Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 1"

Transkripsi

1 1. Latar Belakang Kota jika dilihat secara kepentingan ekonomi adalah kehidupan nonagraris, yang memiliki fungsi khas kultural, industri dan perdagangan. Perkembangan suatu kota erat kaitannya dengan perubahan pola pemanfaatan lahan. Perubahan tersebut membawa pengaruh terhadap berbagai kegiatan di dalamnya. Meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan meningkatnya permintaan lahan untuk melakukan berbagai kegiatan, dimana pengguna lahan akan berusaha memaksimalkan pemanfaatan lahan yang tercermin dari semakin meningkatnya usaha-usaha pemanfaatan lahan. Kegiatankegiatan yang dianggap kurang menguntungkan dan kurang produktif akan dengan cepat tersaingi oleh kegiatan yang lebih menguntungkan dan produktif. Salah satu kegiatan yang produktif adalah kegiatan perdagangan (Tarigan, 2005). Kegiatan perdagangan, sejatinya berawal dari filosofi interaksi antara penjual dan pembeli. Interaksi yang terjadi adalah adanya pertukaran harta dalam hal ini uang dengan barang dan jasa, perpindahan hak dari harta dan barang/jasa seseorang kepada orang lain, adanya perolehan manfaat oleh kedua belah pihak, serta adanya regulasi atau peraturan yang berkaitan dengan legalitas jual beli. Interaksi tersebut membutuhkan ruang untuk mewadahi kegiatan jual beli yang ada. Pasar merupakan ruang untuk mewadahi kegiatan jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu. Dewasa ini istilah pasar dikategorikan kedalam pasar tradisional dan pasar modern. Hal mendasar yang membedakan keduanya adalah proses interaksi dan pola pengelolaan atau manajemen antara keduanya. Pada pasar tradisional yang pada umumnya dimiliki oleh pemerintah, terjadi interaksi langsung antara penjual dan pembeli, dengan proses tawar menawar. Sementara pasar modern, pada umumnya pembeli melakukan kegiatan secara swalayan, atau terdapat pramuniaga, dan sistem pembelian dilakukan dengan harga yang sudah ditetapkan, terdapat label harga. Pasar modern diantaranya adalah pertokoan, mall, plasa, minimarket, supermarket dan hipermarket. Keberadaan pasar, khususnya yang tradisional, merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pasar tradisional sejatinya memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional. Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 1

2 Namun, selain menyandang keunggulan alamiah, pasar tradisional memiliki berbagai kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Tidak dapat dipungkiri, bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat. Proses modernisasi ini mempengaruhi pola aktivitas masyarakat terhadap perubahan fisik perkotaan yang ditandai dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan pasar-pasar modern yang semakin marak. Perilaku masyarakat selaku konsumen sudah mulai bergeser dari pasar tradisonal ke pasar modern. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil. Sangat mudah menjumpai minimarket, supermarket bahkan hipermarket yang tidak jauh dari kawasan tempat tinggal. Tercatat dari tahun , pertumbuhan pasar modern di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 11,8% (AC Nielsen, 2007). Fenomena modernisasi dan globalisasi ini terjadi di hampir semua perkotaan di Indonesia, diantaranya Kota Semarang. Kota Semarang, sesuai dengan visinya yaitu kota metropolitan yang religius, tertib dan berbudaya (Perda Kota Semarang No. 3 Tahun 2010), memiliki perkembangan perdagangan yang cukup kompetitif. Pada tahun 2010, jumlah pasar yang dimiliki Pemerintah Kota Semarang yang dikenal dengan pasar tradisional adalah sejumlah 47 pasar yang tersebar di seluruh Kota Semarang (Dinas Pasar Kota Semarang, 2010). Sedangkan, jumlah pasar modern, sampai dengan Tahun 2009 tercatat sejumlah 56 unit, belum termasuk diantaranya masih banyak minimarket yang tersebar di lingkungan permukiman (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang, 2009). Jumlah pasar modern ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan terbukanya peluang investasi di Kota Semarang dan era perdagangan global. Beberapa permasalahan berkaitan dengan keberadaan pasar tradisional dan modern saat ini antara lain sebagai berikut: Jumlah pedagang pasar tradisional yang terus meningkat belum diimbangi oleh ketersediaan ruang, fenomena ini ditunjukkan dengan banyaknya pedagang yang berjualan diluar bangunan pasar. Meningkatnya pasar-pasar modern, baik skala regional seperti supermarket dan hipermarket, sampai dengan skala lingkungan berupa minimarket yang dikelola pengusaha besar dan konglomerasi ritel bermunculan di kawasan permukiman di Kota Semarang, dinilai memiliki kecenderungan dalam mendesak eksistensi warung, toko dan pedagang pasar tradisional. Peningkatan sektor informal khususnya pedagang kaki lima (PKL), yang bermunculan seiring dengan keberadaan pasar, baik pasar tradisional dan pasar modern, seringkali menyebabkan permasalah pembangunan kota dengan keberadaannya yang tidak tertib. Kondisi pasar tradisional secara fisik tertinggal dari pasar modern, dikarenakan rendahnya tingkat kesadaran terhadap kedisiplinan, kebersihan dan ketertiban, maupun kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan sarana fisik (kondisi lingkungan yang kotor, bau dan becek). Permasalahan konflik penggunaan ruang untuk kegiatan perdagangan dengan kegiatan pendukungnya, terutama kegiatan lalu lintas, sehingga banyak titiktitik kemacetan di sekitar lokasi pasar. Pada tahun 2007, pemerintah melalui Presiden Republik Indonesia, mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Hal ini sebagai regulasi untuk memberdayakan pasar tradisional agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan dengan perkembangan pusat perbelanjaan dan toko modern. Berdasarkan dari fenomena permasalahan dan peraturan tersebut, maka diperlukan suatu pemecahan penanganan masalah secara terstruktur, melalui disusunnya Masterplan Pasar oleh Pemerintah Kota Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 2

3 Semarang. Keberadaan Masterplan Pasar Kota Semarang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan kebijakan penanganan pasar di Kota Semarang. 2. Jumlah dan Pola Persebaran Kegiatan Pasar di Kota Semarang 2.1 Pasar Modern Pasar modern ini dibagi kemnali menjadi Hypermarket, Supermarket, Minimarket dan Pertokoan. Sedangkan untuk pasar tradisional dibedakan lagi berdasarkan skala pelayanan yaitu kota, wilayah dan lingkungan. Untuk hypermarket, di Kota Semarang hanya terdapat 11 dengan persebaran di Kecamatan Pedurungan (1 buah), Kecamatan Semarang Selatan (3 buah), Kecamatan Banyumanik (3 buah) dan paling banyak terdapat di Kecamatan Semarang Tengah ada 4 buah. Supermarket di Kota Semarang ada 23 buah dan terdapat di wilayah Kecamatan Pedurungan, Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Seamrang Tengah, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan candisari, Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Tugu dan Kecamatan Gajahmungkur, dengan yang supermarket paling banyak di Kecamatan Semarang Barat. Minimarket yang ada didominasi oleh indomaret dan alfamart. Minimarket ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kota Semarang dengan jumlah 244 buah minimarket. Sama halnya dengan Minimarket, pertokoan yang ada di Kota Semarang juga menyebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di wilayah Kota Semarang dengan kisaran 3-80 buah pertokoan per kecamatan. Jumlah pertokoan sendiri yang ada di seluruh wilayah Kota Semarang sebanyak 445 buah. Jadi untuk pasar modern, jumlah keseluruhannya adalah 723 pasar modern. Tabel 1 Penyebaran Pasar Modern di Kota Semarang Tahun 2010 No Kecamatan Pasar Modern Hypermarket Supermarket Minimarket Pertokoan Jumlah Pasar 1 Genuk Gunungpati Pedurungan Semarang Selatan Semarang Tengah Banyumanik Candisari Gayamsari Mijen Ngaliyan Semarang Barat Semarang Timur Semarang Utara Tembalang Tugu Gajahmungkur JUMLAH TOTAL Pasar Tradisional Pasar tradisional di Kota Semarang secara keseluruhan sebanyak 67 buah dengan pembagian berdasarkan skala pelayanan (baik itu kota, wilayah dan lingkungan). Untuk pasar kota sebanyak 9 buah hanya terdapat pada Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Semarang Timur, dengan Kecamatan Semarang Selatan dan Semarang Tengah memiliki jumlah pasar kota terbesar yaitu masing masing 3 buah. Sedangkan pasar wilayah terdapat pada Kecamatan Gunungpati (1 buah), Kecamatan Pedurungan (2buah), Kecamatan Semarang Selatan (3 buah), Semarang Tengah (5 buah), Candisari (2 buah), Gayamsari dan Mijen masing masing 1 buah, Kecamatan Ngaliyan 2 buah, dan Kecamatan Semarang Barat 4 buah, sehingga jumlah pasar Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 3

