BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan Penelitian yang terdiri dari hasil analisapeta parameter, peta kerawanan longsor, validasi lapangan, riwayat kejadian longsor, dan validasi riwayat. 4.1 Analisa Peta Paramter Pada subbab ini akan dibahas mengenai hasil spasial setiap parameternya, yang akan ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik Administrasi Hasil yang diperoleh dari analisis spasial administrasi kecamatan kota Semarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik. Gambar 4.1 Peta administrasi kecamatan kota Semarang (Sumber: BAPPEDA kota Semarang, 2011) IV-1

2 Tabel 4.1 Luas dan persentase administrasi kecamatan kota Semarang No Kecamatan Luas (ha) Persentase Luas (%) 1 Banyumanik 3092,608 8,04 2 Candisari 661,285 1,72 3 Gajah Mungkur 941,407 2,45 4 Gayamsari 643,444 1,67 5 Genuk 2729,458 7,10 6 Gunungpati 6149,334 15,99 7 Mijen 5382,392 14,00 8 Ngaliyan 4486,319 11,67 9 Pedurungan 2198,640 5,72 10 Semarang Barat 2203,492 5,73 11 Semarang Selatan 614,577 1,60 12 Semarang Tengah 535,313 1,39 13 Semarang Timur 561,732 1,46 14 Semarang Utara 1140,335 2,97 15 Tembalang 4145,221 10,78 16 Tugu 2964,458 7,71 Total 38450, ,00 Grafik Luas Administrasi Kecamatan Kota Semarang Semarang Utara 2,97% Semarang Timur 1,46% Semarang Barat 5,73% Semarang Tengah 1,39% Semarang Selatan 1,60% Tembalang 10,78% Pedurungan 5,72% Tugu 7,71% Ngaliyan 11,67% Banyumanik 8,04% Mijen 14,00% Candisari Gajah 1,72% Mungkur 2,45% Gayamsari 1,67% Genuk 7.10% Gunungpati 15,99% Gambar 4.2 Grafik luas administrasi kecamatan kota Semarang IV-2

3 Sebagian besar wilayah kota Semarang terdapat di kecamatan-kecamatan bagian selatan dan barat, yaitu: 1. Gunung Pati : 15,99% 2. Mijen : 14,00% 3. Ngaliyan : 11,67% 4. Tembalang : 10,78% 5. Banyumanik : 8,04% Total : 60,48% Lima kecamatan ini sudah melebihi setengah dari luas kota Semarang. Kecamatan kecamatan ini merupakan hasil dari pemekaran kota Semarang Kelerengan Hasil yang diperoleh dari analisis spasial kelerangan kota Semarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik. Gambar 4.3 Peta kelerengan kota Semarang (Sumber: Hasil pengolahan, 2013) IV-3

4 Tabel 4.2 Luas dan persentase kelas kelerengan kota Semarang No Kecamatan Luas Kelas Lereng (Ha) Total 0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% Luas (ha) 1 Banyumanik 990, , , , , ,608 2 Candisari 9, , , ,146 15, ,285 3 Gajah Mungkur 157, , ,227 32, , ,407 4 Gayamsari 643,444 0,000 0,000 0,000 0, ,444 5 Genuk 2729,458 0,000 0,000 0,000 0, ,458 6 Gunungpati 422, , , , , ,334 7 Mijen 475, , ,293 25, , ,392 8 Ngaliyan 481, , , ,287 1, ,319 9 Pedurungan 2198,640 0,000 0,000 0,000 0, , Semarang Barat 1708, , ,443 40,880 0, , Semarang Selatan 519,292 65,623 29,662 0,000 0, , Semarang Tengah 535,313 0,000 0,000 0,000 0, , Semarang Timur 561,732 0,000 0,000 0,000 0, , Semarang Utara 1140,335 0,000 0,000 0,000 0, , Tembalang 1350, , , , , , Tugu 2835,123 84,129 44,810 0,396 0, ,458 Total Luas (ha) 16758, , , , , ,015 Persentase Luas (%) 43,58 35,81 14,74 3,30 2,57 100,00 Nilai Bobot (NB) 0,02 0,07 0,15 0,32 0,45 Bobot (B) Total Bobot (NB x B) 0,8 2,8 6 12,8 18 Sumber: Hasil pengolahan (2013) IV-4

5 Tabel 4.3 Persentase luas kelas kelerengan setiap kecamatan No Kecamatan Persentase Luas (%) 0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% Total 1 Banyumanik 32,04 27,69 25,83 9,58 4,86 100,00 2 Candisari 1,42 64,92 15,38 15,90 2,38 100,00 3 Gajah Mungkur 16,71 47,28 21,27 3,40 11,34 100,00 4 Gayamsari 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 5 Genuk 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 6 Gunungpati 6,87 57,98 24,56 3,25 7,33 100,00 7 Mijen 8,83 78,44 10,22 0,48 2,02 100,00 8 Ngaliyan 10,73 49,78 31,51 7,94 0,04 100,00 9 Pedurungan 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 10 Semarang Barat 77,52 13,35 7,28 1,86 0,00 100,00 11 Semarang Selatan 84,50 10,68 4,83 0,00 0,00 100,00 12 Semarang Tengah 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 13 Semarang Timur 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 14 Semarang Utara 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 15 Tembalang 32,57 37,96 20,64 5,14 3,69 100,00 16 Tugu 95,64 2,84 1,51 0,01 0,00 100,00 Grafik Luas Kelas Kelerengan Kota Semarang 25-40% 3,30% >40% 2,57% 15-25% 14,74% 0-8% 43,58% 8-15% 35,81% Gambar 4.4 Grafik luas kelas kelerengan kota Semarang IV-5

