp Ogge G, Chaiworapongsa T, Romero R.(2011). Placental Lessions Associated With Maternal Underperfusion are more frequent in early onset than in late onset preeclampsia. J Perinant Med,39 (6)November,pp Robbert JM, Hubel CA.(2009)The Two Stage Model of Preeclampsia: Variations on the theme. Placenta,23,pp.S32-S Sharp A, Haezell AE, Crocker I, Mor G.(2010) Placental Apoptosis in Health and Disease.Am J Reprod Immnunol,64(3) September,pp Teguh M, Mose JC, Effendi JS, Hernowo BS (2010).Peningkatan ekspresi Kaspase 3 pasenta pada preeclampsia serta pengaruhnya terhadap berat badan bayi dan tekanan darah ibu. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 34-1,pp Dekker G A, Sibai B M.(1998). Etiology and Pathogenesis of Preeclampsia:Current Consepts. Am J Obstet Gynecol, 179, pp Hladunewich M, Karumanchi S A, Lafayette R. (2007) Pathophysiology of Clinical Manifestations of Preeclampsia.Clin J Am Soc Nephrol,2,pp Huppertz B. (2008): Placental Origins of Preeclampsia: Challenging the Current Hypothesis. Journal of AHA,5, pp Heazell A E, Buttle H R, Baker P N, Crocker I P. (2008): Altered Expression of Regulators of Caspase Activity Within Trophoblast of Normal Pregnancies and Pregnancies Complicated by Preeclampsia. Reproductive Sciences, 15,pp Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2005): Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia, 2 nd ed. 10. Keman K, Presetyorini N, Langgar M J. (2009): Perbandingan ekspresi p53, Bcl-2, dan Indeks Apoptosis Trofoblas pada Preeklampsia/Eklampsia dan Kehamilan Normal. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia,33-3, pp Kumar, Abbas, Fausto. (2010). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8 th ed. Saunders,pp Levy R. (2005): The Role of Apoptosis In Preeclampsia. IMAJ,7,pp Levy R, Smith SD, Chandler K, Sadovsky Y, Nelson M. (2000): Apoptosis in Human Cultured Trophoblast is Enchanced by Hipoksia and Diminished by
7 7
PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Preeklampsia adalah penyakit spesifik pada kehamilan didefinisikan adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini dapat dijumpai 5-8
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of theories, penelitian telah begitu banyak dilakukan namun angka kejadian Preeklampsia-eklampsia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Preeklampsia masih merupakan penyebab kematian maternal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia masih merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal yang utama. Dalam prakteknya preeklamsia dapat kita diagnosis dengan adanya hipertensi dan proteinuria
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. minggu kehamilan pada wanita hamil yang sebelumnya. preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Preeklampsia Preeklampsia merupakan gangguan multisistem dalam kehamilan. Ditandai dengan kenaikan tekanan darah dan proteinuria diatas 20 minggu kehamilan pada wanita hamil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklamsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Preeklamsia sangat berhubungan dengan 5-7% morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia. Preeklamsia juga merupakan penyebab 15-20% mortalitas
Lebih terperinciIndonesia dan dapat mengancam keselamatan ibu dan janin. Kondisi. tersebut jelas berperan dalam tingginya AKI dan AKB di Indonesia.
2.1. Preeklampsia Preeklampsia dilaporkan masih menjadi masalah utama ibu hamil di Indonesia dan dapat mengancam keselamatan ibu dan janin. Kondisi tersebut jelas berperan dalam tingginya AKI dan AKB di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Preeklamsia merupakan salah satu kontributor utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Etiopatogenesis pasti sampai saat ini belum jelas dan masih
Lebih terperinciPerbandingan ekspresi p53, Bcl-2, dan indeks apoptosis trofoblas pada preeklampsia/eklampsia dan kehamilan normal
Vol 33, No 3 Juli 2009 Indeks apoptosis trofoblas 151 Perbandingan ekspresi p53, Bcl-2, dan indeks apoptosis trofoblas pada preeklampsia/eklampsia dan kehamilan normal K. KEMAN N. PRASETYORINI M.J. LANGGAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan
Lebih terperinciPerbedaan Indeks Apoptosis Plasenta Antara Preeklamsi dan Kehamilan Normal serta Hubungannya dengan Berat Badan Lahir dan Tekanan Darah Ibu
Perbedaan Indeks Apoptosis Plasenta Antara dan Kehamilan serta Hubungannya dengan Berat Badan Lahir dan Tekanan Darah Ibu Mintareja Teguh, Johanes C. Mose, Jusuf S. Effendi, Bethy S. Hernowo 1 2 Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multisistem pada kehamilan, berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>140 mmhg/90
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016
ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 Hanifan Nugraha, 2016 ; Pembimbing I Pembimbing II : Wenny
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan, berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>140 mmhg/90
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini
BAB 6 PEMBAHASAN Phaleria macrocarpa merupakan salah satu tanaman obat tradisional Indonesia yang mempunyai efek anti kanker, namun masih belum memiliki acuan ilmiah yang cukup lengkap baik dari segi farmakologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI), selama periode tahun angka kematian ibu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kematian ibu (AKI) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan juga mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan selama kehamilan dan nifas. 1 Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kematian ibu akibat preeklampsia di Indonesia adalah 9,8-25% (Schobel et al.,
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia preeklampsia masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal setelah perdarahan dan infeksi. Angka kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan terkait angka kematian ibu dan anak merupakan masalah global yang sejak dulu hingga sekarang masih merupakan persoalan besar dalam dunia kesehatan. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. 1 Penyebab utama yang menyumbang
Lebih terperinciKEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA
PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat badan lahir yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi ASEAN dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Selama kehamilan normal, sitotrofoblas vili menginvasi hingga ke sepertiga bagian dalam miometrium, dan arteri spiralis kehilangan endotelium dan sebagian besar
Lebih terperinciPERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT PADA KEHAMILAN PREEKLAMPSIA BERAT DAN NORMOTENSI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT PADA KEHAMILAN PREEKLAMPSIA BERAT DAN NORMOTENSI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1 Kedokteran
Lebih terperinciPerbandingan Kadar Inhibin A Serum dan Plasenta Serta Ekspresi Inhibin A Plasenta antara Kehamilan Preeklampsi Berat/Eklampsi dan Kehamilan Normal
Perbandingan Kadar Inhibin A Serum dan Plasenta Serta Ekspresi Inhibin A Plasenta antara Kehamilan Preeklampsi Berat/Eklampsi dan Kehamilan Normal Yuliana Arisanti, H. Muh. Dikman Angsar Departemen Obstetri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan masalah penting dalam dunia kedokteran, karena PJT dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas neonatal. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga AKI mencerminkan resiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan di Indonesia. Perhitungan AKI didapatkan dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu
Lebih terperinciAMOUNT APOPTOTIC TROPHOBLAST CELLS IN PRE ECLAMPSIA/ ECLAMPSIA ARE HIGHER THAN THOSE IN NORMAL PREGNAN
AMOUT APOPTOTIC TROPHOBLAST CELLS I PRE ECLAMPSIA/ ECLAMPSIA ARE HIGHER THA THOSE I ORMAL PREGA JUMLAH SEL TROFOBLAS YAG MEGALAMI APOPTOSIS PADA PRE EKLAMPSIA/EKLAMPSIA LEBIH TIGGI DIBADIGKA KEHAMILA ORMAL
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21
50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 25 minggu yang dilakukan pemeriksaan kadar aktivin A serum. Selama perjalanan kehamilan didapatkan 11 subyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, angka kehamilan dunia semakin meningkat. Pada tahun 1995 terjadi 209,5 juta kehamilan di dunia, yang kemudian meningkat menjadi 210,9 juta pada 2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil dengan umur kehamilan 20 minggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan Ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. World Health Organisation (WHO) mencatat sekitar delapan juta perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tergolong tinggi, tercatat pada tahun 2006 jumlah kematian ibu 253 / 100.000 kelahiran hidup, di mana angka ini masih menduduki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merupakan komplikasi dari 2-8% dari kehamilan di seluruh dunia, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia, adalah bentuk dari hipertensi yang dipengaruhi kehamilan yang merupakan komplikasi dari 2-8% dari kehamilan di seluruh dunia, dan berperan utama pada pertumbuhan
Lebih terperinciKELUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA KASUS-KASUS PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2012
KELUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA KASUS-KASUS PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2012 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : JENNIE RAFDIANI TELAUMBANUA NIM
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian
Lebih terperinciPERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK
PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK TESIS Universitas Andalas Oleh: Reno Muhatiah 1250305210 Pembimbing:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm secara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang
Lebih terperinciPENGARUH USIA KEHAMILAN TERHADAP RISIKO PRE EKLAMSI EKLAMSI PADA KEHAMILAN
PENGARUH USIA KEHAMILAN TERHADAP RISIKO PRE EKLAMSI EKLAMSI PADA KEHAMILAN Lestariningsih Email : lestariningsih@respati.ac.id INTISARI Preeklampsia-Eklamsia adalah penyakit pada kehamilan yang ditandai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia merupakan new onset hipertensi dengan proteinuria setelah kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG) membagi preeklampsia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia adalah sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Angsar, 2010).
Lebih terperinciPERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.
i PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Kesehatan Mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium Development Goals (MDGs) yang telah disepakati oleh negara di seluruh dunia pada tahun 2000. World
Lebih terperinciHUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA TAHUN 2013
HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH: Yongky Gousario NRP : 1523011050 PRODI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana starata-1 kedokteran umum
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA IBU HAMIL DI USIA TUA Studi Kasus di RS. Adhyatma Semarang selama Tahun 2012 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciABSTRAK KADAR SOLUBLE FMS-LIKE TYROSINE KINASE-1 (SFLT-1) SERUM YANG TINGGI PADA IBU HAMIL SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMPSIA
ABSTRAK KADAR SOLUBLE FMS-LIKE TYROSINE KINASE-1 (SFLT-1) SERUM YANG TINGGI PADA IBU HAMIL SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMPSIA Sampai saat ini etiologi dan patogenesis preeklampsia masih belum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
Lebih terperinciReceiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %.
51 Nilai cut-off-point kadar TNF- dan IL-6 pada serum dan jaringan antara wanita hamil dengan PE-E dan bukan PE-E diperoleh dari Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan
Lebih terperinciEkspresi Human Leukocyte Antigen-G (HLA-G) dan Heat-Shock Protein-70 (Hsp-70) pada Pertumbuhan Janin Terhambat
Ekspresi Human Leukocyte Antigen-G (HLA-G) dan Heat-Shock Protein-70 (Hsp-70) pada Pertumbuhan Janin Terhambat Sri Sulistyowati, Anak Agung Eka W. Divisi Fetomaternal Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini bertempat di Instalasi Rekam Medik
Lebih terperinciRisiko terjadinya preeklampsia pada kehamilan dengan kadar β-hcg serum yang tinggi
Maj Obstet 196 Budiana dan Kusuma Ginekol Indones Risiko terjadinya preeklampsia pada kehamilan dengan kadar β-hcg serum yang tinggi BUDIANA J. KUSUMA Bagian/KSMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Kejadian ini diketahui berperan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan dengan angka kejadian yang masih tinggi, ini sesuai dengan data WHO yang menyatakan angkakejadianpreeklampsia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Non Goverment Organization (NGO) Forum on Indonesian Development (INFID) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum terjadinya persalinan. KPD merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
Lebih terperinciHipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka kematian yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, terjadi peningkatan angka kehamilan secara signifikan. Pada tahun 2012 sekitar 18,8 juta kehamilan terjadi di Asia Tenggara. 1 Tingginya angka kehamilan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil 4. 1. 1. Karakteristik Subjek Penelitian Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis fungsi VEGF 121 rekombinan sebagai terapi preeklamsia, terutama ekspresi
Lebih terperinciABSTRAK KADAR SERUM SELENIUM YANG RENDAH MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMPSIA BERAT
ABSTRAK KADAR SERUM SELENIUM YANG RENDAH MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMPSIA BERAT Preeklampsia hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab tersering kematian ibu hamil. Diawali dengan
Lebih terperinciGAMBARAN HISTOPATOLOGI PLASENTA PADA KEHAMILAN DENGAN PREEKLAMPSIA
GAMBARAN HISTOPATOLOGI PLASENTA PADA KEHAMILAN DENGAN PREEKLAMPSIA 1 Samuel Evanov Basana Simbolon 2 Meilany Durry 2 Poppy Lintong 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum VINA EKA WULANDARI G2A 009 193
Lebih terperinciPERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT PADA KEHAMILAN PREEKLAMPSIA BERAT DAN NORMOTENSI
PERBANDINGAN INDEKS KOIL TALI PUSAT PADA KEHAMILAN PREEKLAMPSIA BERAT DAN NORMOTENSI Prika Maulina Agaristi 1, Besari Adi Pramono 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar
Lebih terperinciPertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Pertumbuhan Janin Terhambat Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan
Lebih terperinciSyifa Aulia L. dkk., Hubungan usia ibu, graviditas, riwayat pre-eklampsia berat di RSUD
Syifa Aulia L. dkk., Hubungan usia ibu, graviditas, riwayat pre-eklampsia berat di RSUD HUBUNGAN USIA IBU, GRAVIDITAS, RIWAYAT PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RSUD. KABUPATEN BEKASI PERIODE JUNI 2015- JUNI 2016
Lebih terperinciAPOPTOSIS ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
APOPTOSIS ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Kematian sel krn trauma - mekanik - kimia/toksik Kematian sel krn apoptosis - Sinyal Internal - Sinyal external PROSES KEMATIAN
Lebih terperinciGambaran Histopatologi Arteri Spiralis Alas Plasenta pada Preeklampsia/Eklampsia dan Kehamilan Normotensif
Gambaran Histopatologi Arteri Spiralis Alas Plasenta pada Preeklampsia/Eklampsia dan Kehamilan ormotensif Joko S. Lukito dan Puspa Dewi Departemen Patologi Anatomi, Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian (Keilmuan) Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Ruang Lingkup Tempat Tempat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Preeklamsia a) Definisi Preeklamsia Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel
52 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Sampel Penelitian Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel hamil dengan preeklamsi, dipakai sebagai kelompok kasus dan 33 sampel hamil
Lebih terperinciPERBEDAAN RERATA KADAR AKTIVIN A SERUM MATERNAL ANTARA PREEKLAMSIA BERAT DENGAN BUKAN PREEKLAMSIA BERAT
Laporan Penelitian PERBEDAAN RERATA KADAR AKTIVIN A SERUM MATERNAL ANTARA PREEKLAMSIA BERAT DENGAN BUKAN PREEKLAMSIA BERAT Difference in Mean Maternal Activin A Serum Levels on Severe Preeclampsia and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Preeklamsia dan eklamsia merupakan masalah kesehatan yang. memerlukan perhatian khusus karena preeklamsia adalah penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Preeklamsia dan eklamsia merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena preeklamsia adalah penyebab kematian ibu hamil dan perinatal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan kurang bulan merupakan masalah di bidang obstetrik dan perinatologi karena berhubungan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Tujuh puluh
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA Sitti Nur Afridasari* Juminten Saimin** Sulastrianah*** *Program Studi Pendidikan Dokter **Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UHO ***Bagian Farmakologi FK UHO
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciKEJADIAN PREEKLAMPSIA DI BLU RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2012
KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI BLU RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2012 1 Junior V. D. Sengkej 2 Juneke J. Kaeng 2 Max Rarung 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Bagian
Lebih terperinciFaktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan. The Risk Factors Of Hypertension in Pregnancy PENDAHULUAN
1 Faktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan Afiana Rohmani 1, Muhamad Taufiqy Setyabudi 1, Diana Ratih Puspitasari 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar Belakang
Lebih terperinciKata kunci: Tekanan darah, pertumbuhan janin, ibu hamil trimester III.
HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN PERTUMBUHAN JANIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH PUSKESMAS PRAJEKAN KABUPATEN BONDOWOSO Media Juananingsih 1, Awatiful Azza 2, Susi Wahyuning Asih 3 1 Student Faculty
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian didapatkan subjek penelitian sebesar 37 penderita kritis yang mengalami hiperbilirubinemia terkonjugasi pada hari ketiga atau lebih (kasus) dan 37 penderita
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Retno Wulandari dan Artika Fristi Firnawati Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciABSTRAK KADAR ALPHA-1-MICROGLOBULIN SERUM YANG TINGGI MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMSIA
0 ABSTRAK KADAR ALPHA-1-MICROGLOBULIN SERUM YANG TINGGI MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMSIA Preeklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang menyebabkan sekitar 18 % kematian maternal
Lebih terperinciHUBUNGAN PERU BAHAN KADAR FAKTOR FIBRINOUSIS DARAH IBU DENGAN KADAR GAS DARAH TAU PUSAT PADA PREEKLAMPSIA, ABSTRAK. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu dan perinataldi Indonesia,
Lebih terperincisetiap tahun satu tiap 4 menit. Pendahuluan Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan postpartum merupakan kunci bagi kesehatan
Pendahuluan Kesehatan maternal setiap tahun satu tiap 4 menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi merupakan kunci bagi kesehatan generasi berikutnya. Angka kematian wanita yang disebabkan oleh karena kehamilan
Lebih terperinciABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II
ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II Pande Made Angger Parameswara Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciPERBEDAAN PERUBAHAN FUNGSI HEMOSTASIS SAAT STABILISASI PREEKLAMSIA BERAT/EKLAMSIA 24 JAM POSTPARTUM
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.39, No.1, April 2016, hal. 28-34 Artikel Penelitian PERBEDAAN PERUBAHAN FUNGSI HEMOSTASIS SAAT STABILISASI PREEKLAMSIA BERAT/EKLAMSIA 24 JAM POSTPARTUM Hudila Rifa Karmia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumor odontogenik adalah tumor yang berasal dari jaringan pembentuk gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering ditemukan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN
KARAKTERISTIK PASIEN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Kadek Budi Juliantari 1, I Nyoman Hariyasa Sanjaya 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang memiliki Angka kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang memiliki Angka kematian Ibu(AKI) yang sangat tinggi. Menurut Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Profil
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20
70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN UMUM PENDERITA PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA YANG DI RAW AT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANlJEL BANDIJNG PERIODE JULI 2003-JUNI 2004
ABSTRAK GAMBARAN UMUM PENDERITA PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA YANG DI RAW AT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANlJEL BANDIJNG PERIODE JULI 2003-JUNI 2004 Ervan James RB, 2005 Pembimbing I : Slamet Santosa, dr., MKes Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum mengalami
Lebih terperinci