4 wilayah yang ada di Kota Semarang sebanyak 21 buah. Selain itu juga terdapat pasar skala lingkungan dengan lokasi yang rata rata menyebar di wilayah Kota Semarang dengan jumlah total 37 buah dengan kecamatan yang ada adalah Kecamatan Genuk, Pedurungan, Banyumanik, Gayamsari, Mijen, Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Timur, Semarang Utara, Tembalang, Tugu, dan Gajahmungkur. Tabel 2 Penyebaran Pasar Tradisional di Kota Semarang Tahun 2010 No Kecamatan Pasar Tradisional Pasar Kota Pasar wilayah Pasar lingkungan Jumlah Pasar Tradisional 1 Genuk Gunungpati Pedurungan Semarang Selatan Semarang Tengah Banyumanik Candisari Gayamsari Mijen Ngaliyan Semarang Barat Semarang Timur Semarang Utara Tembalang Tugu Gajahmungkur JUMLAH TOTAL Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 4

5 1 5 Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 5

6 3. Tujuan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa kondisi perpepasaran Kota Semarang berkembang cukup pesat. Perkembangan ini merupakan dampak dari pertumbuhan ekonomi. Permasalah dari pekembangan perpasaran Kota Semarang adalah belum dimilikinya cetal biru pengembangan perpasaran sehingga perkembangan pasar modern dan tradisional tidak memiliki konsep yang jelas. Mempertimbangkan permasalahan, kebijakan pembangunan dan kebijakan penataan ruang maka tujuan pengembangan sistem perpasaran Kota Semarang ditetapkan sebagai berikut : mewujudkan perpasaran yang berkualitas dalam mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa berkala internasional. 4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perpasaran Kota Semarang Kebijakan pengembangan perpasaran Kota Semarang meliputi : a. Pengaturan pengembangan kegiatan perpasaran. b. Pengaturan lokasi pengembangan pasar modern dan tradisional berdasarkan skala usaha dan skala pelayanannya. c. Penetapan kualitas pasar modern dan tradisional. d. Pengembangan kegiatan perdagangan formal dengan kegiatan perdagangan informal terpadu. e. Penetapan kebijakan pengembangan sistem perpasaran oleh pemerintah dan swasta/masyarakat. Dengan kebijakan diatas maka, langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan pengembangan sistem perpasaran Kota Semarang ditetapkan sebagai berikut : a. Strategi pengaturan pengembangan kegiatan perpasaran meliputi : 1. Mengembangkan pasar modern dengan standar kualitas internasional di kawasan pusat kota. 2. Mengembangkan pasar tradisional dengan karakteristik komoditas khusus. 3. Mengembangkan pasar komoditas hasil agro, sebagai fasilitas pengumpul dan pemasaran hasil pertanian Kota Semarang dan daerah disekitarnya. 4. Mengatur jarak antar pengembangan pasar modern dan tradisional. b. Strategi pengaturan lokasi pengembangan pasar modern dan tradisional berdasarkan skala usaha dan skala pelayanannya meliputi : 1. Mengatur dan mengarahkan pengembangan pasar modern dan tradisional skala pelayanan regional dan nasional di kawasan pusat kota. 2. Mengatur dan mengarahkan pengembangan pasar modern dan tradisional skala pelayanan kota di masing-masing BWK 3. Mengatur dan mengarahkan pengembangan pertokoan dan ritail modern serta pasar lingkungan di masing-masing pusat blok lingkungan c. Strategi penetapan kualitas pasar modern dan tradisional meliputi : 1. Menetapkan jumlah pedagang pada masing-masing pasar modern dan tradisional. 2. Menyediakan prasarana dan fasilitas penunjang aktivitas pasar berdasarkan skala kegiatan baik pasar modern dan tradisional. 3. Meningkatkan aksesbilitas pasar modern dan tradisional skala pelayanan nasional, regional, kota dengan penyediaan rute angkutan umum BRT. d. Strategi pengembangan kegiatan perdagangan formal dengan kegiatan perdagangan informal terpadu meliputi : 1. Mengatur setiap pengembangan pasar modern agar menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal. 2. Mengatur muatan komoditas lokal disetiap pusat perbelajaan pasar modern Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 6

7 e. Strategi penetapan kebijakan pengembangan sistem perpasaran oleh pemerintah dan swasta/masyarakat meliputi : 1. Mengembangkan sistem kelembangaan pembangunan perpasaran 2. Menetapkan hak dan kewajiban pemerintah dalam pembangunan sistem perprasaran 3. Menetapkan hak dan kewajiban swasta dalam pembangunan sistem perparasaran 5. Rencana Pengembangan Kegiatan Perpasaran Kota Semarang Pengembangan struktur kegiatan perpasaran Kota Semarang direncanakan berdasarkan kebijakan penataan ruang Kota Semarang khususnya pengembangan struktur pelayanan kegiatan. Rencana Struktur pelayanan kegiatan Kota Semarang berdasarkan RTRW Kota Semarang adalah sebagai berikut : Pengembangan Pusat Pelayanan Kota (PPK) Pengembangan kegiatan dalam kawasan pusat pelayanan kota (PPK) diarahkan untuk memiliki skala regional atau nasional, hal ini juga merupakan perwujudan dari peran Kota Semarang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sesuai amanah Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kawasan yang menjadi bagian dari pusat pelayanan kota (PPK) Kota Semarang meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Timur Terkait dengan pengembangan perpasaran maka kebijakan yang di kembangkan pada kawasan Pusat Pelayanan Kota (PPK) Kota Semarang adalah : 1. Pengembangan Pasar Modern a. Diarahkan pada pengembangan kegiatan pasar modern pelayanan regional/ nasional dengan bentuk supermarket, hypermarket dan jasa perkulakan. b. Pengembangan supermarket, hypermarket dan jasa perkulakan di kawasan ini wajib menyediakan fasilitas yang menjamin supermarket, hypermarket dan jasa perkulakan bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman. c. Pengembangan jasa perkulakan di kawasan ini diarahkan pada lokasi yang dilayani sistem jaringan jalan sekurang-kurangnya jalan arteri. d. Pengembangan supermarket dan hypermarket di kawasan ini diarahkan pada lokasi yang dilayani sistem jaringan jalan sekurang-kurangnya jalan kolektor atau arteri. e. Pengembangan supermarket dan hypermarket di kawasan ini wajib menyediakan ruang-ruang untuk sektor informal. Kegiatan informal yang ada di kawasan ini diwajibkan mengikuti pola standar pelayanan perdagangan modern (termasuk berstandar pelayanan internasional). 2. Pengembangan Pasar Tradisional a. Diarahkan pada pengembangan kegiatan pasar tradisional skala pelayanan regional/ nasional dengan bentuk pasar Kota. b. Pasar Kota yang dikembangkan di kawasan ini diarahkan untuk memiliki ciri khusus, sehingga dapat berkembang/ bertahan dengan ciri khususnya dari tekanan pasar modern di pusat kota. Pengembangan Sub Pelayanan Kota (SPK) Pengembangan kegiatan dalam kawasan sub pelayanan kota (SPK) diarahkan pada kegiatan yang memiliki skala pelayanan sebagian kota dan atau skala pelayanan bagian wilayah kota (BWK). 1. Pengembangan Pasar Modern a. Diarahkan pada pengembangan kegiatan perpasaran skala pelayanan kota atau sebagian wilayah kota dengan bentuk supermarket dan hypermarket. Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 7

