BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Komunikasi Terapeutik 1. Definisi Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan perawat dengan pasien atau perawat dengan keluarga pasien yang didasari oleh hubungan saling percaya yang didalam komunikasi tersebut terdapat seni penyembuhan, Nasir A dkk (2011) Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus pada kesembuhan pasien (Mahmud Machfoedz,2009). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertjuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan penyembuhan pasien.dalam memberikan asuhan keperawatan komunikasi terapeutik memegang peranan penting untuk membantu pasien dalam memecahkan masalah.kemempuan komunikasi ini tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku seorang perawat yang menjunjung tingkat profesionalnya terhadap pekerjaan demi meningkatkan derajat kesehatan dari pasien (Musliha dan Fatmawati Siti, 2010). 2. Tujuan Komunikasi Terapeutik a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. 6

2 7 b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan. d. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapi (tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien (Mundakir, 2006). 11. Manfaat Komunikasi Terapeutik Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien, mengidentifikasi mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yng dilakukan oleh perawat (Cecep Triwibowo,2013). 12. Dasar Komunikasi Terapeutik Menurut Mahmud Machfoez, Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut bersifat terapeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip berikut ini : a. Perawat mengenal dengan baik pribadi pasien serta memahami dirinya dengan nilai-nilai yang dianutnya. b. Komunikasi ditandai dengan dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan saling menghargai c. Perawat mampu memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien d. Perawat menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental e. Perawat mampu menciptakan suasana yang dapat memotivasi pasien untuk mengubah sikap dan perilaku sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinyan f. Perawat harus mampu menguasai perasaannya secara bertahap secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan sedih, marah, dan frustrasi.

3 8 13. Jenis Komunikasi Terapeutik Menurut Mundakir, 2006, sebagaimana yang disampaikan oleh Widjaja (2000) dibedakan menjadi lima macam yaitu : a. Komunikasi tertulis Komunikasi yang disampaikan secara tertulis, baik dengan tulisan manual maupun tulisan dari media. Jenis komunikasi ini dapat berupa surat kabar/media massa atau media elektronik yang diampaikan dalam bentuk tulisan. Dalam konteks komunikasi keperawatan, komunikasi jenis ini dapat berupa cacatan perkembangan pasien, catatan medis, catatan/laporan perawatan, dan catatan penting lainnya.keuntungan komunikasi tertulis adalah dapat dibaca berulang ulang dapat dijadikan bukti otentik, biaya minimal, dapat didokumentasikan dan bersifat tetap. b. Komunikasi Verbal Komunikasi yang disampaikan secara lisan.komunikasi ini dapat dilaksanakan secara langsung dengan percakapan tatap muka, maupun secara tidak langsung melalui telepon, dan sebagainya. Keuntungan dari komunikasi ini adalah dapat dilakukan secara epat, langsung, jelas dan kemungkinan salah faham kecil karena proses umpan balik dapat terlaksanan kecuali komunikasi yang sifatnya satu arah dan formal. Sedangkan kekurangan komunikasi ini adalah bahasa yang digunakan harus dimengerti oleh komunikan, membutuhkan pengetahuan yang cukup agar komunikasi yang dilaksanakan berlangsung lancar. c. Komunikasi Non Verbal Komunikasi yang terjadi dengan menggunakan mimik atau bahasa tubuh, pantomin, atau bahasa isyarat.menurut (Mahmud Machfoedz, 2009) Komunikasi non verbal ini mengacu komunikasi tanpa kata seperti sikap, gerakan tubuh, gerakan isyarat, dan ekspresi wajah. Komunikasi nan verbal meliputi sinyal-sinyal sebagi berikut :Jabat tangan Sikap tubuh, Ekspresi wajah, Penampilan fisik, Nada suara, Potongan rambut, Pakaian,

4 9 Sinar mata, Senyuman, Jarak fiik dengan orang lain, Cara atau sikap mendengarkan, Rasa percaya diri, Irama nafas, Cara bergerak, Sikap berdiri, Cara menyentuh. d. Komunikasi Satu Arah Komunikasi ini biasanya bersifat koersif, yang dapat berupa perintah, instruksi, dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Komunikasi ini jarang bahkan tidak ada kesempatan untuk melakukan umpan balik karena sifat pesannya mau-tidak mau harus diterima oleh komunikan. e. Komunikasi Dua Arah Komunikasi yang memungkinkan bahkan harus ada proses feedback, biasanya bersifat informatife ataupersuasive. 14. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Faktor - faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Potter & Perry (2005) terdiri dari: b. Perkembangan Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan bahasa. Anak dengan kegagalan perkembangan seperti paralisis serebral, autisme dan sindroma Down akan memiliki tingkat kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. c. Persepsi Setiap orang merasakan, menginterpretasikan dan memahami kejadian secara berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar individu dapat menjadi kendala dalam berkomunikasi.

5 10 d. Nilai Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkahlaku, Nilai adalah apa yang dianggap penting dalam hidup seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide, sehingga nilai mempengaruhi interpretasi pesan. Beberapa nilai mungkin diketahui dengan mudah dan tanpa konflik sedangkan yang lainnya mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan sulit untuk diartikulasikan. e. Emosi Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara seseorang bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh emosi. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses. f. Latar Belakang Sosio Kultural Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berfikir, dan merasakan. Bahasa, pembawaan, nilai dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya. g. Gender Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi, dimana pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi proses komunikasi secara unik. h. Pengetahuan Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas jika kata-kata dan ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar.

6 11 i. Peran dan Hubungan Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran mereka.perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan rekan sejawat, namun komunikasi dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama kalinya membutuhkan peran yang berbeda. Komunikasi akan menjadi lebih efektif ketika masing-masing pihak tetap waspada tentang peran mereka dalam suatu hubungan. j. Lingkungan Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan yang nyaman.kebisingan dan kurangnya kebebasan dalam suatu lingkungan dapat mengakibatkan seseorang kebingungan, ketegangan, atau ketidaknyamanan. k. Ruang dan Teritorial Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan sekitarnya.teritorial sangat penting karena membuat orang merasa memiliki identitas, keamanan, dan kontrol. Dengan kata lain, seseorang merasa terancam ketika orang lain memasuki daerah teritorialnya karena hal tersebut mengganggu homeostasis psikologis, menimbulkan kecemasan, dan menyebabkan timbulnya perasaan kehilangan kontrol. Dalam interaksi, orang secara sadar mempertahankan jarak antar mereka sendiri. 15. Teknik Komunikasi Terapeutik Macam-macam teknik komunikasi terapeutik menurut Nasir A dkk (2011): a. Mendengarkan dengan penuh perhatian Mendengarkan keluhan dengan penuh perhatian akan menciptakan kondisi keterlibatan emosional yang maksimal dalam situasi hubungan interpersonal antara klien (keluarga pasien) dengan perawat ( Nasir A dkk, 2011). Menurut Varcarolis cit Nurjannah I (2010), dengan mendengarkan

7 12 akan menciptakan situasi interpersonal dalam keterlibatan maksimal yang dianggap aman dan membuat klien (keluarga pasien) bebas.untuk menjadi pendengar yang perhatian, perawat menggunakan kemampuan di bawah ini (Potter & Perry, 2005: 1) Hadapi klien ketika mereka bicara 2) Pertahankan kontak mata yang alamiah untuk menunjukan keinginan untuk mendengar 3) Mengambil postur yang menunjukkan menyimak. Hindari menyilangkan kaki dan tangan karena ini menunjukan postur yang defensif. 4) Hindari gerakan tubuh yang mengganggu seperti meremas tangan, mengetukkan kaki atau bermain-main dengan sebuah benda di tangan. 5) Mengangguk untuk mengakui ketika klien berbicara tentang hal penting atau mencari persetujuan. 6) Condong kepembicaraan untuk menunjukan keterlibatan. b. Menunjukan Penerimaan Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukan keraguan atau tidak setuju (Nurjannah I, 2001).Perawat tidak perlu menampakan penolakan maupun keraguan terhadap apa yang disampaikan oleh keluarga pasien yang mambuat keluarga pasien merasa tidak bebas dalam mengutarakannya. Semua ide dan perasaan yang disampaikan oleh keluarga pasien ditampung oleh perawat, kemuadian diverifikasi dan divalidasi. Dalam hal ini, sebaiknya tidak ada unsur menilai, berdebat apalagi mengkritik apa yang disampaikan oleh keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011).

8 13 c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan terbuka Tujuan perawat bertanya dengan pertanyaan terbuka adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai kondisi nyata dari keluarga pasien. Diharapkan keluarga pasien mempunyai inisiatif membuka diri dengan menyeleksi topik yang akan dibicarakan secara berurutan dan sistematis penyebab keluarga pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan (Nasir A dkk, 2011). Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri (Parafrase) Parafase adalah mengulang pesan klien dengan kata-kata perawat sendiri.umumnya pertanyaan yang diparafrasekan menggunakan kata-kata yang lebih sedikit dari pertanyaan yang asli (Potter & Perry, 2005).Tujuan dari pengulangan pikiran utama adalah memberikan penguatan dan memperjelas pada pokok bahasan yang telah disampaikan oleh keluarga pasien sebagai umpan balik sehingga keluarga pasien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan diperhatikan serta mengharapkan komunikasi bisa berlanjut (Nasir A dkk, 2011). d. Klarifikasi Klarifikasi adalah cara untuk memperbaiki atau meluruskan apabila ada kata-kata, pengertian, maksud, dan ruang lingkup pembicaraan yang kurang benar. Suryani (2005) berpendapat bahwa klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya. e. Memfokuskan Memfokuskan merupakan metode yang dilakukan untuk memusatkan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan mudah dimengerti.materi yang akandidiskusikan mengerucut pada salah satu masalah saja, yang terpenting disini adalah konsisten, dan kontinyu atau berkesinambungan, serta tidak menyimpang dari topik pembicaraan dan tujuan komunikaasi.

9 14 Suara yang terdapat di sekeliling kita sering menjadi penyebab pembicaraan menjadi tidak terfokus karena menjadi pemutusan terhadap alur pembicaraan (Nasir A dkk, 2011). f. Menyampaikan hasil observasi Perawat perlumemberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.penyampaian hasil pengamatan kepada pasien diharapkan dapat mengubah perilaku yang merusak pada diri pasien (Nasir A dkk, 2011). g. Menawarkan informasi Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi pasien terhadap keadaannya.memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi pasien.untuk itu perawat harus mampu menguasai ilmu pengetahuan yang memadai tentang masalah yang dihadapi pasien. h. Diam Diam yang dilakukan oleh perawat terhadap keluarga pasien bertujuan untuk menunggu respon keluarga pasien untuk mengungkapkan perasaannya (Nasir A dkk, 2011).Diam memungkinkan keluarga pasien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi (Nurjannah I, 2001). j. Meringkas Meringkas merupakan pengulangan ide utama yang telahdikomunikasikan secara singkat yang bertujuan meningkatkan pemahaman. Meringkas juga dapat diartikan sebagai kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan ide dalam pikiran (Nasir A dkk, 2011).

10 15 l. Memberi penguatan Tujuan dari pemberian penguatan terhadap keluarga pasien adalah untuk meningkatkan motivasi kepada keluarga pasien untuk berbuat yang lebih baik lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian penguatan merupakan bentuk dorongan kepada keluarga pasien agar mampu memacu semangat dalam penerimaan diri untuk berbuat dan berprilaku yang lebih baik lagi ( Nasir A dkk, 2011). m. Menawarkan diri Menawarkan diri merupakan kegiatan memberikan respon agar seseorang menyadari bahwa perlakuannya dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. n. Memberi kesempatan untuk memulai pembicaraan Memberi kesempatan kepada keluarga pasien agar berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. o. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan Teknik ini menganjurkan keluarga pasien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa keluarga pasien sedang mengikuti apa yang sedang di bicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. p. Menganjurkan keluarga pasien untuk menguraikan persepsinya Langkah ini digunakan untuk membantu keluarga pasien dalam menguraikan persepsinya dengan tenang dan bebas tanpa merasa ada sesuatu yang di pendam. q. Refleksi Refleksi menganjurkan keluarga pasien untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

11 16 Teknik refleksi yang dilakukan perawat bukan untuk menilai pikiran dan perasaan keluarga pasien, akan tetapi perawat mengembalikan lagi pikiran dan perasaan yang merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga keluarga pasien mencoba untuk menilai lagi pikiran dan perasaan yang telah ada sebagai upaya untuk mengevaluasi dan menimbang-nimbang keputusan yang akan diambil ( Nasir A dkk, 2011). 16. Kendala Dalam Komunikasi Terapeutik Dalam melakukan komunikasi antara perawat dengan klien ataupun perawat dengan keluarga ada beberapa kendala yaitu: a. Pemberian Pendapat Dengan memberikan pendapat akan membutuhkan pengambilan keputusan yang dilakukan jauh dari klien. Hal ini menghalangi spontanitas, memperlambat pemecahan masalah, dan menyebabkan keraguan.sering kali klien hanya membutuhkan kesempatan untuk menunjukan perasaannya. Pemberian pendapat akan menghalangi pasien mengembangkan solusi untuk memecahkan masalah (Potter & Perry, 2005). b. Memberikan Penentraman Semu Penentraman yang tulus dan dapat dipercaya sangat penting dan dapat membantu menetapkan harga diri dan harapan klien. Menurut Bradley dan Edinberg (1990) citpotter dan Perry (2005) telah mengidentifikasi enam kondisi dasar dimana penentraman secara verbal dapat diberikan, klien dapat diyakinkan bahwa: 1) Masih ada harapan 2) Perawat selalu mendengarkan 3) Pengobatan tersedia 4) Perubahan tertentu yang tidak diinginkan dapat terjadi 5) Klien akan diperlakukan sebagai individu 6) Masalah klien telah dipahami

12 17 c. Bersikap Defensif Defensif adalah respon untuk mengkritik, untuk menunjukan bahwa klien tidak memiliki hak untuk memberikan opini. Ketika perawat menjadi defensif, apa yang menjadi kekhawatiran klien sering kali terabaikan (Potter & Perry, 2005). d. Menunjukan Persetujuan atau Ketidaksetujuan Menunjukan persetujuan yang berlebihan dapat berbahaya untuk hubungan klien dan perawat, sama seperti menunjukan ketidak setujuan. Memberikan pujian yang berlebihan menunjukan bahwa tingkah laku yang di puji adalah satu-satunya yang dapat diterima. Sering kali klien berbagi keputusan dengan perawat, tidak dalam usaha untuk mencari persetujuan tetapi untuk mencari cara untuk mendiskusikan perasaan (Potter & Perry, 2005). e. Stereotip Setiap orang memiliki ciri khas.namun respon sterotip menghalangi keunikan dan secara berlebihan menyederhanakan situasi.sterotip adalah kepercayaan umum mengenai orang.penggunaan sterotip menghalangi komunikasi dan dapat menghalangi hubungan antara klien dan perawat (Potter & Perry, 2005). f. Bertanya Mengapa Ketika orang tidak setuju atau tidak dapat memahami orang lain, mereka cenderung bertanya mengapa orang lain percaya atau bertindak sseperti itu. Pertanyaan mengapa dapat menyebabkan kebencian, rasa tidak aman, dan tidak percaya (Potter & Perry, 2005). g. Mengubah Subjek Pembicaraan Secara Tidak Tepat Perawat mungkin dengan tidak hati-hati menghentikan klien ketika membicarakan subjek yang penting dengan mengganti subjek.

13 18 Menginterupsi pembicaraan dengan kasar sangat tidak sopan dan menunjukan kurangnya rasa empati. h. Mengubah subjek menghalangi kemajuan dalam komunikasi terapeutik. Pemikiran dan spontanitas klien menjadi terganggu, ide-idenya menjadi kusut dan sebagai akibatnya informasi yang tersedia menjadi tidak adekuat (Potter and Perry, 2005). 17. Dimensi Hubungan Yang Membantu Komunikasi Terapeutik Menurut Potter and Perry (2005), dimensi hubungan yang membantu komunikasi terapeutik meliputi : a. Rasa Percaya Rasa percaya dapat didefenisikan sebagai kepercayaan bahwa orang lain akan memberi bantuan ketika membutuhkan dan tertekan. Rasa percaya akan membentuk hubungan komunikasi terapeutik yang terbuka. Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi pasien untuk mempercayai perawat. Untuk meningkatkan rasa percaya perawat harus meningkatkan rasa percaya, bertindak secara konsisten, dapat dipercaya dan kompeten.kejujuran dalam memberikan informasi kepada klien juga dapat membantu terciptanya rasa percaya. Tanpa rasa percaya, hubungan perawat antara perawat dengan klien tidak akan memiliki kemajuan lebih dari interaksi sosial dan hanya untuk memenuhi kebutuhan superfisial. b. Empati Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis dalam hubungna yang membantu. Definisi empati merefleksikan pengaruh psikoterapis. Empati adalah kemampuan untuk mencoba memahami dan memasuki kerangka referensi klien, menurut.

14 19 Empati adalah merasakan, memahami dan membagi kerangka referensi klien, dimulai dengan masalah yang dihadapi klien.sangat adil, sensitif, dan objektif untuk melihat pengalaman yang dimiliki orang lain.empati membantu klien untuk menjelaskan dan mengkaji perasaan mereka sehingga pemecahan masalah dapat terjadi. c. Perhatian Perhatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap orang lain, merupakan dasar untuk hubungan yang membantu. Sebagia besar klien secara langsung ataupun tidak langsung menunjukan keinginan untuk diperhatikan pada waktu tertentu.perawat menunjukan perhatian dengan menerima perhatian klien sebagaimana mereka adanya dan menghargai mereka sebagai individu.ketika klien merasa diperhatikan, mereka merasa aman dari ancaman atau situasi yang menyebabkan kecemasan.perhatian juga meningkatkan rasa percaya dan mengurangi kecemasan. Penghilangan kecemasan dan stres akan meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu penyembuhan. d. Autonomi dan Mutualitas Autonomi adalah kemampuan untuk mengontrol diri.mutualitas meliputi perasaan untuk berbagi dengan sesama.keduanya sangat penting dalam hubungan yang saling membantu. Perawat an klien bekerja sebagai tim yang ikut serta dalam keperawatan. Perawat menawarkan kesempatan untuk mengambil keputusan, sekalipun untuk hal-hal yang sangat sepele.ketika klien menjadi lebih mandiri Perawat menawarkan lebih banyak kesempatan untuk mengambil keputusan.perawat juga bertindak sebagai penasehat untuk memberi tahu klien tentang alternatif perawatan kesehatan dan untuk memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan.

15 Tahapan Dalam Komunikasi Terapeutik Dalam komunikasi terapeutik terdapat beberapa tahapan menurut Nasir A dkk (2011) yaitu: a. Prainteraksi Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum berhubungan dengan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011). b. Orientasi Pada tahap orientasi perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh keluarga pasien dan memvalidasinya. Sehingga perawat dituntut memiliki keahlian yang tinggi dalam menstimulasi keluarga pasien agar mampu mengungkapkan keluhan yang dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif (Nasir A dkk, 2011). c. Kerja Pada tahap ini, perawat berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat dan keluarga pasien bekerja bersama.hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika keluarga pasien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.jika fase bekerja berhasil, keluarga pasien dapat bertindak berdasarkan ide dan perasaan (Potter & Perry, 2005). Pada tahap ini pula perawat berperan untuk mengatasi kecemasan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011). d. Terminasi Selama fase orientasi, perawat mengatakan pada keluarga klien kapan ia memperkirakan berakhirnya hubungan. Ketika pemutusan terjadi, keluarga pasien tidak seharusnya terkejut.dengan tetap memperhitungkan keberhasilan hubungan, keluarga pasien harus siap untuk berfungsi secara efektif tanpa dukungan perawat (Potter & Perry, 2005).

16 21 B. Konsep Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Murwani, 2008). Sedangkan menurut Stuart (2007), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus cemas. Cemas adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari, 2006). Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang bergantung dengan tingkat cemas, lama cemas yang dialami, dan seberapa baik individu melalukan koping terhadap cemas.cemas dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, dan berat. Setiap tingkat menyebabkan perubahan emosional dan fisiologis pada individu (Videbeck, 2008). Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk hidup dalam kehidupan seharihari.kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.

17 22 Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu (Suliswati dkk,2005). 2. Penyebab Kecemasan Menurut Stuart (2007) kecemasan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: a. Faktor predisposisi b. Teori psikoanalisis Kecemasan dapat berasal dari dalam maupun luar dan muncul secara otomatis bila ndividu menerma stimulus atau rangsangan yang berlebihan dimana individu tersebut memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menanganinya. Kecemasan berfungsi untuk meningkatkan ego bahwa akan ada bahaya. 3. Gejala Klinis Kecemasan Keluhan-keluhan yang sering ditemukan oleh orang yang mengalami ganguan kecemasan antara lain sebagai berikut : a. cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. b. merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. c. takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. d. gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. e. gangguan konsentrasi dan daya ingat. f. keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, perdengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya. (Prof. Dr.dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, 2001). 4. Tingkat Kecemasan Menurut Peplau (1952)cit Videbeck (2008), menyebutkan ada tiga tingkat ansietas (cemas) yaitu:

18 23 a. Kecemasan ringan Adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus.stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berfikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya sendiri. b. Kecemasan sedang Adalah perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda individu menjadi gugup atau agitasi. c. Kecemasan berat Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; individu memperlihatkan respon takut dan distres (Videbeck, 2008). d. Panik Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.terjadi peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan b. Umur Menurut Elisabeth, B.H, (1995 cit Nursalam 2001), yaitu umur adalahusia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Pendapat lain mengemukakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat. Menurut Long (1996 cit Nursalam 2001), yaitu semakin tua umur seseorang semakin konstruktif

19 24 dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Semakin muda umur seseorang dalam menghadapi masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang. c. Pendidikan Pendidikan kesehatan merupakan usaha kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup secara optimal. d. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.jadi dapat di asumsikan bahwa faktor pendidikan sangat bepengaruh terhadap tingkat kecemasan seseorang tentang hal baru yang belum pernah dirasakan atau sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang terhadap kesehatannya. e. Pekerjaan Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Nursalam, 2001). 6. Skala Cemas HARS Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang dikutip Nursalam (2003) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi: a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung. b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu. c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

20 25 d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk. e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi. f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari. g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot. h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah. i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap. j. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek. k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut. l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi. m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala. n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat. Penentuan derajat kecemasan setiap pertanyaan yang cemas diberi skor 2, dan apabila tidak cemas diberi skor 1. Total skor tertinggi 30 dan terendah 15. Dengan rentang nilai sebagai berikut : a. Skor = kecemasan ringan. b. Skor = kecemasan sedang. c. Skor = kecemasan berat.

21 26 7. Proses Terjadinya Kecemasan Menurut Spielberger (1972) terdapat dua bentuk stressor yang dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap individu yang berbeda, berkaitan dengan tingkat trait anxiety dalam diri individu : a. Individu dengan tingkat kecemasan dasar yang tinggi akan menganggap keadaan dimana individu tersebut sedang atau akan dinilai, sebagai keadaan yang mengancam bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat kecemasan dasar yang rendah. b. Keadaan yang dikarakteristikan secara fisik membahayakan, tidak mengakibatkan perbedaan reaksi pada diri individu yang memiliki tingkat kecemasan dasar yang tinggi maupun yang rendah, artinya keduanya akan menampilkan reaksi yang sama. Skema 2.1 Rentang Respon Ansietas Respon Adaptif Respon Maladaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

22 27 C. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat di gambarkan kerangka konsep sebagai beriku : Skema 2.2 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Komunikasi Terapeutik Perawat Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU D. Hipotesa Penelitian Ha : Ada hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU di RSUP H. Adam Malik Medan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan a. HARS Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) 61 Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 =

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN: 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : Lampiran I PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : 462010066 Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan Responden Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bernama Sri Lestari Mei Donna Siregar/ 1102334 adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN : 11 LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN : 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety ( HRS-A) Silahkan Anda memberikan tanda di kolom isii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Menurut Purwanto (2009), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Assalammu laikum Wr Wb Saya, Sitti Nursanti dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Saya yang benama Eva Sartika Simbolon sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan jalan utama untuk mengekspresikan maksud dari pikiran seseorang. Salah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada, Yth, Calon Responden di Tempat. Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Nurul Maulidah NIM : 20120320079 Adalah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Judul : Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti : Dedi Nim : 101121098 Alamat : Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN - LAMPIRAN SURAT DARI KAMPUS.. Lampiran 2 UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Peneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan mutlak untuk dilakukan. Data yang terkumpul dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pasien Kritis a) Definisi pasien kritis Pasien kritis menurut AACN (American Association of Critical Nursing) didefinisikan sebagai pasien yang berisiko tinggi

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN KUESIONER LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN Kepada: Yth. Bapak/Ibu/Saudara responden Dengan hormat, yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Setiyoningsih NIM : A11000647 Alamat : Ambalkumolo, 01/03, Buluspesantren,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Lampiran 4 LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi Dengan Gangguan Pola Tidur Di Ruang Kenanga RS. PELNI Jakarta Tahun 2010 Peneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam Bab ini akan dipaparkan metode atau cara untuk mendapatkan data penelitian. Metode penelitian terdiri dari tipe penelitian, variabel penelitian, definisi operasional

Lebih terperinci

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung.

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung. Lampiran 1 Informed Consent Saya yang bernama Hanum Maftukha Ahda adalah mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saat ini, saya sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke SUMMARY ABSTRAK Prily Apriliany S. Husain, 84140901. Gambaran Tingkat dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei saboe Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang diberikan perawat bertujuan memberi terapi maka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang diberikan perawat bertujuan memberi terapi maka BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Komunikasi Terapeutik 1.1. Defenisi Komunikasi Terapeutik Komunikasi dalam keperawatan merupakan alat mengimplementasikan proses keperawatan. Komunikasi ditujukan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 27 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian motivasi Walgito (2004), mendefinisikan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Menurut Departemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II 6 KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Gibson (1996) Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skripsi 1. Pengertian Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa setingkat strata satu (S1) dalam rangka persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir atau program

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PNS DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

LAMPIRAN 1 HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PNS DI KABUPATEN TAPANULI UTARA KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PNS DI KABUPATEN TAPANULI UTARA I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : (Laki-laki/

Lebih terperinci

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Ns Wahyu Ekowati MKep., Sp J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan pembelajaran Menyebutkan kembali

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK A. PENGERTIAN Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama anatara perawat dan klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. B. TUJUAN Tujuan Komunikasi Terapeutik : 1. Membantu pasien

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Peran Keluarga 1.1 Pengertian Keluarga Friedman (1992) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, artinya memberitahukan, menyampaikan. Communicatio, artinya hal memberitahukan; pemberitahuan;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan individu yang mempunyai peran masing-masing

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kecemasan 1.1 Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan adanya perubahan gaya hidup berdampak pada penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hospitalisasi 1. Pengertian Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menopause 1. Pengertian Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata men yang berarti bulan dan kata peuseis yang berarti penghentian sementara. Sebenarnya, secara linguistik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang mendukung dan terkait dengan topik yang akan di ambil. Bab II ini akan menjelaskan tentang landasan teori, kerangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan : Agama : Suku Bangsa : Lamanya di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang analisisnya dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu dengan tingkat yang berbeda - beda. Kecemasan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Stres 2.1.1 Pengertian Menurut Hawari (2001), stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada :

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada : Lampiran I PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : RSJ. Direktur Soeharto Heerdjan Di Jakarta Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada : Instusi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Ada beberapa pengertian tentang kecemasan, diantaranya disampaikan oleh Kaplan dan Saddok (1997) kecemasan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi cemas Cemas atau ansietas antara lain adalah reaksi emosional yang ditimbulkan oleh penyebab yang tidak pasti atau spesifik yang dapat menimbulkan perasaan

Lebih terperinci

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Persepsi 1.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan mengintepretasikan kesan- kesan sensori mereka guna memberikan arti bagi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan adalah keadaan indvidu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom berespons terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun. 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun. 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Kecemasan diartikan sebagai perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui apa yang ditakutkan

Lebih terperinci

PROSES WAWANCARA. E-Learning/Wawancara/NoviaSintaR/2016 1

PROSES WAWANCARA. E-Learning/Wawancara/NoviaSintaR/2016 1 PROSES WAWANCARA Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu pewawancara harus melakukan persiapan wawancara. Secara umum persiapan yang harus dilakukan adalah : a. Tempat wawancara yang harus bebas dari

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya Hiperaktivitas system syaraf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya Hiperaktivitas system syaraf BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Cemas. 1. Definisi cemas. Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya Hiperaktivitas

Lebih terperinci

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. (2004:131) mengatakan bahwa: Metode merupakan cara utama yang dipergunakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. (2004:131) mengatakan bahwa: Metode merupakan cara utama yang dipergunakan 42 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian, karena akan memberikan petujuk bagaimana penelitian tersebut harus dilaksanakan. Surakhmad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst kemudian menjadi anxiety berarti kecemasan yaitu suatu kata yang digunakan oleh Frued untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang kadang kita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan 1. Pengertian Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang

Lebih terperinci