6 Gambar 4.3 dan 4.4 menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah kota Semarang merupakan daerah yang datar, dengan hampir setengahnya yaitu 43,58% merupakan kelas kelerengan 0-8%. Sisanya sebesar 35,81% merupakan kelas kelerengan 8-15%, dan 14,74% merupakan kelas kelerengan 15-25%. Sedangkan wilayah yang masuk dalam kelas kelerengan 25-40% dan >40 hanya sebesar 3,30% dan 2.57% dari total luas wilayah kota Semarang. Jika diperhatikan semakin besar kelerangannya, maka semakin kecil luas wilayahnya. Akan tetapi jika diperhatikan lebih jauh, tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan di bagian selatan, tengah, dan barat kota Semarang terdapat wilayah yang cukup luas dengan kelerangan 25-40% dan >40% yang sangat berpengaruh terhadap potensi terjadinya gerakan massa tanah, yaitu: Kelas kelerengan 25-40% 1. Candisari : 15,90% (105,146 Ha) 2. Banyumanik : 9,58% (296,262 Ha) 3. Ngaliyan : 7,94% (356,287 Ha) 4. Tembalang : 5,14% (212,950 Ha) 5. Gajah Mungkur : 3,40% (32,011 Ha) Kelas kelerengan >40% 1. Gajah Mungkur : 11,34% (106,758 Ha) 2. Gunungpati : 7,33% (450,979 Ha) 3. Banyumanik : 4,86% (150,338 Ha) 4. Tembalang : 3,69% (152,942 Ha) 5. Candisari : 2,38% (15,739 Ha) Namun untuk beberapa kecamatan, seperti:gayamsari, Genuk, Semarang Tengah, Semarang Timur, dan Semarang Utara seluruh wilayahnya merupakan kelas kelerengan 0-8. Kecamatan-kecamatan ini berada di pusat kotasemarang. IV-6

7 4.1.3 Penggunaan Lahan Hasil yang diperoleh dari analisis spasial penggunaan lahan kota Semarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik. Gambar 4.5 Peta penggunaan lahan kota Semarang tahun 2013 (Sumber: Hasil pengolahan, 2013) Gambar 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan lahan di kota Semarang merupakan kelas permukiman, yaitu sekitar 43,29% atau sekitar 16645,448 ha dan sisanya merupakan vegetasi yang umumnya berada di bagian barat dan selatan kota Semarang. Vegetasi dengan akumulasi luas terbanyak adalah kelas kebun campuran dengan luas 5810,846 ha atau 15,11% dari luas total kota Semarang dengan 1314,699 ha berada di kecamatan Tembalang. Vegetasi lainnya, yaitu kelas penggunaan lahan sawah tersebar di bagian utara kota Semarang dengan total luas 4812,202 ha atau sekitar 12,52. Sedangkan kelas hutan, perkebunan, dan tegalan tersebar di barat daya, barat, dan timur laut kota Semarang dengan total luas IV-7

8 masing-masing adalah 4491,378 ha (11,68%); 4304,539 ha (11,20%); dan ha (6,20%). Lihat tabel 4.4. No Tabel 4.4 Luas dan persentase kelas penggunaan lahan kota Semarang tahun 2013 Kecamatan Luas Kelas Penggunaan Lahan H S P KC Pk T Total Luas (ha) 1 Banyumanik 430, , , , , , ,608 2 Candisari 6,263 10, ,245 30,398 12,016 12, ,285 3 Gajah Mungkur 45,072 32, ,706 81,628 21,273 36, ,407 4 Gayamsari 0, , ,687 21,191 1,407 45, ,444 5 Genuk 9, , , ,799 51, , ,458 6 Gunungpati 2181, , , , , , ,334 7 Mijen 1192, , , , , , ,392 8 Ngaliyan 485, , , , , , ,319 9 Pedurungan 6, , , ,401 36, , , Semarang Barat 1, , , ,172 8, , , Semarang Selatan 0,363 11, ,642 9,187 1,017 2, , Semarang Tengah 0,000 4, ,610 1,234 0,238 0, , Semarang Timur 0,180 61, ,817 11,077 0,385 15, , Semarang Utara 0, , ,530 18,654 0,623 49, , Tembalang 124, , , , , , , Tugu 5, , , ,209 18, , ,458 Total Luas (ha) 4491, , , , , , ,015 Persentase Luas (%) 11,68 12,52 43,29 15,11 11,20 6,20 100,00 Nilai Bobot (NB) 0,01 0,06 0,09 0,21 0,25 0,38 Bobot (B) Total Bobot (NB x B) 0,3 1,8 2,7 6,3 7,5 11,4 Keterangan (Tabel 4.4 dan 4.5): H : Hutan KC : Kebun Campuran S : Sawah Pk : Perkebunan P : Permukiman T : Tegalan Sumber: Hasil pengolahan (2013) IV-8

9 Tabel 4.5 Persentase luas kelas penggunaan lahan setiap kecamatan No Kecamatan Persentase Luas (%) H S P KC Pk T Total 1 Banyumanik 13,93 3,71 54,17 15,95 8,32 3, Candisari 0,95 1,62 89,11 4,60 1,82 1, Gajah Mungkur 4,79 3,46 76,98 8,67 2,26 3, Gayamsari 0,09 16,79 72,53 3,29 0,22 7, Genuk 0,36 19,84 51,81 11,61 1,87 14, Gunungpati 35,48 5,95 18,57 18,28 18,13 3, Mijen 22,15 9,53 16,97 20,42 25,30 5, Ngaliyan 10,83 3,71 39,95 17,18 22,72 5, Pedurungan 0,30 5,63 74,83 9,43 1,67 8, Semarang Barat 0,08 20,03 67,36 5,95 0,40 6, Semarang Selatan 0,06 1,89 95,94 1,49 0,17 0, Semarang Tengah 0,00 0,81 98,75 0,23 0,04 0, Semarang Timur 0,03 10,92 84,17 1,97 0,07 2, Semarang Utara 0,02 22,25 71,69 1,64 0,05 4, Tembalang 2,99 3,11 42,95 31,72 9,63 9, Tugu 0,19 65,25 20,57 6,08 0,61 7, Grafik Luas Kelas Penggunaan Lahan Kota Semarang Tahun 2013 Perkebunan 11,20% Tegalan 6,20% Kebun Campuran 15,11% Hutan 11,68% Sawah 12,52% Pemukiman 43,29% Gambar 4.6 Grafik luas kelas penggunaan lahan kota Semarang tahun 2013 IV-9