8 b. Pengembangan supermarket dan hypermarket di kawasan ini diarahkan pada lokasi yang dilayani sistem jaringan jalan sekurangkurangnya jalan kolektor atau arteri. c. Pengembangan supermarket dan hypermarket di kawasan ini wajib menyediakan ruang-ruang untuk sektor informal. Kegiatan informal yang ada di kawasan ini tentunya juga dituntut untuk mengikuti pola standar pelayanan perdagangan modern. d. Pengembangan supermarket dan hypermarket di kawasan ini wajib menyediakan ruang-ruang untuk sektor informal 2. Pengembangan Pasar Tradisional a. Diarahkan pada pengembangan kegiatan perpasaran skala pelayanan kota atau sebagian wilayah kota dengan bentuk pasar wilayah. b. Pengembangan pasar wilayah di kawasan ini diarahkan pada lokasi yang dilayani sistem jaringan jalan sekurang-kurangnya jalan kolektor atau arteri. c. Pasar wilayah yang dikembangkan di kawasan ini merupakan pasar umum yang menyediakan kebutuhan seluruh penduduk yang ada di sekitar lokasi pasar ini. Pengembangan Pelayanan Lingkungan (PL) Pengembangan kegiatan dalam kawasan pelayanan lingkungan (PL) diarahkan pada kegiatan yang memiliki skala pelayanan sebagian bagian wilayah kota (BWK) atau skala pelayanan blok lingkungan. Kawasan yang menjadi bagian dari kawasan pelayanan lingkungan (PL) di Kota Semarang meliputi: a. BWK I meliputi : 1. pusat lingkungan I.1 terdapat di Kelurahan Sekayu dengan daerah pelayanan Kelurahan Pindrikan Lor, Kelurahan Pindrikan Kidul, Kelurahan Pandansari, Kelurahan Kembang Sari, Kelurahan Bangunharjo, Kelurahan Kauman, Kelurahan Kranggan, Kelurahan Purwodinatan, Kelurahan Miroto, Kelurahan Pekunden, Kelurahan Gabahan, Kelurahan Brumbungan, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Karang kidul; 2. pusat lingkungan I.2 terdapat di Kelurahan Kemijen dengan daerah pelayanan Kelurahan Rejomulyo, Mlatiharjo, Mlatibaru, Kebonagung, Bugangan 3. pusat lingkungan I.3 terdapat di Kelurahan Rejosari dengan daerah pelayanan Kelurahan Sarirejo, Kelurahan Karangturi, Kelurahan Karangtempel; 4. pusat lingkungan I.4 terdapat di Kelurahan Mugasari dengan daerah pelayanan Kelurahan Bulustalan, Kelurahan Barusari, Kelurahan Randusari; dan 5. pusat lingkungan I.5 terdapat di Kelurahan Peterongan dengan daerah pelayanan Kelurahan Pleburan, Kelurahan Wonodri, Kelurahan Lamper Lor, Kelurahan Lamper Kidul, Kelurahan Lamper Tengah b. BWK II meliputi : 1. pusat lingkungan II.1 terdapat di Kelurahan Sampangan dengan daerah pelayanan Kelurahan Petompon, Kelurahan Bendan Ngisor, Kelurahan Bendan Dhuwur; 2. pusat lingkungan II.2 terdapat di Kelurahan Gajahmungkur dengan daerah pelayanan Kelurahan Bendungan, Kelurahan Lempongsari, Kelurahan Karangrejo; 3. pusat lingkungan II.3 terdapat di Kelurahan Candi dan Kelurahan Wonotingal dengan daerah pelayanan Kelurahan Kaliwiru, Kelurahan Candi, Kelurahan Tegalsari; dan 4. pusat lingkungan II.4 terdapat di Kelurahan Jatingaleh dengan daerah pelayanan Kelurahan Jomblang, Kelurahan Karanganyar Gunung. c. BWK III meliputi : Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 8

9 1. pusat lingkungan III.1 terdapat di Kelurahan Tanjungmas dengan daerah pelayanan Kelurahan Bandarharjo; 2. pusat lingkungan III.2 terdapat di Kelurahan Kuningan dengan daerah pelayanan Kelurahan Purwosari, Kelurahan Dadapsari; 3. pusat lingkungan III.3 terdapat di Kelurahan Panggung Lor dengan daerah pelayanan Kelurahan Panggung Kidul, Kelurahan Plombokan, Kelurahan Bulu Lor; 4. pusat lingkungan III.4 terdapat di Kelurahan Tawangmas dengan daerah pelayanan Kelurahan Tawangsari, Kelurahan Krobokan, Kelurahan Tambakharjo, Kelurahan Karangayu; 5. pusat lingkungan III.5 terdapat di Kelurahan Cebean dengan daerah pelayanan Kelurahan Salaman Mloyo, Kelurahan Bojongsalaman, Kelurahan Ngemplak Simangon, Kelurahan Bongsari; 6. pusat lingkungan III.6 terdapat di Kelurahan Manyaran dengan daerah pelayanan Kelurahan Girikdrono, Kelurahan Kalibanteng Kidul; dan 7. pusat lingkungan III.7 terdapat di Kelurahan Kalibanteng Kulon dengan daerah pelayanan Kelurahan Krapyak, Kelurahan Kembangarum. d. BWK IV meliputi : 1. pusat lingkungan IV.1 terdapat di Kelurahan Terboyo Wetan dengan daerah pelayanan Kelurahan Terboyo Kulon, Kelurahan Trimulyo, Kelurahan Muktiharjo Lor, Kelurahan Gebangsari, Kelurahan Genuksari, Kelurahan Bangetayu Kulon 2. pusat lingkungan IV.2 terdapat di Kelurahan Banjardowo dengan daerah pelayanan Kelurahan Karangroto, Kudu, Kelurahan Kelurahan Sambungharjo, Kelurahan Bangetayu Wetan, Kelurahan Penggaron Lor e. BWK VI meliputi : 1. pusat lingkungan V.1 terdapat di Kelurahan Kaligawe dengan daerah pelayanan Kelurahan Tambakrejo, Kelurahan Sawah Besar; 2. pusat lingkungan V.2 terdapat di Kelurahan Gayamsari dengan daerah pelayanan Kelurahan Sambirejo, Kelurahan Siwalan, Kelurahan Pandean Lamper; 3. pusat lingkungan V.3 terdapat di Kelurahan Tlogosari Kulon dengan daerah pelayanan Kelurahan Muktiharjo Kidul; 4. pusat lingkungan V.4 terdapat di Kelurahan Palebon dengan daerah pelayanan Kelurahan Kalicari, Kelurahan Gemah; dan 5. pusat lingkungan V.5 terdapat di Kelurahan Pedurungan Kidul dengan daerah pelayanan Kelurahan Tlogosari Wetan, Kelurahan Tlogomulyo, Kelurahan Pedurungan Tengah, Kelurahan Pedurungan Lor, Kelurahan Plamongansari, Kelurahan Penggaron Kidul. f. BWK VI meliputi : 1. pusat lingkungan VI.1 terdapat di Kelurahan Bulusan dengan daerah pelayanan Kelurahan Tembalang, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Kramas, Kelurahan Meteseh, Kelurahan Rowosari; 2. pusat lingkungan VI.2 terdapat di Kelurahan Sendangmulyo dengan daerah pelayanan Kelurahan Kedungmundu; dan 3. pusat lingkungan VI.3 terdapat di Kelurahan Sambiroto dengan daerah pelayanan Kelurahan Sendangguwo, Kelurahan Tandang, Kelurahan Jangli. g. BWK VII meliputi : 1. pusat lingkungan VII.1 terdapat di Kelurahan Ngesrep dengan daerah pelayanan Kelurahan Tinjomoyo, Kelurahan Srondol Kulon, Kelurahan Sumurboto; 2. pusat lingkungan VII.2 terdapat di Kelurahan Pedalangan dengan daerah pelayanan Kelurahan Srondol Wetan, Kelurahan Padangsari; dan 3. pusat lingkungan VII.3 terdapat di Kelurahan Gedawang dengan daerah pelayanan Kelurahan Banyumanik, Kelurahan Jabungan, Kelurahan Pudakpayung. h. BWK VIII meliputi : 1. pusat lingkungan VIII.1 terdapat di Kelurahan Nongkosawit dengan daerah pelayanan Kelurahan Gunungpati, Kelurahan Plalangan, Kelurahan Cepoko, Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 9

10 Kelurahan Jatirejo, Kelurahan Kandri, Kelurahan Pongangan, Kelurahan Sadeng; dan 2. pusat lingkungan VIII.2 terdapat di Kelurahan Sekaran dengan daerah pelayanan Kelurahan Sumurejo, Kelurahan Pakintelan, Kelurahan Mangunsari, Kelurahan Ngijo, Kelurahan Patemon, Kelurahan Kalisegoro, Kelurahan Sukorejo i. BWK IX meliputi : 1. pusat lingkungan IX.1 terdapat di Kelurahan Kedungpane dengan daerah pelayanan Kelurahan Jatibarang, Keluraha Pesantren; 2. pusat lingkungan IX.2 terdapat di Kelurahan Mijen dengan daerah pelayanan Kelurahan Wonolopo, Kelurahan Ngadirgo, Kelurahan Wonoplumbon; 3. pusat lingkungan IX.3 terdapat di Kelurahan Cangkiran dengan daerah pelayanan Kelurahan Bubakan, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Jatisari; dan 4. pusat lingkungan IX.4 terdapat di Kelurahan Purwosari dengan daerah pelayanan Kelurahan Polaman, Kelurahan Karangmalang. j. BWK X meliputi : 1. pusat lingkungan X.1 terdapat di Kelurahan Ngaliyan dengan daerah pelayanan Kelurahan Bamban Kerep, Kelurahan Kalipancur, Kelurahan Purwoyoso; 2. pusat lingkungan X.2 terdapat di Kelurahan Tambakaji dengan daerah pelayanan Kelurahan Wonosari, Kelurahan Gondoriyo, Kelurahan Beringin, Kelurahan Wates, Kelurahan Podorejo; dan 3. pusat lingkungan X.3 terdapat di Kelurahan Mangunharjo dengan daerah pelayanan Kelurahan Mangkang Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, Kelurahan Randugarut, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Tugurejo, Kelurahan Jerakah. Terkait dengan pengembangan perpasaran maka kebijakan yang di kembangkan pada kawasan pelayanan lingkungan (PL) di Kota Semarang adalah: 1. Pengembangan Pasar Modern a. Diarahkan pada pengembangan kegiatan perpasaran skala pelayanan kota atau sebagian wilayah kota dengan bentuk minimarket dan pertokoan. b. Pengembangan minimarket dan pertokoan di kawasan ini diarahkan pada lokasi yang dilayani sistem jaringan jalan sekurang-kurangnya jalan lingkungan. c. Pengembangan minimarket di kawasan ini wajib menyediakan ruang untuk sektor informal. 2. Pengembangan Pasar Tradisional a. Diarahkan pada pengembangan kegiatan perpasaran skala pelayanan kota atau sebagian wilayah kota dengan bentuk pasar lingkungan. b. Pengembangan pasar lingkungan di kawasan ini diarahkan pada lokasi yang dilayani sistem jaringan jalan sekurang-kurangnya jalan lingkungan. c. Pasar lingkungan yang dikembangkan di kawasan ini merupakan pasar umum yang menyediakan kebutuhan seluruh penduduk yang ada di sekitar lokasi pasar ini. 6. Rencana Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang 6.1 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok I Blok I memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Pusat Pelayanan Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi semapadan Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 10

11 sungai (LSS), hutan kota (BH), Kawasan Industri (BI), kawasan khusus militer (BKM), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), Kawasan Pemakaman Umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), Kawasan Pengelolaan Khusus (BKK), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Tabel 3 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok I PUSAT PELAYANAN KOTA LSS X X X X X X X BH X X X X X X X BI X B X X X X X BPO B B B X X X X BPU T B B T B X X BPD X X X B X X X BKK X X X X X X X BPK I I I I I I B BPP B X B T X X X BPC I I T T B B B BP B X T T X B X BWB B X B B X X X SUB PUSAT KOTA LSS X X X X X X X BH X X X X X X X BPU I B B T X X X BPD X X X B X X X BKK X X X X X X X BPK I I I I B I B BPP X X X T X X X BPC B I I T B B B BP X X B T X B X BWB X B B B X X X PUSAT LINGKUNGAN LSS X X X X X X X BH X X X X X X X BPO X X X T X X X BPU X X I I X X B BPD X X B B X X X BKK X X X X X X X BPK X X I I X X I BPP X X X B X X X BPC X X I I X X I Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 11

12 BP X X B T X X B BWB X X B T X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN LSS X X X X X X X BH X X X X X X X BPO X X X B X X X BPU X X X I X X X BPD X X X T X X X BKK X X X X X X X BPK X X X I X X T BPP X X X B X X X BPC X X X I X X T BP X X X B X X B BWB X X X T X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota W = Skala wilayah L = Skala lingkungan 6.2 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok II Blok II memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi (LK), kawasan khusus militer (BKM), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), Kawasan Pemakaman Umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Tabel 4 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok II SUB PUSAT KOTA BPO X X X T X X X BPU X X B T X X X BPD X X B B X X X BPK B B I I I B B BPP X X B B X X X BPC X X T I B T X BP X X X I X X X Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 12

13 BWB X X T T X X X PUSAT LINGKUNGAN BPU X X B T X X B BPD X X X B X X X BPK X X B I X X I BPP X X X B X X X BPC X X T I X X I BP X X T T X X B BWB X X T T X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN BPU X X X B X X X BPD X X X X X X X BPK X X B I X X T BPP X X X T X X X BPC X X B T X X B BP X X B T X X X BWB X X B T X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota W = Skala wilayah L = Skala lingkungan 6.3 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok III Blok III memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi sempadan pantai (LSP), kawasan konservasi (LK), kawasan industri (BI), kawasan khusus militer (BKM), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), Kawasan Pemakaman Umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), kawasan Pengelolaan Khusus (BKK), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perikanan (BTI), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 13

14 Tabel 5 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok III SUB PUSAT KOTA LSP X X X X X X X BPU X X B B X X X BPD X X X T X X X BKK X X X X X X X BPK B I I I I I I BTI X X X X X X X BPP X X B T X X X BPC X B T B X I B BP X X T T X X B BWB X X T T X X I PUSAT LINGKUNGAN LSP X X X X X X X BPO X X X T X X X BPU X X T T X X X BPD X X B B X X X BKK X X X X X X X BPK X X B B X X I BTI X X X X X X X BPP X X B T X X X BPC X X B T X X T BP X X T T X X T BWB X X B B X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN LSP X X X X X X LK X X X X X X BI X X X X X X BKM X X X X X X BPO X X X X X X BPU X X X X X X BMU X X X X X X BPD X X X X X X BKK X X X X X X BPK X X X X X T BTI X X X X X X BPP X X X X X X BPC X X X X X T BP X X X X X B BWB X X X X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 14

15 Mn Pt K W L = Minimarket = Pertokoan = Skala Kota = Skala wilayah = Skala lingkungan 6.4 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok IV Blok IV memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi sempadan pantai (LSP), kawasan konservasi (LK), kawasan industri (BI), kawasan khusus militer (BKM), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), Kawasan Pemakaman Umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), kawasan Pengelolaan Khusus (BKK), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perikanan (BTI), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Tabel 6 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok IV SUB PUSAT KOTA BPU X X X X X X X BPD X X X T X X X BPK B I I I I I I BTI X X X X X X X BPP X X X T X X X BPC X X B B X B B BP X X X T X X B BWB X X X T X X X PUSAT LINGKUNGAN BPU X X X T X X X BPD X X X B X X X BPK X X T T X B B BTI X X X X X X X BPP X X X B X X X BPC X X B T X X T BP X X X T X X B BWB X X X T X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 15

16 BPU X X X X X X X BPD X X X X X X X BPK X X B I X X I BTI X X X X X X X BPP X X X X X X X BPC X X B T X X I BP X X X B X X B BWB X X X X X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota W = Skala wilayah L = Skala lingkungan 6.5 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok V Blok V memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi sempadan pantai (LSP), kawasan konservasi (LK), kawasan industri (BI), kawasan khusus militer (BKM), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), Kawasan Pemakaman Umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), kawasan Pengelolaan Khusus (BKK), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perikanan (BTI), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Tabel 7 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok V SUB PUSAT KOTA BPO X X X B X X X BPU X X X B X X X BPD X X X T X X X BKK X X X X X X X BPK B T I I I B B BTI X X X X X X X BPP X X X I X X X BPC X X T B B B T BP X X X T X X B Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 16

17 BWB X X B T X X X PUSAT LINGKUNGAN BPU X X X B X X X BPD X X X T X X X BKK X X X X X X X BPK X X T I X X I BTI X X X X X X X BPP X X B T X X X BPC X X T B X X I BP X X T B X X B BWB X X T T X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN BPU X X X X X X X BPD X X X X X X X BKK X X X X X X X BPK X X T I X X I BTI X X X X X X X BPP X X X X X X X BPC X X T T X X T BP X X B B X X B BWB X X T T X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota W = Skala wilayah L = Skala lingkungan 6.6 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok VI Blok VI memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi (LK), kawasan khusus militer (BKM), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), Kawasan Pemakaman Umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), Kawasan Pengelolaan Khusus (BKK), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perikanan (BTI), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Pertanian Lahan Basah (BTLB), Kawasan Pertanian Lahan Kering (BTLK), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB) dan Budaya Waduk (BW). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 17

18 Tabel 8 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok VI SUB PUSAT KOTA BPU I B B T X X X BPD X X X B X X X BKK X X X X X X X BPK I I I I B I B BTI X X X X X X X BPP X X X T X X X BPC B I I T B B B BT BP X X B T X B X BWB X B B B X X X BW X X B B X X X PUSAT LINGKUNGAN BPO X X X T X X X BPU X X I I X X B BPD X X B B X X X BKK X X X X X X X BPK X X I I X X I BTI X X X X X X X BPP X X X B X X X BPC X X I I X X I BT BP X X B T X X B BWB X X B T X X X BW X X X B X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN BPO X X X B X X X BPU X X X I X X X BPD X X X T X X X BKK X X X X X X X BPK X X X I X X T BTI X X X X X X X BPP X X X B X X X BPC X X X I X X T BT BP X X X B X X B BWB X X X T X X X BW X X X T X X X Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 18

19 Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota W = Skala wilayah L = Skala lingkungan 6.7 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok VII Blok VII dalam rencana pemanfaatan ruang kegiatan pasar memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi (LK), kawasan khusus militer (BKM), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), Kawasan Pemakaman Umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB) dan Budaya Waduk (BW). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Tabel 9 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok VII SUB PUSAT KOTA BPU I B B T X X X BPD X X X B X X X BPK I I I I B I B BPP X X X T X X X BPC B I I T B B B BP X X B T X B X BWB X B B B X X X BW X X B B X X X PUSAT LINGKUNGAN BPO X X X T X X X BPU X X I I X X B BPD X X B B X X X BPK X X I I X X I BPP X X X B X X X BPC X X I I X X I BP X X B T X X B BWB X X B T X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 19

20 BPO X X X B X X X BPU X X X I X X X BPD X X X T X X X BPK X X X I X X T BPP X X X B X X X BPC X X X I X X T BP X X X B X X B BWB X X X T X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota W = Skala wilayah L = Skala lingkungan 6.8 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok VIII Blok VIII dalam rencana pemanfaatan ruang kegiatan pasar memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi (LK), hutan kota (BH), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), Kawasan Pendidikan (BPD), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Pertanian Lahan Basah (BTLB), Kawasan Pertanian Lahan Kering (BTLK), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB) dan Budaya Waduk (BW). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Tabel 10 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok VIII SUB PUSAT KOTA BH X X X X X X X BPU I B B T X X X BPD X X X B X X X BPK I I I I B I B BPC B I I T B B B BT BP X X B T X B X BWB X B B B X X X BW X X B B X X X PUSAT LINGKUNGAN Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 20

21 BH X X X X X X X BPO X X X T X X X BPU X X I I X X B BPD X X B B X X X BPK X X I I X X I BPC X X I I X X I BT BP X X B T X X B BWB X X B T X X X BW X X X B X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN BH X X X X X X X BPO X X X B X X X BPU X X X I X X X BPD X X X T X X X BPK X X X I X X T BPC X X X I X X T BT BP X X X B X X B BWB X X X T X X X BW X X X T X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota W = Skala wilayah L = Skala lingkungan 6.9 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok IX Blok IX dalam rencana pemanfaatan ruang kegiatan pasar memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi sempadan industri (LSI), kawasan konservasi (LK), kawasan industri (BI), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), kawasan pemakaman umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Pertanian Lahan Basah (BTLB), Kawasan Pertanian Lahan Kering (BTLK), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB) dan Budaya Waduk (BW). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 21

22 Tabel 11 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok IX SUB PUSAT KOTA BPU I B B T X X X BPD X X X B X X X BPK I I I I B I B BPP X X X T X X X BPC B I I T B B B BT BP X X B T X B X BWB X B B B X X X BW X X B B X X X PUSAT LINGKUNGAN BPO X X X T X X X BPU X X I I X X B BPD X X B B X X X BPK X X I I X X I BPP X X X B X X X BPC X X I I X X I BT BP X X B T X X B BWB X X B T X X X BW X X X B X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN BPO X X X B X X X BPU X X X I X X X BPD X X X T X X X BPK X X X I X X T BPP X X X B X X X BPC X X X I X X T BT BP X X X B X X B BWB X X X T X X X BW X X X T X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 22

23 W L = Skala wilayah = Skala lingkungan 6.10 Peraturan Kegiatan Pasar dan Pemanfaatan Ruang Blok X Blok X dalam rencana pemanfaatan ruang kegiatan pasar memiliki fungsi sebagai pengembangan kawasan Sub Pusat Kota, sehingga kegiatan perpasaran yang ada didalamnya merupakan kegiatan dengan pelayanan skala kota dan bagian wilayah kota. Zona pemanfaatan ruang yang ada terdiri atas kawasan konservasi sempadan industri (LSI), kawasan konservasi (LK), kawasan hutan (BH), kawasan industri (BI), kawasan olahraga (BPO), Kawasan Pelayanan Umum (BPU), kawasan pemakaman umum (BMU), Kawasan Pendidikan (BPD), Kawasan Perdagangan dan Jasa (BPK), Kawasan Perkantoran (BPP), Kawasan Permukiman, Perdagangan dan jasa (BPC), Kawasan Pertanian Lahan Basah (BTLB), Kawasan Pertanian Lahan Kering (BTLK), Kawasan Perumahan dan Permukiman (BP), Kawasan Wisata dan Budaya (BWB) dan Budaya Waduk (BW). Adapun peraturan kegiatan pasar dan pemanfaatan ruang pada blok ini adalah sebagai berikut: Tabel 12 Peraturan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Blok X SUB PUSAT KOTA LSI X X X X X X X BH X X X X X X X BPU I B B T X X X BPD X X X B X X X BPK I I I I B I B BPP X X X T X X X BPC B I I T B B B BT BP X X B T X B X BWB X B B B X X X BW X X B B X X X PUSAT LINGKUNGAN LSI X X X X X X X BH X X X X X X X BPO X X X T X X X BPU X X I I X X B BPD X X B B X X X BPK X X I I X X I BPP X X X B X X X BPC X X I I X X I BT BP X X B T X X B Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 23

24 BWB X X B T X X X BW X X X B X X X KAWASAN LAINNYA/PERMUKIMAN LSI X X X X X X X BH X X X X X X X BPO X X X B X X X BPU X X X I X X X BPD X X X T X X X BPK X X X I X X T BPP X X X B X X X BPC X X X I X X T BT BP X X X B X X B BWB X X X T X X X BW X X X T X X X Keterangan: Hy = Hypermarket Sp = Supermarket Mn = Minimarket Pt = Pertokoan K = Skala Kota W = Skala wilayah L = Skala lingkungan Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 24

DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG

DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG NO KECAMATAN KELURAHAN TPS DAFTAR PEMILIH LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 SEMARANG 1. MIROTO 1 245

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota-012.329521/2015 TENTANG REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) DAN JUMLAH TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA (TPS) DALAM PEMILIHAN WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 62 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena penduduk tidak saja menjadi pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Oleh karena itu untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena penduduk tidak saja menjadi pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Oleh karena itu untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI, Menimbang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Alfa Narendra Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, Telp

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Desember Pemerintah Kota Semarang

Jakarta, 22 Desember Pemerintah Kota Semarang Jakarta, 22 Desember 2014 Pemerintah Kota Semarang JAWA TENGAH Posisi Strategis Kota Semarang Ibukota Provinsi Jawa Tengah Terletak pada 6 o 50 7 o 10 S dan 109 o 50 110 o 35 E KOTA SEMARANG PDAM West

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 1992 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN-KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA, CILACAP, WONOGIRI, JEPARA, DAN KENDAL SERTA PENATAAN KECAMATAN DI WILAYAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1992 (50/1992) TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1992 (50/1992) TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1992 (50/1992) TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN-KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA, CILACAP, WONOGIRI, JEPARA, DAN KENDAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1.Sekilas Kota Semarang 2.1.1. Geografis Kota Semarang Secara geografis, Semarang terletak antara 6 50 7 10 Lintang Selatan dan garis 109 35 110 50 Bujur Timur. Kota Semarang memiliki

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis Kota Semarang terletak di pantai utara Jawa Tengah, terbentang antara garis 06 o 50 07 o 10 Lintang Selatan dan garis 110 o 35 Bujur Timur. Sedang

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013 SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA BANK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2005-2010 Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

K O T A S E M A R A N G

K O T A S E M A R A N G PENANGGULANGAN KEMISKINAN K O T A S E M A R A N G. Bappeda Kota Semarang 3 Oktober 2017 VISI & MISI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2016-2021 Semarang Kota Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH II.1 KONDISI GEOGRAFIS Kota Semarang merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah, berada pada pelintasan Jalur Jalan Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta.

Lebih terperinci

DAFTAR SATUAN PENDIDIKAN (Sekolah) Yang memiliki NOMOR POKOK SEKOLAH NASIONAL (NPSN) : Prov. Jawa Tengah. Unduh pada : 30-Oct :50:49

DAFTAR SATUAN PENDIDIKAN (Sekolah) Yang memiliki NOMOR POKOK SEKOLAH NASIONAL (NPSN) : Prov. Jawa Tengah. Unduh pada : 30-Oct :50:49 DAFTAR SATUAN PENDIDIKAN (Sekolah) Yang memiliki NOMOR POKOK SEKOLAH NASIONAL (NPSN) Provinsi : Prov. Jawa Tengah Kab./Kota : KOTA SEMARANG Unduh pada : 30-Oct-2012 10:50:49 Total Data : 866 Baris No.

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA

Lebih terperinci

22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA A. KEBIJAKAN PROGRAM Pembangunan urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada peran serta dan keberdayaan masyarakat dalam pembangunan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1976 TENTANG PERLUASAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1976 TENTANG PERLUASAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1976 TENTANG PERLUASAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan di Propinsi Daerah Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk kota yang semakin pesat saat ini harus dapat berjalan seiring dengan peningkatan usaha pemenuhan kebutuhan hidup pnduduk kota itu sendiri. Perumahan

Lebih terperinci

Usulan Bantuan Pembangunan Kota Semarang Tahun 2016

Usulan Bantuan Pembangunan Kota Semarang Tahun 2016 Usulan Pembangunan Tahun 2016 No Usulan Khusus Sarpras Big Sub big Keluaran Penajaman Usulan A. BANTUAN KEUANGAN KHUSUS 1 Fasilitasi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) 2 Perencanaan program PUS, bantuan

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/pdt.G/2002/PA.Sm

BAB III. DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/pdt.G/2002/PA.Sm BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/pdt.G/2002/PA.Sm A. Gambaran Singkat Pengadilan Agama Semarang Pengadilan Agama merupakan salah satu badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan Penelitian yang terdiri dari hasil analisapeta parameter, peta kerawanan longsor, validasi lapangan, riwayat kejadian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SEMARANG BARAT

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SEMARANG BARAT BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SEMARANG BARAT A. Profil KPP Pratama Semarang Barat Moderenisasi sistem administrasi perpajakan yang di mulai sejak tahun 2002 tidak terasa telah

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan berupa data maupun informasi dalam menyusun buku ini kami ucapkan terima kasih.

SAMBUTAN. Kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan berupa data maupun informasi dalam menyusun buku ini kami ucapkan terima kasih. SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT dengan telah diterbitkannya BUKU SAKU KOTA SEMARANG TAHUN 2010 yang merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik Kota Semarang dengan Badan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum PDAM TIRTA MOEDAL kota Semarang. Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal Kota Semarang merupakan perusahaan milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

DAFTAR SEKOLAH YANG DIUNDANG

DAFTAR SEKOLAH YANG DIUNDANG Lampiran DAFTAR SEKOLAH YANG DIUNDANG NO SEKOLAH ALAMAT KECAMATAN 1 SDN Ngaliyan 01 Jl. Prof. Dr. Hamka Ngaliyan 2 SDN Purwoyoso 02 Jl. Purwoyoso Ngaliyan 3 SDN Purwoyoso 03 Jl. Sri Wibowo III Purwoyoso

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN.

URUSAN WAJIB OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN. 4.1.20. URUSAN WAJIB OTOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN. 4.1.20.1 KONDISI UMUM. Pelaksanaan kewenangan untuk mengatur dan mengurus

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA NON APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG TAHUN 2017

PENEMPATAN TENAGA NON APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG TAHUN 2017 lampiran Pengumuman : nomor : 800/ 4112 Tanggal : 17 Juli 2017 PENEMPATAN TENAGA N APARATUR PIL NEGARA DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG TAHUN 2017 1 10345 101 GURU KELAS SD TI AMAL LIYA SDN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN (COMPANY PROFILE)

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN (COMPANY PROFILE) BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN (COMPANY PROFILE) Obyek penelitian dalam skripsi ini adalah kecamatan kecamatan yang ada di kota Semarang, kecamatan itu diantaranya kecamatan Tembalang, kecamatan Tugu,

Lebih terperinci

B A B I V U r u s a n W a j i b P e k e r j a a n U m u m

B A B I V U r u s a n W a j i b P e k e r j a a n U m u m 4.1.3 URUSAN WAJIB PEKERJAAN UMUM 4.1.3.1 KONDISI UMUM Urusan Wajib Pekerjaan Umum mempunyai fungsi strategis sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, dibidang kebinamargaan, penerangan jalan, sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis dan Hasil 4.1.1 Persebaran Lokasi Tindak Kejahatan Data menunjukkan kejahatan berat yang terjadi di Kota Semarang diantaranya pembunuhan terjadi 12 kasus, perkosaan

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB KETAHANAN PANGAN

URUSAN WAJIB KETAHANAN PANGAN 4.1.21. URUSAN WAJIB KETAHANAN PANGAN 4.1.21.1 KONDISI UMUM Urusan ketahanan pangan secara substansial ditujukan untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan ketersediaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Produk Jasa Perawatan Kecantikan Yang Ditawarkan Di Showroom Shop Studio Eirys

Lampiran 1 Produk Jasa Perawatan Kecantikan Yang Ditawarkan Di Showroom Shop Studio Eirys Lampiran 210 211 Lampiran 1 Produk Jasa Perawatan Kecantikan Yang Ditawarkan Di Showroom Shop Studio Eirys Treatment Cuting Colouring Curly Proses Treatment Potong rambut sesuai model terkini yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III ISU DI BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DI KOTA SEMARANG

BAB III ISU DI BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DI KOTA SEMARANG BAB III ISU DI BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DI KOTA SEMARANG Penyusunan Rencana Strategis BAPERMAS PEREMPUAN & KB Kota Semarang sangat terkait erat dengan isu yang muncul

Lebih terperinci

BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PEMETAAN KAPASITAS ADAPTIF WILAYAH PESISIR SEMARANG DALAM MENGHADAPI GENANGAN AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN PERUBAHAN IKLIM

PEMETAAN KAPASITAS ADAPTIF WILAYAH PESISIR SEMARANG DALAM MENGHADAPI GENANGAN AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN PERUBAHAN IKLIM PEMETAAN KAPASITAS ADAPTIF WILAYAH PESISIR SEMARANG DALAM MENGHADAPI GENANGAN AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN PERUBAHAN IKLIM Adaptive Capacity Mapping of Semarang Offshore Territory by The Increasing

Lebih terperinci

Gambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat.

Gambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat. BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN PEMODELAN INVERSI 4.1 Data Pengukuran data gayaberat di Semarang untuk penelitian ini dilakukan sebanyak tujuh kali pengukuran yaitu: Juli 2002, September 2002, Juni 2003, Desember

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang: a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KOTA SEMARANG BAGIAN WILAYAH KOTA VIII (KECAMATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Plt. Kepala Dinas Kesehatan Ka.Bid Pencegahan dan Pemerantasan Penyakit, ttd

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Plt. Kepala Dinas Kesehatan Ka.Bid Pencegahan dan Pemerantasan Penyakit, ttd KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu wa ta ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penyusunan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 ini telah

Lebih terperinci

4.2.3 URUSAN PILIHAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

4.2.3 URUSAN PILIHAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL 4.2.3 URUSAN PILIHAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL 4.2.3.1 KONDISI UMUM Wilayah kota Semarang secara umum struktur daerahnya terdiri atas tiga bagian yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KECAMATAN TEMBALANG, CANDISARI, BANYUMANIK DAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KECAMATAN TEMBALANG, CANDISARI, BANYUMANIK DAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KECAMATAN TEMBALANG, CANDISARI, BANYUMANIK DAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nova Henri Rahmawan*), Wiharyanto Oktiawan**), Irawan Wisnu Wardana**) Program

Lebih terperinci

INDIKASI PROGRAM RTRW KOTA SEMARANG TAHUN WAKTU PELAKSANAAN PJM I PJM II PJM III PJM IV NO PROGRAM UTAMA LOKASI

INDIKASI PROGRAM RTRW KOTA SEMARANG TAHUN WAKTU PELAKSANAAN PJM I PJM II PJM III PJM IV NO PROGRAM UTAMA LOKASI LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 - INDIKASI PROGRAM RTRW KOTA SEMARANG TAHUN 2011- WAKTU AN I LEGALISASI RTRW

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN 3.1 Lokasi/ Data Fisik 3.1.1 Kondisi Fisik Lokasi Perencanaan Lokasi perencanaan Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke di Semarang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Kelurahan

Lebih terperinci

DAFTAR PESERTA POST TEST DK SD KOTA SEMARANG TGL 21 DAN 22 DESEMBER 2016

DAFTAR PESERTA POST TEST DK SD KOTA SEMARANG TGL 21 DAN 22 DESEMBER 2016 PESERTA 1 201510482123 SUHARYADI SD NEGERI JATINGALEH 01 SMA NEGERI 1 SEMARANG LAB-1 21 Des 2016 I 09.00-10.30 ARIS MUNANDAR 2 201511051969 EKO BUDIATI SD NEGERI TEGALSARI 03 SMA NEGERI 1 SEMARANG LAB-1

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas rawat inap dan enam Puskesmas non rawat inap.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas rawat inap dan enam Puskesmas non rawat inap. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan disajikan mengenai uraian hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas kota Semarang yang terdiri dari tiga Puskesmas rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah terjadi revolusi supermarket global yang merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar Jawa. Hal ini menimbulkan sebuah

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 4.1.22 URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 4.1.22.1 KONDISI UMUM Paradigma desentralisasi dan otonomi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 72 Tahun 2005

Lebih terperinci

seperti UMKM, Posyantek dan Kader Pemberdayaan Masyarakat juga merupakan objek pada urusan pemberdayaan masyarakat.

seperti UMKM, Posyantek dan Kader Pemberdayaan Masyarakat juga merupakan objek pada urusan pemberdayaan masyarakat. seperti UMKM, Posyantek dan Kader Pemberdayaan Masyarakat juga merupakan objek pada urusan pemberdayaan masyarakat. 22.2 PROGRAM DAN KEGIATAN Pembangunan urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PENDIDIKAN LATIHAN DAN PROFESI GURU (PLPG) TAHAP I (28 Oktober s.d 5 Nopember 2011)

PENGUMUMAN PENDIDIKAN LATIHAN DAN PROFESI GURU (PLPG) TAHAP I (28 Oktober s.d 5 Nopember 2011) KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Alamat : Jalan Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan, Semarang Telp. 024-7601295 Kode Pos. 50185 PENGUMUMAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pembahasan Nilai Tanah Kecamatan Banyumanik Dari pengolahan data survei pada pengolahan data spasial, diperoleh hasil perhitungan harga tanah tahun 2011 dan 2013 serta

Lebih terperinci

DATA SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG TAHUN 2013

DATA SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG TAHUN 2013 DATA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG TAHUN 2013 NO KEC. KEL. NAMA LEMBAGA 1 Mijen Tambangan AN NISA BANDUNGSARI, JAWA TENGAH, KOTA SEMARANG,Mijen, TAMBANGAN INDRIYANI K.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pendrikan Kidul. 919 Segiempat Pasif Tm. Rumah Susun Pekunden Pekunden 910 Oval Pasif Tm. Yudistiro Yudistiro

LAMPIRAN. Pendrikan Kidul. 919 Segiempat Pasif Tm. Rumah Susun Pekunden Pekunden 910 Oval Pasif Tm. Yudistiro Yudistiro LAMPIRAN. DAFTAR INVENTARIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERAN KOTA SEMARANG TAHUN 203 No. NAMA JALAN L O K A S I LUAS (m²) BENTUK JENIS I. KECAMATAN SMG TENGAH Tm. Bubakan MT Haryono Purwodinatan.800 Bulat Pasif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Gunungpati terletak di bagian Selatan Kota Semarang, berbatasan langsung dengan Ungaran. Dari pusat Kota Semarang jaraknya sekitar 17 km.

Lebih terperinci

b. Kerjasama Program Dana Bergulir

b. Kerjasama Program Dana Bergulir NOMOR & TANGGAL NO PERJANJIAN Sumber: Bagian Kerjasama KETERANGAN dalam bidang olah raga golf. Jangka waktu sewa adalah sampai dengan di tunjuknya pengelola tetap atau paling lama 1 tahun, mulai tanggal

Lebih terperinci

Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang

Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 174-180 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang Apriliawan Setiya Ramadhany,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pedurungan adalah sebuah kecamatan yang ada di Kota Semarang, Indonesia. Kecamatan Pedurungan memiliki 12 Kelurahan yang meliputi Kelurahan Gemah,

Lebih terperinci

54 Universitas Indonesia Efisiensi relatif..., RR. Retno Wulansari, FE UI, 2010.

54 Universitas Indonesia Efisiensi relatif..., RR. Retno Wulansari, FE UI, 2010. BAB 4 HASIL PENGOLAHAN DENGAN PENDEKATAN DEA Metode penelitian ini dirancang guna menjawab pertanyaan yang mendasari penelitian, yaitu : (a). Pengukuran efisiensi pada puskesmas-puskesmas di Kota Semarang

Lebih terperinci

Geoplanning E-ISSN:

Geoplanning E-ISSN: OPEN ACCESS Volume 1, No 2, 2014, 114-124 Geoplanning E-ISSN: 2355-6544 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/geoplanning POLA KERUANGAN PENYAKIT MENULAR (DBD) KOTA SEMARANG Widjonarko a, I.Rudiarto b,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang cukup fantastis. Berbagai jenis pasar modern seperti supermarket, hypermarket maupun mall-mall

Lebih terperinci

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,

Lebih terperinci

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: RONY RUDIYANTO L2D 306 022 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1 UMUM Sistem transportasi di Kota Semarang sebagian besar merupakan transportasi darat. Dan berbagai sektor kehidupan yang ada di Kota Semarang seperti perdagangan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2004 LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KOTA SEMARANG BAGIAN WILAYAH KOTA IX (KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI INTANSI. A. Sejarah Perjalanan KPP Pratama Semarang Gayamsari

BAB III DISKRIPSI INTANSI. A. Sejarah Perjalanan KPP Pratama Semarang Gayamsari BAB III DISKRIPSI INTANSI A. Sejarah Perjalanan KPP Pratama Semarang Gayamsari Reformasi Birokrasi di tubuh Direktorat Jendral Pajak yang bergulir sejak tahun 2002 membawa perubahan besar. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya, manusia selalu dihadapkan oleh berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia melakukan berbagai usaha atau kegiatan. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, setiap tahun virus dengue menginfeksi kurang lebih 50-100 juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar 500.000 orang dengan penyakit

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI Pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum mengenai Kecamatan Gunungpati yang mencakup letak administratif Kecamatan Gunungpati, karakteristik fisik Kecamatan

Lebih terperinci

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro EVALUASI IMPLEMENTASI PERDA KOTA SEMARANG NO.5 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG (Kajian Terhadap Fungsi Pengendali Konversi Lahan Pertanian di Kota Semarang) Aria Alantoni D2B006009

Lebih terperinci

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG NOMOR : 420/3271 TENTANG

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG NOMOR : 420/3271 TENTANG KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG NOMOR : 420/3271 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK REGULER (NON NBI DAN RSBI) DI KOTA SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA GURU PAI PADA SEKOLAH - TAHUN 2011 KOTA SEMARANG - PROVINSI : JAWA TENGAH

DAFTAR NAMA GURU PAI PADA SEKOLAH - TAHUN 2011 KOTA SEMARANG - PROVINSI : JAWA TENGAH 1 Karmain Drs L 05/01/67 Non-PNS S1 02/09/97 14 TKS Pembina Gajah Mungkur Kota Semarang Sumiah 2 Siti Zamronah S.Ag P 12/06/72 Non-PNS S1 16/07/08 3 TK Kintelan Semrang Gajah Mungkur Kota Semarang Warsipah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, begitu pula untuk mendapatkan kebutuhan hidup mereka. Salah satu kegiatan manusia dalam

Lebih terperinci

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG NOMOR : 420/3271 TENTANG

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG NOMOR : 420/3271 TENTANG KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG NOMOR : 420/3271 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK REGULER (NON NBI DAN RSBI) DI KOTA SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM PADA BIAYA PERJALANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MASYARAKAT DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal ANALISIS KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP PENCEMARAN DI DATARAN ALLUVIAL KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE GOD DENGAN MEMANFAATKAN DATA RESISTIVITAS DAN DATA HIDROGEOLOGI Dhana Hastuti 1), Tony Yulianto 1),

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR Oleh : FAJAR MULATO L2D 004 312 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Aspek Geografi, Topografi, dan Hidrologi Secara geografi, luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km 2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Dalam sistem dan prinsip negara kesatuan sebagaimana termuat dalam Undang- Undang Dasar tahun 1945, asas otonomi dan tugas pembantuan memiliki makna tersendiri.

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :17 Tahun 2009 Tanggal : 22 Mei 2009

Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :17 Tahun 2009 Tanggal : 22 Mei 2009 Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :17 Tahun 2009 Tanggal : 22 Mei 2009 PEDOMAN PENENTUAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH I. PENDAHULUAN Berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan pasar tradisional menjadi topik yang menyulut perdebatan hangat di kalangan masyarakat. Liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring kemajuan perekonomian Indonesia. Kemajuan perekonomian Indonesia ikut mendorong perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis eceran merupakan bagian dari saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau perantara antara konsumen dam produsen.

Lebih terperinci

LAMPIRAN Rencana ruang terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58. a. ruang terbuka hijau privat dikembangkan seluas 10 % (sepuluh persen)

LAMPIRAN Rencana ruang terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58. a. ruang terbuka hijau privat dikembangkan seluas 10 % (sepuluh persen) LAMPIRAN Rencana ruang terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf c direncanakan dengan luas kurang lebih 11.211 (sebelas ribu dua ratus sebelas) hektar meliputi : a. ruang terbuka hijau

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT REALISASI PERSEN TASE (%) ANGGARAN (Rp) SKPD. Hal. 325

URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT REALISASI PERSEN TASE (%) ANGGARAN (Rp) SKPD. Hal. 325 22. DAN DESA A. KEBIJAKAN PROGRAM Pembangunan urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada peran serta dan keberdayaan masyarakat dalam pembangunan wilayah melalui: 1. Penguatan kelembagaan masyarakat;

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA,

TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015 yang telah disusun merupakan dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU (Berkonsep Nuansa Taman Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan. mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan. mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara ASEAN pertumbuhan penduduknya masih tinggi. Singapura satu-satunya negara maju di ASEAN memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk 2,6%, Myanmar negara

Lebih terperinci