BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Harian umum KOMPAS merupakan surat kabar nasional yang tidak bisa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Harian umum KOMPAS merupakan surat kabar nasional yang tidak bisa"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi lokasi penelitian III.1.1 Harian Umum KOMPAS Harian umum KOMPAS merupakan surat kabar nasional yang tidak bisa dilupakan peranannya dalam sejarah pers nasional di Indonesia. Hal ini karena harian KOMPAS termasuk harian yang memberi masukan dalam sejarah jurnalistik, khususnya jurnalistik surat kabar. Hal lain yang perlu diingat dari harian ini adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi harian merupakan sumbangsih terbesar yang pernah diberikan oleh harian KOMPAS kepada jurnalistik di Indonesia. Sejumlah uraian di atas merupakan hasil kerja keras dari kedua tokoh pendiri harian KOMPAS yang sekaligus merupakan tokoh pers juga. Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama merupakan nama pendiri harian KOMPAS. Pada tahun 1965, merupakan masa-masa dimana mendirikan KOMPAS tersebut tercetus. Pada masa itu dimana PKI merajalela, hubungan PKI dan militer memburuk terutama Angkatan Darat, sampai akhirnya Let.Jend Ahmad Yani sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat ( ) melemparkan ide agar Frans Seda Menteri Perkebunan ( ) menerbitkan Koran. Ide itu sejalan pula dengan terbitnya koran-koran yang bernaung di bawah partai atau corong partai. Frans Seda selaku ketua umum Partai Katolik menanggapi ide tersebut. 48

2 49 Jakob Oetama dan PK Ojong menggarap ide mendirikan koran tersebut. Ditetapkan nama Bentara Rakyat yang secara harfiah berarti pegawai rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI (catatan : waktu itu semua yang berbau PKI memakai kata rakyat). Suatu saat, ketika Bentara Rakyat hampir terbit, Frans Seda datang ke Presiden Soekarno untuk urusan dinas selaku Menteri Perkebunan. Bung Karno mendesak Partai Katolik untuk menerbitkan sebuah koran. Bung Karno sudah mendengar bahwa Frans Seda dengan rekan-rekannya dari Partai Katolik akan mendirikan koran. Ketika disebut nama Bentara Rakyat, Bung Karno menyarankan nama KOMPAS agar jelas sebagai penunjuk arah. Jadilah dipilih sebagai nama KOMPAS sedangkan Bentara Rakyat dipilih sebagai nama yayasan yang menerbitkan KOMPAS. PKI bereaksi keras dengan terbitnya KOMPAS, dengan menghasut masyarakat dengan ledekan kepanjangan KOMPAS adalah Komando Pastor. Plesetan kata Komando Pastor lebih gencar ditiupkan oleh kaum komunis pda masa itu, dengan maksud menhasut dan menjatuhkan nama baik KOMPAS menjadi Komt Pas Morgen, artinya KOMPAS yang akan datang, pada keesokan harinya karena memang sering telat terbit. Para pendiri yayasan Bentara Rakyat adalah pemimpin dari organisasiorganisasi Katolik, seperti Partai Katolik, Pemuda Katolik, Wanita Katolik. Pengasuh sehari-hari dipegang oleh dua serangkai Jakob Oetama dan PK Ojong dengan otonomi profesional yang penuh meski ada restu dari Presiden Soeharto. Berkat usaha dari Mgr. Soegipranata, dan bantuan dari pimpinan Angkatan Darat, proses minta izin usaha dan izin terbit menemui kesulitan. Karena pada saat itu PKI menguasai aparatur khususnya aparatur perizinan di Pusat dan Daerah. PKI agaknya tidak mentolerir saingan dari sebuah harian yang menurut mereka pasti

3 50 merupakan saingan berat namun tahap demi tahap dengan penuh ketekunan dari seluruh kekuatan ormas Katolik, semua rintangan dapat diatasi. Pusat memberi izin prinsip, namun harus dikonfirmasikan di daerah, yakni Daerah Militer V Jaya. Pada tanggal 28 Juni 1965 di Kramat Jaya Jakarta, tepatnya di percetakan PN Eka Grafika, PK Ojong dan Jakob Oetama memulai aktivitas mereka untuk menghasilkan edisi pertama harian KOMPAS. Penampilan edisi pertama harian Kompas memang masih berantakan. Tatanan wajahnya tidak karuan, memiliki gambar kurang terang dan sama sekali belum memiliki tambahan pernak pernik untuk mempercantik diri. Justru dibalik segala keterbatasan serta kekurangan itu, para pengelolanya seperti dipacu untuk terus menerus memperbaiki diri. Dalam kondisi serba kekurangan itu, kemudian diletakkan dalam dasar profesional, sehingga ketika meletusnya Gerakan 30 September PKI, tiga bulan kemudian timbul Ode Baru, KOMPAS sudah siap menampung dan dengan pesat berkembang menjadi suatu harian yang dapat diandalkan dan berpengaruh, baik sebagai sumber pemberitaan maupun sebagai sumber opini. Seperti pada umumnya terjadi dalam pertumbuhan media pers di Indonesia, KOMPAS selama setahun awal perkembangannya, dicetak di percetakan orang lain, sebelum membangun percetakan sendiri. Untuk pertama kalinya dicetak, di atas mesin cetak dupleks yang sederhana, sebelum kemudian pindah ke mesin cetak rotasi. Lalu pada tahun 1972, KOMPAS mulai mencetak sendiri yaitu di percetakan Gramedia. Semula KOMPAS hanya terdiri dari empat halaman, sama seperti harian lainnya kemudian menjadi enam belas halaman, yakni batas maksimum

4 51 halaman surat kabar, yang diperbolehkan pemerintah. Kantor redaksi KOMPAS pertama masih menumpang di kantor redaksi majalah Intisari, yang menempati salah satu ruang di kantor percetakan PT Kinta, Jakarta Kota. Oleh karena alasan percetakan jauh, maka redaksi malam juga menumpang di redaksi majalah Penabur, bertempat di jalan Kramat. Sejak Juli 1986, sesuai dengan ketentuan pemerintah, dua kali dalam seminggu KOMPAS dapat menambah halamannya menjadi dua puluh halaman. KOMPAS semula, yang diarmadai hanya oleh lima belas wartawan pada awal kelahirannya, namun hingga kini ada sekitar 300-an wartawan yang bekerja. Sepanjang sejarahnya KOMPAS pernah dua kali dilarang terbit oleh pemerintah dan kedua peristiwa itu merupakan larangan massal. Setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965, KOMPAS beserta kebanyakan harian lainnya, dilarang terbit mulai edisi 2 Oktober 1965, dan baru diizinkan beredar kembali tanggal 6 Oktober Larangan ini dikeluarkan oleh pengusaha pelaksana peran daerah (Pepelrada) Jakarta Raya. Pada saat itu, hanya harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha yang boleh terbit karena keduanya didukung oleh tentara. Larangan terbit kedua kali dialami, setelah terjadi demonstrasi mahasiswa pada tahun KOMPAS termasuk di antara tujuh harian lainnya yang dilarang terbit, yakni Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore. Pada waktu yang sama pula, dilarang terbit sedikitnya tujuh penerbitan pers mahasiwa di berbagai Universitas Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Palembang.

5 52 Saat ini Kompas memiliki eksemplar pada hari biasa dan hari minggu rata-rata eksemplar dimana 80% peminat Kompas ada di pulau Jawa. Pendapatan iklannya terbesar di Indonesia kira-kira dapat meraup Rp.1,5 milyar per bulannya. Visi dan Misi Kompas Visi harian Kompas yakni menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat serta menjunjung tinggi azas dan nilai kemanusiaan. Misi harian Kompas yakni mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara professional sekaligus memberi arah perubahan (trendsetter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya. III.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisis wacana kritis dengan menggunakan analisis Theo Van Leeuwen. Secara umum model analisis ini dipergunakan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana serta menggambarkan bagaimana pelaku ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam analisisnya, Theo van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua hal, yaitu eksklusi dan inklusi. Tataran ekslusi, melihat apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dari pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai dalam melakukan hal tersebut. Adapun strategi-strategi eksklusi yakni: pasivasi, nominalisasi, dan penggantian anak kalimat. Tataran inklusi, melihat bagaimana pihak atau kelompok dimunculkan dalam pemberitaan dan bagaimana cara

6 53 penggambarannya. Adapun strategi-strategi inklusi yakni: diferensiasiindiferensiasi, objektivasi-abstraksi, nominasi-kategorisasi, nominasi-identifikasi, determinasi-indeterminasi, asimilasi-individualisasi, dan asosiasi-disosiasi. III.3. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang terdapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, udara, gejala-gejala, nilai, peristiwa sebagai sumber data yang dimiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemberitaan mengenai kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa, yang dimuat di KOMPAS terbitan 1 Desember Januari Menurut Sudjana, sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1995:144). Dalam penelitian ini, sampelnya adalah semua pemberitaan mengenai kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa, yang dimuat di KOMPAS terbitan 1 Desember Januari Dari penelitian yang dilakukan didapatkan 8 berita yang menjadi sampel dalam penelitian ini. III.4. Teknik Pengumpulan Data yakni: Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini 1. Studi Dokumen, yaitu mengumpulkan terlebih dahulu berita-berita mengenai kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa, yang telah dimuat di Harian KOMPAS.

7 54 2. Studi Kepustakaan, yaitu dilakukan untuk menghimpun data sebagai referensi yaitu, buku-buku, majalah dan internet yang menjadi bagian dalam penelitian ini. III.5. Unit dan Tingkat Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh isi berita dalam harian KOMPAS, yang memuat pemberitaan mengenai, kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa mulai dari judul, lead, sampai tubuh berita dengan menggunakan model analisis Theo Van Leeuwen. Unit tersebut akan dianalisis pada level inklusi dan eksklusi. Pada level inklusi, akan melihat bagaimana aktor ditampilkan dalam pemberitaan, sedangkan eksklusi, apakah ada aktor yang dihilangkan atau dari pemberitaan. Sedangkan tingkat analisisnya adalah wacana yang dipakai dalam menganalisis pemberitaan mengenai kasus kelangkaan minyak tanah di pulau Jawa. III.6. Metode Analisis Data yaitu: Analisis data dilakukan dengan model analisis Theo Van Leeuwen, 1. Eksklusion, apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan. 2. Inklusion, bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan lewat pemberitaan.

8 BAB IV ANALISA DATA Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis dengan model analisis Theo Van Leeuwen. Model ini digunakan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok/ seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana serta menggambarkan aktor ditampilkan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2001 : ). Menurut Van Leeuwen, ada 2 hal yang perlu diperhatikan ketika kita memeriksa aktor sosial dalam pemberitaan tersebut yaitu eksklusi dan inklusi. IV.1. Analisis Data Berita Surat Kabar Kompas Kelangkaan minyak tanah di pulau Jawa termasuk berita yang mempunyai nilai berita yang cukup penting karena menyangkut salah satu kebutuhan masyarakat yang cukup dirasa penting. KOMPAS salah satu surat kabar yang memuat berita tersebut. Dengan latar pembaca dari hampir seluruh Indonesia, mengingat KOMPAS merupakan salah satu surat kabar berskala nasional, bagaimanakah KOMPAS menampilkan berita kelangkaan minyak tanah? Apakah ada pihak yang disembunyikan kesalahannya ataukah tidak? Berdasarkan kriteria penentuan sampel maka terdapat 8 berita pada saat surat kabar KOMPAS yang dianalisis. Berita-berita tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis wacana kritis model Theo Van Leeuwen. Berikut analisisnya: 55

9 56 Tabel IV.1. Berita Kelangkaan Minyak Tanah di Pulau Jawa pada Surat Kabar KOMPAS No Tanggal Judul Berita Tema Desember 2007 Kelangkaan Masih Terjadi. Polisi Selidiki Kemungkinan Kebocoran Distribusi. Kelangkaan minyak tanah yang terjadi di Cirebon dan Purwakarta serta adanya dugaan kebocoran distribusi minyak tanah yang terjadi Januari 2008 Kelangkaan Minyak Tanah Turut Dipicu Rembesan. Kelangkaan minyak tanah yang terjadi di Kabupaten Karawang yang diduga turut dipicu adanya rembesan minyak tanah serta antrean minyak di Purwakarta Januari 2008 Minyak Tanah Langka. Harga Eceran Rp per Liter. Kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah-daerah di Jakarta dan Bogor. Pertamina mengurangi jatah minyak tanah di daerah program konversi Januari 2008 Minyak Tanah Sulit Didapat di Banten. Warga Banten kesulitan untuk mendapatkan minyak

10 57 tanah. Selain itu harga minyak tanah juga naik dari harga semula Januari 2008 Minyak Tanah Langka, Nelayan Stress. Nelayan di daerah Jakarta Utara kesulitan mendapatkan minyak tanah sehingga mereka kesulitan untuk melaut. Hal itu juga karena harga minyak yang naik Januari 2008 Transisi Minyak Tanah Ke LPG Picu Antrean Minyak Tanah. Penjelasan BPH Migas mengenai kelangkaan minyak tanah yang juga menyebabkan antrean warga Januari 2008 Pedagang Borong Minyak Kelangkaan minyak tanah Tanah. Memanfaatkan yang terjadi di Serang dan Operasi Pasar di Beberapa Lokasi. Bogor akibat pedagang yang memborong minyak tanah Januari 2008 Gas Rp Per Tabung. Antrean Minyak Tanah Masih Terjadi di Warga Tegal yang mengantre untuk mendapatkan minyak tanah. Tegal.

11 58 1. Judul : Kelangkaan Masih Terjadi. Polisi Selidiki Kemungkinan Kebocoran Distribusi. Edisi : 28 Desember 2007 Narasumber berita yakni pemilik-pemilik pangkalan minyak di jalan Diponegoro Cirebon dan di daerah Purwakarta, warga-warga Kabupaten Cirebon dan di Kabupaten Purwakarta yang kesulitan mendapatkan minyak tanah, Bupati Cirebon Dedi Supardi, dan Kepala Polres Kabupaten Cirebon Edhy Moestofa. Berita ini berisi tentang kelangkaan minyak tanah yang terjadi di Kabupaten Cirebon dan di Kabupaten Purwakarta. Warga kabupaten tersebut kesulitan mendapatkan minyak tanah di daerahnya. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan pembeli hingga dua kali lipat. Dan pembeli-pembeli tersebut berdatangan dari daerah-daerah berbeda, sehingga salah satu pangkalan minyak tanah yang berada di jalan Diponegoro, Cirebon, selalu dipadati oleh pembeli. Dan oleh adanya kelangkaan minyak tanah ini, Bupati Cirebon akan melakukan penelusuran terhadap penyebab kelangkaan minyak tanah ini. Selain itu diduga adanya kemungkinan kebocoran distribusi minyak tanah. Oleh karena itu Polres Kabupaten Cirebon akan menyelidiki kejadian tersebut. Kelangkaan juga terjadi di Kabupaten Purwakarta. Pasokan minyak tanah langsung habis dalam hitungan 1-2 jam, karena masyarakat memburu minyak tanah tersebut. Berita ini tidak menuliskan ataupun menggambarkan secara jelas para aktor yang terkait, sehingga menimbulkan fakta yang tidak jelas.

12 59 a. Proses Eksklusi 1. Pasivasi Aktif Pasif Ia meminta agar permintaan minyak tanah bagi warga Cirebon, dapat Pertamina penuhi dan tidak ada pengurangan jatah. Ia meminta agar permintaan minyak tanah bagi warga Cirebon dipenuhi dan tidak ada pengurangan jatah. Melalui pasivasi, Pertamina sebagai aktor terkait dikeluarkan dari pemberitaan. Dalam hal ini, Bupati Cirebon melalui pernyataanya secara sengaja atau tidak telah melindungi pihak Pertamina ataupun mungkin wartawan yang dengan sengaja atau tidak menghilangkan pihak yang seharusnya memenuhi permintaan minyak tanah tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sama atau sesuai dengan hasil mereka. 2. Nominalisasi Verba Nominalisasi Ia meminta agar permintaan minyak tanah bagi warga Cirebon dipenuhi dan Pertamina tidak mengurangi jatah. Ia meminta agar permintaan minyak tanah bagi warga Cirebon dipenuhi dan tidak ada pengurangan jatah. Melalui nominalisasi, Pertamina sebagai aktor yang terlibat dikeluarkan dari pemberitaan baik secara sengaja atau tidak, meskipun masyarakat mengetahui

13 60 siapa yang berhak mengurangi jatah minyak tanah. Sebenarnya instansi seperti Hiswana Migas, juga dapat sebagai aktor yang terlibat, namun tidak diketahui aktor mana yang seharusnya tidak mengurangi jatah. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. b. Proses Inklusi 1. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Berbeda dengan warga kota yang sudah memakai gas, warga Kabupaten masih memakai minyak tanah. Berbeda dengan warga kota yang sudah banyak memakai gas, warga Kabupaten masih banyak yang memakai minyak tanah. Dengan abstraksi, kata banyak akan ditafsirkan berbeda oleh setiap individu. Tidak ada jumlah yang lebih tepat untuk menggambarkan berapa jumlah warga kota yang memakai gas, dan berapa jumlah warga di Kabupaten yang memakai minyak tanah. Abstraksi seperti banyak, dipakai wartawan untuk mengambarkan sedemikian besar warga yang memakai/ menggunakan gas dan minyak tanah. Menurut para rechecker, mereka tidak setuju jika kata banyak termasuk dalam suatu strategi abstraksi karena tidak mungkin para wartawan bisa mengetahui berapa jumlah yang tepat dalam menggambarkan warga yang

14 61 memakai gas dan yang memakai minyak tanah. Oleh karena itu, menurut rechecker tidak ada abstraksi dalam kalimat tersebut. 2. Objektivasi-Abstraksi. Objektivasi Abstraksi Bupati Cirebon, Dedi Supardi, Jumat ini akan memanggil Dinas Perekonomian dan Perindustrian, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), serta Kepolisian maupun Pertamina untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bupati Cirebon, Dedi Supardi, Jumat ini akan memanggil Dinas Perekonomian dan Perindustrian, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), serta berbagai instansi terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan abstraksi, aktor tidak disebutkan dalam pemberitaan secara jelas karena kata berbagai instansi terkait masih terkesan abstrak. Tidak diketahui pihak lain yang turut bertanggung jawab akan kelangkaan minyak tanah ini. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 3. Asosiasi-Disosiasi Disosiasi Asosiasi Kelangkaan minyak tanah terjadi di Kabupaten Cirebon. Kelangkaan minyak tanah juga terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Purwakarta.

15 62 Dalam kalimat tersebut diasosiasikan dua hal yakni kelangkaan minyak tanah bukan saja terjadi di Cirebon namun juga terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Purwakarta. Dengan demikian timbul jangkauan yang lebih luas dalam masalah kelangkaan minyak tanah/ meluas ke beberapa wilayah. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 4. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Kelangkaan minyak tanah juga terjadi di lima wilayah di Kabupaten Purwakarta. Kelangkaan minyak tanah juga terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Purwakarta. Kata beberapa dapat dimaknakan secara sedikit maupun banyak, sehingga terlihat abstrak wilayah yang mana mengalami kelangkaan minyak tanah di Kabupaten Purwakarta. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 5. Asosiasi-Disosiasi Disosiasi Asosiasi Hanya pelanggan yang mengantre minyak tanah. Bukan hanya pelanggan, pembeli dari luar desa atau kecamatan di Purwakarta pun ikut mengantre. Dengan asosiasi, dapat diberitahukan bahwa bukan hanya pelanggan, namun pembeli dari daerah lain juga mengantre. Dengan demikian cakupan

16 63 semakin luas. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 2. Judul : Kelangkaan Minyak Tanah Turut Dipicu Rembesan Edisi : 3 Januari Narasumbernya hanya terdiri dari satu orang yakni Ketua DPC Hiswana Migas Purwakarta Auh Solahudin. Berita berisi tentang kelangkaan minyak tanah yang terjadi di beberapa daerah seperti Karawang, Purwakarta, Subang dan di desa-desa di Kecamatan Batujaya. Kelangkaan ini diduga terjadi karena adanya perembesan minyak tanah ke daerah lain seperti Bekasi. Dan menurut Ketua DPC Hiswana Migas Purwakarta, Auh Solahudin hal ini sulit untuk untuk ditindaklanjuti secara hukum karena warga dari daerah lain datang untuk mencari minyak tanah. Selain itu, faktor kepanikan warga serta isu rencana kenaikan minyak tanah turut menyebabkan antrean dimana-mana. Berita ini kurang menampilkan narasumber-narasumber lain yang cukup berkompeten untuk dimintai pendapat mengenai kasus tersebut, karena hanya terdapat satu narasumber yang berasal dari kelompok yang tidak merasakan kelangkaan minyak tanah tersebut, dan tidak terdapat komentar dari warga-warga yang kesulitan minyak tanah sehingga tidak diketahui seberapa parah kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah-daerah tersebut. Proses Inklusi 1. Asosiasi-Disosiasi

17 64 Disosiasi Asosiasi Merembesnya minyak tanah memicu kelangkaan minyak tanah. Namun rembesan bukan satu-satunya penyebab kelangkaan. Faktor kepanikan warga serta isu rencana kenaikan turut menyebabkan antrean dimana-mana. Dengan asosiasi, diketahui bahwa bukan hanya karena merembesnya minyak tanah, namun karena adanya faktor lain yang lebih luas yang menyebabkan kelangkaan minyak tanah. Dengan begitu terdapat lebih dari satu faktor/ alasan yang menyebabkan kelangkaan. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sama dengan analisis mereka. Rechecker berpendapat bahwa faktor lain/ tambahan tersebut bukan menandakan bahwa adanya strategi asosiasi dalam teks mengenai berita tersebut, sehingga antara kalimat yang pertama dan kedua bukan menghubungkan peristiwa yang satu dengan peristiwa lain yang lebih luas lagi. Tidak adanya asosiasi. 2. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Hal itu terjadi di daerah Tanjungpura, Karawang Barat, serta lima desa di Kecamatan Batujaya. Hal itu terjadi di daeah Tanjungpura, Karawang Barat, serta sejumlah desa di Kecamatan Batujaya.

18 65 Dengan abstraksi, tidak diberitahukan jumlah yang tepat dan jelas berapa desa di Kecamatan Batujaya yang ikut mengalami kekurangan minyak tanah. Oleh karena itu jumlahnya masih abstrak. Menurut para rechecker, hasilnya sama terhadap hasil analisis mereka. 3. Judul : Minyak Tanah Langka. Harga Eceran Rp Per liter Edisi : 5 Januari 2008 Narasumber terdiri dari warga-warga Jakarta dan Bogor yang kesulitan mendapatkan minyak tanah, Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Cabang Bogor Hedy S Hardian, Anggota Komite Badan Penggatur Hilir Minyak dan Gas Pusat Eri Purnomo, serta Humas Pertamina Wisnutoro. Berita berisi tentang kelangkaan minyak tanah yang terjadi di berbagai tempat di Jakarta dan Bogor. Disebutkan bahwa kelangkaan ini diduga terjadi karena adanya program konversi ke gas dan penyimpangan distribusi ke sektor industri. Terdapat berbagai pendapat dan keluhan warga Jakarta dan Bogor serta petugas pangkalan minyak. Dituliskan juga bagaimana kesulitan warga untuk mendapatkan minyak tanah. Begitu juga dengan petinggi di Hiswana Migas Bogor dan pihak Pertamina yang menanggapi mengenai peristiwa tersebut. Secara jelas, Humas Pertamina mengatakan memang terjadi pengurangan jatah minyak tanah secara bertahap ke daerah yang termasuk daerah konversi. Sedangkan menurut anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Pusat, Eri Purnomo, kelangkaan dipicu oleh aksi borong warga setelah mendengar isu kenaikan minyak tanah.

19 66 a. Proses Eksklusi 1. Nominalisasi Verba Kelangkaan itu diduga sebagai dampak dari Pemerintah mengkonversi ke gas dan penyimpangan ke sektor industri. Nominalisasi Kelangkaan itu diduga sebagai dampak program konversi ke gas dan penyimpangan ke sektor industri. Dengan nominalisasi, pemerintah sebagai pihak terkait dikeluarkan dari pemberitaan meskipun masyarakat mengetahui bahwa pemerintah yang melakukan konversi, namun karena dianggap sudah mengetahui, dan mungkin untuk efisiensi kata, pemerintah dihilangkan. Nominalisasi sering dilakukan wartawan sehingga aktor pelaku disembunyikan baik secara sengaja atau tidak namun pada akhirnya telah membantu penyembunyian aktor. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 2. Nominalisasi Verba Humas Pertamina Wisnutoro mengatakan Pertamina mengurangi jatah minyak tanah secara bertahap ke daerah yang telah dijatahi tabung gas elpiji hasil konversi. Nominalisasi Humas Pertamina Wisnutoro mengatakan ada pengurangan jatah minyak tanah secara bertahap ke daerah yang telah dijatahi tabung gas elpiji hasil konversi.

20 67 Dengan nominalisasi, Pertamina sebagai operator konversi telah dikeluarkan dari pemberitaan. Meskipun dalam teks tersebut terdapat pernyataan dari Humas Pertamina, namun untuk efisiensi kata, wartawan/ Humas itu sendiri menghilangkan Pertamina dari pemberitaan. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sama dengan hasil analisis mereka. Rechecker berasumsi bahwa tidak terdapat nominalisasi dalam teks tersebut, karena pernyataan tersebut berasal dari Humas Pertamina itu sendiri, yang berarti ia telah mewakili perusahaan tempat ia bekerja yakni Pertamina sehingga benar adanya, tidak terdapat lagi kata Pertamina. a. Proses Inklusi 1. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Pada Jumat (4/1), 200 warga di Jalan Ciledung Raya dan Swadarma, Jakarta Selatan, antre dari pukul hingga Pada Jumat (4/1), ratusan warga di Jalan Ciledung Raya dan Swadarma, Jakarta Selatan, antre dari pukul hingga Kata ratusan warga memiliki makna yang abstrak. Ratusan bisa diartikan antara 100 hingga 900-an. Dengan demikian ratusan warga dapat menimbulkan kesan jumlah yang sangat besar di pemikiran khalayak. Hal itu bisa saja terjadi dalam pemberitaan dikarenakan wartawan malas mencari informasi warga yang

21 68 mengantre minyak tanah atau karena dikejar deadline ataupun memang kesengajaan wartawan agar berita itu terkesan luar biasa sehingga menarik perhatian khalayak. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 2. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Ada kemungkinan, minyak tanah subsidi dijual ke sektor industri oleh pengecer/ agen yang tidak bertanggung jawab. Ada kemungkinan, minyak tanah subsidi dijual oleh ke sektor industri oleh oknum yang tak bertanggung jawab. Dengan astraksi, tidak diketahui siapa oknum yang dikatakan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kelangkaan minyak tanah tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 3. Asosiasi-Disosiasi Disosiasi Asosiasi Kelangkaan terjadi di daerah yang sudah dijatah kompor dan tabung hasil konversi. Kelangkaan tidak saja terjadi di daerah yang sudah dijatah kompor dan tabung hasil konversi, tetapi juga daerah yang belum tersentuh program konversi.

22 69 Dengan asosiasi, diberitakan bahwa kelangkaan terjadi di dua daerah yakni yang sudah dijatah/ daerah konversi dan daerah yang belum tersentuh konversi. Dengan demikian, peristiwa kelangkaan minyak tanah di daerah yang sudah menjadi daerah program konversi, diasosiasikan/ dihubungkan dengan peristiwa kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah yang belum tersentuh program konversi. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 4. Judul : Minyak Tanah Sulit Didapat di Banten. Edisi : 7 Januari 2008 Narasumbernya terdiri dari salah seorang warga KPN yang bernama Ririn, Yuyun seorang pedagang bakso di Desa Cikuesal, dan Bakhtiar pemilik pangkalan minyak tanah di Kelurahan Cikondong, Pandeglang. Berita berisi mengenai warga Banten yang kesulitan mendapatkan minyak tanah yang kemudian harga minyak tanah itu juga ikut naik karena langka. Dalam berita ini, hanya terdapat komentar dari warga yang kesulitan minyak tanah tanpa ada penjelasan dari pihak Pertamina maupun Hiswana Migas yang seharusnya memberikan keterangan seputar kelangkaan minyak tanah yang terjadi di Banten. Dalam berita ini diberitahukan dari keterangan salah seorang pemilik pangkalan bahwa arus distribusi dari agen ke pangkalan tidak tersendat melainkan karena naiknya permintaan warga akan minyak tanah. Proses Eksklusi 1. Pasivasi

23 70 Aktif Padahal dari pangkalan, agen mematok harga sebesar Rp Rp per liter. Pasif Padahal dari pangkalan, harga minyak tanah dipatok sebesar Rp Rp per liter. Dengan pasivasi, pihak agen sebagai aktor dikeluarkan dari pemberitaan. Karena tidak disebutkan adanya pihak yang mematok harga minyak tanah tersebut. Hal ini dilakukan wartawan baik secara sengaja ataupun tidak. Menurut para rechecker, hasil analisis sesuai dengan analisis mereka. 2. Nominalisasi Verba Pengecer/ agen menaikkan harga minyak di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang. Nominalisasi Kenaikan harga juga terjadi di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang. Dengan adanya nominalisasi, tidak disebutkan adanya aktor yang menyebabkan kenaikan harga di kecamatan tersebut sehingga terjadi proses nominalisasi. Padahal kenaikan tersebut dilakukan oleh pihak yang ingin mengambil keuntungan seperti agen. Menurut para rechecker, hasil analisis sesuai dengan analisis rechecker.

24 71 5. Judul : Minyak Tanah Langka, Nelayan Stress. Edisi : 7 Januari 2008 Narasumber terdiri dari Ketua Koperasi Nelayan Cilincing Achmad Mulyadi dan salah satu ketua kelompok nelayan, Sarwinah. Berita berisi mengenai para nelayan di Cilincing, Jakarta Utara yang kesulitan mendapatkan minyak tanah sehingga mereka mengalami stress karena tidak dapat melaut. Ditambah lagi harga minyak tanah yang juga naik sehingga mereka tidak dapat melakukan aktivitas mereka sebagai nelayan bahkan mereka tidak dapat memasak. Dalam berita ini hanya terdapat pernyataan dari nelayan yang kesulitan minyak tanah namun tidak terdapat pernyataan dari pihak Pertamina maupun Hiswana Migas selaku pihak terkait, yang dapat memberikan pernyataan seputar kesulitan yang dialami oleh para nelayan dan jika hal tesebut tidak ditanggapi maka dapat terjadi kenaikan harga kebutuhan lain seperti ikan yang merupakan tangkapan dari nelayan tersebut. Proses Inklusi 1. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Ketua Koperasi Cilincing, Achmad Mulyadi, senin (7/1), mengatakan, setiap hari dia didatangi 50 nelayan yang menyampaikan keluhannya. Abstraksi Ketua Koperasi Cilincing, Achmad Mulyadi, senin (7/1), mengatakan, setiap hari dia didatangi puluhan nelayan yang menyampaikan keluhannya.

25 72 Dengan adanya abstraksi, maka tidak terdapat kejelasan mengenai berapa jumlah nelayan yang mendatanginya karena pemakaian kata puluhan dapat diartikan secara berbeda oleh setiap pembaca. Puluhan dapat diartikan dari batas 10-90an. Hal ini dapat dilakukan oleh wartawan maupun narasumber yang memberikan pernyataan baik secara sengaja maupun tidak. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis rechecker. 2. Asosiasi-Disosiasi Disosiasi Mereka tidak dapat lagi melaut, stress karena cuaca buruk. Asosiasi Mereka tidak dapat lagi melaut, stress, selain karena cuaca buruk juga karena tidak bisa memasak jika mereka sedang berlayar mencari ikan. Dengan adanya asosiasi, maka terdapat peristiwa yang lebih besar lain yang dapat dihubungkan. Pada kalimat pertama, dikatakan bahwa mereka tidak dapat melaut karena cuaca buruk sedangkan pada kalimat kedua, dihubungkan lagi mengapa mereka tidak dapat melaut. Adanya faktor tambahan. Dengan demikian timbul jangkauan penyebab yang lebih luas daripada sebelumnya. Menurut para rechecker, hasil analisis peneliti sesuai dengan hasil analisis rechecker. 3. Asosiasi-Disosiasi

26 73 Disosiasi Asosiasi Mereka masih tetap memasak pakai minyak tanah saat berlayar. Meski masih tetap memasak pakai minyak tanah saat berlayar, tetapi mesin perahu dan kapal mereka rusak karena menggunakan minyak tanah. Dengan adanya asosiasi, maka terdapat jangkauan yang lebih luas lagi. Pada kalimat pertama ditekankan bahwa mereka masih dapat menggunakan minyak tanah ketika berlayar, namun ada peristiwa lain yang terjadi seperti mesin perahu mereka masih rusak karena menggunakan minyak tanah. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis mereka. 6. Judul : Transisi Minyak Tanah Ke LPG Picu Antrean Minyak Tanah Edisi : 10 Januari 2008 Narasumbernya yakni Kepala BPH Migas Tubagus Haryono serta Direktur BBM BPH Migas Eri Soedarmo. Berita berisi tentang penyebab kelangkaan minyak tanah yang disebabkan belum siapnya masyarakat terhadap program konversi. Selain itu dikemukakan penyebab lainnya seperti masih terjadi perembesan dan masih adanya agen pangkalan yang bertindak nakal sehingga terjadi penimbunan minyak tanah. Dalam berita tersebut hanya berisikan pernyataan dari para petinggi BPH Migas menanggapi kasus kelangkaan minyak tanah. Tidak terdapat pendapat dari warga yang kesulitan terhadap minyak tanah.

27 74 Dalam hal ini tedapat suatu penegasan bahwa wargalah yang sebenarnya secara maupun tidak langsung yang menyebabkan kelangkaan minyak tanah. Hal itu terjadi karena warga belum siap untuk melakukan program konversi minyak tanah ke gas, sedangkan kelangkaan juga terjadi di daerah yang belum terkena program konversi. a. Proses Eksklusi 1. Nominalisasi Verba Belum siapnya Pemerintah mengalihkan atau mengkonversi konsumsi minyak tanah ke gas elpiji menyebabkan antrean panjang minyak tanah dan gas di sejumlah kota di Indonesia. Nominalisasi Belum siapnya peralihan atau konversi konsumsi minyak tanah ke gas elpiji menyebabkan antrean panjang minyak tanah dan gas di sejumlah kota di Indonesia. Dengan nominalisasi, pihak Pemerintah sebagai pembuat kebijakan program konversi telah dikeluarkan dalam pemberitaan. Secara sengaja atau tidak hal itu dilakukan wartawan untuk melindungi pemerintah ataupun untuk mengefisiensikan kata agar lebih menarik untuk dibaca. Dalam berita ini yang mewakili pemerintah yakni BPH Migas. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka.

28 75 b. Proses Inklusi 1. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Tetapi, ternyata ada agen atau pemilik pangkalan yang tidak senang dengan adanya konversi, sehingga menimbulkan isu kelangkaan minyak tanah dan masyarakat jadi panik. Tetapi, ternyata ada oknum yang tidak senang dengan adanya konversi, sehingga menimbulkan isu kelangkaan minyak tanah dan masyarakat jadi panik. Dengan abstraksi, aktor tidak disebutkan dengan jelas karena kata oknum masih terkesan kabur, pihak manakah yang dimaksud. Hal itu terjadi karena narasumber tidak ingin menyinggung secara langsung pihak yang terkait. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 2. Diferensiasi-Indiferensiasi Indiferensiasi Jaringan ritel minyak tanah dan gas memang masih belum siap. Diferensiasi Jaringan ritel minyak tanah dan gas memang masih belum siap. Tetapi ternyata ada oknum yang tidak senang dengan adanya konversi, sehingga menimbulkan isu kelangkaan minyak tanah dan masyarakat jadi panik.

29 76 Dengan strategi diferensiasi, hal-hal yang dinyatakan bisa saling bertentangan. Terlihat pada kalimat pertama dan kedua menjelaskan adanya dua hal penyebab kelangkaan minyak tanah. Di satu sisi karena jaringan ritel, di sisi lain diduga karena adanya oknum namun inti berita tersebut tetap pada faktor yang menyebabkan kelangkaan walaupun kalimat tersebut kontras satu dengan yang lain. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan hasil analisis mereka. 7. Judul : Pedagang Borong Minyak Tanah. Memanfaatkan Operasi Pasar di Beberapa Lokasi. Edisi : 11 Januari Narasumbernya yakni warga-warga di Kabupaten dan Kota serang, Banten dan di Kota Bogor, yang kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah, para pemilik pangkalan di daerah tersebut, Sekretaris Hiswana Migas Banten Hermansyah serta Ketua Hiswana Migas Bogor Hedy. S. Hedian. Berita berisi tentang para pedagang eceran di Kabupaten dan di Kota Serang yang memborong minyak tanah dalam operasi pasar sehingga dapat menjual lebih mahal di tempat mereka. Akibat aksi pedagang tersebut, terdapat warga yang tidak kebagian. Terdapat juga keluhan-keluhan masyarakat mengenai antrean yang harus mereka lewati ketika ingin membeli minyak tanah. Begitu juga di daerah Bogor. Mengantre juga merupakan kegiatan yang mereka lakukan jika ingin membeli minyak tanah namun stok minyak tanah ternyata habis, sehingga mereka membawa dengan tangan hampa.

30 77 Menurut Ketua Hiswana Migas Bogor, membenarkan bahwa mereka membatasi penjualan minyak tanah ke pangkalan agar tidak digunakan oleh para spekulan. Dari berita tersebut, terdapat pendapat masyarakat dan para instansi yang berkepentingan seperti Hiswana Migas, yang secara sama mengeluarkan pernyataan untuk menanggapi kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah mereka dan berita ini sebenarnya lebih menuliskan kejadian-kejadian di lapangan mengenai kelangkaan minyak tanah tersebut. Proses Inklusi 1. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi 30 Pedagang eceran turut mengantre bersama dengan warga sekitar untuk memborong minyak tanah. Abstraksi Puluhan pedagang eceran turut mengantre bersama dengan warga sekitar untuk memborong minyak tanah. Dengan abstraksi, tidak terdapat kejelasan dalam berapa pedagang yang ikut mengantre. Kata puluhan bisa berarti dari 10-90an. Tidak diketahui jumlah yang pasti, sehingga masih terkesan abstrak. Wartawan secara sengaja atau tidak telah melakukan abstraksi terhadap jumlah para pedagang, sehingga tidak diketahui apakah para pedagang yang mempunyai jumlah yang lebih besar daripada para warga. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan analisis mereka.

31 78 2. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Akibatnya, 100 warga tidak kebagian jatah minyak tanah dengan harga Rp per liter. Akibatnya, banyak warga tidak kebagian jatah minyak tanah dengan harga Rp per liter. Kata banyak mengaburkan jumlah yang sebenarnya. Seharusnya terdapat petunjuk yang konkret karena makna yang diterima khalayak akan berbeda. Wartawan dengan sengaja atau tidak tidak menuliskan dengan jelas berapa jumlah warga yang tidak kebagian. Banyak bisa berarti puluhan ataupun ratusan, dan hal itupun juga belum terlalu konkret. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan analisis mereka. Hal ini disebabkan karena ketidakmungkinan wartawan untuk dapat mengetahui dengan tepat jumlah yang dapat menggambarkan warga yang tidak kebagian minyak tanah sehingga kata banyak dapat dipakai atau dengan kata lain tidak terdapat proses abstraksi. 3. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Bahkan, 300 warga tidak kebagian jatah minyak tanah karena habis diborong pedagang eceran. Bahkan, banyak warga tidak kebagian jatah minyak tanah karena habis diborong pedagang eceran.

32 79 Dengan abstraksi, tidak terdapat jumlah warga yang tidak kebagian minyak tanah, sehingga tidak ada kejelasan. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan hasil mereka. Tidak terdapat abstraksi dalam teks tersebut, kata banyak dapat mewakili informasi warga yang tidak mendapatkan jatah minyak tanah. 4. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Akibatnya, 100 warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang. Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang. Dengan abstraksi, tidak dapat diketahui kejelasan mengenai berapa jumlah warga yang gagal memperoleh minyak tanah. Masih abstrak, apakah jumlahnya besar atau tidak. Menurut para recheker, tidak terdapat abstraksi dalam pemberitaan tersebut. Wartawan dapat menggunakan kata banyak untuk mewakili berapa jumlah warga yang gagal memperoleh minyak tanah, yang tidak diketahui tersebut.

33 80 5. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Sekitar tengah hari, 70 warga yang sudah berjam-jam mengantre terpaksa pulang dengan tangan hampa karena habisnya stok minyak tanah di pangkalan di belakang Pasar Purbasari. Sekitar tengah hari, puluhan warga yang sudah berjamjam mengantre terpaksa pulang dengan tangan hampa karena habisnya stok minyak tanah di pangkalan di belakang Pasar Purbasari. Kata puluhan dapat mempunyai makna yang berbeda bagi setiap khalayak. Puluhan dapat dikisarkan antara 10 sampai dengan 90-an sehingga teks di atas jelas tidak memiliki suatu ketepatan jumlah yang dapat diartikan sama untuk semua orang. Terdapat strategi abstraksi di teks tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan hasil analisis mereka. 6. Objektivasi-Abstraksi Objektivasi Abstraksi Terdapat 50 warung pengecer minyak tanah di Bogor juga tidak punya persediaan bahan bakar yang masih jadi kebutuhan pokok warga itu. Terdapat banyak warung pengecer minyak tanah di Bogor juga tidak punya persediaan bahan bakar yang masih jadi kebutuhan pokok warga itu.

34 81 Dengan abstraksi, tidak diketahui secara tepat jumlah warung pengecer minyak tanah di Bogor yang tidak mempunyai persediaan minyak tanah sehingga masih terkesan abstrak. Kata banyak dapat diartikan secara berbeda oleh setiap khalayak. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan analisis mereka. Recheker berpendapat bahwa wartawan tidak mempunyai kemampuan untuk mendata warung pengecer yang banyak tersebut, sehingga digunakanlah kata banyak. 7. Diferensiasi-Indiferensiasi Indiferensiasi Pedagang eceran diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter. Diferensiasi Pedagang eceran diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter, warga justru dibatasi membeli minyak tanah maksimal 10 liter. Dengan diferensiasi, peristiwa mengenai pedagang yang diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter tidak ditampilkan secara mandiri dalam teks, namun dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa lain dalam teks yakni bahwa warga justru dibatasi untuk membeli minyak tanah maksimal 10 liter. Dalam pemberitaan di atas, terlihat kalimat yang berbeda sehingga terdapat warga sebagai suatu kelompok yang dimarjinalkan. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis mereka.

35 82 8. Diferensiasi-Indiferensiasi Indiferensiasi Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang eceran. Diferensiasi Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang eceran. Bahkan, sebelum habis, minyak tanah operasi pasar dibawa ke pangkalan milik Suhaemi. Tanpa terdapat kalimat ke-2, pada intinya warga tetap tidak mendapatkan minyak tanah. Dengan adanya kalimat ke-2 maka terlihat adanya penegasan yang menimbulkan permarjinalan warga karena diberitakan bahwa terdapat peristiwa lain yang menyebabkan mengapa warga tidak mendapatkan minyak tanah. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan hasil analisis mereka. 9. Diferensiasi-Indiferensiasi Indiferensiasi Kami sengaja membatasi penjualan minyak tanah di tingkat pangkalan dan berusaha menyetop pendistribusian sampai ke tingkat pengecer., kata Hedy, kemarin. Diferensiasi Kami sengaja membatasi penjualan minyak tanah di tingkat pangkalan dan berusaha menyetop pendistribusian sampai ke tingkat pengecer., kata Hedy, kemarin. Akan tetapi, hingga kemarin minyak tanah belum tersedia di semua pangkalan.

36 83 Dengan adanya diferensiasi, maka terdapat dua kalimat yang berbeda. Pada kalimat ke-1, ditegaskan oleh Hiswana Migas bahwa pihak mereka sengaja membatasi minyak di pangkalan, namun pada kalimat ke-2 terdapat peristiwa lain yang berbeda dari yang disampaikan yakni tidak tersedia minyak tanah di semua pangkalan. Meskipun dibatasi, seharusnya terdapat minyak tanah walaupun dalam jumlah kecil namun, pada kenyataannya, tidak terdapat. Secara tidak langsung, pihak Hiswana Migas telah dimarjinalkan, karena Hiswana Migas telah mengingkari janji. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis rechecker. 10. Determinasi-Indeterminasi Indeterminasi Menurut X warga, sebagian pengantre bahkan berasal dari kelurahan-kelurahan lain, seperti Ciheleut, Tegalmangga, dan Babakan. Determinasi Menurut seorang warga, sebagian pengantre bahkan berasal dari kelurahan-kelurahan lain, seperti Ciheleut, Tegalmangga, dan Babakan. Dengan adanya determinasi, maka identitas seorang warga tersebut tidak diketahui secara jelas (anonim). Secara sengaja atau tidak, wartawan telah menghilangkan nama dari warga tersebut padahal informasi yang diberikannya dapat sangat bermakna ataupun tidak. Khalayak tidak mengetahui informasi

37 84 tersebut berasal dari siapa dan dari daerah mana. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis mereka. 8. Judul : Gas Rp Per Tabung. Antrean Minyak Tanah Masih Terjadi di Tegal. Edisi : 25 Januari 2008 Narasumbernya yakni salah satu warga Kelurahan Kalinyamat Wetan, Tegal Selatan yang kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah. Berita ini berisikan tentang antrean yang masih terjadi di Kota Tegal Jawa Tengah. Selain itu pembelian minyak tanah juga sudah menggunakan kartu kendali, sehingga hanya warga yang mempunyai kartu kendali yang berhak mendapatkan minyak tanah. Dalam berita ini tidak terlalu terlihat adanya proses strategi wacana eksklusi maupun inklusi karena terbatasnya berita yang disampaikan. Selain itu berita tersebut juga digabungkan dengan berita mengenai kelangkaan gas, dimana peneliti tidak meneliti permasalahan tersebut. Berita ini juga tidak menampilkan narasumber dari pihak Pertamina maupun Hiswana Migas dari Kota Tegal, sehingga tidak diketahui secara jelas penyebab kelangkaan minyak tanah tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis rechecker.

38 95 IV.2. Pembahasan Penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma kritis dengan menggunakan metode analisis wacana kritis melalui model penelitian Theo Van Leeuwen. Paradigma kritis memandang bahwa media adalah sarana dimana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka dengan menguasai dan mengontrol media. Media yang mempunyai modal yang kuat dan pengaruh yang luas di masyarakat cenderung dapat melakukan dominasi dengan cara memberikan penafsiran tunggal terhadap suatu fenomena, isu-isu ataupun aktor-aktor tertentu lewat pemberitaan yang terus menerus disebarkan, media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran kepada khalayak mengenai sesuatu. Analisis wacana kritis melalui pendekatan Theo Van Leeuwen lebih menekankan bagaimana seseorang/ kelompok (aktor) ditampilkan dalam pemberitaan, apakah sebagai pihak dominan/ marjinal. Model ini berdasarkan pada dua konsep utama dalam pembedahan teks berita yaitu eksklusi dan inklusi. Dengan konsep ini dapat dilihat bagaimana suatu pihak ditampilkan dalam suatu pemberitaan. Dengan memakai kata, kalimat, informasi atau suatu susunan bentuk kalimat tertentu, cara bercerita tertentu, masing-masing kelompok dipresentasikan dalam teks. Melihat pada 2-3 penelitian terdahulu seperti pada Analisis Wacana Pemberitaan GAM Pasca Mou Helsinki di Harian KOMPAS ataupun Analisis Wacana Tentang Pemberitaan Kasus Sengketa Tanah Pasuruan di KOMPAS, yang memakai sampel dari surat kabar KOMPAS, ditemukan bahwa penentuan

39 96 narasumber berita sangat berperan dalam pemarjinalan seseorang maupun kelompok. Adanya kecenderungan menyudutkan pihak lain ketika wartawan mengambil narasumber dari pihak yang berseberangan. Dari pemberitaan yang ada, terdapat dugaan kecenderungan KOMPAS yang kurang mengedepankan prinsip cover both side, dimana warga yang menjadi salah satu elemen utama kurang mendapat pemberitaan yang sepadan meskipun pada 5 pemberitaan, warga yang kesulitan mendapatkan minyak tanah ditampilkan juga. KOMPAS sebagai salah satu surat kabar nasional terbesar di Indonesia memiliki beragam-ragam berita yang hampir mencakup segala aspek. Pada berita pertama yang berjudul Kelangkaan Masih Terjadi. Polisi Selidiki Kemungkinan Kebocoran Distribusi terdapat strategi wacana eksklusi yakni pasivasi dan nominalisasi. Dalam hal ini pemerintah ataupun Pertamina sebagai aktor sosial dikeluarkan dari pemberitaan. Terdapat strategi wacana inklusi yakni objektivasi-abstraksi dan asosiasi-disosiasi. Dalam berita kelangkaan minyak tanah ini, ditampilkan masyarakat yang harus kesulitan mendapatkan minyak tanah dan pengaburan pihak yang seharusnya bertanggung jawab. Pada berita kedua yang berjudul Kelangkaan Minyak Tanah Turut Dipicu Rembesan, hanya terdapat strategi wacana inklusi yakni objektivasi-abstraksi dan asosiasi-disosiasi. Masyarakat tidak ditampilkan secara sempurna karena sering adanya pengaburan informasi dan juga sering dikaitkan dengan aktor maupun peristiwa lainnya. Pada berita selanjutnya yang berjudul Minyak Tanah Langka. Harga Eceran Rp per liter terdapat strategi eksklusi yakni nominalisasi. Dimana

40 97 dalam berita ini Pertamina/ pemerintah dikeluarkan dalam pemberitaan. Begitu juga dengan pihak agen minyak tanah. Terdapat juga strategi inklusi yakni objektivasi-abstraksi dan asosiasi-disosiasi. Dalam hal ini masyarakat diberitakan secara tidak menyeluruh apalagi yang menyangkut dengan jumlah atau kuantitas. Pada berita berikutnya yang berjudul Minyak Tanah Sulit Didapat di Banten hanya terdapat strategi wacana eksklusi yakni pasivasi dan nominalisasi. Dalam berita tersebut, agen/ pengecer selaku aktor terkait dikeluarkan dari pemberitaan. Wartawan seakan melindungi pihak tersebut. Pada berita kelima yang berjudul Minyak Tanah Langka, Nelayan Stress hanya terdapat strategi wacana inklusi yakni asosiasi-disosiasi, dan objektivasiabstraksi. Dalam berita ini masyarakat tidak ditampilkan secara keseluruhan dari segi jumlah dan peristiwa yang mereka alami mempunyai asosiasi atau hubungan dengan masalah atau peristiwa yang lain. Pada berita keenam yang berjudul Transisi Minyak Tanah Ke LPG Picu Antrean Minyak Tanah terdapat strategi wacana eksklusi yakni nominalisasi dimana pemerintah dikeluarkan dari pemberitaan. Terdapat juga strategi inklusi yakni objektivasi-abstraksi dan diferensiasi-indiferensiasi. Dalam berita ini agen/ pengecer tidak dijelaskan secara utuh serta tidak diberitahukan informasi dengan jelas sehingga terjadi keabstrakkan. Terjadi penambahan alasan/ penyebab kelangkaan minyak tanah sehingga masyarakat berpikir bahwa sebenarnya penyebab minyak tanah langka bukan hanya dari satu unsur melainkan dari penyebab yang lain.

41 98 Pada berita berikutnya yang berjudul Pedagang Borong Minyak Tanah. Memanfaatkan Operasi Pasar di Berbagai Lokasi terdapat strategi inklusi yakni objektivasi-abstraksi, diferensiasi-indiferensiasi dan determinasiindeterminasi. Dalam hal ini tidak adanya informasi yang jelas dalam menampilkan masyarakat sebagai aktor sosial. Dalam teks juga terdapat kalimat yang memarjinalkan masyarakat serta pernyataan dari Hiswana Migas yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Terdapat juga pengaburan identitas masyarakat dalam pemberitaan. Pada berita terakhir yang berjudul Gas Rp Per Tabung. Antrean Minyak tanah Masih Terjadi di Tegal tidak terdapat pemakaian strategi wacana apapun karena didalam berita tersebut hanya menjelaskan tentang antrean warga dan pembelian di pangkalan yang telah memakai kartu kendali serta minimnya narasumber yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.

Chart IV.1 Hasil dari Strategi Eksklusi dari Pemberitaan Kasus Kelangkaan Minyak Tanah di Pulau Jawa pada Surat Kabar Harian KOMPAS

Chart IV.1 Hasil dari Strategi Eksklusi dari Pemberitaan Kasus Kelangkaan Minyak Tanah di Pulau Jawa pada Surat Kabar Harian KOMPAS Chart IV.1 Hasil dari Strategi Eksklusi dari Pemberitaan Kasus Kelangkaan Minyak Tanah di Pulau Jawa pada Surat Kabar Harian KOMPAS = pihak agen/ pangkalan/ pengecer. = pihak pemerintah/ Pertamina. Chart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki kebutuhan yang cukup banyak. Mulai dari sandang, pangan dan kebutuhan lainnya. Tidak semua kebutuhan

Lebih terperinci

ini lahir di tengah-tengah sikon politik yang dinamakan Sikon Revolusioner,

ini lahir di tengah-tengah sikon politik yang dinamakan Sikon Revolusioner, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Perusahaan dan Perkembangan Harian Kompas "Kompas" diterbitkan untuk pertama kalinya pada tanggal 28 Juni 1965, tepat pada masa dimatikannya koran-koran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau lebih membenarkan suatu kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. PEMBERITAAN KASUS KELANGKAAN MINYAK TANAH DI PULAU JAWA (Analisis Wacana Mengenai Pemberitaan Kasus Kelangkaan Minyak Tanah di Pulau Jawa pada Harian KOMPAS) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN MEDIA

BAB IV GAMBARAN MEDIA BAB IV GAMBARAN MEDIA Setiap pemberitaan di media massa, secara tidak langsung membentuk sebuah wacana membentuk pola pikir pembacanya. Begitu pula dalam penelitian ini, tentang bagaimana media mewacanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta pikiran. Bahasa memiliki fungsi sebagai identitas nasional, karena di Indonesia terdapat beribu-ribu

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP JENIS MINYAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta, kemacetan bukan hal yang asing lagi. Hampir setiap hari

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TENTANG EKSEKUSI SADDAM HUSEIN DI IRAK PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN SURAT KABAR WASPADA

ANALISIS WACANA TENTANG EKSEKUSI SADDAM HUSEIN DI IRAK PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN SURAT KABAR WASPADA ANALISIS WACANA TENTANG EKSEKUSI SADDAM HUSEIN DI IRAK PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN SURAT KABAR WASPADA SKRIPSI SARJANA DISUSUN O L E H NAMA : LISTA PUSRIYANTI NIM : 030904054 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 31 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tentang kecenderungan ketidakberpihakan (impartiality) media dalam pemberitaan konflik KPK dan POLRI dalam kasus pengadaan simulator

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDISTRIBUSIAN DAN PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KOTAWARINGINN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di jaman globalisasi telah mengalami berbagai perkembangan yang begitu cepat. Salah satu hal yang mengalami perkembangan dengan cepat adalah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN. masyarakat. Surat kabar sebagai penyalur informasi yang sangat penting perannya

BAB II DESKRIPSI OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN. masyarakat. Surat kabar sebagai penyalur informasi yang sangat penting perannya BAB II DESKRIPSI OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN A. Latar Belakang Surat kabar merupakan salah satu media informasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Surat kabar sebagai penyalur informasi yang sangat

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS

IV GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS IV GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS 4.1 Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Surat Kabar Harian Kompas Kompas sebagai suatu perusahaan media massa yang besar dan prestisius ini merupakan sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL SURAT KABAR

BAB IV PROFIL SURAT KABAR BAB IV PROFIL SURAT KABAR 4.1 Harian Kompas 4.1.1 Sejarah 12 Surat Kabar Harian Kompas didirikan pada tanggal 28 Juni tahun 1965, tepat pada saat koran-koran non komunis dilarang terbit pada awal 1960-an.

Lebih terperinci

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) Arlinda Nurul Nugraharini (D2C009105) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1) KAUM MARGINAL DALAM KONSTRUKSI MEDIA (Analisis Wacana tentang Relokasi PKL Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Mei 2010) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLIUM GAS (LPG) TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM PADA TINGKAT PANGKALAN DAN PENGECER DI WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

SKRIPSI ROBIN PANGARIBUAN

SKRIPSI ROBIN PANGARIBUAN PEMBERITAAN KASUS PEMBUNUHAN NASRUDIN ZULKARNAEN DI MAJALAH MINGGUAN TEMPO (Analisis Wacana Pemberitaan Kasus Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen dalam majalah mingguan Tempo) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KOMPAS DALAM DINAMIKA PERS INDONESIA. proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yakni tahun (era

BAB II KOMPAS DALAM DINAMIKA PERS INDONESIA. proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yakni tahun (era BAB II KOMPAS DALAM DINAMIKA PERS INDONESIA Pada perkembangannya di Indonesia, pers memiliki peranan penting dalam perjalanan sejarah di Indonesia. Dimulai dari pasca pembacaan proklamasi kemerdekaan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, termasuk pada usaha di bidang penjualan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Koran dalam bentuk media cetak merupakan salah satu bentuk media massa yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, dan menjadi bagian dari masyarakat. Koran berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TERTENTU DI WILAYAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

WACANA LENGSERNYA MUHAMMAD MURSI DARI JABATAN PRESIDEN MESIR DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA DAN KOMPAS (ANALISIS WACANA KRITIS MODEL THEO VAN LEEUWEEN)

WACANA LENGSERNYA MUHAMMAD MURSI DARI JABATAN PRESIDEN MESIR DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA DAN KOMPAS (ANALISIS WACANA KRITIS MODEL THEO VAN LEEUWEEN) WACANA LENGSERNYA MUHAMMAD MURSI DARI JABATAN PRESIDEN MESIR DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA DAN KOMPAS (ANALISIS WACANA KRITIS MODEL THEO VAN LEEUWEEN) Rianda Pringgandani Program Studi Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

Yunisa Oktavia dan Frangky Silitonga. Implementasi Analisis...Halaman Volume 1, No. 2, September 2016

Yunisa Oktavia dan Frangky Silitonga. Implementasi Analisis...Halaman Volume 1, No. 2, September 2016 Yunisa Oktavia dan Frangky Silitonga. Implementasi Analisis...Halaman 201 213 Volume 1, No. 2, September 2016 IMPLEMENTASI ANALISIS WACANA KRITIS PERSPEKTIF LEEUWEN DALAM BERITA POLITIK SURAT KABAR PADANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemunculan korupsi di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk ringan atau berat, terorganisasi atau tidak. Walaupun korupsi sering memudahkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. indikator pengukur keberhasilan pembangunan. Indonesia mengalami

BAB I : PENDAHULUAN. indikator pengukur keberhasilan pembangunan. Indonesia mengalami 1 BAB I : PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Keberhasilan yang dicapai Indonesia dalam pembangunan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri meskipun tentunya tidak bisa lepas dari kekurangan. Pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. No.223, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II OBJEK PENELITIAN. Kasus KPK VS POLRI (Pangesti, 2015: 29-31) menyebutkan bahwa Kompas

BAB II OBJEK PENELITIAN. Kasus KPK VS POLRI (Pangesti, 2015: 29-31) menyebutkan bahwa Kompas BAB II OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Kompas Sejarah Kompas mengutip dari skripsi Pandangan Media Terhadap Kasus KPK VS POLRI (Pangesti, 2015: 29-31) menyebutkan bahwa Kompas diterbitkan pertama kali pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD 1. Goenawan Mohamad Goenawan Mohamad atau GM lahir di Batang, pada tanggal 29 Juli 1941. Saat masih duduk di bangku SMA dalam usia 17 tahun GM menulis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi pers di Indonesia dewasa ini mengalami berbagai problematika, seperti kekerasan terhadap pers hingga permasalahan somasi atau tuntutan. Dewan Pers menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini terbukti dari banyaknya media massa, termasuk media cetak yang beredar di tanah air. Di tengah kecanggihan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TABUNG 3 KILOGRAM PADA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari 9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari menjamurnya stasiun televisi swasta, dan televisi televisi lokal di daerah. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOMPAS. Kompas yang diambil dari beberapa sumber: 66. Menteri/Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani, yang diutarakan

BAB II GAMBARAN UMUM KOMPAS. Kompas yang diambil dari beberapa sumber: 66. Menteri/Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani, yang diutarakan BAB II GAMBARAN UMUM KOMPAS A. DESKRIPSI KOMPAS Berikut merupakan penjabaran sejarah, visi dan misi surat kabar harian Kompas yang diambil dari beberapa sumber: 66 1. Sejarah Kompas Harian Kompas adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a bahwa dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita cukup penting peranannya bagi kehidupan kita sehari-hari. Berita dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai hiburan bagi pembacanya. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Pertamina Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

Jakarta, 1 Juli 2009

Jakarta, 1 Juli 2009 Perihal : Permohonan Sebagai Koder Jakarta, 1 Juli 2009 Kepada Yth. Pemred. Satelit News Di Tempat. Dengan hormat, Dalam rangka menyusun skripsi/tugas akhir, sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berwujud barang.

I. PENDAHULUAN. Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berwujud barang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berwujud barang. Produk mempengaruhi kepuasan konsumen karena merupakan sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala

Lebih terperinci

BAB II 2. GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II 2. GAMBARAN UMUM INSTANSI BAB II 2. GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Sejarah Berdirinya PT. Jawa Pos Koran Usaha swasta di bidang media komunikasi massa berbentuk PT yang didirikan oleh The Chung Sen (Suseno Tejo) dan terbit mulai 1

Lebih terperinci

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Jurnalis SKH Riau Pos Dalam Pemberitaan Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau) Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa setiap kegiatan usaha dapat menimbulkan bahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ciri-ciri kependudukan di Indonesia selain jumlah penduduk yang besar, adalah bahwa kepadatan penduduk di perkotaan tinggi, penyebaran penduduk desa kota dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rapat koordinasi terbatas di Kantor Wakil Presiden pada awal bulan Mei 2008 memutuskan perlunya dilakukan program penggunaan kompor dan tabung gas tiga kilogram.

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN - 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kita mengenal istilah jurnalistik identik dengan media massa, dan juga wartawan atau reporter. Berita di media cetak, media elektronik ataupun online, adalah produk

Lebih terperinci

PROFIL HARIAN UMUM KOMPAS. Sejarah Harian Umum KOMPAS. Koran KOMPAS terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965, tepat pada

PROFIL HARIAN UMUM KOMPAS. Sejarah Harian Umum KOMPAS. Koran KOMPAS terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965, tepat pada PROFIL HARIAN UMUM KOMPAS Sejarah Harian Umum KOMPAS Koran KOMPAS terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965, tepat pada saat koran-koran nonkomunis terlarang terbit sejak awal 1960-an. Menurut salah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, khususnya terhadap media massa semakin kritis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, khususnya terhadap media massa semakin kritis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi sekarang ini pandangan masyarakat Indonesia, khususnya terhadap media massa semakin kritis dalam menerima informasi. Media massa lahir sebagai

Lebih terperinci

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan sumber daya alam, terutama minyak bumi semakin meningkat. Hal ini berdampak langsung terhadap

Lebih terperinci

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Senin, 30 Oktober 2017 06:00Reporter : Rendi Perdana Koran Sin Po. 2017 Merdeka.com/rendi Merdeka.com - Alunan biola di tengah Kongres Pemuda II pada 28 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Awal tahun 2013 silam, masyarakat dikejutkan oleh kecelakaan maut yang menimpa anak salah satu tokoh publik di Indonesia, yaitu Rasyid Rajasa, anak dari Menteri Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran fundamental dalam kehidupan. Manusia tumbuh dan berkembang bersama bahasa. Dengan bahasa pula, manusia dapat belajar, berekspresi, berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari

BAB IV PENUTUP. tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis isi yang dilakukan secara kualitatif terhadap berita tuntutan kemerdekaan rakyat Papua di Harian Cenderawasih Pos edisi Januari hingga Juni tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu korupsi, suap, pencucian uang, dan semua bentuk penggelapan uang negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia. Para aparatur

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita) BAB III PENYAJIAN DATA A. Penyajian Data Berikut ini penyajian data berdasarkan penelitian yang dilakukan di harian surat kabar Pekanbaru Pos. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang analisis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG mencakup Lembaga / Instansi lain dan atau kepentingan umum di luar Lembaga / Instansi pencipta arsip dan kegunaannya sebagai bahan bukti dan bahan pertanggungjawaban Nasional. Nilai guna Sekunder meliputi

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENDISTRIBUSIAN LPG TABUNG 3 KILOGRAM DI PROVINSI SULAWESI BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern sekarang ini, kita hidup dalam kondisi saling ketergantungan (interpedensi) dan saling membutuhkan. Untuk itu kita membutuhkan hubungan

Lebih terperinci