10 4.1.4 Jenis Tanah (Erodibilitas) Hasil yang diperoleh dari analisis spasial jenis tahas (erodibilitas) kotasemarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik. Gambar 4.7 Peta jenis tanah kota Semarang (Sumber: BAPPEDA kota Semarang, 2011) Gambar 4.7 menjelaskan, bahwa sebagian besar wilayah kota Semarang terbentuk dari jenis yang yang beredobilitas rendah (kaitannya dalam kemungkinannya untuk tererosi) yaitu Latosol Cokelat Kemerahan, Aluvial, Grumosol, Asosiasi Aluvial Kelabu, Regosol, dan Latosol Cokelat sebesar 79,41%, sedangkan jenis tanah beredobilitas sedang, yaitu Mediteran Cokelat Tua sebesar 19,65%, dan untuk jenis tanah beredobilitas tinggi yaitu Regosol sebesar 0,94%. Jenis tanah bererodibilitas tinggi yang sangat berpengaruh terhadap potensi terjadinya gerakan massa tanah ini seluruhnya berada di kecamatan Tembalang sebesar Ha, yaitu 8.72% dari luas wilayah kecamatan tersebut. Lihat tabel 4.6. IV-10

11 Tabel 4.6 Luas dan persentase kelas jenis tanah kota Semarang No Kecamatan Luas Kelas Erodibitas (Jenis Tanah) Total Rendah Sedang Tinggi Luas (ha) 1 Banyumanik 2738, ,957 0, ,608 2 Candisari 312, ,706 0, ,285 3 Gajah Mungkur 213, ,725 0, ,407 4 Gayamsari 643,444 0,000 0, ,444 5 Genuk 2729,458 0,000 0, ,458 6 Gunungpati 4682, ,483 0, ,334 7 Mijen 5319,014 63,378 0, ,392 8 Ngaliyan 2186, ,367 0, ,319 9 Pedurungan 2162,746 35,894 0, , Semarang Barat 2031, ,538 0, , Semarang Selatan 614,577 0,000 0, , Semarang Tengah 535,313 0,000 0, , Semarang Timur 561,732 0,000 0, , Semarang Utara 1140,335 0,000 0, , Tembalang 1694, , , , Tugu 2964,458 0,000 0, ,458 Total Luas (ha) 30531, , , ,015 Persentase Luas (%) 79,41 19,65 0,94 100,00 Nilai Bobot (NB) 0,2 0,3 0,4 Bobot (B) Total Bobot (NB x B) Grafik Luas Kelas Erodibilitas (Jenis Tanah) Kota Semarang Tinggi 0,94% Sedang 19,65% Rendah 79,41% Gambar 4.8 Luas kelas erodibilias (jenis tanah) kota Semarang IV-11

12 4.1.5 Curah Hujan Hasil yang diperoleh dari analisis spasial penggunaan lahan kota Semarang ditampilkan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik. Gambar 4.9 Peta curah hujan kota Semarang tahun 2012 (Sumber: Hasil pengolahan, 2013) Gambar 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah kota Semarang memiliki curah hujan rata-rata bulanan yang masuk dalam kelas sedang (kaitannya dalam memicu terjadinya longsor) yaitu sebesar 96,71%, sisanya sebesar 3,29% masuk dalam kelas tinggi, dan tidak ada yang masuk dalam kelas rendah. Lihat tabel 4.7. Stasiun/pos curah hujan tersebar secara merata di kota Semarang. Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa kecamatan hanya kecamatan Mijen yang memiliki curah hujan tinggi, yang dideteksi oleh stasiun curah hujan yang berlokasi di Boja Mijen dengan curah hujan rata-rata bulanan pada tahun 2012 sebesar 467,26 mm/bulan. Daerah berwarna biru langit pada gambar 4.9 ini sangat diwaspadai terjadi longsor, apabila didukung oleh seluruh parameter longsor lainnya. IV-12

13 Tabel 4.7 Luas dan persentase kelas curah hujan kota Semarang tahun 2012 No Kecamatan Luas Kelas Curah Hujan Total Luas Rendah Sedang Tinggi (ha) 1 Banyumanik 0, ,608 0, ,608 2 Candisari 0, ,285 0, ,285 3 Gajah Mungkur 0, ,407 0, ,407 4 Gayamsari 0, ,444 0, ,444 5 Genuk 0, ,458 0, ,458 6 Gunungpati 0, ,334 0, ,334 7 Mijen 0, , , ,392 8 Ngaliyan 0, ,319 0, ,319 9 Pedurungan 0, ,640 0, , Semarang Barat 0, ,492 0, , Semarang Selatan 0, ,577 0, , Semarang Tengah 0, ,313 0, , Semarang Timur 0, ,732 0, , Semarang Utara 0, ,335 0, , Tembalang 0, ,221 0, , Tugu 0, ,458 0, ,458 Total Luas (ha) 0, , , ,015 Persentase Luas (%) 0,00 96,71 3,29 100,00 Sumber: Hasil pengolahan (2013) No Lokasi Stasiun Curah Hujan Tabel 4.8 Curah hujan rata-rata bulanan kota Semarang tahun 2012 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 1 Bandara Ahmad Yani ,1 0, ,6 177,77 2 Tanjung Mas ,6 1,3 0 28,7 187,3 256,2 283,1 176,27 3 Tlogosari ,7 0 12,9 257,8 444,4 190,6 204,53 4 Semarang Barat (BMKG) ,1 256,4 326,5 184,77 5 Beringin , ,5 333,9 197,38 6 Ngaliyan , ,54 7 Candi , ,13 8 Klipang ,5 74,5 266, ,45 9 Gunung Pati ,2 447, ,71 10 Boja Mijen ,5 554,6 467,26 Ratarata IV-13

14 Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kelas Warna mm Rendah mm Menengah > 301 mm Tinggi Sumber: BMKG kota Semarang (2012) Grafik Luas Kelas Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Semarang Tahun 2012 Tinggi 3,29% Sedang 96,71% Gambar 4.10 Luas kelas curah hujan kota Semarang tahun Analisa Peta Kerawanan Longsor Dari uraian di atas terlihat bahwa longsor dikontrol oleh interaksi pengaruh beberapa kondisi, yaitu kondisi kemiringan lereng, penggunaan tanah, erodibilitas (jenis tanah), dan curah hujan.jadi dalam melakukan analisa longsor, seluruh faktor pengontrol gerakan tersebut harus dianalisa secara terpadu, tidak terpisah. Oleh karena itu, maka peta kerawanan longsor dalam Penelitian ini merupakan perpaduan/penggabungan antara peta-peta parameter penyebab terjadinya longsor seperti yang sudah di jelaskan pada subbab 4.1, yaitu peta kelerengan, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, dan peta curah hujan, yang memiliki bobot masing-masing. Dari klasifikasi tingkat kerawanan longsor di atas dan analisa parameter dan overlay, didapatkan hasil kerawanan longsor yang disajikan dalam bentuk peta, tabel dan grafik. IV-14

15 Gambar 4.11 Peta kerawanan longsor kota Semarang (Sumber: Hasil pengolahan, 2013) No Tabel 4.9 Luas dan persentase kelas kerawanan longsor kota Semarang setiap kecamatan Kecamatan Tidak Rawan Agak Rawan Cukup Rawan Rawan Sangat Rawan Total Luas ha % ha % ha % ha % ha % ha % 1 Banyumanik 572,071 1, ,698 5,09 509,404 1,32 37,328 0,1 15,106 0, ,608 8,04 2 Candisari 19,653 0,05 199,679 0,52 424,944 1,11 16,617 0,04 0, ,285 1,72 3 Gajah Mungkur 64,485 0,17 219,914 0,57 625,223 1,63 29,679 0,08 2,105 0,01 941,407 2,45 4 Gayamsari 47,549 0,12 593,216 1,54 2,679 0, ,444 1,67 5 Genuk 457,218 1, ,21 5,91 1, ,458 7,1 6 Gunungpati 2885,04 7,5 2643,831 6,88 573,503 1,49 44,996 0,12 1,964 0, ,334 15,99 7 Mijen 2650,078 6, ,428 6,52 146,514 0,38 61,985 0,16 15,387 0, , Ngaliyan 1451,581 3, ,805 4, ,813 3,16 123,885 0,32 62,234 0, ,319 11,67 9 Pedurungan 215,75 0, ,167 5,09 23,644 0,06 2,759 0,01 0, ,64 5,72 10 Semarang Barat 140,765 0, ,128 4,56 279,65 0,73 17,732 0,05 11,217 0, ,492 5,73 11 Semarang Selatan 3,769 0,01 564,8 1,47 39,479 0,1 4,465 0,01 2,065 0,01 614,577 1,6 12 Semarang Tengah 1, ,165 1, ,313 1,39 13 Semarang Timur 16,479 0,04 545,254 1, ,732 1,46 14 Semarang Utara 50,401 0, ,934 2, ,335 2,97 15 Tembalang 671,247 1, ,745 5, ,024 3,23 116,092 0,3 8,113 0, ,222 10,78 16 Tugu 232,775 0, ,341 6,98 37,142 0,1 7,553 0,02 1, ,453 7,71 Total 9480,007 24, ,32 60, ,05 13,32 463,091 1,2 120,547 0, , ,00 Sumber: Hasil pengolahan (2013) IV-15

16 Grafik Luas Kelas Kerawanan Longsor Kota Semarang Cukup Rawan 13,32% Rawan 1,20% Sangat Rawan 0,31% Tidak Rawan 24,66% Agak Rawan 60,51% Gambar 4.12 Luas kelas kerawanan longsor kota Semarang Tabel 4.9 & 4.10 dan gambar 4.12 menyajikan luas dari masing-masing tingkat kerawanan, dan dapat disimpulkan sebagian besar wilayah kota Semarang masuk dalam kelas agak rawan, yaitu 60,51% dari total luasnya, yaitu sebesar 23266,315 ha. Sedangkan tingkat kelas sangat rawan merupakan yang paling rendah total luas areanya, hanya 0,31%, yaitu sebesar 120,547 ha. Peta kerawanan longsor (lihat gambar 4.11) memperlihatkan bahwa daerah yang sangat rawan dipengaruhi besar oleh parameter kelerengan dengan tingkat kelerengannya >40% (lihat kembali gambar 4.3 peta kelerengan). Kelas sangat rawan paling banyak terdapat di kecamatan-kecamatan dibawah ini, dengan luas masing-masing yaitu: - Ngalian : 62,234 ha - Mijen : 15,387 ha - Banyumanik : 15,106 ha - Semarang Barat : 11,217 ha - Tembalang : 8,113 ha karena parameter kerengan memiliki bobot yang paling besar, yaitu 40. Kelas agak rawan paling banyak ditemui di daerah utara, yang sebagian besar merupakan daerah permukiman dan memiliki kelerengan 0-8%. IV-16

17 4.3 Validasi Hasil Pada subbab ini dijelaskan mengenai validasi hasil, yaitu membandingkan hasil Penelitian terhadap peta titik longsor BPBD kota Semarang tahun 2012 sebagai pengontrol. Validasi hasil Penelitian disajikan dalam bentuk peta dan tabel. Gambar 4.13 Peta titik riwayat longsor kota Semarang (Sumber: Hasil pengolahan, 2013) Pada pengujian hasil Penelitian ini, hasil validasi yang dianggap benar adalah titik-titik kejadian longsor yang masuk ke dalam kelas kerawanan Cukup Rawan, Rawan, dan Sangat Rawan, sedangkan lainnya tidak. IV-17

18 Tabel 4.10 Hasil Validasi No. Lokasi Koordinat Kelas Kelurahan Kecamatan X Y Kerawanan Validasi Nilai 1 Jabungan Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 2 Jabungan Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 3 Gedawang Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 4 Gedawang Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 5 Srondol Kulon Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 6 Srondol Kulon Banyumanik Rawan Ya 1 7 Ngesrep Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 8 Ngesrep Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 9 Ngesrep Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 10 Srondol Kulon Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 11 Padangsari Banyumanik Cukup Rawan Ya 1 12 Pudak Payung Banyumanik Tidak Rawan Tidak 0 13 Pudak Payung Banyumanik Agak Rawan Tidak 0 14 Mangkang Kulon Tugu Rawan Ya 1 15 Jatingaleh Candisari Cukup Rawan Ya 1 16 Karanganyar Gunung Candisari Rawan Ya 1 17 Jatingaleh Candisari Cukup Rawan Ya 1 18 Karangrejo Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 19 Bedan Duwur Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 20 Gajah Mungkur Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 21 Gajah Mungkur Gajah Mungkur Rawan Ya 1 22 Lempongsari Gajah Mungkur Rawan Ya 1 23 Bendungan Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 24 Bendungan Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 25 Petompon Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 26 Petompon Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 27 Petompon Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 28 Bedan Ngisor Gajah Mungkur Cukup Rawan Ya 1 29 Sukorejo Gunungpati Cukup Rawan Ya 1 30 Sekaran Gunungpati Cukup Rawan Ya 1 31 Kedung Pane Mijen Rawan Ya 1 32 Wonolopo Mijen Agak Rawan Tidak 0 33 Banbankerep Ngaliyan Cukup Rawan Ya 1 34 Kalipancur Semarang Barat Cukup Rawan Ya 1 35 Pedurungan Kidul Pedurungan Agak Rawan Tidak 0 36 Manyaran Semarang Barat Cukup Rawan Ya 1 37 Manyaran Semarang Barat Rawan Ya 1 38 Kembang Arum Semarang Barat Rawan Ya 1 IV-18

19 39 Gisik Drono Semarang Barat Cukup Rawan Ya 1 40 Gisik Drono Semarang Barat Sangat Rawan Ya 1 41 Kalibanteng Kulon Semarang Barat Agak Rawan Tidak 0 42 Kembang Arum Semarang Barat Agak Rawan Tidak 0 43 Kembang Arum Semarang Barat Agak Rawan Tidak 0 44 Kembang Arum Semarang Barat Cukup Rawan Ya 1 45 Krapyak Semarang Barat Cukup Rawan Ya 1 46 Ngemplak Simongan Semarang Barat Sangat Rawan Ya 1 47 Ngemplak Simongan Semarang Barat Cukup Rawan Ya 1 48 Randusari Semarang Selatan Sangat Rawan Ya 1 49 Pleburan Semarang Selatan Agak Rawan Tidak 0 50 Mugasari Semarang Selatan Sangat Rawan Ya 1 51 Tandang Tembalang Cukup Rawan Ya 1 52 Sambiroto Tembalang Cukup Rawan Ya 1 53 Sendangguwo Tembalang Cukup Rawan Ya 1 54 Sendangguwo Tembalang Agak Rawan Tidak 0 55 Sendangguwo Tembalang Cukup Rawan Ya 1 56 Sendang Mulyo Tembalang Cukup Rawan Ya 1 57 Sendang Mulyo Tembalang Cukup Rawan Ya 1 58 Sambiroto Tembalang Cukup Rawan Ya 1 59 Karang Malang Mijen Agak Rawan Tidak 0 60 Penggaron Kidul Pedurungan Agak Rawan Tidak 0 61 Penggaron Kidul Pedurungan Cukup Rawan Ya 1 Total 50 Sumber: BPBD kota Semarang (2012) dan hasil pengolahan (2013) Tabel 4.10 menunjukan tingkat akurasi Penelitian ini berdasarkan kejadian longsor pada tahun 2012 adalah sebanyak 50 kejadian atau sebesar 81,97%, sedangkan yang tidak sesuai berjumlah 11 kejadian atau sebesar 18,03%. 4.4 Kejadian Tanah Longsor di Kota Semarang Tahun 2012 Kejadian longsor di kota Semarang memiliki intensitas yang cukup tinggi. Berikut adalah daftar cuplikan kejadian longsor yang disajikan dalam tabel IV-19

20 Tabel 4.11 Data kejadian longsor di kotasemarang tahun 2012 (Sumber: BPBD kota Semarang) No Waktu Lokasi Tanggal Hari Jam Kecamatan Kelurahan Penyebab 1 2 Januari Senin Candi Sari Karanganyar Gunung Hujan Deras 2 10 Januari Selasa Gajah Mungkur Bendungan Hujan Deras 3 12 Januari Kamis Ngaliyan Tambak Aji Hujan Deras 4 26 Januari Kamis Semarang Barat Kembang Arum Hujan Deras 5 26 Januari Kamis Semarang Barat Bojong Salaman Hujan Deras 6 27 Januari Jumat Gajah Mungkur Gajah Mungkur Hujan Deras 7 30 Januari Senin Semarang Barat Kembang Arum Hujan Deras 8 30 Januari Senin Gajah Mungkur Lempongsari Hujan Deras 9 30 Januari Senin Candi Sari Karanganyar Gunung Hujan Deras Januari Senin Gajah Mungkur Lempongsari Hujan Deras Januari Senin Candi Sari Candi Hujan Deras Januari Selasa Tembalang Tandang Hujan Deras 13 3 Februari Jumat Semarang Barat Kembang Arum Hujan Deras 14 3 Februari Jumat Semarang Selatan Randusari Hujan Deras 15 3 Februari Jumat Pedurungan Plamongan Sari Hujan Deras 16 5 Februari Minggu Tembalang Tandang Hujan Deras 17 7 Februari Selasa Candi Sari Wonotinggal Hujan Deras Februari Minggu Tembalang Jangli Hujan Deras Februari Minggu Ngaliyan Wonosari Hujan Deras Maret Senin Ngaliyan Purwoyoso Hujan Deras April Rabu Gajah Mungkur Lempongsari Hujan Deras 22 2 Mei Rabu Candi Sari Karanganyar Gunung Hujan Deras 23 7 Mei Senin Banyumanik Srondol Kulon Hujan Deras 24 5 November Senin Gajah Mungkur Lempongsari Hujan Deras 25 6 Desember Kamis Tembalang Jangli Hujan Deras Desember Sabtu Semarang Barat Kalibanteng Hujan Deras Desember Sabtu Tembalang Kedungmundu Hujan Deras Tanah longsor terjadi tidak hanya dikarenakan oleh satu sebab saja, namun oleh beberapa sebab yang kompleks, bahkan bencana tanah longsor dapat terjadi secara tiba-tiba, namun proses yang membuat wilayah tersebut berpotensi longsor ternyata telah terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. Sebagian besar kejadian tanah longsor terjadi ketika suatu area yang mempunyai potensi longsor diguyur hujan, baik itu hujan deras maupun ringan, dan dalam waktu yang lama maupun singkat, hal ini dikarenakan setiap wilayah memiliki tingkat kerawanan IV-20

21 yang berbeda-beda. Area yang sangat rawan longsor ketika diguyur dengan curah hujan yang ringan dan sebentar akan sangat berpotensi terjadi longsor, namun area yang agak dan cukup rawan akan membutuhkan curah hujan yang sangat deras dan lama untuk terjadi longsor. Gambar 4.14 Longsor di kec. Semarang Barat dan kec. Ngaliyan tahun 2012 (Sumber: BPBD kota Semarang) Kejadian longsor pada gambar 4.14 terjadi pada tanggal 30 Januari dan 19 Februari tahun 2012 (lihat tabel, no.7 dan 19). Juga terlihat bahwa tanah longsor terjadi di daerah yang tingkat kelerengannya sangat tinggi, dan dipicu juga oleh curah hujan yang sangat deras. 4.5 Survey Hasil Pada subbab ini dijelaskan mengenai survey hasil, yaitu membandingkan hasil kerawanan longsor dengan kondisi lapangan yang sebenarnya dengan melakukan survey secara langsung. Hasil survey ini disajikan dalam bentuk peta titik survey hasil (peta kerawanan yang ditampalkan dengan peta jalan, titik survey) koordinat titik, deskripsi area, dan foto-foto hasil survey sebagai dokumentasi. IV-21

22 Gambar 4.15 Peta titik validasi lapangan (Sumber: Hasil pengolahan, 2013) Tidak Rawan Merupakan daerah yang tidak memiliki kemungkinan terjadi longsor. Masuk dalam kelas Tidak Rawan dengan range Total Bobot Akhir (TBA) adalah 7,10 13,96. Gambar 4.16 Titik sampel lokasi dengan tingkat tidak rawan longsor IV-22

23 1. Lokasi Titik WGS84 UTM S49 (m) : ,746; ,040 WGS84 Geodetic ( ) : 6, LS; 110, BT 2. Deskripsi Area Berada di kelurahan Sambirejo, kecamatan Gayamsari. Fisik lokasi ini berupa sawah tepat di sebelah utara Masjid Agung Jawa Tengah. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan 0-8% dan kelas penggunaan lahan sawah. Gambar 4.17 Lokasi tidak rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013) Agak Rawan Merupakan daerah yang sedikit memiliki kemungkinan terjadi longsor. Masuk dalam kelas Agak Rawan dengan range Total Bobot Akhir (TBA) adalah 13,97 20,82. Gambar 4.18 Titik sampel lokasi dengan tingkat agak rawan longsor IV-23

24 1. Lokasi Titik WGS84 UTM S49 (m) : ,092; ,085 WGS84 Geodetic ( ) : 6, LS; 110, BT 2. Deskripsi Area Berada di kelurahan Pekunden, kecamatan Semarang Tengah, merupakan pusat kota Semarang, yaitu di kawasan Simpang Lima. Fisik lokasi ini berupa perkotaan. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan 0-8% dan kelas penggunaan lahan permukiman. Gambar 4.19 Lokasi agak rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013) Cukup Rawan Merupakan daerah yang cukup memiliki kemungkinan terjadi longsor. Masuk dalam kelas Cukup Rawan dengan range Total Bobot Akhir (TBA) adalah 20,83 27,68. Gambar 4.20 Titik sampel lokasi dengan tingkat cukup rawan longsor IV-24

25 1. Lokasi Titik WGS84 UTM S49 (m) : ,180; ,635 WGS84 Geodetic ( ) : 7, LS; 110, BT 2. Deskripsi Area Berada di kelurahan Ngesrep, kecamatan Banyumanik. Fisik lokasi ini berupa tempat hiburan, yaitu resto, karaoke keluarga, dan hotel di sebelah timur hutan Gombel. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan 15-25% dan kelas penggunaan lahan permukiman. Gambar 4.21 Lokasi cukup rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013) Rawan Merupakan daerah yang memiliki kemungkinan terjadi longsor. Masuk dalam kelas Rawan dengan range Total Bobot Akhir (TBA) adalah 27,69 33,54. Gambar 4.22 Titik sampel lokasi dengan tingkat rawan longsor IV-25

26 1. Lokasi Titik WGS84 UTM S49 (m) : ,598; ,149 WGS84 Geodetic ( ) : 7, LS; 110, BT 2. Deskripsi Area Berada di kelurahan Sukorejo, kecamatan Gunungpati. Fisik lokasi ini berupa bukit. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan 25-40% dan kelas penggunaan lahan kebun campuran. Gambar 4.23 Lokasi rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013) Sangat Rawan Merupakan daerah yang sangat memiliki kemungkinan terjadi longsor. Masuk dalam kelas Sangat Rawan dengan range Total Bobot Akhir (TBA) adalah 34,55 41,40. Gambar 4.24 Titik sampel lokasi dengan tingkat sangat rawan longsor IV-26

27 1. Lokasi Titik WGS84 UTM S49 (m) : ,112; ,752 WGS84 Geodetic ( ) : 7, LS; 110, BT 2. Deskripsi Area Berada di kelurahan Banyumanik, kecamatan Banyumanik. Fisik lokasi ini berupa rumah-rumah yang kontur tanahnya sangat curam di sebelah timur laut Gombel Golf. Secara visual, lokasi ini masuk dalam kelas kelerengan >40% dan kelas penggunaan lahan permukiman serta kebun campuran. (1. akses jalan yang curam, 2. rumah yang terlihat sangat rawan longsor, 3 dan 4. kejadian longsor yang ditemukan saat survey) Gambar 4.25 Lokasi sangat rawan longsor (dokumentasi survey tahun 2013) IV-27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada tahun 2014. Dengan menggunakan data-data

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2014

Jurnal Geodesi Undip April 2014 PEMBUATAN PETA ZONA RAWAN TANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG DENGAN MELAKUKAN PEMBOBOTAN PARAMETER Jerson Otniel Purba, Sawitri Subiyanto, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG

DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG NO KECAMATAN KELURAHAN TPS DAFTAR PEMILIH LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 SEMARANG 1. MIROTO 1 245

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota-012.329521/2015 TENTANG REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) DAN JUMLAH TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA (TPS) DALAM PEMILIHAN WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 62 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian (Kota Semarang) Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah dan juga termasuk kedalam kota besar yang ada di Indonesia. Sebagai

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Desember Pemerintah Kota Semarang

Jakarta, 22 Desember Pemerintah Kota Semarang Jakarta, 22 Desember 2014 Pemerintah Kota Semarang JAWA TENGAH Posisi Strategis Kota Semarang Ibukota Provinsi Jawa Tengah Terletak pada 6 o 50 7 o 10 S dan 109 o 50 110 o 35 E KOTA SEMARANG PDAM West

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI, Menimbang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Alfa Narendra Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, Telp

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena penduduk tidak saja menjadi pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Oleh karena itu untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena penduduk tidak saja menjadi pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Oleh karena itu untuk

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN BENCANATANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG

ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN BENCANATANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN Rohmad Abidin 1, Sri Yulianto J.P 2 1,2 Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis dan Hasil 4.1.1 Persebaran Lokasi Tindak Kejahatan Data menunjukkan kejahatan berat yang terjadi di Kota Semarang diantaranya pembunuhan terjadi 12 kasus, perkosaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pembahasan Nilai Tanah Kecamatan Banyumanik Dari pengolahan data survei pada pengolahan data spasial, diperoleh hasil perhitungan harga tanah tahun 2011 dan 2013 serta

Lebih terperinci

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar peta DAS Babon. Gambar 1. Peta adiministratif kecamatan DAS Babon

Lampiran 1. Gambar peta DAS Babon. Gambar 1. Peta adiministratif kecamatan DAS Babon Lampiran 1. Gambar peta DAS Babon Gambar 1. Peta adiministratif kecamatan DAS Babon 48 Gambar 2. Peta Komposisi tataguna lahan DAS Babon 49 Gambar 3. Lokasi industri di DAS Babon 50 Lampiran 2. Perhitungan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A714 Pembuatan Peta Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor dengan Menggunakan Metode Fuzzy logic (Studi Kasus: Kabupaten Probolinggo) Arief Yusuf Effendi, dan Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

PENGUKURAN GEOLISTRIK PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI KOTA SEMARANG UNTUK IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR

PENGUKURAN GEOLISTRIK PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI KOTA SEMARANG UNTUK IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR PENGUKURAN GEOLISTRIK PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI KOTA SEMARANG UNTUK IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR Putranto, T.T. 1*, Susanto, N. 2, Dwiyanto, J.S. 1, Anatoly, N. 1, Aufa Rifqi 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Aria Alantoni D2B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro EVALUASI IMPLEMENTASI PERDA KOTA SEMARANG NO.5 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG (Kajian Terhadap Fungsi Pengendali Konversi Lahan Pertanian di Kota Semarang) Aria Alantoni D2B006009

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: RADITYA MAHARSYI DANANJAYA L2D 005 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI Pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum mengenai Kecamatan Gunungpati yang mencakup letak administratif Kecamatan Gunungpati, karakteristik fisik Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis Kota Semarang terletak di pantai utara Jawa Tengah, terbentang antara garis 06 o 50 07 o 10 Lintang Selatan dan garis 110 o 35 Bujur Timur. Sedang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CITRA SATELIT UNTUK KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG

PENGGUNAAN CITRA SATELIT UNTUK KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG PENGGUNAAN CITRA SATELIT UNTUK KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG Use of Satellite Imagery for Study of Settlement Area in Semarang City Bitta Pigawati dan Iwan Rudiarto Fakultas Teknik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2005-2010 Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 7 (2) (2018) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage Pemetaan Risiko Bencana Longsor Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana di Kecamatan Tembalang

Lebih terperinci

Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 1

Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 1 1. Latar Belakang Kota jika dilihat secara kepentingan ekonomi adalah kehidupan nonagraris, yang memiliki fungsi khas kultural, industri dan perdagangan. Perkembangan suatu kota erat kaitannya dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN (COMPANY PROFILE)

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN (COMPANY PROFILE) BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN (COMPANY PROFILE) Obyek penelitian dalam skripsi ini adalah kecamatan kecamatan yang ada di kota Semarang, kecamatan itu diantaranya kecamatan Tembalang, kecamatan Tugu,

Lebih terperinci

TA 91. golf side town house. di Semarang. s a n t y l u s i a n i l2b BAB I PENDAHULUAN

TA 91. golf side town house. di Semarang. s a n t y l u s i a n i l2b BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar dari manusia disamping pangan dan sandang adalah papan, yang disebut juga sebagai rumah. Awalnya manusia membuat rumah karena ingin mencari suatu tempat

Lebih terperinci

Gambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat.

Gambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat. BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN PEMODELAN INVERSI 4.1 Data Pengukuran data gayaberat di Semarang untuk penelitian ini dilakukan sebanyak tujuh kali pengukuran yaitu: Juli 2002, September 2002, Juni 2003, Desember

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013 SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA BANK

Lebih terperinci

Dinas Penerangan Jalan & Pengelolaan Reklame. Rumah Sakit Umum Daerah. Dinas Tata Kota & Perumahan. Uraian Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Kota

Dinas Penerangan Jalan & Pengelolaan Reklame. Rumah Sakit Umum Daerah. Dinas Tata Kota & Perumahan. Uraian Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Kota Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Kota Rumah Sakit Umum Daerah Dinas Bina Marga Dinas PSDA & ESDM Dinas Kebakaran Dinas Tata Kota & Perumahan Dinas Penerangan Jalan & Pengelolaan Reklame 1,113,103,189,641

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN 3.1 Lokasi/ Data Fisik 3.1.1 Kondisi Fisik Lokasi Perencanaan Lokasi perencanaan Pusat Rehabilitasi Pasca-Stroke di Semarang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Kelurahan

Lebih terperinci

22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA A. KEBIJAKAN PROGRAM Pembangunan urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada peran serta dan keberdayaan masyarakat dalam pembangunan wilayah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA SEMARANG 3.1.1 Keadaan Geografis BAB III TINJAUAN LOKASI Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, secara geografis terletak di Pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH II.1 KONDISI GEOGRAFIS Kota Semarang merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah, berada pada pelintasan Jalur Jalan Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMARANG BARAT. 4.1 Situasi Umum Kecamatan Semarang Barat. Manyaran, Cabean, Tawang Mas, Tawang Sari, Tambak Harjo,

BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMARANG BARAT. 4.1 Situasi Umum Kecamatan Semarang Barat. Manyaran, Cabean, Tawang Mas, Tawang Sari, Tambak Harjo, BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMARANG BARAT 4.1 Situasi Umum Kecamatan Semarang Barat 4.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Semarang Barat adalah pusat pemerintahan yang mempunyai ketinggian dataran 3 meter

Lebih terperinci

KAJIAN EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DENGAN TEKNIK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Dewi Liesnoor Setyowati Jurusan Geografi FIS - UNNES

KAJIAN EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DENGAN TEKNIK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Dewi Liesnoor Setyowati Jurusan Geografi FIS - UNNES KAJIAN EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DENGAN TEKNIK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Dewi Liesnoor Setyowati Jurusan Geografi FIS - UNNES Abstrak Pemukiman merupakan tempat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Bahaya Erosi di Sub DAS Bekala Untuk menentukan tingkat bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala maka terlebih dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78 Identifikasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) Dr. Ir. M. Taufik, Akbar Kurniawan, Alfi Rohmah Putri Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990 LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990 50 Lampiran 2. Peta Penutupan Lahan tahun 2001 51 Lampiran 3. Peta Penggunaan Lahan tahun 2010 52 53 Lampiran 4. Penampakan citra landsat untuk masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini merupakan data sekunder. Data-data yang diperlukan antara lain, data hujan, peta daerah tangkapan air, peta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Bab II Kondisi Wilayah Studi 5 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.. Tinjauan Umum DAS Bendung Boro sebagian besar berada di kawasan kabupaten Purworejo, untuk data data yang diperlukan Peta Topografi, Survey

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran. 25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada Daerah Tangkapan Air Banjarnegara, wilayah DAS Serayu, beberapa kabupaten yang masuk kedalam kawasan Daerah Tangkapan Air Banjarnegara

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon LAMPIRAN 40 41 Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon No Tanggal Hujan S t V air TMA A P Q ratarat (m) (m/s) (m) (m 2 ) (m) (m 3 /s) a N Beton (A/P) 2/3 S 0.5

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106

Lebih terperinci

DAFTAR SATUAN PENDIDIKAN (Sekolah) Yang memiliki NOMOR POKOK SEKOLAH NASIONAL (NPSN) : Prov. Jawa Tengah. Unduh pada : 30-Oct :50:49

DAFTAR SATUAN PENDIDIKAN (Sekolah) Yang memiliki NOMOR POKOK SEKOLAH NASIONAL (NPSN) : Prov. Jawa Tengah. Unduh pada : 30-Oct :50:49 DAFTAR SATUAN PENDIDIKAN (Sekolah) Yang memiliki NOMOR POKOK SEKOLAH NASIONAL (NPSN) Provinsi : Prov. Jawa Tengah Kab./Kota : KOTA SEMARANG Unduh pada : 30-Oct-2012 10:50:49 Total Data : 866 Baris No.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian awal bab ini disajikan pemetaan untuk mendeskripsikan jumlah DBD dan faktor yang mempengaruhi di Kota Semarang. Bagian selanjutnya dilakukan pemodelan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Metode dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku atau laporanlaporan yang ada hubungannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan dan analisa data diperoleh beberapa kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan 1. Sedimen pada Embung Tambakboyo dipengaruhi oleh erosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat menyebabkan penginderaan jauh menjadi bagian penting dalam mengkaji suatu fenomena di permukaan bumi sebagai

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor Erosivitas Faktor erosivitas hujan yang didapatkan dari nilai rata rata curah hujan bulanan dari stasiun-stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAKSI... v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAKSI... v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAKSI... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR DI DAS BABON, SEMARANG JAWA TENGAH

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR DI DAS BABON, SEMARANG JAWA TENGAH PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR DI DAS BABON, SEMARANG JAWA TENGAH Oleh : FATIMAH NURUL AFIFAH F14060811 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDUGAAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep) Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh Catur Pangestu W 1013034035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 ABSTRACT ANALISIS

Lebih terperinci

B A B I V U r u s a n W a j i b P e k e r j a a n U m u m

B A B I V U r u s a n W a j i b P e k e r j a a n U m u m 4.1.3 URUSAN WAJIB PEKERJAAN UMUM 4.1.3.1 KONDISI UMUM Urusan Wajib Pekerjaan Umum mempunyai fungsi strategis sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, dibidang kebinamargaan, penerangan jalan, sumber daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Gambar 2.1 Peta Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Gambar 2.1 Peta Kota Semarang BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kota Semarang Gambar 2.1 Peta Kota Semarang Sumber : Blog Informasi Semarang Aspek gambaran umum mengenai Kota Semarang dan tentunya juga mengenai

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY Gambaran Umum Kelistrikan Produksi Listrik Persentase (%) Grafik Persentase Tingkat Pertumbuhan Produksi Listrik (KWh) 020 018 016 014 012 010 008 006 004 002 000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir

LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir Faktor Penyebab Banjir ta 1 ta 2 ta 3 ta 4 RG VP Curah hujan 0.315 0.057 0.344 0.359 0.217 0.261 Jenis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Daerah Aliran Sungai 1. Wilayah Administrasi Sub-DAS Serayu untuk bendungan ini mencakup wilayah yang cukup luas, meliputi sub-das kali Klawing, kali Merawu, Kali Tulis

Lebih terperinci

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING) S k o r i n g 56 10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING) Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi bobot pada masing-masing

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi DAS Cipasauran IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah Aliran Sungai Cipasauran secara geografis terletak pada 06 13 51-06 17 33 LS dan 105 49 50-105 56 40 BT, dan termasuk dalam zona 48 UTM. DAS Cipasauran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya, manusia selalu dihadapkan oleh berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia melakukan berbagai usaha atau kegiatan. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Setelah dilakukan survey diperoleh 13 titik lokasi longsor dengan lokasi disajikan pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Hasil

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci