PERBANDINGAN PENGUASAAN PEMBELAJARAN SASTRA ANTARA SISWA KELAS XI JURUSAN IPA DAN IPS DI SMAN 1 TAPA TAHUN AJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN PENGUASAAN PEMBELAJARAN SASTRA ANTARA SISWA KELAS XI JURUSAN IPA DAN IPS DI SMAN 1 TAPA TAHUN AJARAN"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN PENGUASAAN PEMBELAJARAN SASTRA ANTARA SISWA KELAS XI JURUSAN IPA DAN IPS DI SMAN 1 TAPA TAHUN AJARAN 2012/2013 Salma Pembimbing: Dr. Hj. Sayama Malabar, M.Pd. dan Dr. Hj. Asna Ntelu, M.Hum. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Salma Perbandingan Penguasaan Pembelajaran Sastra antara Siswa Kelas XI Jurusan IPA dan IPS di SMA Negeri 1 Tapa Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan perbandingan penguasaan pembelajaran sastra antara siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif. Pengumpulan data digunakan teknik tes, wawancara, dan observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara skor yang diperoleh dibagi jumlah soal kali seratus. Penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA terhadap pembelajaran sastra pada aspek membaca rata-rata 14,8 (53%) dikategorikan kurang dan aspe k menulis rata-rata 9 (53%) dikategorikan kurang. Jurusan IPS pada aspek membaca rata-rata 11 (39%) dikategorikan gagal dan pada aspek menulis rata-rata 5,8 (34%). Perbandingan penguasaan pembelajaran sastra pada aspek membaca adalah 14% dan aspek menulis 19%. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS dalam pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis adalah faktor guru, faktor siswa, dan faktor sarana dan prasarana. Untuk itu alternatifnya, guru dan siswa menyadari tugasnya masing-masing, dan sarana dan prasarana harus diperhatikan baik pihak sekolah, guru maupun siswa. Kata Kunci : Perbandingan, Penguasaan, Pembelajaran Sastra, Aspek Membaca dan Menulis. PENDAHULUAN Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran utama. Hal itu dikarenakan mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diuji secara nasional. Selain itu, melihat kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang memiliki fungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan 1

2 pemerintahan dan kenegaraan (Slamet, 2008:5). Memperhatikan fungsi tersebut, maka bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari sehingga dijadikan sebagai mata pelajaran utama. Pembelajaran bahasa Indonesia ini, dilakukan di berbagai lembaga pendidikan salah satunya adalah sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu proses belajar mengajar untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman serta meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Dalam KTSP (2006:44) tujuan pembelajaran bahasa Indonesia secara umum meliputi; (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacammacam tujuan, keperluan, dan keadaan; (3) kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial; (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa; (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khanazah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Dalam KTSP 2006 (dalam Rosnapuri, 2011:3) pembelajaran bahasa Indonesia dibagi atas dua komponen, yakni pembelajaran keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Kedua keterampilan ini terintegrasi dalam empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran keterampilan bersastra adalah salah satu proses untuk mengapresiasi karya sastra. Untuk mengapresiasi karya sastra ini dapat dilakukan dengan cara memahami, menemukan nilai-nilai, mengaplikasikan nilainilai karya sastra dalam kehidupan atau menghasilkan karya sastra itu sendiri. Terkait dengan empat aspek keterampilan berbahasa, maka pembelajaran sastra memiliki tujuan sebagai berikut; (1) memahami hakikat sastra; (2) mengetahui teknik membaca sebuah karya sastra; (3) memahami pikiran, perasaan, dan imajinasi yang 2

3 terkandung dalam karya sastra baik melalui membaca ataupun menyimak karya sastra yang dilisankan; (4) mampu mengomentari karya sastra; (5) mampu mengekspresikan karya sastra, dan (6) mampu menghasilkan sebuah karya sastra. Pada umumnya, tujuan ini merupakan salah satu bentuk mengapresiasi karya sastra. Seperti yang dikemukakan oleh Effendy (dalam Aminudin; 2010:35) bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Berdasarkan tujuan pembelajaran sastra tersebut, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap karya sastra. Guru diharapkan dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi kesastraan siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan apresiasi sastra dan sumber belajar dan lebih leluasa dalam menentukan bahan ajar yang berkaitan dengan sastra sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Penguasaan siswa SMA Negeri 1 Tapa masih kurang. Hal ini disebabkan oleh : (1) kurangnya perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran sastra, (2) proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang menarik perhatian siswa, (3) guru acuh terhadap pembelajaran sastra bahkan materi tentang sastra dilewati, (4) Kurangnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengapresiai karya sastra, (5) penguasaan siswa antar-jurusan yang berbeda, dan (6) fasilitas yang kurang memadai untuk melaksanakan pembelajaran sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penguasaan pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis pada siswa Jurusan IPA dan IPS, perbandingan penguasaan pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis antara siswa Jurusan IPA dan IPS, mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis siswa Jurusan IPA dan IPS, dan mendeskripsikan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor penguasaan pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis antara siswa Jurusan 3

4 IPA dan IPS di SMAN 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo tahun ajaran 2012/2013. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifkomparatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang menggambarkan karateristik sesuatu sebagaimana adanya (Syamsudin & Damaianti, 2006:24). Metode ini digunakan untuk memaparkan data apa adanya mengenai penguasaan materi pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis pada siswa kelas XI Jurusan IPA, IPS, faktor-faktor yang memengaruhi penguasaan tersebut, dan alternatif pemecahannya. Metode komparatif digunakan untuk melakukan penyelidikan apakah terdapat perbedaan antardua atau lebih kelompok terhadap fenomena yang sedang dipelajari (McMillan & Schumacher dalam Syamsudin & Damaianti, 2006:25). Berdasarkan hal tersebut, metode komparatif digunakan untuk mendeskripsikan perbandingan penguasaan materi pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis pada siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS di SMAN Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo tahun ajaran 2012/2013. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptifkomparatif digunakan untuk menggambarkan/melukiskan perbandingan penguasaan pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis pada siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo tahun ajaran 2012/2013. HASIL DAN PEMBAHASAN Penguasaan pembelajaran sastra pada aspek membaca dan menulis siswa kelas XI Jurusan IPA masih kurang. Aspek membaca rata-rata skor yang diperoleh pada KD 7.1 yakni: tes pertama rata-rata 1 (33%), tes kedua rata-rata 2,2 (73%), dan tes ketiga 1,2 (40%). Pada tes kedua terjadi peningkatan dengan selisih 40% dan pada tes ketiga, terjadi penurunan dengan selisih 40% {jumlah peningkatan = penurunan}. KD 7.2 tes pertama, rata-rata 2 (66,7%), tes kedua rata-rata 1,5 (50%), 4

5 dan tes ketiga rata-rata 1,8 (60%). Pada tes kedua terjadi penurunan dengan selisih 16,7% dan tes ketiga terjadi peningkatan yakni 6,7% {jumlah penurunan > peningkatan}. KD 15.1 tes pertama, rata-rata 1 (50%), tes kedua rata-rata 1,3 (65%), tes ketiga rata-rata 0,7 (70%). Pada tes kedua mengalami peningkatan sebanyak 15%, pada tes ketiga mengalami penurunan yakni sebanyak 15% {jumlah penurunan = peningkatan}. KD 15.2 tes pertama, rata-rata 0,7 (35%), tes kedua rata -rata 0,6 (30%), tes ketiga rata-rata 0,8 (80%). Pada tes kedua terjadi penurunan dengan selisih 5% dan pada tes ketiga terjadi peningkatan sebanyak 50% {peningkatan > penurunan}. Secara keseluruhan, rata-rata skor yang diperoleh pada KD aspek membaca yakni: tes pertama rata-rata 4,7 dengan tingkat penguasaan 47%, tes kedua rata-rata 5,6 dengan tingkat penguasaan 56%, dan tes ketiga rata-rata 4,5 dengan tingkat penguasaan 46%. Pada tes kedua terjadi peningkatan sebanyak 9% dan pada tes ketiga sama dengan tingkat penguasaan pada tes kedua. Rata-rata skor yang diperoleh adalah 14,8 dengan tingkat penguasaan 53% dikategorikan kurang. Penguasaan pembelajaran sastra pada aspek menulis siswa kelas XI Jurusan IPA yakni dari 21 siswa, rata-rata skor yang diperoleh pada KD 8.1 yakni: tes pertama rata-rata 1 (50%), tes kedua rata-rata 0,4 (40%), dan tes ketiga rata-rata 1,3 (65%). Pada tes kedua terjadi penurunan dengan selisih 10% dan pada tes ketiga, terjadi peningkatan dengan selisih 25% {jumlah peningkatan > penurunan}. KD 8.2 tes pertama, rata-rata 0,2 (20%), tes kedua rata-rata 0,8 (40%), dan tes ketiga rata-rata 0,2 (20%). Pada tes kedua terjadi peningkatan dengan selisih 20% dan tes ketiga terjadi penurunan yakni 20% {jumlah penurunan = peningkatan}. KD 16.1 tes pertama, rata-rata 0,8 (80%), tes kedua rata -rata 0,6 (60%), tes ketiga rata -rata 1,7 (80%). Pada tes kedua mengalami penurunan dengan selisih 20%, pada tes ketiga mengalami peningkatan yakni sebanyak 25% {jumlah penurunan < peningkatan}. KD 16.2 tes pertama, rata-rata 0,1 (10%), tes kedua rata -rata 0,5 (50%), tes ketiga rata-rata 1,2 (60%). Pada tes kedua mengalami sebanyak 40% dan pada tes ketiga sebanyak 10% {peningkatan}. Secara keseluruhan, rata-rata skor yang diperoleh pada KD aspek menulis yakni: tes pertama rata-rata 2 dengan tingkat penguasaan 40%, tes 5

6 kedua rata-rata 2,3 dengan tingkat penguasaan 46%, dan tes ketiga rata-rata 4,4 dengan tingkat penguasaan 63%. Pada tes kedua terjadi peningkatan sebesar 6% dan pada tes ketiga terjadi peningkatan 17% (terjadi peningkatan). Rata -rata skor yang diperoleh 9 dengan tingkat penguasaan 53% dikategorikan kurang. Penguasaan pembelajaran sastra pada aspek membaca siswa kelas XI Jurusan IPS, dari 29 siswa, rata-rata skor yang diperoleh pada KD 7.1 yakni: tes pertama ratarata 0,8 (26,7%), tes kedua rata -rata 1,9 (63%), dan tes ketiga 1 (33%). Pada tes kedua terjadi peningkatan sebanyak 36,3% dan pada tes ketiga, terjadi penurunan sebanyak 30% {jumlah peningkatan > penurunan}. KD 7.2 tes pertama, rata-rata 1,6 (53%), tes kedua rata-rata 0,6 (20%), dan tes ketiga rata -rata 1,03 (34%). Pada tes kedua terjadi penurunan sebanyak 33% dan tes ketiga terjadi peningkatan sebanyak 14% {jumlah penurunan > peningkatan}. KD 15.1 tes pertama, rata-rata 1,1 (55%), tes kedua rata-rata 0,9 (45%), tes ketiga rata -rata 0,44 (22%). Pada tes kedua mengalami penurunan sebanyak 10%, pada tes ketiga mengalami penurunan yakni sebanyak 23% {terjadi penurunan}. KD 15.2 tes pertama, rata-rata 0,6 (30%), tes kedua rata-rata 0,3 (15%), tes ketiga rata -rata 0,72 (71%). Pada tes kedua terjadi penurunan sebanyak 15% dan pada tes ketiga terjadi peningkatan sebanyak 56% {peningkatan > penurunan}. Secara keseluruhan, rata-rata skor yang diperoleh pada aspek membaca yakni: tes pertama rata-rata 4,1 dengan tingkat penguasaan 41%, tes kedua rata-rata 3,7 dengan tingkat penguasaan 37%, dan tes ketiga rata-rata 3,2 dengan tingkat penguasaan 40%. Pada tes kedua terjadi penurunan sebanyak 4% dan pada tes ketiga terjadi peningkatan sebanyak 3% (penurunan > peningkatan). Rata - rata skor yang diperoleh adalah 11 dengan tingkat penguasaan 39% dikategorikan gagal. Penguasaan pembelajaran sastra pada aspek menulis siswa kelas XI Jurusan IPS yakni dari 29 siswa, rata-rata skor yang diperoleh pada KD 8.1 yakni: tes pertama rata-rata 0,4 (20%), tes kedua rata-rata 0,1 (10%), dan tes ketiga rata-rata 0,5 (25%). Pada tes kedua terjadi penurunan sebanyak 10% dan pada tes ketiga terjadi peningkatan sebanyak 15% {jumlah peningkatan > penurunan}. KD 8.2 tes pertama, 6

7 rata-rata 0,06 (6%), tes kedua rata-rata 0,7 (35%), dan tes ketiga rata-rata 0,1 (10%). Pada tes kedua terjadi peningkatan sebanyak 29% dan tes ketiga terjadi penurunan sebanyak 25% {jumlah penurunan = peningkatan}. KD 16.1 tes pertama, rata-rata 0,6 (60%), tes kedua rata-rata 0,8 (80%), tes ketiga rata-rata 1,1 (55%). Pada tes kedua mengalami peningkatan sebanyak 20%, pada tes ketiga mengalami peningkatan sebanyak 25% {tiap tes terjadi peningkatan}. KD 16.2 tes pertama, rata-rata 0,6 (60%), tes kedua rata-rata 0,3 (30%), tes ketiga rata-rata 0,9 (45%). Pada tes kedua terjadi penurunan sebanyak 30% dan pada tes ketiga terjadi peningkatan sebanyak 15% (peningkatan > penurunan). Secara keseluruhan, r ata-rata skor yang diperoleh pada aspek menulis yakni: tes pertama rata-rata 1,3 dengan tingkat penguasaan 26%, tes kedua rata-rata 1,9 dengan tingkat penguasaan 38%, dan tes ketiga rata-rata 2,6 dengan tingkat penguasaan 37%. Pada tes kedua terjadi peningkatan sebesar 12% dan pada tes ketiga terjadi penurunan sebanyak 1% (jumlah peningkatan > penurunan). Rata-rata skor yang diperoleh 5,8 dengan tingkat penguasaan 34% dikategorikan gagal. Perbandingan penguasaan pembelajaran sastra pada aspek membaca dan menulis siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS adalah sebagai berikut. a. Aspek Membaca Berdasarkan hasil penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS terhadap pembelajaran sastra pada keseluruhan aspek membaca (KD 7.1, KD 7.2, KD 15.1, dan KD 15.2) dapat diidentifikasi perbedaan penguasaan yakni sebagai berikut. 1) Tes pertama, penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA rata-rata 4,7 (47%) lebih tinggi daripada siswa kelas XI Jurusan IPS rata-rata 4,1 (41%) dengan selisih perbedaan 6% 2) Tes kedua, penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA rata-rata 5,6 (56%) lebih tinggi daripada siswa kelas XI Jurusan IPS rata-rata 3,7 (37%) dengan selisih perbedaan 19% 7

8 3) Tes ketiga, penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA rata-rata 4,5 (56%) lebih tinggi daripada siswa kelas XI Jurusan IPS rata-rata 3,2 (40%) dengan selisih perbedaan 16% 4) Secara keseluruhan tes, penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA rata-rata 14,8 (53%) lebih tinggi daripada Jurusan IPS rata-rata 11 (39%) dengan selisih perbedaan 14%. b. Aspek Menulis Berdasarkan hasil penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS terhadap pembelajaran sastra pada aspek menulis dapat diidentifikasi perbedaan penguasaan yakni sebagai berikut. 1) Tes pertama, penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA rata-rata 2 (40%) lebih tinggi daripada siswa kelas XI Jurusan IPS rata 1,3 (26%) dengan selisih perbedaan 14%. 2) Tes kedua, penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA rata-rata 2,3 (46%) lebih tinggi daripada siswa kelas XI Jurusan IPS rata rata 1,9 (38%) dengan selisih perbedaan 8%. 3) Tes ketiga, penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA rata-rata 4,4 (63%) lebih tinggi daripada siswa kelas XI Jurusan IPS rata-rata 2,6 (37%) dengan selisih perbedaan 26%. 4) Secara keseluruhan, penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA rata-rata 9 (53%) lebih tinggi daripada Jurusan IPS rata-rata 5,8 (34%) dengan selisih perbedaan 19%). Perbedaan penguasaan pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis antara Jurusan IPA dan IPS tersebut dipengaruhi oleh faktor kemampuan kognitif. Seperti yang dikemukakan Hastuti (1996:12) bahwa yang memp engaruhi proses pembelajaran salah satunya adalah faktor kemampuan kognitif. Dilihat dari hasil penguasaan yang dipeoleh dari kedua jurusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa 8

9 tingkat kognitif siswa kelas XI Jurusan IPA lebih tinggi dari Jurusan IPS. Selain itu, dipengaruhi oleh faktor guru, faktor siswa dan faktor sarana dan prasarana. a. Faktor guru Guru memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan siswa. Seperti halnya penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS dikategorikan masih belum mampu. Hal ini disebabkan pada saat mengajar, guru tidak menggunakan Silabus dan RPP melainkan hanya berpedoman pada buku paket yang dipegang oleh guru tersebut, pemanfaatan media dalam pembelajaran belum memadai melainkan hanya terbatas pada kutipan-kutipan teks dalam buku paket bahasa Indonesia, guru melepaskan tanggungjawabnya kepada mahasiswa PPL, kurangnya latihan yang diberikan kepada siswa untuk mengapresiasi karya sastra. b. Faktor siswa Faktor penyebab dari siswa yakni kurangnya minat dan motivasi dari diri siswa untuk mengapresiasi karya sastra, kurangnya latihan untuk mengapresiasi karya sastra baik membaca karya sastra atau kutipan-kutipan teks karya sastra maupun menghasilkan sebuah karya sastra, kurangnya usaha untuk belajar sendiri dan mencari tahu ketertinggalan materi, kurangnya evaluasi terhadap kemampuan sendiri. Misalnya, menjawab soal-soal yang ada dalam buku mata pelajaran bahasa Indonesia ataupun soal-soal yang berkaitan dengan pembelajaran sastra, terganggunya kesehatan siswa yang menyebabkan siswa ketinggalan materi yang diajarkan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia. c. Faktor sarana dan prasarana Sarana dan prasarana baik menyangkut perangkat pembelajaran (silabus dan RPP) dan media yang digunakan dalam pembelajaran sastra masih belum memadai. Untuk penggunaan perangkat (silabus dan RPP, guru mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan silabus dan RRP yang diambil dari internet dan dari tahun ke tahun 9

10 belum diganti meskipun generasi dan karateristik siswa berbeda. Selain itu, buku tentang sastra masih terbatas terutama yang berkaitan dengan hikayat. Untuk mengatasi faktor yang mempengaruhi penguasaan siswa kelas yakni, (1) sebaiknya pada saat mengajar, guru membawa serta silabus dan RPP agar pembelajaran bisa terarah dan sesuai rencana, memberikan latihan kepada siswa untuk mengapresiasi karya sastra, dan memanfaatkan media semaksimal mungkin yang dapat membangkitkan semangat, minat, dan motivasi kepada siswa untuk mengapresiasi karya sastra. Dengan demikian, dapat menunjang keberhasilan siswa dan penguasaan terhadap pembelajaran sastra khususnya pada aspek membaca dan menulis. (2) Siswa juga sangat berperan penting dalam mengatasi permasalahan dalam dirinya dengan cara selalu berinteraksi dengan guru apalagi ketika mengalami kesulitan, sebaiknya dikonsultasikan baik kepada guru, teman, maupun kakak atau kepada yang lebih tahu, menimbulkan motivasi dan minat dalam diri sendiri dengan cara membiasakan diri dalam mengapresiasi karya sastra seperti membaca dan menulis karya sastra, mengevaluasi kemampuan dengan cara menjawab pertanyaanpertanyaan yang terkait dengan pembelajaran sastra. Hal tersebut dapat meunjang keberhasilan siswa. (3) Sarana dan prasarana juga menjadi perhatian dalam pembelajaran seperti perangkat pembelajaran (RPP dan Silabu s), media yang digunakan dan buku-buku sumber yang dapat menunjang keberhasilan siswa dan tercapainya tujuan pembelajaran. Ketika ketersediaan di sekolah terbatas, guru maupun siswa dapat memanfaatkan internet, televisi, radio maupun media yang lainnya. Untuk perangkat pembelajaran yang bukan buatan sendiri sebaiknya disesuaikan dengan karateristik siswa, lingkungan, dan indikator pencapaian sehingga tujuan pembelajaran semaksimal mungkin dapat tercapai. SIMPULAN Penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA di SMA Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo terhadap pembelajaran sastra pada aspek membaca, ratarata skor yang diperoleh adalah 14,8 dengan tingkat persentase 53% dikategorikan 10

11 kurang. Aspek Menulis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 9 dengan tingkat persentase 53% dikategorikan kurang. Jurusan IPS pada aspek membaca, rata-rata skor yang diperoleh adalah 11 dengan tingkat persentase 39% dikategorikan gagal. Aspek Menulis, rata-rata skor yang diperoleh adalah 5,8 dengan tingkat persentase 34% dikategorikan gagal. Selisih perbedaan penguasaan pembelajaran sastra pada aspek membaca adalah 14%. Aspek menulis, Jurusan IPA tingkat persentase penguasaan 53% dan Jurusan IPS 34%. Selisih perbedaan penguasaan pembelajaran sastra pada aspek menulis adalah 19%. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS terhadap pembelajaran sastra dipengaruhi oleh faktor guru, faktor siawa, dan faktor sarana dan prasarana. Alternatif untuk meningkatkan penguasaan siswa kelas XI Jurusan IPA dan IPS terhadap pembelajaran sastra aspek membaca dan menulis sebaiknya guru mempertimbangkan karateristik siswa dalam membuat perangkat pembelajaran dan media yang digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan, siswa bersikap aktif, kreatif dan kritis dalam pembelajaran, dan sarana dan prasarana terutama media yang digunakan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pembelajaran dan dapat menimbulkan daya tarik, minat dan motivasi siswa untuk belajar. SARAN Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan saran untuk guru hendaknya lebih memotivasi siswa dalam belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk aktif, berpikir kritis dan kreatif. Dalam hal ini, metode disesuaikan dengan standar isi pembelajaran. Pihak sekolah hendaknya memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam menunjang keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti lain agar dapat melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan keterampilan sastra pada aspek yang lain atau salah satu aspek yang sama dengan penelitian ini dengan aspek yang lain. DAFTAR PUSTAKA 11

12 Aminuddin Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. BNSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Nasional. Rosnanipuri S Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia. (Online). (http// securred Adobe Reader repository.upi.edu. diakses 14 Maret 2013). Syamsuddin & Vismaia S. Damaianti Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 12

Timur, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Maret-Mei tahun

Timur, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Maret-Mei tahun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Peneletian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tapa, Kecamatan Bulango Timur, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 OLEH NIA PURWANDARI

PENILAIAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 OLEH NIA PURWANDARI PENILAIAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TAPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 OLEH NIA PURWANDARI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang berkembang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang berkembang saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang berkembang saat ini adalah Taman Kanak Kanak (TK) seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) merupakan wujud, langkah, upaya untuk meningkatan mutu pendidikan. Pelaksanaan kurikulum berbasis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi 127 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, refleksi, diskusi balikan, serta rencana tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan suatu keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam silabus mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas pembelajaran bahasa dan sastra. Kedua hal tersebut memiliki empat aspek masing-masing diantaranya membaca, menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis melalui kegiatan berbahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan telah diatur

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian pendidikan, hasil belajar menjadi isu yang memiliki daya tarik untuk diteliti. Hasil belajar yang menjadi soroton dari semua jenjang sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keempat keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. keempat keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada dua aspek utama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, yakni aspek berbahasa dan aspek bersastra. Aspek berbahasa mencakup empat keterampilan, yakni keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting yaitu untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perkembangan negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah program kegiatan yang terencana disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu kurikulum yang pernah berjalan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait dengan ketersediaan karya sastra. Sistem pengajaran, kurikulum yang kurang memberi ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah termasuk salah satu mata pelajaran wajib dan selalu ada di setiap jenjang pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan

Lebih terperinci

tentang Standar Nasional Pendidikan.

tentang Standar Nasional Pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran di kelas sebagai awal dari sebuah upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dilakukan secara terencana guna membentuk insan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia yang juga modal terpenting. Dengan adanya bahasa sifat manusia dapat terpenuhi sebagai makhluk sosial yang berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai penting pada jenjang pendidikan dengan pengajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah.

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO Lisliarty Pantolay Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada tingkat pendidikan dasar, menengah, sampai jenjang perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bahasa Indonesia sangat penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa, identitas bangsa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio Hijria.H.Aliakir, Muh. Tahir, dan Saharudin Barsandji Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. Produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bisa dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Hamalik Oemar (2005, hlm.21) yang menyatakan bahwa Belajar adalah suatu

Lebih terperinci

latihan. Salah satu wujud pendidikan yang diterapkan di sekolah maupun di lingkungan keluarga sejak dini adalah pendidikan bahasa karena bahasa

latihan. Salah satu wujud pendidikan yang diterapkan di sekolah maupun di lingkungan keluarga sejak dini adalah pendidikan bahasa karena bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan segala pengetahuan, pesan pikiran, gagasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan saran-saran yang didasarkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan saran-saran yang didasarkan 156 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan saran-saran yang didasarkan atas hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun simpulan dan saran tersebut diuraikan berikut ini. A. Simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR DENGAN INDIKATOR PENCAPAIAN PADA PERANGKAT PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI SMA NEGERI I KWANDANG JURNAL.

KOMPETENSI DASAR DENGAN INDIKATOR PENCAPAIAN PADA PERANGKAT PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI SMA NEGERI I KWANDANG JURNAL. RELEVANSI KOMPETENSI DASAR DENGAN INDIKATOR PENCAPAIAN PADA PERANGKAT PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI SMA NEGERI I KWANDANG JURNAL Oleh NI MADE SUDIASIH NIM 311 409 090 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 9 BATANGHARI SKRIPSI

KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 9 BATANGHARI SKRIPSI KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA PROSES PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 9 BATANGHARI SKRIPSI Oleh: Juwita A1B114034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada seseorang untuk mengembangkan potensi diri agar semua potensi yang

I. PENDAHULUAN. kepada seseorang untuk mengembangkan potensi diri agar semua potensi yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk mengembangkan potensi diri agar semua potensi yang dimiliki dapat dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI KELAS VII A SMP NEGERI 47 MUARO JAMBI

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI KELAS VII A SMP NEGERI 47 MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI KELAS VII A SMP NEGERI 47 MUARO JAMBI Oleh: SUPARTI RRA1B110074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT Anifa Alfia Nur Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang tingkat kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat membaca karya sastra sama halnya dengan minat membaca, namun minat membaca karya sastra lebih diarahkan dan difokuskan dalam bidang sastra baik itu puisi

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH... HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA.. 1.1

TINJAUAN MATA KULIAH... HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA.. 1.1 iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH....... xi Modul 1: HAKIKAT BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA.. 1.1 Hakikat Bahasa... 1.3 Latihan... 1.18 Rangkuman 1.20 Tes Formatif 1 1.20 Hakikat Pembelajaran Bahasa...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak akan lepas dari dunia pembelajaran. Kita semua sebagai elemen di dalamnya memerlukan bahasa yang baik dan benar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dan Pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa. Pada dasarnya pembelajaran adalah perubahan perilaku (pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang (Hasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dalam pendidikan Indonesia saat ini sedang menjadi sorotan masyarakat. Hal tersebut karena banyaknya perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa dan mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting ditanamkan pada anak sejak kecil. Karena bila sejak kecil sudah ditanamkan pendidikan yang baik, maka dewasanya anak itu akan menjadi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGAPRESIASI TOKOH CERITA RAKYAT SISWA KELAS X SMAN 3 BLITAR TAHUN AJARAN 2011/2012

KEMAMPUAN MENGAPRESIASI TOKOH CERITA RAKYAT SISWA KELAS X SMAN 3 BLITAR TAHUN AJARAN 2011/2012 KEMAMPUAN MENGAPRESIASI TOKOH CERITA RAKYAT SISWA KELAS X SMAN 3 BLITAR TAHUN AJARAN 2011/2012 Dwi Angga Septianingrum*) E-mail: Anggastya20@yahoo.co.id Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran dan harus mampu merancang suatu pembelajaran yang inovatif dan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia sebagai upaya untuk memajukan peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan seiring dengan kemajuan zaman.

Lebih terperinci

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang

Lebih terperinci

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ditempuh siswa di Sekolah Dasar. Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia yakni 1. Berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan dasar untuk anak. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya yang tersimpan rapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang guru mempersiapkan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Agar proses belajar tidak ada

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS IV DI SDN SE- KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS IV DI SDN SE- KABUPATEN MALANG HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS IV DI SDN SE- KABUPATEN MALANG Kiki Calista 1), Syaiful Imam 2), Endang Setyo Winarni 2)* Universitas Negeri

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi kehidupan sosial, budaya, dan masyarakat. Tirtarahardja (2005:226) mengatakan bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BERPIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 TAPA ARTIKEL. Oleh. Silvana Suai Fatmah AR.

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BERPIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 TAPA ARTIKEL. Oleh. Silvana Suai Fatmah AR. PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BERPIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 TAPA ARTIKEL Oleh Silvana Suai Fatmah AR.Umar Muslimin UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas : VII, VIII, IX Nama Guru : Dwi Agus Yunianto, S.Pd. NIP/NIK : 19650628

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam setiap perkembangan siswa, baik dari segi intelektual, sosial maupun emosional. Karena bahasa merupakan penunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah keterampilan yang membutuhkan proses yang lama untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit menuangkan hasil

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V DINI NURSARI nursaridini@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Pembelajaran

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Pidato Dengan Model Pembelajaran Cooperative Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Samalantan

Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Pidato Dengan Model Pembelajaran Cooperative Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Samalantan Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Pidato Dengan Model Pembelajaran Cooperative Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Samalantan Ertin Dwi Septaviani 1) Zulfahita 2) 1Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci