KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN METODE PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENYAMPAIKAN PENGUMUMAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN METODE PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENYAMPAIKAN PENGUMUMAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN METODE PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENYAMPAIKAN PENGUMUMAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan Oleh : YUNUS HUSAIN NIM UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 i

2 ABSTRAK Yunus Husain Kemampuan Guru menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman pada Peserta Didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Sayama Malabar, M. Pd, dan Pembimbing II Dr. Hj. Asna Ntelu, M. Hum. Penelitian ini mengangkat tiga permasalahan yaitu (1) bagaimanakah kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (2) faktor-faktor apa yang menghambat kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (3) upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.metode tersebut digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman.pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi dan teknik wawancara. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango dikategorikan berhasil. Faktor penghambat kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman yaitu faktor guru, faktor motivasi belajar peserta didik, faktor media, faktor waktu dan faktor metode. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat kemampuan guru menerapkan metode pemodelan yaitu guru harus mempersiapkan media, guru lebih memperhatikan waktu dalam pelasanaan pembelajaran, guru harus pintar memilih metode sesuai dengan materi yang diajarkan dan pihak sekolah perlu mengupayakan ketersediaan sumber. Dengan adanya solusi tersebut maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Kata kunci : Kemampuan, Metode Pemodelan, dan Pengumuman ii

3 1 Kemampuan Guru Menerapkan Merode Pemodelan Dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Tapa Yunus Husain I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting peranannya dalam menumbuh kembangkan kemampuan berbahasa peserta didik. Kemampuan berbahasa merupakan tolok ukur untuk memahami materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Muliyati (2007 : 17) bahwa bahasa bermanfaat untuk melakukan interaksi dalam masyarakat yang keberhasilannya antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang. Di samping itu, keterampilan ini harus ditopang oleh kepemilikan kosakata yang memadai dan latihan yang teratur, agar kosakata yang dimiliki itu benar-benar dapat dimanfaatkan dalam komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dalam proses pembelajaran, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran sangat bergantung pada guru. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pembelajaran seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu metode pembelajaran sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, sehingga dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi yang mereka miliki. Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi 4 keterampilan, maka penulis membatasi permasalahan pada kemampuan guru dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman. Keterampilan berbicara adalah suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Menurut Rofiuddin (1998:13) mengatakan bahwa berbicara merupakan keterampilan

4 2 mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan secara lisan. Pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapat perhatian agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan bahwa hakikat pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama (Depdiknas, 2006: 1). Dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) SMP Negeri 1 Tapa Kelas VII, bahwa kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik dalam keterampilan berbicara antara lain: (1) menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif, (2) bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat, (3) bercerita dengan alat peraga, dan (4) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Dari beberapa kompetensi dasar yang disebutkan, penulis lebih memfokuskan pada salah satu kompetensi dasar yakni: Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran kompetensi dasar tersebut adalah peserta didik mampu menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Kenyataan di lapangan khususnya peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa, pada umumnya belum mampu menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Belum berhasilnya peserta didik dalam pembelajaran kompetensi dasar (KD) tersebut adalah : (a) kebanyakan peserta didik tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru, akibatnya banyak peserta didik tidak tertarik dengan materi yang diberikan dan makin

5 3 rendahnya hasil evaluasi belajar peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia, (b) penggunaan intonasi dalam menyampaikan pengumuman masih banyak yang tidak tepat, (c) kurangnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, (d) penggunaan metode pembelajaran yang masih didominasikan dengan metode ceramah, (e) kurangnya pemberdayaan lingkungan sebagai sumber belajar, (f) pembelajaran bersifat konvensional, sehingga terkesan pembelajaran hanya berjalan satu arah, yakni dari guru. Memperhatikan kenyataan yang ada dikemukakan di atas, diperlukan upaya dari faktor guru. Salah satu upaya yang dapat dipertimbangkan oleh guru adalah penggunaan metode pembelajaran. Metode pemodelan adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran kompetensi dasar (KD) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Penerapan metode pemodelan dalam pembelajaran menuntut guru untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah dengan mengangkat judul Kemampuan Guru menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman pada Peserta Didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut (1) Kebanyakan peserta didik tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru, akibatnya banyak peserta didik tidak tertarik dengan materi yang diberikan dan makin rendahnya hasil evaluasi belajar peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia, (2) Kurangnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. (3) Kurangnya pengetahuan peserta didik dalam menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. (4) Penggunaan metode pembelajaran yang masih didominasikan dengan metode

6 4 ceramah. (5) Pembelajaran bersifat konvensional, sehingga terkesan pembelajaran hanya berjalan satu arah, yakni dari guru.(6) Kurangnya pemberdayaan lingkungan sebagai sumber belajar. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimanakah kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (3) Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mendukung faktor yang mempengaruhi kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? II. Kajian Teori 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Berbicara Berbicara adalah menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dimengerti oleh orang yang diajak berbicara (Dedpdikbud, 1986 : 22) hal ini berarti bahwa harus ada kesepahaman terhadap bahasa yang digunakan dalam kegiatan berbicara itu. Melalui berbicara seseorang dapat mengungkapkan perasaannya, keinginannya, mengekspresikan pengetahuan yang dimilikinya dan memanifestasikan kepribadiannya. Kenyataan menunjukkan kurangnya keterampilan dalam berbicara seringkali menimbulkan kesalahpahaman bahkan pertentangan di antara pembicara dan penerima pesan, sebab antara pesan dan bahasa lisan sangat erat kaitannya di mana pesan yang diterima oleh orang lain sebagai pendengar tidaklah dalam bentuk asli tetapi dalam bentuk bunyi bahasa. Menurut Tarigan (1991 : 132) mendefenisikan berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari defenesi itu jelas bahwa berbicara

7 5 memerlukan suatu keterampilan, dan keterampilan hanya dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang intensif dan dimulai sedini mungkin. Dijelaskan dalam Depdikbud (1986:2) bahwa Berbicara adalah kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan dengan memanfaatkan nafas, alat-alat ucap, otot-otot dan syaraf-syaraf secara terintegrasi. Dari beberapa pengertian tersebut, peneliti dapat merumuskan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampiakan pikiran, gagasan dan perasaan dengan tujuan untuk dapat berkomunikasi antara pembicara dan pendengar untuk kepentingan kehidupan sehari-hari. Berbicara sering dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia karena memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologist, dan linguistik secara luas. Banyak faktor yang terlihat di dalamnya, menyebabkan orang beranggapan bahwa berbicara merupakan kegiatan yang kompleks. Faktor-faktor tersebut merupakan indikator keberhasilan berbicara sehingga harus memperhatikan pada saat menentukan mampu tidak hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja, tetapi juga dengan mengukur penguasaan semua faktor secara menyeluruh. Menurut Pateda (2004:62) bahwa penggunaan bahasa lisan atau berbicara dapat berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, harapan, permintaan, pengakuan, penjelasan, pidato, berbicara pada sidang-sidang, misanya konferensi, rapat, diskusi, seminar, lokakarya, simposium, sarasehan, penataran, kursus, pertemuan, panel, berbicara di kampanye, dan memberikan penerangan. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua pihak juga harus bekerja sama dengan baik. Kerja sama yang baik itu dapat diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain: (1) memperhatikan

8 6 (siapa yang diajak berkomunikasi), (2) situasi, (3) tempat, (4) isi pembicaraan, dan (5) media yang digunakan. Lebih lanjut Tarigan, dkk (1997:13) berpendapat bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Jadi, pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan pikiran seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar penerima pesan atau informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara itu dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara. Kemampuan berbicara merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh seorang guru. Jika seorang guru menuntut peserta didiknya dapat berbicara dengan baik, maka guru harus memberi contoh berbicara yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru di samping menguasai teori berbicara juga terampil berbicara dalam kehidupan nyata. Guru yang baik harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan Tujuan Pembelajaran Berbicara Tujuan pembelajaran berbicara dikelompokkan atas tujuan pembelajaran berbicara di kelas rendah dan tujuan pembelajaran berbicara di kelas tinggi. Pada hakikatnya, kegiatan pembelajaran berbicara di kelas rendah merupakan dasar-dasar pembentukan kemampuan berkomunikasi tahap awal. Pada kelas rendah, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang cukup dari guru. Dasar-dasar yang dimilki peserta didik dapat lebih berkembang pada kelas tinggi apabila pembelajaran memberikan lebih banyak kepada peserta didik untuk berlatih menggunakan bahasa. Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya

9 7 sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan. Sementara itu, Menurut Fowler (dalam Ahmadi, 1990:19), tujuan keterampilan berbicara mencakup beberapa hal sebagai berikut ini. 1) Mudah dan lancar atau fasih berbicara 2) Kejelasan berbicara 3) Bertanggung jawab 4) Membentuk pendengar yang kritis. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi. Untuk dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seorang pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Berbicara Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

10 8 a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah suatu arah dan landasan untuk mencapai suatu pembelajaran berjalan dengan baik, mengembangkan materi pokok, dan indikator pencapaian dalam bahan ajar. Kompetensi dasar pada pembelajaran berbicara yakni menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Oleh karena, kompotensi dasar ini adalah acuan untuk tercapainya suatu standar kompetensi dasar dalam pembelajaran berbicara. 2.2 Metode Pemodelan Hakikat Metode Pemodelan Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti bahwa metode digunakan untuk merealisasikan metode yang telah ditetapkan, sehingga metode dalam rangkaian sistem pembelajaran

11 9 memegang peran yang sangat penting. Menurut Sanjaya (2007:147) keberhasilan implementasi metode pembelajaran sangat bergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu metode pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Tabrani (1992:10), bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, metode pembelajaran khususnya metode pemodelan dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru di sekolah dalam membimbing proses belajar peserta didik. Hal ini sesuai dengan Depdiknas, (2005:40) bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang dapat ditiru, misalnya keterampilan bercerita. Melalui metode pemodelan, peserta didik dirangsang untuk menjadi kreatif dan mencoba menampilkan segala kemampuannya dalam bercerita. Hal ini didukung oleh Arends Pakpahan (2001:34) bahwa metode pemodelan sangat sesuai untuk materi yang berorientasi pada kinerja seperti menulis, membaca, berbicara, dan terutama pada materi menyampaikan pengumuman. Bertolak pada beberapa pendapat di atas, bahwa metode pemodelan adalah suatu pendekatan mengajar yang membantu peserta didik mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah Prosedur Metode Pemodelan Menurut Zaini, Munthe, dan Aryani (2005:78) bahwa langkah metode pemodelan adalah sebagai berikut : a) Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menuntut peserta didik untuk mencoba atau mempratekkan yang baru diterangkan.

12 10 b) Bagilah peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat. c) Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih. d) Secara bergilir tiap kelompok diminta mendemonstrasikan hasil kerja masingmasing. e) Setelah demonstrasi selesai, beri kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan. f) Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menempuh langkah-langkah metode pemodelan di sekolah yang ditempuh sebagai berikut: a. Guru membagikan kelompok menjadi 6 kelompok b. Guru membagikan teks pengumuman kepada peserta didik c. Peserta didik mencermati teks pengumuman yang dibagikan oleh guru d. Peserta didik mendengarkan contoh penyampaian pengumuman yang dimodelkan oleh guru. e. Peserta didik bertanya jawab tentang gaya penyampaian pengumuman yang disampaikan oleh guru f. Secara berkelompok, peserta didik mendiskusikan cara penyampaian pengumuman sesuai dengan intonasi yang tepat serta penggunaan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. g. Secara individu, peserta didik berlatih membacakan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana h. Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. III. Metodologi Penelitian 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMP Negeri 1 Tapa, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango.

13 Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. 3.3 Populasi Arikunto (1998 : 18) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek. Subjek penelitian dapat berupa sejumlah manusia atau aktivitas manusia. Dihubungkan dengan pergertian di atas populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Tapa Tahun Pelajaran 2013 yang berjumlah 6 orang keseluruhannya terdiri atas perempuan 3.4 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik pengumpulan data sebagai berikut : (1) Observasi (2) Wawancara N o 3.5 Teknik Analisis Data Untuk hasil observasi peneliti memberikan 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Pada setiap aspek yang dinilai pada lembar pengamatan kemampuan guru menerapkan metode pemodelan. Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 1 Rubrik Penilaian Pengamatan Kemampuan Guru Menerapkan Metode Pemodelan Aspek Indikator Deskriptor Kriteria Penilaian 1. Melaksanakan kegiatan awal pembelajaran Faktor penunjang Mengkondisikan kelas peserta didik mengikuti pembelajaran melalui aktivitas menarik perhatian bagi peserta didik. SB B C KB

14 12 2. Melaksanakan kegiatan inti 3. Melaksanakan kegiatan akhir pembelajaran 4. Faktor penunjang Apersepsi Penggunaan metode dan media pembelajaran Ketepatan konsep materi dan penggunaan media pembelajaran Penerapan metode Refleksi dan penilaian Penggunaan bahasa, Melakukan apersepsi yang berhubungan dengan materi menyampaikan pengumuman serta menyampaikan tujuan pembelajaran menyampaikan teks pengumuman. Memotivasi dan memberi pertanyaan secara lisan kepada peserta didik untuk melakukan penjajakan materi atau kompetensi yang akan dicapai. Membagikan kelompok menjadi 6 kelompok pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Membagikan teks pengumuman kepada peserta didik dalam kelompok masingmasing. Peserta didik diajak mencermati teks pengumuman yang dibagikan oleh guru dalam masing-masing kelompok. Peserta didik mendengarkan contoh penyampaian pengumuman yang dimodelkan oleh guru. Peserta didik diberikan kesempatan bertanya jawab tentang gaya penyampaian pengumuman yang disampaikan oleh guru. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan cara penyampaian pengumuman sesuai dengan intonasi yang tepat serta penggunaan kalimatkalimat yang lugas dan sederhana. Secara individu, peserta didik berlatih membacakan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran. Mendorong peserta didik mengungkapkan kesulitan yang masih dihadapi. Membantu peserta didik dalam menyipulkan materi yang telah dipelajari. Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.

15 13 intonasi, dan pengaturan waktu Keterangan : SB : Sangat Baik ( ) B : Baik ( 70 89) CB : Cukup Baik ( 60 69) KB : Kurang Baik ( > 59) Tampil dengan percaya diri mengorganisasikan waktu. x 100% Perolehan kriteria untuk setiap aspek tersebut selanjutnya dijumlahkan dan dihitung persentasenya dengan cara, membagi total kriteria yang diperoleh dengan total kriteria maksimum untuk setiap aspek dan mengalikannya dengan 100%. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tentang kemampuan guru menerapkan metode pemodelan pada materi pembelajaran menyampaikan pengumuman kelas VII SMP Negeri 1 Tapa, difokuskan pada tiga masalah, penelitian yakni : Kemampuan Guru Menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman Pada Peserta Didik Kelas VII Proses Pembelajaran dalam menyampaikan Pengumuman pada Peserta Didik Kelas VII (Observasi I) Deksripsi hasil pengolahan data yang dipaparkan berikut ini, memberikan gambaran secara mendetail mengenai 7 (tujuh) indikator yang menjadi objek dalam memberikan gambaran yang riil tentang kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada observasi I.

16 14 Tabel : Kemampuan Guru Menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman pada Observasi I Kategori 4 3 Frekuensi (f) 2 13 Skor Jumlah Tabel di atas menunjukan bahwa skor yang diperoleh pada indikator yaitu 47. Sedangkan skor tertinggi yang diharapkan pada item ini adalah 60. Dengan demikian kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman yaitu 47 : 60 x 100 = 78,3% dari kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru menerapkan metode pemodelandalam pembelajaran menyampaikan pengumuman, termasuk kategori Baik Proses Pembelajaran dalam menyampaikan Pengumuman pada Peserta Didik Kelas VII (Observasi II) Deksripsi hasil pengolahan data yang telah akan dipaparkan, memberikan gambaran secara mendetail mengenai 7 (tujuh) indikator yang menjadi objek dalam memberikan gambaran yang riil tentang Kemampuan Guru Menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman pada observasi 2.

17 15 Tabel : Kemampuan Guru Menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman pada observasi II Kategori Frekuensi (f) Skor Jumlah Tabel di atas menunjukan bahwa skor yang diperoleh pada indikator yaitu 50. Sedangkan skor tertinggi yang diharapkan pada item ini adalah 60. Dengan demikian kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada observasi II yaitu 50 : 60 x 100 = 83,3% dari kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru menerapkan metode pemodelandalam pembelajaran menyampaikan pengumuman, termasuk kategori Baik. Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada tahap akhir, guru bersama peserta didik mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pembelajaran dengan nilai 0 yang berarti tidak sesuai. Hal ini dikarenakan oleh terbatasnya waktu yang tersedia untuk kegiatan penyimpulan. Waktu lebih banyak digunakan oleh guru untuk menjelaskan materi. Sedangkan melakukan praktek waktunya tidak mencukupi untuk kegiatan praktek terhadap peserta didik Faktor - faktor yang mempengaruhi Kemampuan Guru Menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman Pada Peserta Didik Kelas VII Kemampuan Guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran Menyampaikan Pengumuman pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 tapa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat diuraikan sebagai berikut.

18 16 a) Faktor media/sumber belajar Media/sumber belajar merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media/sumber belajar, diharapkan agar segala sesuatu yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik akan semakin jelas. Media pembelajaran pada hakikatnya dapat disiasati atau diatur oleh guru ketika pembelajaran berlangsung. b) Faktor waktu Faktor waktu menjadi salah satu penghambat kemampuan peserta didik dalam mempraktekkan atau melatih peserta didik di depan kelas karena waktu terasa tidak mencukupi. Artinya, belum sempat peserta didik dalam melatih menyampaikan pengumuman dengan sempurna, waktu telah habis. Akibatnya, tidak semua peserta didik secara maksimal melatih dengan baik. c) Faktor metode pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari hasil pengamatan peneliti pada saat guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman, guru mengalami kesulitan dalam teknik memodelkan Upaya untuk mendukung faktor yang mempengaruhi Kemampuan Guru Menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman Pada Peserta Didik Kelas VII Upaya untuk mendukung faktor yang mempengaruhi kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman dapat diuraikan sebagai berikut.

19 17 a) Faktor media/sumber belajar Media pembelajaran dapat bersumber dari segala sesuatu yang berada di dalam kelas, maupun yang berada luar sekolah. Jika media pembelajaran yang berada di dalam kelas atau di luar kelas tetapi masih di dalam sekolah, mungkin guru bisa menyesuaikannya. Akan tetapi, jika media bersumber dari sekolah, maka dibutuhkan kreativitas dan kemampuan guru dalam menyiasati keberadaan media yang jauh dari peserta didik untuk ditampilkan di dalam kelas. b) Faktor waktu Untuk mengatasi faktor waktu, sebaiknya dikembalikan kepada peran guru. Hal ini dikarenakan guru adalah pengelola pembelajaran. Guru dapat dianalogikan dengan sutradara yang mengatur jalannya cerita film yang digarapnya. Guru menjadi penyusun skenario pembelajaran. Apa yang akan dilakukan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, semuanya telah diatur/disetting oleh guru demi optimalisasi hasil pembelajaran. c) Faktor metode pembelajaran Dalam metode pembelajaran guru harus merencanakan semua kegiatan yang berawal dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Oleh sebab itu, metode yang akan digunakan untuk persiapan belajar bukanlah hanya memberikan materi saja, akan tetapi memberikan praktek kepada peserta didik. Metode yang akan digunakan oleh guru haruslah sesuai dengan materi yang diberikan kepada peserta didik. jika tidak sesuai dengan materi, akan mengalami kendala pada proses pembelajaran yakni tidak berjalan secara efektif, baik, dan benar. IV. Pembahasan Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada tingkat sekolah Menegah Pertama (SMP) umumnya masih mengalami masalah. Masalah utama yang banyak dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia itu adalah kemampuan guru dalam memilih metode yang direncanakan untuk proses kegiatan belajar. Di dalam kegiatan

20 18 proses belajar guru harus merencanakan semua kegiatan yakni persiapan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), silabus, format kegiatan guru, dan lembar penilaian terhadap peseta didik. Guru tidak akan mengalami kesulitan apabila persiapan sudah matang. Tanpa persiapan guru tidak akan berhasil melaksanakan suatu kegiatan dalam proses pembelajaran. Setelah pembelajaran direncanakan, maka peserta didik juga harus direncanakan bagaimana aktivitas peserta didik dalam kelas. Seorang guru bisa mengkondisikan kelas sebelum proses kegiatan belajar dimulai. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran tahap 1 hasilnya membuktikan bahwa kategori baik 78.3%. Tahap 2 berada pada kategori kategori baik 83.3%. Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran dan wawancara bersama guru dan kepala sekolah diperoleh data bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kemampuan guru tersebut. Tiga faktor tersebut adalah media/sumber belajar, faktor waktu, dan faktor metode pembelajaran. Faktor media/sumber belajar banyak disebabkan oleh kurangnya fasilitas belajar yang tersedia. Media atau sumber belajar ini bisa yang berada dalam kelas dan dapat juga yang berada di luar kelas. Keterbasan media ini juga sangat mempengaruhi kemampuan peserta didik karena peserta didik tidak dapat belajar secara kontekstual. Faktor waktu lebih tampak pada keterbatasan waktu belajar. Waktu yang digunakan oleh peserta didik dalam menyelesaikan tugas tidak mencukupi sehingga pekerjaan mereka seperti hanya asal-asalan. Faktor metode pembelajaran itu harus direncanakan oleh guru, oleh karena itu metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan terhadap proses belajar mengajar. Upaya pemecahan masalah mendasar tersebut dapat dilakukan melalui tiga faktor yakni: (a) faktor media/sumber belajar; (b) faktor waktu; dan (c) faktor metode pembelajaran

21 19 V. PENUTUP 5.1 Simpulan Bertitik tolak dari hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Kemampuan guru dalam melaksankan pembelajaran menyampaikan pengumuman berdasarkan hasil pengamatan 1, kategori baik 78.3%. Pada pengamatan 2, kategori baik 83.3%. (2) Kemampuan guru dalam menerapkan metode pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman, sebagian besar peserta didik dapat menyampaikan pengumuman, melatih dan mempraktekkan di depan kelas untuk menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat. 5.2 Saran Berdasarkan hasil simpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut. (1) Dalam pembelajaran, guru haruslah mempertimbangkan metode dan keefektifan waktu, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. (2) Penelitian ini baru terbatas pada penerapan metode Pemodelan pada materi menyampaikan pengumuman. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan melihat pengaruh metode pemodelan terhadap hasil belajara peserta didik dalam pembelajarran menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. DAFTAR PUSTAKA Agustin, Risa, S.Pd Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Surabaya : Serba Jaya. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arsjad, Maidar Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

22 20 Dardjowidjojo, soenjono Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa dan Balai Pustaka. Effendi, S Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. PT Dunia Pustaka Jaya. Kemp. Jerrold Proses Perancangan Pembelajaran. Bandung : Penerbit ITB. Margono Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. Pateda, Pulubuhu Linguistik Umum. Gorontalo : Viladan Pateda, Pulubuhu Bahasa Indonesia Di perguruan Tinggi. Gorontalo : Viladan Sagala.Dr. Syaiful Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta. Sanjaya, Dr. Wina Metode Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Perpusatakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan (KDT). Jakarta : Kencana Sudjana.Dr. Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Suryosubroto Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta. Uno. Dr. Hamzah, dkk Model Pembelajaran. Gorontalo : BMT Nurul Jannah. Uno. Dr. Hamzah Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Zain, Aswan Metode Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

23 21

24 KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN METODE PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENYAMPAIKAN PENGUMUMAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan Oleh : YUNUS HUSAIN NIM UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 i

25 ABSTRAK Yunus Husain Kemampuan Guru menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman pada Peserta Didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Sayama Malabar, M. Pd, dan Pembimbing II Dr. Hj. Asna Ntelu, M. Hum. Penelitian ini mengangkat tiga permasalahan yaitu (1) bagaimanakah kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (2) faktor-faktor apa yang menghambat kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (3) upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.metode tersebut digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman.pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi dan teknik wawancara. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango dikategorikan berhasil. Faktor penghambat kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman yaitu faktor guru, faktor motivasi belajar peserta didik, faktor media, faktor waktu dan faktor metode. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat kemampuan guru menerapkan metode pemodelan yaitu guru harus mempersiapkan media, guru lebih memperhatikan waktu dalam pelasanaan pembelajaran, guru harus pintar memilih metode sesuai dengan materi yang diajarkan dan pihak sekolah perlu mengupayakan ketersediaan sumber. Dengan adanya solusi tersebut maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Kata kunci : Kemampuan, Metode Pemodelan, dan Pengumuman ii

26 1 Kemampuan Guru Menerapkan Merode Pemodelan Dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman Pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Tapa Yunus Husain I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting peranannya dalam menumbuh kembangkan kemampuan berbahasa peserta didik. Kemampuan berbahasa merupakan tolok ukur untuk memahami materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Muliyati (2007 : 17) bahwa bahasa bermanfaat untuk melakukan interaksi dalam masyarakat yang keberhasilannya antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang. Di samping itu, keterampilan ini harus ditopang oleh kepemilikan kosakata yang memadai dan latihan yang teratur, agar kosakata yang dimiliki itu benar-benar dapat dimanfaatkan dalam komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dalam proses pembelajaran, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran sangat bergantung pada guru. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pembelajaran seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu metode pembelajaran sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, sehingga dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensi yang mereka miliki. Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi 4 keterampilan, maka penulis membatasi permasalahan pada kemampuan guru dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman. Keterampilan berbicara adalah suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Menurut Rofiuddin (1998:13) mengatakan bahwa berbicara merupakan keterampilan

27 2 mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan secara lisan. Pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapat perhatian agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan bahwa hakikat pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama (Depdiknas, 2006: 1). Dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) SMP Negeri 1 Tapa Kelas VII, bahwa kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik dalam keterampilan berbicara antara lain: (1) menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif, (2) bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat, (3) bercerita dengan alat peraga, dan (4) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Dari beberapa kompetensi dasar yang disebutkan, penulis lebih memfokuskan pada salah satu kompetensi dasar yakni: Menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran kompetensi dasar tersebut adalah peserta didik mampu menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Kenyataan di lapangan khususnya peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa, pada umumnya belum mampu menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Belum berhasilnya peserta didik dalam pembelajaran kompetensi dasar (KD) tersebut adalah : (a) kebanyakan peserta didik tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru, akibatnya banyak peserta didik tidak tertarik dengan materi yang diberikan dan makin

28 3 rendahnya hasil evaluasi belajar peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia, (b) penggunaan intonasi dalam menyampaikan pengumuman masih banyak yang tidak tepat, (c) kurangnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, (d) penggunaan metode pembelajaran yang masih didominasikan dengan metode ceramah, (e) kurangnya pemberdayaan lingkungan sebagai sumber belajar, (f) pembelajaran bersifat konvensional, sehingga terkesan pembelajaran hanya berjalan satu arah, yakni dari guru. Memperhatikan kenyataan yang ada dikemukakan di atas, diperlukan upaya dari faktor guru. Salah satu upaya yang dapat dipertimbangkan oleh guru adalah penggunaan metode pembelajaran. Metode pemodelan adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran kompetensi dasar (KD) menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. Penerapan metode pemodelan dalam pembelajaran menuntut guru untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah dengan mengangkat judul Kemampuan Guru menerapkan Metode Pemodelan dalam Pembelajaran Menyampaikan Pengumuman pada Peserta Didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut (1) Kebanyakan peserta didik tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru, akibatnya banyak peserta didik tidak tertarik dengan materi yang diberikan dan makin rendahnya hasil evaluasi belajar peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia, (2) Kurangnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. (3) Kurangnya pengetahuan peserta didik dalam menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat yang lugas dan sederhana. (4) Penggunaan metode pembelajaran yang masih didominasikan dengan metode

29 4 ceramah. (5) Pembelajaran bersifat konvensional, sehingga terkesan pembelajaran hanya berjalan satu arah, yakni dari guru.(6) Kurangnya pemberdayaan lingkungan sebagai sumber belajar. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimanakah kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? (3) Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mendukung faktor yang mempengaruhi kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran menyampaikan pengumuman pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tapa? II. Kajian Teori 2.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Berbicara Berbicara adalah menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dimengerti oleh orang yang diajak berbicara (Dedpdikbud, 1986 : 22) hal ini berarti bahwa harus ada kesepahaman terhadap bahasa yang digunakan dalam kegiatan berbicara itu. Melalui berbicara seseorang dapat mengungkapkan perasaannya, keinginannya, mengekspresikan pengetahuan yang dimilikinya dan memanifestasikan kepribadiannya. Kenyataan menunjukkan kurangnya keterampilan dalam berbicara seringkali menimbulkan kesalahpahaman bahkan pertentangan di antara pembicara dan penerima pesan, sebab antara pesan dan bahasa lisan sangat erat kaitannya di mana pesan yang diterima oleh orang lain sebagai pendengar tidaklah dalam bentuk asli tetapi dalam bentuk bunyi bahasa. Menurut Tarigan (1991 : 132) mendefenisikan berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dari defenesi itu jelas bahwa berbicara

30 5 memerlukan suatu keterampilan, dan keterampilan hanya dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang intensif dan dimulai sedini mungkin. Dijelaskan dalam Depdikbud (1986:2) bahwa Berbicara adalah kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan dengan memanfaatkan nafas, alat-alat ucap, otot-otot dan syaraf-syaraf secara terintegrasi. Dari beberapa pengertian tersebut, peneliti dapat merumuskan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampiakan pikiran, gagasan dan perasaan dengan tujuan untuk dapat berkomunikasi antara pembicara dan pendengar untuk kepentingan kehidupan sehari-hari. Berbicara sering dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia karena memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologist, dan linguistik secara luas. Banyak faktor yang terlihat di dalamnya, menyebabkan orang beranggapan bahwa berbicara merupakan kegiatan yang kompleks. Faktor-faktor tersebut merupakan indikator keberhasilan berbicara sehingga harus memperhatikan pada saat menentukan mampu tidak hanya ditentukan dengan mengukur penguasaan faktor linguistik saja, tetapi juga dengan mengukur penguasaan semua faktor secara menyeluruh. Menurut Pateda (2004:62) bahwa penggunaan bahasa lisan atau berbicara dapat berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, harapan, permintaan, pengakuan, penjelasan, pidato, berbicara pada sidang-sidang, misanya konferensi, rapat, diskusi, seminar, lokakarya, simposium, sarasehan, penataran, kursus, pertemuan, panel, berbicara di kampanye, dan memberikan penerangan. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua pihak juga harus bekerja sama dengan baik. Kerja sama yang baik itu dapat diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain: (1) memperhatikan

31 6 (siapa yang diajak berkomunikasi), (2) situasi, (3) tempat, (4) isi pembicaraan, dan (5) media yang digunakan. Lebih lanjut Tarigan, dkk (1997:13) berpendapat bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Jadi, pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan pikiran seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar penerima pesan atau informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara itu dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara. Kemampuan berbicara merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh seorang guru. Jika seorang guru menuntut peserta didiknya dapat berbicara dengan baik, maka guru harus memberi contoh berbicara yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru di samping menguasai teori berbicara juga terampil berbicara dalam kehidupan nyata. Guru yang baik harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan Tujuan Pembelajaran Berbicara Tujuan pembelajaran berbicara dikelompokkan atas tujuan pembelajaran berbicara di kelas rendah dan tujuan pembelajaran berbicara di kelas tinggi. Pada hakikatnya, kegiatan pembelajaran berbicara di kelas rendah merupakan dasar-dasar pembentukan kemampuan berkomunikasi tahap awal. Pada kelas rendah, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang cukup dari guru. Dasar-dasar yang dimilki peserta didik dapat lebih berkembang pada kelas tinggi apabila pembelajaran memberikan lebih banyak kepada peserta didik untuk berlatih menggunakan bahasa. Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya

32 7 sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan. Sementara itu, Menurut Fowler (dalam Ahmadi, 1990:19), tujuan keterampilan berbicara mencakup beberapa hal sebagai berikut ini. 1) Mudah dan lancar atau fasih berbicara 2) Kejelasan berbicara 3) Bertanggung jawab 4) Membentuk pendengar yang kritis. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi. Untuk dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seorang pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Berbicara Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

masalah, penelitian yakni: (1) kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam

masalah, penelitian yakni: (1) kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Penelitian Penelitian tentang kemampuan guru menerapkan metode pemodelan pada materi pembelajaran menyampaikan pengumuman kelas VII SMP Negeri Tapa, difokuskan

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas : VII, VIII, IX Nama Guru : Dwi Agus Yunianto, S.Pd. NIP/NIK : 19650628

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 271 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI KELAS VII A SMP NEGERI 47 MUARO JAMBI

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI KELAS VII A SMP NEGERI 47 MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI KELAS VII A SMP NEGERI 47 MUARO JAMBI Oleh: SUPARTI RRA1B110074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio Hijria.H.Aliakir, Muh. Tahir, dan Saharudin Barsandji Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGUASAAN PEMBELAJARAN SASTRA ANTARA SISWA KELAS XI JURUSAN IPA DAN IPS DI SMAN 1 TAPA TAHUN AJARAN

PERBANDINGAN PENGUASAAN PEMBELAJARAN SASTRA ANTARA SISWA KELAS XI JURUSAN IPA DAN IPS DI SMAN 1 TAPA TAHUN AJARAN PERBANDINGAN PENGUASAAN PEMBELAJARAN SASTRA ANTARA SISWA KELAS XI JURUSAN IPA DAN IPS DI SMAN 1 TAPA TAHUN AJARAN 2012/2013 Salma Pembimbing: Dr. Hj. Sayama Malabar, M.Pd. dan Dr. Hj. Asna Ntelu, M.Hum.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 0 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR Guru TK 0 Permataku Merangin Kabuapten Kampar email: gustimarni@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Untuk memenuhi fungsi kemasyarakatan digunakan bahasa sebagai alat komunikasi utama. Bahasa adalah sekumpulan bunyi yang diucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN DISKUSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII C SMP N 2 RANDUBLATUNG TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk membimbing siswa dalam mengenal bahasa yang baik sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada dasarnya berwajah ganda, yaitu sebagai alat pendidikan nasional di satu pihak dan sebagai salah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME Agung Gede Suputra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota

Lebih terperinci

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru 1 Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas V SD Negeri 111 Pekanbaru Mariana Theresia,Otang Kurniaman,Munjiatun Theresia.mariana@yahoo.com,Otang.kurniaman@gmail.com,Munjiatunpgsd@gmail.com

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA

MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP... RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Bahasa Daerah (Jawa) Kelas/ Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik. Dalam kurikulum tingkat satuan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada tahun ajaran Sekolah ini beralamatkan di Kecamatan Tapa. Sekolah

BAB III METODE PENELITIAN. pada tahun ajaran Sekolah ini beralamatkan di Kecamatan Tapa. Sekolah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango pada tahun ajaran 2011-2012. Sekolah ini beralamatkan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra. Kedua hal tersebut memiliki empat aspek masing-masing diantaranya membaca, menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 17 BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Dialog Sederhana Dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a)berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Strategi Bimbingan Langsung Pada Siswa Kelas 1 SD Inpres 2 Lambunu

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Strategi Bimbingan Langsung Pada Siswa Kelas 1 SD Inpres 2 Lambunu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 5 ISSN 2354-614X Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Strategi Bimbingan Langsung Pada Siswa Kelas 1 SD Inpres 2 Lambunu Siti Fatra, Saharudin

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN 2010-2011 Jenep Hanapiah Suwadi Abstrak: Salah satu tujuan Mata Pelajaran

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUALA TUNGKAL TAHUN AJARAN 2013/2014 BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA SKRIPSI OLEH SONIA PRYANKA

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUALA TUNGKAL TAHUN AJARAN 2013/2014 BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA SKRIPSI OLEH SONIA PRYANKA ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KUALA TUNGKAL TAHUN AJARAN 2013/2014 BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA SKRIPSI OLEH SONIA PRYANKA NIM. A1B109055 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10 Menurut pendapat

Lebih terperinci

Berbahasa dan Bersastr

Berbahasa dan Bersastr Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli Oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit Usaha Makmur, CV Berbahasa dan Bersastr sastra a Indonesia

Lebih terperinci

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Program Bahasa ini berorientasi pada hakikat

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

III PROSEDUR PENELITIAN

III PROSEDUR PENELITIAN III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu metode permodelan. Metode ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di BAB III PROSEDUR TINDAKAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di sekolah inilah penulis mengajar sejak tahun 1986 sekarang, di Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI METODE ROLE PLAYING KELAS IV SDN 3 TOLINGGULA TENGAH KECAMATAN TOLINGGULA KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh WIWIN KARES YASIN NIM. 151

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan siswa serta merupakan penunjang keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia maka setiap orang dituntut untuk terampil dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa merupakan suatu keterampilan

Lebih terperinci

Nim Artikel

Nim Artikel MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE PEMODELAN PADA PESERTA DIDIK KELAS IX SMP NEGERI I MASAMA KABUPATEN BANGGAI PROVINSI SULAWESI TENGAH Artikel Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ada empat keterampilan berbahasa yang harus diperhatikan. Keterampilan tersebut meliputi kemampuan menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah siswa memiliki keterampilan berbahasa Indonesia, pengetahuan yang memadai mengenai penguasaan struktur bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan. Keterampilan yang tidak hanya dipahami hanya sekedar proses pengungkapan gagasan atau cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan sehari-hari dalam lingkungan sekolah siswa tidak akan terlepas dengan aktifitas menulis. Hal tersebut dikarenakan dari menulis siswa memindahkan

Lebih terperinci

Narasumber. (siswa) menit 2 x 40. Tentukan pola. Tulislah enam pokok laporan dari laporan. urutan laporan dan buktikan. dengarkan! yang kamu.

Narasumber. (siswa) menit 2 x 40. Tentukan pola. Tulislah enam pokok laporan dari laporan. urutan laporan dan buktikan. dengarkan! yang kamu. Sekolah : SMP/MTs... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/ Silabus Standar Kompetensi : Mendengarkan Memahami wacana lisan berbentuk laporan Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta dalam tingkah laku tertentu dan dalam kondisi-kondisi tertentu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. serta dalam tingkah laku tertentu dan dalam kondisi-kondisi tertentu sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran di sekolah sangat mengharapkan keberhasilan peserta didik. Keberhasilan itu akan tercapai jika guru secara cermat melakukan proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. berbicara melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada

BAB V PEMBAHASAN. berbicara melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan perpaduan antara temuan penelitian dengan teori sesuai dengan pertanyaan penelitian, yaitu tentang peningkatan ketrampilan berbicara melalui penerapan model pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK Karin Ajeng Febriani, Nanang Heryana, Djon Lasmono Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

Sumber/Bahan/Alat (8) Tak Putus Dirundung. Alokasi (7) Waktu. Penilaian (6) Pembelajaran. Kegiatan (5) novel. Indikator (4) Mampu.

Sumber/Bahan/Alat (8) Tak Putus Dirundung. Alokasi (7) Waktu. Penilaian (6) Pembelajaran. Kegiatan (5) novel. Indikator (4) Mampu. Silabus Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/2 Tema : Kepedulian Sosial Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan Mamahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia Sesuai dengan fungsinya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO Andi Kristanto, S.Pd., M.Pd Dosen Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu pendidikan, Universitas Negeri Surabaya andi.unesa@yahoo.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD RONINDA HUTAGALUNG DAN HALIMATUSSAKDIAH Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ABSTRAK Pendekatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO 1 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO Ummurul Hasanah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN UNIT 5 9.1 Menyimpulkan pesan pidato/ ceramah/ khotbah yang didengar 10.1 Berpidato/ berceramah/ berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas 15.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,

Lebih terperinci

Oleh: P E Teja Purnamadewi Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM

Oleh: P E Teja Purnamadewi Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM PENERAPAN METODE DEMONTRASI PADA MATERI THREE-DIMENSIONAL SPACE DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-6 (KELAS BILINGUAL) SMA NEGERI 10 MALANG Oleh: P E Teja Purnamadewi Mahasiswi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK AND WRITE

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK AND WRITE PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS DESKRIPTIF Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Penelitian ini bertolak dari rendahnya kemampuan siswa kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan dan merupakan penunjang dalam semua bidang studi.

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci