EVALUASI KINERJA GAPOKTAN DAN PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) PADA GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP DI KOTA BENGKULU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KINERJA GAPOKTAN DAN PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) PADA GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP DI KOTA BENGKULU"

Transkripsi

1 EVALUASI KINERJA GAPOKTAN DAN PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) PADA GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP DI KOTA BENGKULU Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Dalam upaya pemberdayaan petani di perdesaan, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian melaksanakan berbagai program di bidang inovasi teknologi, pengembangan agribisnis, permodalan, dan sebagainya. Salah satu program yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian untuk pemberdayaan petani dalam melaksanakan agribisnis di perdesaan adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Salah satu hasil yang diharapkan dari kegiatan PUAP adalah terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) yang berkelanjutan dan dapat merespon kebutuhan petani dalam penyediaan modal usaha. Untuk mengevaluasi kinerja LKM-A pada gapoktan penerima dana BLM-PUAP dan persepsi petani terhadapnya maka telah dilaksanakan survei pada 5 gabungan kelompok tani (gapoktan) penerima dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP di Kota Bengkulu pada bulan September sampai Desember Tujuan penelitian adalah: (1) mengevaluasi kinerja gapoktan dalam pengelolaan dana BLM-PUAP dan (2) mengetahui persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A. Evaluasi kinerja gapoktan yang diamati meliputi 3 aspek yaitu aspek organisasi, aspek pengelolaan LKM-A, dan aspek kinerja pengelolaan LKM-A. Data karakteristik persepsi terdiri atas umur (X 1), tingkat pendidikan (X 2), penerimaan rumah tangga (X 3), jumlah tanggungan keluarga (X 4), lama berkelompok (X 5), kepemilikan lahan usahatani (X 6), dan sumber permodalan usaha selain gapoktan (X 7). Variabel X 6 dan X 7 merupakan variabel dummy. Keragaan gapoktan dalam pengelolaan dana BLM-PUAP dianalisis secara deskriptif, sedangkan persepsi petani terhadap LKM-A dianalisis dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengelolaan LKM-A, gapoktan telah mencapai kelas madya dan utama. Persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A umumnya baik (90,65%) dan dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga dan lama berkelompok. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, penerimaan rumah tangga, kepemilikan lahan usahatani, dan sumber dana petani selain gapoktan tidak mempengaruhi persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A. Untuk mendorong kemandirian LKM-A gapoktan maka diperlukan pembinaan lebih intensif menuju LKM-A mandiri. Kata kunci: BLM-PUAP, LKM-A, kelas gapoktan. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan klasik yang dihadapi sektor pertanian adalah masalah permodalan. Ashari (2009) mencatat bahwa selama empat dekade terakhir pemerintah telah mengucurkan anggaran program bantuan kredit atau modal untuk sektor pertanian yang bersumber dari APBN seperti Kredit Bimas, Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Ketahanan Pangan (KKP), Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP3), pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A), Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dana yang berasal dari kerjasama internasional antar lain Program Peningkatan Pendapatan Petani/Nelayan Kecil (P4K). Upaya pemerintah ini tidak lepas dari kenyataan bahwa 1

2 sebagian besar petani di Indonesia yang lemah dalam permodalan di satu sisi dan pentingnya peranan sektor ini di sisi lain. Belajar dari pengalaman kredit program/bantuan modal dari pemerintah, ternyata bahwa sebagian besar program tidak dapat berkelanjutan pelaksanaannya di tingkat lapang. Setelah program selesai, petani tidak lantas menjadi mandiri dan sejahtera. Salah satu penyebabnya adalah karena dana bantuan program pemerintah tidak dapat dikelola dengan baik oleh petani. Ashari (2009) melaporkan beberapa informasi pengembalian kredit program pemerintah sebagai berikut: (i) Kredit Bimas yang disalurkan melalui BRI sejak tahun sejumlah 636,7 milyar rupiah dengan nasabah petani, hanya 80% nasabah yang membayar kembali (pada periode ), sedangkan pada periode nasabah yang melunasi kredit hanya 57%. Faktor yang mempengaruhi tingginya tunggakan adalah adanya pengampunan hutang, sehingga timbul persepsi petani bahwa hutang tersebut pada suatu hari tidak harus dibayar; (ii) KUT yang dimulai sejak tahun 1985 sampai 1999 melalui BRI ke KUD sebanyak 8 triliun rupiah, tingkat pengembaliannya hanya 25%. Kendalanya adalah banyak kredit yang tidak sampai kepada petani karena rendahnya pengembalian; (iii) KKP yang disalurkan pemerintah melalui bank BUMN sejak tahun 2000, pada tahun 2008 telah mencapai 6,3 triliun rupiah, kredit macet antara 0,02 14,00%. Kendala dalam penyaluran KKP adalah kehatian-hatian yang ekstra dari bank karena pengalaman KUT, keterbatasan agunan petani, serta terbatasnya avalis/penjamin. Untuk mendekatkan sumber pelayanan di sektor pertanian kepada petani, maka sejak tahun 2008 diinisiasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM- Mandiri). PUAP dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dalam bentuk penyaluran dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk usaha produktif dalam rangka pengembangan agribisnis di perdesaan. PUAP dirancang secara partisipatif dengan petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani (gapoktan) sebagai pelaku utama yang difasilitasi oleh pemerintah dari tingkat Kementerian Pertanian sampai ke desa/kelurahan. 2

3 Tujuan Program PUAP adalah mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah dengan sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani. Gapoktan sebagai penerima BLM-PUAP menjadi unsur utama dalam mensukseskan program ini (Kementerian Pertanian, 2010a). Di Kota Bengkulu, sampai dengan tahun 2010 terdapat 46 gapoktan pelaksana program PUAP dengan jumlah dana BLM yang telah disalurkan sejumlah 4,6 milyar rupiah. Potensi pemberdayaan ekonomi petani dan pengembangan agribisnis melalui penyaluran dana BLM- PUAP merupakan suatu tantangan bagi semua pihak yang terkait dari pusat sampai ke daerah, khususnya bagi gapoktan sebagai pelaksana utama Program PUAP di lapangan. Keberhasilan program PUAP dalam bentuk penyaluran dana BLM kepada gapoktan sangat tergantung pada kesiapan gapoktan dalam mengelola dana tersebut. Untuk itu peranan lembaga keuanga mikro di tingkat gapoktan (LKM-A) memainkan peranan penting dan strategis dalam pengembangan dana BLM-PUAP. METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Desember Lokasi penelitian pada 5 gapoktan penerima dana BLM- PUAP tahun 2008 di Kota Bengkulu. Gapoktan dipilih secara sengaja yang aktif melakukan kegiatan simpan pinjam setelah mendapatkan dana BLM-PUAP, yaitu Gapoktan Mesra Jaya (Kelurahan Sawah Lebar Lama), Wira Tani (Sumber Jaya), Sekar Wangi (Padang Serai), Karya (Pekan Sabtu), dan Flamboyan Raya (Bajak). Untuk mengevaluasi kinerja gapoktan dalam pengelolaan LKM-A, dilakukan wawancara dengan petugas dari instansi terkait yaitu Sekretariat PUAP di BPTP Bengkulu, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP3) Kota Bengkulu, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan, Penyelia Mitra Tani (PMT) PUAP Kota Bengkulu, penyuluh pendamping gapoktan PUAP, pengurus gapoktan, dan pengelola LKM-A atau unit simpan pinjam gapoktan. Kinerja gapoktan dalam pengelolaan LKM-A dievaluasi dengan 3

4 menggunakan blangko penilaian (skoring) rating gapoktan menuju LKM-A dengan mengikuti panduan program PUAP (Kementerian Pertanian, 2010b). Untuk mengukur pesepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A digunakan kuesioner yang disusun dengan skala Likert (Riduwan, 2007). Variabel penyusun pesepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A meliputi prosedur pengajuan pinjaman, persyaratan pengajuan pinjaman, besarnya nilai pinjaman, kecepatan waktu pencairan pinjaman, tingkat bunga per bulan, kesesuaian waktu pembayaran pinjaman dengan panen, sikap pengelola LKM-A dalam melayani petani, dan jenis agunan. Variabel penyusun pesepsi ini mengikuti hasil penelitian Hendayana dan Bustaman (2007). Data dianalisis dengan regresi logistik untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (Y) yaitu variabel penyusun petani terhadap pengelolaan LKM-A dengan tujuh variabel bebas (X i ) yang merupakan data karakteristik responden, terdiri atas umur (X 1 ), tingkat pendidikan (X 2 ), penerimaan rumah tangga (X 3 ), jumlah tanggungan keluarga (X 4 ), lama berkelompok (X 5 ), kepemilikan lahan usahatani (X 6 ), dan sumber permodalan usaha selain gapoktan (X 7 ). Variabel X 6 dan X 7 merupakan variabel dummy. Model regresi logistik yang digunakan (Gujarati, 1999) adalah sebagai berikut: Y i = b o + b i X i + e i....(1) Variabel bebas sesuai model sebanyak 7 variabel sehingga persamaan (1) di atas dijabarkan sebagai berikut: Y i = b o + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + e i... (2) Dimana: Y i = Persepsi petani (1 = baik; 0 = kurang baik) X 1 = Umur responden dalam tahun X 2 = Tingkat pendidikan dalam tahun X 3 = Penerimaan rumah tangga dalam rupiah per bulan X 4 = Jumlah tanggungan keluarga dalam jiwa X 5 = Lama berkelompok dalam tahun X 6 = Kepemilikan lahan usahatani (1 = ada; 0 = tidak) X 7 = Sumber permodalan usaha selain gapoktan (1 = ada; 0 = tidak) e i = Error b o = konstanta b 1... b 7 = parameter dugaan (koofisien) 4

5 Karena variabel terikat (Y) merupakan probabilitas atau peluang baik atau kurang baiknya pesepsi yang dipengaruhi oleh variabel bebas (X i ), maka model tersebut bersifat non linier dalam parameter dengan persamaan: Y i = P(X i ) = 1. (3) (bo + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7) 1 + e i Untuk menjadikan model tersebut linier, maka dilakukan transformasi dengan logaritma natural (ln), sehingga menjadi: Y i = ln P(X i ) = b o + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7.. (4) 1 - P(X i ) P(X i ) adalah peluang pesepsi baik terhadap pengelolaan LKM-A, sebagai kebalikan dari 1-P(X i ) sebagai peluang kurang baik. Oleh karenanya, ln [P(X i )/1-P(X i )] secara sederhana merupakan logaritma natural dari perbandingan antara peluang pesepsi baik dengan peluang pesepsi kurang baik, sehingga, koefisien dalam persamaan (4) ini menunjukkan pengaruh dari variabel X i terhadap peluang relatif pesepsi baik dibandingkan dengan pesepsi kurang baik terhadap pengelolaan LKM-A. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Profil Gapoktan Profil gapoktan menggambarkan keragaan gapoktan lokasi penelitian yang tersaji pada Tabel 1. Gapoktan PUAP umumnya terbentuk pada tahun 2007, setelah ada informasi tentang adanya Program PUAP. Jumlah kelompok tani anggota gapoktan antara 3-13 kelompok dengan jumlah anggota orang. Dana BLM-PUAP dimanfaatkan untuk kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian, usahatani padi dan kelapa sawit. Pertemuan anggota dilakukan setiap bulan untuk pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, dan pemberian pinjaman kepada anggota. Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan gapoktan. Menurut Pranadji dan Hastuti (2010), sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi petani harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan 5

6 yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada. Anggota gapoktan lokasi penelitian didominasi oleh wanita. Interaksi kelompok tani anggota gapoktan dengan program pemerintah sudah berlangsung lama, meskipun empat gapoktan baru dibentuk pada tahun 2007 karena informasi akan adanya bantuan dana BLM- PUAP. Anggota gapoktan umumnya merupakan anggota kelompok pengolah hasil pertanian atau kelompok wanita tani yang sudah dibentuk sejak adanya Program Peningkatan Pendapatan Petani/Nelayan Kecil (P4K) pada akhir tahun 1990-an. Tabel 1. Profil gapoktan lokasi penelitian. No Profil Gapoktan Mesra Jaya Wira Tani Sekar Flamboya Karya Wangi n Raya 1. Tanggal pembentukan Jumlah kelompok Jumlah anggota (orang) Kegiatan usaha pertanian - Tanaman semusim - - Tanaman Perkebunan Pengolahan/pemasaran hasil 5. Pertemuan bulanan 6. Kegiatan sosial - Arisan Kunjungan sosial 7. Pembukuan 8. Pemupukan modal gapoktan - Simpanan pokok - Simpanan wajib - Simpanan wajib pinjaman Simpanan sukarela Kegiatan usaha Simpan Pinjam Simpan Pinjam Simpan Pinjam, penyaluran pupuk Simpan Pinjam Simpan Pinjam 10. Mekanisme penyaluran pinjaman - Langsung ke gapoktan Melalui kelompok Rata-rata jumlah pinjaman (Rp.) Pembayaran angsuran - Waktu pembayaran Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan Bulanan - Bunga pinjaman 1% 1,5% 1,5% 1% 1,5% 13. Unit usaha simpan pinjam - Telah dibentuk Belum dibentuk - - Kegiatan usaha gapoktan terutama adalah simpan pinjam. Penyaluran pinjaman dilakukan dengan dua cara yaitu anggota gapoktan meminjam langsung ke gapoktan dan penyaluran pinjaman dari gapoktan kepada anggota melalui kelompok tani. 6

7 Kegiatan simpan pinjam dikelola oleh pengurus maupun unit usaha simpan pinjam gapoktan. Menurut Kementerian Pertanian (2010b), pengurus dan pengelola unit usaha simpan pinjam dalam gapoktan PUAP yang sehat sebaiknya terpisah. Pengurus mempunyai tugas dan fungsi merumuskan kebijakan organisasi, pengawasan, dan melaporkan perkembangan dan kemajuan organisasi. Pengelola merupakan pelaksana operasional bisnis keuangan gapoktan dalam bentuk LKM-A sesuai dengan AD/ART. Pengelola LKM-A idealnya terdiri dari manajer, bagian pembiayaan, administrasi pembukuan, kasir, dan penggalangan dana. 2. Evaluasi Kinerja Gapoktan dalam Pengelolaan LKM-A Sebagai suatu program nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pertanian, maka Kementerian Pertanian telah menyusun petunjuk pengklasifikasian gapoktan sebagai dasar pembinaan organisasi lebih lanjut dalam tiga kelas gapoktan yaitu kelas Pemula, Madya, dan Utama (Kementerian Pertanian, 2010b). Gapoktan Pemula yaitu gapoktan yang baru dibentuk dan dipersiapkan untuk melaksanakan program PUAP. Gapoktan Madya merupakan gapoktan pemula yang telah didampingi secara baik oleh petugas pendamping sehingga dapat meningkatkan tingkat keswadayaan kepengurusan dan penggalangan modal. Gapoktan Utama adalah gapoktan yang sudah mengelola dan menjaga perguliran dana BLM-PUAP serta dana keswadayaan (simpanan anggota). Diharapkan setelah program PUAP selesai, maka gapoktan telah mencapai Kelas Utama yang dapat secara mandiri mampu mengelola organisasi dan pengelolaan kegiatan simpan pinjamnya (LKM-A). Skoring gapoktan didasarkan pada keragaan LKM-A mengelola dana BLM-PUAP. Tiga aspek yang dilihat adalah aspek organisasi, aspek pengelolaan LKM-A, dan aspek kinerja pengelolaan LKM-A. Total skor membedakan klas gapoktan dalam pengelolaan LKM-A. Gapoktan Pemula memiliki skor nilai antara 0-100, Gapoktan Madya antara , sedangkan Gapoktan Utama antara Hasil pengamatan di 5 gapoktan lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2. Terlihat pada tabel tersebut bahwa tiga gapoktan yaitu Gapoktan Mesra Jaya (skor 211), Sekar Wangi (skor 216), dan Flamboyan Raya (skor 221) telah masuk ke dalam Kelas Utama, sedangkan 7

8 dua gapoktan lain yaitu Gapoktan Wira Tani (skor 179) dan Karya (skor 179) masih berada pada Kelas Madya. Tabel 2. Skoring gapoktan terhadap pengelolaan LKM-A. Skor No Keragaan LKM-A gapoktan Mesra Wira Sekar Flamboyan Karya Jaya Tani Wangi Raya 1. Aspek organisasi a. Sudah mempunyai dan memiliki AD/ART gapoktan b. Ada pemisahan antara pengurus gapoktan dan pengelola LKM-A c. Rencana kerja gapoktan ada d. Rapat anggota secara berkala e. Penyelenggaraan RAT f. Gapoktan sudah berbadan hokum Aspek pengelolaan LKM-A a. Penyaluran untuk usaha pertanian b. Pembiayaan untuk petani miskin c. Pengendalian penyaluran dana d. Pencatatan dan pembukuan e. Analisa kelayakan usaha anggota f. Pelaporan g. Pembinaan usaha anggota h. Pengawasan pembiayaan (penggunaan sesuai sasaran) i. Mekanisme insentif dan sanksi j. Sarana dan prasarana LKM-A Aspek kinerja pengelolaan LKM-A a. Modal keswadayaan gapoktan b. Simpanan sukarela c. Asset yang dikelola d. Total pinjaman kepada anggota e. Tingkat pembiayaan bermasalah Jumlah Kelas gapoktan: - Pemula (skor 0 100) - Madya (skor ) - Utama (skor ) Utama Madya Utama Madya Utama 3. Persepsi Petani terhadap Pengelolaan LKM-A Persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan panca indera (Chaplin, 1989). Persepsi mempengaruhi orang, baik terhadap individu maupun terhadap organisasi. Keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari persepsi anggotanya terhadap organisasi tersebut. Persepsi merupakan proses pengenalan atau identifikasi sesuatu melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor. Persepsi adalah proses aktif timbulnya kesadaran terhadap suatu obyek yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal antara lain kebutuhan individu, pengalaman, usia, motif, jenis kelamin, 8

9 pendidikan dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial, hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat (Ahmadi, 2009). Untuk mengetahui persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A pada lima gapoktan lokasi penelitian dilakukan survei dengan jumlah responden sebanyak 107 orang atau 22,44% dari jumlah populasi yaitu 499 orang. Deskripsi responden pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 97 orang (90,65%) responden memiliki persepsi yang baik terhadap pengelolaan LKM-A, sedangkan yang memiliki persepsi kurang baik sebanyak 10 orang (9,35%). Hal ini dimaklumi karena lima gapoktan lokasi survei adalah gapoktan yang aktif secara reguler melayani simpan pinjam bagi anggota, sehingga persepsi anggota terhadap pengelolaan LKM-A juga umumnya baik. Tabel 3. Deskripsi responden survei persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A. No Uraian Keterangan 1. Jumlah responden 107 orang 2. Persepsi responden terhadap LKM-A - Baik - 97 orang (90,65%) - Kurang baik - 10 orang (9,35%) 3. Umur responden - minimum - 20 tahun - Maksimum - 64 tahun - rata-rata - 41,68 tahun 4. Lama menempuh pendidikan - minimum - 2 tahun - Maksimum - 16 tahun - rata-rata - 9 tahun 5. Penerimaan rumah tangga per bulan - minimum - Rp Maksimum - Rp rata-rata - Rp Jumlah tanggungan keluarga - minimum - 1 jiwa - Maksimum - 9 jiwa - rata-rata - 4 jiwa 7. Lama berkelompok - minimum - 1 tahun - Maksimum - 8 tahun - rata-rata - 4,5 tahun 8. Kepemilikan lahan usahatani - Ada - 44 orang (41,1%) - Tidak ada - 63 orang (58,9%) 9. Sumber permodalan selain gapoktan - Ada - 16 orang (15%) - Tidak ada - 91 orang (85%) 10. Pemanfaatan dana (jumlah peminjam) 91 orang - Usaha pertanian - 62 orang (68,13%) - Kegiatan di luar pertanian - 29 orang (31,87%) 9

10 Terdapat 85% responden yang tidak memiliki akses terhadap permodalan selain gapoktan. Sebanyak 15% memiliki akses permodalan lain selain gapoktan yaitu bank, koperasi, lembaga kredit swasta, dan sumber permodalan lainnya. Pada saat survei, 91 dari 107 orang responden atau 85% meminjam di gapoktan. Petani yang memanfaatkan dana tersebut untuk usaha pertanian sebanyak 68,13% untuk kegiatan on-farm maupun off-farm. Sebanyak 31,87% responden memanfaatkan dana untuk kegiatan di luar pertanian seperti untuk kebutuhan usaha produktif di luar pertanian (modal dagang), investasi (membeli tanah), dan kebutuhan konsumtif (membeli kendaraan, biaya anak sekolah, bayar utang, pasang listrik, dan perbaikan rumah). Kondisi ini disebabkan karena tidak adanya pengawasan terhadap pemanfaatan dana untuk usaha pertanian setelah perguliran dana, seperti pada saat awal pencairan dana BLM. Kuesioner survei persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A gapoktan disusun dengan 28 butir pertanyaan yang diskor mengacu pada skala Likert. Uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat 20 butir pertanyaan yang valid dan 8 butir pertanyaan yang tidak valid. Uji reliabilitas menggunakan koofisien reliabilitas Cronbach s Alpha menunjukkan nilai 0,830 sehingga dapat dipercaya untuk mengukur persepsi. Menurut Sekaran (2000) dalam Wibawa (2007), umumnya reliabilitas kuesioner kurang dari 0,6 tidak dapat diterima, antara 0,6-0,8 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Hasil analisis persepsi dapat menilai kelayakan model regresi, pengaruh variabel bebas (X i ) terhadap variabel persepsi (Y), baik secara bersama-sama maupun parsial, dan rasio peluang (odds ratio) perubahan variabel Y akibat perubahan variabel X i. Hasil analisis logistik disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil analisis regresi logistik survei persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A. No Variabel Koefisien p-value Odds Ratio 1. X 1 (Umur) -0,062 0,155 0, X 2 (Tingkat Pendidikan) 0,115 0,350 1, X 3 (Penerimaan Rumah Tangga) 0,000 0,423 1, X 4 (Jumlah Tanggungan Keluarga) -0,533 0,044* 0, X 5 (Lama Berkelompok) 0,483 0,077* 1, X 6 (Kepemilikan Lahan) 1,089 0,197 2, X 7 (Sumber Permodalan selain Gapoktan ) -0,086 0,931 0,918 Konstanta 4,456 0,079* - Kelayakan model (Nagelkerke R 2 ) 0, * berbeda nyata pada α=10% 10

11 Pada Tabel 4 terlihat bahwa model regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A dengan melihat nilai p-value yaitu sebesar 0,079 jika menggunakan pengujian dengan α=10%. Untuk menguji variabel mana yang berpengaruh nyata terhadap persepsi digunakan uji signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan statistik uji Wald. Dari output SPSS diketahui bahwa hanya variabel jumlah tanggungan keluarga (X 4 ) dengan p-value 0,044 dan lama berkelompok (X 5 ) dengan p-value 0,077 yang berpengaruh nyata terhadap persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A pada α=10%, sedangkan variabel lain berpengaruh tidak nyata. Dengan melihat nilai Nagelkerke R 2, ketujuh variabel bebas mampu menjelaskan varians ketepatan persepsi sebesar 24,2% dan sisanya yaitu sebesar 75,8% dijelaskan oleh faktor lain.persamaan model regresi logistik biner persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A dapat ditulis sebagai berikut: Y i = ln P(X i ) = 4,456 0,062X 1 + 0,115X 2 0,533X 4 + 0,484X 5 + 1,089X 6 0,086X P(X i ) Koefisien dalam model logistik menunjukkan perubahan dalam logistik sebagai akibat perubahan satu satuan variabel bebas. Dalam kasus variabel X 4 (jumlah tanggungan keluarga) dengan odds ratio sebesar 0,587 dapat diartikan bahwa peluang persepsi petani yang baik terhadap pengelolaan LKM-A adalah 0,587 kali jika jumlah tanggungan keluarga meningkat sebanyak 1 jiwa, jika variabel lainnya tetap. Artinya bahwa petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak memiliki peluang persepsi baik terhadap LKM-A lebih rendah. Odds ratio variabel X 5 (lama berkelompok) sebesar 1,622 dapat diartikan bahwa petani yang lama berkelompoknya lebih lama satu tahun peluang memiliki persepsi baik terhadap pengelolaan LKM-A adalah 1,622 kali dibandingkan petani yang lama berkelompoknya lebih muda satu tahun, jika variabel lainnya tetap. Artinya petani yang lebih lama berkelompok memiliki peluang persepsi baik terhadap pengelolaan LKM-A lebih tinggi. Dari hasil analisis persepsi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A dipengaruhi secara nyata oleh jumlah tanggungan keluarga dan lama berkelompok. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, penerimaan rumah tangga, kepemilikan 11

12 lahan usahatani, dan sumber dana petani selain gapoktan berpengaruh tidak nyata terhadap persepsi petani. KESIMPULAN 1. Evaluasi kinerja gapoktan dalam pengelolaan dana BLM-PUAP yaitu Gapoktan Mesra Jaya (skor 211), Sekar Wangi (skor 216), dan Flamboyan Raya (skor 221) telah masuk ke dalam Kelas Utama, sedangkan Gapoktan Wira Tani (skor 179) dan Karya (skor 179) masih berada pada Kelas Madya. 2. Persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A umumnya baik (90,65%) dan dipengaruhi secara nyata oleh jumlah tanggungan keluarga dan lama berkelompok. Untuk mendorong kemandirian LKM-A pada gapoktan penerima dana BLM-PUAP di Kota Bengkulu diperlukan pembinaan yang lebih intensif oleh tim teknis Kota Bengkulu dari sisi administrasi keuangan maupun kegiatan usaha agar LKM-A dapat berperan optimal dalam penyediaan modal usaha agribisnis. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A Psikologi Umum. Edisi Revisi Rineka Cipta. Jakarta. Chaplin, J.P Dictionary of Psychology. Dell Publisher. New York. Gujarati, D Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Erlangga. Jakarta. Hendayana, R., dan S. Bustaman Fenomena Lembaga Keuangan Mikro dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Perdesaan. com. Kementerian Pertanian. 2010a. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Departemen Pertanian. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2010b. Petunjuk Teknis Pemeringkatan (Rating) Gapoktan PUAP menuju LKM-A. Kementerian Pertanian. Jakarta. Pranadji, T. dan E.L. Hastuti Transformasi Sosio Budaya dalam Pembangunan Pedesaan dalam Analisis Kebijakan Pertanian Volume 8 Nomor 1, Maret Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor. Riduwan Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cetakan ketujuh. CV. Alfabeta. Jakarta. Wibawa, W Efficacy, Cost Effectiveness, and Risk-Benefit Analysis of Three Herbicides in Immature Oil Palm Plantation. Disertasi. Universiti Putra Malaysia. 12

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGELOLAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) PADA GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP DI KOTA BENGKULU

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGELOLAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) PADA GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP DI KOTA BENGKULU PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGELOLAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) PADA GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP DI KOTA BENGKULU Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Zul Efendi, Harwi Kusnadi, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PERMODALAN PETANI UNTUK MEMPERKUAT AGRIBISNIS PERDESAAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PERMODALAN PETANI UNTUK MEMPERKUAT AGRIBISNIS PERDESAAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERMODALAN PETANI UNTUK MEMPERKUAT AGRIBISNIS PERDESAAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERMODALAN PETANI UNTUK MEMPERKUAT AGRIBISNIS PERDESAAN Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Umi Pudji Astuti

Lebih terperinci

KINERJA PENGELOLAAN DANA GAPOKTAN MENUJU LKMA DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN PROGRAM SWASEMBADA PADI

KINERJA PENGELOLAAN DANA GAPOKTAN MENUJU LKMA DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN PROGRAM SWASEMBADA PADI KINERJA PENGELOLAAN DANA GAPOKTAN MENUJU LKMA DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN PROGRAM SWASEMBADA PADI Rudi Hartono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5. Telp. 0736 23030 E-mail

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN MINAT ADOPSI PETANI TERHADAP VUB PADI SAWAH IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU

PERSEPSI DAN MINAT ADOPSI PETANI TERHADAP VUB PADI SAWAH IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU PERSEPSI DAN MINAT ADOPSI PETANI TERHADAP VUB PADI SAWAH IRIGASI DI PROVINSI BENGKULU Dedi Sugandi dan Umi Pudji Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2012 hingga 20 Februari 2012 pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango terdiri dari Tiga (3) Lingkungan yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 21 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Hal ini disebabkan selain provinsi tersebut adalah target sasaran wilayah program Pengembangan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat besar, terutama karena kontribusinya dalam Produk Domestik Bruto dan tingginya

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti, Andi Ishak dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis dimasa yang akan datang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. Dalam rangka mensejahterakan hidup masyarakat di Desa Pagerwojo yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN IV.

METODE PENELITIAN IV. IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Lalabata Rilau. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dengan berdasarkan tingkat eksplanasinya 54.

Lebih terperinci

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang II TINJAUAN PUSTAKA Penilaian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa 3 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Zozozea, Ondorea Barat, Ndeturea, dan Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Jamhari Hadipurwanta. Kata kunci: perubahan, pengetahuan, bimbingan teknis.

Jamhari Hadipurwanta. Kata kunci: perubahan, pengetahuan, bimbingan teknis. KAJIAN PERUBAHAN PENGETAHUAN PENYELIA MITRA TANI SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI BIMBINGAN TEKNIS PENUMBUHAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAMPUNG Jamhari Hadipurwanta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah sebuah proses perubahan sosial yang terencana di bidang pertanian. Pembangunan pertanian tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk Cabang Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam 55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DALAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DI PERDESAAN KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

KAJIAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DALAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DI PERDESAAN KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK KAJIAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DALAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DI PERDESAAN KABUPATEN WONOSOBO Herwinarni E.M. dan Wahyudi Hariyanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran penting mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Selain itu sektor pertanian memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT PUAP DI BENGKULU

ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT PUAP DI BENGKULU ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT PUAP DI BENGKULU Umi Pudji Astuti, Eddy Makruf, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN 6.1. Perkembangan Program PUAP Program PUAP berlangsung pada tahun 2008 Kabupaten Cianjur mendapatkan dana PUAP untuk 41 Gapoktan, sedangkan yang mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Organisasi merupakan sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur yang didirikan oleh manusia dan beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka untuk mencapai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui 41 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang selanjutnya disingkat PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu program yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan pengentasan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keberlangsungan suatu perusahaan terutama di bidang lembaga keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan beroperasinya perusahaan.

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN Sholih Nugroho Hadi, Harun Kurniawan dan Achmad

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian. kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS).

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian. kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentuk Bantuan Modal Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Massal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP. 1 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunia-nya, sehingga Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaa (PUAP) tahun 2010 ini dapat tersusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian 4.1.1 Profil Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Pasar Sleman. Pasar Sleman merupakan pasar terbesar di Kecamatan Sleman.

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN Tian Mulyaqin, Yati Astuti, dan Dewi Haryani Peneliti, Balai Pengkajian Tekonologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU KODE: 26/1801.019/012/RDHP/2013 PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU PENELITI UTAMA Dr. Wahyu Wibawa, MP. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PDB HTR DENGAN MODEL PINJAMAN LAIN (KUK DAS, KUHR DAN PUAP)

PERBANDINGAN PDB HTR DENGAN MODEL PINJAMAN LAIN (KUK DAS, KUHR DAN PUAP) V. PERBANDINGAN PDB HTR DENGAN MODEL PINJAMAN LAIN (KUK DAS, KUHR DAN PUAP) Menurut Mayers dan Bass (2004) salah satu cara memperbaiki kebijakan adalah belajar dari pengalaman masa lalu baik tentang struktur

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN: Peran dan Fungsi FP2S Dalam Akselerasi KUR

PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN: Peran dan Fungsi FP2S Dalam Akselerasi KUR PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN: Peran dan Fungsi FP2S Dalam Akselerasi KUR Direktorat Pembiayaan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian Jakarta, Agustus 2017 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar 27 BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Lingkup Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar daerah operasi perusahaan yakni di daerah kampung Sakarum, Nasef, Malabam,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU Rahmat Oktafia 1), Alfayanti 2), Novitri Kurniati dan Dwi Fitriani 3)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH (Kasus: Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang) Ir. Yusak Maryunianta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif dan sumber data yang digunakan. berhubungan dengan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif dan sumber data yang digunakan. berhubungan dengan penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan

Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan Sholih Nugroho Hadi, Achmad Rafieq, Harun Kurniawan BPTP Kalimantan Selatan Jl.Panglima Batur

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK 6.1. Hubungan Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha dengan Peluang Pengembalian Kupedes Pada BRI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kehutanan Kota Gorontalo adalah unsur pelaksana teknis daerah yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kehutanan Kota Gorontalo adalah unsur pelaksana teknis daerah yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Umum Obyek Penelitian Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Gorontalo adalah unsur pelaksana teknis

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.149 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TANGGAL : 1 Pebruari 2012 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Monitoring Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin memperingatkan, dipandang sebagai teknik manajemen

Lebih terperinci

Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana 2

Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana 2 ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PADI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DAN NON-PUAP DI SALATIGA Ratih Hartina 1, Yuliawati

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mendasar bagi pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya

Lebih terperinci

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc Model-Model Usaha Agribisnis Rikky Herdiyansyah SP., MSc Model-Model Usaha Agribisnis Menurut Soemarmo (2003) dalam Bahua (2009), model merupakan suatu perwakilan atau abstraksi dari suatu objek atau situasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian

Lebih terperinci